ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG"

Transkripsi

1 ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG SKRIPSI Oleh : RAHMAWATI SAUMA WULANSARI H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i

2 ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG Skripsi untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Oleh : RAHMAWATI SAUMA WULANSARI H FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 ii

3 ANALISIS PERMINTAAN IKAN LAUT DI KABUPATEN REMBANG yang dipersiapkan dan disusun oleh RAHMAWATI SAUMA WULANSARI H telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal:... dan dinyatakan telah memenuhi syarat Susunan Tim Penguji Ketua Anggota I Anggota II Ir. Sugiharti M.H., MP. NIP Umi Barokah, SP. MP NIP Setyowati, SP. MP. NIP Surakarta,... Mengetahui Universitas Sebelas Maret Fakultas Pertanian Dekan Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS NIP iii

4 KATA PENGANTAR Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Pada penyusunan skripsi ini penulis mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian UNS. 2. Ir. Agustono, Msi selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian UNS. 3. Ir. Sugiharti M.H., MP. selaku pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan perhatian yang sangat membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. 4. Umi Barokah, SP. MP. selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan, saran dan arahan sehingga penyusunan skripsi ini berjalan lancar. 5. Dr. Ir. Minar Farichani, MP. selaku pembimbing akademik yang telah mendampingi, membimbing dan memberikan saran dan masukan selama masa perkuliahan. 6. Mbak Ira, Pak Samsuri dan seluruh staff TU Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis UNS. 7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian UNS terutama Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis atas ilmu yang telah diberikan dan bantuannya selama masa perkuliahan. 8. Litbang Kabupaten Rembang yang telah memberikan izin penelitian kepada penulis. 9. Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang, BPS Kabupaten Rembang, TPI Tasik Agung Kabupaten Rembang yang telah memberikan data dan informasi penting serta bantuan kepada penulis. iv

5 10. Kedua orang tua penulis Bp. M. Charis dan Ibu Jarwindah, kakak-kakakku, mas Adhi, mbak Erna, Mbak Ayu, Mas Pung, serta anakku tersayang, Fasya, yang telah memberikan doa restu serta dukungan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar. 11. Malaikat kecilku beserta keluarga yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis semoga setelah ini kita dapat bersama. 12. Keluarga besar mbah Zuhro yang banyak memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. 13. Sahabat-sahabatku bebcrez Erna, Dina, Yanti, Iwin dan Galih, terima kasih semangatnya, semoga persahabatan kita tetap terjalin dengan baik. 14. Franida Community, Galih, Dina, Erna, Rihi dan Damar yang telah memberikan motivasi dan keceriaanya. 15. Teman-teman di Tahuna, Adit dan Riska yang telah banyak memberi masukan dan bantuan. 16. Teman-teman yang ada di UNY, UNDIP, IPB dan Kedokteran UMS yang telah banyak memotivasi dan memberikan suasana yang menyenangkan. 17. Teman-teman Agrobisnis 2006, yang telah memberikan pengalaman dan kebersamaannya. 18. Semua pihak yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini dan memberi dukungan, doa dan semangat bagi penulis untuk terus berjuang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini berguna bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Surakarta, 2010 Penulis v

6 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... Halaman DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DARTAR GAMBAR... BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Perumusan Masalah... 3 C. Tujuan Penelitian... 4 D. Kegunaan Penelitian... 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 6 A. Penelitian Terdahulu... 6 B. Landasan Teori Ikan laut Harga Permintaan Elastisitas Permintaan C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah D. Model Kerangka Pendekatan Masalah E. Hipotesis F. Asumsi G. Pembatasan Masalah H. Definisi Operasional Variabel BAB III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Lokasi Penelitian C. Jenis dan Sumber Data D. Teknik Pengumpulan Data E. Metode Analisis Data Permintaan Ikan Layang Permintaan Ikan Kembung Permintaan Ikan Selar BAB IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Alam B. Keadaan Penduduk C. Kondisi Perikanan Laut BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian i ii x vi

7 1. Produksi Tangkap Ikan Laut Harga Ikan Laut Permintaan Ikan Laut Harga Beras Harga Daging Ayam Pendapatan Per Kapita B. Analisis Hasil Penelitian Hasil Penelitian Pembahasan BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Saran vii

8 DAFTAR TABEL Tabel 1. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut Menurut Kabupaten/ Kota di Jawa Tengah... 2 Tabel 2. Produksi dan Nilai Produksi Perikanan Laut yang Dijual di Tempat Pelelangan Ikan Menurut Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tabel 3. Produksi Perikanan Laut Kabupaten Rembang Berdasarkan Jenis Ikan Tabel 4. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Harga Tabel 5. Kriteria Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan Tabel 6. Kriteria Elastisitas Permintaan Silang Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Rembang Menurut Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Rembang Menurut Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 9. Komposisi Penduduk Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Rembang pada Tahun Tabel 10. Pulau Karang di Kabupaten Rembang Tabel 11. Kecamatan yang Memiliki Hutan Mangrove di Kabupaten Rembang Tabel 12. Produksi Tangkap Ikan Layang, Ikan Kembung dan Ikan Selar di Kabupaten Rembang Tabel 13. Perkembangan Harga Ikan Layang, Ikan Kembung dan Ikan Selar di Kabupaten Rembang Tabel 14. Permintaan Ikan Layang, ikan kembung dan ikan selar di Kabupatan Rembang Tabel 15. Perkembangan Harga Beras di Kabupaten Rembang tahun Tabel 16. Perkembangan Harga Daging Ayam di Kabupaten Rembang Tabel 17. Perkembangan Pendapatan Per Kapita di Kabupaten Rembang Tabel 18. PDRB Kabupaten Rembang Berdasarkan Harga Konstan dan Persentase Tingkat Pertumbuhan dan Sumbangan Sektor Terhadap PDRB Tahun 2002 dan Tabel 19. Hasil Analisis Regresi Ikan Layang, Ikan Kembung dan Ikan Selar Tabel 20. Permintaan Daging dan Telur di Kabupaten Rembang viii

9 Tabel 21. Hasil Analisis Standard Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas Permintaan ikan layang Tabel 22. Hasil Analisis Standard Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas Permintaan Ikan Kembung Tabel 23. Hasil Analisis Standard Koefisien Regresi Variabel-variabel Bebas Permintaan Ikan Selar Tabel 24. Hasil Uji Multikolinearitas Ikan layang, Ikan Kembung dan Ikan Selar Tabel 25. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan layang Tabel 26. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan Kembung Tabel 27. Nilai Elastisitas Permintaan Ikan Selar ix

10 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan Gambar 2. Kurva Permintaan Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan Gambar 4. Model Kerangka Pendekatan Masalah x

11 RINGKASAN Analisis Permintaan Ikan Laut di Kabupaten Rembang Rahmawati Sauma Wulansari (H ) Rahmawati Sauma Wulansari. H Analisis Permintaan Ikan Laut Di Kabupaten Rembang dengan pembimbing Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. dan Umi Barokah, SP. MP., Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan menganalisis pengaruh harga ikan laut, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan laut terhadap permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang dan menganalisis elastisitas permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara purposive di Kabupaten Rembang dengan alasan Kabupaten Rembang memiliki produksi tangkap ikan laut tertinggi di Jawa Tengah akan tetapi tingkat konsumsi ikan laut masyarakatnya masih rendah. Penelitian ini menggunakan tiga sampel ikan laut yang memiliki produsi tertinggi yaitu ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Hasil analisis data menggunakan metode regresi non linier berganda yang kemudian ditransformasikan menjadi log natural berganda. Persamaan ikan layang adalah Qd L =2.243,96.HI 0,256 L.HB 0,041. HA -0,080. Y 0,272. PT 0,024 2 L. Nilai adjusted sebesar 0,861 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Uji t parsial signifikansi harga ikan layang sebesar 1% dan pendapatan per kapita sebesar 5%. Persamaan ikan kembung adalah Qd K = ,34.HI 0,097 K.HB -0,181. HA -0,015. Y -0,027. PT K 0,020 2 dengan nilai adjusted sebesar 0,880 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Uji t parsial signifikansi harga ikan kembung sebesar 5%, produksi tangkap ikan kembung sebesar 5% sedangkan harga daging ayam sebesar 1%. Persamaan ikan 0,117 selar adalah Qd S = ,06.HI S.HB -0,044. HA -0,224.Y 0,035. PT 0,023 S dengan nilai 2 adjusted sebesar 0,936 dan nilai signifikansi F sebesar 0,000. Uji t parsial signifikansi harga ikan selar sebesar 5 %, produksi tangkap ikan selar sebesar 5% sedangkan harga daging ayam sebesar 1%. Koefisien elastisitas harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar sebesar 0,256; 0,097 dan 0,117. Koefisien elastisitas silang daging ayam terhadap ikan kembung dan ikan selar sebesar -0,181 dan -0,224. Koefisien elastisitas pendapatan permintaan ikan layang sebesar 0,272. Hasil penelitian berdasarkan uji F variabel harga ikan layang, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan layang secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan layang, variabel harga ikan kembung, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan kembung secara bersama-sama berpengaruh nyata pada permintaan ikan kembung dan variabel harga ikan selar, harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita dan produksi tangkap ikan selar secara bersamasama berpengaruh nyata pada permintaan ikan selar. Uji t menunjukan bahwa xi

12 variabel harga ikan layang dan pendapatan per kapita berpengaruh terhadap permintaan ikan layang. Permintaan ikan kembung dipengaruhi oleh harga ikan kembung, harga daging ayam dan produksi tangkap ikan kembung sedangkan permintaan ikan selar dipengaruhi oleh harga ikan selar, harga daging ayam dan produksi tangkap ikan selar. Variabel yang paling berpengaruh terhadap permintaan ikan layang adalah pendapatan per kapita sedangkan permintaan ikan kembung dan ikan selar adalah daging ayam. Elastisitas harga, harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar bersifat inelastis dan bertanda positif. Elastisitas silang pendapatan pada permintaan ikan layang bertanda positif dan bersifat inelastis. Elastisitas silang harga daging ayam pada permintaan ikan kembung dan ikan selar adalah positif. Dari hasil penelitian dapat disarankan dalam rangka meningkatkan konsumsi ikan laut masyarakat Kabupaten Rembang sebaiknya pemerintah maupun swasta melakukan penyuluhan tentang manfaat ikan laut,meningkatkan pendapatan masyarakat dan maningkatkan prestise ikan laut yang memilki harga rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara membuat pabrik pengalengan ikan. Adanya pengalengan ikan diharapkan akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi sehingga pendapatan masyarakat meningkat dan mengubah prestise terhadap ikan laut yang masih kurang xii

13 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perikanan sebagai salah satu subsektor pertanian mempunyai kedudukan yang penting dalam pembangunanan Kabupaten Rembang. Hal ini disebabkan kontribusi subsektor perikanan dalam PDRB Kabupaten Rembang cukup besar. Subsektor perikanan memberikan kontribusi sebesar Rp ,00 dan retribusi sebesar satu milyar pada tahun Peranan subsektor perikanan selain memberikan kontribusi PDRB juga mempunyai kontribusi dalam menghasilkan bahan pangan protein hewani, mendorong pertumbuhan agroindustri melalui penyediaan bahan baku, meningkatkan devisa melalui peningkatan ekspor hasil perikanan, menciptakan kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan kesejahteraan nelayan (BPS Rembang, 2007 a ). Peran penting subsektor perikanan dalam mewujudkan kecukupan gizi masyarakat adalah menyediakan pangan bergizi bagi masyarakat. Subsektor perikanan terutama perikanan laut sangat berpotensi sebagai penyedia pangan bergizi di Kabupaten Rembang karena ketersediaannya melimpah. Irawan (1995) mengatakan kandungan gizi (protein) salah satu hasil perikanan laut, ikan laut sangat tinggi. Protein sangat penting bagi tubuh sehingga digunakan sebagai indikator kecukupan gizi manusia. Makanan yang kaya protein dapat mencukupi kebutuhan hemoglobin dalam darah, menjaga saraf dan otot tetap sehat, serta membentuk tulang-tulang, gigi dan kuku menjadi keras dan kuat. Ikan laut merupakan bahan makanan hasil laut yang kaya akan zat-zat gizi essensial seperti asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan. Protein ikan laut amat mudah dicerna dan diabsorbsi. Ikan laut mengandung asam lemak tak jenuh yang mengandung trigliserida, rantairantai asam lemaknya panjang dan mengandung 5-6 ikatan rangkap (omega-3, Eicosapentaenoic acid/epa, Docosahexanoic Acid/ DHA) yodium, selenium, florida, zat besi, magnesium, zink, taurin dan coenzyme Q10 (Anonim, 2009). 1 xiii

14 Permintaan ikan laut diklasifikasikan menjadi dua, pertama permintaan ikan laut untuk konsumsi manusia dan kedua permintaan ikan laut sebagai pakan ikan atau digunakan untuk minyak ikan. Permintaan ikan laut untuk manusia umumnya digunakan sebagai lauk pauk. Hal ini menyebabkan permintaan ikan laut dipengaruhi oleh harga beras dan harga lauk lain. Produksi dan nilai perikanan laut Kabupaten Rembang selama tahun dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 1. Produksi Dan Nilai Produksi Perikanan Laut Kabupaten Rembang Dirinci Per TPI Tahun TPI TPI Sarang Kategori Tahun Produksi (kg) TPI Kragan TPI Sluke TPI Rembang TPI Kaliori Nilai (Rp) Produksi (kg) Nilai (Rp) Produksi (kg) Nilai (Rp) Produksi (kg) Nilai (Rp) Produksi (kg) Jumlah Nilai (Rp) Produksi (kg) Nilai (Rp) Sumber : Kabupaten Rembang Dalam Angka Produksi perikanan laut Kabupaten Rembang selama tahun menunjukkan tren penurunan rata-rata sebesar 4,77% per tahun, akan tetapi nilai produksi mengalami peningkatan rata-rata sebesar 8,03% per tahun. Tempat Pelelangan Ikan (TPI) yang menyumbang produksi ikan terbesar adalah TPI Rembang (PPP Tasikagung), yaitu di atas 20 ribu ton pertahun, bahkan pada tahun 2006, produksi TPI Rembang ini mencapai ton dengan nilai sekitar Rp ,00. xiv

15 Produksi hasil laut Kabupaten Rembang yang besar belum sepenuhnya membuat masyarakat Rembang mencapai tingkat konsumsi ikan Indonesia yaitu sebesar 27,00 kg/kap/tahun. Konsumsi ikan laut masyarakat Rembang masih tergolong kecil. Konsumsi ikan laut masyarakat Rembang hanya sebesar 24,11 kg/kap/tahun pada tahun 2009, jumlah ini terhitung kecil jika dibandingkan jumlah konsumsi ikan laut masyarakat yang diharapkan, yaitu 30 kg/kap/tahun. Meskipun demikian produksi ikan dan ketersediannya tetap memiliki pengaruh dalam peningkatan tingkat konsumsi ikan di Kabupaten Rembang (BPS, 2007 b ). B. Perumusan Masalah Berdasarkan data Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Rembang, perikanan laut masih menjadi kontributor utama dalam produksi perikanan Kabupaten Rembang. Lebih dari 70% produksi perikanan berasal dari perikanan laut. Demikian pula di Jawa Tengah, proporsi perikanan laut masih sangat dominan. Permintaan akan ikan laut diduga akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan, kesadaran masyarakat akan gizi dan kesehatan, dan pengaruh dari harga sembako. Salah satu kabupaten pemasok kebutuhan ikan laut terbesar di Jawa Tengah adalah Kabupaten Rembang. Kabupaten Rembang memiliki potensi perikanan dan kelautan yang sangat besar. Perairan laut di kabupaten Rembang mempunyai kekayaan sumberdaya jenis ikan dengan hasil tangkapan yang dominan dan bernilai ekonomis tinggi, antara lain ikan Layang, Kembung, Tembang, Tongkol, Bawal, Tenggiri, Teri, dan Kakap. Jenis ikan yang paling banyak terdapat di perairan Rembang berdasarkan hasil penangkapan nelayan adalah ikan layang, yang kemudian disusul dengan ikan selar dan ikan kembung, yang kesemuanya merupakan ikan jenis pelagis kecil. (BPS, 2007 b ). Ikan layang, ikan kembung dan ikan selar merupakan ikan yang mempunyai nilai penting bagi Kabupaten Rembang. Selain produksi tangkapnya paling tinggi, ikan-ikan ini memiliki harga yang relatif murah sebagai penyedia protein sehingga dapat dijangkau semua lapisan masyarakat. xv

16 Permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar dipengaruhi oleh harga, pendapatan dan produksi atau penawaran ikan itu sendiri. Tingkat pendapatan yang berbeda menyebabkan perbedaan pada bahan pangan yang dikonsumsi. Pada keluarga berpendapatan rendah, pada umumnya lebih mendahulukan pemenuhan kebutuhan energi yang bersifat mengenyangkan dan harga yang relatif murah. Apabila pendapatan meningkat maka mereka akan mengubah komposisi makanan, baik secara kualitas maupun kuantitas mengarah pada pangan sumber protein, vitamin dan mineral. Perubahan harga, baik harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar serta harga beras sebagai barang komplementer dan daging ayam sebagai barang subtitusi akan mempengaruhi permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Selain harga, penawaran ikan layang, ikan kembung dan ikan selar akan sangat berpengaruh terhadap permintaan ikan layang, ikan kembung dan ikan selar karena tanpa adanya ketersediaan barang tidak akan terjadi permintaan. Berdasarkan uraian tersebut maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengaruh faktor produksi tangkap ikan laut, harga ikan laut, beras, daging ayam dan pendapatan per kapita terhadap permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang? 2. Bagaimanakah elastisitas permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka penelitian terhadap permintaaan ikan laut ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Menganalisis pengaruh produksi tangkap ikan laut, harga ikan laut, harga beras, harga daging ayam dan pendapatan perkapita terhadap permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang. 2. Menganalisis elastisitas permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang. xvi

17 D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi pemerintah daerah setempat, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan pangan terutama yang berkaitan dengan permintaan ikan laut. 3. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan informasi dalam penelitian berikutnya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian Zulaeha (2001) yang berjudul Analisis Permintaan Ikan di Kabupaten Pemalang menggunakan analisis model non regresi linier berganda, time series dalam periode , menunjukkan bahwa permintaan ikan di kabupaten Pemalang dipengaruhi variabel harga ikan dan pendapatan. Uji yang digunakan adalah uji statistik yang meliputi uji t, uji F, R 2 dan uji asumsi klasik yang meliputi uji heteroskedastisitas, multikoliniearitas dan autokorelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan daging ikan di Kabupaten Pemalang mempunyai koefisien regresi negatif dan pendapatan mempunyai koefisien regresi yang positif. Hasil statistik dengan Uji t, Uji F dan R 2 menunjukkan bahwa variabel harga ikan dan pendapatan adalah signifikan atau berpengaruh nyata terhadap permintaan ikan. Koefisien elastisitas harga ikan nilainya negatif dan lebih kecil dari 1 yaitu -0,377. Ini berarti permintaan ikan bersifat inelastis sedangkan elastisitas pendapatan nilainya positif, yaitu 1,107 yang berarti ikan termasuk barang mewah. xvii

18 Penelitian Ayuningtyas (2005) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan Ikan di Kota Surakarta dari hasil analisis menggunakan analisis model nonregresi linier berganda, time series dalam periode , menggunakan sampel tiga jenis ikan yaitu ikan bandeng, ikan kakap dan ikan lele dumbo memberikan kesimpulan bahwa variabel harga ikan bandeng segar, harga ikan lele dumbo, harga ikan kakap, harga daging ayam ras dan pendapatan per kapita dan jumlah penduduk mempunyai pengaruh yang nyata terhadap permintaan ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap. Harga ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap berpengaruh negatif sedangkan harga daging ayam ras, pendapatan perkapita, dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap. Berdasarkan elastisitas harga, harga ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap bersifat inelastis karena memiliki nilai elastisitas yang kurang dari satu. Elastisitas silang daging ayam ras menunjukkan bahwa daging ayam ras merupakan barang subtitusi dilihat 6 dari nilai elastisitas yang positif terhadap ketiga jenis permintaan ikan. Berdasarkan elastisitas pendapatan, ikan bandeng segar, ikan lele dumbo dan ikan kakap merupakan barang normal. Penelitian Widodo (2007) berjudul Dinamika Kebijakan Tehadap Nelayan Tinjauan Historis Pada Nelayan Pantai Utara Jawa, menunjukkan bahwa ikan laut dan nasi merupakan sajian pokok dalam pemenuhan kebutuhan nabati dan hewani. Ikan dan nasi merupakan sajian yang saling melengkapi dalam pengkonsumsiannya. Sehingga apapun yang menggantikan ikan sebagai lauk, sebagian besar masyarakat tetap menyebutnya ikan, seperti ikan kambing, ikan ayam dll. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu, maka dalam penelitian ini permintaan ikan laut yang akan diteliti meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan elastisitas permintaannya. Analisis yang digunakan adalah model nonregresi linier berganda, time series 15 tahun, dalam periode , menggunakan sampel tiga jenis ikan yaitu ikan layang, ikan kembung dan ikan selar. Variabel yang digunakan dalam xviii

19 penelitian adalah variabel yang dalam penelitian sebelumnya memiliki pengaruh terhadap permintaan ikan laut yaitu harga beras, harga daging ayam, pendapatan per kapita serta ditambah variabel harga ikan layang, ikan selar ikan kembung, produksi tangkap ikan layang, ikan selar dan ikan kembung. B. Landasan Teori 1. Ikan Laut Total jenis ikan yang ada di lautan Indonesia tidak kurang dari 2000 jenis. Di antara ribuan spesies tersebut, banyak di antaranya memiliki potensi ekonomi tinggi, misalnya ikan pelagis kecil. Ikan pelagis adalah ikan yang berenang bebas dan tidak pernah hidup di dasar. Pelagis kecil meliputi jenis yang antara lain meliputi layang, kembung, lemuru, selar, hingga teri. Ikan-ikan ini hidup di perairan dekat pantai, tempat penaikan massa air (upwelling) sering terjadi. Sedangkan ikan pelagis besar jumlahnya lebih sedikit. Jenis ini yang paling penting antara lain tuna, cakalang, hiu dan situhuk. Ikan-ikan seperti ini hidup di wilayah laut dalam (laut jeluk). Letaknya berkisar di kawasan Zona Ekonomi Eklusif (ZEE), seperti di Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia (Iswanto, 2007). Jenis-jenis ikan laut yang bernilai ekonomis penting dan sering tertangkap di perairan Indonesia adalah langkau, ikan lidah, ikan nomei, ikan peperek, manyung, ikan beloso, ikan biji nangka, ikan gerot-gerot, ikan merah, ikan kerapu, ikan lencam, ikan kakap, ikan kurisi, ikan swanggi, ikan ekor kuning, ikan gulamah, ikan cucut, pari, ikan bawal hitam, bawal putih, alu-alu, ikan layang, selar, kuwe, tetengkek, ikan daun bamboo, sunglir, ikan terbang, belanak, senangin, julung-julung, teri, japuh, tembang, lemuru, golok-golok, terubuk, kembung, tengiri, tuna, cakalang dan tongkol. Ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah ikan laut yang mempunyai nilai pasaran tinggi, volume produksi yang tinggi dan luas, dan memiliki daya produksi yang tinggi (Rifa I dan Komar, 1982). Ikan laut sebagai bahan pangan memiliki nilai yang tinggi. Daging ikan laut mengandung gizi yang cukup besar dibanding dengan hewan darat lain. Pada daging ikan laut terdapat unsur-unsur yang amat berguna bagi xix

20 tubuh manusia, seperti protein, lemak, vitamin, karbohidrat, garam-garam mineral dll. Kandungan protein dalam daging ikan laut terbesar setelah unsur air. Karena itu ikan laut merupakan sumber protein hewani yang sangat potensial. Di samping itu beberapa jenis ikan juga memiliki unsur lemak tinggi, sehingga ikan dapat pula dikatakan sebagai sumber lemak yang baik. Berdasarkan unsur lemak yang dimiliki atau yang terkandung dalam daging ikan laut, maka ikan dibagi menjadi dua golongan yaitu ikan gemuk bila kadar lemaknya tinggi dan ikan kurus bila kadar lemaknya rendah (Irawan, 1995). Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan (BRKP-DKP) yang bekerja sama dengan P3O LIPI tahun 2001 menyatakan potensi lestari (MSY atau Maximum Suatinable Yield) perikanan Indonesia mencapai 6,4 juta ton per tahun. Potensi ini tersebar di berbagai belahan perairan Indonesia seperti samudra Hindia (1.076,8 ton per tahun), laut Cina Selatan (1.057,05 ton per tahun), selat Makassar dan laut Flores (929,72 ton per tahun), laut Jawa (796 ton per tahun), laut Arafuru di dekat Papua (771,55 ton per tahun), laut Sulawesi dan samudra Pasifik (632,72 ton per tahun), sedangkan laut Seram di kepulauan Maluku dan teluk Tomini di dekat kepala burung Pulau Papua sebesar 590,62 ton per tahun. Di antara perairan di atas, beberapa perairan telah mengalami tangkap lebih atau overfishing, seperti laut Jawa, selat Malaka, laut Banda, selat Makassar dan laut Flores (Iswanto, 2007). 2. Harga Harga adalah jumlah uang yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk dan jasa. Harga berperan sebagai penentu utama pilihan pembeli. Harga merupakan satu-satunya elemen bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, elemen-elemen lain menimbulkan biaya (Kotler, 1998). Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan penawaran dari barang tersebut. Oleh karena itu, untuk menganalisis mekanisme penentuan harga dan jumlah xx

21 barang yang diperjualbelikan maka perlu dilakukan analisis permintaan dan penawaran atas suatu barang tertentu yang terdapat di pasar. Keadaan suatu pasar dikatakan seimbang apabila jumlah yang ditawarkan penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Harga suatu barang dan jumlah barang yang diperjualbelikan ditentukan dengan melihat keadaan ekuilibrium dalam suatu pasar. Menurut Mubyarto (1989), dalam grafik yang sangat sederhana dapat digambarkan terjadinya harga keseimbangan sebagai akibat dari perpotongan antara kurva permintaan dan penawaran. Apabila harga berada di atas harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih besar dari pada jumlah yang diminta, barang-barang tidak laku dan menumpuk sehingga terpaksa harga diturunkan, sebaliknya jika harga berada dibawah harga keseimbangan maka jumlah barang yang ditawarkan lebih sedikit daripada jumlah barang yang diminta sehingga pembeli saling berebut, persediaan barang segera menipis dan harga akan naik lagi. Keadaan ekuilibrium tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut : P (Harga) S Gambar 1. Penentuan Harga Keseimbangan Sumber: Sukirno, 2000 D Q (Jumlah barang) Harga yang terjadi di pasar merupakan perpotongan antara kurva permintaan dan kurva penawaran akan tetapi dalam kenyataan terdapat harga pada tingkat petani dan konsumen di samping harga pedagang. Pembentukan harga yang murni terjadi pada tingkat harga pedagang besar karena hanya pada tingkat ini terdapat persaingan yang agak sempurna. xxi

22 Pada umumnya penjual dan pembeli memiliki pengetahuan yang baik tentang situasi pasar pada suatu waktu tertentu. Harga eceran dan harga pada tingkat petani biasanya tinggal memperhitungkan dari harga perdagangan besar yaitu dengan menambah dan mengurangi dengan apa yang disebut margin pemasaran (Mubyarto, 1989). 3. Permintaan Menurut Sudarsono (1985) permintaan adalah jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu dan pasar tertentu pula, atau dalam pengertian sehari-hari, permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta atau dibutuhkan. Berdasarkan kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang, berarti makin banyak jumlah penduduk maka semakin besar permintaan masyarakat akan sesuatu jenis barang. Kenyataannya barang di pasar mempunyai nilai atau harga. Jadi permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh daya beli permintaan barang sehingga merupakan permintaan efektif (effeective demand). Sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut/ potensial (absolut/potensial demand). Jumlah dari suatu komoditas yang akan dibeli sebuah rumah tangga dinamakan jumlah yang diminta dari komoditas tersebut. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam konsep ini, pertama, jumlah yang diminta merupakan suatu jumlah yang diinginkan. Jumlah ini adalah berapa banyak yang akan dibeli oleh rumah tangga pada harga tertentu suatu komoditi, harga komoditi lain, pendapatan, selera dan lain-lain. Hal ini merupakan suatu jumlah yang berbeda dari jumlah sebenarnya yang dibeli rumah tangga. Perbedaan dua konsep ini adalah istilah jumlah yang diminta digunakan untuk menerangkan jumlah yang ingin dibeli. Sedangkan jumlah yang sebenarnya dibeli atau jumlah yang dipertukarkan untuk menerangkan pembelian yang sebenarnya. Kedua, diingini tidak berarti impian hampa atau kemungkinan di masa depan, tapi menerangkan permintaan efektif, artinya jumlah orang yang ingin membeli dengan harga yang berlaku untuk xxii

23 komoditas tersebut. Ketiga, jumlah diminta menunjukkan suatu arus pembelian yang terus menerus sehingga jumlah yang diminta harus dinyatakan berapa banyak untuk suatu jangka waktu tertentu (Lipsey dan Pete, 1991). Menurut Sukirno (2005) permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor, diantaranya yang terpenting adalah: a. Harga barang itu sendiri Semakin rendah harga suatu komoditi, semakin banyak jumlah yang akan diminta, apabila faktor lain dianggap tetap. Sebaliknya naiknya harga suatu komoditi menyebabkan permintaan terhadap komoditi tersebut turun. b. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut Hubungan antara sesuatu barang dengan berbagai jenis barang lainnya dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu: barang pengganti (substitusi), barang penggenap/pelengkap (komplementer), dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral). 1) Barang pengganti Sesuatu barang dinamakan barang pengganti apabila dapat menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh. Apabila harga barang pengganti murah maka permintaan terhadap barang yang digantikannya akan turun. 2) Barang pelengkap Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut selalu digunakan bersama-sama dengan barang-barang yang lain. Contohnya adalah gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh. Apabila harga barang pelengkap tinggi maka permintaan terhadap suatu komoditas akan turun. xxiii

24 3) Barang Netral Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku. c. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat Perubahan pendapatan akan menimbulkan perubahan dalam permintaan barang. Berdasarkan sifat perubahan permintaan yang akan berlaku apabila pendapatan berubah, berbagai jenis barang dapat dibedakan menjadi empat golongan : barang inferior, barang esensial, barang normal, dan barang mewah. 1) Barang Inferior Barang inferior adalah barang yang banyak diminta oleh orangorang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan naik, permintaan akan barang inferior tersebut berkurang. Contoh, pada pendapatan yang sangat rendah orang-orang mengkonsumsi ubi kayu sebagai makanan pokok. Setelah pendapatannya meningkat dan mampu membeli beras, maka orang tersebut akan meninggalkan ubi kayu sebagai makanan pokoknya. 2) Barang Esensial Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang biasanya berupa barang kebutuhan pokok seperti beras. Permintaan terhadap barang ini tidak berubah walaupun pendapatan meningkat. 3) Barang Normal Sesuatu barang dinamakan barang normal apabila barang tersebut mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat dari kenaikan pendapatan. Kebanyakan barang yang ada dalam masyarakat adalah barang normal, misalnya pakaian, sepatu, perabot rumah, dan berbagai jenis makanan. 4) Barang Mewah xxiv

25 Barang mewah adalah jenis barang yang akan dibeli masyarakat apabila ia sudah berpendapatan sangat tinggi, misalnya perhiasan, perabot rumah yang mahal, mobil sedan, dan lainnya. Biasanya barang-barang tersebut baru dibeli masyarakat setelah mereka memenuhi kebutuhan pokok seperti makanan, pakaian, dan perumahan. d. Cita rasa masyarakat Perubahan cita rasa masyarakat dapat mempengarui permintaan berbagai jenis barang. e. Jumlah penduduk Jumlah penduduk tidak secara langsung berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti dengan perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang menerima pendapatan dan ini akan menambah daya beli masyarakat. Dengan penambahan daya beli ini permintaan terhadap suatu barang akan bertambah. f. Ekspektasi masa depan Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan konsumen bahwa harga-harga akan bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang. Sukirno (2000) menyatakan, dalam menganalisis permintaan perlu dibedakan di antara dua pengertian, permintaan dan jumlah barang yang diminta. Di dalam analisis ekonomi, permintaan mengambarkan keseluruhan hubungan antara harga dan permintaan sedangkan jumlah barang yang diminta berarti jumlah barang yang diminta pada suatu tingkat tertentu. Hubungan antara harga dan kuantitas yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga naik akibatnya kuantitas yang diminta akan mengalami penurunan dan jika harga turun maka jumlah yang xxv

26 akan diminta akan mengalami kenaikan. Hubungan yang demikian disebut Hukum Permintaan. P (Harga) P1 P2 Q Q1 Q2 Gambar 2. Kurva Permintaan Sumber: Samuelson, 1979 Kurva permintaan akan bergeser jika salah satu atau lebih dari variabel-variabel yang dianggap konstan berubah. Arah pergeseran (ke kanan atau ke kiri) tergantung kepada hubungan antara kuantitas barang yang diminta dan variabel yang berubah tersebut (Arsyad, 1995). Menurut Lipsey (1986), suatu kurva permintaan dibuat berdasarkan asumsi bahwa semua faktor lain kecuali harga, akan tetap atau konstan/ tidak berubah. Suatu perubahan dalam setiap variabel yang semula dianggap konstan akan menggeser kurva permintaan pada kedudukan yang baru. Penelitian sebelumnya, BPS melalui data susenas telah mencoba menangkap faktor pengaruh selera menggunakan variabel proporsi anggaran belanja rumah tangga yang diperuntukkan bagi konsumen hasil perikanan. Hasil percobaan regresi tidak menggambarkan bahwa variabel tersebut mempunyai pengaruh yang nyata terhadap variabel barang yang diminta. Penelitian yang dilakukan oleh C. Peter Timmer (1971) dalam bukunya Wheat Flour Consumption In Indonesia tentang konsumsi terigu di Indonesia, ternyata selera konsumen adalah tetap, besarnya alokasi barang secara signifikan hanya akan berubah bila harga relatif berubah (Sudarsono, 1991). Permintaan suatu barang terhadap suatu kondisi disuatu daerah dengan daerah yang lain tidak selalu sama. Permintaan suatu barang dapat xxvi

27 dipengaruhi oleh ketersedian, produksi dan harga barang itu sendiri. Tren, selera konsumen dan faktor psikologis dari konsumen atau masyarakat juga dapat memberikan pengaruh yang cukup besar (BPS, 2008). Menurut Lipsey et al (1991), jumlah komoditi yang akan dibeli oleh semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh variabel penting berikut ini: a. Harga komoditi itu sendiri b. Rata-rata penghasilan rumah tangga c. Harga komoditi yang berkaitan d. Selera e. Distribusi pendapatan diantara rumah tangga f. Besarnya populasi Pergeseran kurva permintaan dapat dilihat seperti grafik berikut ini: H A R G A D 2 D 0 D 1 Kuantitas per periode Gambar 3. Pergeseran Kurva Permintaan (Lipsey et al., 1991) Pergeseran kurva permintaan ke kanan (dari D 0 ke D 1 ) menunjukkan adanya kenaikan permintaan bisa disebabkan oleh naiknya pendapatan, kenaikan harga barang substitusi, turunnya harga barang komplementer, perubahan selera yang mengarah ke komoditi itu, kenaikan jumlah penduduk, adanya pendistribusian kembali pendapatan kepada kelompok yang menyukai komoditi itu. Pergeseran kurva permintaan ke kiri (dari D 0 ke D 2 ) menunjukkan adanya penurunan permintaan bisa disebabkan oleh turunnya pendapatan, turunnya harga barang substitusi, naiknya harga barang komplementer, perubahan selera yang tidak menyukai komoditi itu, xxvii

28 penurunan jumlah penduduk, atau adanya redistribusi pendapatan mengurangi kelompok yang menyukai komoditi itu (Lipsey et al., 1991). Soediyono (1989) menyatakan, apabila kurva permintaan hanya menghubungkan kuantitas yang diminta dengan harga satuan barang tersebut, maka fungsi permintaan menghubungkan kuantitas yang diminta. Harga barang dan faktor-faktor lain, juga besar pengaruhnya tehadap jumlah barang yang ingin dan sangggup dibeli oleh konsumen seperti, pendapatan konsumen, harga barang pengganti, barang komplementer, dan selera konsumen. Hal ini penting agar dapat membedakan elastisitas harga, elastisitas pendapatan dan elastisitas silang. Konsep permintaan (Arsyad, 1991) digunakan untuk menunjukkan keinginan-keinginan (intentions) seorang pembeli pada suatu pasar. Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara kuantitas suatu barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan dapat dituliskan sebagai berikut: Q = f (harga produk X, harga barang-barang saingan, harapan akan adanya perubahan-perubahan harga, pendapatan konsumen, selera dan preferensi, dan lain-lain). 4. Elastisitas Permintaan a. Teori Elastisitas Koefisien elastisitas permintaan mengukur persentase perubahan jumlah barang per unit waktu yang diakibatkan persentase perubahan dari variabel yang mempengaruhi. Satuan persentase digunakan dalam mengukur elastisitas dengan tujuan menyeragamkan suatu barang yang diminta. Ada beberapa yang diukur menggunakan satuan kilogram, kwintal, meter, dosin, dan lainnya. Apabila menggunakan persamaan matematis akan sulit untuk menentukan pengaruh perubahan harga dari barang yang berbeda. Apabila perubahan tersebut dilihat dalam persentase, maka perbedaan satuan tersebut tidak menjadi masalah (Nicholson, 1992). xxviii

29 Menurut Mankiw (2003) pengukuran angka elastisitas ini dapat dilakukan dengan tiga macam analisis elastisitas: 1) Elastisitas Harga Elastisitas harga mengukur seberapa banyak kuantitas permintaan atas suatu barang berubah mengikuti perubahan harga barang tersebut. Permintaan dikatakan elastis jika kuantitas yang diminta berubah secara subtansial akibat perubahan harganya. Sebaliknya, permintaan dikatakan inelastis jika kuantitas yang diminta hanya sedikit berubah akibat perubahan harga. Hal-hal yang menentukan elastisitas harga dari permintaan adalah: a) Kebutuhan versus kemewahan Permintaan barang akan kebutuhan pokok umumnya inelastis sedangkan permintaan akan barang-barang mewah lazimnya elastis. b) Ketersedian substitusi Barang-barang yang substitusinya banyak cenderung elastis, karena konsumen mudah meninggalkannya dan berganti ke barang substitusi lain. c) Difinisi pasar Elastisitas permintaan di setiap pasar juga tergantung pada batas pasarnya misal, jika pasarnya kecil atau terbatas, permintaannya cenderung lebih elastis dibandingkan pasarnya yang besar karena dalam pasar yang kecil konsumen lebih mudah menemukan barang substitusi. d) Rentang waktu Permintaan berbagai barang cenderung elastis dalam rentang waktu yang panjang. Rumus Elastisitas Harga dari Permintaan: %Perubahan kuantitas barang yang diminta = %Perubahan harga xxix

30 2) Elastisitas Pendapatan Elastisitas pendapatan dari permintaan mengukur seberapa besar perubahan kuantitas yang diminta apabila pendapatan konsumen berubah. Elastisitas Pendapatan Permintaan: = % Perubahan kuantitas barang yang diminta % Perubahan pendapatan Pada barang normal kenaikan pendapatan akan menyebabkan kenaikan kuantitas barang yang diminta. Barang normal memiliki elastisitas positif karena hubungan kuantitas barang yang diminta dan pendapatan berbanding lurus, sedangkan pada barang inferior, peningkatan pendapatan justru menurunkan kuantitas barang yang diminta. 3) Elastisitas Silang Elastisitas harga silang digunakan untuk mengukur seberapa besar perubahan kuantitas yang diminta untuk suatu barang ketika harga barang lainnya berubah. Rumus Elastisitas Harga silang Permintaan: % Perubahan kuantitas = barang yang diminta dari barang1 % Perubahan harga dari barang 2 Positif atau negatifnya nilai elastisitas dari harga silang ini tergantung apakah barang tersebut subtitusi atau komplementer. Jika barang tersebut substitusi elastisitas harga silangnya bernilai positif, untuk barang komplementer elastisitasnya negatif. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah 1. Teori Dasar Permintaan Konsep permintaan digunakan untuk mengukur keinginan pembeli dalam suatu pasar. Fungsi permintaan mengukur hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan semua faktor yang mempengaruhinya (Arsyad,1995). xxx

31 Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga, secara grafis skala pada sumbu ordinat (vertikal) mengukur harga, sedangkan skala pada sumbu absis (horizontal) mengukur kuantitas barang. Perumusan matematisnya secara umum adalah X d f ( x P ) dimana X adalah kuantitas barang x sedangkan superskrip d adalah yang diminta dan Px adalah harga barang X tersebut. Cara pembahasan ini hanya dapat dilaksanakan dengan metode matematis. Dalam kerangka ini permintaan dirumuskan secara umum sebagai berikut: (Sudarsono, 1991). D X J D X J = F (Px1, Px2, Pxn, Y, E) dimana adalah jumlah barang x1 yang diminta Px1 adalah harga barang x1 tersebut Px2, Pxn adalah harga barang-barang lain Y pendapatan konsumen yang tersedia untuk dibelanjakan E adalah selera dan faktor-faktor lain yang tidak dapat dibahas satu demi satu 2. Estimasi Fungsi Permintaan Sudarsono (1991), menyatakan bahwa dalam banyak studi empiris atau penelitian tentang permintaan biasanya digunakan bentuk fungsi permintaan yang mempunyai elastisitas konstan. Metode ini mendasarkan diri atas anggapan bahwa elastisitas permintaan terhadap perubahan variabel yang menjadi determinannya selalu tetap. Bentuk fungsinya adalah fungsi kepangkatan dengan menggunakan beberapa variabel sebagai determinan, yang dirumuskan sebagai berikut : Qd = bo. PT b1. Hx b2. Hk b3. Hs b4. Y b5.e Keterangan: Qd bo PT Hx = Jumlah permintaan = Konstanta = Produksi Tangkap Ikan Laut = Harga barang itu sendiri xxxi

32 Hk = Harga barang komplementer Hs = Harga barang substitusi Y = Pendapatan riil b 1 -b 5 = koefisien regresi e = error Variabel yang dianggap mempengaruhi permintaan ikan laut dalam penelitian di Kabupaten Rembang adalah hasil tangkap/produksi tangkap ikan laut, harga ikan laut itu sendiri (digunakan sampel harga ikan layang, ikan kembung dan ikan selar), harga non ikan laut (harga beras sebagai barang komplementer dan harga daging ayam sebagai barang substitusi) dan pendapatan riil masyarakat dan fungsi permintaan yang digunakan adalah sebagai berikut : Ln Qd = Lnbo + b 1 Ln PT + b 2 Ln Hx + b 3 Ln Hk + b 4 Ln Hs + b5 Y + e Keterangan: Qd = Jumlah Permintaan ikan laut PT Hx Hk Hs Y = Produksi tangkap ikan laut dalam tahun t (kg) = Harga ikan laut tahun t (Rp/kg) = Harga beras tahun t (Rp/kg) = Harga daging ayam tahun t (Rp/kg) = Pendapatan perkapita penduduk pada tahun t (Rp) b1 b5 = Koefisien regresi e = error Nilai koefisien regresi parsial dari masing-masing variabel menggambarkan persentase perubahan jumlah barang yang diminta dengan faktor-faktornya, dinamakan nilai elastisitas. Oleh karena itu nilai-nilai koefisien regresi variabel yang bersangkutan merupakan nilai elastisitas. 3. Elastisitas Arsyad (1995) menyatakan, elastisitas adalah derajat kepekaan kuantitas yang diminta atau ditawarkan terhadap salah satu faktor yang mempengaruhi fungsi permintaan. Elastisitas biasanya menjelaskan respon xxxii

33 atau perubahan kuantitas yang diminta jika harga, pendapatan atau faktorfaktor lainnya berubah. Respon kuantitas penting karena hal tersebut mempengaruhi harga dipasar. Rumus Elastisitas: = % Perubahan kuantitas yang diminta % Perubahan faktor yang mempengaruhi permintaan Menurut Gasperz (1999), pada dasarnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi elastisitas suatu produk, antara lain: a. Banyaknya produk subtitusi yang tersedia di pasar pada tingkat harga kompetitif dimana semakin banyak produk subtitusi yang tersedia di pasar akan menyebabkan elastisitas permintaan suatu produk tertentu menjadi semakin elastis. b. Pengeluaran periode waktu elastisitas permintaan suatu produk lebih elastis dalam jangka panjang daripada jangka pendek. c. Masa pakai dari produk, semakin lama masa pemakaian untuk suatu produk yang bermasa pakai lama maka elastisitas produk tersebut semakin tinggi. d. Derajat kepentingan atau kebutuhan terhadap produk. e. Range penggunaan dari produk. f. Prosentase anggaran konsumen yang dibenjakan untuk produk. Menurut Arsyad (1995) dalam ilmu ekonomi dikenal tiga elastisitas permintaan, yaitu: a. Elastisitas harga b. Elastisitas pendapatan c. Elastisitas harga silang Ketiga jenis elastisitas tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Elastisitas Harga Adalah persentase perubahan kuantitas yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang tersebut sebesar 1 (satu) persen. xxxiii

34 % Perubahan kuantitas barang yang diminta Elastisitas harga = % Perubahan harga barang tersebut Q / Q Q P Atau Eh = - X P / P P Q Simbol delta menunjukkan suatu perubahan kedua rumus tersebut digunakan untuk menghitung elastisitas sedangkan elastisitas harga biasanya ditunjukkan untuk suatu angka positif, dengan cara menambahkan tanda nilai mutlak pada rumus tersebut (Arsyad, 1995). 2) Elastisitas pendapatan (E I ) Adalah persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta disebabkan oleh perubahan pendapatan (Income) sebesar 1 persen. %Perubahan kuantitas barang yang diminta Elastisitas pendapatan= %Perubahan pendapatan E I = ( Q / Q) Q X ( I / I ) I Suatu produk normal yang memiliki koefisien elastisitas pendapatan bernilai tinggi (biasanya lebih besar dari I), maka dianggap sebagai produk normal atau sekunder sedangkan produk normal koefisien elastisitas pendapatan di bawah satu (0<E I <1) dianggap sebagai barang primer atau kebutuhan pokok (Gasperz,1999). 3) Elastisitas silang Menurut Arsyad (1995) elastisitas (harga) silang adalah persentase perubahan kuantitas x yang diminta yang disebabkan oleh perubahan harga barang Y (yang mempunyai hubungan) sebesar satu persen. %Perubahan kuantitas barang X yang diminta Elastisitas silang= %Perubahan harga barang Y I Q xxxiv

35 Nilai elastisitas silang bisa positif, nol atau negatif. Tanda tersebut penting untuk menginterpretasikan nilai elastisitas tersebut. D. Model Kerangka Pendekatan Masalah Permintaan ikan laut di Kabupaten Rembang Faktor-Faktor Faktor-faktor Sosial sosial ekonomi Ekonomi Faktor Harga harga Faktor produksi jumlah tangkap penduduk ikan laut Faktor Pendapatan pendapatan Variabel: -Harga Variabel: komoditas(harga ikan layang, kembung -Harga komoditas dan selar) itu sendiri -Harga -Harga barang barang komplementer(harga beras) -Harga -Harga barang subtitusi (harga daging ayam) Variabel : Pendapatan pendapatan per kapita Analisis Permintaan permintaan Estimasi Fungsi fungsi Permintaan permintaan Ikan ikan laut Laut - Dengan dengan regresi non linier linier berganda berganda xxxv - Pengaruh variabel terhadap permintaan ikan laut

II. LANDASAN TEORI A.

II. LANDASAN TEORI A. 7 II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu Penelitian Michael (1985) yang berjudul Estimating Cross Elasticities of Demand for Beef, menggunakan variabel harga daging sapi, harga ikan, harga daging unggas,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Beras sebagai komoditas pokok Beras merupakan salah satu komoditas penting dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Posisi komoditas beras bagi sebagian besar penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Ikan Sebelah. Manyung 1 680,00 0,00 232,00 0,00 292,00 385,00 0,00 218,00 0,00 253,00 37,00 0,00 209,00 23,00 314,00 31,00 0,00 32,00 0,00 31,00

Ikan Sebelah. Manyung 1 680,00 0,00 232,00 0,00 292,00 385,00 0,00 218,00 0,00 253,00 37,00 0,00 209,00 23,00 314,00 31,00 0,00 32,00 0,00 31,00 Tabel Table Produksi Perikanan Laut Menurut Jenis Ikan dan di Provinsi (Ton), 2016 Quantity of Marine Fisheries Production by Type and in Province (Ton), 2016 Manyung Ikan Sebelah Ekor Kuning /Pisangpisang

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu jenis produksi yang berlandaskan pada pertumbuhan tanaman, hewan, dan ikan. Pertanian juga berarti kegiatan pemanfaatan sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia (archipelagic state). Tiga perempat dari luas wilayah Indonesia atau sekitar 5.8 juta km² berupa laut. Garis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam tulisan Anonimous (2012) dikatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia diperlukan asupan gizi yang baik.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR Ahmad Ridha Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Samudra Email : achmad.ridha@gmail.com

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi, Libria Widiastuti (Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Islam Batik Surakarta) Email: triardewi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara maritim terbesar di dunia. Sektor Perikanan dan Kelautan adalah salah satu sektor andalan yang dijadikan pemerintah sebagai salah

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan,

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum permintaan, II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Teori Permintaan Teori permintaan adalah teori yang menjelaskan tentang ciri hubungan antara permintaan dan harga. Teori ini lebih dikenal dengan hukum

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumberdaya perikanan Indonesia sangat besar dimana luas perairan Indonesia sebesar 2 per 3 luas daratan. Luas wilayah daratan Indonesia mencakup 1.910.931,32

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB II. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Komoditi Pertanian subsektor Peternakan Pertanian adalah salah satu bidang produksi dan lapangan usaha yang paling tua di dunia yang pernah dan sedang dilakukan masyarakat.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia selain sebagai negara maritim juga sekaligus sebagai negara kepulauan terbesar di dunia. Artinya bahwa Indonesia merupakan negara yang paling

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan. permintaan akan suatu barang atau jasa berdasarkan hukum permintaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Permintaan dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Beras Beras adalah butir padi yang telah dipisahkan dari kulit luarnya (sekamnya) dengan cara digiling dan disosoh menggunakan alat pengupas dan alat penggiling serta alat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang

I. PENDAHULUAN. oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 241 juta dengan ditandai oleh kelompok menengah yang mulai tumbuh, daya beli masyarakat yang meningkat dan stabilitas ekonomi yang

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI SKRIPSI Oleh : ENDANG WIWIN H 0306013 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit 2010 to user i ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN PATI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan. meliputi semua yang terdapat dibumi baik yang hidup maupun benda mati, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sumber Daya Alam dan Energi dalam Pembangunan 2.1.1 Sumber Daya Energi Sumber daya adalah segala sesuatu yang berguna dan mempunyai nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. lapangan kerja, memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, memeratakan pembagian

Lebih terperinci

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON

6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 103 6 ESTIMASI SUPPLY DAN DEMAND IKAN DI KOTA AMBON 6.1 Pendahuluan Penyediaan pangan masih merupakan masalah penting di Indonesia. Sumber daya manusia Indonesia perlu dibangun agar tangguh dan kuat, dari

Lebih terperinci

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ)

Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) Inventarisasi Komoditas Unggulan Perikanan tangkap Ikan Laut di Kecamatan Utan Kabupaten Sumbawa Menggunakan Metode Skoring dan Location Quotient (LQ) 1 Nurintang dan 2 Yudi ahdiansyah 1 Mahasiswa Manajemen

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan

1. PENDAHULUAN. digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ikan nila merah Oreochromis niloticus merupakan ikan konsumsi yang digemari masyarakat Indonesia dan luar negeri. Rasa daging yang enak dan pertumbuhan yang relatif cepat

Lebih terperinci

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar

Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Permintaan dan Penawaran sebagai Pembentuk Kelembagaan Pasar Pengantar Ilmu Ekonomi Pertemuan ke-lima Pokok bahasan pertemuan ke-5 Teori permintaan dan kurva permintaan. Efek Perubahan harga dan non harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpotongan. Titik perpotongan tersebut disebut titik keseimbangan.

BAB I PENDAHULUAN. berpotongan. Titik perpotongan tersebut disebut titik keseimbangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Interaksi antara permintaan dan penawaran akan menciptakan keseimbangan pasar terjadi apabila pada harga keseimbangan jumlah barang yang diminta konsumen sama persis

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Kelapa Sawit Kelapa sawit tumbuh dengan baik pada dataran rendah di daerah tropis yang beriklim basah, yaitu sepanjang garis khatulistiwa

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT

IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT 36 IV. KONDISI UMUM PRODUKSI IKAN LAUT TANGKAPAN DI WILAYAH UTARA JAWA BARAT Wilayah utara Jawa Barat merupakan penghasil ikan laut tangkapan dengan jumlah terbanyak di Propinsi Jawa Barat. Pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Wilayah Indonesia yang secara geografis adalah negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang, serta sebagian besar terdiri dari lautan. Koreksi panjang garis

Lebih terperinci

Katalog BPS:

Katalog BPS: ht tp :// w w w.b p s. go.id Katalog BPS: 5402003 PRODUKSI PERIKANAN LAUT YANG DIJUAL DI TEMPAT PELELANGAN IKAN 2008 ISSN. 0216-6178 No. Publikasi / Publication Number : 05220.0902 Katalog BPS / BPS Catalogue

Lebih terperinci

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah laut Indonesia terdiri dari perairan teritorial seluas 0,3 juta km 2, perairan laut Nusantara seluas 2,8 juta km 2 dan perairan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) seluas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan 2.2 Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Potensi Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan Pengembangan merupakan suatu istilah yang berarti suatu usaha perubahan dari suatu yang nilai kurang kepada sesuatu yang nilai baik. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Pola Konsumsi Non Beras Sektor pertanian tidak akan pernah lepas dari fungsinya sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Indonesia merupakan negara agraris yang mana sebagian besar dari penduduknya bekerja disektor pertanian. Namun, sektor pertanian ini dinilai belum mampu

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian Penelitian dilakukan di Provinsi Sumatera Utara. Penentuan daerah ini dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN Rizki Andini *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **) *) Alumni Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan luas wilayah terbesar se-asia Tenggara, jumlah penduduknya kurang lebih 220 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan rata-rata 1,5% per

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Permintaan Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan pada kebutuhan saja atau sering disebut dengan permintaan

Lebih terperinci

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 03FEB. Permintan, penawaran dan keseimbangan pasar. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement S1

Pengantar ekonomi mikro. Modul ke: 03FEB. Permintan, penawaran dan keseimbangan pasar. Fakultas. Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement S1 Pengantar ekonomi mikro Modul ke: Permintan, penawaran dan keseimbangan pasar Fakultas 03FEB Erwin Nasution S,E MM. Program Studi Manajement S1 Permintaan, penawaran dan keseimbangan pasar Template Modul

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 2012 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 6/1/35/Th.X, 1 Oktober 212 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN SEPTEMBER 212 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan September 212 naik sebesar,2 persen. Nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003;

I. PENDAHULUAN. hanya bisa didapatkan dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari (Rasyid, 2003; I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asam lemak omega 3 termasuk dalam kelompok asam lemak essensial. Asam lemak ini disebut essensial karena tidak dapat dihasilkan oleh tubuh dan hanya bisa didapatkan dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan masyarakat yang semakin bertambah tidak hanya dari segi populasi tetapi juga dari segi pengetahuan akan kesehatan menyebabkan pemenuhan akan kebutuhan protein asal

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN Tinjauan Pustaka Minyak Goreng Minyak goreng merupakan salah satu bahan makanan pokok yang dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

Analisis permintaan gula pasir di tingkat rumah tangga di kabupaten Sukoharjo I. PENDAHULUAN

Analisis permintaan gula pasir di tingkat rumah tangga di kabupaten Sukoharjo I. PENDAHULUAN 1 Analisis permintaan gula pasir di tingkat rumah tangga di kabupaten Sukoharjo Maman Pamungkas H0304083 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk dan perbaikan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat kearah protein hewani telah meningkatkan kebutuhan akan daging sapi. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang) 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Meningkatnya jumlah penduduk dan adanya perubahan pola konsumsi serta selera masyarakat telah menyebabkan konsumsi daging ayam ras (broiler) secara nasional cenderung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Pemilihan Daerah Sampel dan Waktu Penelitian Daerah penelitian tentang permintaan daging sapi yaitu di Kelurahan Sei Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan

I. PENDAHULUAN. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya laut dan industri bioteknologi kelautan merupakan asset yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif analisis, yaitu penelitian yang didasarkan pemecahan masalah-masalah aktual yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Factors which affecting the demand of beef in Special Region of Yogyakarta Anisa Haryati / 20130220035 Ir. Lestari Rahayu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tubuh yang langsing atau berukuran kecil. Timbangan badan ringan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia dikenal dengan istilah ayam ras dan ayam bukan ras. Dalam pengertian ayam ras menurut istilah itu yang dimaksud sebenarnya adalah ras yang dikembangkan

Lebih terperinci

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI

Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Boks.1 PENGARUH PERUBAHAN HARGA TERHADAP JUMLAH PERMINTAAN KOMODITI BAHAN MAKANAN DI KOTA JAMBI Pangan merupakan kebutuhan pokok (basic need) yang paling azasi menyangkut kelangsungan kehidupan setiap

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh : Viarka Kresnawati H 0305088 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010 i ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM DI KOTA SURAKARTA

Lebih terperinci

Harga (Pq) Supply (S)

Harga (Pq) Supply (S) I. MEKANISME HARGA Fokus pembicaraan dalam ekonomi mikro adalah membahas bagaimana pembeli dan penjual melakukan interaksi dalam memperoleh barang dan jasa. Kesepakatan dalam interaksi ditandai dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI BERAS DAN ARAH PERGESERANNYA (Studi Kasus di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek)

PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI BERAS DAN ARAH PERGESERANNYA (Studi Kasus di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek) PENGARUH PENDAPATAN TERHADAP KONSUMSI BERAS DAN ARAH PERGESERANNYA (Studi Kasus di Desa Sumberdadi Kecamatan Trenggalek Kabupaten Trenggalek) KARYA ILMIAH TERTULIS (SKRIPSI) D i a j u k a n G u n a M e

Lebih terperinci

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA EPP. Vol.5.No.2.2008:28-33 28 PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA (Soybean Demand at Samarinda City) Elvina Rohana dan Nella Naomi Duakaju Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman,

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR

ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR ARAHAN LOKASI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DI KAWASAN PESISIR UTARA KABUPATEN SIKKA NUSA TENGGARA TIMUR TUGAS AKHIR Oleh : FRANSISKUS LAKA L2D 301 323 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 51//35/Th.XI, 1 Agustus 13 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JULI 13 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Juli 13 naik sebesar,9 persen Nilai Tukar Nelayan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang subur dan memiliki kekayaan alam yang melimpah. Hal ini dikarenakan Indonesia berada di wilayah tropis. Sehingga berbagai jenis

Lebih terperinci

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA Nurhidayati Ma rifah Sitompul *), Satia Negara Lubis **), dan A.T. Hutajulu **) *) Alumini Program Studi Agribisnis Departemen Agribisnis

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 199 IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 9.1. Kesimpulan 1. Berdasarkan data Susenas tahun 2008, dapat dikatakan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia di berbagai wilayah lebih banyak mengkonsumsi

Lebih terperinci

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN

PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN PRINSIP EKONOMI DALAM PERTANIAN 1. Permintaan dan penawaran 2. biaya, produksi, dan keuntungan TIK : Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan prinsip ekonomi yang diterapkan dalam kegiatan pertanian PERMINTAAN

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perikanan tangkap merupakan suatu sistem yang terdapat dalam sektor perikanan dan kelautan yang meliputi beberapa elemen sebagai subsistem yang saling berkaitan dan mempengaruhi

Lebih terperinci

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN

VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN 185 VIII. PROSPEK PERMINTAAN PRODUK IKAN Ketersediaan produk perikanan secara berkelanjutan sangat diperlukan dalam usaha mendukung ketahanan pangan. Ketersediaan yang dimaksud adalah kondisi tersedianya

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang

BAB I PENDAHULUAN. laut Indonesia diperkirakan sebesar 5.8 juta km 2 dengan garis pantai terpanjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi perikanan laut Indonesia yang tersebar pada hampir semua bagian perairan laut Indonesia yang ada seperti pada perairan laut teritorial, perairan laut nusantara

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN IKAN PADA RUMAH TANGGA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN IKAN PADA RUMAH TANGGA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ANALISIS PERMINTAAN IKAN PADA RUMAH TANGGA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TESIS Diajukan Kepada Program Pascasarjana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON

6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON 6 STATUS PEMANFAATAN SUMBER DAYA IKAN DI WILAYAH PESISIR DAN LAUT CIREBON Pada dasarnya pengelolaan perikanan tangkap bertujuan untuk mewujudkan usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan. Untuk itu, laju

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN: ELASTISITAS DAN PENAWARAN. Suharyanto

POKOK BAHASAN: ELASTISITAS DAN PENAWARAN. Suharyanto POKOK BAHASAN: ELASTISITAS PERMINTAAN DAN PENAWARAN Suharyanto Tujuan Perkuliahan ini: Mahasiswa dapat menganalisis sensitivitas respon perubahan permintaan dan penawaran akibat perubahan harga dan faktor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun. 20 III. METODE PENELITIAN A. Batasan Operasional dan Jenis data 1. Batasan Operasional Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan datang berdasarkan data yang ada dengan menggunakan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN TERHADAP AGROINDUSTRI PEMINDANGAN IKAN DI WILAYAH MUNCAR

ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN TERHADAP AGROINDUSTRI PEMINDANGAN IKAN DI WILAYAH MUNCAR ANALISIS NILAI TAMBAH DAN PENDAPATAN TERHADAP AGROINDUSTRI PEMINDANGAN IKAN DI WILAYAH MUNCAR SKRIPSI Oleh Yuli Agustiyani NIM. 001510201194 JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia adalah komoditas kopi. Disamping memiliki peluang pasar yang baik di dalam negeri maupun luar

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 2013 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. /7/35/Th.XI, 1 Juli 13 PERKEMBANGAN NILAI TUKAR NELAYAN JAWA TIMUR BULAN JUNI 13 Nilai Tukar Nelayan (NTN) Jawa Timur Bulan Juni 13 naik sebesar, persen Nilai Tukar Nelayan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pangan sejak beberapa abad yang lalu. Ikan sebagai salah satu sumber daya alam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses kelangsungan hidup manusia. Manusia telah memanfaatkan ikan sebagai bahan pangan sejak beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam (Worabai, 1997), daging sapi adalah sebagian hasil ternak yang hampir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam (Worabai, 1997), daging sapi adalah sebagian hasil ternak yang hampir BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Arti Penting Daging Sapi Disain pembangunan sangat sentralistik dengan perlakuan yang sangat beragam terhadap keragaman yang ada di nusantara yang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah,

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi

PENGANTAR ILMU PERIKANAN. Riza Rahman Hakim, S.Pi PENGANTAR ILMU PERIKANAN Riza Rahman Hakim, S.Pi Bumi Yang Biru begitu Kecilnya dibandingkan Matahari Bumi, Planet Biru di antara Planet lain The Blue Planet 72 % Ocean and 28 % Land Laut Dalam Al Qur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Indonesia sebagian besar merupakan perairan, sehingga diperoleh hasil laut yang berlimpah terutama hasil tangkapan ikan. Ikan merupakan sumber protein

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang penting di Indonesia. Sektor ini memegang peranan penting dalam perekonomian, seperti kontribusi terhadap peningkatan

Lebih terperinci

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA

II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA Kardono-nuhfil 1 II. PERMINTAAN, PENAWARAN, DAN HARGA Teori permintaan menjelaskan sifat para pembeli dalam permintaan suatu barang, sedangkan teori penawaran menjelaskan sifat para penjual dalam penawaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar dan pokok yang dibutuhkan oleh manusia guna memenuhi asupan gizi dan sebagai faktor penentu kualitas sumber daya manusia. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI digilib.uns.ac.id ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Oleh: HENDRIK MULYO. W H 1306011 FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 i digilib.uns.ac.id HALAMAN PENGESAHAN

Lebih terperinci

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA

VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA 161 VII. MODEL PERMINTAAN IKAN DI INDONESIA Pemodelan suatu fenomena seringkali tidak cukup hanya dengan satu persamaan, namun diperlukan beberapa persamaan. Pada Bab IV telah disebutkan bahwa ditinjau

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Daging Sapi Permintaan daging sapi di D.I Yogyakarta dipengaruhi oleh beberapa hal seperti pendapatan, jumlah penduduk, harga daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pangan Menurut Balitbang (2008), Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, karena itu pemenuhan atas pangan yang cukup, bergizi dan aman menjadi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya kelautan dan perikanan menyebabkan munculnya suatu aktivitas atau usaha di bidang perikanan sesuai dengan kondisi lokasi dan fisiknya. Banyak penduduk

Lebih terperinci

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING 6.1. Model Permintaan Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Keriting Model permintaan rumah tangga di DKI Jakarta

Lebih terperinci

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh

Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas Permintaan ( Price Elasticity of Demand Permintaan Inelastis Sempurna (E = 0) tidak berpengaruh Konsep Dasar Elastisitas Elastisitas merupakan salah satu konsep penting untuk memahami beragam permasalahan di bidang ekonomi. Konsep elastisitas sering dipakai sebagai dasar analisis ekonomi, seperti

Lebih terperinci

ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010 SKRIPSI

ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010 SKRIPSI ANALISIS POLA DISTRIBUSI PENDAPATAN PADA MASYARAKAT NELAYAN PANTAI Studi Kasus di Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah 2010 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikan lele (Clarias sp) adalah salah satu satu komoditas perikanan yang memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan komoditas unggulan. Dikatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk

I. PENDAHULUAN. dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor peternakan merupakan salah satu sumber pertumbuhan baru dalam pembangunan sektor pertanian. Pada tahun 1997, sumbangan Produk Domestik Bruto (PDB) subsektor

Lebih terperinci

A N A L I S I S D A N F A K T O R - F A K T O R Y A N G RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN

A N A L I S I S D A N F A K T O R - F A K T O R Y A N G RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN A N A L I S I S D A N F A K T O R - F A K T O R Y A N G MEMPENGARUHI KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA MASYARAKAT NELAYAN SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Pendidikan Program

Lebih terperinci

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan,

Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore. Kurva Permintaan, Ekonomi Manajerial dalam Perekonomian Global Dominick Salvatore Kurva Permintaan, - Demand (Permintaan) adalah kuantitas barang atau jasa yg. rela atau mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu

Lebih terperinci

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR

5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5 KONDISI PERIKANAN TANGKAP KABUPATEN CIANJUR 5.1 Sumberdaya Ikan Sumberdaya ikan (SDI) digolongkan oleh Mallawa (2006) ke dalam dua kategori, yaitu SDI konsumsi dan SDI non konsumsi. Sumberdaya ikan konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci