PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN"

Transkripsi

1 PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG KETERAMPILAN KOMUNIKASI GURU BK DALAM KONSELING PERORANGAN (Studi terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 14 Padang) Oleh: RIKA YULIA FITRI NPM: Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya Peserta didik yang enggan datang kembali ke ruang BK untuk mengentaskan masalahnya, Guru BK kurang tepat dalam pemberian konfrontasi, Guru BK menggunakan pertanyaan tertutup, belum sampai kepada pemecahan masalah Guru BK sudah mengakhiri proses konseling. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan keterampilan komunikasi Guru BK diantaranya: 1. penghampiran (attending), 2. dalam hal bertanya, 3. pemberian konfrontasi dan 4. dalam pemecahan masalah terhadap peserta didik di SMP N 14 Padang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini seluruh peserta didik kelas VIII SMP N 14 Padang. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling. Jumlah sampel penelitian sebanyak 61 peserta didik. Data penelitian diperoleh melalui angket. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, hasil penelitian ini mengungkapkan persepsi peserta didik tentang keterampilan penghampiran (attending) berada pada kriteria baik, dalam hal bertanya berada pada kriteria cukup baik, pemberian konfrontasi berada pada kriteria baik, pemecahan masalah berada pada kriteria baik. Hasil penelitian ini direkomendasikan kepada Guru BK agar masalah yang dialami oleh peserta didik dapat diselesaikan dengan baik dan dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dalam proses konseling di sekolah. Kata kunci: Komunikasi, attending, keterampilan bertanya, konfrontasi, pemecahan masalah A. Pendahuluan Manusia adalah makluk sosial yang membutuhkan interaksi dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidup. Manusia harus memiliki keterampilan komunikasi dalam membangun interaksi dengan sesama, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Komunikasi akan selalu terjadi di setiap harinya baik dalam lingkungan kelurga, lingkungan masyarakat maupun di sekolah. Komunikasi di sekolah terjadi di setiap waktu, baik antara personil sekolah dengan peserta didik maupun antara peserta didik dengan peserta didik lainnya. Salah satu proses terjadinya komunikasi di sekolah yaitu pada saat pemberian layanan Bimbingan dan Konseling. Salah satunya layanan konseling perorangan. Menurut Prayitno dan Amti ( 2013: 289) Layanan konseling perorangan merupakan jantung hatinya pelayanan bimbingan secara menyeluruh. Layanan BK diberikan oleh seorang konselor kepada peserta didik untuk membantu perkembangan yang optimal dalam diri peserta didik. Pembahasan masalah dalam konseling perorangan bersifat mendalam serta menyentuh hal-hal penting dalam diri peserta didik dan juga bersifat spesifik menuju kearah pemecahan masalah peserta didik dasar utama dalam pelaksanaan konseling perorangan yaitu komunikasi. Surya (2003: 117) menyatakan Konseling pada dasarnya melibatkan komunikasi antara dua pihak yaitu Guru BK dan peserta didik yang berlangsung dalam situasi konseling. Guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan ini sangat dituntut untuk dapat

2 berkomunikasi secara efektif karena komunikasi Guru BK akan sangat berpengaruh terhadap pncapaian tujuan konseling tersebut. Pelayanan BK di sekolah yang diberikan. Kepada peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya. Guru BK harus bisa melaksanakan tugasnya dan mempunyai keterampilan komunikasi, karena setiap manusia itu unik sehingga untuk melaksanakan konseling bisa bervariasi setiap individu. Menurut Tohirin (2011: 303) mengemukakan agar proses konseling dapat berjalan dengan lancar dan tujuannya tercapai secara efektif dan efesien konselor harus mampu mengimplementasikan keterampilan - keterampilan yang relevan. Menurut Geldard Khtryn (2011: 45) Keterampilan-keterampilan mikro konseling adalah elemen-elemen kecil dari seorang Guru BK. Terlihat jelas bahwa seorang Guru BK harus memiliki keterampilan berkomunikasi yang baik agar proses konseling dapat berjalan sesuai dengan yang digarapkan. Keterampilan yang diperlukan oleh seorang Guru BK adalah keterampilan berkomunikasi yang dialogis, khususnya dengan peserta didik. Surya (2003: 117) mengemukakan: komunikasi dialogis pada dasarnya merupakan salah satu bentuk komunikasi interaktif antara satu pihak dengan pihak lain, melalui pnciptaan suatu situasi dalam upaya untuk memperoleh informasi yang diperlukan dalam pembuatan keputusan secara tepat. Keterampilan komunikasi seorang Guru BK terjadi dalam proses konseling untuk memudahkan peserta didik dalam mengentaskan masalahnya, sehingga dengan adanya keterampilan komunikasi yang baik dari Guru BK masalah peserta didik akan terselesaikan dan nantinya peserta didik tidak enggan datang kembali melaksanakan konseling perorangan dengan Guru BK tersebut. Menurut Surya (2003: 119) menjelaskan bahwa sekurang-kurangnya ada delapan keterampilan komunikasi yang harus dikuasai oleh Guru BK dalam melaksanakan konseling, yaitu: keterampilan penghampiran (attending), keterampilan beremati, keterampilan merangkun, keterampilan bertanya, keterampilan kejujuran, keterampilan asertif, keterampilan konfrontasi, keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan-keterampilan tersebut harus dimiliki oleh seorang Guru BK dan dilaksanakan dengan seefektif mungkin dalam pelaksanaan konseling perorangan. Keterampilan komunikasi yang baik oleh Guru BK mempermudah dalam pelaksanaan konseling. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada peserta didik dapat terungkap beberapa informasi sebagai berikut: peserta didik enggan datang kembali ke ruang BK untuk mengentaskan masalahnya dikarenakan pada saat pelaksanaan konseling berlangsung. Guru BK kurang memperhatikan peserta didik dalam melaksanakan konseling. Guru BK sering menggunakan pertanyaan tertutup, sehingga peserta didik sering menjawab ya dan tidak. Guru BK belum sampai kepada pemecahan masalah, Guru BK sudah menghakiri proses konseling. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan, jelas tampak kurangnya keterampilan komunikasi Guru BK dalam pelaksanaan konseling perorangan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP Negeri 14 Padang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam penghampiran (attending) terhadap peserta didik pada awal konseling. 2. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam hal bertanya kepada peserta didik saat proses konseling. 3. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam memberikan keterampilan konfrontasi kepada peserta didik saat proses konseling.

3 4. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam memberikan pemecahan masalah terhadap peserta didik dalam proses konseling. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Ada Guru BK yang belum sepenuhnya memusatkan perhatian kepada peserta didik pada saat proses konseling. 2. Ada Guru BK terkesan menuduh peserta didik. 3. Pemberian konfrontasi yang belum efektif dari Guru BK. 4. Ada Guru BK yang belum berempati kepada peserta didik. 5. Ada Guru BK belum mampu mengarahkan peserta didik untuk berkata jujur dalam proses konseling. 6. Ada Guru BK melakukan pertanyaan tertutup. 7. Ada Guru BK belum sampai kepada memberikan pemecahan masalah terhadap permasalahan peserta didik. Berdasarkan latar belakang, batasan masalah dan fenomena yang terjadi di lapangan, maka rumusan masalah yang akan peneliti rumuskan adalah: Bagaimana persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP Negeri 14 Padang. Adapun manfaat penelitian ini di antaranya: 1. Sebagai bahan masukan Guru BK tentang keterampilan komunikasi yang dimiliki dalam proses konseling dan dapat dijadikan pedoman dalam meningkatkan keterampilan komunikasi Guru BK dalam pelayanan konseling perorangan. 2. Peserta Didik, agar dapat terbuka dan membina hubungan baik dengan Guru BK sehingga terjalin keakraban yang baik. 3. Pimpinan Program Studi Bimbingan dan Konseling, sebagai masukan dalam miningkatkan kualitas calon Guru BK terkait dengan keterampilan komunikasi Guru BK dalam proses konseling perorangan. 4. Penulis, menambah wawasan dan pengetahuan berkenaan dengan keterampilan komunikasi dalam proses konseling dan menerapkannya secara optimal. 5. Penulis selanjutnya, sebagai pengembangan ilmu bimbingan dan konseling dalam bidang keterampilan komunikasi untuk diaplikasikan di lapangan. B. Metode Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah termasuk jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Maksudnya penelitian ini adalah menggambarkan suatu keadaan atau situasi tertentu sebagaimana adanya secara sistematis, faktual dan akurat mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang. Waktu pelaksanakan penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari Tempat pelaksanaan penelitian ini di SMP N 14 Padang. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah peserta didik kelas VIII yang berjumlah 156 0rang peserta didik di SMP Negeri 14 Padang yang pernah melaksanakan konseling perorangan. Menurut Sugiyono (2013: 80) Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah peserta didik kelas VIII.2 dan VIII.3 berjumlah 61 orang peserta didik di SMP Negeri 14 Padang yang pernah melaksanakan konseling perorangan. Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 131) bahwa sampel merupakan bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi.

4 Sangat Kurang Kurang Cukup Sangat Teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Taro Yamane yang dikutip oleh Rahmat (Riduwan, 2010: 65): Dimana: n: jumlah sampel N: jumlah populasi D:presisi yang ditetapkan 10% Dalam penelitian ini jumlah sampel adalah 61 dan tingkat presisi yang ditetapkan sebesar 10%. Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling adalah cara penggambilan sampel dari anggota populasi dengan menggunakan acak tampa menggunakan strata (tingkatan) dalam anggota populasi tersebut, Sugiyono (2010: 241). Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah kuesioner atau angket, berisikan seperangkat pernyataan yang harus dipilih oleh responden untuk memperoleh berbagai keterangan dari subjek penelitian yang diberikan oleh responden menjadi data. Untuk kebutuhan penelitian, maka disusun angket dalam bentuk skala dengan alternatif jawaban angket yang disediakan. Teknik analisis data yang digunakan adalah persentasi untuk mengungkapkan aspek yang diteliti. Data yang diperoleh lalu dibahas dan kemudian diinterpretasi berdasarkan deskriptif analisis. Data yang terkumpul melalui angket dideskripsikan melalui pengolahan Dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian. 2. Membuat tabel pengolahan berdasarkan pernyataan penelitian. 3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukkan ke dalam tabel pengolahan. 4. Menghitung persentase masingmasing frekuensi yang diperoleh, dengan menggunakan teknik analisis persentase, Sudjana (2002: 50) 5. Untuk menafsirkan data, diterapkan kriteria masing-masing seperti yang dikemukakan oleh Riduwan (2010: 89). dengan batasan sebagai berikut: Klasifikasi Kriteria 0% - 20% Sangat Kurang 21% - 40% Kurang 41% - 60% Cukup 61% - 80% 81% - 100% Sangat C. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil penelitian Hasil penelitan akan dibahas berdasarkan sub variabel dan indikator. a. Keterampilan Komunikasi dalam Hal Penghampiran (attending) % - 20% 21% - 40% 41% -61% -81% - 60% 80% 100% diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan konseling perorangan dalam hal penghampiran (attending) di SMP N 14 Padang kategori baik dengan persentase 49,18%. Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu: Prekuensi

5 Sangat Kurang Kurang Cukup Sangat a. Ungkapan Salam dan Sapaan yang Penuh Sopan dengan Nada yang diperoleh mengenai ungkapan salam dan sapaan yang penuh sopan dengan nada yang baik dengan persentase 31,15%. b. Penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan diperoleh mengenai penampilan diri dengan postur fisik yang meyakinkan berada pada kategori cukup baik dengan persentase 14,75%. c. Pengakuan, Sentuhan dan Kontak Fisik diperoleh mengenai pengakuan, sentuhan dan kontak fisik pada kategori cukup baik dengan persentase 37,70%. d. Kontak Mata diperoleh mengenai kontak mata dengan persentase 32,79%. e. Mengamati dan Menyimak dengan penuh perhatian diperoleh mengenai mengamati dan menyimak dengan penuh perhatian berada pada kategori cukup baik dengan persentase 13,11% % - 20% b. Keterampilan Komunikasi dalan Hal Bertanya 21% - 40% 41% - 60% 61% -81% - 80% 100% Prekuensi diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal bertanya di SMP N 14 Padang berada pada kategori baik dengan persentase 31,15%. Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu: a. Pertanyaan terbuka diperoleh mengenai pertanyaan terbukaberada pada kategori baik dengan persentase 36,07%. b. Pertanyaan tertuup diperoleh mengenai pertanyaan tertutup barada pada kategori baik dengan persentase 27,87%. c. Pertanyaan yang diberikan jelas diperoleh mengenai pertanyaan yang diberikan jelas berada pada kategori baik dengan persentase 16,39%.

6 Sangat Kurang Kurang Cukup Sangat Sangat Kurang Cukup Kurang 0% - 20% 21% - 40% 41% - 60% d. Respon balikan terhadap jawaban dengan sikap yang baik dan empati diperoleh mengenai Respon balikan terhadap jawaban dengan sikap yang baik dan empati berada pada kategori sangat baik dengan persentase 31,15%. c. Keterampilan Komunikasi dalam Hal Pemberian Konfrontasi 61% - 80% Sangat 81% - 100% Prekuensi menyatakan perasaan dengan jelas dan sederhana dengan persentase 29,51%. c. Memberikan kepada peserta didik untuk menjelaskan perbedaan pernyataan yang muncul dengan raut wajah yang berbeda perbedaan pernyataan yang muncul dengan raut wajah yang berbeda berada pada kategori cukup baik dengan persentase 16,39%. d. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan tanggapan Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk memberikan tanggapan media audio dan video dengan persentase 36,07%. diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai pemberian konfrontasi berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%. Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu: a. Mengenal perasaan sebagaimana adanya mengenal perasaan sebagaimana adanya berada pada kategori cukup baik dengan persentase 11,48%. b. Menyatakan perasaan dengan jelas dan sederhana % - 20% d. Keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah 21% - 40% 41% - 60% 61% - 80% 81% - 100% Prekuensi

7 diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah dengan persentase 32,79%. Berikut ini diuraikan pembahasan berdasarkan masing-masing indikator yaitu: a. Menjajaki masalah menjajaki masalah berada pada kategori baik dengan persentase26,23%. b. Memahami masalah memahami masalah dengan persentase 32,79%. c. Membatasi masalah membatasi masalah berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%. d. Menjabarkan alternatif menjabarkan alternatif dengan persentase 22,95%. e. Mengevaluasi alternatif mengevaluasi alternatif berada pada kategori cukup baik dengan persentase 26,23%. f. Memilih alternatif memilih alternatif berada pada kategori cukup baik dengan persentase 27,87%. g. Menerapkan alternatif menerapkan alternatif berada pada kategori cukup baik dengan persentase 21,31%. 2. Pembahasan penelitian a. Keterampilan Komunikasi Guru BK dalam Konseling Perorangan Mengenai Keterampilan Penghampiran (attending) diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan konseling perorangan dalam hal penghampiran (attending) di SMP N 14 Padang kategori baik dengan persentase 49,18%. Jadi secara umum persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal penghampiran (attending) di SMP N 14 Padang berada pada ketegori baik. Keterampilan penghampiran (attending) sangat berpengaruh terhadap proses konseling selanjutnya karena di tahap penghampiran ini peserta didik merasakan apakah dia diterima atau tidak dalam proses konseling. Sejalan dengan itu Sofyan (2004: 176) menjelaskan bahwa keterampilan penghampiran (attending) dapat dikatakan sebagai penampilan konselor yang menampakan komponen-komponen perilaku non verbal, bahasa lisan dan kontak mata. Sofyan (2004: 176) mengemukakan bahwa perilaku attending yang ditampilkan Guru BK aka mempengaruhi kepribadian peserta didik yaitu: 1. Meningkatkan harga diri peserta didik, 2. Dengan perilaku attending dapat menciptakan suasana aman bagi peserta didik, 3. Perilaku attending memberika keyakina pada peserta didik bahwa Guru BK adalah tempat dia mudah untuk

8 mencurahkan segala isi hati dan perasaannya. Surya (2003: 119) Penghampiran (attending) merupakan keterampilan dasar dalam setiap komunikasi yang bersifat dialogis karena penghampiran seolah-olah merupakan pembuka pertama untuk melalui suatu komunikasi dialogis. Sejalan dengan hal tersebut A. Supratikya (1995: 50) salah satu segi paling membahagiakan dalam berkomunikasi dengan orang lain adalah kesempatan untuk saling berbagi perasaan. Komunikasi juga merupakan sebuah ilmu terapan di dalam kehidupan manusia dan menjadi ilmu sosial untuk dipelajari dan dikembangkan untuk kelangsungan hidup selanjutnya dan berinteraksi dengan individu lainnya. Komunikasi mampu menyatukan antara satu manusia dengan manusia lainnya, sehingga terjalin hubungan yang sangat akrab. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dengan adanya attending maka peserta didik akan merasa dihargai, merasa memiliki teman untuk berbagi dan peserta didik juga yakin bahwa Guru BK tempat dia mencurahkan isi hatinya. b. Keterampilan komunikasi dalam hal bertanya diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan konseling perorangan di SMP N 14 Padang. persepsi peserta didik tentang keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan dalam hal bertanya di SMP N 14 Padang mengenai keterampilan komunikasi dalam hal bertanya berada pada kategori cukup baik dengan persentase 31,15%. Munro (1979: 49) Pertanyaan terbuka ialah mengajak peserta didik untuk meneruskan pembicaraannya dengan memberikan lebih banyak uraian mengenai hal yang telah dikemukakannya. Keterampilan bertanya salah satu aspek dalam proses komunikasi koseling, baik dalam proses berjalan atau pun dalam mengakhiri Proses konseling perorangan sebaiknya Guru BK lebih menekankan memberikan pertanyaan terbuka sebab pertanyaan terbuka itu penting, terutama dalam tahap-tahap melalui sebuah konseling. Di dalam proses konseling keterampilan bertanya termasuk salah satu yang penting, karena dengan pertanyaan yang terarah akan dapat membantu peserta didik keluar dari masalahnya. Sejalan dengan itu Munro (1979: 73) menjelaskan bertanya secara langsung adalah keterampilan dalam mengarahkan pembicaraan pada pokok pokok persoalan tertentu. Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa dengan adanya keterampilan bertanya ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memberikan pertanyaan terbuka. Jika pertanyaan terbuka sesuai diberikan dengan keadaan yang terjadi maka itu akan memudahkan Guru BK menindak lanjuti permasalahan peserta didik. c. Keterampilan komunikasi dalam hal pemberian konfrontasi diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai pemberian konfrontasi berada pada kategori baik dengan persentase 32,79%. Keterampilan konfrontasi ini penting dalam proses konseling karena dengan konfrontasi Guru BK dapat mengungkapkan masalah apa yang sebenarnya dialami oleh peserta didik. Sejalan dengan itu Munro (1979: 78) Konfrontasi

9 adalah keterampilan menunjukan secara terus terang dan langsung kepada peserta didik bahwa apa yang dikemukakan tentang dirinya atau tentang keadaan tertentu jelasjelas tidak sesuai dengan apa yang Guru BK lihat dalam kenyataan yang sama. Konfrontasi merupakan salah satu keterampilan yang sulit bagi seorang Guru BK karena konfrontasi ini diberikan benarbenar sesuai dengan keadaan yang terjadi dalam proses konseling. Jika konfrontasi ini tidak sesuai dengan kondisi dan keadaan sebenarnya yang diberikan Guru BK maka peserta didik akan merasa dipojokan atau dituduh dan nantinya peserta didik akan beranggapan negatif terhadap Guru BK tersebut. Konfrontasi sebagai sebuah keterampilan berbeda dengan konfrontasi dalam pandangan umum. Keterampilan konfrontasi berfungsi untuk menumbuhkan kesadaran peserta didik dengan memberikan informasi yang mungkin terlewatkan atau tidak teridentifikasi olehnya. Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan keterampilan konfrontasi Guru BK harus benarbenar memahami kondisi atau keadaan peserta didik dalam konseling. Guru BK harus berpusat pada keadaan peserta didik pada saat itu bukan pada masa lampaunya. d. Keterampilan komunikasi dalam hal pemecahan masalah diperoleh mengenai persepsi peserta didik tentang keterampilan konseling perorangan di SMP N 14 Padang mengenai keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah dengan persentase 32,79%. Keterampilan pemecahan masalah salah satu tujuan dari adanya konseling perorangan, dimana dengan konseling nantinya masalah yang dialami peserta didik akan terentaskan. Sejalan dengan itu, Surya (2003: 126) menjelaskan keterampilan pemecahan masalah sangat diperlukan dalam komunikasi konseling untuk membantu peserta didik dalam pemecahan masalah yang dialaminya. Keterampilan pemecahan masalah ini salah satu kajian yang sangat membantu peserta didik terbebas dari masalah yang dialaminya. Bagi seorang Guru BK ada beberapa tahap yang ditempuh dalam pemecahan masalah yaitu: 1. Menjajaki masalah, 2. Memahami masalah, 3.membatasi masalah, 4. Menjabarkan alternatif, 5. Mengevaluasi alternatif, 6. Memilih alternatif, 7. Menerapkan alternatif. Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan dapat di lihat ada banyak proses yang dilakukan dalam keterampilan pemecahan masalah. Keterampilan memecahkan masalah ini sangat berperan penting pada tahap pengakhiran dalam konseling perorangan. Pada proses pemecahan masalah Guru BK bekerja sama dengan peserta didik atau disebut juga dengan curah pendapat yang mana nantinya peserta didik akan keluar dari masalah yang dialaminya. D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan maka dapat di ambil kesimpulan mengenai keterampilan konseling perorangan di SMP N 14 Padang. Temuan penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai keterampilan penghantaran (attending) di SMP N 14 Padang termasuk ke dalam kriteria baik.

10 b. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai keterampilan bertanya di SMP N 14 Padang ke dalam kriteria sangat baik. c. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai pemberian konfrontasi di SMP N 14 Padang ke dalam kriteria baik. d. Keterampilan komunikasi Guru BK dalam konseling perorangan mengenai keterampilan pemecahan masalah di SMP N 14 Padang tergolong ke dalam kriteria baik. 2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan berikut diberikan saran kepada: 1. Guru BK Untuk hasil penelitian, peneliti ingin mengajukan saran kepada Guru BK, yaitu sebagai berikut: a. Untuk lebih melatih dan meningkatkan keterampilan hal penghampiran (attending) dalam melaksanakan konseling perorangan karena di penghampiran (attending) ini peserta didik merasakan apakah dia diterima atau tidak dalam konseling. Jika ia merasa diterima maka untuk selanjutnya ia tidak akan enggan lagi datang ke ruangan BK. b. Untuk lebih melatih dan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam bertanya saat melaksanakan konseling perorangan karena melalui bertanya yang baik dan jelas pada peserta didik akan memungkinkan terungkapnya masalah yang di alami peserta didik. c. Untuk lebih melatih dan meningkatkan keterampilan komunikasi dalam pemberian konfrontasi dalam melaksanakan konseling perorangan karena pada saat pemberian konfrontasi ini akan ditemukan masalah yang di alami peserta didik dan juga melatih kejujuran dalam diri peserta didik. d. Untuk dapat meningkatkan keterampilan komunikasi dalam pemecahan masalah peserta didik dalam proses konseling perorangan karena pada keterampilan ini peserta didik akan terbantu dan nantinya kehidupan peserta didik yang KES-T dapat berubah menjadi KES. 2. Peserta Didik Untuk peserta didik dapat lebih terbuka dengan Guru BK agar masalah yang dialami oleh peserta didik dapat diselesaikan dengan baik, sehingga membina hubungan baik dengan Guru BK dan tidak enggan datang ke ruang BK. 3. Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat Penelitian ini memberikan saran untuk Program Studi Bimbingan dan Konseling agar dapat melatih calon Guru BK yang nantinya dapat menerapkan keterampilan secara optimal. 4. Peneliti selanjutnya Untuk peneliti selanjutnya peneliti ingin memberikan saran agar dapat meningkatkan penelitian lebih dari ini. Jika peneliti hanya meneliti beberapa keterampilan komunikasi, peneliti menyarankan supaya peneliti selanjutnya dapat meneliti semua keterampilan komunikasi yang harus dimiliki oleh Guru BK tersebut. Kepustakaan Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta: Rineka Cipta.

11 Geldard Khatryn dan Geldard David Keterampilan Praktek Konseling Pendekatan Interaktif. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Munro Pendekatan Berdasarkan Keterampilan. Jakarta: Ghalia Indonesia. Prayitno dan Erma Amti Dasar-dasar Bimbingan & Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Riduwan Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta. Sofyan S. Willis Konseling Individual Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta Sudjana Metode Penelitian Statistika. Bandung: Tarsito. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Supratikya Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Surya, Mohammad Psikologi Konseling. Bandung: Pustaka. Tohirin Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah. Jakarta: Raja Graffindo Persada.

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL 0 PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL LAURA SUKMAWATI NPM: 11060152 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING KELOMPOK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL

PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING KELOMPOK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING KELOMPOK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) YOSI

Lebih terperinci

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd **

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd ** 1 2 PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG PENERAPAN AZAS KERAHASIAAN OLEH GURU BK DALAM PELAKSANAAN KONSELING PERORANGAN (Studi di Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Linggo Sari Baganti) By: * Student ** lectures Peni

Lebih terperinci

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERSIAPAN MAHASISWA MENGIKUTI PERKULIAHAN STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT JURNAL

PERSIAPAN MAHASISWA MENGIKUTI PERKULIAHAN STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT JURNAL PERSIAPAN MAHASISWA MENGIKUTI PERKULIAHAN DI PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT JURNAL DiajukanuntukMemperolehGelarSarjana PendidikanDerajat Strata Satu (S.1) RINI OKTARINA

Lebih terperinci

KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH

KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH (Studi pada Mahasiswa yang Telah Melaksanakan PPLBK Kependidikan dan PPLBK Sekolah Angkatan 2011 STKIP PGRI Sumatera Barat)

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL Oleh: DONI HERIANTO NPM: 12060106 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi merupakan tempat atau unit analisa yang dijadikan sebagai tempat pelaksana penelitian atau tempat pengumpulan data

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang

METODE PENELITIAN. untuk memahami, memecahkan, dan mengantisipasi masalah dalam bidang III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian pendidikan dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan,

Lebih terperinci

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Nofi Yani 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja 2. 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komorehensif dalam meneliti

BAB III METODE PENELITIAN. Mixed method menghasilkan fakta yang lebih komorehensif dalam meneliti BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah lapangan (field research) penulis menggunakan jenis penelitian campuran (mixed methodology).

Lebih terperinci

4. METODE PENELITIAN

4. METODE PENELITIAN 64 4. METODE PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian Desain penelitian atau rancang bangun penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL

FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL FAKTOR PENYEBAB KURANGNYA MINAT PESERTA DIDIK DALAM KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 PADANG JURNAL Oleh : OKNI LIZA MAWARNI 11060290 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT 1 PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT Ilmawati 1, Ahmad Zaini 2, Septya Suarja, 2 1 Mahasiswa Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 20 Pekanbaru. Pemilihan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 20 Pekanbaru. Pemilihan BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di SMP Negeri 20 Pekanbaru. Pemilihan lokasi ini didasari atas persoalan-persoalan yang ingin diteliti oleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara kerja yang akan ditempuh dalam melaksanakan penelitian guna tercapai suatu tujuan penelitian. Pernyataan ini relevan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seorang Guru merupakan bagian terpenting dalam proses belajar mengajar, baik di jalur pendidikan formal maupun informal. Oleh sebab itu, dalam setiap upaya peningkatan

Lebih terperinci

PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL 1 PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL Diajukan untuk Menyusun Skripsi Derajat Sarjana Pendidikan Strata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subyek Populasi 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, Jalan Setiabudhi No.229 Bandung. 2. Populasi Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Tata Boga Jurusan PKK FPTK UPI, Jln. Dr. Setiabudi No. 207

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Tata Boga Jurusan PKK FPTK UPI, Jln. Dr. Setiabudi No. 207 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah di Program Studi Pendidikan Tata Boga Jurusan PKK FPTK UPI, Jln. Dr. Setiabudi No. 207 Bandung

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode Penelitian Sugiyono (2002:1) menyatakan bahwa penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam suatu penelitian diperlukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013;3). Penelitian pendidikan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013;3). Penelitian pendidikan merupakan suatu kegiatan yang diarahkan kepada 20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono,2013;3). Penelitian adalah penerapan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Restoran Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Cimahi, Jl. Sukarasa No. 136 Cimahi.

BAB III METODE PENELITIAN. Restoran Jurusan Tata Boga SMK Negeri 3 Cimahi, Jl. Sukarasa No. 136 Cimahi. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih oleh penulis adalah di Program Keahlian Restoran Jurusan Tata Boga SMK, Jl. Sukarasa No. 136 Cimahi. Peneliti memilih lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (campuran). Dimana ada dua jenis data yang nantinya digunakan dan diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (campuran). Dimana ada dua jenis data yang nantinya digunakan dan diolah 52 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif (campuran). Jenis penelitian ini juga sering disebut dengan istilah mixed

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PEELITIA A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian dengan jenis kuantitatif. Karena penelitian di sini merupakan penelitian lapangan yang memerlukan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. metode juga tergantung pada permasalahan yang akan dibahas, dengan kata lain 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 52 Penggunaan metode dalam pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang

BAB III METODE PENELITIAN. Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang 50 BAB III METODE PENELITIAN Metode ialah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah sistematis. Sedangkan metodologi ialah suatu pengkajian dalam mempelajari peraturan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga bulan Maret tahun 2014. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BK DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 3 PADANG ABSTRACT

PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BK DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 3 PADANG ABSTRACT 0 PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BK DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 3 PADANG Yunesya Vidara 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 April sampai 30 Juni 2014

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 April sampai 30 Juni 2014 BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan 1 April sampai 30 Juni 014. Tempat Penelitian Sedangkan tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang bersifat non eksperimental, dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Berdasarkan masalah dan tujuan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN

PEROLEHAN SISWA SETELAH MENGIKUTI LAYANAN KONSELING PERORANGAN Volume 1 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Halaman 62-70 Info Artikel: Diterima21/02/2013 Direvisi25/02/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PEROLEHAN

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP Juftiar Mahendra Zainur Putera Dr. Tamsil Muis Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses pengumpulan dan analisis data yang dilakukan secara sistematis dan logis untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Pengumpulan

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DAN KONSELING INDIVIDUAL PADA SISWA SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA

TINGKAT KEPUASAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DAN KONSELING INDIVIDUAL PADA SISWA SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA Tingkat Kean Layanan...(Triska Rahayu) 293 TINGKAT KEPUASAN LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DAN KONSELING INDIVIDUAL PADA SISWA SMP NEGERI 8 YOGYAKARTA SATISFACTION LEVEL OF A CLASSICAL GUIDANCE AND INDIVIDUAL

Lebih terperinci

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG ARTIKEL E JURNAL YULLY HASMI YELVI NPM:10060026 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan pendekatan kuantitatif, Menurut Saifuddin Azwar pendekatan kuantitatif yaitu penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4. jangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4. jangkau sehingga memudahkan dalam pengumpulan data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian yang di lakukan oleh peneliti berlokasi di SMA Negeri 4 Gorontalo. Pemilihan lokasi penelitian ini karena

Lebih terperinci

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT

PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK ABSTRACT 1 PROFIL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 3 KOTA SOLOK Dian Setiani 1, Fitria Kasih 2, Mori Dianto 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

Lebih terperinci

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU

EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU EFEFEKTIFITAS LAYANAN INFROMASI DAMPAK NEGATIF PELANGGARAN DISIPLIN DISERTAI MEDIA SPANDUK TERGADAP PENGEMBANGAN DISIPLIN SISWA SMP NEGERI 15 PALU Baiq Nurhazanah 1 Muh.Mansyur Talib 2 Munifah 3 Program

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Menurut Suharsimi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Berdasarkan judul penelitian, yaitu Pengaruh Program Merajut Asa TRANS7 terhadap Perubahan Sikap (Studi Pada Mahasiswa Universitas Bina Nusantara Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang berlokasi di Jl. Sukarasa No. 136, Cimahi. Populasi yang akan dijadikan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang berlokasi di Jl. Sukarasa No. 136, Cimahi. Populasi yang akan dijadikan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan populasi Lokasi yang dijadikan tempat penelitian adalah SMK Negeri 3 Cimahi yang berlokasi di Jl. Sukarasa No. 136, Cimahi. Populasi yang akan dijadikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Setiap melakukan penelitian ilmiah perlu ditetapkan metode. Suatu metode penelitian akan memberikan arah dan cara untuk memecahkan suatu permasalahan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Untuk mengetahui hubungan antara self-efficacy dengan kesiapan dalam menghadapi dunia kerja, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG

PERSEPSI SISWA TENTANG LAYANAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA YANG DIBERIKAN GURU BK SMAN 1 KUBUNG Volume 2 Nomor 1 Januari 2013 KONSELOR Jurnal Ilmiah Konseling http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor Info Artikel: Diterima17/02/2013 Direvisi 04/03/2013 Dipublikasikan 01/03/2013 PERSEPSI SISWA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini maka tidak akan berjalan sesuai keinginan dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini maka tidak akan berjalan sesuai keinginan dalam BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Dan Bentuk Penelitian 1. Metode Penelitian Metode penelitian sangat diperlukan karena tanpa adanya metode penelitian ini maka tidak akan berjalan sesuai keinginan

Lebih terperinci

IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING

IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING IMPROVED STUDENT LEARNING THROUGH MOTIVATIONAL COUNSELING SERVICES GROUP IN SMP MUHAMMADIYAH pengajaran 28 BARUS di sekolah secara ACADEMIC YEAR 2015-2016 keseluruhan serta meningkatkan ASMARYADI, M.Pd

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari responden. Lokasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah SMK 45 Lembang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dari responden. Lokasi yang dijadikan dalam penelitian ini adalah SMK 45 Lembang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Lokasi penelitian adalah tempat kegiatan untuk memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi yang dijadikan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Dimana penelitian kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu, metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yaitu, metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Nawawi (2003:64) metode deskriptif yaitu,

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KARIR TERHADAP PILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 PRINGKUKU TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode dekskriptif kualitatif. Sugiyono (2008:9) mengemukakan bahwa: metode kualitatif adalah metode yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menciptakan sebuah iklim organisasi yang mampu membawa para anggotanya untuk meningkatkan prestasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi bukanlah suatu hal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi, Waktu, Populasi dan Sampel Penelitian Pada bagian ini, peneliti akan menguraikan mengenai lokasi, waktu, populasi dan sampel yang digunakan dalam penelitian. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia yang potensial dalam pembangunan nasional adalah melalui sektor pendidikan. Pendidikan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu ingin mengetahui hubungan signifikan keharmonisan keluarga Islami dengan penyesuaian diri pada peserta didik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan 70 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian dalam suatu penelitian sangat penting, sebab dengan menggunakan metode yang tepat maka akan mendapatkan hasil yang tepat pula. Artinya apabila seseorang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran mulai dari asas-asas yang telah diketahui sedikit demi sedikit untuk

BAB III METODE PENELITIAN. kebenaran mulai dari asas-asas yang telah diketahui sedikit demi sedikit untuk 66 BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian perlu adanya metode. Untuk mencapai hasil penelitian ilmu pengetahuan, penulis membutuhkan urutan demonstrasi pembuktian tentang kebenaran mulai dari asas-asas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang akan menghasilkan simpulan yang dapat digeneralisasikan. berpengaruh terhadap variabel variabel terikat.

BAB III METODE PENELITIAN. yang akan menghasilkan simpulan yang dapat digeneralisasikan. berpengaruh terhadap variabel variabel terikat. 35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian a. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana penelitian ini menggunakan analisis statistik yang menitikberatkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai dari 01 Mei sampai 01 Juli Alasan penulis

BAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian ini dimulai dari 01 Mei sampai 01 Juli Alasan penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Suka Maju Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar, sebagai tempat berlangsungnya objek penelitian. Sedangkan waktu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berusaha menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. terjadi, atau kecenderungan yang tengah terjadi.

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang berusaha menggambarkan lapangan sebagaimana adanya. terjadi, atau kecenderungan yang tengah terjadi. 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan ini adalah tergolong sebagai penelitian deskriptif. Sutja dkk (2014:118), menyatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016

PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 PENGARUH LAYANAN INFORMASI KARIR TERHADAP MINAT STUDI LANJUT PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 16 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: WAHYU SURYO WIDIYANTORO NPM. 12500034 ABSTRAK Tujuan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Menurut Sugiyono, metode penelitian eksperimen dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang terjadi di kantor tersebut. Waktu penelitian dimulai dari akhir

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. permasalahan yang terjadi di kantor tersebut. Waktu penelitian dimulai dari akhir 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pekanbaru dan lokasi penelitiannya adalah Kantor Gubernur Riau tepatnya di biro hubungan masyarakat yang berada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk

BAB III METODE PENELITIAN. untuk meneliti kondisi obyek yang alamiah. Data yang diperoleh dapat berbentuk 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu lebih menekankan realitas sosial sebagai suatu yang utuh, kompleks, dinamis dan bersifat interaktif,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan (field research) yang bersifat korelasional. Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL FERA ARDANTI. Z NPM. 10060140 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik statistik inferensial, yaitu teknik statistik

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk melakukan penelitian ilmiah haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk melakukan penelitian ilmiah haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Untuk melakukan penelitian ilmiah haruslah sesuai dengan prinsip-prinsip metode ilmiah. Oleh karenanya, diperlukan adanya metodologi atau rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini riset lapangan (field Research) dengan menggunakan correlation research, yang bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN. Abstrak PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PEMBENTUKAN SIKAP EMPATI PADA SISWA KELAS XI SMK AL WASHLIYAH TELADAN MEDAN Azhar, Enny Fitriani 1) dan Zakiah Hasibuan 2) 1) Dosen FKIP UMN Alwashliyah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga rumusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab dan diuji

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Jurusan Bimbingan Konseling FKIP UNP Kediri EFEKTIFITAS BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK KELAS VII SMPN 2 BERBEK TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, yaitu :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, yaitu : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode Penelitian Kuantitatif, yaitu : Metode penelitian yang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian ini berlangsung pada bulan Februari sampai bulan Agustus Tahun 016.. Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI EFEKTIVITAS LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP PERILAKU MEMBOLOS SISWA KELAS X SMK BINA KARYA PACITAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian bertujuan untuk mengetahui gambaran sikap siswa pada mata pelajaran Akuntansi dan pengaruh hasil belajar siswa kelas XI IPS di SMAN 7 Tasikmalaya.

Lebih terperinci

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK

Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa ABSTRAK Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok Terhadap Hubungan Interpersonal Siswa Retno Ambarini (09220200) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang; masih adanya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan rencana untuk memilih sumber-sumber daya dan data yang akan dipakai untuk diolah dalam rangka menjawab pertanyaanpertanyaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah kesulitan belajar yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran ekonomi pada siswa kelas XI jurusan IPS

Lebih terperinci

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH

HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH HUBUNGAN KETERAMPILAN MENYIMAK TEKS CERPEN DENGAN KETERAMPILAN MENULIS TEKS CERPEN SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-6 PADANG JURNAL ILMIAH untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian adalah sesuatu yang akan menjadi pusat penelitian. Objek penelitian dalam hal ini adalah Mahasiswa, Dosen, dan Operator SIAT Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan satu cara atau langkah dalam mengumpulkan,

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian merupakan satu cara atau langkah dalam mengumpulkan, 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan satu cara atau langkah dalam mengumpulkan, mengorganisir, menganalisa, serta menginterpretasikan data. Hal tersebut sejalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dipilihnya lokasi ini didasari atas adanya masalah-masalah yang terdapat

BAB III METODE PENELITIAN. Dipilihnya lokasi ini didasari atas adanya masalah-masalah yang terdapat BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan dan penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 2 Tapung Hilir Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar. Dipilihnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan 55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif korelasional. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan dapat

BAB III METODE PENELITIAN. bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan dapat BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian memberikan gambaran kepada peneliti tentang bagaimana langkah-langkah penelitian dilakukan, sehingga permasalahan dapat dipecahkan. Mengenai

Lebih terperinci

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89. BAB III METODE PENELITIAN Penelitian hubungan ketersediaan fasilitas perpustakaan dengan minat kunjung siswa ke perpustakaan ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3 BAB III METODE PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan hal yang penting didalam suatu penelitian ilmiah. Karena penelitian ilmiah harus dilakukan dengan cara-cara atau langkah-langkah tertentu dan

Lebih terperinci

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di `BAB III METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasi, yaitu untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara keaktifan mengikuti layanan bimbingan kelompok

Lebih terperinci

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN Oleh : SYUKRI MARZUKI NPM: 11060269 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA Ayunda Mayasari Dewi (10220138) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Perumusan Masalah dalam

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMPN 17 KOTA JAMBI

PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMPN 17 KOTA JAMBI PENGARUH LAYANAN PENGUASAAN KONTEN TERHADAP KREATIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII F SMPN 17 KOTA JAMBI Enita Evilia, Drs. Nelyahardi Gutji, M.Pd, Drs. Joni Afri, M.Pd Program Studi Bimbingan Konseling Jurusan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap

BAB III METODE PENELITIAN. dapat diukur dengan angka atau istilahnya quantifiabel, berupa pemahaman terhadap 25 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang memusatkan perhatian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Rambah dan waktu penelitiannya dilakukan pada bulan Juli

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Rambah dan waktu penelitiannya dilakukan pada bulan Juli BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri 1 Rambah Kecamatan Rambah dan waktu penelitiannya dilakukan pada bulan Juli sampai September

Lebih terperinci

sakarang (Winarno Surakhmad, 1984: 39).

sakarang (Winarno Surakhmad, 1984: 39). 52 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Tipe yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif sederhana. Tipe deskriptif adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah rencana dan sruktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan

Lebih terperinci

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET

TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET TANGGAPAN SISWA KELAS VII TERHADAP PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN DI SMP NEGERI 2 PLERET RESPONSE OF GRADE VII STUDENTS ON THE USE OF LEARNING

Lebih terperinci