KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP. NIP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret 2014 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP. NIP"

Transkripsi

1

2 KATA PENGANTAR Dengan memanjat kan puji syukur kehadirat Allah SWT, Laporan Bulan Februari Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dapat terselesaikan.laporan Bulan Februari Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan disusun sebagai bagian dari proses monitoring dan evaluasi bulanan terhadap pelaksanaan kegiatan dan pencapaiannya. Selain itu, tersedianya laporan ini sekaligus juga bagian dari upaya melaksanakan prinsip keterbukaan informasi yang merupakan salah satu bagian penting dari good governance (kepemerintahan yang baik). Pada Bulan Februari, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah menyelesaikan beberapa kegiatan yang strategis dalam menunjang kinerja capaian Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yaitu: (a) Knowledge management yang terdiri dari diskusi dan workshop, (b) Rapat Persiapan Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun, (c) Pembahasan Target Sertipikasi Tanah BMN Tahun 2015, (d) Kick Off Meeting Kegiatan Evaluasi Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program Pengelolaan Pertanahan Tahun, (f) Rapat Buletin Tata Ruang dan Pertanahan, (g) Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II Pembahasan Draft Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K , (h) Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran dan 2015 Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional,(i) Penyusunan Draf RPJMN Buku II Bab VIII, (j) Rapat Internal Subdit Pertanahan, (k) Bilateral meeting dengan BPN Dalam Rangka Penyusunan RKP 2015, (l) Pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP 2015, Konsinyering Finalisasi Draf Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis RAN,(m) Rapat Teknis Eselon III BKPRN tentang Pendetailan Kegiatan (Lintas Sektor) BKPRN tahun, (n) Bilateral meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, (o) Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Sosialisasi Peta LP2B dan Pra Trilateral Meeting Penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP Demikian, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang positif bagi kita semua dalam melaksanakan tugas di Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta, Maret Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Dr. Ir. Oswar M. Mungkasa, MURP. NIP Laporan Kegiatan Bulan Februari i

3 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... ii DAFTAR SINGKATAN... iii BAB I PENDAHULUAN... 1 BAB II KEGIATAN INTERNAL... 2 A.... K egiatanutama... 2 B.... K egiatanpendukung... 5 BAB III KEGIATAN EKSTERNAL BAB IV RENCANA KEGIATAN BULAN MARET BAB V PENUTUP LAMPIRAN Laporan Kegiatan Bulan Februari ii

4 DAFTAR SINGKATAN AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BMN : Barang Milik Negara BPK : Badan Pengawas Keuangan BPN : Badan Pertanahan Nasional BS : Brainstorming DAS : Daerah Aliran Sungai DJPR : Direktorat Jenderal Penataan Ruang ESDM : Energi dan Sumber Daya Mineral FGD : Focus Group Discussion GSW : Giant sea Wall INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi JICA : Japan International Coorporation Agency K/L : Kementerian/Lembaga K-MAP : Knowledge Map KAPET : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KBAK : Kawasan Bentang Alam Karst KKDT : Kawasan Khusus dan Derah Tertinggal KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KM : Knowledge Management K-MAP : Knowledge-Map KP2B : Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan KSN : Kawasan Strategis Nasional LAKIP : Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah LAP : Land Administration Program LMPDP : Land Management and Policy Development Project LH : Lingkungan Hidup LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan MDGs : Millenium Development Goals MP3EI : Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia NJOP : Nilai Jual Objek Pajak NSPK : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria OTDA : Otonomi Daerah PELINDO : Pelabuhan Indonesia PERPRES : Peraturan Presiden PEP RAN : Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Nasional PIPIB : Peta Indikatif Penundaan Izin Baru PIR : Perkebunan Inti Rakyat PKPD : Penilaian Kinerja Pemerintah Daerah Laporan Kegiatan Bulan Februari iii

5 PKSN : Pusat Kegiatan strategis nasional PP : Peraturan Pemerintah PPN : Perencanaan Pembangunan Nasional PU : Pekerjaan Umum PW : Pengembangan Wilayah RAN : Reforma Agraria Nasional RAN-API : Rencana Aksi Nasional-Adaptasi Perubahan Iklim RAD GRK : Rencana Aksi Daerah Gas RumahKaca RDTL : Republik Demokratik Timor Leste RDTR : Rencana Detail Tata Ruang RKA K/L : Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian dan Lembaga RKP : Rencana Kerja Pemerintah RKPD : Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPERPRES : Rancangan Peraturan Presiden RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah RPJPN : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional RTR : Rencana Tata Ruang RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah RUU : Rancangan Undang-undang RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SAPOLA : Slum Alleviation Policy and Action Plan SARBAGITA : Denpasar, Badung, Gianyar dan Tabanan SCDRR : Safer Communities trough Disaster Risk Reduction SDA : Sumber Daya Alam SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan SOP : Standard, Operating and Procedure TA : Tahun Anggaran TRP : Tata Ruang dan Pertanahan UP/TUP : Uang Persediaan/Tambahan Uang Persediaan UU : Undang-undang WAMEN : Wakil Menteri Laporan Kegiatan Bulan Februari iv

6 BAB I PENDAHULUAN Pada Bulan Februari, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melaksanakan beberapa kegiatan utama antara lain, Knowledge management yang terdiri dari diskusi dan workshop, Rapat Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun, Pembahasan Target Sertipikasi Tanah BMN Tahun 2015, Kick off Meeting Kegiatan Evaluasi Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program Pengelolaan Pertanahan Tahun dan Rapat Buletin Tata Ruang dan Pertanahan. Selain itu juga telah dilaksanakan beberapa kegiatan pendukung dan eksternal antara lain Rapat Koordinasi BKPRN tingkat Eselon II tentang Pembahasan Draft Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K , Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran dan 2015 Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, Penyusunan Draf RPJMN Buku II Bab VIII, Rapat Internal Subdit Pertanahan, Billateral Meeting dengan BPN Dalam Rangka Penyusunan RKP 2015, Pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP 2015, Konsinyering Finalisasi Draft Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis RAN, Rapat Teknis Eselon III BKPRN tentang Pendetailan Kegiatan (Lintas Sektor) BKPRN tahun, Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Sosialisasi Peta LP2B dan Pra Trilateral Meeting Penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP 2015 BPN. Dalam pelaksanaan kegiatan, terdapat beberapa kegiatan yang sudah selesai dan ada pula kegiatan yang masih berlanjut. Kegiatan yang telah selesai terlaksana adalah Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran dan 2015 Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional, Rapat Internal Subdit Pertanahan, Bilateral Meeting dengan BPN Dalam Rangka Penyusunan RKP 2015, Pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP 2015, Konsinyering Finalisasi Draft Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis RAN, Rapat Teknis Eselon III BKPRN, Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, dan Pra Trilateral Meeting Penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP 2015 BPN. Sedangkan untuk kegiatan yang masih berlanjut yaitu Knowledge management, Rapat Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun, Pembahasan Target Sertipikasi Tanah BMN Tahun 2015, Kick off Meeting Kegiatan Evaluasi Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program Pengelolaan Pertanahan Tahun dan Rapat Buletin Tata Ruang dan Pertanahan, Penyusunan Draf RPJMN Buku II Bab VIII dan Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Sosialisasi Peta LP2B Pada laporan ini akan dijelaskan secara mendetail kegiatan-kegiatan utama maupun pendukung yang telah dilaksanakan pada Bulan Februari. Laporan Kegiatan Bulan Februari 1

7 BAB II KEGIATAN INTERNAL Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan. Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa yang akan datang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja. 2.1 Kegiatan Utama Diskusi Knowledge Management Kegiatan diskusi dilakukan pada tanggal 5 Februari bertempat di Ruang SG-5 Kementerian PPN/Bappenas dengan tujuan untuk sosialisasi dan diskusi aktif dengan saling berbagi dan belajar dalam mengupas konsep KM serta kemungkinan penerapannya.adapun output yang diharapkan adalah konsep Knowledge Management di Kementerian PPN/Bappenas, terutama untuk Bidang Tata Ruang dan Pertanahan. Tindak lanjut diskusi tersebut adalah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan akan mulai menyusun Roadmap Knowledge Management TRP, Knowledge Map TRP dan Time schedule dari setiap tahap proses pengembangan Knowledge Management tersebut. Gambar 1. Diskusi Knowledge Management Workshop Knowledge Management Workshop dilaksanakan pada tanggal 20 Februari di Hotel Akmani dengan tujuan melaksanakan sosialisasi secara aktif dengan saling berbagi dan belajar dalam mengupas konsep KM serta memulaipenerapannya di Kementerian PPN/Bappenas terutama terkait dengan bidang tata ruang dan pertanahan. Workshop Knowledge Management dipandu oleh Bapak Ir. Haitan, MT selaku narasumber yang memaparkan materi Knowledge Management, dilanjutkan dengan diskusi kelompok yang terdiri dari kelompok tata ruang, pertanahan, sekretariat BKPRN, sekretariat Reforma Agraria Laporan Kegiatan Bulan Februari 2

8 Nasional (RAN) dan kelompok infosos. Beberapa poin penting yang disampaikan dalam workshop ini, adalah: a. Penyusunan K-Map ini diharapkan dapat dioptimalkan dalam pendistribusian informasi secara keseluruhan dan berkelanjutan. b. Perlu pendetailan dan arahan yang jelas dari pencapaian KM terkait bidang TRP. c. Output yang dihasilkan harus jelas sehingga dalam pelaksanaannya lebih mudah. Adapun capaian yang diperoleh dalam workshop tersebut adalah Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan akan menyelesaikan Roadmap KM TRP dalam jangka waktu 2 (dua) bulan kedepan, akan ditunjuk 1 (satu) orang sebagai PIC dan narasumber akan menyusun time schedule dari setiap tahap pengembangan KM. Gambar 2. Workshop Knowledge Management Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran dan 2015 Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional Rapat diselenggarakan di Blue Sky Hotel pada tanggal 19 Februari dengan tujuan untuk menyusun rencana kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional tahun anggaran dan 2015 sesuai dengan sasaran dan indikator sebagaimana tertuang dalam dokumen White Paper Kebijakan Pengelolaan Pertanahan Nasional. Pada akhir acara telah tersusun Rencana Kerja Tahun Anggaran dan timeline Rencana Sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan rapat penyusunan rencana kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional tahun anggaran dan 2015 akan diadakan Kick off Meeting dan Penyepakatan Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional tahun anggaran pada minggu ke-2 Bulan Maret Rapat Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun Rapat dilaksanakan di Hotel Akmani pada tanggal 13 Februari dengan tujuan untuk saling bertukar ide guna mempersiapkan Pameran Perencanaan Pembangunan. Sebagai output, dalam rapat ini diharapkan teridentifikasinya skenario dan potensi peserta serta teridentifikasinya narasumber dan peserta dalam Pameran Perencanaan Pembangunan. Adapun capaian yang diperoleh dalam rapat tersebut adalah penetapan kriteria untuk peserta pameran dan diskusi serta pemberian informasi untuk jadwal rapat koordinasi berikutnya. Laporan Kegiatan Bulan Februari 3

9 Gambar 3. Rapat Pameran Perencanaan Pembangunan Kick off Meeting Kegiatan Evaluasi Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program Pengelolaan Pertanahan Tahun Kick off Meeting ini dilaksanakan pada tanggal 26 Februari di Ruang SS 1-2 Kementerian PPN/Bappenas dengan tujuan untuk memperoleh masukan terhadap hasil evaluasi 2013 Bidang TRP dan masukan terhadap rencana kegiatan evaluasi dari mitra K/L Dit.TRP, yaitu: Ditjen Penataan Ruang-Kementerian PU, Ditjen Bina Bangda- Kemendagri, dan BPN. Pertemuan ini juga memasilitasi direktorat mitra K/L di Kementerian PPN/Bappenas dengan Kementerian PU, Kemendagri, dan BPN dalam koordinasi lintas sektor bidang tata ruang dan pertanahan. Adapun output yang diharapkan dalam Kick off Meeting tersebut adalah Masukan dan informasi pelengkap terhadap hasil evaluasi 2013, meliputi: RKP 2012, Penelaahan RTRWN dan RPJMN, dan Outcome based evaluation. Dalam pelaksanaan Kick off, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memasilitasi BPN dengan direktorat mitra K/L di Bappenas yang terkait sertifikasi tanah/legalisasi aset, memasilitasi Kementerian PU untuk program perkotaan berkoordinasi dengan Direktorat Perkotaan di Bappenas dan Untuk pelaksanaan kegiatan evaluasi, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan akan melakukan pertemuan lanjutan. Selain itu, BPN mengusulkan dilaksanakan rapat berkala dengan direktorat mitra K/L di Bappenas yang terkait dengan legalisasi aset lintas sektor, sehingga dapat lebih terarah dan terfokus. Gambar 4. Kick off Meeting Kegiatan Evaluasi Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program Pengelolaan Pertanahan Tahun Rapat Buletin Tata Ruang dan Pertanahan Laporan Kegiatan Bulan Februari 4

10 Rapat diselenggarakan di Hotel Ambhara pada tanggal 11 Februari dengan maksud untuk membahas hasil review Dewan Redaksi, Materi Edisi I tahun dan Materi Edisi II Tahun. Adapun hasil dari rapat diperoleh Dewan Redaksi Lukita Dinarsyah Tuwo menggantikan Max H. Pohan sebagai Pelindung, Oswar Mungkasa menggantikan Alm. Deddy Koespramoedyo sebagai Penasehat Redaksi. Adapun materi untuk Edisi I dan Edisi II Buletin Tata Ruang dan Pertanahan adalah sebagai berikut: Tabel 1. Materi Buletin TRP Materi Edisi I tahun Materi Edisi II Tahun Tema Bencana dan Penataan Ruang Zonasi Wilayah Laut, Pesisir dan Pulau-pulau kecil. Profil Tokoh DR. Ir. Surono Menteri Kelautan dan Perikanan; Dirjen KP3K Terkait dengan materi edisi I, Bappenas berencana menyediakan materi berupa artikel terkait kegiatan SCDRR (Perencaan Tata Ruang KSN: Tinjauan Kemencanaan) dan Agenda Kerja BKPRN Kegiatan Pendukung Rapat Koordinasi BKPRN tingkat Eselon II: Pembahasan Draft Roadmap Penyelesaian RZWP3K Rapat dilaksanakan pada tanggal 5 Februari bertempat di Ruang SS 3 Kementerian PPN/Bappenas dengan maksud untuk mebahas Draft Roadmap Membahas (i) Draft Roadmap Penyelesaian RTRW & RDTR , (II) Membahas Draft Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K , (III) Membahas Draft Roadmap Penyelesaian Integrasi RTRW dan RZWP-3-K , (IV) Menyepakati Rencana Tidak Lanjut Finalisasi Roadmap. Beberapa hal penting yang dibahas adalah kemajuan penetapan Perda RTRW, RDTR, dan RZWP-3-K prov/kab/kota. Sebagai tindak lanjut akan diadakan Rapat Koordinasi tingkat Eselon II pada tanggal 19 Februari dengan agenda pemaparan Peta LP2B. Untuk itu, diperlukan konfirmasi kesiapan Kementan sebagai pemapar Penyusunan Draf RPJMN Buku II Bab VIII Kegiatan Penyusunan Draf RPJMN Buku II Bab VIII dilaksanakan pada tanggal 18 Februari dengan mengambil tempat di Kementerian PPN/Bappenas bertujuan untuk Menyusun rancangan teknokratik RPJMN Dalam kegiatan ini, target telah dicapai yaitu Draf RPJMN Buku II Bab VIII Bidang Pertanahan telah selesai disusun Rapat Internal Subdit Pertanahan Rapat internal ini dilaksanakan pada tanggal 24 Februari di Ruang Rapat Sekretariat BKPRN dengan maksud untuk melakukan pembahasan review peraturan perundangan, penyusunan kerangka pendanaan RPJMN dan orientasi terhadap staf baru subdit Pertanahan. Adapun capaian yang didapatkan dalam rapat ini adalah Kesepakatan Review Peraturan Perundang-undangan Bidang Pertanahan dan Kerangka pendanaan RPJMN Laporan Kegiatan Bulan Februari 5

11 2.2.4 Billateral Meeting dengan BPN Dalam Rangka Penyusunan RKP 2015 Billateral Meeting dilaksanakan di BPN pada tanggal 25 Februari dengan tujuan untuk Persiapan pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP 2015 dan menyampaikan kerangka kebijakan penyusunan review baseline RKP Dalam pertemuan ini, telah terbentuk kesepahaman terkait penyusunan review baseline RKP 2015 berikut output yang diharapkan Pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP 2015 Pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP 2015 dilaksanakan pada tanggal 28 Februari di Ditjen Anggaran-Kementerian Keuangan dengan maksud dan tujuan untuk melakukan review baseline pagu indikatif RKP 2015 dan membahas besaran target dan perkiraan kebutuhan anggaran Tahun Sebagai hasil dari pertemuan ini telah berhasil diperoleh hasil review baseline pagu indikatif Tahun Rapat Teknis Eselon III BKPRN : Pendetailan Kegiatan (Lintas Sektor) BKPRN tahun Rapat dilakukan pada tanggal 6 Februari di Ruang Dirgantara 2 Hotel Ambhara dengan tujuan untuk Pendetailan Kegiatan (Lintas Sektor) BKPRN tahun, pembagian tugas dan penanggungjawab kegiatan BKPRN, dan sinkronisasi jadwal pelaksanaan kegiatan. Pada akhir rapat berhasil disepakati Agenda Kerja BKPRN -2015, meliputi: rincian kegiatan, waktu pelaksanaan; dan koordinator kegiatan Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan Billateral Meeting dilaksanakan pada tanggal 17 Februari di Ruang Rapat Direktur Tata Ruang Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil Kementerian kelautan dan Perikanan dengan agenda pembahasan tindak lanjut akselerasi penyusunan RZWP3K dengan output yang diharapkan berupa Roadmap penyelesaian RZWP3-K. Sesuai dengan target yang diharapkan, dari pertemuan ini berhasil tersusun draft roadmap Penyelesaian RZWP-3-K Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Sosialisasi Peta LP2B Rapat diselenggarakan di Ruang Rapat Lamunti, Direktorat Perluasan dan Pengelolaan Lahan Kementerian Pertanian pada tanggal 19 Februari sebagai tindak lanjut Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon 2 pada tanggal 5 Februari mengenai perlunya sosialisasi arahan lokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B). Rapat ini bertujuan untuk (i) mendapatkan penjelasan mengenai konsep LP2B dan Peta Indikasi Arahan Kawasan Pertanian Nasional dan LP2B, (ii) mendapatkan masukan dan tanggapan terhadap Peta Indikasi Arahan Kawasan Pertanian Nasional dan LP2B, (iii) menyamakan persepsi dalam forum BKPRN tentang LP2B (serta kelak dalam rangka sosialisasi terintegrasi ke daerah). Adapun output yang diharapkan adalah berupa (i) Peta Indikasi Arahan Kawasan Pertanian Nasional dan LP2B, (ii) tersusunnya draf peta Indikasi Arahan Kawasan Pertanian Nasional dan LP2B tingkat nasional dan provinsi dan (iii) Inisiasi penyusunan roadmap penetapan LP2B. Terdapat beberapa point-point diskusi yang disampaikan antara lain: Laporan Kegiatan Bulan Februari 6

12 Peta Indikasi dan Peta LP2B yang disusun oleh Kementan masih harus disempurnakan dengan peta dasar terbaru tahun 2013 yang dimiliki oleh BIG, peta ekoregion yang dimiliki oleh KLH dan data dasar lainnya, sehingga LP2B yang telah disempurnakan berdasarkan karakter wilayah dapat diintegrasikan di RTRWN. Peta Indikatif Penundaan Izin Baru (PIPIB) tidak tepat dipergunakan sebagai peta dasar karena sifat datanya dinamis (6 bulan sekali dapat berubah) dan hanya menyajikan data tutupan lahan (mengindikasikan hutan alami secara keseluruhan termasuk lahan gambut) sehingga dikhawatirkan terjadi tumpang tindih antara LP2B dengan kawasan hutan. Untuk penyempurnaan peta, perlu dilakukan verifikasi kembali terhadap daerah yang telah menetapkan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) oleh tim yang terdiri dari BPN, BIG dan Kementan. Usulan daerah yang akan diverifikasi adalah Jambi, Jawa Tengah (Kota Semarang), dan untuk yang belum menetapkan LP2B yaitu Sulawesi Selatan. Penyempurnaan juga perlu dilakukan karena metode yang digunakan kurang tepat. Overlay peta tidak dapat dilakukan karena skala peta dasar yang digunakan berbeda. Peta skala 1:5.000 dan 1: hanya dapat digunakan dalam evaluasi hasil overlay peta skala 1: sehingga tidak perlu melakukan verifikasi di setiap daerah. Maraknya alih fungsi lahan pertanian memang dikarenakan tingginya permintaan terhadap lahan pertanian yang tidak dapat dihentikan tetapi dapat dikendalikan dengan penentuan ambang batas penetapan lahan pertanian kebutuhan nasional. Sehingga peta yang dibuat ini adalah peta kebutuhan lahan pertanian mendatang. Jika dikatakan luasan lahan pertanian nasional ada ±8 juta ha, maka dapat ditentukan misalnya ambang batas LP2B 5 juta ha. BPN tidak memiliki kewenangan untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan pribadi. Kewenangan pemberian izin lokasi merupakan kewenangan Kepala Daerah, Kepala Kantor Pertanahan dalam hal ini hanya dapat memeberikan rekomendasi kepada Kepala Daerah. Oleh karenanya, Pemerintah Pusat perlu menentukan kebijakan penetapan LP2B yang tepat disertai dengan pemberian insentif pemeliharaan jaringan irigrasi. PP No 12 Tahun 2012 tentang Insentif Perlindungan LP2B dinilai belum dapat mengakomodasi hal-hal yang menjadi kepedulian petani di daerah dalam mempertahankan lahan pertanian. Dalam penetapan KP2B perlu dilakukan koordinasi lintas sektor karena terdapat lahan pertanian yang masuk dalam wilayah pertahanan ataupun wilayah pertambangan, walaupun dalam penetapan pola ruang digunakan prinsip dominasi fungsi. Diinformasikan bahwa Kementerian Kehutanan telah mencadangkan lahan untuk pertanian melalui surat edaran pencadangan lahan untuk kebutuhan pangan di 3 provinsi, yaitu Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur seluas Ha dan telah diverifikasi seluas Ha, walaupun belum ada peta sebarannya. Dari poin-poin diskusi tersebut diperoleh kesimpulan rapat berupa: Laporan Kegiatan Bulan Februari 7

13 Disepakati penting dan mendesaknya penetapan LP2B untuk menjamin pemenuhan kebutuhan pangan di masa kini dan mendatang. Penetapan kawasan pertanian dan kawasan pertanian pangan berkelanjutan harus didasarkan pada kebutuhan dan perencanaan yang rasional. Oleh sebab itu, perlu dilakukan kajian kebutuhan lahan pangan untuk 20 tahun kedepan sebagai dasar perencanaan wilayah dan penetapan kawasan pertanian pangan berkelanjutan di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Diperlukan kebijakan pemerintah pusat yang menyeluruh dan konkrit sehingga petani pemilik tanah dapat tetap bekerja di sektor pertanian dan memiliki prospek untuk meningkatkan taraf hidupnya. Verifikasi peta KP2B perlu segera diselesaikan dan diupayakan dapat ditetapkan sebelum pergantian pemerintahan. Sekretariat BKPRN memasilitasi Kementan untuk melakukan penyusunan roadmap penetapan LP2B. Gambar II. Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Sosialisasi Peta LP2B Pra Trilateral Meeting Penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP 2015 BPN Acara Pra Trilateral Meeting diselenggarakan di Gedung Dhanapala Kementeian Keuangan pada tanggal 28 Februari dalam rangka pelaksanaan pra-trilateral Meeting penyusunan Baseline RKA K/L, perkiraan pendanaan tahun 2015 untuk RKP 2015 serta perkiraan kebutuhan alokasi anggaran Terdapat beberapa hal yang menjadi catatan penyusunan baseline antara lain: Target sertipikasi tanah diharapkan dapat diukur dan diprioritaskan pada lokasi tertentu sehingga dapat disesuaikan dengan satuan biaya untuk masing masing lokasi, hal ini juga digunakan agar proses sertipikasi dapat dilakukan dan diprioritaskan pada daerah yang menjadi prioritas pembangunan Dalam penyusunan peta dasar terdapat 53 juta Ha tanah yang telah memiliki citra dalam resolusi tinggi sehingga dapat diolah menjadi peta dasar, sehubungan dengan hal tersebut penambahan jumlah citra untuk sementaara dirasa kurang diperlukan, karena dapat diprioritaskan pengolahan dan penyusunan peta dasar menggunakan citra yang telah ada. Terdapat permintaan anggaran untuk pembangunan asrama dan balai diklat di Cikeas, semula pembangunan gedung diklat hanya dianggarkan untuk 3 lantai namun kemudian diusulkan menjadi 10 lantai dengan pengembangan fungsi Laporan Kegiatan Bulan Februari 8

14 sekaligus sebagai asrama. Hal ini sangat kontradiktif dengan permintaan BPN untuk membangun gedung kantor pertanahan di daerah pemekaran dan wilayah lain yang belum memiliki kantor. Untuk itu, penambahan anggaran untuk pembangunan gedung diklat sekaligus asrama sebaiknya tidak menjadi priortas, namun dialihkan untuk pembangunan gedung kantor di daerah sehingga pelayanan pertanahan dapat ditingkatkan secara signifikan. Dalam rapat tersebut BPN menurunkan target capaian yang telah disepakati sebelumnya sehingga apabila terdapat penurunan target maka sehubungan dengan penyusunan RPJMN akan disusun memorandum kepada direktorat lain di Bappenas yang menerangkan bahwa bidang pertanahan tidak dapat mendukung pembangunan secara optimal. Sehubungan dengan penurunan target capaian oleh BPN pula akan dilakukan penyesuaian terhadap penyusunan target pencapaian di RPJMN Laporan Kegiatan Bulan Februari 9

15 Tabel 2. Status Pelaksanaan Kegiatan Internal Bulan Februari No Kegiatan Terlaksana Kegiatan Utama Tidak Terlaksana Keterangan 1 Knowledge management - Berlanjut 3 Pameran Perencanaan Pembangunan Tahun - Berlanjut 4 Pembahasan Target Sertipikasi Tanah BMN Tahun - Berlanjut Kick off Meeting Kegiatan Evaluasi Program Penyelenggaraan Penataan Ruang dan Program - Berlanjut Pengelolaan Pertanahan Tahun 6 Rapat Buletin Tata Ruang dan Pertanahan - Berlanjut Kegiatan Pendukung 1 Rapat Koordinasi BKPRN tingkat Eselon II: Pembahasan Draft Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K Penyusunan Rencana Kerja Tahun Anggaran dan 2015 Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria Nasional - Berlanjut - Selesai 3 Penyusunan Draf RPJMN Buku II Bab VIII - Berlanjut 4 Rapat Internal Subdit Pertanahan - Selesai 5 Bilateral Meeting dengan BPN Dalam Rangka Penyusunan RKP Selesai 6 Pembahasan Pra Trilateral Meeting RKP Selesai 7 Konsinyering Finalisasi Draft Rencana Kerja Tim Koordinasi Strategis RAN 8 Rapat Teknis Eselon III BKPRN Pendetailan Kegiatan (Lintas Sektor) BKPRN tahun 9 Bilateral Meeting dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan 10 Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN: Sosialisasi Peta LP2B 11 Pra Trilateral Meeting Penyusunan Baseline Pagu Anggaran K/L dalam RKP 2015 BPN - Selesai - Selesai - Selesai - Berlanjut - Selesai Laporan Kegiatan Bulan Februari 10

16 BAB III KEGIATAN EKSTERNAL Di bawah ini merupakan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal Direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional ataupun kementerian/lembaga lain, sampai dengan akhir Bulan februari. Kegiatan eksternal dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf. 3.1 Rapat Pembahasan LP2B dan Tanah Terlantar Rapat dilaksanakan di Gedung Maramis Lantai 4 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 4 Februari dengan tujuan untuk mendapatkan masukan untuk mewujudkan ketersediaan lahan terkait dengan implementasi UU 41 Tahun 2009 tentang LP2B dan PP 11 Tahun 2010 tentang Penertiban Pendayagunaan Tanah Terlantar. Adapun beberapa hal penting yang dibahas dalam rapat antara lain: Terdapat kekeliruan dalam pemahaman LP2B yang sebelumnya terbatas pada lahan dalam bentuk sawah, pengertian LP2B (Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan) merupakan lahan pertanian pangan yang yang dilindungi dan dikembangkan untuk menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional. LP2B dapat berupa sawah, ladang dan perkebunan pangan. Pengelolaan tanah terlantar dapat dilaksanakan dengan mekanisme Bank Tanah, melalui mekanisme tersebut tanah terlantar dikumpulkan dan akan dikelola pemerintah untuk kemudian dimanfaatkan sesuai dengan RTRW. Dalam upaya menambah lahan pertanian dengan menggunakan tanah terlantar tidak dapat dilaksanakan dengan mudah dikarenakan keberadaan tanah terlantar tidak selalu berada pada lahan yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian. Salah satu upaya dalam pencegahan konversi lahan pertanian ke non pertanian adalah dengan memasukkan LP2B kedalam RTRW Kabupaten/Kota, namun hingga saat ini belum seluruh kabupaten/kota mencantumkan LP2B dalam RTRW. Solusinya adalah dengan memanfaatkan waktu revisi RTRW untuk memasukkan LP2B. Namun masih terdapat kendala dalam penyesuaian peta LP2B dengan RTRW berupa perbedaan skala sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Data peta LP2B baru akan diberikan kepada BKPRN pada pertengahan Februari oleh Kementerian Pertanian. Untuk pencegahan konversi lahan pertanian produktif ke non pertanian perlu dilakukan upaya memasukan LP2B kedalam rencana detail tata ruang. Hal ini dimaksudkan agar LP2B dapat dideliniasi dengan lebih jelas sehingga bisa dilakukan upaya lain dengan memberikan insentif dan disinsentif bagi pelaksanaan konversi lahan pertanian. Terdapat beberapa pemerintah daerah yang menetapkan peraturan daerah terkait LP2B, namun perlu dilakukan pengawasan sehingga tidak menyalahi penetapan LP2B yang sudah dilakukan pemerintah pusat. Penetapan LP2B melalui Perda oleh pemerintah daerah dikhawatirkan memberikan peluang kecurangan yang telah diskenariokan sehingga melegalkan konversi lahan pertanian ke non pertanian. Laporan Kegiatan Bulan Februari 11

17 3.2 Rapat Pembahasan SOP, Penyusunan SK dan Revisi Anggaran ke-1. Rapat dilaksanakan di Ruang Sekretariat BKPRN pada tanggal 4 Februari dengan tujuan untuk mengkoordinasikan proses kegiatan setiap direktorat awal tahun sebagai bentuk pertanggungjawaban administrasi ke depannya. Adapun isu-isu penting yang dibahas di dalam rapat yakni: Terkait dengan kemajuan audit yang dilakukan oleh Tim BPK terdapat tabel yang memuat permintaan berkas dokumen utama dan dokumen pendukung dari kegiatan yang telah dilaksanakan selama tahun Dari tabel tersebut, Dit TRP mendapat 20 dokumen yang harus mendapat perhatian direktorat. Pemilihan dokumen tersebut dipilih secara random oleh Tim BPK. Terkait dengan penyusunan SK kegiatan, semua kegiatan harus ada SK nya. Terlebih lagi pada SK yang berdampak pada honorarium. Dalam SOP PPK Kedeputian yang akan disempurnakan, akan ada tambahan lembar berupa Tabel daftar absensi yang disertai dengan rincian kegiatan yang dilaksanakan oleh tenaga Konsultan dan tenaga jasa lainnya sebagai kelengkapan absensi setiap bulannya. Rekap dari tabel ini akan disampaikan langsung ke PPK Kedeputian Regional. Untuk tenaga pengemudi dan pramubakti tabel ini tidak berlaku. Pengajuan untuk UP/TUP akan segera dicairkan dalam minggu ini mengingat sudah banyak kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap direktorat. Pembahasan revisi anggaran tetap mengacu pada standar biaya masukan tahun. 3.3 Workshop Good Practices pada Pembebasan Lahan dan Pemukiman Kembali untuk Kepentingan Umum Workshop diselenggarakan oleh Japan International Coorporation Agency (JICA) pada tanggal 5 Februari dengan tujuan untuk berbagi good practices pelaksanaan studi di Indonesia, berkontribusi untuk peningkatan kapasitas sistem safeguard melalui temuan-temuan studi, mempelajari hambatan-hambatan safeguard dari instansi pelaksana lain dan membangun jaringan di anatara praktisi safeguard di negara studi. Terkait dengan hal tersebut, terdapat halhal penting yang menjadi bahasan dalam workshop, antara lain; Review yang dilaksanakan dalam workshop meliputi 5 topik yaitu kompensasi, program pemulihan pendapatan, monitoring, kelompok sosial yang rentan, dan penanganan keluhan. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, diarahkan panitia untuk masuk dalam kelompok II dengan topik pembahasanan kompensasi. Sedangkan hal-hal yang disampaikan dalam diskusi kelompok yaitu: Studi dilakukan dengan acuan kerangka peraturan perundangan yang lama Kekurangan-kekurangan yang teridentifikasi sebenarnya telah diperbaiki dalam peraturan baru, yaitu UU No. 2 Tahun 2012 dan Perpres No. 17 Tahun Walaupun telah dipaparkan bahwa kendala telah diperbaiki dalam peraturan perundangundangan yang baru namun anggota kelompok II tetap mengidentifikasi bahwa hambatan yang ditemui dalam review proyek donor di Indonesia terkait dengan biaya penggantian adalah gap dalam pemberian kompensasi antara nilai tanah berdasarkan NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) sesuai dengan Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 dan nilai tanah berdasarkan harga pasar. Laporan Kegiatan Bulan Februari 12

18 3.4 Rapat Penyusunan RPJMN Bidang Ketahanan Pangan Rapat dilaksanakan di Hotel Royal Bogor pada tanggal 6 Februari dengan tujuan untuk mendiskusikan berbagai masukan Kemnterian/Lembaga dan unit kerja terkait di Bappenas dalam rangka penyusunan RPJMN Bidang Ketahanan Pangan dan Sektor Pertanian. Adapun beberapa hal yang disampaikan dalam rapat antara lain: Kementerian Pertanian menyampaikan bahwa Peta LP2B Nasional akan di-launching ke stakeholders sekitar pertengahan Februari dengan mengundang para Bupati, DPRD, dan Dinas Pertanian sekaligus untuk menjaring apa saja yang masih mereka butuhkan. Peta LP2B Nasional sudah tersedia untuk skala 1:5.000 untuk seluruh Indonesia dan telah disebarkan ke Bappeda seluruh provinsi. Telah diusulkan juga untuk di-launching di forum BKPRN. Kementerian Pertanian juga sedang menyusun modul sebagai panduan Pemda dalam mengintegrasikan LP2B kedalam RTRW atau rencana rincinya apabila RTRW sudah Perda. BPN menyatakan siap mensertifikasi tanah pertanian apabila LP2B sudah masuk dalam RTRW (berapa bidang LP2B dan spasial di peta dimana). Apabila di RTRW bukan sebagai LP2B, BPN tidak mau mensertifikasi. Berdasarkan data BPN pada tahun 2011, Luas Baku Sawah Nasional berjumlah Ha. Sedangkan untuk data tahun 2013 sedang dalam proses penyusunan. 3.5 Pelatihan Penilaian Dokumen RKPD Provinsi Anugerah Pangripta Nusantara Rapat dilaksanakan pada tanggal 6 Februari di Ruang Rapat 204 Bappenas dimana rapat dilaksanakan karena adanya perbedaan nilai yang ekstrim antara anggota penilai terhadap dokumen RKPD daerah yang sama di tahun lalu disebabkan karena perbedaan pemahaman diantara anggota penilai. Oleh sebab itu dilaksanakan rapat dengan tujuan untuk memberikan pelatihan kepada tim penilai teknis Anugrah Pangripta Nusantara untuk menyamakan pemahaman dalam menilai dokumen RKPD Provinsi. Tidak ada hal penting yang dibahas dalam rapat karena ketua tim penilai tidak hadir dan anggota tim penilai yang hadir hanya beberapa orang saja maka pelatihan diputuskan dijadwalkan ulang di kemudian hari. Hanya saja terdapat beberapa Beberapa hal yang perlu disiapkan adalah contoh hasil penilaian tahun lalu dengan perbedaan nilai ekstrim sebagai bahan acuan. 3.6 Seminar Nasional Menghindari Middle Income Trap Rapat dilaksanakan di Kementerian Keuangan pada tanggal 6 Februari dengan tujuan untuk berdiskusi dan berbagi terobosan, kreatifitas, dan inovasi berbagai macam instrumen ekonomi yang dapat dikembangkan untuk mengantisipasi dan mengendalikan risiko middle income trap. Adapun beberapa hal penting yang disampaikan meliputi: Middle-income trap adalah istilah yang diberikan kepada negara-negara berpendapatan menengah (middle-income countries) yang terjebak di posisinya dan tidak bisa melakukan lompatan untuk masuk menjadi negara maju baru. Jadi suatu negara telah mencapai suatu level pendapatan perkapita tertentu yang relatif cukup makmur, namun tidak mampu lagi mempertahankan momentum pertumbuhan yang tinggi, sehingga negara tersebut tidak kunjung naik kelas masuk dalam jajaran negara-negara maju. Middle income trap menjadi masalah jangka panjang yang akan dihadapi Indonesia jika kondisi perekonomian saat ini tidak dilakukan perbaikan. Penyebabnya adalah kapasitas Laporan Kegiatan Bulan Februari 13

19 inovasi rendah; tidak ada leadership; rigiditas pasar tenaga kerja; kualitas SDM rendah; masih terjebak pada kemiskinan relatif; serta regional income disparity. Permasalahan lain yang mendorong middle income trap adalah produktivitas ekonomi lambat; tidak memiliki fokus daya saing ekonomi; dan SDM tidak bisa menunjang pengelolaan SDA yang ada. Potensi yang seharusnya dapat dimanfaatkan adalah bonus demografi; SDA yang memadai; dan kebijakan fiskal yang fleksibel. Lesson learned yang dapat diperoleh dari negara Korea Selatan. Pada tahun 1970, pendapatan perkapita (per capita gross national income) Korea Selatan lebih kecil dibanding Malaysia ($260 dibanding $380). Namun pada tahun 2009 Korea Selatan memiliki pendapatan perkapita tiga kali lipat Malaysia ($ dibanding $6.760). Jadi Malaysia terjebak menjadi negara berpendapatan menengah, sebaliknya Korea Selatan mampu meloncat menjadi negara maju baru. Tantangan untuk penyelesaian masalah adalah i) perlu perkuatan daya tahan perekomian domestik; dan ii) perbaikan produktivitas dan daya saing fiskal. Dalam hal ini, bank sentral berperan dalam: i) menjaga stabilitas sistem keuangan; ii) mengelola inflasi; iii) supporting sustain current account dengan menjaga konsistensi waktu kebijakan moneter. Dalam pembangunan institusi harus memperhatikan tiga hal: i) administrasi harus tertib hukum; ii) sistem hukum untuk menghilangkan kegagalan pasar; dan iii) menghilangkan kegagalan sektor publik melalui peningkatan daya saing BUMN. 3.7 Rapat Penyusunan Lakip Keeputian Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah Rapat dilaksanakan pada tanggal 11 Februari di ruang 203 Kementerian PPN/Bappenas dimana pelaksanaan rapat diperlukan untuk meminta masukan dan informasi terkait dengan pencapaian kinerja dari masing-masing direktorat dalam menjalankan kegiatan direktorat selama tahun Adapun keperluan dari rapat ini adalah: Sebagai bahan evaluasi penyusunan Lakip 2012 : a. Perencanaan: perlu rencana aksi b. Pengukuran: perlu indikator kinerja individu c. Pelaporan: perlu dibandingkan dengan realisasi kinerja tahun berikutnya d. Evaluasi: pemantauan dan evaluasi melalui rapim. e. Pencapaian kinerja: indikator masih berorientasi output Muatan Lakip yang harus dipenuhi : a. Pencapaian tujuan dan sasaran organisasi b. Realisasi pencapaian IKU c. Penjelasan atas pencapaian kinerja d. Pembanding capaian indikator kinerja Hasil masukan akan menjadi bahan input penyusunan Lakip kedeputian regional tahun Dari diskusi diperoleh masukan antara lain, perlu pengecekan kembali terhadap angka dan nama kegiatan dari setiap prioritas nasional di masing2 indikator, kelengkapan tabel indikator kinerja, narasi tiap kegiatan untuk subbab analisis dan evaluasi pencapaian kinerja masing-masing direktorat serta hal-hal terkait dengan informasi perencanaan, pemantauan dan evaluasi akan disatukan menjadi lampiran. Hasil masukan masing-masing direktorat disampaikan ke direktorat TRP paling lambat hari kamis, 13 Februari sebagai laporan Laporan Kegiatan Bulan Februari 14

20 sementara (draft) Lakip kedeputian yang akan dibahas dalam konsinyering dengan Biro Ortala pada tanggal 13 Februari. 3.8 Diskusi Indonesian Slum Alleviation Policy Diskusi dilaksanakan di Ruang Sawu, World Bank pada tanggal 12 Februari dengan tujuan memperoleh masukan penyusunan laporan akhir konsultan dalam peenyusunan Kebijakan Penanganan Kawasan Kumuh di Indonesia, dengan salah satu komponen kajian adalah masalah Access to Urban Land for Low Income. Adapun isi dari diskusi tersebut antara lain: Dr. Naresh menyampaikan 3 dokumen Completion Report untuk World Bank Projects yang terkait pertanahanan, yang telah dilakukan dalam 10 tahun terakhir, yaitu : a. Land Administration Program (LAP); b. Aceh Reconstruction and Rehabilitation; c. LMPDP (Land Management and Policy Development Project) Disampaikan bahwa dokumen-dokumen tersebut dapat memberikan deskripsi lengkap tentang apa yang sudah dilakukan sehingga pengulangan-pengulangan yang inefficient dapat dihindari; Dit. TataRuang dan Pertanahan, Bappenas menyampaikan beberapa koreksi dan masukan, diantaranya : a. Bahwa Pemerintah Daerah dapat memperoleh seluruh informasi pertanahan dari BPN melalui Kanwil atau Kantah. Informasi pertanahan pertama kali dibangun BPN secara modern melalui inisiasi kerjasama Pemerintah dengan World Bank melalui LAP; b. UU No.2 Tahun 2012 sebenarnya memberi keleluasaan kepada Pemda untuk dapat mendapatkan lahan dimana pun dalam wilayahnya sepanjang itu dilakukan dan ditujukan untuk kepentingan umum dan telah masuk atau sejalan dengan RTRW. Dit. Perkim, Bappenas menyampaikan usulan, agar kelengkapan informasi pertanahan dari BPN dapat masuk sebagai persyaratan porto folio Pemda untuk mendapatkan dukungan SAPOLA; Dr. Naresh menyarankan agar Tim Konsultan dapat berkonsultasi secara intensif dengan Dit. Tata Ruang dan Peranahan, Bappenas. Dit. Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas mengemukakan bahwa terlepas dari pernyataan Ibu Rumaya bahwa Bank Tanah belum tentu solusi,namun dari hasil beberapa studi yang dilakukan Pemerintah serta beberapa artikel ahli pertanahan di Indonesia, Bank Tanah merupakan instrumen kelembagaan yang tidak dimiliki Indonesia sehingga skenario pengendalian harga tanah dan penyediaan lahan bagi pembangunan menjadi sulit untuk dilakukan; Selain itu juga disampaikan bahwa Pemerintah tidak dapat serta merta melakukan pemberian tanah kepada para penghuni illegal. Kasus penyelesaian sebaiknya dilakukan dengan pendekatan kasus per kasus; Kesimpulan studi yang menyebutkan kemungkinan pengkajian untuk pemberian tanah kepada penghuni illegal sebaiknya diganti dengan usulan untuk melakukan revisi PP Tanah Terlantar dengan perubahan agar dilengkapi dengan business plan. Laporan Kegiatan Bulan Februari 15

21 3.9 Rapat Penanganan Permukiman Kumuh Tahun Rapat dilaksanakan pada tanggal 12 Februari dengan lokasi di Hotel Gran Mahakam. Beberapa isu yang dikemukakan dalam rapat antara lain: Perbedaan definisi operasional permukiman kumuh antara BPS dan Kementerian PU. BPS menggunakan kriteria kondisi rumah dan ketersedian utilitas. Sementara Kementerian PU memasukkan kriteria permukiman selain kondisi rumah. Selain itu, BPS mendasari datanya dari sampling sehingga tidak dapat dideliniasi. Akibatnya data BPS mengarah pada kondisi rumah kumuh dan Kementerian PU pada luasan kawasan kumuh; Kementerian PU sudah berhasil menetapkan jumlah kabupaten kumuh, yaitu kabupaten dengan luasan kawasan kumuh tertentu; Kawasan kumuh telah menjadi tanggung jawab pemerintah daerah sehingga dibutuhkan upaya untuk menggerakkan pemerintah daerah agar terlibat dalam penanganan permukiman kumuh; Sebaiknya dilakukan prioritisasi penanganan; Penanganan kumuh sebaiknya tidak terjebak hanya pada aspek fisik saja. Ini salah satu 'kekurangan' pemerintah selama ini yang hanya fokus pada penanganan fisik saja. Kalaupun terdapat kegiatan non fisik, terlaksana secara terpisah; Hal lain yang terlupakan adalah pengaturan tata ruang dan pertanahan belum secara eksplisit dijadikan sebagai bagian dari upaya penanganan kawasan kumuh Penanganan kumuh tidak dilakukan secara pukul rata tetapi memperhatikan kearifan lokal Penyediaan insentif dan disinsentif bagi pemerintah daerah yang melakukan penanganan kawasan kumuh secara baik Keterlibatan pemangku kepentingan lain perlu diwadahi dan diberi peran yang memadai Penanganan melalui aspek pertanahan seperti konsolidasi lahan, dan 'land readjustment' perlu diperkenalkan Fokus penanganan kawasan kumuh sebaiknya pada daerah perkotaan. Sebaiknya mengikuti prioritas yang ada dalam struktur tata ruang seperti KSN, KAPET FGD Reklamasi Wilayah Perairan sebagai Alternatif Kebutuhan Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Sinkronisasi dengan Rencana Tata Ruang. FGD Dilaksanakan di Hotel Alila pada tanggal 12 februari, dalam FGD tersebut terdapat isu-isu yang dibahas didalamnya, antara lain: Pemerintah DKI sebagai salah satu contoh pelaku reklamasi masih mengalami 'kegamangan' dalam upaya melakukan reklamasi. Pihak Pemda DKI Jakarta masih merasakan 'kesimpangsiuran' informasi terkait upaya pelaksanaan reklamasi; Regulasi yang ada masih belum terlihat keterpaduannya; upaya reklamasi pantai di Jakarta Utara dapat menjadi sumber pembelajaran bagi semua pihak Konsinyasi Pedoman Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam Penyusunan atau Peninjauan Kembali Rencana Tata Ruang. Rapat dilaksanakan pada tanggal 12 Februari yang bertempat di Board Room III, Hotel Borobudur dengan tujuan untuk membahas dan memberikan masukan terhadap pedoman Laporan Kegiatan Bulan Februari 16

22 Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam penyusunan atau peninjauan kembali rencana tata ruang. Hal-hal penting yang disampaikan dalam rapat yaitu: Pengguna pedoman ini adalah pemerintah maupun pemerintah daerah, masyarakat dan/atau pemangku kepentingan lainnya dalam rangka pelaksanaan KLHS sebagai dokumen pelengkap perencanaan tata ruang. Pemerintah dan pemerintah daerah dapat menggunakan pedoman ini dalam penyusunan KLHS untuk RTR sesuai dengan kewenangannya. Sedangkan pemangku kepentingan lainnya dapat menggunakan pedoman ini untuk mengetahui proses penyusunan KLHS dan memiliki peran dalam memberikan informasi dan masukan dalam pelaksanaan KLHS. Dalam pedoman ini, perlu ditekankan konsistensi mulai dari perumusan isu strategis, analisis/kajian pengaruh, hingga perumusan alternatif rekomendasi sehingga saling terkait dan KLHS dapat memberikan solusi permasalahan dengan tepat. Perlu dicantumkan tentang Penjaminan Kualitas KLHS sebagai kendali kualitas secara internal bagi pelaksana KLHS. Perlu dipertimbangkan kembali tentang ahli lingkungan sebagai pelaksana KLHS. Karena dalam RPP yang dimaksud dengan pelaksana adalah yang membuat KRP (pemerintah dan pemerintah daerah). Alternatif lain, dibuat sebuah istilah yang dapat membedakan antara pelaksana sebagai pembuat KRP dengan pelaksana sebagai tim konsultan/pihak ketiga. Perlu dipertimbangkan adanya penjelasan setelah muncul rekomendasi terdapat tindak lanjut dari seluruh pihak yang terkait (siapa melakukan apa). KLHS untuk rencana rinci secara prosesnya sama, namun perlu diperdalam muatan substansinya. Konsultasi publik dalam hal pelaksanaan KLHS dapat dilaksanakan bersamaan dengan konsultasi publik pada proses penyusunan atau peninjauan kembali RTR. Adapun masukan dari Kasubdit Tata Ruang terkait perihal tersebut yaitu: Perlu pertimbangan kembali untuk memasukan KLHS dalam mekanisme pengendalian pemanfaatan ruang (monitoring); Perlu penjelasan khusus yang dimaksud dengan kata strategis dalam pedoman. Sebaiknya menambahkan contoh-contoh isu strategis yang dikaji dalam KLHS, agar dapat memperjelas apa yang dimaksud dengan isu strategis. KLHS bukan dokumen yang lebih besar dari Rencana Tata Ruang secara keseluruhan, perlu diperjelas bahwa KLHS bersifat hanya menguatkan RTR saja. Data dan analisis lingkungan dalam penyusunan RTR merupakan bagian dari analisis yang dilaksanakan dalam KLHS. Seyogyanya hasil dari rekomendasi KLHS merupakan salah satu bahan pertimbangan bagi hasil peninjauan kembali RTR (apakah RTR tersebut: direvisi atau tidak) Penyusunan Roadmap Pencegahan dan Penangan Konflik Sosial Rapat diselenggarakan pada tanggal 13 Februari dengan lokasi di SG-4 Bappenas dimana rapat ini merupakan kick off dari penyusunan roadmap tersebut. Adapun hal penting yang mengemuka dalam rapat antara lain: Dalam upaya pencegahan dan penanganan konflik harus dilakukan koordinasi secara komprehensif karena merupakan tanggung jawab bersama dan tidak dapat diselesaikan oleh satu sektor. Sejauh ini banyak kebijakan pemerintah pusat dalam penanganan isu-isu Laporan Kegiatan Bulan Februari 17

23 strategis yang menyebabkan konflik terkendala di Kementerian Dalam Negeri. Selama ini Kementerian Dalam Negeri cenderung membentuk tim khusus dalam penangan konflik namun tidak berujung pada solusi yang tepat sehingga penanganan konflik tidak dapat berjalan dengan baik. Dalam rangka penyusunan roadmap tersebut disusun matriks isu strategis penanganan konflik, terdapat beberapa isu pada matriks yang berkaitan dengan penataan ruang dan pertanahan yaitu pada isu kesenjangan ekonomi dan perebutan Sumber Daya Alam serta isu masalah adat, kebudayaan dan identitas. Dalam rapat tersebut telah disampaikan bahwa pada penyusunan RPJMN di Bidang Pertanahan salah satunya didasari dengan maraknya kasus dan sengketa pertanahan sehingga beberapa kebijakan yang disusun dapat mengakomodasi pencegahan dan penangan konflik sosial seperti terkait permasalahan adat, pembentukan pengadilan tanah serta pelaksanaan reforma agraria 3.13 Evaluasi Pelaksanaan Sertipikasi BMN Berupa Tanah Tahun 2013 dan Pemantapan Pelaksanaan Sertipikasi Tahun. Rapat diselenggarakan pada tanggal 13 Februari di Hotel Millenium dalam rangka mengevaluasi evaluasi pelaksanaan kegiatan sertipikasi BMN berupa tanah Tahun 2013 dan persiapan pelaksanaan kegiatan sertipikasi Tahun. Adapun isi dari rapat tersebut antara lain: Pada Tahun 2013 ditargetkan sertipikasi tanah sebanyak bidang. Namun, hasil capaian yang berhasil dilakukan sampai dengan terbit sertipikat sebesar 1148 bidang sehingga masih ada sisa target yang belum tercapai dan akan dimasukkan dalam target tahun berikutnya. Permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut adalah tanah yang telah diidentifikasi dan menjadi obyek sertipikasi tidak clean and clear sehingga tidak dapat disertipikatkan. Pada Tahun target sertipikasi BMN berupa tanah sebesar bidang yang terdiri dari bidang tanah dan tanah jalan nasional. Tantangan dalam pelaksanaan kegiatan sertipikasi BMN Tahun untuk bidang tanah dan tanah jalan nasional adalah: a. untuk bidang tanah terutama di Provinsi Kepulauan Riau terdapat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK-463/Menhut-II/2013 tanggal 27 Juni 2013 yang menyatakan Propinsi Kepulauan Riau (Kepri) masuk kedalam area hutan lindung sehingga 100 bidang tanah yang ditetapkan sebagai target sertipikasi tahun pada wilayah tersebut perlu dialihkan ke propinsi lain yang memiliki satuan biaya pensertipikatan sama atau lebih rendah agar tidak perlu ada revisi RKAKL yang memerlukan waktu pembahasan khusus; b. untuk tanah jalan nasional, terdapat beberapa Kanwil BPN yang tidak menargetkan tanah jalan nasional dalam program sertipikasi, seperti Kanwil BPN pada wilayah Sumatera Selatan, Lampung, Bengkulu, Bangka Belitung, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat sehingga akan mengurangi target jalan nasional. Selain itu, belum semua tanah jalan nasional memiliki peta/ledger jalan sehingga berpotensi menghambat pelaksanaan kegiatan. Laporan Kegiatan Bulan Februari 18

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan

Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Penataan Ruang dalam Rangka Mengoptimalkan Pemanfaatan Ruang di Kawasan Hutan Disampaikan oleh: Direktur Jenderal Penataan Ruang Komisi Pemberantasan Korupsi - Jakarta, 13 Desember 2012 Outline I. Isu

Lebih terperinci

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS

PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS PAPARAN MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS SESI PANEL MENTERI - RAKERNAS BKPRN TAHUN 2015 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Jakarta, 5 November 2015 DAFTAR ISI

Lebih terperinci

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Laporan KEGIATAN PILOT PROJECT REFORMA AGRARIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL / BADAN PERENCANAAN NASIONAL (BAPPENAS) SEKRETARIAT REFORMA AGRARIA NASIONAL

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN INDUK SURAT PENGESAHAN NOMOR SP DIPA-.03-0/AG/2014 DS 9057-0470-5019-2220 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. UU No. 23 Tahun

Lebih terperinci

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN

Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN Konsinyering Pemantauan dan Evaluasi Program Kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pelaksanaan program kerja Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dilakukan proses

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK NOMOR DIPA--0/2013 DS 0310-1636-8566-5090 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN

Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Bahan Paparan MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BPN Dalam Acara Rapat Kerja Nasional Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional Tahun 2015 Jakarta, 5 November 2015 INTEGRASI TATA RUANG DAN NAWACITA meningkatkan

Lebih terperinci

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN

Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Optimalisasi Peran BKPRD: Bercermin dari BKPRN Oleh: Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas Disampaikan pada Kegiatan Fasilitasi Peningkatan Kapasitas Kelembagaan BKPRD 1 Palembang,

Lebih terperinci

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi

Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang. sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Program Strategis Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah serta Peranan SKMPP ATR sebagai supporting system Monitoring dan Evaluasi Oleh: Ir. Raden M. Adi Darmawan, M.Eng.Sc Plt. Direktur Penertiban

Lebih terperinci

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan

Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan Analisa dan Usulan Kegiatan Berdasarkan Fungsi Yang Diselenggarakan Direktorat Pemantauan dan Pembinaan Pertanahan I. Dasar Hukum a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2014 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B

CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B CATATAN KECIL MENIGKUTI ASISTENSI DAN SUPERVISI DAERAH DALAM PENYUSUNAN DAN PENETAPAN RAPERDA TENTANG RTR DERAH YANG MENGAKOMODIR LP2B Oleh: Ir. ADRY NELSON PENDAHULUAN Kegiatan Asistensi dan Supervisi

Lebih terperinci

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan oleh: Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Seminar Transmigrasi Dalam Perspektif Pengembangan Wilayah, Kependudukan dan Ekonomi Pedesaan Jakarta, 4 Desember 2013 OUTLINE PAPARAN

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

PROSIDING. Review Undang-Undang Sektoral dalam Hubungannnya dengan Undang-Undang Penataan Ruang. [Konsinyering Sekretariat BKPRN Februari 2014]

PROSIDING. Review Undang-Undang Sektoral dalam Hubungannnya dengan Undang-Undang Penataan Ruang. [Konsinyering Sekretariat BKPRN Februari 2014] PROSIDING [Konsinyering Sekretariat BKPRN 27-28 Februari 2014] S e k r e t a r i a t B K P R N Review Undang-Undang Sektoral dalam Hubungannnya dengan Undang-Undang Penataan Ruang Lingkup: UU No. 41 Tahun

Lebih terperinci

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017

Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Mekanisme Pembahasan Musrenbangnas dalam Rangka Penyusunan RKP 2017 Oleh : Deputi Bidang Pengembangan Regional Jakarta,

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 42 2012 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016

KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 KONSULTASI REGIONAL OPERASI DAN PEMELIHARAAN PRASARANA SUMBER DAYA AIR 2016 Operasi dan Pemeliharaan Prasarana Sumber Daya Air untuk Mendukung Ketahanan Air, Ketahanan Pangan dan Ketahanan Energi. ***

Lebih terperinci

Knowledge Management Forum April

Knowledge Management Forum April DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH. Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TINDAK LANJUT KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN DAERAH Ir. Diah Indrajati, M.Sc Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri KERANGKA UMUM RAKORTEK GAMBARAN HASIL RAKORTEK PROVINSI JAMBI

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa

Kata Pengantar. Jakarta, Desember 2013 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Oswar M. Mungkasa 1 Kata Pengantar Kebijakan pengembangan wilayah ditujukan sebagai upaya untuk mengurangi kesenjangan antarwilayah melalui berbagai strategi kebijakan dengan dimensi kewilayahan. Strategi kebijakan pembangunan

Lebih terperinci

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG

BAHAN INFORMASI RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG RENCANA TATA RUANG SEBAGAI MATRA SPASIAL PENGEMBANGAN WILAYAH DAN ISU-ISU STRATEGIS PENATAAN RUANG BAHAN INFORMASI MENTERI PEKERJAAN UMUM PADA RAKERNAS BKPRN Jakarta, 7 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN

Lebih terperinci

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK)

PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) PROSES REGULASI PERATURAN DAERAH RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN/KOTA (PERDA RTRWK) Disampaikan oleh : Dr. H. Sjofjan Bakar, MSc Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Pada Acara

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar.

BAB 1. PENDAHULUAN. 2. Tertib Pemanfaatan Hak Atas Tanah dan Pendayagunaan Tanah Negara Bekas Tanah Terlantar. BAB 1. PENDAHULUAN Sesuai dengan Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Strategis BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

BAHAN PERTEMUAN ROUND TABLE DISCUSSION. Deputi Tata Lingkungan - LHK 10 Nopember 2014

BAHAN PERTEMUAN ROUND TABLE DISCUSSION. Deputi Tata Lingkungan - LHK 10 Nopember 2014 BAHAN PERTEMUAN ROUND TABLE DISCUSSION Deputi Tata Lingkungan - LHK 10 Nopember 2014 Pencapaian target 100 % 14 Capaian Ukuran Keberhasilan No UKURAN KEBERHASILAN / INDIKATOR OUTPUT UKURAN KEBERHASILAN

Lebih terperinci

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN

KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN KOORDINASI TEKNIS PEMBANGUNAN Ir. Diah Indrajati, M.Sc Plt. Direktur Jenderal Bina Pembangunan Daerah Disampaikan dalam acara: Temu Konsultasi Triwulan I Bappenas Bappeda Provinsi Seluruh Indonesia Tahun

Lebih terperinci

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH

1.2 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG DAN PENGUASAAN TANAH BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan Kinerja Ditjen dan Penguasaan Tanah Tahun merupakan media untuk mempertanggungjawabkan capaian kinerja Direktorat Jenderal selama tahun, dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PEDOMAN SERIAL MULTILATERAL MEETING II Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas JADWAL PENYUSUNAN RKP 2017

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK

BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK BEST PRACTICES IMPLEMENTASI KEBIJAKAN SATU PETA DALAM PENYEDIAAN DATA SPASIAL INVENTARISASI GRK Lien Rosalina KEPALA PUSAT PEMETAAN & INTEGRASI TEMATIK BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Workshop One Data GHG

Lebih terperinci

Perkembangan RAN/RAD - GRK

Perkembangan RAN/RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO Forum Jakarta,

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS)

Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) RAD - GRK Ministry of National Development Planning/ National Development Planning Agency (BAPPENAS) Perkembangan RAN/RAD - GRK Wahyuningsih Darajati Direktur Lingkungan Hidup/Ketua Tim Teknis ICCTF CSO

Lebih terperinci

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011

LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 LAKIP 2011 LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG TAHUN 2011 DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM 1 PENGANTAR Laporan Akuntabilitas

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Program dan Kegiatan BAB 1. PENDAHULUAN Dalam Surat Edaran Menteri Agraria dan Tata Nomor 15/SE/IX/2015 tentang pedoman penyusunan perjanjian kinerja dan laporan kinerja dijelaskan bahwa perjanjian kinerja (PK) merupakan dokumen

Lebih terperinci

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Disampaikan pada acara : Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Jakarta, 22

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Oleh : Ir. Bahal Edison Naiborhu, MT. Direktur Penataan Ruang Daerah Wilayah II Jakarta, 14 November 2013 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL PENATAAN RUANG Pendahuluan Outline Permasalahan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI)

PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) PENINGKATAN PRODUKSI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN TAHUNAN PEDOMAN TEKNIS KOORDINASI KEGIATAN PENGEMBANGAN TANAMAN TAHUNAN TAHUN 2015 (REVISI) DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN MARET 2015

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1

PENDAHULUAN Latar Belakang 1-1 Bab 1 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi dan perkembangan wilayah dewasa ini semakin meningkat, namun tidak diimbangi secara optimal dengan penyediaan layanan sektor sanitasi dasar yang layak bagi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018

RINGKASAN EKSEKUTIF. Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 RINGKASAN EKSEKUTIF Hasil Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial 2018 Percepatan Penyelenggaraan Informasi Geospasial untuk Mendukung Prioritas Pembangunan Nasional Berkelanjutan Jakarta, 21 Maret

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) M E D A N PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA DINAS PENATAAN RUANG DAN PERMUKIMAN Jl. Willem Iskandar No. 9 Telepon : (061) 6619431 6623480 M E D A N - 20222 PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG

Lebih terperinci

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP KEDEPUTIAN BIDANG SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP MENJAGA PEMBANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN DAN BERKELANJUTAN PEKAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL (CPNS) 2014 Bappenas, 23 Januari 2014 1 STRUKTUR

Lebih terperinci

BUPATI MALUKU TENGGARA

BUPATI MALUKU TENGGARA SALINAN N BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 3.a TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PERENCANAAN DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALUKU

Lebih terperinci

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL

KERANGKA PRIORITAS NASIONAL KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL KERANGKA NASIONAL REFORMA AGRARIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL. Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL Dr. Ir. Oswar Mungkasa, MURP Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan pada Rakor BKPRD Provinsi Jawa Tengah Tahun

Lebih terperinci

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN

21 Januari 2017 PENYEDIAAN LAHAN UNTUK PERTANIAN BERKELANJUTAN KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/ BADAN PERTANAHAN NASIONAL Pontianak, 21 Januari 2017 SEMINAR NASIONAL DALAM RANGKA RAPAT KERJA NASIONAL TAHUNAN PERHIMPUNAN EKONOMI PERTANIAN INDONESIA (PERHEPI) TAHUN

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS)

PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) SERI REGIONAL DEVELOPMENT ISSUES AND POLICIES (14) PENATAAN RUANG KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) November 2011 1 KATA PENGANTAR Buklet nomor

Lebih terperinci

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik

One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Nama Inovasi One Map And One Data Informasi Geospasial Tematik Produk Inovasi Pembangunan Satu Peta Sumber Daya Alam Pesisir dan Laut Melalui Percepatan

Lebih terperinci

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH Drs. Eduard Sigalingging, M.Si Direktur Sinkronisasi Urusan Pemerintahan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN Disampaikan pada Acara Monev Gerakan Nasioanal Penyelamatan SDA sektor Kehutanan dan Perkebunan Tanggal 10 Juni 2015 di Gorontalo DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN JENIS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1

BAB 1 PENDAHULUAN LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI TRIWULAN 3 1 BAB 1 PENDAHULUAN Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu

Lebih terperinci

BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU- ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa merupakan unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mempunyai tugas membantu Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencapaian target MDGs di bidang sanitasi memerlukan kebijakan dan strategi yang efektif. Oleh karena itu, diperlukan berbagai program dan kegiatan yang terukur dan

Lebih terperinci

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas

KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas KETERKAITAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN PENATAAN RUANG Oleh : Deddy Koespramoedyo, MSc. Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas I. Pendahuluan UU No. 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013 DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 RKT DIT. PPL TA. 2013 KATA PENGANTAR Untuk

Lebih terperinci

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017

HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA 2016 DAN RENCANA AKSI KEBIJAKAN SATU PETA 2017 SEKRETARIAT TIM PKSP-2017 HASIL PELAKSANAAN KEBIJAKAN SATU PETA TAHUN 2016

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL PENYUSUNAN PEDOMAN NOMENKLATUR BAPPEDA BERDASARKAN PP 18/2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH Oleh: Kedeputian Bidang Pengembangan

Lebih terperinci

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017

PAPARAN FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 PAPARAN Palangka Raya, 20 Maret 2017 FORUM PERANGKAT DAERAH DAN RAPAT KOORDINASI TEKNIS (RAKORTEK) PEMBANGUNAN TINGKAT PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2017 KEPALA BAPPEDALITBANG PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN

ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN BIDANG PERTANAHAN TAHUN 2015-2019 DEPUTI MENTERI PPN/KEPALA BAPPENAS BIDANG PENGEMBANGAN REGIONAL DAN OTONOMI DAERAH Jakarta, 21 November 2013 Kerangka Paparan 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN

Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN Kemajuan PENETAPAN KAWASAN HUTAN Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Jakarta, 10 November 2014 1. Latar Belakang 2. Substansi NKB 3. Target Percepatan Penetapan KH 4. Realisasi Penetapan KH 5. Pengakuan

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL

ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL ARAH KEBIJAKAN DAN ISU STRATEGIS NASIONAL 2015-2019 Oleh Oswar Mungkasa Direktur Tata Ruang dan Pertanahan Disampaikan dalam Rapat Koordinasi dan Sinkronisasi Perencanaan Daerah dan Isu Strategis Tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KOTA SOLOK 2017 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, B U P A T I K U D U S PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH (BKPRD) KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun

FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA Periode Tahun 2017-2020 SK KETUA DEWAN RISET NASIONAL NOMOR: 27/Ka.DRN/X/2017 TENTANG PEMBENTUKAN FORUM KOORDINASI DEWAN RISET DAERAH SE-SUMATERA PERIODE

Lebih terperinci

TABEL 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PELAYANAN SKPD

TABEL 4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH PELAYANAN SKPD NO. 1. TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA TUJUAN Mewujudkan Sinergitas Pembangunan antar SKPD dan Kabupaten/ 2012 2013 2014 2015 2016 2017 1. Terlaksananya Sinergitas Pembangunan antara dan 1. Jumlah SKPD

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 50 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN KOORDINASI PENATAAN RUANG DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menserasikan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAJIAN LEGISLASI LAHAN DALAM MENDUKUNG SWASEMBADA PANGAN Oleh : Muchjidin Rachmat Chairul Muslim Muhammad Iqbal PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN

Lebih terperinci

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS

PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS PROSES PELAKSANAAN PENYUSUNAN RKP DAN PAGU INDIKATIF DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PPN/BAPPENAS Direktorat Alokasi Pendanaan Pembangunan 25 November 2013 Dasar Hukum UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA

MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL MULTILATERAL MEETING II PRIORITAS NASIONAL : PENINGKATAN IKLIM INVESTASI DAN IKLIM USAHA Jakarta, 15 April 2016 Multilateral

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI, KABUPATEN, DAN KOTA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1

- 2 - MEMUTUSKAN: BAB I KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI, DAN SUSUNAN ORGANISASI. Bagian Kesatu Kedudukan, Tugas dan Fungsi. Pasal 1 - 2-5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLORA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLORA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah)

Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) TIM PENYUSUN Penanggungjawab: Dr. Ir. Imron Bulkin, MRP (Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah) Ketua Tim Perumus Rekomendasi Kebijakan (TPRK): Dr. Ir. Oswar Muadzin Mungkasa, MURP (Direktur

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-33.-/216 DS334-938-12-823 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 1 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No. 1 Tahun

Lebih terperinci

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH 2. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 2.1. RENCANA STRATEGIS Rencana Strategis Ditjen Bina Marga memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan penyelenggaraan jalan sesuai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) berevolusi secara

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) berevolusi secara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan Sistem Informasi/Teknologi Informasi (SI/TI) berevolusi secara signifikan (Ward and Peppard, 2003). Pada awal tahun 1960 SI/TI digunakan hanya untuk meningkatkan

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya merupakan upaya yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan berkesinambungan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tahapan

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN JENIS IZIN USAHA PERKEBUNAN Izin usaha perkebunan budidaya (IUP-B) diberikan kepada pelaku usaha dengan luasan 25 hektar atau lebih; Izin usaha perkebunan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT

PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT PENATAAN RUANG KAWASAN GAMBUT Dr. Ir. M. Basuki Hadimulyono, MSc Direktur Jenderal Penataan Ruang Disampaikan pada : Focus Group Discussion (FGD) Tata Ruang Pada Lahan Gambut K E M E N T E R I A N P E

Lebih terperinci

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERSETUJUAN SUBSTANSI

Lebih terperinci

Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016

Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016 KEBIJAKAN SATU P ETA (Perpres No. 9/2016) - Teknis Implementasi Renaksi Kebijakan Satu Peta - RKP Tahun 2017 UNTUK 19 K/L Rakornas IG, Jakarta, 27 April 2016 BADAN INFORMASI GEOSPASIAL Ruang Lingkup Kebijakan

Lebih terperinci