KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kerangka Berpikir"

Transkripsi

1 43 KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN Kerangka Berpikir Untuk menjelaskan kerangka penelitian ini, dimulai dari alasan penelitian ini dilakukan, kemudian mencoba mencari jawaban secara deduktif untuk mengungkapkannya, teori dasar yang menjadi analisis utama, kemudian penelitian secara induktif untuk memperoleh jawaban yang jelas akan masalah tersebut. Tantangan Keluarga dalam Masyarakat Fagan (1995) menyatakan bahwa elemen paling penting dari terbentuknya masyarakat yang aman adalah melalui komitmen perkawinan, dimana terbina hubungan kasih sayang orangtua dan anak, serta kemampuan anak mengadakan hubungan dengan anak lain, juga terjalinnya persahabatan yang kuat dan kerjasama antar anggota keluarga. Keluarga harus menjalankan fungsinya dengan sebaik mungkin agar pembentukan sumberdaya manusia berkualitas dapat tercapai. Seorang anak memerlukan perlindungan dari segala bahaya yang berasal dari lingkungannya setelah fase extra-uterine nya yang aman, dan hanya keluarga dapat mensosialisasikan individu sehingga menjadi individu yang otonom bebas dan emansipatif (Berger dan Berger, 1984). Tulisan Fagan (1995) juga telah memberikan bukti-bukti empiris tentang kehancuran masyarakat Amerika dan tingginya kejadian kriminalitas dalam masyarakat Amerika. Ia mengungkapkan dengan jelas permasalahan yang menyebabkan kondisi tersebut, yang dalam analisanya terjadi melalui beberapa tahap yaitu: (1) Perpecahan dalam keluarga di mana disorganisasi keluarga menyebabkan anak-anak kehilangan cinta kasih orang tua, sehingga sering terjadi depresi pada anak. Hal ini juga berhubungan dengan ketidakhadiran ayah dan ketiadaan otoritas dan disiplin yang juga menjadi sumber penyimpangan perilaku pada anak, (2) Melalui pengalaman diri dalam masyarakat, dimana anak mulai masuk sekolah dan bersosialisasi dengan teman sebaya dan masyarakat yang lebih luas. Adanya kegagalan dan rasa frustasi di sekolah, kurangnya peran sekolah serta tumbuhnya gang-gang baru yang membentuk anak menjadi anti sosial dan nakal, dan (3) Melalui

2 44 kejadian kriminalitas yang cenderung meningkat di kota-kota besar Amerika mulai era 80-an, yang ia percaya juga berkaitan dengan kekejaman dan kekerasan yang terjadi di dalam keluarga. Inilah pentingnya sebuah keluarga yang berfungsi untuk menjamin perkembangan anak. Menjaga keberlangsungan keluarga agar tetap bertahan dalam situasi yang sangat kompleks merupakan tantangan bagi setiap keluarga. Krysan, et.al. mengatakan bahwa landasan teoritis dari keluarga yang kuat adalah teori struktual fungsional karena seluruh anggota keluarga yang terdiri atas struktur ayah, ibu dan anak saling bekerja sama membentuk ikatan yang harmonis dengan menjalankan seluruh peran (fungsi) yang jelas untuk membentuk keluarga bahagia. Keberlangsungan keluarga tentunya sangat ditentukan efektifitas pelaksanaan fungsi keluarga. Parsons memformulasikan konsep functional imperatives terutama dalam kaitannya dengan masalah kelangsungan hidup sistem sosial, termasuk keluarga. Parson meyakini bahwa perkembangan keluarga juga berarti berkaitan erat dengan perkembangan ke empat unsur fungsi (teori tindakan) agar dapat menjaga keberlangsungan keluarga yang disingkat dengan AGIL, yaitu: (1) Fungsi adaptasi (adaptation) (2) Fungsi pencapaian tujuan (goal attainment) (3) Fungsi integrasi (integration) (4) Fungsi latensi (latency) Konsep Parsons dapat juga melihat keluarga sebagai sistem interaksi kolektif dan tingkat perilaku, merujuk pada persekutuan hidup (social community) dan ini dinilai sebagai inti sari struktur sosial yang fungsi utamanya adalah mengintegrasikan. Fungsi integratif ini setidaknya bisa ditunjukkan dalam dua hal: pertama, memberikan kriteria dan atau identitas keanggotaan dalam sistem sosial; kedua, menciptakan norma sosial yang mengatur hubungan individu dan subkolektif dalam sistem sosial. Fungsi adaptasi tersebut akan dilaksanakan dengan tujuan fungsi ekonomi, fungsi pencapaian tujuan akan dilaksanakan terkait dengan pemaksimalan potensi dalam keluarga untuk pencapaian tujuannnya, fungsi integrasi akan dilaksanakan membangun kebersamaan, komitmen, keeratan keluarga. fungsi integrasi bertujuan untuk untuk mempertahankan dan atau menegakkan pola dan struktur di dalam keluarga (Parsons, 1960:57). Fungsi adaptasi akan melaksanakan fungsi-fungsi ekonomi, misalnya melaksanakan produksi dan distribusi barang dan atau jasa. Subsistem ini juga akan

3 45 menghasilkan fasilitas-fasilitas atau alat-alat yang digunakan untuk mencapai tujuan keluarga. Fungsi pencapaian tujuan akan melaksanakan fungsi distribusi kekuasaan dan juga memonopoli penggunaan unsur paksaan yang sah (legalized power) dan juga akan bekerja untuk memaksimalkan potensi masyarakat untuk mencapai tujuan keluarga. Integrasi berkaitan erat dengan upaya keluarga mempertahankan tata cara dan keterpaduan antara komponen-komponen sistem yang saling berbeda pendapat, pandangan, dan kerangka moralitas untuk mendorong terbentuknya solidaritas sosial. Fungsi latensi menangani urusan pemeliharaan nilai-nilai dan norma-norma budaya yang berlaku dalam proses kehidupan berkeluarga terutama untuk tujuan kelestarian struktur keluarga. Subsistem pemeliharaan pola ini akan mamaksimalkan komitmen sosial, motivasi dan mengendalikan ketegangan perasaan-perasaan individu, sehingga mereka dapat melaksanakan dan berpartisipasi dengan baik dalam kehidupan sosial. Fungsi-fungsi keluarga menurut Talcott Parsons inilah akan menjadi acuan teori dalam penelitian ini untuk melihat fungsi keluarga. Berdasarkan keterangan di atas, maka keluarga yang berfungsi dan keluarga yang tidak berfungsi didefinisikan pada Tabel 3. Tabel 3. Keluarga yang Berfungsi dan Tidak Berfungsi Keluarga yang Berfungsi Keluarga yang Tidak Berfungsi 1 Memiliki kapasitas ekonomi keluarga Tidak mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi keluarga 2 Memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri di dalam keluarga Memiliki hambatan untuk mengembangkan diri 3 Mampu melaksanakan kepemimpinan dalam keluarga Kesulitan untuk mendorong dan memotivasi keluarga 4 Ada manajemen yang baik dalam keluarga Kesulitan dalam mengelola keuangan, mengatur dan mengawasi aktivitas anggota keluarga 5 Berjalannya norma keluarga Tidak berjalannya norma keluarga 6 Terbinanya pola interaksi yang baik antara suami- istri anak Tidak terjadinya pola interaksi yang baik antara suami- istri anak 7 Terbangunnya kultur kebiasaan yang baik dalam keluarga bedasarkan nilai agama yang dianut Tidak terbangunnya kebersamaan dalam keluarga Pemberdayaan Keluarga Penanggulangan kemiskinan dengan basis pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah usaha menanggulangi kemiskinan yang dimulai dengan aras mikro. Dengan demikian, pemberdayaan masyarakat lebih dimaknai sebagai proses penguatan kapasitas masyarakat mulai di aras komunitas lokal, mulai dari individu,

4 46 kelompok, hingga organisasi untuk sampai pada keupayaan menentukan pilihanpilihan yang dinilai dapat meningkatkan pemenuhan hajatnya, meskipun sebenarnya, pemahaman pemberdayaan beragam, mulai dari yang sangat strukturalis-radikal dalam kerangka merebut dan merubah struktur kekuasaan agar menghilangkan penindasan hingga pada pengertian yang menekankan proses berbagi kekuasaan antar pihak. Pemberdayaan pada dasarnya dapat dipahami oleh dua kecenderungan. Pertama, proses yang menekankan pada pemberian, pengalihan kekuasaan, kekuatan dan kemampuan kepada masyarakat agar individu-individu dalam masyarakat dapat meningkatkan kapasitas diri. Proses ini pada umumnya dilengkapi dengan upaya membangun aset materi guna mendukung kekuatan individu yang berlanjut dengan peningkatan kapasitas kelembagaan dan organisasi. Kedua, proses stimulisasi yang mendorong motivasi individu agar meningkat keupayaannnya melalui sebuah proses dialog (Harry Hikmat, 2004). Berdasarkan berbagai pemahaman pemberdayaan diperoleh beberapa aspek yang menjadi perhatiannya, yaitu: (1) Peningkatan peluang masyarakat dalam melakukan pilihan-pilihan, (2) Peningkatan derajat kebebasan seseorang atau masyarakat dalam mengembangkan hidupnya, (3) Peningkatan kapasitas masyarakat dalam penguasaan sumberdaya ekonomi, dan (4) Peningkatan posisi kewenangan dalam menentukan suatu pilihan. Artinya, pemberdayaan adalah sebuah proses yang memberi ruang kepada masyarakat untuk mengembangkan dirinya dalam kaitan partisipasi dalam berbagai hal, memperluas jaringan sosial, mencapai kemandirian, dan keadilan. Dengan demikian, pemberdayaan itu dapat dikatakan sebuah proses yang berjenjang mulai dari aras individu, keluarga, kelompok, organisasi hingga masyarakat yang lebih luas. Pemberdayaan mengenal beragam dimensi, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik. Komunitas yang telah berdaya selanjutnya diharapkan menjadi basis dalam proses pemberdayaan ke arah masyarakat lebih atas. Prosesnya mulai dari dimensi pemberdayaan ekonomi, sosial hingga politik. Oleh karena komunitas yang telah berdaya ini boleh jadi dapat menjadi pembangkit rasa percaya diri dari komunitas lain untuk mencoba berinisiatif mengambil keputusan dan bertanggungjawab atas tindakan sendiri. Dalam konteks pemberdayaan maka keluarga yang berdaya adalah keluarga yang mampu memenuhi kebutuhan pokok keluarga, mampu berinteraksi dengan baik

5 47 internal dan eksternal dengan nilai-nilai agama yang dianut serta memiliki motivasi untuk perubahan keluarga yang ditandai dengan kemapuan mengelola emosi dan terbangunnya kualitas spritual keluarga. Ciri-ciri dari keberdayaan memiliki kesamaan karakteristik keluarga sukses (successful families) dan keluarga sehat (healthy families). Krysan dkk (1990:2-3) melakukan penelitian identifikasi keluarga sehat, mengkaji komponen serta pemilihan pengukurannya. Kajian terhadap berbagai penelitian karakteristik keberdayaan keluarga menjelaskan komponennya terdiri dari komunikasi, dorongan berprestasi, komitmen keluarga, orientasi agama, hubungan sosial, kemampuan adaptasi, penghargaan. Nick Stinnet & Jhon (1985:29) merinci komponen kekuatan keluarga: komunikasi, komitmen keluarga, kualitas spritual, hubungan sosial, kemampuan menghadapi krisis, apresiasi. Judson Swihart (1988:75) menetapkan komponen kekuatan keluarga adalah komunikasi, komitmen keluarga, orientasi agama, hubungan sosial, kemampuan beradaptasi, kebebasan berekspresi, dorongan terhadap keluarga, peran yang jelas. Rincian komponen kekuatan dari berbagai pendapat dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Komponen Kekuatan Keluarga menurut Krysan&Zill, Nick Stinnet&Jhon, Judson Swihart, dan Dalam Kajian Penelitian 1. Krysan & Zill 2. Nick Stinnet & 3.Judson Swihart Kajian Penelitian Jhon Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komunikasi Komitmen keluarga Komitmen Komitmen keluarga Komitmen terhadap keluarga Orientasi agama Kualitas spiritual Orientasi agama Kualitas keberagamaan Hubungan sosial Hubungan sosial Hubungan sosial Hubungan dan interaksi dengan lingkungan Kemampuan adaptasi Kemampuan menghadapi krisis Kemampuan beradaptasi Kemampuan menghadapi masalah Penghargaan Apresiasi Kebebasan berekspresi Kemampuan mengelola emosi Dorongan berprestasi Dorongan terhadap keluarga Motivasi untuk perubahan keluarga Peran jelas Peran yang jelas Pemenuhan kebutuhan pokok Waktu kebersamaan Waktu kebersamaan Apabila dirangkum keberdayaan itu menjadi kondisi dinamis keluarga yang ditunjukkan pada kemampuan keluarga dalam pemenuhan dan mengatasi masalahmasalah kebutuhan pokok keluarga, mampu membangun interaksi dengan lingkungan internal keluarga (yang tercermin lewat komunikasi yang positif, menjaga komitmen keluarga) dan interaksi dengan di luar lingkungan keluarga yang didasari nilai-nilai

6 48 agama yang dianut, memiliki motivasi untuk memperbaiki keluarga yang ditandai kemampuan mengatasi emosi dan didukung oleh kualitas spritual keluarga. Berdasarkan keterangan di atas, maka keluarga yang berdaya dan keluarga yang tidak berdaya didefinisikan pada Tabel 5. Tabel 5. Keluarga yang Berdaya dan Tidak Berdaya Keluarga yang Berdaya 1 Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan fisik keluarga (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan) 2 Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial keluarga yang ditandai dengan terbangunnya interaksi/ huibungan yang harmonis di dalam keluarga (yang tercermin lewat komunikasi yang positif dan saling bekerjasama dalam membangun komitmen keluarga) dan di luar lingkungan dkeluarga didasari nilai-nilai agama yang dianut 3 Memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis keluarga yang ditandai Memiliki motivasi untuk memperbaiki kondisi keluarga yang ditandai dengan kemampuan mengelola emosi, dan dukungan kualitas spritual keluarga Keluarga yang Tidak Berdaya Memiliki keterbatasan untuk memenuhi kebutuhan fisik keluarga (sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan) Memiliki keterbatasan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan sosial (hubungan yang kurang harmonis di dalam keluarga, kurang bekerjasama dalam membangun komitmen keluarga Memiliki keterbatasan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan psikologis, kurang motivasi untuk memperbaiki kondisi keluarga, ketidakstabilan emosi, kualitas spiritual yang belum baik Lingkungan Pelaksanaan fungsi keluarga tentunya juga dipengaruhi oleh lingkungan, yang dianggap sebagai faktor eksternal yang memberikan kontribusi baik secara positif maupun negatif dalam mempengaruhi perilaku anggota keluarga. Lawrence Green (1980) mengatakan, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor pokok: (1) Faktor predisposisi (predisposing factors), yakni faktor pencetus timbulnya perilaku seperti pikiran dan motivasi untuk berperilaku yang meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan, nilai dan persepsi yang berhubungan dengan motivasi individu untuk berperilaku. (2) Faktor-faktor yang mendukung (enabling factors), yakni faktor yang mendukung timbulnya perilaku sehingga motivasi atau pikiran menjadi kenyataan, termasuk di dalamnya adalah lingkungan fisik dan sumber-sumber yang ada di masyarakat. (3) Faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong (reinforcing factors), yakni

7 49 faktor yang merupakan sumber pembentukan perilaku yang berasal dari orang lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku, seperti keluarga, teman, guru atau petugas kesehatan. Faktor lingkungan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah akses terhadap informasi atau media informasi, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan kondisi lingkungan tempat tinggal. Akses Terhadap Informasi Kaye (1997:59) mengemukakan bahwa untuk mampu mengenali inti permasalahan yang sebenarnya, kita dituntut untuk memperoleh informasi lebih banyak. Informasi merupakan bahan mentah untuk menjadi pengetahuan, dan pengetahuan sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia (Slamet, 2001). Di sisi lain, informasi juga merupakan unsur yang penting bagi terbentuknya persepsi dalam diri seseorang terhadap objek, stimulus yang diterimanya. Dalam penyuluhan, informasi yang tepat disajikan adalah informasi yang dibutuhkan dan diinginkan masyarakat, yakni informasi yang bermakna dengan ciri-ciri (Asngari, 2001): (1) Secara ekonomis menguntungkan, (2) Secara teknis memungkinkan dapat dilaksanakan, (3) Secara sosial psikologis dapat diterima sesuai dengan norma dan nilai-nilai yang ada di masyarakat, dan (4) Sesuai dengan kebijakan pemerintah Informasi yang bermakna tentang suatu objek, diharapkan dapat membentuk persepsi yang positif dalam membentuk diri seseorang. Persepsi sendiri merupakan proses awal bagi manusia untuk memberi tanggapan (respons) atas stimulus yang diterimanya melalui panca indera. Sarwono (1997) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses pencarian informasi untuk dipahami dengan menggunakan indera, sedang untuk memahami diperlukan kesadaran atau kognisi. Sesuai dengan paparan di atas maka dapat digambarkan dalam alur pikir dan proses penelitian keberdayaan keluarga pada Gambar 2, sedangkan pola hubungan antar variabel yang digunakan disajikan pada Gambar 3.

8 Pendidikan Suami Pendidikan Istri Tingkat pendapatan Keluarga Usia Suami Menikah Usia Istri Menikah Jumlah Anak Jumlah Tanggungan Motivasi Pernikahan Persepsi peran orang tua Gaya Hidup Keluarga Analisis Deduktif Kajian Teori Hasil Pengamatan Masukan dari para ahli 50 Lingkungan Internal Keluarga Analisis Deduktif Kualitas SDM Keluarga yang berfungsi Memiliki kapasitas ekonomi keluarga Memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri Mampu melaksanakan kepemimpinan dalam keluarga Ada manajemen yang baik dalam keluarga Berjalannya norma keluarga Terbinanya pola interaksi yang baik antara suami- istri - anak Terbangunnya kultur kebiasaan yang baik dalam keluarga bedasarkan nilai agama yang dianut Keluarga yang tidak Berfungsi Tidak mampu mengatasi masalah-masalah ekonomi keluarga, Memiliki hambatan untuk mengembangkan diri, Kesulitan untuk mendorong dan memotivasi keluarga, Kesulitan dalam mengelola keuangan, mengatur dan mengawasi aktivitas anggota keluarga, Tidak berjalannya norma keluarga, Tidak terjadinya pola interaksi yang baik antara suami- istri anak Tidak terbangunnya kebersamaan dalam keluarga Keluarga yang berdaya Mampu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis keluarga Keluarga yang tidak berdaya Tidak Mampu memenuhi kebutuhan fisik, sosial, dan psikologis keluarga Penyuluhan Paradigma Lama - Sekedar menyampaikan informasi - Top Down Planning - Non partisipatif - Bersifat monologis, abstrak, dan verbal - Ketergantungan terhadap penyuluhan - Cara : Ceramah, Presentasi tulisan atau gambar, Tanya Jawab Penyuluhan Paradigma Baru - Penyuluhan keluarga merupakan proses perubahan perlaku keluarga- - Bottom Up Planning - Partisipatif - Bersifat dialogis, nyata, dan terapan - Sustainability (Perubahan yang berkelanjutan) - Cara : Diskusi kelompok, Simulasi, Demonstrasi, Praktek Kerja, Kunjungan lapangan Strategi Penyuluhan Pemberdayaan Keluarga Meningkatkan Kualitas karakteristik keluarga Peningkatan Fungsi AGIL dalam Keluarga Lingkungan Eksternal Keluarga X 2.1 Isu Keluarga di Tempat Kerja X 2.2 Kondisi lingkungan tempat tinggal X 2.3 Akses terhadap informasi Gambar 2. Alur Pikir dan Proses Penelitian Keberdayaan Keluarga Analisis Induktif -Pengujian Hipotesis - Survei -Wawancara mendalam - Uji Statistik Keberdayaan Keluarga

9 Gambar 3. Pola Hubungan Antar Variabel dalam Penelitian Keberdayaan Keluarga di Perkotaan dan Pedesaan: Kasus Kecamatan Duren Sawit dan Kecamatan Jasinga Karakteristik Keluarga: X 1.1 Tingkat Pendidikan Suami Responden X 1.2 Tingkat Pendidikan Responden X 1.3 Tingkat Pendapatan Keluarga X 1.4 Usia Suami Responden Ketika Menikah X 1.5 Usia Responden Ketika Menikah X 1.6 Jumlah Anak X 1.7 Jumlah Tanggungan X 1.8 Motivasi Pernikahan X 1.9 Persepsi Peran Orang Tua X 1.10 Gaya Hidup Keluarga Fungsi Keluarga : Y 1.1 Adaptasi Kapasitas ekonomi Keluarga Kapasitas Pengembangan diri dalam Keluarga Y 1.2 Pencapaian Tujuan Kepemimpinan dalam keluarga Manajemen Keluarga Y 1.3 Integrasi Norma Keluarga Komunikasi dalam keluarga Pola hubungan suami-istri Pola hubungan antar anak Pola perlakuan orangtua-anak Y 1.4 Latensi Sosialisisasi Nilai Kualitas Pelaksanaan Nilai Keberdayaan Keluarga (Y2) Tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan fisik keluarga Tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan sosial keluarga Tingkat kemampuan pemenuhan kebutuhan psikologis keluarga Lingkungan X 2.1 Isu Keluarga di Tempat Kerja X 2.2 Kondisi Lingkungan TempatTinggal X 2.3 Akses terhadap informasi

10 52 Hipotesis Penelitian Mengacu pada pola hubungan antar variabel pada Gambar 3, maka hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut: (1) Karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami menikah, usia istri menikah, jumlah anak, jumlah tanggungan, motivasi pernikahan, persepsi peran orang tua, gaya hidup) dan lingkungan (kondisi lingkungan tempat tinggal, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan akses terhadap informasi) berpengaruh nyata terhadap pelaksanaan fungsi AGIL dalam keluarga (fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi). (2) Karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami menikah, usia istri menikah, jumlah anak, jumlah tanggungan, motivasi pernikahan, persepsi peran orang tua, gaya hidup), lingkungan (kondisi lingkungan tempat tinggal, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan akses terhadap informasi), dan fungsi AGIL dalam keluarga (fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi) berpengaruh nyata terhadap keberdayaan keluarga. (3) Terdapat perbedaan yang nyata antara karaktersitik keluarga (tingkat pendidikan suami responden, tingkat pendidikan responden, tingkat pendapatan keluarga, usia suami menikah, usia istri menikah, jumlah anak, jumlah tanggungan, motivasi pernikahan, persepsi peran orang tua, gaya hidup), lingkungan (kondisi lingkungan tempat tinggal, isu keluarga di lingkungan tempat kerja, dan akses terhadap informasi), fungsi AGIL keluarga (fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan latensi), dan keberdayaan keluarga di perkotaan dan pedesaan.

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional

BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT. Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional BAB II STRUKTURAL FUNGSIONAL TALCOTT PARSONT Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori struktural fungsional oleh Talcott Parsons. 45 Prinsip-prinsip pemikiran Talcott Parsons, yaitu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA Pemberdayaan dan Partisipasi Masyarakat Pemberdayaan mempunyai dua dimensi. Pertama, suatu proses mengalihkan kemampuan, kekuatan dan kekuasaan kepada masyarakat agar menjadi lebih berdaya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG

2015 POLA ASUH KELUARGA PEDAGANG IKAN DI PASAR CIROYOM KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil di dalam masyarakat yang terdiri dari dua orang atau lebih yang dibentuk atas dasar tali perkawinan yang sah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Seorang individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku individu berkaitan erat dengan yang namanya peran dalam kehidupan bermasyarakat. Peran mengandung hal dan kewajiban yang harus dijalani oleh seorang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah kelompok atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Sosialisasi Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan atauran dari suatu generasi kegenerasi lainnya dalam sebuah

Lebih terperinci

KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA ASTRIANA BAITI SINAGA

KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA ASTRIANA BAITI SINAGA KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA ASTRIANA BAITI SINAGA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal.

BAB II KERANGKA TEORI. pengalaman serta lingkungan sekitar dari manusia tersebut tinggal. BAB II KERANGKA TEORI 2.4. Persepsi Dalam memandang suatu permasalahan dari setiap manusia mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Persepsi menurut manusia yang satu belum tentu sama dengan persepsi manusia

Lebih terperinci

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang

Pilihan Strategi dalam Mencapai Tujuan Berdagang Bab Dua Kajian Pustaka Pengantar Pada bab ini akan dibicarakan beberapa konsep teoritis yang berhubungan dengan persoalan penelitian tentang fenomena kegiatan ekonomi pedagang mama-mama asli Papua pada

Lebih terperinci

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons

BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL. A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons BAB II TALCOTT PARSONS: TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL A. Teori Struktural Fungsional Talcott Parsons Teori ini digunakan oleh peneliti untuk menganalisis pesantren dan pangajian taaruf (studi kasus eksistensi

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang penelitian dimana di dalamnya dijelaskan permasalahan penelitian yang menjadi ketertarikan peneliti dalam memilih penelitian ini yang dikemas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Di dalam keluarga inti, khususnya orang tua berperan penuh dalam proses tumbuh kembang anak melalui pemberian hak pengasuhan secara optimal. Hak-hak tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik,

BAB I PENDAHULUAN. spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara soal mistik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai bangsa yang religius, Indonesia menempatkan agama sebagai landasan moral, spiritual, dan etika di berbagai aspek kehidupan sosial masyarakat. Berbicara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1981, didirikan Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Karawang. Alasan didirikannya karena kemajuan pembangunan yang sangat pesat di Kota ini. Hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mencapai kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Asuh Orangtua Pola asuh orangtua merupakan interaksi antara anak dan orangtua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orangtua mendidik, membimbing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang senantiasa mendambakan suasana lingkungan yang kondusif, penuh kedamaian, kesejukan, dan ketenangan lahir batin dalam lingkungan dimana mereka

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah 7 TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah Duvall (1971) menyatakan bahwa kesiapan menikah adalah laki-laki maupun perempuan yang telah menyelesaikan masa remajanya dan siap secara fisik, emosi, finansial, tujuan,

Lebih terperinci

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 91 V. SIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 5.1. Simpulan Berdasarkan permasalahan, tujuan, hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bagian terdahulu, maka dapat dikemukakan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Persepsi Manusia sebagai makhluk yang memiliki pemikiran yang beragam, maka pasti memiliki persepsi yang berbeda-beda dalam melihat suatu masalah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Badan Keswadayaan Masyarakat ( BKM) dan fungsi BKM Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) merupakan suatu institusi/ lembaga masyarakat yang berbentuk paguyuban, dengan

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat

PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat Kontrak Belajar 1. Kontrak ini berlaku untuk kuliah selama satu semester

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Struktural Fungsional Suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Dengan menggunakan defenisi ini,

Lebih terperinci

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA

BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA BUPATI KARANGANYAR PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 42 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KETAHANAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 KonteksMasalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 KonteksMasalah Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang pertama kali kita masuki dimana didalamnya kita mendapatkan pembelajaran mengenai norma-norma, agama maupun proses sosial

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain BAB II TINJAUAN TEORI 2.1 Keluarga 2.1.1 Pengertian Menurut UU No.10 tahun 1992 keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, atau suami istri dan anaknya atau ayah dan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA

PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA PENGARUH KOMUNIKASI GURU DAN PARTISIPASI GURU TERHADAP KINERJA GURU DI SMP NEGERI 2 KARTASURA SKRIPSI Disusun Untuk memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Progdi. Pendidikan Ekonomi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Berbicara mengenai pendidikan, maka tidak bisa dilepaskan dari peranan sekolah sebagai wadah penggemblengan generasi penerus, dan peranan pendidik sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah

BAB II KAJIAN TEORI. A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian. koran Kompas edisi 18 September 2007, bahwa setelah BAB II KAJIAN TEORI A. Ketergantungan Melemahkan Kemandirian Pengembangan inovasi unggulan pertanian ini tidak sepenuhnya memberikan dampak positif bagi petani. Sebagaimana dikutip dalal cerita dalam koran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan sosial yang semakin kompleks menuntut keluarga untuk dapat beradaptasi secara cepat (Sunarti 2007). Duvall (1971) menjelaskan bahwa perubahan ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya Penelitian sebelumnya dilakukan oleh (Adikampana dkk, 2014) yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal dalam Pengembangan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam

Lebih terperinci

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga

diketahui masalah fungsional utama yang merupakan proses yang terjadi dalam keluarga nelayan. Pada gilirannya, maka dapat diukur output keluarga KERANGKA PEMIKIRAN Kesejahteraan merupakan suatu hal yang bersifat subjektif, sehingga setiap keluarga atau individu di dalamnya yang memiliki pedoman, tujuan, dan cara hidup yang berbeda akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Nikah, menikah, dan pernikahan, tiga kata ini akan selalu menjadi bahasan paling menarik sepanjang masa. Apalagi bagi mereka yang berstatus mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan lebih lanjut (Depdiknas, 2011). Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa

BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS. Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak Di Dusun Dukuan Desa BAB II TEORI FUNGSIONALISME STRUKTURAL DAN TEORI SOLIDARITAS A. Teori Fungsionalisme Struktural Untuk menjelaskan fenomena yang diangkat oleh peneliti yaitu Solidaritas Dan Stratifikasi Antar Petani Tambak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga adalah salah satu kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit terkecil masyarakat yang terjalin hubungan darah, ikatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap organisasi atau perusahaan memerlukan sumber daya untuk mencapai tujuannya. Sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan dapat dikategorikan atas enam tipe

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fungsionalisme Struktural Talcott Parson (dalam Ritzer, 2004:121) beranggapan bahwa suatu fungsi adalah kumpulan kegiatan yang ditujukan ke arah pemenuhan kebutuhan tertentu

Lebih terperinci

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa

Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa Peran Guru dalam Melatih Kemandirian Anak Usia Dini Vanya Maulitha Carissa 125120307111012 Pendahuluan Kemandirian merupakan salah satu aspek terpenting yang harus dimiliki setiap individu dan anak. Karena

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan kesejahteraan sosial yang sangat penting di Indonsia dan perlu mendapat prioritas untuk segera diatasi. Berdasarkan data Badan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak

BAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,

Lebih terperinci

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat

Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat Pemberdayaan masyarakat Konsepsi Pemberdayaan Masyarakat (Bahan Diskusi) Pendidikan Luar Sekolah STKIP Siliwangi Bandung 2011 1 Pemberdayaan masyarakat Latar Belakang konsep pembangunan pada dasarnya bertujuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan 185 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada penelitian yang berjudul pengembangan kemandirian bagi kaum difabel yang difokuskan pada peran Paguyuban Sehati dalam pemberdayaan difabel di

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010).

BAB II LANDASAN TEORITIS. tersebut ketika bekerja sendiri atau dengan karyawan lain (Jones, 2010). BAB II LANDASAN TEORITIS A. Happiness at Work 1. Definisi Happiness at Work Happiness at work dapat diidentifikasikan sebagai suatu pola pikir yang memungkinkan karyawan untuk memaksimalkan performa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 53 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS Kerangka Pemikiran Kemiskinan Proses pembangunan yang dilakukan sejak awal kemerdekaan sampai dengan berakhirnya era Orde Baru, diakui atau tidak, telah banyak menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Remaja dipandang sebagai periode perubahan, baik dalam hal fisik, minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak

BAB I PENDAHULUAN. demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan lingkungan bisnis yang sangat cepat dan komplek seperti demokrafi, geografis, jenis bisnis, lingkungan bisnis, serta dampak globalisasi, mengharuskan oraganisasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut :

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut : BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini berdasarkan analisis hasil yang diperoleh dari ketiga subjek pada penelitian ini, maka ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Copyright 2000 BPHN PP 21/1994, PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA *33776 Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 21 TAHUN 1994 (21/1994) Tanggal: 1 JUNI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diketahui bahwa sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 memberikan keleluasaan kepada daerah untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap tahun jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun. Ini dikarenakan angka kelahiran lebih besar daripada angka kematian. Berdasarkan

Lebih terperinci

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork)

Materi Minggu 2. Kelompok Kerja (Teamwork) T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 7 Materi Minggu 2 Kelompok Kerja (Teamwork) 2.1 Pengertian dan Karakteristik Kelompok Kelompok dapat diartikan sejumlah orang yang terlibat dalam interaksi pada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 116 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 6.1. Kesimpulan Untuk mengatasi permasalahan kemiskinan yang kompleks dibutuhkan intervensi dari semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Selain peran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber

PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Memasuki era globalisasi yang penuh dengan persaingan dan tantangan, bangsa Indonesia dituntut untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai modal penting untuk membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi dewasa ini, sebuah perusahaan bertaraf nasional maupun internasional harus bekerja secara kompetitif dengan meningkatkan efektifitas dan efisiensi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hutan Kemasyarakatan (HKm) Hutan kemasyarakatan (HKm) adalah hutan negara dengan sistem pengelolaan hutan yang bertujuan memberdayakan masyarakat (meningkatkan nilai ekonomi, nilai

Lebih terperinci

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya.

Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN. Makna Pemberdayaan 5/24/2017. Penyebab Ketidakberdayaan. Pemberdayaan (empowerment) Power/daya. Pengertian Pemberdayaan PEMBERDAYAAN Minggu ke 12 Pemberdayaan (empowerment) Power/daya Mampu Mempunyai kuasa membuat orang lain melakukan segala sesuatu yang diinginkan pemilik kekuasaan Makna Pemberdayaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Definisi Kebahagiaan Seligman (2005) menjelaskan kebahagiaan merupakan konsep yang mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Posyandu 1. Pengertian Pos Pelayanan Terpadu atau yang sering disebut dengan Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan kesehatan masyarakat yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

Konsep Dasar Dalam Sistem Sosial Budaya. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-3

Konsep Dasar Dalam Sistem Sosial Budaya. Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-3 Konsep Dasar Dalam Sistem Sosial Budaya Disampaikan pada Kuliah Sistem Sosial Budaya Indonesia, Pertemuan Ke-3 Konsep Dasar Sistem Sosial Budaya Pengertian Konsep Konsep merupakan ide, gagasan, atau pemikiran-pemikiran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Hierarki Kebutuhan Terdapat berbagai macam teori motivasi, salah satu teori motivasi yang umum dan banyak digunakan adalah Teori Hierarki Kebutuhan. Teori

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan baik paparan secara deskriptif maupun pengujian hipotesis yang telah ditetapkan pada hubungan antara iklim organisasi

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab- bab sebelumnya sudah dibahas mengenai proses implementasi, hasil pelaksanaan dan faktor- faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan imlementasi program HKm di

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Madya dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Setiap fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan mengalami masa transisi peran sosial, individu dewasa awal akan menindaklanjuti hubungan dengan

Lebih terperinci

MATERI TAMBAHAN KEWIRAUSAHAAN PTIK

MATERI TAMBAHAN KEWIRAUSAHAAN PTIK MATERI TAMBAHAN KEWIRAUSAHAAN PTIK Etika, hubungannya dengan norma agama dan budaya: Etika adalah sebuah studi tentang moralitas yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang dipilih oleh individu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala unsur-unsur yang mendukung pendidikan. Adapun unsur tersebut adalah siswa, guru,

Lebih terperinci

JURNAL P ENYULUHAN FUNGSI AGIL DAN KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA

JURNAL P ENYULUHAN FUNGSI AGIL DAN KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA JURNAL P ENYULUHAN ISSN: 1858-2664 Maret 2007, Vol. 3, No. 1 FUNGSI AGIL DAN KEBERDAYAAN KELUARGA DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN: KASUS KELUARGA DI KECAMATAN DUREN SAWIT DAN KECAMATAN JASINGA AGIL FUNCTIONS

Lebih terperinci

Ida Yustina, Prof. Dr.

Ida Yustina, Prof. Dr. Ida Yustina, Prof. Dr. Aspek teoritis yang mendasari penelitian Lebih dari 50% kegiatan dalam proses penelitian adalah membaca, oleh karenanya sumber bacaan merupakan bagian penunjang penelitian yang sangat

Lebih terperinci

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 2 Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1 Program Pengembangan Masyarakat (Community Development), seharusnya disesuaikan dengan persoalan yang terjadi secara spesifik pada suatu

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial

MODUL PERKULIAHAN Kapita Selekta Ilmu Sosial Sistem Sosial MODUL PERKULIAHAN Sistem Sosial FAKULTAS Bidang Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh ILMU KOMUNIKASI Public relations/ Yuni Tresnawati,S.Sos., M.Ikom. Humas 2 Abstract Dalam pokok bahasan ini adalah memperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa transisi merupakan faktor risiko utama timbulnya masalah kesehatan pada usia remaja. Masa transisi pada remaja meliputi transisi emosional, transisi sosialisasi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love

BAB V PENUTUP. Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: perhatian pada pengikut (House, 1996). Visi, hope/faith, dan altruistic love BAB V PENUTUP 5.1. Simpulan Simpulan yang dapat ditarik pada penelitian ini adalah: a. Kepemimpinan spiritual berpengaruh positif signifikan pada harga diri karyawan. Path-goal leadership theory membantu

Lebih terperinci

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti BAB II PERUBAHAN SOSIAL TALCOT PARSONS A. Teori Fungsionalisme Struktural AGIL Setiap manusia selama hidup pasti mengalami perubahanperubahan. Perubahan dapat berupa yang tidak menarik atau dalam arti

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI

RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI RENCANA STRATEGIS ORGANISASI DESA CEGAH NARKOBA (DCN) OLEH : MUHAMMAD FAUZI 145120407111043 C-HI-6 BAGIAN I: ORIENTASI ORGANISASI Citra Diri : Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perceraian merupakan suatu perpisahan secara resmi antara pasangan suami-istri dan berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah telah membawa perubahan pada sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Perubahan ini berdampak pada pembangunan. Kini pembangunan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN A.1. Pelaksanaan PPK 1. Efektifitas Pemberdayaan dalam PPK a) Kesesuaian Pemberdayaan dengan dimensi Konteks Program pemberdayaan yang dilakukan: untuk penetapan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep

II. TINJAUAN PUSTAKA. Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pemberdayaan Masyarakat Friedmann dalam Wrihatnolo, dan Riant (2007:59) menyatakan bahwa konsep pemberdayaan muncul sebagai konsep alternatif pembangunan yang pada intinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi

BAB I PENDAHULUAN. masa sekarang menuju masa depan dengan nilai-nilai, visi, misi dan strategi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sebuah institusi pendidikan yang menjadi wadah dan berlangsungya proses pendidikan, memiliki sistem yang komplek dan dinamis dalam perkembangan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 21 TAHUN 1994 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMBANGUNAN KELUARGA SEJAHTERA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat mempunyai peran yang penting

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kontrol Diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrol Diri 1. Definisi Kontrol Diri Kontrol diri mengacu pada kapasitas untuk mengubah respon diri sendiri, terutama untuk membawa diri mereka kepada standar yang sudah ditetapkan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 11 TAHUN : 2016 PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PENCEGAHAN PERKAWINAN PADA USIA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA

TAHAP-TAHAP KEHIDUPAN / PERKEMBANGAN KELUARGA Perkembangan keluarga merupakan proses perubahan yang terjadi pada sistem keluarga meliputi; perubahan pola interaksi dan hubungan antar anggota keluarga disepanjang waktu. Perubahan ini terjadi melalui

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa

Lebih terperinci