HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Yuliana Lie
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HSIL DN PEMBHSN R. pickettii sebagai gen Hayati R. solani Isolat yang digunakan adalah R. pickettii yang memiliki ciri-ciri koloni berwarna kuning dengan bentuk bundar dengan tepian licin dan elevasi seperti tetesan. R. solani memiliki miselia berwarna putih kemudian ketika umur menjadi tua berubah menjadi cokelat dan selanjutnya membentuk sklerotia ketika nutrisi tempat tumbuhnya habis. E. coli S17-1λpir memiliki warna koloni putih dengan bentuk bundar, tepian licin, dan elevasinya cembung (Gambar 4). B C Gambar 4 Koloni R. solani pada media PD penyebab hawar pelepah padi (); koloni R. pickettii (B) dan koloni E. coli S17-1λpir (C) pada media L. Persentase rata-rata penghambatan pertumbuhan R. solani oleh R. pickettii adalah sebesar 39.37%. Pada PD, pertumbuhan R. pickettii baik dan warna koloni menjadi putih pada bagian tepian, tetapi pada bagian tengah terlihat ada semburat berwarna kuning. Hal ini menunjukan bahwa R. pickettii memiliki potensi dalam mengendalikan R. solani pada uji in vitro (Gambar 5). Menurut Rustam (2012), R. pickettii memiliki kemampuan dalam menghambat pertumbuhan R. solani. Selain itu, R. pickettii tidak bersifat fitotoksik, menghasilkan siderofor, enzim kitinase, dan memiliki kemampuan dalam pelarutan fosfat.
2 15 C B Gambar 5 Reaksi antagonisme R. pickettii () terhadap R. solani (B). Reaksi ini ditunjukkan oleh adanya zona penghambatan pertumbuhan R. solani (C). Proses antagonisme R. pickettii menggunakan mekanisme antibiosis. Menurut Rustam (2012), R. pickettii tidak memiliki kemampuan fitotoksis pada tanaman uji sehingga bakteri ini dapat dilakukan untuk seed treatment agar melindungi benih dari serangan patogen dan memperbaiki vigor benih. Selain itu, bakteri R. pickettii memiliki kemampuan dalam menghasilkan siderofor. Siderofor adalah senyawa pengelat besi yang disekresikan oleh suatu mikrooganisme pada kondisi tempat munculnya kekurangan besi. Senyawa ini berperan penting dalam menekan penyakit tanaman melalui mekanisme persaingan zat besi. R. pickettii juga menghasilkan enzim kitinase. Enzim kitinase merupakan suatu enzim yang mampu mendegradasi polimer kitin menjadi kitin oligosakarida atau monomer N-asetilglukosamin. Bakteri yang menghasilkan enzim kitinase berpotensi sebagai agens hayati pada cendawan. Bakteri R. pickettii juga memiliki kemampuan dalam pelarutan fosfat. Fosfat adalah senyawa penting kedua setelah nitrogen dalam proses fotosintesis dan perkembangan akar tanaman (Rustam 2012). Peningkatan Kemampuan ntagonisme R. pickettii Melalui Transposon Mutagenesis Uji Sensitivitas R. pickettii terhadap ntibiotik Kanamisin Uji sensitivitas R. pickettii terhadap kanamisin ini bertujuan untuk mengetahui bakteri yang menjadi penerima (resipien) plamid put Mini-Tn5Km1
3 16 sensitif kanamisin. Selain itu, proses pengujian mutagenesis menggunakan teknik transposon dapat lebih mudah mengenali bakteri hasil transposon transkonjugan yang resisten terhadap kanamisin. Berdasarkan uji sensitivitas antibiotik yang telah dilakukan, terbentuk zona bening pada media. Hal ini menunjukkan bahwa R. pickettii sensitif terhadap kanamisin, sehingga R. pickettii dapat digunakan untuk mutagenesis dengan transposon put Mini-Tn5Km1 (Gambar 6). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Park et al. (2003), R. pickettii dapat digunakan transposon mutagenesis menggunakan E. coli DH5α. Salah satu sifat rentan yang dimiliki oleh R. pickettii adalah rentan terhadap Kanamisin dan Tetrasiklin. Sifat yang sensitif antibiotik kanamisin dan tetrasiklin mempermudah pengamatan dalam mutagenesis dengan metode transposon. Gambar 6 Zona bening penghambatan pertumbuhan R. pickettii (ditunjukkan oleh panah biru) oleh kanamisin 50 µg/ml (ditunjukkan oleh panah merah). Mutagenesis R. pickettii dengan Transposon Transposon mutagenesis put Mini-Tn5Km1 ini menghasilkan transkonjugan R. pickettii yang memiliki variasi bentuk yang berbeda-beda setiap individu koloni yang telah terbentuk. Perubahan bentuk koloni meliputi perubahan koloni, bentuk elevasi, bentuk tepian, warna, dan lain-lain. Koloni yang dipilih dan digunakan adalah semua koloni yang dapat tumbuh pada media L yang ditambahkan kanamisin berkonsenterasi 50 µg/ml. Hasil seleksi bakteri yang dikumpulkan sebanyak 175 koloni transkonjugan berbeda (Gambar 7). Kumpulan koloni transkonjugan tersebut diseleksi kembali menjadi 35 koloni transkonjugan yang berbeda dengan pengujian kemampuan penghambatan pertumbuhan R.
4 solani secara acak. Persentase penghambatan R. solani dari 35 transkonjugan R. pickettii berkisar antara 2.50% hingga 31.88% (Lampiran 1) B Gambar 7 Isolat transkonjugan R. pickettii hasil transposon mutagenesis yang dapat tumbuh pada media L ditambah kanamisin (); seleksi potensi penghambatan transkonjugan R. pickettii (B) meliputi RPM 137 (1), RPM 138 (2), RPM 139 (3), RPM 140 (4), RPM 141 (5), RPM 142 (6), RPM 136 (7), dan RPM 135 (8). B Gambar 8 Reaksi antagonisme R. pickettii tipe liar terhadap R. solani (); Reaksi antagonisme transkonjugan R. pickettii RPM 36 (B) menghambat pertumbuhan R. solani yang ditunjukkan oleh perubahan miselia berubah warna jadi kuning kecokelatan ini menunjukkan matinya miselia. Berdasarkan Gambar 8B tersebut menunjukkan bahwa, contoh transkonjugan RPM 36 (RPM = Ralstonia pickettii mutagenesis) dapat menghambat pertumbuhan miselia R. solani. Penghambatan ini ditunjukkan dengan terjadinya perubahan warna pada miselia yang sebelumnya berwarna putih
5 18 pada posisi dekat dengan koloni RPM 36 kemudian berubah menjadi warna kuning, jingga hingga jingga kecokelatan. Pertumbuhan miselia R. solani terlihat lebih tipis jika dibandingkan dengan sampel uji lain. Perubahan warna ini terjadi diduga karena pengaruh senyawa anticendawan yang dihasilkan oleh RPM 36 bekerja menghambat pertumbuhan R. solani, sehingga pada miselia yang berada di dekat RPM 36 mati. B C D E F G H I J K Gambar 9 Penampakan fenotipe 10 isolat transkonjugan uji yang tumbuh pada media L ditambah kanamisin; R. pickettii (), RPM 36 (B), RPM 37 (C), RPM 38 (D), RPM 41 (E), RPM 114 (F), RPM 119(1) (G), RPM 119(2) (H), RPM 135 (I), RPM 138 (J), RPM 148 (K). Dari sekitar 35 transkonjugan terpilih 10 transkonjugan potensial dalam penghambatan R. solani. Kesepuluh isolat koloni transkonjugan itu meliputi RPM 36, RPM 37, RPM 38, RPM 41, RPM 114, RPM 119(1), RPM 119(2), RPM 135, RPM 138, dan RPM 148. Kesepuluh isolat transkonjugan ini memiliki bentu koloni yang berbeda-beda berdasarkan hasil transposon mutagenesis. Bentuk dan ukuran yang berbeda ini adalah salah satu indikator dalam ekspresi isolat transkonjugan hasil transposon mutagenesis. Ciri-ciri koloni dapat dilihat pada Tabel 1 dan penampakan fenotipe pada Gambar 9.
6 Isolat Tabel 1 Ciri-ciri koloni isolat transkonjugan transposon mutagenesis put Mini- Tn5Km1. Ciri koloni Warna Bentuk Tepian Elevasi R. pickettii Kuning pekat Bundar Licin Seperti tetesan RPM 36 RPM 37 RPM 38 RPM 41 RPM 114 Kuning keputihan bagian tengah, tepian berwarna gradasi putih keputihan transparan, tepian putih bening Bagian tengah putih kekuningan, tepian putih bening keputihan, tepian putih keputihan, tepian putih susu Bundar Kerang Seperti tombol Konsetris Licin Seperti tombol Lonjong Berombak Seperti tombol Bulat lonjong Berlekuk Seperti tombol Konsentris Licin Seperti tombol RPM 119(1) Kuning sedikit bening Elips Berlekuk Seperti tombol RPM 119(2) Kuning sedikit bening Elips Berombak Seperti tombol RPM 135 RPM 138 RPM 148 keputihan, tepian putih cerah keputihan, tepian putih cerah Kuning cerah sedikit bening Tak beraturan, menyebar Berlekuk Seperti tombol Konsentris Berombak Seperti tombol Konsentris Licin Seperti tombol 19 Perbedaan penampakan koloni isolat transkonjugan hasil transposon mutagenesis put Mini-Tn5Km1 terjadi karena transposon menyusup ke genom
7 20 bakteri secara acak. Penyusupan sekuens ini ke bakteri penerima (resipien) bersifat stabil ketika menyusup ke dalam genom bakteri target pada Bakteri Gram negatif (Herrero et al. 1990). Beberapa isolat transkonjugan, koloni mengalami perubahan. Perubahan itu meliputi bagian pembentukan warna koloni, bentuk, tepian, dan elevasi koloni, jika kita bandingkan dengan bentuk koloni R. pickettii tipe liar sangat jauh berbeda. Sekuens Tn5Km1 yang menyusup pada genom transkonjugan ini diduga menonaktifkan (knockdown) sekuen genom pengode gen pembentuk koloni berwarna kuning pekat, bentuknya bundar, tepian licin, dan elevasi seperti tetesan sehingga ekspresi koloni transkonjugan menjadi berbeda. Perubahan warna koloni pada bakteri transkonjugan hasil transposon mutagenesis E. coli S17-1λpir juga pernah terjadi pada penelitian Wahyudi (2006). Wahyudi (2006) menyatakan bahwa, transkonjugan magnetospirillum magneticum MB-1 memiliki warna koloni putih dan memiliki respons magnetik. Hal ini sangat berbeda dengan koloni tipe liarnya yang berwarna hitam cokelat. Kemudian, terdapat juga transkonjugan NM 40 nonmagnetik yang berwarna putih dan memiliki kemampuan sintesis magnetosom yang tidak sempurna. Uji Potensi ntagonisme R. pickettii Transkonjugan terhadap R. solani Uji potensi antagonisme transkonjugan R. pickettii terhadap R. solani menunjukkan bahwa 10 isolat transkonjugan R. pickettii akhir yang terpilih memiliki daya hambat pertumbuhan R. solani yang ditunjukkan oleh persentase penghambatan lebih tinggi dari perlakuan pada kontrol (R. pickettii tipe liar). Hal ini menunjukkan bahwa 10 isolat transkonjugan R. pickettii terpilih memiliki potensi dalam penghambatan R. solani yang kemampuannya lebih tinggi dari R. pickettii tipe liar (Gambar 10). Sebanyak 10 transkonjugan R. pickettii memiliki persentase penghambatan pertumbuhan R. solani berkisar antara 7.51% hingga 62.32% lebih besar persentase penghambatannya jika dibandingkan dengan kontrol (R. pickettii tipe liar) (Gambar 11). Persentase penghambatan terbesar pada pengamatan pertumbuhan R. solani pada 24 jam adalah RPM 148 sebesar 36.55%, sedangkan persentase penghambatan terkecil adalah pada RPM 38 sebesar 7.51%. Pada
8 21 pengamatan setelah pertumbuhan 48 jam, terjadi peningkatan signifikan nilai persentase penghambatan dari 9 isolat transkonjugan (kecuali pada RPM 138) jika dibandingkan pada pengamatan pertumbuhan R. solani setelah 24 jam. Peningkatan nilai persentase penghambatan secara drastis sebesar 54.81% terjadi pada RPM 38 dari sebelumnya sebesar 7.51% menjadi 62.32%. % Penghambatan Series1 24 jam Series2 48 jam 0 Transkonjugan Uji Gambar 10 Persentase penghambatan pertumbuhan R. solani oleh 10 isolat transkonjugan potensial dan R. pickettii tipe liar. B C Gambar 11 Kemampuan menghambat pertumbuhan R. solani oleh R. pickettii (); RPM 38 (B); dan RPM 148 (C). Konfirmasi Penyisipan Tn5Km1 pada Genom R. pickettii Transkonjugan dengan Teknik PCR Berdasarkan hasil elektroforesis DN pada gel menunjukkan pita DN-nya ada dan semua DN berukuran lebih dari 12 kb. PCR sekuens Tn5Km1 belum dapat menginterpretasikan bahwa semua genom transkonjugan itu telah benar
9 22 tersisipi oleh Tn5Km1. Hal ini terjadi karena dari kontrol yang merupakan R. pickettii tipe liar memiliki kesamaan posisi pita pada gel agarose dengan 9 isolat trankonjungan uji. Berbeda halnya dengan RPM 148, pada penampakan pita elektroforesis sangat berbeda jika dibandingkan dengan pita isolat yang lain yaitu hanya satu fragmen saja yang muncul. Selain itu, fragmen DN yang diharapkan ternyata muncul berukuran kurang dari 1.8 kb (Tn5Km1 berukuran 1.8 kb). M M kb 12 kb 1kb 0.65 kb 0.5 kb B Gambar 12 Pita isolasi DN () dan hasil PCR (B) pada Gel agarose elektroforesis dari 11 isolat uji hasil ekstraksi DN; R. pickettii (1), RPM 36 (2), RPM 37 (3), RPM 38 (4), RPM 41 (5), RPM 114 (6), RPM 119(1) (7), RPM 119(2) (8), RPM 135 (9), RPM 138 (10), RPM 148 (11). Menurut Qimron et al. (2003), metode identifikasi sekuen transposon dapat menggunakan teknik PCR lain. Beragam jenis modifikasi dari PCR yang dikembangkan untuk mengamplifikasi sekuens DN yang tidak diketahui dan untuk mengetahui sekuens tersebut dapat dideskripsikan, seperti sekuens Tn5 ini. Metode yang dapat digunakan yaitu inverse PCR. Pernyataan ini juga didukung oleh Wahyudi (2007), beliau menyatakan bahwa inverse PCR ini dapat digunakan untuk proses amplifikasi sekuens DN yang mengapit penyisipan transposon Tn5 pada genom yang telah diujinya, yaitu Magnetospirillum magneticum. Inverse PCR ini didukung oleh proses analisis southern hybridization. Ukuran sekuens Tn5Km1 berdasarkan pengujiannya adalah 1.8 kb. Oleh sebab itu, metode ini adalah salah satu metode yang alternatif untuk mengidentifikasi adanya penyisipan Tn5Km1.
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor Asal Cipanas dan Lembang Daerah perakaran tanaman tomat sehat diduga lebih banyak dikolonisasi oleh bakteri yang bermanfaat
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Penelitian
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai Juli 2011 di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian dan Laboratorium
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN
14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
29 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik isolat bakteri dari ikan tuna dan cakalang 4.1.1 Morfologi isolat bakteri Secara alamiah, mikroba terdapat dalam bentuk campuran dari berbagai jenis. Untuk
Lebih terperinciBAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik
Tahap I BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik Hasil pengukuran sampel tanah yang digunakan pada percobaan 1 meliputi ph tanah, kadar
Lebih terperinciHASIL. Tabel 1 Pertumbuhan galur B. japonicum dan E. coli pada media agar yang mengandung antibiotik
HASIL Penentuan Resistensi terhadap Antibiotik Ketiga galur B. japonicum BJ11, BJ38, dan KDR15 menunjukkan kemampuannya tumbuh pada media YMA CR 0.0025% yang mengandung antibiotik ampisilin, rifampisin
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiakan P. fluorescens pada Beberapa Formulasi Limbah Organik Populasi P. fluorescens pada beberapa limbah organik menunjukkan adanya peningkatan populasi. Pengaruh komposisi limbah
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Penyakit Karat Daun Krisan
TINJAUAN PUSTAKA Penyakit Karat Daun Krisan Penyakit karat pada krisan disebabkan oleh dua macam cendawan yaitu Puccinia chrysanthemi Roze (karat hitam) dan P. horiana Henn (karat putih). Di daerah tropis
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
14 HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Penyakit oleh B. theobromae Penyakit yang disebabkan oleh B. theobromae pada lima tanaman inang menunjukkan gejala yang beragam dan bagian yang terinfeksi berbeda-beda (Gambar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Skrining Pseudomonas sp. AZM-1 mikroba pelarut fosfat Mikroba yang membawa gen pelarut fosfat adalah Pseudomonas sp. AZM-1. Peremajaan kembali mikroba hasil isolasi dilakukan dengan
Lebih terperinciTUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA
TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang memiliki biodiversitas sangat besar, Indonesia menyediakan banyak sumberdaya alam hayati yang tak ternilai harganya, dari bakteri hingga
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Karakterisasi Bakteri Penyebab Busuk Lunak Uji Gram
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi dan Inokulasi Penyebab Busuk Lunak Isolasi daun anggrek yang bergejala busuk lunak dihasilkan 9 isolat bakteri. Hasil uji Gram menunjukkan 4 isolat termasuk bakteri Gram positif
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118
45 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL Isolasi DNA genom tanaman padi T0 telah dilakukan pada 118 sampel. Berdasarkan hasil digesti DNA dengan enzim EcoRI, diperoleh sebanyak 74 sampel tanaman dari 118
Lebih terperinciEKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)
EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa) A. Pendahuluan Pseudomonad fluorescens merupakan anggota kelompok Pseudomonas yang terdiri atas Pseudomonas aeruginosa,
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Bakteri Bintil Akar
TINJAUAN PUSTAKA Bakteri Bintil Akar Salah satu interaksi bakteri dengan tanaman yang paling penting dan menarik adalah antara tanaman legum dan bakteri dari genus Rhizobium, Bradyrhizobium, Shinorhizobium,
Lebih terperinciFUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN PROMOTOR sigb DARI Bacillus subtilis 168 DAN EKSPRESINYA PADA Escherichia coli ADE SAPUTRA
FUSI GEN KITINASE Aeromonas caviae WS7b DENGAN PROMOTOR sigb DARI Bacillus subtilis 168 DAN EKSPRESINYA PADA Escherichia coli ADE SAPUTRA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Sejumlah 205 sampel susu kuartir yang diambil dari 54 ekor sapi di 7 kandang peternakan rakyat KUNAK, Bogor, diidentifikasi 143 (69.76%) sampel positif mastitis subklinis (Winata 2011).
Lebih terperinciKloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri
3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari
Lebih terperinci`BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. isolatnya ditunjukkan dalam table 4.1 di bawah ini;
4.1 Hasil Isolasi Bakteri Endofit `BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 6 isolat dari tanaman umbi kentang, hasil isolasi serta bentuk morfologi koloni bakteri
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Isolasi Bakteri Rizosfer dari Tanaman Jagung (Zea mays)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi Bakteri Rizosfer dari Tanaman Jagung (Zea mays) Matrik tanah merupakan tempat perkembangan akar tanaman, produksi eksudat akar tumbuhan yang umumnya banyak mengandung
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiakan Streptomyces katrae pada Formulasi Media Beras, Jagung dan Limbah Baglog Jamur S. katrae merupakan aktinomiset dari golongan Streptomyces yang pertama diisolasi dari tanah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
10 HASIL DAN PEMBAHASAN Survei Buah Sakit Survei dilakukan di kebun percobaan Leuwikopo, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, di lahan ini terdapat 69 tanaman pepaya. Kondisi lahan tidak terawat
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
17 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi plasmid biner pmsh1-lisozim Konstruksi plasmid biner dilakukan dengan meligasi gen lisozim ayam dan pmsh1. Plasmid hasil ligasi berukuran 13.449 pb (Gambar 5A kolom
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor
BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Bakteri Endofit Asal Bogor, Cipanas, dan Lembang Bakteri endofit yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tiga tempat yang berbeda dalam satu propinsi Jawa Barat. Bogor,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK)
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. AKTIVITAS KUALITATIF ENZIM KITINOLITIK (INDEKS KITINOLITIK) Peremajaan dan purifikasi terhadap kedelapan kultur koleksi isolat bakteri dilakukan terlebih dahulu sebelum pengujian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan. pengembangannya di Indonesia (Suwarno, 2008).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Kentang merupakan bahan pangan dari umbi tanaman perennial Solanum tuberosum dari family Solanaceae. Kentang juga termasuk salah satu pangan utama dunia setelah padi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max L.) merupakan salah satu komoditas strategis di Indonesia. Kedelai menjadi tanaman terpenting ketiga setelah padi dan jagung (Danapriatna, 2007).
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Mobilitas Unsur Fosfat. Tanah asam adalah pembatas bagi pertumbuhan tanaman karena
TINJAUAN PUSTAKA Mobilitas Unsur Fosfat Tanah asam adalah pembatas bagi pertumbuhan tanaman karena menyebabkan ion Fe, Al, Mn, dan Ca akan mengikat kuat ion fosfat (P). ph tanah berpengaruh terhadap bentuk
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di laboratorium dan rumah kaca Hama dan Penyakit dan rumah kaca Balai penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (BALITTRO), Bogor; pada bulan Oktober
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kitin dan Bakteri Kitinolitik Kitin adalah polimer kedua terbanyak di alam setelah selulosa. Kitin merupakan komponen penyusun tubuh serangga, udang, kepiting, cumi-cumi, dan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan lahan pertanian Kampung Bongkor, Desa Situgede, Karang Pawitan-Wanaraja,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Isolasi Promoter -Aktin Ikan Mas Promoter -Aktin dari ikan mas diisolasi dengan menggunakan metode PCR dengan primer yang dibuat berdasarkan data yang ada di Bank Gen. Panjang
Lebih terperinciHASIL. Aktivitas Antimikrob Ekstrak Kasar Senyawa Antimikrob
HASIL Aktivitas Antimikrob Ekstrak asar Senyawa Antimikrob Ekstrak kasar yang didapatkan dari isolat HAL13 memiliki aktivitas antimikrob terbaik (Tabel 1). Aktivitas antimikrob spektrum luas ditunjukkan
Lebih terperinciKLONING FRAGMEN DNA GENOM YANG TERLIBAT DALAM TOLERANSI ASAM-ALUMINIUM PADA BRADYRHIZOBIUM JAPONICUM
PKMI-1-04-1 KLONING FRAGMEN DNA GENOM YANG TERLIBAT DALAM TOLERANSI ASAM-ALUMINIUM PADA BRADYRHIZOBIUM JAPONICUM Rika Indri Astuti, Dewi Monasari, Sarah Asih Faulina Departemen Biologi, Fakultas MIPA,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Cendawan Rhizosfer Hasil eksplorasi cendawan yang dilakukan pada tanah rhizosfer yang berasal dari areal tanaman karet di PT Perkebunan Nusantara VIII, Jalupang, Subang,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO
KARAKTERISTIK PENYEBAB PENYAKIT LAYU BAKTERI PADA TANAMAN TEMBAKAU DI PROBOLINGGO Pendahuluan Tembakau merupakan salah satu komoditas perkebunan yang strategis dan memiliki nilai ekonomi cukup tinggi.
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Populasi Bakteri Penambat N 2 Populasi Azotobacter pada perakaran tebu transgenik IPB 1 menunjukkan jumlah populasi tertinggi pada perakaran IPB1-51 sebesar 87,8 x 10 4 CFU/gram
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengalami peningkatan. Salah satu faktor yang menyebabkan penurunan produksi
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Produksi kedelai di Indonesia dari tahun 2009 sampai 2013 secara terus menerus mengalami penurunan, walaupun permintaan
Lebih terperinciKLONING FRAGMEN DNA GENOM YANG TERLIBAT DALAM TOLERANSI ASAM-ALUMINIUM PADA Bradyrhizobium japonicum MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON.
KLONING FRAGMEN DNA GENOM YANG TERLIBAT DALAM TOLERANSI ASAM-ALUMINIUM PADA Bradyrhizobium japonicum MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON Oleh: Rika Indri Astuti G34101047 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS
Lebih terperinciII. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik
II. BAHAN DAN METODE 2.1 Seleksi Bakteri Probiotik 2.1.1 Karakterisasi morfologi dan fisiologis kandidat probiotik Sebanyak 16 jenis bakteri hasil isolasi Ardiani (2011) ditumbuhkan pada media agar Sea
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Bakteri Selulolitik dari Tanah Mangrove Bakteri selulolitik diisolasi dari tanah rhizosfer yang merupakan lapisan tanah tempat perakaran tanaman yang sangat kaya
Lebih terperinciTabel 1 Persentase penghambatan koloni dan filtrat isolat Streptomyces terhadap pertumbuhan S. rolfsii Isolat Streptomyces spp.
4 Tinggi tanaman kumulatif dikonversi menjadi LADKT (luasan area di bawah kurva perkembangan tinggi tanaman) menggunakan rumus sama seperti perhitungan LADKP. KB dihitung dengan rumus (Sutopo 2002): Perhitungan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
19 HASIL DAN PEMBAHASAN Vektor Kloning Protein rgh Isolasi Plasmid cdna GH. Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna; El-mGH, Og-mGH dan Cc-mGH berhasil diisolasi dari bakteri konstruksi E. coli DH5α dengan
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kacang Tanah Kacang tanah berasal dari Amerika Selatan, namun saat ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropis. Cina dan India merupakan penghasil
Lebih terperinciPENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH.
0 PENGARUH Trichoderma viride dan Pseudomonas fluorescens TERHADAP PERTUMBUHAN Phytophthora palmivora Butl. PADA BERBAGAI MEDIA TUMBUH (Skripsi) Oleh YANI KURNIAWATI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Lebih terperinciHIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL BATCH II
HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL BATCH II KAJIAN PEMBIAKAN BAKTERI KITINOLITIK Pseudomonas fluorescens dan Bacillus sp PADA LIMBAH ORGANIK DAN FORMULASINYA SEBAGAI PESTISIDA HAYATI
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Isolasi Bakteri Sampel yang digunakan adalah bakteri simbion penghasil pigmen yang diisolasi dari lamun Enhalus acoroides. Sampel lamun diambil dari perairan Teluk Awur,
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan
Lebih terperinciBAB I. PENGANTAR. sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Salah satu
BAB I. PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Produktifitas tanaman sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan baik biotik maupun abiotik. Kedua kondisi ini merupakan faktor penentu utama yang sangat berpengaruh
Lebih terperinciaeruginosa ATCC secara in vitro Pembuatan filtrat Streptomyces sp... 25
DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN... i KATA PENGANTAR... ii ABSTRAK... iv ABSTRACT... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xii I. PENDAHULUAN...
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Acar Kubis Putih (Brassica oleracea)
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Acar Kubis Putih (Brassica oleracea) Bahan utama yang digunakan sebagai substrat untuk proses fermentasi acar ini adalah kubis putih yang berasal dari daerah Getasan, Kopeng (Gambar
Lebih terperinciBAB 6 KOLONISASI RIZOSFER
81 BAB 6 KOLONISASI RIZOSFER Pendahuluan Kolonisasi rhizoplane atau jaringan akar oleh mikrob dikenal sebagai kolonisasi akar, sedangkan kolonisasi mikrob di tanah sekitar perakaran yang masih terpengaruh
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Metode Penelitian
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
24 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi dan Purifikasi Bakteri Isolasi merupakan proses pemindahan organisme dari habitat asli ke dalam suatu habitat baru untuk dapat dikembangbiakkan. Purifikasi merupakan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan α-amilase adalah enzim menghidrolisis ikatan α-1,4-glikosidik pada pati. α-amilase disekresikan oleh mikroorganisme, tanaman, dan organisme tingkat tinggi. α-amilase memiliki peranan
Lebih terperinciANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI
1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp
HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Di Laboratorium 4.1.1. Karakterisasi Sifat Morfologi Bakteri Pseudomonas Berfluorescens Asal Perakaran Kelapa Sawit Pada Lahan Gambut di Medium NA Hasil pengamatan karakterisasi
Lebih terperinciLampiran 1 Lokasi pengambilan sampel tanah di Pulau Gili Meno, Lombok Utara
LAMPIRAN 10 Lampiran 1 Lokasi pengambilan sampel tanah di Pulau Gili Meno, Lombok Utara C E A D B Lokasi Titik Sampling Titik sampling A : Zoraya Pavillion Titik sampling B : Bagen Ville Titik sampling
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kuaiitas dan Kesehatan Benih Cabai Benih adalah ovule atau bakal biji yang masak yang mengandung suatu tanaman mini atau embrio yang biasanya terbentuk dari bersatunya sel-sel
Lebih terperinciHASIL. Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif
HASIL Karakteristik, Morfologi dan Fisiologi Bakteri Nitrat Amonifikasi Disimilatif Hasil konfirmasi kemurnian dari keempat isolat dengan metoda cawan gores, morfologi koloninya berbentuk bulat, elevasi
Lebih terperinciISOLASI GEN YANG TERLIBAT DALAM PELARUTAN FOSFAT DARI Pseudomonas sp.azm-1 MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON ALI ZUM MASHAR
ISOLASI GEN YANG TERLIBAT DALAM PELARUTAN FOSFAT DARI Pseudomonas sp.azm-1 MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON ALI ZUM MASHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 SURAT PERNYATAAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, biodegradasi logam berat dilakukan dengan beberapa uji, yaitu uji resistensi logam berat, uji TPC (Total Plate Count), dan uji AAS (Atomic Absorption Spectrofotometer).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fosfat merupakan salah satu unsur makro esensial bagi kehidupan tumbuhan dan biota tanah (Raharjo dkk., 2007). Kesuburan tanah, ketersediaan unsur hara esensial seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan Indonesia negara dengan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Kuantitas dan Kualitas DNA
HASIL DAN PEMBAHASAN Gen sitokrom b digunakan sebagai pembawa kode genetik seperti halnya gen yang terdapat dalam nukleus. Primer tikus yang dikembangkan dari gen sitokrom b, terbukti dapat mengamplifikasi
Lebih terperinciampiran 1 Denah lokasi percobaan
ampiran 1 Denah lokasi percobaan B T IBa3 IIAc3 IIBa3 IAd3 IAa3 IBd3 IBc3 IIBb3 IIAb3 IAb3 IIAa3 IIAd3 IBb3 IIBc2 IBa2 IIAb2 IIAd2 IBb2 IIBd2 IAb2 IAc3IIBd IAc2 IIBc3 IIBc3 IIBb2 IIBa2 IAd2 IIAc2 IAa2
Lebih terperinciKATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis
KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah
Lebih terperinciDAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...
DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. industri masakan dan industri obat-obatan atau jamu. Pada tahun 2004, produktivitas
2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu komoditas unggulan hortikultura Indonesia, selain digunakan untuk keperluan rumah tangga, saat ini cabai juga
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kondisi Umum Tanaman Phalaenopsis pada setiap botol tidak digunakan seluruhnya, hanya 3-7 tanaman (disesuaikan dengan keadaan tanaman). Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Sebagian besar produk perkebunan utama diekspor ke negara-negara lain. Ekspor. teh dan kakao (Kementerian Pertanian, 2015).
12 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub-sektor perkebunan merupakan penyumbang ekspor terbesar di sektor pertanian dengan nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impornya. Sebagian besar produk
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian
BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian
Lebih terperinciKEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antraknosa merupakan salah satu penyakit tanaman yang dapat menurunkan produksi tanaman bahkan dapat mengakibatkan gagal panen. Penyakit ini menyerang hampir semua tanaman.
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel
Lebih terperinciYulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2)
PENGEMBANGAN Streptomyces SEBAGAI AGEN PENGENDALI MIKROB PATOGEN TULAR TANAH Yulin Lestari 1) Rasti Saraswati 2) Chaerani 2) 1) Institut Pertanian Bogor 2) Badan Litbang Pertanian LATAR BELAKANG Implementasi
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengamatan Pengaruh Aplikasi Getah Pepaya Betina Secara in-vitro Aplikasi getah pepaya betina pada media tumbuh PDA dengan berbagai konsentrasi mempengaruhi secara signifikan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Bentuk Sel dan Pewarnaan Gram Nama. Pewarnaan Nama
BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Pada pengujian awal, terhadap 29 bakteri dilakukan pewarnaan Gram dan pengamatan bentuk sel bakteri. Tujuan dilakukan pengujian awal adalah untuk memperkecil kemungkinan
Lebih terperinciIdentifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella ( )
Identifikasi Gen Abnormal Oleh : Nella (10.2011.185) Identifikasi gen abnormal Pemeriksaan kromosom DNA rekombinan PCR Kromosom waldeyer Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid Kromomer : penebalan
Lebih terperinciXanthomonas oryzae pv. oryzae BAKTERI PENYEBAB HAWAR DAUN PADA PADI: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN TELAAH MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON
MAKARA, SAINS, VOL. 15, NO. 1, APRIL 2011: 89-96 Xanthomonas oryzae pv. oryzae BAKTERI PENYEBAB HAWAR DAUN PADA PADI: ISOLASI, KARAKTERISASI, DAN TELAAH MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON Aris Tri Wahyudi 1*),
Lebih terperinciURAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan
URAIAN MATERI 1. Pengertian dan prinsip kloning DNA Dalam genom sel eukariotik, gen hanya menempati sebagian kecil DNA kromosom, selain itu merupakan sekuen non kode (sekuen yang tidak mengalami sintesis
Lebih terperinciKAJIAN PUSTAKA. Sistematika dari jamur Trichoderma sp. (Rejeki, 2007)
KAJIAN PUSTAKA Jamur Trichoderma sp. Jamur Trichoderma sp. Mempunyai morfolog/' sebagai berikut kadidiofora, hylin (bening), tegak lurus, bercabang, bersepta, phialida tunggal atau kelompok, konidia hylin,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%.
reaction mix pada tabung mikro, kemudian program PCR dilanjutkan kembali dengan program PCR biasa: 94 o C selama 30 detik, 55 o C selama 1 menit, dan 72 o C selama 2 menit. Hasil konfirmasi dicek dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jeruk merupakan salah satu tanaman buah yang penting dan dibudidayakan secara luas di Indonesia. Hal ini terlihat dari total produksi jeruk di Indonesia menduduki peringkat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu bagian tanaman pepaya yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional adalah biji buah pepaya (Carica papaya L.). Secara tradisional biji pepaya dapat dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:
BAB III METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel, lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh, amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan
Lebih terperinciPengujian DNA, Prinsip Umum
Pengujian DNA, Prinsip Umum Pengujian berbasis DNA dalam pengujian mutu benih memang saat ini belum diregulasikan sebagai salah satu standar kelulusan benih dalam proses sertifikasi. Dalam ISTA Rules,
Lebih terperinciKONSTRUKSI MUTAN Pseudomonas sp. CRB 17 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASAM INDOL ASETAT MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON
KONSTRUKSI MUTAN Pseudomonas sp. CRB 17 UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI ASAM INDOL ASETAT MELALUI MUTAGENESIS DENGAN TRANSPOSON Mutiha Panjaitan G34103046 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity)
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati di Indonesia sangat tinggi (megabiodiversity) dan merupakan sumber kekayaan alam yang luar biasa. Salah satunya yaitu tumbuhan obat, namun potensinya
Lebih terperinci3. HASIL PENELITIAN Fermentasi Asinan Rebung
3. HASIL PENELITIAN 3.1. Fermentasi Asinan Rebung Rebung yang digunakan untuk asinan rebung ialah rebung jenis rebung kuning bambu betung (Dendrocalamus asper) dengan kualitas yang baik (Gambar 5a). Fermentasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni yang dilakukan dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni yang dilakukan dengan metode deskriptif, yaitu suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi, gambaran
Lebih terperinci