KASIA IYAI NIM LEMBAR PENGESAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KASIA IYAI NIM LEMBAR PENGESAHAN"

Transkripsi

1 ARTIKEL Studi Komparasi Kerja Sam Guru Bidang Studi Dengan Guru Bimbingan Koseling Dalam Pelayanan Bimbingan Di SMP Negeri Kota Gorontalo Dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo. Oleh KASIA IYAI NIM LEMBAR PENGESAHAN JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO 014

2 STUDI KOMPARASI KERJA SAMA GURU BIDANG STUDI DENGAN GURU BIMBINGAN KOSELING DALAM PELAYANAN BIMBINGAN DI SMP NEGERI KOTA GORONTALO DAN SMP NEGERI 6 KOTA GORONTALO. Kasia Iyai, Maryam Rahim, Murhima A.Kau. ABSTRAK Kasia iyai,nim Studi Komparasi Tentang Kerja sama Guru Bidang Studi dengan Guru Bimbingan Konseling dalam Pelayanan Bimbingan di SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo.skripsi. Jurusan Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo Pembimbing I, Dra.Ha.Maryam Rahim,M.Pd dan Pembimbing II,Murhima A.Kau,S.Psi,M.Psi. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah terdapat perbedaan kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo?.Tujuan penelitian adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Guru bidang studi dan guru BK di SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo adalah; a) saling memberikan informasi tentang keberadaan siswa data dukung 87 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; b) selalu berpartisipasi dalam pertemuan kasus, data dukung 87 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; c) selalu bekerja sama dalam mengumpulkan data siswa untuk mengindentifikasi masalah yang dihadapi siswa, data dukung 80 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; d) bersama-sama meneliti kesulitan dan kemajuan siswa, data dukung 100 % untuk kedua sekolah tersebut; dan e) bersama-sama membantu memecahkan masalah siswa, data dukung 100 % untuk kedua sekolah dimaksud yaitu SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo. Hipotesis berdasarkan kajian teoritis, maka hipotesis dari penelitian adalah terdapat perbedaan antara kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP 6 Negeri Gorontalo. Kata kunci : Kerja Sama,Guru Bidang Studi,Guru Bimbingan Dan Konseling Kasia Iyai Mahasiswa Jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan, Maryam Rahim, Murhima A.Kau Dosen tetap Universitas Negeri Gorontalo

3 Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator dan instruktur (UU No.0/003, pasal 1 ayat 6). Kesejajaran posisi antara kualifikasi tenaga pendidik satu dengan yang lainnya tidak menghilangkan arti bahwa setiap tenaga pendidik, termasuk konselor, memiliki konteks tugas, ekspektasi kinerja, dan seting pelayanan spesifik yang satu dan yang lainnya mengandung keunikan dan perbedaan. Oleh sebab itu, di dalam naskah ini konteks dan ekspektasi kinerja guru bimbingan dan konseling atau konselor mendapatkan penegasan kembali dengan maksud untuk meluruskan konsep dan praktik bimbingan dan konseling ke arah yang tepat. Kedua sekolah SMP Negri Gorontalo dengan SMP Negeri 6 gorontalo dalam kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling sedikit ada perbedaan dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Masalah yang muncul dalam perbedaan itu seperti : ; a) saling memberikan informasi tentang keberadaan siswa data dukung 87 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; b) selalu berpartisipasi dalam pertemuan kasus, data dukung 87 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; c) selalu bekerja sama dalam mengumpulkan data siswa untuk mengindentifikasi masalah yang dihadapi siswa, data dukung 80 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo. Dengan masalah seperti ini penulis hendak melakukan penelitian,untuk melakukan studi komparasi di Smp Negeri dan Smp Negeri 6 di gorontalo. Perbandingan yang nyata dapat di jelaskan lebih rinci ketika penelti melakukan penelitian kedua sekolah tersebut. Perbedaan yang menunjukkan guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalalm pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sehingga penulis hendak melakukan penelitian di sekolah. Dengan demikian, kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling sangat diperlukan. Kerja sama yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah kerja sama dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa. Berdasarkan latar belakang, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :Kurangnya pemahaman yang jelas dari guru bidang studi tentang pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.kurangnya kerja sama antara guru pembimbing dengan guru bidang studi dalam hal pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Berdasarkan identifikasi masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah "Apakah terdapat perbedaan kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo.Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo.Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan masukan khususnya kepada guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam hal pemberian pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.mengembangkan potensi untuk penulisan karya ilmiah, khususnya bagi pribadi Peneliti maupun kalangan akadimisi, dalam memberikan informasi kepada dunia pendidikan

4 akan pentingnya kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah. Manfaat praktis hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar kebijakan dalam penyelenggaraan pendidikan di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo untuk meningkatkan kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah. Secara praktis tulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam memberikan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah. Selain itu juga diharapkan dapat mendorong daya kritis dan perhatian para pendidik yang ada di lokasi penelitian maupun di sekolah lainnya secara umum. KAJIAN TEORETIS Pengertian Kerja Sama Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat dipisahkan dari komunitasnya dan setiap orang di dunia ini tidak ada yang dapat berdiri sendiri melakukan segala aktivitas untuk memenuhi kebutuhannya, tanpa bantuan orang lain. Secara alamiah, manusia melakukan interaksi dengan lingkungannya, baik sesama manusia maupun dengan makhluk hidup. Soetjipto (011:88-89) menjelaskan kerja sama merupakan salah satu sikap kepedulian antar sesama, yakni melakukan pekerjaan secara kelompok dan berinteraksi secara bersama untuk mencapai suatu tujuan.kerja sama guru bidang studi dengan guru pembimbing dimaksudkan adalah sejauh mana peran dan kerja sama guru bidang studi dengan guru pembimbing dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Bagaimana kerja sama guru bidang dan guru pembimbing dalam pelayananan bimbingan dan konseling di sekolah dengan sub indikator : Memberikan informasi tentang siswa kepada staf bimbingan dan konseling,berpartisipasi dalam pertemuan kasus,bekerja sama dengan konselor atau guru pembimbing mengumpulkan data siswa untuk mengindentifikasi masalah yang di hadapi siswa,meneliti kesulitan dan kemajuan siswa,membantu memecahkan masalah siswa. Dari beberapa pendapat para ahli, dapat diberi kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kerjasama adalah kemampuan individu untuk mewujudkan hubungan-hubungan yang baik antar sesama, sehingga akan berdampak pada pengembangan diri.. Kerja Sama Guru Dengan Konselor Dalam Layanan Bimbingan Dalam kegiatan-kegiatan belajar mengajar sangat diperlukan adanya kerja sama antara guru dengan konselor demi tercapainya tujuan yang diharapakan. Pelaksanaan tugas pokok guru dalam proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari kegiatan bimbingan, sebaliknya layanan bimbingan disekolah perlu dukungan atau bantuan guru. Ada beberapa pertimbangan, mengapa guru juga harus melaksanakan kegiatan bimbingan dalam proses pembelajaran. Dalam hal ini, Soetjipto, Raflis Kosasi (dalam Rocman Natawidjaja dan Moh.Surya 1985; ) mengutip pendapat Miller yang mengatakan bahwa : a) Proses belajar menjadi sangat efektif, apabila bahan yang dipelajari dikaitkan langsung dengan tujuan-tujuan pribadi siswa ini berarti guru ditutut untuk memahami harapan-harapan dan kesulitan-kesulitan siswa, selanjutnya guru dapat menciptakan situasi belajar atau iklim kelas yang memungkinkan siswa

5 dapat belajar dengan baik. b) Guru yang memahami siswa dan masalah-masalah yang dihadapinya, lebih peka terhadap hal-hal yang dapat memperlancar dan mengganggu kelancaran kegiatan kelas. Guru mempunyai kesempatan yang luas untuk mengadakan pengamatan terhadap siswa yang diperkirakan mempunyai masalah. Dengan demikian masalah-masalah itu dapat diatasi sendiri mungkin, sehingga para siswa dapat belajar dengan baik tanpa dibebani oleh suatu permasalahan. c) Guru dapat memperhatikan perkembangan masalah atau kesulitan siswa secara lebih nyata. Berhubung guru mempunyai kesempatan yang terjadwal untuk bertatap muka dengan para siswa, maka ia akan dapat memperoleh informasi yang lebih banyak tentang keadaan siswa, yang menyangkut masalah pribadi siswa, baik kelebihan maupun kekurangannya. Dalam keadaan seperti ini peran guru dalam kegiatan bimbingan sangat penting. Arti Kerja sama Guru Bidang Studi dan Guru Pembimbing Kerja sama antara guru bidang studi dan guru pembimbing adalah merupakan hal yang paling penting di dalam pelayanan bimbingan konseling di sekolah. Ketut (00:64) mengemukakan kerja sama dalam layanan bimbingan yang efektif tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa adanya kerja sama guru pembimbing dengan pihak-pihak yang terkait baik di dalam maupun di luar sekolah, Kerja sama dengan pihak di dalam sekolah, Kerja sama di dalam sekolah antara lain dengan, Seluruh tenaga pengajara dan tenaga kependidikan lainya di sekolah,seluruh tenaga administrasi di sekolah,osis dan organisasi siswa lainya, Kerja sama dengan pihak di luar sekolah,orang tua siswa atau BP-3, Organisasi profesi seperti IPBI (Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia), Lembaga / organisasi kemasyarakatan, Tokoh masyarakat. Lebih Lanjut Ketut (00:58) menjelaskan bahwa dalam pembinaan siswa di sekolah diperlukan adanya kerja sama semua personel sekolah, terutama antara guru mata pelajaran dan guru pembimbing, wali kelas dan kepala sekolah. Pengertian Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling di sekolah belum begitu luas di pahami oleh para guru dan kepalah sekolah. Bahkan di kalangan atas juga ada yang sepenuhnya mempunyai keyakinan bahwa bimbingan dan konseling adalah komponen penting di sekolah di samping kurikilum dan administrasi pendidikan. Pengertian Bimbingan Kata bimbingan merupakan terjemahan dari suatu istilah dalam bahasa Inggris yaitu guidance yang akar katanya guide yang berarti memandu, mengarahkan, mengatur atau mengemudi. Untuk memperoleh pengertian yang jelas tentang defnisi bimbingan, berikut dikutipkan pengertian bimbingan merupakan salah satu bidang dan program pendidikan dan program ini ditujukan untuk membantu mengoptimalkan perkembangan siswa (Hikmawati 010:1). Fungsi Bimbingan dan Konseling Di Sekolah Fungsi-fungsi tersebut diwujudkan melalui penyelenggaraan berbagai jenis layanan bimbingan dan pendukung bimbingan dan konseling untuk mencapai hasil sebagaimana terkandung di dalam masing-masing fungsi bimbingan dan konseling Ketut (00:7-8). Setiap

6 layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling dilaksanakan haruslah secara langsung mengacu pada salah satu atau pada beberapa fungsi itu, agar hasil yang hendak dicapainya secara jelas dapat di identifikasi dan di efaluasi. Tujuan Pelayanan Bimbingan di Sekolah Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan untuk peserta didik baik individu maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal dalam huungan pribadi, sosial, belajar,karier; melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung atas norma-norma yang berlaku. Tujuan bimbingan dan konseling, yaitu membantu mendirikan peserta didik dalam mengembangkan potensi-potensi mereka secara optimal. Hikma wati (011:64) Hipotesis Berdasarkan kajian teoritis, maka hipotesis dari penelitian adalah terdapat perbedaan antara kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP 6 Negeri Gorontalo. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dengan judul Studi Komparasi tentang Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Pelayanan Bimbingan dan konseling di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo. Lokasisi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah dua sekolah dengan masing-masing yaitu di SMP Negeri Gorontalo dan SMP Negeri 6 Gorontalo pada guru mata pelajaran dan guru pembimbing, dengan waktu penelitian yaitu selama (dua) hari mulai terhitung dari tanggal diterbitkannya pengantar penelitian. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini hanya 1 (satu) yaitu : Kerja sama guru bidang studi dengan guru pembimbing dimaksudkan adalah sejauh mana peran dan kerja sama guru bidang studi dengan guru pembimbing dalam pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Indikator yang digunakan untuk mengukur variabel ini adalah sebagai berikut: Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan objek dari keseluruhan penelitian. Adapun anggota populasi dalam penelitian ini adalah guru bidang studi dan guru pembimbing di SMP Negeri Gorontalo berjumlah 54 orang dan SMP Negeri 6 Gorontalo berjumlah 6 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakterisktik yang sama sehingga betul-betul mewakili populasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini dari dua sekolah yaitu SMP Negeri Gorontalo 10% dan SMP Negeri 6 Gorontalo 5% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 15 orang yang ada di SMP Negeri Gorontalo dan 15 orang di SMP Negeri 6 Gorontalo. Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data ini dilakukan sebagai berikut: a.membandingkan hasil pengamatan pertama dengan hasil pengamatan berikutnya, b.membandingkan hasil pengamatan dengan hasil wawancara;

7 c.membandingkan hasil wawancara pertama dengan wawancara berikutnya. Penekanan dari hasil perbandingan ini untuk mengetahui alasan-alasan terjadinya perbedaan data yang diperoleh selama proses pengumpulan data. Adapun analisis data dilakukan secara interaktif yang dimulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Proses analisis data dilakukan secara terus menerus di dalam proses pengumpulan data selama penelitian berlangsung. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian dalam skripsi ini adalah SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo. Untuk mengetahui obyektivitas lokasi penelitian dari kedua sekolah ini, maka peneliti akan mendeskripsikannya secara terpisah antara keduanya dengan mengacu pada profil sekolah yang diperoleh peneliti di lapangan. Sejarah Berdirinya SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo 1. SMP Negeri Kota Gorontalo SMP Negeri Kota Gorontalo didirikan pada tahun 1955, serta ditetapkan pengoperasian kegiatan pembelajarannya dalam SK Mendikbud pada tanggal 1 Juli 1955 dengan Nomor: 3705/B/3. Tgl. 1 Juli 1955, dan Nomor Statistik Sekolah (NSS): SMP Negeri Kota Gorontalo yang terletak di Jalan Budi Utomo No. 98 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo ini berdiri di areal tanah seluas 787 M. Pada awal didirikan, SMP Negeri Kota Gorontalo hanya memiliki 5 ruang belajar dan perlahan-lahan bertambah jumlah bangunannya sesuai dengan jumlah kebutuhan. Jika pada awalnya areal tanah yang begitu luas hanya terdapat luas bangunan 30 M (40 m X 8 m), dan dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran terhadap 86 siswa. Akan tetapi dengan bergulirnya waktu yang begitu cepat dan animo masyarakat begitu besar terhadap lembaga pendidikan tersebut, maka saat ini SMP Negeri Kota Gorontalo telah telah memiliki luas bangunan 404 M atau 30 Rombongan Belajar serta diperuntukkan pada kegiatan pembelajaran siswa yang berjumlah 118 orang dengan tenaga pengajar/guru sebanyak 56 orang, tenaga administrasi/tata usaha sebanyak 9 orang, dan petugas kebersihan/penjaga sekolah sejumlah orang.. SMP Negeri 6 Kota Gorontalo SMP Negeri 6 Kota Gorontalo didirikan pada tahun 1951, serta ditetapkan pengoperasian kegiatan pembelajarannya dalam SK Mendikbud Nomor: 678 tgl. tanggal 6 Agustus 1979, dan Nomor Statistik Sekolah (NSS): SMP Negeri 6 Kota Gorontalo yang terletak di Jalan Jaksa Agung Suprapto No. 4 Kecamatan Kota Selatan Kota Gorontalo ini berdiri di areal tanah seluas 6045 M. Pada awal didirikan, SMP Negeri 6 Kota Gorontalo hanya memiliki 4 ruang belajar dengan luas bangunan 56 M (3 m X 8 m), yang dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran terhadap 66 siswa, dan saat ini telah telah memiliki luas bangunan 3903,54 M atau 3 Rombongan Belajar serta diperuntukkan pada kegiatan pembelajaran siswa yang berjumlah 1187 orang dengan tenaga pengajar/guru sebanyak 64 orang, tenaga administrasi/tata usaha sebanyak 10 orang, dan petugas kebersihan/penjaga sekolah sejumlah orang. b. Keadaan Siswa SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo.

8 SMP Negeri Kota Gorontalo sebagaimana yang telah disebutkan di aas, bahwa jumlah siswa SMP Negeri Kota Gorontalo tahun ini (TP. 01/013) seluruhnya berjumlah 118 orang, yang terdiri; siswa putra berjumlah 498 orang dan putri berjumlah 630 orang. Untuk kejelasannya, perhatikan tabel 4.1 tentang keadaan siswa SMP Negeri Kota Gorontalo. Studi Komparasi tentang Kerja Sama Guru Bidang Studi dengan Guru Bimbingan Konseling dalam Pelayanan Bimbingan di SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo Untuk mengetahui studi komparasi tentang kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan konseling dalam pelayanan bimbingan di SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo, peneliti melakukan analisis hasil angket yang diedarkan kepada guru bidang studi dan guru bimbingan konseling dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang pada masing-masing sekolah. Pertanyaan utama yang peneliti ajukan dalam angket adalah pertanyaan nomor 1, sedangkan pertanyaan pendukung adalah nomor, 3, 4, s/d 0. Untuk kejelasan hasil angket Guru SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo, dapat dilihat pada uraian dan tabel berikut ini! Tabel 4.5 Analisis Hasi Angket Guru Bidang Studi Membantu Guru BK untuk Mencari Informasi tentang Keberadaan Siswa Baik Terkait dengan Aktivitas Belajarnya Maupun Perilaku atau Kepribadiannya No S o a l Pilihan Jawaban SMP Negeri SMP Negeri 6 Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase Selalu 9 60 % % 1 Kadang-kadang 6 40 % 5 33 % Tidak Pernah 0 0 % 0 0 % Jumlah % % Pertanyaan yang diajukan untuk tabel di atas adalah; Apakah guru bidang studi selalu membantu guru BK untuk mencari informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya? Terhadap pertanyaan tersebut, hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut; Reponden dari SMP Negeri Kota Gorontalo yang menyatakan bahwa guru bidang studi selalu membantu guru BK untuk mencari informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya sebanyak 9 dari 15 responden atau 60 %, yang menjawab kadang-kadang sejumlah 6 dari 15 responden atau 40 %, sedangkan yang menjawab tidak pernah adalah 0 %. Adapun reponden dari SMP Negeri 6 Kota Gorontalo yang menyatakan bahwa guru bidang studi selalu membantu guru BK untuk mencari informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya sebanyak 10 dari 15 responden atau 67

9 %, yang menjawab kadang-kadang sejumlah 5 dari 15 responden atau 33 %, sedangkan yang menjawab tidak pernah adalah 0 % Berdasarkan analisis angket di atas membuktikan bahwa, studi komparasi tentang kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan konseling yang ada di SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo, dalam hal mencari informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya tidak menunjukkan perbedaan yang signfikan. Sebab keduanya menyatakan bahwa guru bidang studi selalu membantu guru BK untuk mencari informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya. Adapun perbedaan jumlah yang terjadi pada jawaban angket tersebut tidak mengurangi makna, sebab perbedaannya hanya terdapat pada intensifitas selalu dan kadang-kadang, serta bukan pada hal yang tidak pernah dilakukan. Pembahasan Hasil Penelitian Bimbingan dan konseling dalam makna secara keseluruhan adalah bantuan yang diberikan kepada siswa yang bertujuan mengarahkan, membimbing dan menggali potensi siswa agar lebih mengenal diri, kemauan bakat dan potensinya sendiri. Atau dengan kata lain, bimbingan dan konseling adalah bantuan yang diberikan kepada seseorang agar memperkembangkan potensipotensi yang dimiliki, mengenali dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan sehingga dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung jawab tanpa bergantung pada orang lain. Adapun kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan dan konseling dalam pelayanan bimbingan dan konseling di SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo tidak mengalami perbedaan yang signifikan. Indikator bentuk kerja sama yang ditunjukkan meliputi; a) saling memberikan informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya; b) selalu berpartisipasi dalam pertemuan kasus; c) selalu bekerja sama dalam mengumpulkan data siswa untuk mengindentifikasi masalah yang dihadapi siswa; d) bersama-sama meneliti kesulitan dan kemajuan siswa; dan e) bersama-sama membantu memecahkan masalah siswa. Dengan demikian dapat dipahami bahwa keberadaan guru Bimbingan dan konseling di SMP Negeri dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo dalam membantu aktivitas belajar siswa dan mengatasi segala permasalahan siswa tidak hanya berdiri sendiri, tetapi lebih dari itu selalu bekerja sama dengan guru bidang studi yang ada. Dengan kata lain, adanya bentuk kerja sama antara guru bimbingan dan konseling dengan guru bidang studi sangat menjamin optimalisasi pelaksanaan tugas dalam rangka menciptakan yang berkualitas baik dari kognif atau prestasi belajar siswa maupun dari segi afektif atau karakter dan kepribadian siswa. PENUTUP Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kerja sama guru bidang studi dengan guru bimbingan konseling dalam pelayanan bimbingan di SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri

10 6 Kota Gorontalo tidak ada perbedaan yang signifikan. Indikator bentuk kerja sama yang ditunjukkan meliputi; a) saling memberikan informasi tentang keberadaan siswa baik terkait dengan aktivitas belajarnya maupun perilaku atau kepribadiannya, data dukung 87 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; selalu berpartisipasi dalam pertemuan kasus, data dukung 87 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; c) selalu bekerja sama dalam mengumpulkan data siswa untuk mengindentifi-kasi masalah yang dihadapi siswa, data dukung 80 % untuk SMP Negeri Kota Gorontalo dan 93 % untuk SMP Negeri 6 Kota Gorontalo; d) bersama-sama meneliti kesulitan dan kemajuan siswa, data dukung 100 % untuk kedua sekolah tersebut; dan e) bersama-sama membantu memecahkan masalah siswa, data dukung 100 % untuk kedua sekolah dimaksud yaitu SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo. Saran.Diharapkan kepada guru bidang studi dan guru bimbingan konseling di SMP Negeri Kota Gorontalo dan SMP Negeri 6 Kota Gorontalo untuk dapat meningkatkan kerja samanya dalam hal pembentukan kepribadian, prilaku, dan kecerdasan peserta didik secara komprehensif. Diharapkan kepada guru bidang studi dan guru bimbingan konseling untuk selalu melakukan koordinasi dan silang kerja sama secara intensif dengan pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab kepada kehidupan peserta didik. DAFTAR PUSTAKA Ahmad,Abu & supriyono widoro Psikologi Belajar. PT,Rineka Cipta Depdiknas Universitas Negeri Gorontalo.009. Buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Djamarad,Bahri Syaiful. 008.Psikologi Belajar.PT.Rineka Cipta Edisi Ke II Faisal, Amir Zulfanah membangkitkan gairah anak untuk berprestasi.pt.cipta Edisi Revisi Ghufron.M.Nur & Risnawati Rini S Teori-Teori Psikologi. Ar-Ruzz Media Hikmawati,Fenti Bimbingan dan Konseling. Jakarta.PT.Raja Grafindo Mahmud. 00. Psikologi Pendidikan. CV Pustaka Setia,010 Elex Media Komputindon Soetjipto,Raflis Kosasi Profesi Keguruan. Jakarta Rineka Cipta Yusuf,Syamsu Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Perpustakaan Nasional Yusuf, Syamsu.009. Landasan Bimbingan dan Konseling. Perpustakaan Nasional Willis,Sofyan Konseling Individual Teori dan Praktek. CV Alfabeta

11

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator

BAB I PENDAHULUHAN. dengan kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widya iswara, fasilitator BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi

Lebih terperinci

DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO. Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa ABSTRAK

DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO. Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa ABSTRAK DESKIPSI PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI MTS NEGERI GORONTALO Irma Amir, Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan layanan bimbingan

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 KOTA GORONTALO ABSTRAK

ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 KOTA GORONTALO ABSTRAK 1 ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 2 KOTA GORONTALO Hamja Abdullah 1), Maryam Rahim 2), Mardia Bin Smith 3) ABSTRAK Permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa optimalnya

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M.

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA. Oleh : Taufik Yusuf * dan M. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA PALANGKA RAYA Oleh : Taufik Yusuf * dan M. Fatchurahman ** Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui evaluasi

Lebih terperinci

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA

DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA DESKRIPSI KOMPETENSI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA KECAMATAN KWANDANG DAN KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Oleh : Suprandi Yusuf Jurusan Bimbingan dan Konseling Gorontalo Universitas Negeri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Dewasa ini pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting demi kelangsungan kehidupan. Baik kelangsungan kehidupan seseorang hingga kelangsungan suatu bangsa.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang

1. PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pembentukan generasi muda penerus bangsa yang berkemampuan, cerdas, dan handal dalam pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN CARA BELAJAR SISWA

KERJASAMA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGEMBANGKAN CARA BELAJAR SISWA Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima 04/02/2013 Direvisi 14/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 KERJASAMA GURU

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Marliani, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konselor merupakan salah satu dari kualifikasi pendidik dalam sistem pendidikan nasional yang setara dengan guru, pamong, tutor, fasilitator dan instruktur. Hal ini

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU PEMBIMBING DALAM MENDORONG MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI Oleh : JUFRI AFRIANTO ERA1D08043 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI FEBRUARI,

Lebih terperinci

Oleh RACHMAD SOLEH. Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN. Pada

Oleh RACHMAD SOLEH. Skripsi. Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN. Pada HUBUNGAN SIKAP TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN PARTISIPASI DALAM PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH PADA GURU BIDANG STUDI DI SMA NEGERI 7 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2008/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya mampu menciptakan individu yang berkualitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas ke depan untuk mencapai suatu cita-cita yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia, berisi hal-hal yang menyangkut perkembangan dan kehidupan manusia serta diselenggarakan dalam hubungan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING BERBASIS DATA ALAT UNGKAP MASALAH KEPADA PARA GURU BK DI KECAMATAN SUKAWATI GIANYAR

PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING BERBASIS DATA ALAT UNGKAP MASALAH KEPADA PARA GURU BK DI KECAMATAN SUKAWATI GIANYAR PELATIHAN PENYUSUNAN RENCANA PELAYANAN BIMBINGAN KONSELING BERBASIS DATA ALAT UNGKAP MASALAH KEPADA PARA GURU BK DI KECAMATAN SUKAWATI GIANYAR Oleh: Tjok Rai Partadjaja, dkk Universitas Pendidikan Ganesha

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa

Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa Latar Belakang: Adanya kebutuhan akan layanan bimbingan yang berkaitan dengan karakteristik dan masalah perkembangan siswa Pendekatan: Pendekatan Perkembangan Berorientasi kepada penciptaan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni:

I. PENDAHULUAN. daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun tentang Sistem Pendidikan Nasional yakni: 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia dewasa ini mengemban tugas menghasilkan sumber daya insani bermutu, seperti yang tercantum dalam UU RI No. 20 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2

BAB I PENDAHULUAN. Arif Hadipranata, 2000, Peran psikologi di Indonesia,Yogyakarta, Fakultas Psikologi UGM,, hlm 75. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang penting bagi setiap individu.tanpa adanya kepercayaan diri maka banyak menimbulkan masalah pada diri individu.dalam

Lebih terperinci

DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON

DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON DESKRIPSI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU KIMIA PADA MATERI HIDROKARBON Putri Rochayati 1), Andari Puji Astuti 2), Tuti Hendrawati 3) 1 Program Studi S1 Pendidikan Kimia 3 SMA Negeri 11 Semarang E-mail: Putrirochayati3@gmail.com

Lebih terperinci

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM

PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM ARTIKEL ILMIAH PARTISIPASI GURU BIDANG STUDY DALAM KEGIATAN PENDUKUNG BIMBINGAN KONSELING DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : ELA WULANDARI ERA1D010125 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. konseling. Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Upaya adalah usaha, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar. 1 Yang dimaksud upaya di sini adalah upaya yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang berilmu. Hal ini dapat diartikan bahwa selama kita hidup ilmu itu harus dicari, ilmu tidak datang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah kebutuhan yang mutlak perlu dipenuhi selama hidup dalam kehidupan manusia. Tidak adanya pendidikan mustahil suatu komunitas manusia bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi-potensinya agar mencapai pribadi yang bermutu. Sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan dan kemampuan siswa. Dengan pendidikan diharapkan individu (siswa) dapat mengembangkan potensi-potensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. terus diupayakan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan media dalam membangun kecerdasan dan kepribadian anak atau peserta didik menjadi manusia yang lebih baik. Oleh karena itu, pendidikan secara terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang

BAB I PENDAHULUAN. kembar identik pun masih dapat dibedakan melalui sifat-sifat non-fisik yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya.

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya. BAB V ANALISIS DATA 1. SMPN 1 Sumberrejo a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah Bagi konselor, jam pelajaran bagi bimbingan dan konseling mempunyai makna yang sangat penting,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan unsur dari berbagai bidang dalam kegiatan pendidikan di Sekolah atau lembaga pendidikan formal. Pada umumnya ada tiga ruang

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI MASALAH RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO

ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI MASALAH RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO 1 ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENANGANI MASALAH RENDAHNYA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 7 KOTA GORONTALO Maryam Rahim, Meiske Puluhulawa, Lenny Widyastuti ABSTRAK

Lebih terperinci

¹ Sofyan Kasiaradja Mahasiswa pada Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo: Prof.Dr.H. Ansar M.Si dan Dr. Asrin M.

¹ Sofyan Kasiaradja Mahasiswa pada Jurusan Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo: Prof.Dr.H. Ansar M.Si dan Dr. Asrin M. KINERJA GURU DALAM PEMBELAJARAN PADA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI DI KECAMATAN POSIGADAN Sofyan Kasiaradja,Ansar,Asrin ¹ Jurusan Manajemen Pendidikan, Program Studi S1, Manajemen Pendidikan Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk pribadi yang memiliki karakteristik yang unik, spesifik, dan berbeda dengan satu sama lain, serta manusia memiliki pribadi yang khas.

Lebih terperinci

AN NAJAH JURNAL STUDI ISLAM Vol.1, No.1, September 2011

AN NAJAH JURNAL STUDI ISLAM Vol.1, No.1, September 2011 PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI MATEMATIKA PADA ANAK-ANAK SEKOLAH DASAR H. Cholil Abstrak. Keberadaan Bimbingan dan konseling sangat di perlukan dalam sebuah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan

I. PENDAHULUAN. sendiri yaitu mempunyai potensi yang luar biasa. Pendidikan yang baik akan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan jalan efektif bagi upaya pengembangan sumber daya manusia, karena melalui pendidikan siswa dibina untuk menjadi dirinya

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI 16 KOTA JAMBI Oleh: LENI MARLINA EA1D209032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk paling unik di dunia. Sifat individualitas manusia memunculkan perbedaan karakter antara satu dengan yang lainnya. Tidak hanya seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Telah muncul kesadaran pada diri banyak orang, bahwa pembangunan pendidikan merupakan peristiwa yang tidak akan pernah selesai selagi peradaban manusia masih

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #1 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Pengantar Secara yuridis keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi guru,

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN

PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN PEMANFAATAN BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 7 BANJARMASIN Oleh: Sri Mujinah Abstrak Pemanfaatan bimbingan dan konseling oleh siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak

PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI. Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon. Abstrak PERAN GURU DALAM MENDIDIK SISWA BERDASARKAN PSIKOLOGI Juwanda Jurdiksatrasia Unswagati Cirebon Abstrak Guru merupakan titik sentral dalam mencapai keberhasilan dalam dunia pendidikan. Selain ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd **

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd ** 1 2 PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG PENERAPAN AZAS KERAHASIAAN OLEH GURU BK DALAM PELAKSANAAN KONSELING PERORANGAN (Studi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Linggo Sari Baganti) By: * Student ** lectures Peni

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan dan konseling oleh siswa di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. bimbingan dan konseling oleh siswa di SMA Negeri 1 Telaga Biru Kabupaten 41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Deskripsi Hasil Peneltian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pemanfaatan layanan bimbingan dan konseling oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan Bimbingan dan konseling merupakan bantuan yang memfasilitasi perkembangan peserta didik dalam menjalani pengalaman pembelajaran di sekolah, dengan demikian

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengaruh Kompetensi Profesional Guru Mata Pelajaran PAI, terhadap Prestasi Siswa di SMPN se Kabupaten Tulungagung. Temuan dari penelitian menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11).

BAB I PENDAHULUAN. mereka mengubah dirinya sendiri (QS. Ar Ra du/13: 11). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah Menengah Atas didasarkan bukanlah semata terletak ada atau tidaknya landasan hukum (perundang-undangan).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral,

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan, dan kesemimbangan dalam aspek-aspeknya yaitu spiritual, moral, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun

Lebih terperinci

BAB II PROFIL SDN SAMPARWADI 2. Samparwadi Ds. Puser RT/RW.001/002 Kec. Tirtayasa Kab. Serang-Banten. Berdiri

BAB II PROFIL SDN SAMPARWADI 2. Samparwadi Ds. Puser RT/RW.001/002 Kec. Tirtayasa Kab. Serang-Banten. Berdiri BAB II PROFIL SDN SAMPARWADI 2 A. Gambaran Umum SDN Samparwadi 2 SDN Samparwadi 2 merupakan sekolah dasar berstatus negeri, terlatak di Kp. Samparwadi Ds. Puser RT/RW.001/002 Kec. Tirtayasa Kab. Serang-Banten.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, dalam konteks pendidikan, manajemen

BAB I PENDAHULUAN. daya untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, dalam konteks pendidikan, manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pada dasarnya adalah upaya untuk mengatur segala sumber daya untuk mencapai suatu tujuan. Jadi, dalam konteks pendidikan, manajemen adalah proses pengintegrasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA (Studi Situs SMK 1 Blora) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Semakin baik pendidikan suatu bangsa, semakin baik pula kualitas bangsa, itulah asumsi secara umum terhadap program pendidikan suatu bangsa. Pendidikan menggambarkan

Lebih terperinci

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ARAH PILIHAN KARIR ANAK DI KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ARAH PILIHAN KARIR ANAK DI KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL PERAN ORANG TUA DALAM MEMBANTU ARAH PILIHAN KARIR ANAK DI KELAS IX SMP NEGERI 2 LEMBAH GUMANTI KABUPATEN SOLOK JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian tesis ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penggunaan pendekatan kualitatif ini merupakan suatu cara

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun

BAB VI PENUTUP. pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan cukup baik meskipun BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan 1. Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah Pelaksanaan bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di SMPN 1 Sumberrejo sudah berjalan

Lebih terperinci

76 Survei Minat Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling...

76 Survei Minat Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling... 76 Survei Minat Menjadi Guru Bimbingan dan Konseling Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling... SURVEI MINAT MENJADI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2008 FAKULTAS

Lebih terperinci

Bimafika, 2016, 8, 10 15

Bimafika, 2016, 8, 10 15 Bimafika, 2016, 8, 10 15 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CO-OP CO-OP UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MATERI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 AIR BUAYA Hairan Wali 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu

BAB I PENDAHULUAN. membedakan jenisnya dari jenis-jenis makhluk yang lain. Kemampuan belajar itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Belajar adalah suatu proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap. Kemampuan orang untuk belajar ialah ciri penting yang membedakan jenisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pendidikan telah mengawali masuknya konseling untuk pertama kalinya ke Indonesia. Adaptasi konseling dengan ilmu pendidikan diharapkan dapat meningkatkan kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen telah menempati kedudukan sentral di lembaga pendidikan, dan

BAB I PENDAHULUAN. manajemen telah menempati kedudukan sentral di lembaga pendidikan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Lembaga Pendidikan tidak terlepas dari peran manajemen karena manajemen telah menempati kedudukan sentral di lembaga pendidikan, dan sekolah merupakan

Lebih terperinci

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN (Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 14 Padang) Oleh: RIKA YULIA FITRI NPM: 11060038 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mengajar merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 1 Mengajar merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses mengajar bukan hanya kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru kepada subjek belajar atau siswa, melainkan memungkinkan subjek belajar merekonsrtruksi sendiri

Lebih terperinci

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA

GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA Gambaran Komunikasi Interpersonal Guru Mata Pelajaran Dengan Guru Bimbingan... Di SMPN 1 Jakarta GAMBARAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU MATA PELAJARAN DENGAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMPN 1 JAKARTA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan. baik, kesadaran akan tanggungjawab sebagai pelajar, kesadaran

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan. baik, kesadaran akan tanggungjawab sebagai pelajar, kesadaran BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa anak lambat belajar dapat diatasi dengan menggunakan bimbingan belajar, sehingga dengan adanya

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH

JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH JENIS-JENIS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING MAKALAH Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Bimbingan dan Konseling Dosen : Euis Kurniati, S. Pd. M.Pd disusun oleh : ADE UUN K. (0901960) AGUS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING

ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING ANALISIS KINERJA GURU PEMBIMBING DALAM PENYUSUNAN PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING Aan Purwanto (purwanto.aan29@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Yusmansyah 3 ABSTRACT The purpose of this study is to describe

Lebih terperinci

KOMPETENSI SOSIAL GURU BK/KONSELOR SEKOLAH (STUDI DESKRIPTIF DI SMA NEGERI KOTA PADANG)

KOMPETENSI SOSIAL GURU BK/KONSELOR SEKOLAH (STUDI DESKRIPTIF DI SMA NEGERI KOTA PADANG) Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor hlm. 162-166 Info Artikel: Diterima 22/02/2013 Direvisi 1/03/2013 Dipublikasi 01/02/2013 KOMPETENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan syarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumber daya

Lebih terperinci

2015 KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA

2015 KINERJA PROFESIONAL GURU BIMBINGAN DAN KONSELING ATAU KONSELOR DILIHAT DARI KUALITAS PRIBADI DAN FAKTOR BIOGRAFISNYA 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Guru bimbingan dan konseling atau konselor dalam sistem pendidikan nasional dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan kualifikasi

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M.

IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH. ImraatusShalihah, Mahmud, M. IMPLEMENTASI TEKNIK-TEKNIK MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA KELAS IV DI SD NEGERI 33 BANDA ACEH ImraatusShalihah, Mahmud, M.NasirYusuf Miraatus201@gmail.com ABSTRAK Dalam konteks pembelajaran dikelas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia diberi kemampuan lebih dibanding makhluk lain. Kelebihan dan keunggulan manusia dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Berikut dikemukakan landasan teori tentang pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah dasar. 2.1 Pengertian Program Bimbingan Menurut pendapat Hotch dan Costor (dalam

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : S U S A N T O NIM.

ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : S U S A N T O NIM. ARTIKEL ILMIAH PERSEPSI PESERTA DIDIK TERHADAP PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 4 KOTA JAMBI OLEH : S U S A N T O NIM. EA1D311005 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI JULI

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

BAB I P E N D A H U L U A N. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan BAB I P E N D A H U L U A N 1.1. Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menggariskan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi harus didukung oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun suatu bangsa, pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam menjalankan proses kehidupan di dunia pasti memiliki kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan, manusia perlu melakukan sebuah aktivitas yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan

BAB I PENDAHULUAN. warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1 Untuk mencapai tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional bertujuan Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan data kualitatif. Pengertian secara teoretis tentang penelitian deskriptif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu (Nurihsan, 2005). Pendidikan yang bermutu menurut penulis adalah

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA

KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA KORELASI ANTARA KEPRIBADIAN KONSELOR DENGAN PEMANFAATAN LAYANAN BIMBINGAN KONSELING PADA SMP NEGERI 1 PALANGKA RAYA Oleh: M. Fatchurahman* dan Susilawati** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA KELAS AKSELERASI DI SMP N 7 KOTA JAMBI Dwi Wulan Sari, Drs. Suparjo Herlambang, M.Pd, Drs. Asradi, MM Program Studi Bimbingan Konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo

BAB I PENDAHULUAN. Lokasi SMKN Wonorejo di lingkungan pesantren yang merupakan. lembaga sekolah kejuruan yang bernuansa pesantren, siswa SMKN Wonorejo BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan diri merupakan kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah. Kegiatan pengembangan diri merupakan upaya pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap jabatan atau tugas tertentu akan menuntut pola tingkah laku tertentu pula. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan salah satu bentuk proses pemberian bantuan terhadap individu untuk mencapai pemahaman dan pengarahan diri yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan usaha manusia untuk mewariskan, mempertahankan, dan mengembangkan peradabannya. Pendidikan mencakup kegiatan-kegiatan terarah dalam rangka mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

WIGATININGSIH NIM : A54C090028

WIGATININGSIH NIM : A54C090028 PENERAPAN METODE PICTURE AND PICTURE UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MATA PELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV SDN 03 SIDOMULYO AMPEL BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA

ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA ANALISIS PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP NEGERI 1 KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO OLEH : MUHAMMAD GUFRAN LAHIYA Jurusan Bimbingan dan Konseling, Universitas Negeri Gorontalo Program

Lebih terperinci

Kurikulum Prodi Bimbingan dan Konseling

Kurikulum Prodi Bimbingan dan Konseling Published on Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan (http://bk.fip.uny.ac.id) Home > PROGRAM STUDI > Prodi > Kurikulum Kurikulum Prodi Submitted byadminuny on Wed, 01-09-1 08:19 A. Latar Belakang Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara

BAB I PENDAHULUAN. bawaan dari lahir tetapi berkembang dari beribu-ribu pengalaman secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk yang unik dan berkembang menjadi organisme yang segar dan siap untuk belajar mengenal dirinya sendiri. Mengenal diri yang di maksud adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

I. PENDAHULUAN. manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan bertujuan untuk mengembangkan kualitas manusia. Sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan, maka keberadaan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KADER MUHAMMADIYAH DAN MAHASISWA REGULER

PERBANDINGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KADER MUHAMMADIYAH DAN MAHASISWA REGULER PERBANDINGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA KADER MUHAMMADIYAH DAN MAHASISWA REGULER (Studi Kasus di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Angkatan 2010) NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. industri. Istilah kinerja berasal dari kata Job performance (prestasi kerja). Kinerja

BAB II KAJIAN TEORI. industri. Istilah kinerja berasal dari kata Job performance (prestasi kerja). Kinerja BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kinerja Guru 2.1.1 Pengertian Kinerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja berarti hasil yang dicapai melebihi ketentuan. Konsep kinerja awalnya sering dibahas dalam konteks

Lebih terperinci

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH (Studi Deskriptif Pada Kelas VIII di SMP Negeri 2 Pancung Soal) JURNAL Diajukan untuk menyusun

Lebih terperinci

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DI SMP NEGERI KOTA KEDIRI

ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DI SMP NEGERI KOTA KEDIRI ANALISIS KEBUTUHAN TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH (TAS) DI SMP NEGERI KOTA KEDIRI NEED ASSESSMENT OF SCHOOL ADMINISTRATION STAFF AT JUNIOR HIGH SCHOOL KEDIRI Yusuf Bachtiyar Bambang Budi Wiyono Desi Eri Kusumaningrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mengarahkan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mengarahkan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengarahkan perkembangan manusia menuju kearah yang lebih baik, bahwa pendidikan adalah upaya mengarahkan perkembangan kepribadian (aspek psikilogik

Lebih terperinci