DAFT AR T ABEL. Halaman

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAFT AR T ABEL. Halaman"

Transkripsi

1

2 RINGKASAN Penelitian tahun I mempunyai tujuan: memperoleh data keragaman bakteri kitinolitik baik keragaman morfologi, biokimia, dan genetik; mengetahui aktifitas kitinase dari bakteri yang diisolasi; dan mengetahui indikasi awal kemampuan menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman dari bakteri yang diisolasi. Untuk mencapai tujuan di atas dilakukan pekerjaan antara lain: melakukan penapisan bakteri kitinolitik dari berbagai sumber, melakukan pengamatan morfologi dan biokimia bakteri kitinolitik,mengukur aktifitas kitinase, melakukan uji indikasi penghambatan pertumbuhan jamur patogen oleh bakteri kitinolitik, dan melihat keragaman genetik bakteri kitinolitik. Semua pekerjaan ini sedang dan sudah dilakukan kecuali melihat keragaman genetik. Dari penelitian tahun I didapat sebanyak 41 bakteri kitinolitik yang berhasil diisolasi dengan variasi bentuk dan warna koloni, bentuk sel, dan sifat biokimianya. Dari isolat yang telah diuji terdapat 3 isolat yang memiliki aktifitas kitinase kasar tertinggi masing-masing isolat BKO1, BKO2, dan PSO1. Pengujian isolat bakteri terhadap Jamur F. semitectum mengindikasikan ada 5 isolat yang memperlihatkan kemampuan menghambat pertumbuhan jamur tersebut. Telaah yang dilakukan dalam penelitian ini pada gilirannya diharapkan memberikan informasi tentang biodiversitas mikroba yang memiliki potensi (bioprospecting) sebagai model bagi upaya pengelolaan sumber daya hayati khususnya di Sumatera, dengan keluaran yang diharapkan berupa diketahuinya mikroba novel, dan diketahuinya mikroba yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai agensia pengendali hayati jamur patogen tanaman dan untuk dikembangkan di bidang industri terkait, baik dalam bentuk massa sel, enzim, atau gen. iii

3 DAFT AR ISI Halaman LEMBAR IDENTITAS DAN PENGESAHAN... ii RINGKASAN iii PRAKA T A iv DAFT AR ISI... v DAFT AR T ABEL vi DAFT AR GAMBAR vii DAFT AR LAMPI RAN viii I. PENDAHULUAN II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN KE III. TINJAUAN PUST AKA IV. METODE PENELITIAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN VI.KESIMPULAN DAN SARAN VII.RENCANAIPENELITJAN TAHUN II DAFTAR PUST AKA LAMPI RAN v

4 DAFT AR T ABEL Halaman Tabel 1. Hasil isolasi dan pengamatan morfologi serta uji biokimia sederhana Tabel 2. Pengujian aktivitas kitinase bakteri kitinolitik setelah diinkubasi selama 96 jam secara kualitatif Tabel 3. Pengukuran aktivitas kitinase kasar pada sam pel secara Kuantitatif.. 18 Tabel 4. Pengujian kemampuan daya hambat isolat bakteri kitinolitik terhadap pertumbuhan beberapa jamur patogen vi

5 DAFT AR GAMBAR Halaman Gambar 1. Rantai polimer kitin Gambar 2. Sel isolat Bangka 01, Bangka 02, dan Sidimpuan diamati dengan mikroskop cahaya (perbesaran 10 x 100) vii

6 I. PENDAHULUAN Sebagai salah satu negara dengan biodiversitas sangat besar karena keragaman lingkungan, Indonesia menyediakan banyak sumber isolat mikroba yang memiliki nilai ekonomi penting. Pencarian isolat-isolat yang dapat digunakan dalam industri seperti isolat yang mampu menghasilkan enzim-enzim komersial perlu diupayakan. Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengeksplorasi kapasitas metabolisme mikroba adalah dengan cara mempelajari gen yang menyandi enzim yang terlibat dalam proses-proses kimiawi khusus (Cottrell et al. 2000). Banyak organisme seperti bakteri, jamur, tumbuhan tingkat tinggi, dan hewan menghasilkan kitinase yang mengkonversi kitin menjadi monomer atau oligomernya (Wen et al. 2002; Tsujibo et a/. 2003). Organisme ini biasanya memiliki beragam gen kitinase yang ekspresinya diinduksi oleh ekstraseluler kitin atau derivatnya. Bakteri memanfaatkan kitinase untuk asimilasi kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Pada tumbuhan, enzim ini digunakan sebagai pertahanan melawan serangan organisme patogen yang mengandung kitin (Fujii and Miyashita 1993; Wu et al. 2001). Jamur dan serangga menggunakan enzim ini untuk morfogenesis dinding sel dan pembangun eksoskeleton (Shaikh and Desphande 1993). Mengingat jumlah kitin yang melimpah di alam sebagai komponen penyusun dari berbagai organisme, kitin diproduksi secara terus menerus. Dengan demikian kitin merupakan substrat yang selalu tersedia sehingga sebagian mikroba tanah dan air merupakan pendegradasi kitin yang baik. Bakteri kitinolitik menarik untuk diisolasi karena kemampuannya dalam menghidrolisis kitin menjadi derivat kitin. Derivat ini banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang seperti biokimia, bioteknologi, farmakologi, medis, dan industri, misalnya sebagai bahan kosmetik, kapsul obat, dan makanan hewan (Muzzarelli 1985). Kitin atau derivatifnya digunakan sebagai bahan bakar biologis atau sebagai bahan berharga lainnya dalam industri seperti obat antiinflamatori, immunoajuvan, antitumor, flokulan dalam pengolahan limbah, agensia anti fungi atau arthropoda hama, dan teknologi protoplast fungi (Sakka et al. 1991; Shaikh and Deshpande 1993; Ohno at al. 1996; Patil at al. 2000). 1

7 Bakteri kitinolitik juga berperan dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Pleban et al. (1997) melaporkan Bacillus cereus strain 65 dapat melindungi tanaman kapas dari penyakit busuk akar oleh Rhizoctonia solani. Untuk mengaksas gen-gen kitinase pada bakteri dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan PCR-based dengan primer konservatif (Cottrell et al. 2000). Kitinase terdapat tersebar mulai dari bakteri, serangga, virus, tumbuhan, dan hewan (Fujii and Miyashita 1993; Ohno et al. 1996), dan memainkan peran yang penting dalam fisiologi dan ekologi (Ohno et al. 1996; Saito et al. 2001). Hal ini mungkin berhubungan dengan tersebarnya bahan kitin di alam seperti pada jamur, alga, nematoda, kelompok artropoda dan krustacea, mollusca, coelenterata, protozoa, dan fungi (Folders et al. 2001; Orikoshi et al. 2003). Meski demikian gen-gen penyandi kitinase bagi organisme merupakan gen non esensial (Cottrell et al. 2000). Metihat kenyataan ini eksplorasi kitinase dapat dilakukan dimana saja mulai dari tanah, rizosfer, air tawar, air laut, dan tumbuhan. Akhir-akhir ini, kitinase kembali menjadi perhatian karena adanya kemungkinan penggunaan enzim ini dalam pengendalian biologi organisme yang mengandung kitin dan juga untuk eksploitasi bahan kitin alami (Ohno et al. 1996), disamping kegunaan dalam bidang farmasi, dan industri (Sakka et al. 1991). Karena besarnya keragaman struktur cincin yang ada, tidak mengejutkan bahwa bakteri seringkali menghasilkan beberapa kitinase sekaligus (Svitil et al. 1997). Variasi dan korelasi dari gen-gen non esensial dengan filogeni gen rrna-nya bisa jadi berbeda dari filogeni gen rrna dari gen-gen esensial (Cottrell et al. 2000). Meskipun primer umum untuk gen kitinase belum bisa dirancang karena beragamnya gen ini (Fujii and Miyashita 1993; Svitil et al. 1997; Cotrell et al. 1999; Cottrell et al. 2000), namun dengan mengkaji semua bakteri penghasil kitinase boleh jadi konservasi gen di antara semua bakteri ini makin jelas (Cottrell et al. 1999). Kajian mengenai konservasi gen penghasil kitinase dapat dilakukan dengan membandingkan gen-gen melalui amplifikasi dengan menggunakan beberapa primer sekaligus (Cottrell et al. 2000). 2

8 Subjek penelitian Uji aktifitas kitinase dari bakteri, uji kemampuan menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman dari bakteri kitinolitik yang telah diisolasi, dan biologi molekuler keragaman bakteri kitinolitik. Lokasi penelitian Laboratorium Mikrobiologi PS Biologi FMIPA, USU, Medan Laboratorium Biologi RCMD FMIPA IPB, Bogor Hasil yang ditargetkan Tahun I: Memperoleh data keragaman bakteri kitinolitik baik keragaman morfologi, biokimia, dan genetik. Mengetahui aktifitas kitinase dari bakteri yang diisolasi Mengetahui indikasi awal kemampuan menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman dari bakteri yag diisolasi Tahun II: Memperoleh gambaran dari kemampuan atau aktifitas masing-masing bakteri kitinolitik dalam mendegradasi kitin dari beberapa jamur patogen tanaman pada kondisi lingkungan (ph, suhu, dan kadar garam) yang berbeda. Mengetahui gen penyandi bakteri kitinolitik yang potensial dalam mengendalikan pertumbuhan jamur patogen tanaman. Keterlibatan mahasiswa Penelitian ini melibatkan beberapa orang mahasiswa S1 PS Biologi FMIPA Universitas Sumatera Utara untuk penyelesaian skripsi. Melalui proyek ini telah 1 orang mahasiswa menyelesaikan studi S1. Satu orang mahasiwa baru mulai melakukan penelitian. Diharapkan beberapa mahasiswa lagi pada tahun II terlibat dalam penelitian ini. 3

9 II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN TAHUN KE-1 TUJUAN KHUSUS Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data keragaman morfologi, biokimia, dan genetik bakteri kitinolitik, dan mengetahui aktifitas enzim kitinase dari bakteri hasil isolasi, dan mengetahui indikasi awal kemampuan bakteri kitinolitik dalam menghambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman. MAN FAAT PENELITIAN Secara umum penelitian tentang biokimia dan biologi molekular kitinase di Indonesia seringkali ditekankan hanya pada 1 jenis kitinase yang berasal dari satu bakteri atau dari satu sumber (contoh Wenuganen 1997; Yurnaliza 2001). Telaah lebih menyeluruh akan memberikan gambaran sebaran gen ini di lingkungan serta memberikan pilihan yang lebih banyak dalam upaya pemanfaatan sumber daya genetik khususnya gen-gen kitinase untuk tujuan ilmu pengetahuan dan komersial seperti untuk agensia anti fungi atau arthropoda hama, obat anti-inflamatori, immunoajuvan, antitumor, flokulan dalam pengolahan limbah, dan teknologi protoplast fungi (Sakka et al. 1991; Shaikh & Deshpande 1993; Ohno et al. 1996; Patil et al. 2000) di Indonesia. Pemanfaatan mikroorganisme untuk mengendalikan penyakit tanaman merupakan bidang yang relatif baru. Pengendalian hayati jamur penyakit tanaman acap dilakukan dengan menggunakan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri. Sekitar 40 produk pengendalian hayati penyakit tanaman kini beredar di dunia (Fravel et al. 1998), tidak diketahui mengenai produk serupa yang berasal dari Indonesia. Telaah yang akan dilakukan ini pada gilirannya diharapkan memberikan informasi tentang biodiversitas mikroba yang memiliki potensi (bioprospecting) sebagai model bagi upaya pengelolaan sumber daya hayati khususnya di Sumatera. Keluaran yang diharapkan berupa diketahuinya mikroba novel, dan diketahuinya mikroba yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai agensia pengendali hayati jamur patogen tanaman dan untuk dikembangkan di bidang industri terkait, baik dalam bentuk massa sel, enzim, atau gen. 4

10 III. TINJAUAN PUSTAKA Struktur dan Sumber-Sumber Kitin di Alam Kitin mempunyai rumus empiris (C 6 H 9 O 4.NHCOCH 3 ) n, merupakan zat padat yang tidak larut dalam air, pelarut organik, alkali pekat, asam mineral lemah, tetapi larut dalam asam-asam mineral yang pekat. Polisakarida ini mempunyai berat molekul tinggi dan merupakan polimer berantai lurus dengan nama lain β-(1-4 )-2-asetamida-2-dioksi-D-glukosa (N-asetil-D-Glukosamin). Rantai kitin antara satu dengan yang lainnya berasosiasi dengan ikatan hidrogen yang sangat kuat antara gugus N-H dari satu rantai dan gugus C=O dari rantai yang berdekatan. Ikatan hidrogen menyebabkan kitin tidak dapat larut dalam air dan membentuk formasi serabut (fibril). Berdasarkan penyusun rantai polimernya, kitin fibril dibedakan menjadi tiga jenis yaitu α-kitin, β-kitin dan γ-kitin (Cabib 1987). Pada serangga lebih dari 80% komponen kutikulanya merupakan kitin. Pada Crustacea, kitin melekat pada suatu matriks dari CaCO 3 dan fosfat. Pada serangga matriksnya berupa proteinaceous yaitu protein yang sudah mengalami pentaninan (Cabib 1987). Kitin pada alga terutama ditemukan pada diatom laut dengan kandungan 10-15% berat kering. Lebih dari ton kitin per tahun dihasilkan di perairan (Patil et al. 2000). Kitin pada jamur berbentuk mikrofibril yang memiliki panjang yang berbeda tergantung pada spesies dan lokasi selnya. Mikrofibril merupakan struktur utama dari dinding sel jamur yang terdiri atas jalinan rantai polisakarida yang saling bersilangan membentuk anyaman. Kandungan kitin pada jamur bervariasi dari 4-9% berat kering sel (Rajarathanam et al. 1998). 5

11 Kitinase Sistem tata nama kitinase masih menimbulkan kerancuan. Harman et a/. (1993) serta Sahai and Manocha (1993) membagi kitinase dalam tiga tipe yaitu: 1. Endokitinase (EC ), yaitu kitinase yang memotong secara acak ikatan β-1,4 bagian internal mikrofibril kitin. Produk akhir yang terbentuk bersifat mudah larut berupa oligomer pendek N-asetilglukosamin (GIcNAc) yang mempunyai berat molekul rendah seperti kitotetraose. 2. Eksokitinase (EC ) dinamakan juga kitobiosidase atau kitin 1,4-β-kitobiosidase, yaitu enzim yang mengkatalisis secara aktif pembebasan unit-unit diasetilkitobiose tanpa ada unit-unit monosakarida atau oligosakarida yang dibentuk. Pemotongan hanya terjadi pada ujung non reduksi mikrofibril kitin dan tidak secara acak. 3. β-1,4-n-asetilglukosaminidase (EC ) merupakan suatu kitinase yang bekerja pada pemutusan diasetilkitobiose, kitotriose, dan kitotetraose dengan menghasilkan monomermonomer GIcNAc. Kitinase telah banyak dilaporkan dan diklasifikasikan dalam dua famili yaitu 18 dan 19 berdasarkan kemiripan sekuen asam amino (Tsujibo et al 2003). Famili 18 meliputi kitinase dari virus, bakteri, jamur, dan hewan, serta klas III dan V kitinase dari tumbuhan. Famili 19 mencakup klas I, II dan IV telah diidentifikasi dari tumbuhan. Baru-baru ini ditemukan klas IV famili 19 yang tersebar luas pada Streptomyces sp. (Watanabe et a/., 1999). Famili 18 dibagi dalam tiga subfamili yaitu A, B, dan C (Gao et a/. 2003). Bakteri kitinolitik seringkali menghasilkan berbagai gen kitinase, walaupun konstribusi enzim untuk degradasi kitin belum diketahui seeara menyeluruh (Tsujibo et a/. 2003). Kitinase yang dihasilkan mikroba memiliki berat molekul yang berkisar antara Pada bakteri berat molekulnya antara , sedangkan aktinomisetes yaitu atau lebih rendah. Pada jamur berat molekulnya lebih tinggi dari dan pada tumbuhan sekitar (Wang and Chang 1997). Mikroba Yang Menghasilkan Kitinase Aktinomisetes, bakteri, dan jamur merupakan organisme yang mampu memanfaatkan kitin sebagai sumber karbon dan nitrogen. Genus bakteri yang sudah banyak dilaporkan 6

12 memiliki kitinase antara lain Aeromonas, Alteromonas, Chromobacterium, Enterobacter, Ewingella, Pseudoalteromonas, Pseudomonas, Serratia, Vibrio (Chernin et al., 1998), Bacillus (Pleban et al. 1997), dan Pyrococcus (Gao et al. 2003). Koloidal kitin merupakan salah satu substrat yang dapat digunakan untuk menginduksi kitinase pada bakteri, jamur, dan aktinomisetes. Substrat ini mampu menginduksi enzim hidrolitik seperti N-asetilglukosamin, endokitinase dan kitobiosidase pada Aeromonas caviae (Inbar and Chet 1991), Enterobacter agglomerans (Chernin et a/. 1995), dan Bacillus cereus (Pleban et a/. 1997). Pengukuran Aktivitas Kitinase Pengukuran aktivitas kitinase dalam memecah substrat dapat dilakukan dengan beberapa cara seperti yang disebutkan dalam Jeaniaux (1966) dan Cabib (1987), yaitu: 1. Berdasarkan pengurangan substrat a. Metode viskosimetri yaitu aktivitas kitinase terhadap kitosan, glikol kitin atau karboksimetil kitin yang ditunjukkan oleh terjadinya penurunan viskositas substrat. b. Metode nefelometri (turbidimetri) yaitu pengukuran variasi kekeruhan suspensi koloidal kitin selama kitinolisis. Metode ini bersitat cepat dan akurat tetapi hanya cocok untuk enzim dengan aktivitas relatif tinggi. 2. Berdasarkan pembentukan produk akhir yaitu GIcNAc yang dibebaskan dari kitin dapat ditentukan dengan metode kolorimetrik dengan penambahan p-dimetilaminobenzaldehida (Metode Reissig, 1955). Satu unit aktivitas kitinase dinyatakan sebagai μmol GlcNAc yang dibebaskan selama 1 jam dalam kondisi yang ditetapkan. 3. Pengujian spektrofotometri yaitu menggunakan kromogen 3,4-dinitrofenil-tetra-Nasetikitotetraose sebagai substrat. 4. Pengujian sensitifitas kitinase menggunakan radiometri yaitu substrat diberi label 14 C atau 3 H. Kadar produk diuji dengan menentukan radioaktifitasnya setelah penghilangan kitin yang belum dipecah dengan penyaringan atau dengan cara disentrifugasi. 7

13 Manfaat Kitinase dan Bakteri Kitinolitik Kitinase terdapat tersebar mulai dari bakteri, serangga, virus, tumbuhan, dan hewan (Fujii & Miyashita 1993; Ohno et al. 1996), dan memainkan peran yang penting dalam fisiologi dan ekologi (Ohno et a/. 1996; Saito et a/. 2001). Hal ini mungkin berhubungan dengan tersebarnya bahan kitin di alam seperti pada jamur, alga, nematoda, kelompok artropoda dan krustacea, mollusca, coelenterata, protozoa, dan fungi (Folders et al. 2001; Orikoshi et a/. 2003). Meski demikian gen-gen penyandi kitinase bagi organisme merupakan gen non esensial (Cottrell et al. 2000). Melihat kenyataan ini eksplorasi kitinase dapat dilakukan dimana saja mulai dari tanah, rizosfer, air tawar, air laut, dan tumbuhan. Kitinase berguna dalam produksi kitooligosakarida. Kitooligosakarida berperan sebagai pertahanan tanaman, juga digunakan dalam kesehatan manusia. Sebagai contoh, kitoheksaose dan kitoheptaose memperlihatkan aktivitas anti tumor. GlcNAc berguna sebagai obat anti inflamasi. Senyawa ini dalam tubuh manusia disintesis dari glukosa dan digabungkan dengan glikoprotein dan glikosaminoglikan (Patil et al. 2000). Dalam teknologi protoplas jamur, dibutuhkan bantuan kitinase untuk mengisolasi protoplas jamur. Protoplas digunakan untuk mempelajari sintesis dinding sel, sekresi enzim, transformasi steroid, dan mutagenesis. Kitinase juga berperan dalam produksi protein sel tunggal dari limbah kitin untuk makanan hewan (Shaikh and Desphande, 1993). Kitinase digunakan dalam pertanian sebagai pengendalian jamur patogen tanaman dan hama serangga. Organisme ini memiliki kitin pada penutup tubuhnya sehingga dapat didegradasi oleh enzim tersebut (Patil et al. 2000). Pseudomonas flourescens dapat mengendalikan Pythium ultimum dan Rhizoctonia solani dengan menekan pertumbuhannya (Nielsen et al. 1998). Sampson and Gooday (1998) meneliti kitinase dari Bacillus thuringiensis yang diujikan terhadap Culicoides nubeculosus dan Spodoptera littoralis, sedangkan Regev et al. (1996), meneliti sinergisme σ-endotoksin B. thuringiensis dan endokitinase bakteri terhadap larva S. littoralis. Menurut mereka kitinase yang dihasilkan bakteri dapat membunuh serangga sehingga dapat dijadikan agen pengendali biologis. Kombinasi dari σ-toksin dan kitinase dilaporkan lebih efektif dalam membunuh hama serangga (Patil et al. 2000). Akhir-akhir ini, kitinase kembali menjadi perhatian karena adanya kemungkinan penggunaan enzim ini dalam pengendalian biologi organisme yang mengandung kitin seperti jamur dan serangga dan juga untuk eksploitasi bahan kitin alami (Ohno et al. 1996),disamping 8

14 kegunaan dalam bidang farmasi, dan industri (Sakka et al. 1991). Pengendalian hayati jamur dengan menggunakan mikroorganisme kitinolitik didasarkan pada kemampuan mikroorganisme menghasilkan kitinase dan β-1,3-glucanase yang dapat melisis sel jamur (EI-Katatny et al. 2000). Kemampuan kitinolitik bakteri Aeromonas caviae telah digunakan untuk mengendalikan beberapa jamur patogen tanaman (Inbar & Chet 1995). Galur Serratia marcescens telah dimanfaatkan untuk mengendalikan jamur patogen seperti Sclerotium rolfsii (Ordentlich et al. 1988). Gen chia dari S. marcescens telah pula dimanfaatkan melalui kloning pada Pseudomonas fiuorescens (Downing & Thomson 2000). Bakteri lain yang juga digunakan sebagai pengendali hayati komersial seperti P. syringae, Burkholderia cepacia, Bacillus subtilis, Agrobacterium radiobacter, Enterobacter cloacae, dan Streptomyces griseoviridis (Fravel et al 1998; McQuilken et at. 1998). Strategi untuk seleksi strain mikroorganisme berdasarkan kepada kriteria kemampuan kolonisasi, kemampuan kompetisi dan kemampuan menyesuaikan diri di lingkungan. (McQuilken et al. 1998). 9

15 IV. METODE PENELITIAN Pengambilan Contoh Contoh diambil dari berbagai habitat. Untuk bakteri tanah, contoh diambil di permukaan tanah, rizosfer, atau lumpur perairan. Untuk bakteri pada tumbuhan diambil di lubang tampungan air di pohon atau dalam tumbuhan pemakan serangga (Nephentes sp.). Sampai saat ini telah diperoleh isolat bakteri kitinase dari tanah pertanian, tanah lumpur, dan lubang tampungan air di pohon. Pengambilan contoh tanah, tumbuhan, dan air seperti dari hutan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Tangkahan Langkat dan Taman Nasional Batang Gadis Madina telah dilakukan. Pekerjaan isolasi sampai saat ini tetap masih dilakukan Penapisan Bakteri Penghasil Kitinase Bakteri kitinolitik biasa dijejak dengan pembentukan zona bening pada medium kitin atau dengan melihat kemampuan hidrolisis pada subtrat fluorogenik analog kitin (Cotrell et al. 1999). Dalam penelitian ini mikroba kitinolitik ditapis dengan menggunakan medium mengandung kitin. Mikroba diisolasi dari contoh dengan menggunakan medium garam koloidal kitin disesuaikan dengan kondis! lingkungan (kadar garam dan ph) dari mana isolat berasa!. Pembentukan halo di sekitar koloni sebagai hasil degradasi kitin dievaluasi. Nilai aktivitas hidrolisis secara kualitatif diperoleh dengan membagi diameter zona hidrolisis di sekitar koloni dengan besarnya diameter koloni isolat pada hari ke-4 (96 jam) setelah inkubasi (Widhyastuti and Dewi, 2001). Aktivitas enzim kasar kultur bebas sel ditentukan dengan menggunakan substrat koloidal kitin. Aktivitas khitinase dihitung berdasarkan selisih antara kadar N-asetil glukosamin (GlcNAc) yang dibebaskan pada perlakuan dengan kadar GlcNAc yang terdapat dalam kitinase kasar yang tidak diperlakukan (kontrol). GlcNAc yang dihasilkan dianalisis secara kolorimetri dengan metode Reissig (1955) dalam Jeaniaux (1966). Penampakan Morfologi dan Uji Biokimia Bakteri Penghasil Kitinase Karakterisasi sifat morfojogi mencakup bentuk dan warna koloni, motilitas, bentuk sel, dan sifat gram. Motilitas diamati dengan menggunakan medium semi padat sulfide indole motility (SIM). Pewarnaan Gram dengan menggunakan kristal violet dan safranin digunakan untuk menentukan sifat gram. Sifat biokimia yang diamati mencakup uji sitrat dengan medium Simmons' Citrate agar, uji gelatin dengan medium nutrien gelatin, dan uji katalase dengan 10

16 menggunakan larutan 3% H 2 O 2 (Cappuccino and Sherman, 1983). Pengukuran Aktivitas Kitinase Kasar Kitinase kasar diperoleh dari kultur 96 jam (Pleban et al., 1997). Kitinase kasar dari masing-masing Isolat dan substrat kitin (1% koloidal kitin (b/v) dalam 50 mm buffer fosfat, ph 6,8) dicampur dengan volume yang sama dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 60 menit. Reaksi dihentikan dengan memanaskan campuran dalam air mendidih selama 15 menit dan kemudian disentrifugasi pada kecepatan 3000 rpm selama 20 menit. Aktivitas khitinase dihitung berdasarkan selisih antara kadar N-asetil glukosamin (GlcNAc) yang dibebaskan pada perlakuan dengan kadar GlcNAc yang terdapat dalam kitinase kasar yang tidak diperlakukan (kontrol). GlcNAc yang dihasilkan dianalisis secara kolorimetri dengan metode Reissig (1955) dalam Jeaniaux (1966). Satu unit aktivitas kitinase didefenisikan sebagai jumlah enzim yang membebaskan sebanyak 1 μmol GlcNAc/jam pada kondisi tertentu (Singh et al., 1999). Uji Penghambatan Pertumbuhan Beberapa Jamur Patogen Tanaman Hifa jamur Fusarium semitectum, Ganoderma boninense, dan Penicillium citrinum yang ditumbuhkan dalam media nutrien broth yang ditambah dengan 3% potato dextrose agar diambil seukuran 0.5x0.5 em, kemudian dikulturkan dalam media garam kitin. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar (28 C) selama 2 hari. Setelah jamur terlihat tumbuh kira-kira 0.5 cm dari hifa-terluar digores lurus bakteri kitinolitik dari hasil isolasi. Pengamatan dilakukan dengan melihat ada tidaknya zona hambat pertumbuhan setelah diinkubasi selama 2 hari. Ekstraksi DNA DNA genom total dari bakteri terkulturkan akan diekstraksi sebagai yang digambarkan oleh Sambrook et al. (1989). 11

17 Melihat Keragaman Genetik Bakteri Penghasil Kitinase Melalui Gen 168 rrna Amplifikasi gen 16S-rRNA dilakukan dengan primer 63f dan 1387r (Marchesi et al., 1998) menggunakan Ready- To-GO PCR Beads (Pharmacia-Biotech, Uppsala, Sweden). DNA yang teramplifikasi akan diklon pada pgem-t dan ditransfer dalam E. coli DH5α menggunakan metode yang digambarkan oleh Sambrook et al. (1989). Analisis Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) dilakukan dengan menggunakan metode seperti yang dilakukan oleh Desiliyarni et al. (1999) dengan elekroforesis minigel. Hubungan kekerabatan antar isolat dianalisis dengan program komputer Treecon (Van de Peer and De Wachter 1994). Isolat dengan pola pita yang berbeda digunakan untuk analisis selanjutnya. Hambatan Dalam Pekerjaan Sangat terlambatnya pencairan dana penelitian menyebabkan berubahnya beberapa rencana pekerjaan dalam hal metode dan waktu pelaksanaan. Dana penelitian baru diterima peneliti tanggal 13 September 2005, sedang laporan kemajuan harus diserahkan ke LP USU paling lambat tanggal 20 September Namun demikian perubahan rencana pekerjaan dan jadwal tidak merubah keseluruhan ini dari penelitian ini. Diharapkan sekali untuk tahun-tahun berikutnya dana penelitian dapat diterima peneliti secepat mungkin. Seberapa pekerjaan dalam metode yang berubah mencakup tidak digunakannya substrat p-nitrophenyl-n-acetyl-β-d-glucosamine (pnp-glcnac) dan p-nitrophenyl-β-d- N,N',N"-triacetylchitotriose [pnp-(glcnac) 3 seperti yang dilakukan Folders et al. (2001) untuk mengukur aktivitas eksokitinase dan endokitinase. Dalam tahap pengerjaan Saat ini dilakukan uji penghambatan pertumbuhan terhadap jamur patogen tanaman seperti Fusarium semitectum, Ganoderma boninense, dan Penicillium citrinum yang merupakan jamur-jamur penyebab penyakit. Pekerjaan analisis genom yang dijadwalkan tengah JuliAgustus terpaksa ditunda dan dijadwal ulang, karena pekerjaan ini melibatkan institusi lain yaitu RCMD, Fakultas MIPA, IPS. Pekerjaan identifikasi dan uji aktivitas kitinase tetap dilakukan pada isolat-isolat yang baru didapat. 12

18 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Kitinolitik Isolasi yang telah dilakukan sampai saat ini dari contoh tanah, lumpur, dan cekungan penampung air pada tumbuhan dari beberapa daerah di Sumatera Utara dan Bangka, memperoleh 41 isolat bakteri kitinolitik, yaitu 22 isolat dari Sumatera Utara, 12 isolat dari Bangka, dan 7 isolat belum diberi kode. Beberapa sampel yang sudah diambil dari lapangan sedang dalam tahap isolasi bakteri kitinolitik. Diharapkan akan ada tambahan jumlah dan jenis bakteri kitinolitik setelah pekerjaan penapisan dan isolasi selesai. Berdasarkan tempat sampel, 3 isolat diisolasi dari lubang tampungan air pada tumbuhan, 2 sampel dari lumpur, sisanya dari tanah. Berdasarkan pengamatan morfologi yang telah dilakukan terhadap 34 isolat tersebut, diperoleh bentuk koloni yang bervariasi, yaitu 27 isolat berbentuk bulat, 5 isolat berbentuk bulat berombak, dan 2 isolat tidak teratur. Warna koloni barvariasi pula, yaitu 2 isolat berwarna putih bening, 3 isolat berwarna putih kuning, 1 isolat berwarna merah muda, dan 10 isolat berwarna krem. Dari 17 isolat yang telah dilakukan pewarnaan gram, 7 isolat bersifat gram positif dan 10 isolat bersifat gram negatif, dengan bentuk sel basil, pseudobasil, dan kokus. Umumnya semua isolat mempunyai sel berbentuk basil kecuali isolat BK01 dan TU01 berbentuk pse udobasil, serta isolat BK04 berbentuk kokus. Uji motilitas yang dilakukan terhadap semua isolat ini menunjukkan bahwa 12 isolat bersifat motil ditandai dengan adanya jejak pergerakan bakteri di dalam medium, sedangkan 5 isolat lainnya tidak motil. Isolat lainnya sedang dalam pengamatan sifat gram dan bentuk sel. Uji biokimia sederhana yang telah dilakukan terhadap 17 isolat seperti uji motilitas, gelatin, sitrat, oksidase, dan katalase, menunjukkan 3 isolat yaitu DS01, LK01, dan BK02, memperlihatkan reaksi positif terhadap semua uji yang dilakukan. Hasil uji katalase dengan penambahan larutan 3% H 2 O 2 mengindikasikan bahwa semua isolat memiliki enzim katalase, ditandai dengan terbentuknya gelembung udara di sekitar koloni. Umumnya isolat menunjukkan oksidase positif ditandai dengan perubahan warna pada strip Bactident 13

19 Oxidase menjadi warna biru atau biru-violet. Uji oksidase digunakan untuk melihat adanya enzim sitokrom oksidase sedangkan uji katalase membuktikan adanya enzim katalase yang berfungsi dalam penguraian H2O2 yang bersifat racun. Dari uji gelatinase dan uji sitrat, diketahui umumnya isolat tidak mampu menghidrolisis gelatin dan menggunakan sitrat. Menurut Cappuccino and Sherman (1983), uji positif gelatinase ditandai dengan medium gelatin yang tetap cair setelah dimasukkan ke dalam lemari pendingin selama 30 menit, sedangkan keadaan positif pada uji sitrat ditandai dengan berubahnya medium dari hijau menjadi biru karena terjadi penghilangan asam dan peningkatan ph dalam media. Pengujian biokimia terhadap isolat-isolat lainnya sedang dilakukan. Hasil pengamatan morfologi dan uji biokimia sederhana selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil isolasi dan pengamatan morfologi serta uji biokimia sederhana 14

20 Semua isolat merupakan bakteri kitinolitik yang ditunjukkan dengan terbentuknya zona hidrolisis di sekitar koloni bakteri pada medium campuran kitin agar dan nutrient broth (3:1) setelah masa inkubasi 96 jam (Tabel 2). Isolat-isolat tersebut menunjukkan kemampuan yang berbeda-beda dalam merombak kitin. Aktivitas hidrolisis tertinggi dijumpai pada isolat KR04, SPO1, BKO1, dan BKO2, sedangkan yang paling rendah dijumpai pada isolat BKO7 dan BKO9. Aktivitas hidrolisis merupakan gambaran dari kemampuan isolat bakteri kitinolitik dalam merombak kitin, semakin besar nilai aktivitas hidrolisis, semakin besar diameter zona bening yang terbentuk di sekitar koloni. Tabel 2. Pengujian aktivitas kitinase bakteri kitinolitik setelah diinkubasi selama 96 jam secara kualitatif 15

21 Menurut Chemin et al. (1995), bakteri dapat menghidrolisis koloidal kitin setelah jam yang ditumbuhkan pada campuran semiminimal agar dan nutrient broth dengan perbadingan 3:1, yang dicampur dengan koloidal kitin sebagai sumber karbon. Pleban et al. (1997) melaporkan zona jernih yang terbentuk di sekitar pertumbuhan bakteri menandakan adanya aktivitas kitinolitik di medium pertumbuhan. Besamya nilai perbandingan zona bening dengan zona pertumbuhan koloni bakteri menunjukkan besamya aktivitas nisbi enzim (Widhyastuti and Dewi 2001). 16

22 Tiga isolat yang menunjukkan aktivitas hidrolisis yang paling tinggi yakni SPO1, BKO1, dan BKO2 telah dilakukan pengujian aktivitas enzim kasar, sedang isolat KRO4 belum dilakukan uji aktivitasnya. Ketiga isolat ini memiliki bentuk koloni dan warna koloni yang sama yaitu bulat dan krem. Isolat BKO1 dan BKO2 bersifat gram negatif (-) dengan sel berbentuk basil dan pseudobasil, sedangkan SPO1 bersifat gram positif (+) dengan sel berbentuk basil (Gambar 2). Pengujian Aktivitas Kitinase Ketiga isolat yang terpilih di atas ditumbuhkan pada medium kitin cair untuk mengetahui kemampuannya dalam merombak kitin secara kuantitatif. Menurut Shaikh and Deshpande (1993), degradasi kitin secara enzimatik untuk menghasilkan GlcNAc bebas dilakukan oleh sistem kitinolitik, yang telat ditemukan pada mikroba, tumbuhan-tumbuhan dan hewan. Connell et al. (1998) mengatakan degradasi kitin oleh prokariot dan eukariot terjadi dalam dua tahap yang prosesnya melibatkan hidrolisis ikatan β-1,4 glikosida yang menghubungkan subunit GlcNAc. Pertama, endokitinase mengikat tetramer dan polimer GlcNAc untuk menghasilkan disakarida kitobiose. Kitobiase menghidrolisis kitobiose menjadi monomer GlcNAc pada tahap kedua. Enzim pendegradasi kitin umumnya oleh beberapa organisme diinduksi oleh kitosan, kitobiose, GlcNAc atau glukosamin. 17

23 Hasil pengujian aktivitas kitinase kasar menuniukkan isolat BKO1 memiliki aktivitas enzim yang tertinggi yaitu 0,0636 Unit, sedangkan aktivitas enzim terendah dihasilkan oleh isolat BK02 yaitu 0,0452 Unit. Isolat SP01 dengan aktivitas hidrolisis tertinggi yaitu 2,942 hanya menghasilkan aktivitas enzim sebesar 0,0550 Unit, sedangkan isolat BK01 dengan aktivitas hidrolisis 2,253 temyata menghasilkan aktivitas enzim tertinggi yaitu 0,0636 Unit (Tabel 3). Menurut Yurnaliza (2001), beberapa faktor yang diduga menjadi penyebab tidak berkolerasinya nilai aktivitas hidrolisis secara kualitatif dengan nilai aktivitas enzim secara kuantitatif adalah perbedaan jenis mikroba, kecepatan pertumbuhan setiap isolat pada medium padat dan cair, jumlah inokulum yang diberikan pada kedua medium, dan tipe enzim kitinase yang dihasilkan. Tabel 3. Pengukuran aktivitas kitinase kasar pada sampel secara kuantitatif Kehadiran enzim kitinolitik pada medium pertumbuhan yang diuji dapat dilihat dari reaksi pelepasan GlcNAc dari koloidal kitin. Jeuniaux (1966), melaporkan endokitinase adalah spesifik untuk polimer linier dari N-asetil-D glokosamin, tetapi tidak memutuskan kitobiose. Enzim ini menghidrolisis kitin menjadi kitobiose, kitotrinose, dan asetilglukosamin bebas juga dapat diproduksi ketika substrat adalah koloidal kitin. Uji Penghambatan Pertumbuhan Beberapa Jamur Patogen Tanaman Hasil pengujian daya hambat pertumbuhan beberapa jamur patogen tanaman mengindikasikan ada 5 isolat bakteri kitinolitik yang mampu menghambat pertumbuhan jamur ini. Pengujian baru dilakukan terhadap 1 jenis jamur saja (F. semitectum), dan 2 jenis jamur lainnya sedang dimulai untuk dilakukan pengujian. Diharapkan dan pengujian ini akan ada beberapa jenis isolat bakteri kitinolitik yang mampu menghambat pertumbuhan 2 jenis jamur ini. Kemungkinan adanya 1 isolat yang mampu menghambat pertumbuhan 2 atau 3 jenis jamur patogen ini sekaligus masih harus menunggu hasil uji. 18

24 19

25 Keragaman Genetik Bakteri Penghasil Kitinase Melalui Gen 16S rrna Pengamatan terhadap keragaman genetik bakteri penghasil kitinase melalui gen 16S rrna belum dapat dilakukan karena keterlambatan pencairan dana. Diharapkan pekerjaan ini dapat dilakukan setelah semua sampel telah ditapis. Perkiraan pekerjaan dapat dilakukan di bulan Desember

26 VII. RENCANA /PENELITIAN TAHUN II Penelitian tahun II bertujuan untuk melihat pengaruh lingkungan terhadap kemampuan bakteri menghidrolisis kitin jamur patogen dan kitin lainnya, dan memperoleh data keragaman gen penyandi kitinase dari bakteri kitinolitik yang berpotensi sebagai agen pengendali hayati jamur patogen tanaman dengan menganalisis keragaman genetik dengan teknik PCR-RFLP dari gen kitinase yang diamplifikasi dengan menggunakan primer gen chia, chib, dan chic. Dari kegiatan pokok tersebut diharapkan dapat menjadi dasar bagi pengembangan strain-strain lokal, atau gen penyandi kitinase untuk pengendalian jamur patogen tanaman atau tujuan lain proteksi tanaman. Untuk mencapai tujuan di atas disusun metode seperti: asai keriap, asai pada beberapa jamur patogen tanaman in vitro, asai aktivitas antifungi filtrat kultur isolat bakteri, asai pengaruh lingkungan terhadap aktivitas hidrolitik isolat bakteri, PCR dan kloning gen penyandi kitinase, dan melihat keragaman genetik gen kitinase. 22

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Kitinase Kitin adalah homopolimer yang tersusun dari GlcNAc yang saling berhubungan melalui ikatan linier β-1,4 dan merupakan biopolimer terbesar kedua di alam setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keragaman bakteri dapat dilihat dari berbagai macam aspek, seperti morfologi, fisiologi, dan genetik. Setiap habitat yang berbeda memberikan keragaman yang berbeda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber karbon Media kultur harus mengandung semua elemen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan mikroba, dalam proporsi yang serupa dengan yang ada pada sel mikroba (Hidayat et al.,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kitin merupakan senyawa homopolisakarida tidak bercabang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kitin merupakan senyawa homopolisakarida tidak bercabang yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. KITIN Kitin merupakan senyawa homopolisakarida tidak bercabang yang terdiri dari N-asetilglukosamin. Monomer-monomer N-asetilglukosamin dihubungkan oleh ikatan β-1,4 glikosida

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas sangat besar, Indonesia menyediakan banyak sumberdaya alam hayati yang tak ternilai harganya, dari bakteri hingga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Antraknosa pada Tanaman Kakao Di Indonesia penyakit kakao yang disebabkan oleh jamur Colletotrichum sudah lama dikenal, penyakit ini tersebar di semua negara penghasil

Lebih terperinci

Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Penghasil Enzim Kitinase Termofil pada Permandian Air Panas Prataan, Tuban Steven Yasaputera, Tjandra Pantjajani, Ruth Chrisnasari * Departemen Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 TINJAUAN PUSTAKA 1 PENDAHULUAN Kitin adalah polimer alam terbesar kedua setelah selulosa. Paling tidak, sekitar 10 gigaton (10 9 ton) kitin disintesis dan didegradasi setiap tahun di biosfer (Ueda et. al., 2005). Kitin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Tanah Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Cina dan India merupakan penghasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jenis-jenis flora yang ada di Indonesia masih banyak yang belum dimanfaatkan dan dimasyarakatkan. Eksplorasi dan inventarisasi untuk menyelamatkan plasma nutfah tanaman

Lebih terperinci

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Tahap I BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Hasil pengukuran sampel tanah yang digunakan pada percobaan 1 meliputi ph tanah, kadar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroorganisme Termofilik Sumber air panas merupakan salah satu hasil aktivitas geotermal. Air panas yang keluar melalui rekahan-rekahan bumi mengalir membentuk kolam-kolam kecil

Lebih terperinci

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae

IV PEMBAHASAN. 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae 25 IV PEMBAHASAN 4.1 Kandungan Protein Produk Limbah Udang Hasil Fermentasi Bacillus licheniformis Dilanjutkan oleh Saccharomyces cereviseae Rata-rata kandungan protein produk limbah udang hasil fermentasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi-reaksi kimia dalam sistem biologis. Enzim memiliki daya katalitik yang tinggi dan mampu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Karet Karet diketahui sebagai salah satu komoditas ekspor yang sangat penting sebagai sumber devisa negara. Setelah Thailand dan Malaysia, Indonesia diketahui sebagai

Lebih terperinci

KAJIAN PUSTAKA. Sistematika dari jamur Trichoderma sp. (Rejeki, 2007)

KAJIAN PUSTAKA. Sistematika dari jamur Trichoderma sp. (Rejeki, 2007) KAJIAN PUSTAKA Jamur Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp. Mempunyai morfolog/' sebagai berikut kadidiofora, hylin (bening), tegak lurus, bercabang, bersepta, phialida tunggal atau kelompok, konidia hylin,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi.

I. PENDAHULUAN. Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung. menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Industri pertanian seperti PT.GGP (Green Giant Pinaeple) Lampung menggunakan nanas sebagai komoditas utama dalam produksi. Industri pengolahan nanas tidak hanya menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Danau Kakaban menyimpan berbagai organisme yang langka dan unik. Danau ini terbentuk dari air laut yang terperangkap oleh terumbu karang di sekelilingnya akibat adanya aktivitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jamur Trichoderma sp. Jamur tanah merupakan salah satu golongan yang penting dari golongangolongan populasi tanah yang tersebar secara luas. Bentuk-bentuk tertentu merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut pada bulan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4, IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identifikasi Actinomycetes Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4, isolat ini telah berhasil diisolasi dari sedimen mangrove pantai dengan ciri

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)

3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Kemurnian Isolat Bakteri Asam Laktat dan Bakteri Patogen Indikator Morfologi Sel HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh pada penelitian ini diawali dengan pemeriksaan karakteristik morfologi dan kemurnian isolat bakteri yang digunakan. Isolat bakteri yang digunakan adalah BAL indigenous

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan

I. PENDAHULUAN. berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi untuk tanaman dan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran tanaman. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Enzim adalah biokatalisis atau polimer biologis yang dihasilkan oleh tubuh untuk mengkatalisis reaksi kimia dan meningkatkan laju reaksi yang terjadi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produksi perikanan dunia mengalami peningkatan hingga 11% selama 10 tahun terakhir (Van West 2006). Data FAO (2010) menyebutkan bahwa produksi perikanan di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai kondisi fisik, kimia serta proses biologi yang secara nyata dipengaruhi oleh faktor lingkungan

Lebih terperinci

V, DISKUSI DAN KESIMPULAN

V, DISKUSI DAN KESIMPULAN V, DISKUSI DAN KESIMPULAN V. 1. Diskusi V.1.2. Produksi Kitinase Kitinase termasuk enzim ekstraseluler, yaitu enzim yang dihasilkan di dalam sel, tetapi dikeluarkan ke medium tumbuhnya. Mikroba akan terinduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin

BAB I PENDAHULUAN. teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang teknologi fermentasi, rekayasa genetika, dan teknologi aplikasi enzim menyebabkan penggunaan enzim dalam industri semakin meningkat. Enzim

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan Teknologi,

Lebih terperinci

SKRINING BAKTERI KITINOLITIK DAN UJI PRODUKSI KITINASE MENGGUNAKAN TEPUNG CANGKANG UDANG

SKRINING BAKTERI KITINOLITIK DAN UJI PRODUKSI KITINASE MENGGUNAKAN TEPUNG CANGKANG UDANG SKRINING BAKTERI KITINOLITIK DAN UJI PRODUKSI KITINASE MENGGUNAKAN TEPUNG CANGKANG UDANG SKRIPSI Oleh Anja Asmarany R. NIM 061810401070 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HSIL DN PEMBHSN R. pickettii sebagai gen Hayati R. solani Isolat yang digunakan adalah R. pickettii yang memiliki ciri-ciri koloni berwarna kuning dengan bentuk bundar dengan tepian licin dan elevasi seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu pengekspor buah nanas yang menempati posisi ketiga dari negara-negara penghasil nanas olahan dan segar setelah negara Thailand dan Philippines.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekanan dari para ahli dan pecinta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dasawarsa terakhir ini, pemakaian enzim yang sifatnya efisien, selektif, mengkatalisis reaksi tanpa produk samping dan ramah lingkungan meningkat pesat. Industri

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERNYATAAN... ii LEMBAR PENGESAHAN... iii LEMBAR PEDOMAN PENGGUNAAN... iv KATA PENGANTAR... v ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii DAFTAR ISI... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekicot (Achatina Fulica) tercakup di dalam subkelas Pulmonata dari kelas Gastropoda yang merupakan kelompok molusca yang sangat besar. Meskipun didalam subkelas ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp. mempunyai morfologi sebagai berikut, konidiofora hylin (bening), tegak lurus, bercabang, bersepta, phialida tunggal atau kelompok,

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 2 KARBOHIDRAT 1 2 . 3 . 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Biokimia Kuliah 2 POLISAKARIDA 17 POLISAKARIDA Sebagian besar karbohidrat dalam bentuk polisakarida. Suatu polisakarida berbeda

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai

I PENDAHULUAN. nutrisi suatu bahan pakan, meningkatkan kecernaan karena ternak mempunyai 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi pengolahan pakan di bidang peternakan sudah banyak dilakukan sekarang. Teknologi pengolahan pakan menjadi penting karena memiliki beberapa keuntungan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014. 14 III. METODE PENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

Teknik Identifikasi Bakteri

Teknik Identifikasi Bakteri MODUL 5 Teknik Identifikasi Bakteri POKOK BAHASAN : 1. Teknik Pewarnaan GRAM (Pewarnaan Differensial) 2. Uji Katalase 3. Pembuatan stok agar miring TUJUAN PRAKTIKUM : 1. Mempelajari cara menyiapkan apusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang

I. PENDAHULUAN. Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bacillus thuringiensis merupakan salah satu bakteri patogen serangga yang telah dikembangkan menjadi salah satu bioinseksitisida yang patogenik terhadap larva nyamuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004). 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enzim merupakan senyawa protein yang disintesis di dalam sel secara biokimiawi. Salah satu jenis enzim yang memiliki peranan penting adalah enzim selulase. Enzim selulase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selulase merupakan salah satu enzim yang dapat dihasilkan oleh beberapa kelompok hewan yang mengandung bakteri selulolitik, tumbuhan dan beberapa jenis fungi.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Jamur Jamur adalah suatu golongan mikroorganisme yang tubuh vegetatifhya berupa thalus, dan tidak mempimyai klorofil. Sumber utama nutrisi jamur adalah senyawa-senyawa organik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan mikroorganisme antagonis sebagai agen pengendali hayati memberikan harapan baru untuk pengendalian hama pertanian terutama fungi yang bersifat patogen. Secara

Lebih terperinci

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat

Uji Kosser Sitrat Hidrolisis Lemak Uji Oksidase dan Katalase Hidrolisis Gelatin Motilitas Hidrolisis Kasein Uji H2S Uji Indol Reduksi Nitrat 3 aseptik lalu diinkubasi selama 36 jam pada suhu 27 C. Setelah terlihat pertumbuhan bakteri, ditetesi lugol di sekitar biakan dan dibiarkan ±5 menit. Pengamatan dilakukan pada bagian berwarna biru dan

Lebih terperinci

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id

II. TELAAH PUSTAKA. bio.unsoed.ac.id II. TELAAH PUSTAKA Koloni Trichoderma spp. pada medium Malt Extract Agar (MEA) berwarna putih, kuning, hijau muda, dan hijau tua. Trichoderma spp. merupakan kapang Deutromycetes yang tersusun atas banyak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi 17 BAB III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung dari bulan Januari sampai dengan April 2014.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pemotongan hewan Pacar Keling, Surabaya. dengan waktu pengamatan setiap 4 jam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian tentang skrining dan uji aktivitas enzim protease bakteri hasil isolasi dari limbah Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Pacar Keling Surabaya menghasilkan data-data sebagai

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Pertumbuhan dan Peremajaan Isolat Pengamatan Morfologi Isolat B. thuringiensis 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, IPB, dari bulan Oktober 2011 Mei 2012. Bahan Isolasi untuk memperoleh isolat B. thuringiensis

Lebih terperinci

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung

3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung 3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi

Lebih terperinci

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.

Tabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp. 4 Tinggi tanaman kumulatif dikonversi menjadi LADKT (luasan area di bawah kurva perkembangan tinggi tanaman) menggunakan rumus sama seperti perhitungan LADKP. KB dihitung dengan rumus (Sutopo 2002): Perhitungan

Lebih terperinci

ISOLASI BAKTERI DAN UJI AKTIVITAS KITINASE TERMOFILIK KASAR DARI SUMBER AIR PANAS TINGGI RAJA, SIMALUNGUN SUMATERA UTARA TESIS.

ISOLASI BAKTERI DAN UJI AKTIVITAS KITINASE TERMOFILIK KASAR DARI SUMBER AIR PANAS TINGGI RAJA, SIMALUNGUN SUMATERA UTARA TESIS. ISOLASI BAKTERI DAN UJI AKTIVITAS KITINASE TERMOFILIK KASAR DARI SUMBER AIR PANAS TINGGI RAJA, SIMALUNGUN SUMATERA UTARA TESIS O l e h ICHE MARINA DEWI 067030011/BIO SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri

Isolasi dan Perbaikan. Kultur. Rancang Media. Rancang Media 3/3/2016. Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Isolasi dan Perbaikan Kultur 3/3/2016 Nur Hidayat Materi Kuliah Mikrobiologi Industri Rancang Media 1. Buat kisaran medium dengan nutrien pembatas berbeda (misal C, N, P atau O). 2. Untuk tiap tipe nutrien

Lebih terperinci

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI ASAM LAKTAT DARI FESES BAYI DAN EVALUASI IN VITRO POTENSI PROBIOTIK 1. Widodo, S.P., M.Sc., Ph.D. 2. Prof. drh. Widya Asmara, S.U., Ph.D. 3. Tiyas Tono Taufiq, S.Pt, M.Biotech

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode descriptive analitic karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN Lampiran 1. Sterilisasi Alat dan Bahan Semua peralatan yang akan digunakan dalam penelitian disterilisasikan terlebih dahulu. Peralatan mikrobiologi disterilisasi dengan oven pada suhu 171 o C

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber karbon dan sumber energi (Hardjo et al., 1994: 15). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bakteri selulolitik adalah bakteri yang memiliki kemampuan menguraikan selulosa menjadi monomer glukosa dan menjadikannya sebagai sumber karbon dan sumber energi

Lebih terperinci

Sampel air panas. Pengenceran 10-1

Sampel air panas. Pengenceran 10-1 Lampiran 1. Metode kerja Sampel air panas Diambil 10 ml Dicampur dengan media selektif 90ml Di inkubasi 24 jam, suhu 50 C Pengenceran 10-1 Di encerkan sampai 10-10 Tiap pengenceran di tanam di cawan petri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman hayati. Keanekaragaman hayati banyak didapatkan di hutan. Hutan yang terdapat di seluruh dunia beragam jenisnya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Selulase merupakan enzim yang menghidrolisis ikatan glikosidik -β- 1,4 pada rantai selulosa. Selulase dapat diproduksi oleh fungi, bakteri, protozoa, tumbuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sambal Cabai 1. Sambal Sambal salah satu bahan yang terbuat dari cabai dan ditambah bahan-bahan lain seperti garam, bawang merah, bawang putih. Sambal memiliki cita rasa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum 42 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Endofit dari Akar Tanaman Kentang (Solanum tuberosum Linn. Cv. Granola). Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan pada bulan Juli sampai September

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Kentang merupakan bahan pangan dari umbi tanaman perennial Solanum tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan utama dunia setelah padi,

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Produk pertanian yang melimpah menyediakan limbah hasil pertanian yang melimpah pula. Umumnya limbah hasil pertanian ini masih mengandung sejumlah nutrien,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Isolasi daun anggrek yang bergejala busuk lunak dihasilkan 9 isolat bakteri. Hasil uji Gram menunjukkan 4 isolat termasuk bakteri Gram positif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 4 Isolat-isolat yang diisolasi dari lumpur aktif. 7 diidentifikasi dilakukan pemurnian terhadap isolat potensial dan dilakukan pengamatan morfologi sel di bawah mikroskop, pewarnaan Gram dan identifikasi genus. Hasil identifikasi genus dilanjutkan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizki Indah Permata Sari,2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara tropis yang dikelilingi oleh perairan dengan luas lebih dari 60% dari wilayah teritorialnya. Perairan Indonesia memiliki sumberdaya hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tumbuhan merupakan tonggak dari sebagian besar ekosistem terrestrial. Ketergantungan manusia pada tumbuhan tampak dari papan dan kayu, pakaian, kertas, obat-obatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 6 ulangan,

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan α-amilase merupakan enzim yang mempunyai peranan penting dalam bioteknologi saat ini. Aplikasi teknis enzim ini sangat luas, seperti pada proses likuifaksi pati pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity)

BAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity) BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity) dan merupakan sumber kekayaan alam yang luar biasa. Salah satunya yaitu tumbuhan obat, namun potensinya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin merupakan polimer golongan karbohidrat yang dihasilkan dari limbah hasil laut khususnya golongan udang, kepiting, dan kerang. Secara hayati,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di 17 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari Bulan April sampai dengan Juni 2013, di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di

I. PENDAHULUAN. Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan bakteri yang sering digunakan di dalam industri pangan dalam menghasilkan pangan fungsional. Fungsi ini dikarenakan kemampuan BAL yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Tanah Tanah adalah kumpulan benda alam di permukaan bumi yang tersusun dalam horison-horison, terdiri dari campuran bahan mineral, bahan organik, air dan udara,

Lebih terperinci

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain.

Gambar 2 Penurunan viskositas intrinsik kitosan setelah hidrolisis dengan papain. 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh konsentrasi papain terhadap hidrolisis kitosan Pengaruh papain dalam menghidrolisis kitosan dapat dipelajari secara viskometri. Metode viskometri merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas mikrobiologi pada udara di inkubator

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Seleksi Mikrob pada A. malaccensis Populasi bakteri dan fungi diketahui dari hasil isolasi dari pohon yang sudah menghasilkan gaharu. Sampel yang diambil merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyakit Layu Fusarium pada Cabai Moekasan et al. (2005) dan Setiowati et al. (2005) melaporkan bahwa penyakit utama cabai merah adalah: rebah kecambah (damping off), bercak

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksplorasi dan eksperimen. Penelitian eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Seleksi aktinomisetes yang memiiiki aktivitas terhadap R. Solani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. V.1 Seleksi aktinomisetes yang memiiiki aktivitas terhadap R. Solani V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1 Seleksi aktinomisetes yang memiiiki aktivitas terhadap R. Solani Aktinomistes koleksi Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FMIPA UNRI yang berasal dari tanah gambut Riau

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika IPB (PKBT-IPB) Pasir Kuda, Desa Ciomas, Bogor, dan Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. militer antara lain untuk komponen pembuat peluru dan rudal, tenaga nuklir untuk

I. PENDAHULUAN. militer antara lain untuk komponen pembuat peluru dan rudal, tenaga nuklir untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Uranium merupakan logam yang banyak digunakan dalam perlengkapan militer antara lain untuk komponen pembuat peluru dan rudal, tenaga nuklir untuk menjalankan kapal angkatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi

HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kadar Air Ekstraksi dan Rendemen Hasil Ekstraksi 24 Rancangan ini digunakan pada penentuan nilai KHTM. Data yang diperoleh dianalisis dengan Analysis of Variance (ANOVA) pada tingkat kepercayaan 95% dan taraf α 0.05, dan menggunakan uji Tukey sebagai

Lebih terperinci

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia

ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia ISOLASI DAN KARAKTERISASI BAKTERI AEROB PENDEGRADASI SELULOSA DARI SERASAH DAUN Avicennia Angga Premana 1505 100 041 Pembimbing: N.D. Kuswytasari, S.Si., M.Si Kristanti Indah Purwani, S.Si., M.Si Latar

Lebih terperinci

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di

III. METODE PERCOBAAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di 18 III. METODE PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2014 di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT

BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT BIOKIMIA Kuliah 1 KARBOHIDRAT 1 Karbohidrat Karbohidrat adalah biomolekul yang paling banyak terdapat di alam. Setiap tahunnya diperkirakan kira-kira 100 milyar ton CO2 dan H2O diubah kedalam molekul selulosa

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH :

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR. Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI DASAR Pengecatan Gram dan Pengujian KOH Pada Bakteri OLEH : NAMA : NUR MUH. ABDILLAH S. NIM : Q1A1 15 213 KELAS : TPG C JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian

Pseudomonas fluorescence Bacillus cereus Klebsiella cloacae (Enterobacter cloacae) MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian 6 mudah pada medium nutrien sederhana (Pelczar dan Chan 1988). Escherichia coli bersifat motil atau non-motil dengan kisaran suhu pertumbuhannya adalah 10-40 o C, dengan suhu pertumbuhan optimum adalah

Lebih terperinci