SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN"

Transkripsi

1 SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Pada abad modern (abad 20), para filsuf banyak mencurahkan perhatian kepada beragam tema dan pokok pembicaraan. Ada yang boleh disebut masalah-masalah pribadi yang sudah dibentangkan sejak permulaan filsafat di Yunani, seperti masalah-masalah yang menyangkut dunia, manusia dan Allah. Ada juga masalah-masalah yang lebih erat perkaitannya dengan iini filsafat lebih banyak memperhatikan persoalan-persoalan sosial dan politik. Khususnya kejadian-kejadian sekitar fasisme dan nasional-sosialisme di Eropa dengan segala akibatnya, membangkitkan banyak refleksi filosofis tentang akar-akar totalitarisme dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk menciptakan suatu susunan negara demokratis yang optimal. Minat akan masalah-masalah sosial politik itu mengakibatkan juga kontak yang lebih intensif dengan kalangan nonfilosofis, khususnya ilmu-ilmu sosial. Menurut Kees Bertens (1981), dari beragam tema yang ada, satu tema yang menguasai refleksi filosofis dalam abad modern adalah pemikiran tentang bahasa. Dalam banyak aliran dan mazhab yang berbeda-beda bahasa termasuk fokus penelitian filosofis. Materi ini sangat penting untuk kita pelajari secara detail, agar kita mengerti dan sanggup memanfaatkan unsur-unsur positif dan menolak apa yang tidak bermanfaat. Definisi/karakteristik pemikiran pada Masa Modern di Inggris 1) Filsafat Inggris Modern Pada Umumnya Pada awal abad ke-20 aliran filosofis yang dominan di Inggris adalah idealisme. Kadangkadang disebut neohegellianisme Inggris karena filsafat Hegel jelas sekali merupakan sumber inspirasi yang utama bagi para penganut idealisme Inggris. Tetapi itu tidak berarti bahwa filsuf-filsuf bersangkutan hanya dipengaruhi oleh Hegel saja, sebab filsafat Kant misalnya sering kali digunakan juga dan dari filsuf-filsuf Yunani mereka nenaruh perhatian khusus akan Plato. Sebetulnya idealisme merupakan suatu aliran yang pada pandangan pertama tidak begitu cocok dengan tradisi dan kecondongan pemikiran Inggris. Dalam sejarah filsafat Inggris sudah sejak Abad Pertengahan dapat dilihat suatu kecenderungan akan hal-hal empiris dan semacam rasa segan terhadap metafisika. Karena itu sangat mengherankan jika idealisme dapat mengalami sukses begitu besar di Inggris, karena aliran ini adalah corak pemikiran yang jelas bersifat spekulatif dan metafisis. Namun demikian, ada sejarawan-sejarawan yang berpendapat bahwa dalam sejarah pemikiran Inggris terdapat beberapa unsur yang seakan-akan mempersiapkan idealisme itu. Idealisme Inggris ini dapat dimengerti sebagai reaksi atas materialisme dan positivisme yang merajalela di Eropa pada waktu itu dan khususnya atas filsafat John Stuart Mill yang menguasai generasi filsuf-filsuf Inggris sebelum timbulnya idealisme. 2) Tokoh/filosof yang hidup pada masa modern di Inggris dan pemikirannya a) George Moore dan Betrand Russel George Erward Moore ( ) lahir di Upper Norwood, dekat London. Ia belajar di Trinity Colledge di Cambridge, mula-mula filologi klasik, kemudian karena terpengaruh Russel, sahabatnya, ia pun belajar filsafat. Moore mengarang buku tentang etika : Principia ethica (1903) dan dalam bentuk lebih populer Ethics (1912). Ia tidak menolak etika normatif dan dalam buku-bukunya ia juga membahas masalah-masalah yang menyangkut etika normatif, tetapi terutama ia menganalisa konsep-konsep dan argumentasi-argumentasi yang dipakai dalam etika. Sebagian besar uraian-uraian filosofis Moore terdiri dari analisa tentang pendapatpendapat tertentu. Dengan analisa dimaksudkan di sini tidak lain daripada menjelaskan suatu pikiran, mengeksplisitasikan semua hal yang tersimpul di dalamnya, merumuskan dengan kata lain, memecahkan suatu persoalan ke dalam detail-detail kecil. Mendengar itu barang kali kita menarik kesimpulan bahwa usaha Moore itu sederhana sekali. Dalam arti yang tertentu hal itu benar juga. Tetapi orang harus mengalami sendiri cara yang terperinci dan orisinil yang ditempuh Moore dalam membahas hal-hal serba biasa, untuk dapat menilai pemkirannnya sebagai suatu usaha filosofis yang segar dan menarik. Buat Moore, yang paling penting ialah mengalimatkan pertanyaan- pertanyaan dengan jelas dan tepat. Banyak persoalan dalam filsafat ternyata tidak lain daripada persoalan semu dan menghilang begitu saja, kalau diselidiki dengan cermat apakah yang sebenarnya mau ditanyakan dengannya. Moore membantah dengan sangat bahwa filsafat terbatas pada analisis saja. Tetapi pada kenyataannya filsafatnya sendiri sebagian terbesar terdiri dari analisa-analisa. Dan ia mempraktekkan metode analisa ini dengan ketelitian yang mengagumkan. Itu menampilkan kesan bahwa filsafat tidak lain daripada penjelasan. Dengan demikian mau tidak mau Moore 1

2 menjadi perintis bagi suatu gerakan baru dalam pemikiran Inggris, yaitu filsafat analitis (philosophical analysis, philosophy of analysis, analytical philosophy, linguistic analysis). Mereka yang termasuk aliran ini tidak begitu mempedulikan kebenaran, melainkan memusatkan perhatian pada makna ucapan-ucapan kita. Buat mereka pertanyaan pokok bukannya is it true?, melainkan what is the meaning?. Sebagai obyek penyelidikannya mereka lebih jelas memilih ucapan-ucapan dalam bahasa sehari-hari (the ordinary language), sedangkan Moore masih memperhatikan pikiran-pikiran dan konsep-konsep. Biarpun Moore tidak menulis banyak, pengaruhnya atas perkembangan filsafat di Inggris banyak sekali. Russell, Betrand Russell ( ) lahir dari keluarga bangsawan. Di Cambridge ia belajar ilmu pasti dan filsafat, antara lain pada A. Whitehead. Russell adalah sahabat Moore. Teori atomisme logis mendapat sambutan hangat dalam filsafat Inggris dan dapat dianggap sebagai mata rantai dalam seluruh perkembangan pemikiran Inggris. Anatomisme logis diuraikan Russell dalam serangkaian ceramah yang kemudian dalam bentuk artikel dimuat dalam majalah Amerika The Monist tahun 1918 dan Akhirnya artikel-artikel tersebut dikumpulkan dalam buku Logic and knowledge. Essays (1956). Tujuan teori ini adalah menelanjangi struktur hakiki bahasa dan dunia. Tujuan ini dicapai melalui jalan analisa. Jadi seperti halnya pada Moore, dalam filsafat Russell pun analisa memainkan peranan penting dan karena itu ia turut mempengaruhi perkembangan filsafat Inggris ke arah filsafat analisa. Tetapi Russell tidak menganalisa pendapatpendapat para filsuf sepertu dibuat Moore, menurut dia filsafat bertugas menganalisa faktafakta. Filsafat harus melukiskan jenis fakta-fakta yang ada, katanya, seperti zoologi betugas brtugas menentukan jenis-jenis binatang! Di sini menjadi jelas bahwa melalui bahasa ia menemukan fakta-fakta jenis mana yang ada. Menurut dia bahasa melukiskan realitas. Tetapi yang dimaksudkannya dengan bahasa bukannya bahasa yang biasa melainkan bahasa sempurna, sama sekali terlepas dari segala kedwiartian dan kekaburan, yaitu bahasa logis yang dirumuskan dalam Principia mathematica. b) Alfred Ayer dan positivisme logis Alfred Jules Ayer (1910) belajar fiologi klasik dan filsafat di Oxford. Sesudah studinya selesai, ia berkunjung pada universitas di Wina dan sekembalinya di Inggris diangkat sebagai dosen di Oxford. Waktu perang dunia ke dua ia masuk tentara Inggris dan ditugaskan terutama pada dinas intelijen militer. Seusai perang ia dingkat sebagai profesor pada universitas London ( ) dan akhirnya diundang menjadi profesor logika di Universitas Oxford. Pada umur 25 tahun, ia menerbitkan language, truth and logic (1936), buku filsafat yang menarik paling banyak perhatian dalam filsafat Inggris abad ke-20. Pendirian yang dikemukakan buku ini dengan cara agak radikal, biasanya disebut positivisme logis atau neopositivisme. Dalam bukunya tersebut ia merumuskan sebagai berikut: Kami mengatakan bahwa suatu kalimat pada kenyataanya bermakna bagi seseorang tertentu, kalau, dan hanya kalau, ia tahu observasi-observasi mana akan membuat dia dengan syarat-syarat tertentu menerima suatu proporsi sebagai benar atau menolaknya sebagai salah. Sebaliknya, kalau apa yang dianggap sebagai proporsi bersifat demmikian rupa sehingga menerima kebenaran atau ketidakbenanarannya dapat dicocokkan dengan pengandaian apapun juga mengenai pengalamannya di kemudian hari, maka bagi orang bersangkutan apa yang disebut proporsi itu tidak lain (kecuali kalau merupakan suatu tautologi) daripada proporsi semu saja. Barangkali kalimat yang mengungkapkan proporsi itu mempunyai makna emosional bagi dia, tetapi pasti tidak ada makna harfiah. Maksudnya, pertama-tama harus diinsafi dengan baik bahwa prinsip vertikal bermaksud menentukan makna suatu ucapan, bukan kebenarannya. Suatu ucapan yang bermakna bisa benar atau salah. Orang yang mengatakan Kota Balikpapan terletak di pulau Jawa atau Palembang adalah ibukota Republik Indonesia mengucapkan suatu kalimat yang tidak benar, tetapi kalimat itu bermakna, sebab ketidakbenarannya dapat ditetapkan. c) Ludwig Wittgenstein Pemikiran filosofis Ludwig Wittgenstein terdapat dalam dua periode. Periode pertama: Tractatus logico-philosophicus. Tractatus adalah sebuah buku karya Ludwig Wittgenstein, tidak panjang, tidak lebih dari 75 halaman saja. Buku ini terdiri dari pernyataan-pernyataan yang agak pendek. Dalam pendahuluan bukunya ini, ia menyingkatkan usahanya dengan berkata: Maksud buku ini dapat disingkatkan dengan kata-kata berikut ini: apa yang memang dapat dikatakan, dapat dikatakan secara jelas. Dan tentang apa yang tidak dapat dikatakan, orang harus berdiam diri. Jadi, buku ini berbicara tentang bahasa, atau lebih tepat lagi jika dikatakan buku ini berbicara tentang logika bahasa. Salah satu unsur yang penting sekali dalam uraiannya adalah apa yang disebut picture theory atau teori gambar, 2

3 yang dapat dianggap sebagai teori tentang makna. Sebagaimana tersirat dalam nama ini, Wittgenstein berpendapat bahwa bahasa menggambarkan realitas dan makna itu tidak lain daripada penggambaran suatu keadaan faktual dalam realitas melalui bahasa. Menurut Ludwig Wittgenstein, filsafat tidak merupakan suatu ajaran, melainkan suatu aktivitas. Tugas filsafat ialah menjelaskan kepada orang apa yang dapat dikatakan dan apa yang tidak dapat dikatakan. Dalam periode kedua, Philosophical investigations adalah satu-satunya buku yang dimaksudkan Wittgenstein untuk diterbitkan dari sekian banyak buku yang ada. Dalam bukunya ini, ia menolak terutama tiga hal yang dulu diandaikan begitu saja dalam teori pertama, yaitu (1) bahwa bahasa dipakai hanya untuk satu tujuan saja, yakni menetapkan states if affairs (keadaan-keadaan faktua), (2) bahwa kalimat-kalimat mendapat maknanya dengan satu cara saja, yakni menggambarkan satu keadaan faktual, dan (3) bahwa setiap jenis bahasa dapat dirumuskan dalam bahasa logika yang sempurna, biarpun pada pandangan pertama barangkali sukar untuk dilihat. Untuk menjelaskan bahwa bahasa dipakai dengan rupa-rupa cara, dalam bukunya yang kedua ini Wittgeinstein mengintrodusir istilah language games (permainan-pemainan bahasa). Dalam pandangan ini, filafat harus menyelidiki permainan-permainan bahasa ynag berbeda-beda, menunjukkan aturan-aturan yang berlaku di dalamnya, menetapkan logikanya dan sebagainya. Filsafat tidak campur tangan dalam pembentukan suatu permainan bahasa. Filsafat hanya melukiskan berfungsinya. Dengan menerangkan cara bahasa dipakai sering kali masalah-masalah filosofis dapat dipecahkan. Wittgenstein sendiri membandingkan tugas filsafat dengan terapi atau pengobatan. Ia juga membandingkan tujuan filsafat dengan menunjukkan kepada lalat jalan keluar dari botol. Atau dengan cara lain lagi ia mengatakan bahwa filsafat tidak berbuat lain daripada mengganti metafisis kata-kata kita dengan pemakaiannya sehari-hari. d) Beberapa filsuf lain dari Cambridge Charles Dunbar Broad ( ): dari tahun 1933 sampai 1953 profesor di Cambridge. Mula-mula ia menganut idealisme, kemudian ia mulai mempraktekkan filsafat dengan cara yang mirip denagn Moore dan Russell. Ia menganalisa konsep-konsep dasariah yang sering dipakai orang dengan cara kurang kritis. Frank Ramsey ( ): ahli ekonomi, matematika dan filsuf. Menurut kesaksian Wittgenstein sendiri, orang muda ini mempengaruhi dia secara mendalam melalui percakapan-percakapan bersama dalam periode kedua Wittgensteins di Cambridge. e) Beberapa filsuf dari Oxford Gilbert Ryle ( ) belajar filologi klasik dan filsafat di Oxford dan pada tahun 1945 menjadi profesor di sana. Pada tahun 1947 ia mengganti Moore sebagai pemimpin majalah Mind dan memegang jabatan ini sampai tahin Karyanya yang terkenal adalah The concept of mind (1949). Tidak jarang dikatakan bahwa The concept of mind merupakan saah satu buku terpenting di bidang filsafat Inggris dalam periode sesudah perang dunia kedua. The concept of mind bermaksud menyelidiki konsep-konsep yang menyangkut hidup psikis, seperti misalnya penerapan (sensation), persepsi, fantasi, pengingatan, pemikiran, penegertian, kehendak, motif dan lain sebagainya. Peter Frederik Strawson (1919- ) adalah filsuf Oxford lain yang patut disebut di sini. Karyanya yang paling banyak menarik perhatian adalah Individuals. An essay in description metaphysic (1959). Selain iu ia mengarang pula: Introduction to logical theory (1952); The bouns of sense (1966); suatu buku tentang ajaran Kant dalam Kritik atas radio murni; Meaning and truth (1970); kuliah umum yang diberikan Strawson ketika ia dilantik sebagai profesor di Oxford pada tahun 1969, mengganti G. Ryle; Logico-linguistic papers (1071); mengumpulkan 12 karangan yang diterbitkannya dalam pelbagai majalah antara tahun 1950 dan f) Karl Popper dan rasionalisme kritis Karl Raimund Popper lahir di Wina pada tahun Orang tuanya berkebangsaan Yahudi, tetapi tidak lama sesudah menikah mereka berdua dibaptis dalam gereja Protestan, seperti dibuat banyak orang Yahudi lain yang ingin berasimilasi dengan masyarakat pribumi Austria. Ayahnya adalah sarjana hukum dan pengacara yang sangat mencintai buku-buku. Popper telah berhasil menyodorkan suatu pemecahan bagi masalah induksi dan dengan itu serentak juga ia mengubah seluruh pandangan tradisional tentang ilmu pengetahuan. Menurut dia suatu ucapan atau teori tidak bersifat ilmiah karena sudah dibuktikan, melinkan karena dapat diuji (testable). Ucapan seperti Semua logam akan memuai kalau dipanaskan dapat dianggap ilmiah, kalau dapat diuji dengan percobaan-percobaan sistematis untuk 3

4 menyangkalnya. Seandainya kita dapat menunjukkan suatu jenis logam yang tidak memuai setelah dipanaskan, maka ucapan itu ternyata tidak benar le; Logodan harus diganti dengan ucapan lain yang lebih tepat. Jadi cukuplah mengemukakan satu kasus (dalam contoh kita: satu jenis logam yang tidak memuai setelah dipanaskan) untuk menyatakan salahnya suatu ucapan ilmiah. Secara singkat itulah yang disebut Popper the thesis of refutability: suatu ucapan atau hipotesa bersifat ilmiah kalau secara prinsipial terdapat kemungkinan untuk menyangkalnya (refutability). Atau dengan perkataan lain, perlu adanya kemungkinan untuk menjalankan kritik. Ilmuwan yang sejati tidak akan menakuti kritik. Sebaliknya, ia sangat mengharapkan kritik, sebab hanya melalui jalan kritik ilmu pengetahuan dapat maju. Definisi/karakteristik pemikiran pada Masa Modern di Jerman a) Filsafat Jerman Modern Pada Umumnya Dalam pertengahan kedua abad ke-19 di Jerman dan di negara-negara lain pula dapat kita saksikan perhatian baru untuk sistem-sistem filosofis yang lama. Di antara aliran-aliran itu yang paling penting di Jerman adalah Neokantisme: perhatian baru untuk filsafat Immanuel Kant ( ). Seperti biasa terjadi, di sini juga tidak gampang untuk menentukan saat mulainya aliran ini, tetapi banyak sejarawan berpendapat bahwa dalam hal ini buku Otto Liebmann Kant und die Eigonen (1865) (Kant dan pengikut-pengikutnya) memainkan peranan penting. b) Tokoh/filosof yang hidup pada masa modern di Jerman dan pemikirannya a) Wilhelm Dilthey dan filsafat kehidupan Willhelm Dithley adalah filsuf yang sangat mengagumi filsafat Kant, namun demikian ia tidak dapat digolongkan dalam neokantisme. Ia lahir di Biebrich am Rhein pada tahun 1833 sebagai anak seorang pendeta protestan. Ia mulai belajar di Heidelberg dan setahun kenudian pindah ke Berlin di mana perhatiannya semakin tertarik oleh sejarah dan filsafat. Ia mengajar di Basel (1866), Kiel (1868) dan Breslau (1871) dan akhirnya menjadi pengganti Profesor R. Lotze pada Universitas Berlin (1882) di mana ia mengajar sampai Nama yang paling cocok bagi pemikiran Dithley sebagai keseluruhan adalah filsafat kehidupan (Philosophie des Lebens). Dengan kehidupan dimaksudkannya bukan saja kehidupan biologis (jadi kehidupan yang sama bagi manusia dan binatang), tetapi seluruh kehidupan manusiawi yang kita alami menurut kompleksitasnya yang amat kaya. Kehidupan itu terdiri dari banyak sekali kehidupan individual dan bersama-sama membentuk kahidupan umat manusia sebagai realitas sosial dan historitas. Semua produk manusiawi termasuk kehidupan itu: dari emosi-emosi, pikiran-pikiran dan tindakan-tindakan sampai dengan lembaga-lembaga sosial agama-agama, kesenian, kasusastraan, ilmu pengetahuan dan filsafat. Tetapi kalau kehidupan dimengerti dengan cara begitu luas, bukankah harus disimpulkan bahwa filsafat selalu sama dengan filsafat kehidupan? Tetapi bagi Dithley filsafat kehidupan" mempunyai arti khusus lagi. Ia berpendapat bahwa kehidupan merupakan satu-satunya obyek bagi filsafat, karena tidak ada sesuatu di bawah atau di seberang kehidupan. b) Edmund Husserl dan fenomenologi Edmund Husserl ( )lahir di kota kecilprosznitz di daerah Moravia, pada waktu itu sebagian wilayah kekaisaran Austria-Hongaria, tetapi sejak akhir perang dunia pertama (1918) sampai 1981 termasuk Cekoslowakia. Ia berasal dari keluarga Yahudi, golongan menengah. Menurut Husserl, prinsip segala prinsip ialah hanya intuisi langsung (dengan tidak menggunakan perantara apa pun juga) dapat dipakai sebagai kriterium terakhir di bidang filsafat. Melihat secara langsung, bukan saja melihat dalam arti pengalaman inderawi, tetapi melihat pada umumnya sebagai kesadaran yang memberikan apa saja secara asali adalah sumber pembenaran yang terakhir bagi semua pernyataan rasional. Hanya apa yang secara langsung diterbitkan kepada kita dalam pengalaman dapat dianggap benar dan dapat dianggap benar sejauh diberikan. Dari situ Husserl menyimpulkan bahwa kesadaran harus menjadi dasar filsafat. Alasannya ialah bahwa hanya kesadaran secara langsung diberikan kepada saya selaku subyek, seperti akan kita lihat lagi. Sudah nyata kiranya bahwa dengan itu Husserl mendekati usaha filosofis yang dilancarkan oleh Descartes dan memang ia sendiri menyadari affinitas itu. Tetapi belainan dengan pemikiran Descartes, maka filsafat Husserl mengalami perkembangan terus-menerus sampai akhir hidupnya. c) Max Scheler 4

5 Max Scheler ( ) pada tahun 1874 dilahirkan di Munchen, ibukota daerah Bayern (Bavaria) di Jerman Selatan, suatu daerah yang mayoritasnya katolik. Ibunya adalah orang yahudi dan ayahnya seorang protestan. Bukunya yang paling penting di bidang etika dan mungkin yang paling penting dari semua buku yang ditulisnya berjudul Formalisme dalam etika dan etika-niali yang bersifat material. Buku ini terdiri dari dua bagian yang masing-masing membicarakan tentang masalah nilai dan masalah persona. Judul buku Scheler sudah membantu untuk mengerti maksudnya. Ia ingin memperlihatkan bahwa moralitas perbuatan-perbuatan manusia berdasar pada berlakunya nilai-nilai obyektif, yang tidak tergantung pada manusia. Dalam gerakan fenomenologi, Scheler merupakan suatu nama yang penting dan cukup lama ia dianggap tokoh nomor dua dalam gerakan sesudah Husserl. Tetapi fenomenologi bagi dia merupakan suatu sikap, bukan suatu prosedur khusus yang diikuti oleh pemikirann (seperti misalnya induksi, deduksi atau teknik berpikir lainnya). Dalam sikap itu kita mengadakan suatu hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi. Hubungan tersebut dinamakannya sebagai pengalaman fenomenologis d) Nikolai Hartmann Nikolai Hartmann lahir di Riga pada tahun Di kota asalnya ia belajar ilmu kedokteran dan filologi klasik, tetapi karena semakin tertarik akan filsafat, ia mengubah haluan dan mulai mempelajari filsafat di kota Marburg, pada waktu itu salah satu pusat aliran neokantisme. Tujuan seluruh usaha filosofis Hartmann ialah menciptakan suatu ontologi baru, suatu ajaran tentan Ada. Ia yakin bahwa Ada merupakan suatu wilayah yang patut dijadikan obyek penelitian kritis dan ilmiah. Dalam usaha ini ia selalu mencari kontak dengan tradisi filsafat yang amat luas itu, baik jaman purba maupun jaman modern. Dari jaman purba tidak ada tokoh yang lebih dekat dengan pemikirannya daipada Aristoteles. Tetapi filsafat Hartmann tidak membatasi diri pada tradisi; ia tidak bermaksud menghidupkan kembali salah satu aliran dari masa lampau. Filsafatnya tidak merupakan suatu neoaristotelisme umpamanya.dengan menimba dari suatu tradisi filosofis yang amat kaya, ia ingin membukajalan-jalan baru bagi ontologi sekarang ini. Dalam pada itu tidak mengasingkan diri terhadap perkembangan pengetahuan orang modern, sebab dalam karyakaryanya diperlihatkannya pengetahuan yang mendalam tentang ilmu pengetahuan modern. e) Martin Heidegger. Dalam pemikiran Heidegger terdapat dua periode. Oleh karenanya beberapa komentator (antara lain Richardson) membedakan Heidegger I dan Heidegger II. Periode pertama meliputi Ada dan Waktu. Antara lain pemikiran Heidegger dalam Ada dan waktu sering salah ditafsirkan sebagai eksistensialisme. Kalau begitu, filsafatnya dimengerti sebagai suatu ajaran tentang manusia dan dalam hal ini manusia dipandang sebagai eksistensi menurut arti istilah ini dipakai sejak Kierkegaard. Dalam periode kedua, tidak jarang dikatakan bahwa dalam filsafat Heidegger terkandunglah suatu Kehre (pembalikan) dan sendiri pun menggunakan kata itu. Seperti sering terjadi pada Heidegger, kata pembalikan juga mempunyai lebih dari satu arti saja. Salah satu arti ialah usaha yang direncanakan dalam karyanya Ada dan waktu, yaitu dalam seksi ketiga bagian pertama di mana tema Ada dan waktu dibalikkan menjadi Waktu dan ada. f) Lingkungan Wina Pada Universitas Wina sudah sejak tahun 1895 diberikan mata kuliah filsafat ilmu pengetahuan induktif mata kuliah ini dipercayakan kepada seorang ahli fisika yang secara khusus memperhatikan metode- metode dan pendasaran ilmunya, Ernst Mach ( ). Dengan demikian Universitas Wina mendapat suatu tradisi empiritis yang menyoroti ilmu pengetahuan. Sejak tahun 1922 Moritz Schlick ( ) memegang mata kuliah tersebut. Schlick adalah seorang filsuf dan ahli fisika yang telah mempersiapkan disertasinya di bawah bimbingan Max Planck. Ia mulai mengumpulkan suatu kelompok sarjana-sarjana brilyan yang memiliki pelbagai keahlian ilmiah. Setiap minggu mereka berkumpul untuk menndiskusikan masalah-masalah filosofis yang menyangkut ilmu pengetahuan. Lingkungan Wina terutama memperhatikan dua masalah: di satu pihak analisa pengetahuan dan di lain pihak pendasaran teoritis matematika dan ilmu pengetahuan alam, lalu juga psikologi dan sosiologi. Menurut pendapat mereka tidak dapat dikatakan bahwa filsafat mempunyai suatu wilayah tersendiri yang terletak di samping wilayah-wilayah lain yang menjadi obyek bagi ilmu pengetahuan. Filsafat tidak menyoroti poblem-problem yang berbeda dari proble-problem ilmu pengetahuan. Tugas filafat ialah menjalankan analisa logis terhadap pengetahuan ilmiah. Maka dari itu tidak dapat diharapkan bahwa filsafat akan memecahkan masalah-masalah, tetapi hanyalah menganalisa masalah-masalah dan dengan 5

6 itu menjelaskannya. Dengan demikian mereka berusaha memperlihatkan bahwa banyak problem yang tradisional dibicarakan dalam filsafat sebetulnya tidak lain daripada problem semu saja: diberi kesan seakan-akan hal itu merupakan problem, padahal penjelasan analitis menyatakan kepalsuannya. Dan ada problem-problem lain yang karena penjelasan yang sama dinyatakan termasuk kompetensi ilmu pengetahuan. KEPUSTAKAAN Bertens, Kees.1981.Filsafat Barat Dalam Abad XX.Jakarta:Gramedia Pustaka Santi Ika Rahayu (Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Ilmu dengan dosen Afid Burhanuddin, M.Pd.) 6

PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA

PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA PRINSIP VERIFIKASI: POKOK PIKIRAN ALFRED JULES AYER DALAM KHASANAH FILSAFAT BAHASA Iman Santoso 1 Abstrak Dalam dunia filsafat bahasa dikenal seorang filsuf kebangsaan Inggris bernama Alfred Jules Ayer

Lebih terperinci

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme:

EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: EKSISTENSIALISME (1) Eksistensialisme: Filsafat eksistensialisme merupakan pemberontakan terhadap beberapa sifat dari filsafat tradisional dan masyarakat modern. Eksistensialisme suatu protes terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI G.E MOORE HINGGA J.L AUSTIN Iman Santoso 1 Abstrak Bahasa sejak dahulu kala telah menjadi perhatian para filsuf, karena mereka menyadari betapa pentingnya peran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah

BAB II KAJIAN TEORI. Lord John Russell. Pada usia empat tahun ibunya meninggal dunia, dan setelah BAB II KAJIAN TEORI A. Biografi Bertrand Russell (1872-1970 M) Bertrand Russell dilahirkan di Cambridge pada abad ke-19 M dia dilahirkan setahun sebelum kematian John Stuart Mill. Ibunya adalah anak Lord

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN METODE FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 04Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 04Fakultas Dr. PSIKOLOGI METODE FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Metode Filsafat Metode Zeno: reduction ad absurdum Metode

Lebih terperinci

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa

Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Peranan Filsafat Bahasa Dalam Pengembangan Ilmu Bahasa Salliyanti Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN Tulisan ini membicarakan peranan

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd

FILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia

Lebih terperinci

BAB VI. FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7)

BAB VI. FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7) BAB VI FILSAFAT ANALITIK (Bahan Pertemuan Ke-7) 1. Bahasa dan Filsafat Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Oleh karena itu, ia sensitif

Lebih terperinci

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara

Sek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Nama Mata Kuliah Modul ke: FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar, MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id Posisi Filsafat dalam ilmu-ilmu 1) Filsafat dapat menyumbang

Lebih terperinci

PEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN DALAM KERANGKA ANALITIKA BAHASA FILSAFAT BARAT ABAD KONTEMPORER

PEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN DALAM KERANGKA ANALITIKA BAHASA FILSAFAT BARAT ABAD KONTEMPORER PEMIKIRAN LUDWIG WITTGENSTEIN DALAM KERANGKA ANALITIKA BAHASA FILSAFAT BARAT ABAD KONTEMPORER Muh. Iffan Gufron (Dosen Institut Agama Islam Bunga Bangsa Cirebon) Abstrak Sebagai salah satu tema terpenting

Lebih terperinci

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu

Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu CATATAN: Suatu Pengantar Untuk Memahami Filsafat Ilmu Makalah ini saya peroleh dari http://bisikanpena.wordpress.com/2010/10/08/suatu-pengantar-untukmemahami-filsafat-ilmu/. Isinya cukup baik untuk memberikan

Lebih terperinci

LOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga

LOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga LOGIKA BAHASA DAN KETERAMPILAN MENULIS* * Oleh Dali S. Naga Dari tahun ke tahun, bulan Oktober telah kita jadikan bulan bahasa. Dan pada setiap bulan bahasa, kita mengadakan temu bicara untuk membahas

Lebih terperinci

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi

Modul ke: Materi Penutup. Fakultas PSIKOLOGI. Cathrin, M.Phil. Program Studi Psikologi Modul ke: 12 Shely Fakultas PSIKOLOGI Materi Penutup Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Rangkuman Perkuliahan Filsafat Manusia Kompetensi Mahasiswa dapat memahami mengenai manusia

Lebih terperinci

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA

PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA PERANAN FILSAFAT BAHASA DALAM PENGEMBANGAN ILMU BAHASA 0 L E H Dra. SALLIYANTI, M.Hum UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2004 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR....i DAFTAR ISI...ii BAB I. PENDAHULUAN...1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id EKSISTENSIALISME Template Modul https://www.youtube.com/watch?v=3fvwtuojuso

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 01 Fakultas Psikologi Kontrak Perkuliahan Pengantar ke Alam Filsafat 1 Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. RAPEM FILSAFAT UMUM Judul Mata Kuliah : Filsafat Umum

Lebih terperinci

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi.

Nama Mata Kuliah. Modul ke: Filsafat Manusia. Fakultas Fakultas Psikologi. Masyhar MA. Program Studi Program Studi. Nama Mata Kuliah Modul ke: Filsafat Manusia Fakultas Fakultas Psikologi Masyhar MA Program Studi Program Studi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Template Modul Membantu para mahasiswa agar semakin memiliki

Lebih terperinci

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika

Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Filsafat Umum. Pengantar ke Alam Filsafat 2. Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Filsafat Umum Modul ke: 02 Pengantar ke Alam Filsafat 2 Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Arie Suciyana S., S.Si., M.Si. Obyek Kajian Filsafat Obyek Materi: segala sesuatu yang ada atau yang mungkin

Lebih terperinci

PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH

PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH PRINSIP METODOLOGI PENELITIAN ILMIAH Mengingatkan saya sewaktu pertama kali mendapat tugas untuk mengerjakan proposal pada mata kuliah Metodologi Penelitian. Karena banyak hal (misal bolos kuliah), akhirnya

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

DISKURSUS, Volume 15, Nomor 1, April 2016:

DISKURSUS, Volume 15, Nomor 1, April 2016: DISKURSUS, Volume 15, Nomor 1, April 2016: 91-102 91 Paul Livingston and Andrew Cutrofello The Problems of Contemporary Philosophy: A Critical Guide for the Unaffiliated Cambridge (UK) and Malden (USA:

Lebih terperinci

ANALITIK (1) Analitik:

ANALITIK (1) Analitik: ANALITIK (1) Analitik: Bahasa dalah alat yang paling penting dari seorang filosof serta perantara untuk menemukan ekspresi. Perhatian ini telah menyebabkan perkembangan semantik atau penyelidikan tentang

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika

Filsafat Ilmu dan Logika Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan

Lebih terperinci

BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu

BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ. akademik di Universitas Vienna, Austria dengan mengambil bidang ilmuilmu 37 BAB II TEORI FENOMENOLOGI ALFRED SCHUTZ A. Teori Fenomenologi Alfred Schutz lahir di Wina pada tahun 1899 dan meninggal di New York pada tahun 1959. Ia menyukai musik, pernah bekerja di bank mulai berkenalan

Lebih terperinci

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)

Akal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090) Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat

Lebih terperinci

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis

makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis makalah filsafat BAB II PEMBAHASAN Pengertian Filsafat; Berpikir Secara Rasional, Logis Kritis dan Analistis Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah kebintang-bintang.

Lebih terperinci

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA

Bab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari

Lebih terperinci

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR

EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR EPISTEMOLOGI MODERN DALAM TRADISI BARAT DAN TIMUR Dr. Sri Trisnaningsih, SE, M.Si Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi UPN Veteran Jawa Timur Pengantar Epistemologi merupakan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI

FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 11Fakultas PSIKOLOGI FILSAFAT UNTUK PSIKOLOGI Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebebasan adalah salah satu tema yang sering muncul dalam sejarah filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing tentang kebebasan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan

BAB I PENDAHULUAN. kegelapan muncul temuan lampu sebagai penerang. Di saat manusia kepanasan BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Teknologi merupakan bagian dari kehidupan manusia yang memiliki tempat dan peranan yang sangat penting. Teknologi bahkan membantu memecahkan persoalan manusia.

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU

MAKALAH FILSAFAT ILMU MAKALAH FILSAFAT ILMU mengapresiasi jurnal symposium analytical philosophy and philosophy or science OLEH : 1. SUSILO PUJO NUGROHO 071211133069 2. OKTA EVI WIJAYANTI 071211131103 3. ADEALIYA AMELIYA PUTRI

Lebih terperinci

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI

FILSAFAT DAN LOGIKA. Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI FILSAFAT DAN LOGIKA Topik 13 SARANA BERPIKIR DEDUKSI DAN INDUSKI MATEMATIKA SEBAGAI BAHASA Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna. Lambang matematika bersifat artifisial yang baru

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI RUSSEL HINGGA AUSTIN

PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI RUSSEL HINGGA AUSTIN PERKEMBANGAN FILSAFAT ANALITIKA BAHASA: DARI RUSSEL HINGGA AUSTIN Oleh: Iman Santoso Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah: Filsafat Bahasa Lanjut Program Studi Linguistik (S3) Sekolah Pasca

Lebih terperinci

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan

Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan Para Filsuf [sebahagian kecil contoh] Oleh Benny Ridwan 1 Socrates adalah filsuf Yunani. Ia sangat berpengaruh dan mengubah jalan pikiran filosofis barat melalui muridnya yang paling terkenal, Plato. Socrates

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd

FILSAFAT ILMU. Irnin Agustina D.A.,M.Pd FILSAFAT ILMU Irnin Agustina D.A.,M.Pd am_nien@yahoo.co.id Definisi Filsafat Ilmu Lewis White Beck Philosophy of science questions and evaluates the methods of scientific thinking and tries to determine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan,

BAB I PENDAHULUAN. dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap rangkaian kehidupan manusia pastilah tidak akan lepas dari proses berpikir. Berpikir merupakan suatu proses mempertimbangkan, merenungkan, menganalisis,

Lebih terperinci

idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme.

idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme. Rasionalisme rasionalisme. Relativisme Falsifikanisme idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan pragmatisme realism Idealisme adalah: o Orang yang menerima standar estetik, moral,

Lebih terperinci

SEJARAH SINGKAT PSΨKOLOGI

SEJARAH SINGKAT PSΨKOLOGI SEJARAH SINGKAT PSΨKOLOGI I. AKAR FILSAFAT ------------------------------------------------- [1.1. Filsuf-filsuf pertama] Pemikiran filsafat mulai berkembang sekitar awal abad 6 SM. Maksud pemikiran filsafat,

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Perkembangan dan kemajuan peradaban manusia tidak bisa dilepaskan dari peran ilmu, bahkan perubahan pola hidup manusia dari waktu ke waktu sesungguhnya berjalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang ditampilkan di luar tidak ditopang dengan penghayatan hidup yang dipilihnya. Dengan kata lain,

Lebih terperinci

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

Filsafat Manusia. Sosialitas Manusia. Cathrin, M.Phil. Modul ke: 03Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi Modul ke: 03Fakultas Shely PSIKOLOGI Filsafat Manusia Sosialitas Manusia Cathrin, M.Phil Program Studi Psikologi Pokok Bahasan Abstract Membahas mengenai sosialitas manusia menurut pemikiran filsuf mengenai

Lebih terperinci

BAB V METODE-METODE KEILMUAN

BAB V METODE-METODE KEILMUAN BAB V METODE-METODE KEILMUAN Untuk hidupnya, binatang hanya mempunyai satu tujuan yang terlintas dalam otaknya yaitu pemenuhan kebutuhan untuk makan. Manusia dalam sejarah perkembangannya yang paling primitifpun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Tradisi pemikiran Barat dewasa ini merupakan paradigma bagi pengembangan budaya Barat dengan implikasi yang sangat luas dan mendalam di semua segi dari seluruh lini kehidupan.

Lebih terperinci

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B

Filsafat dan Teori Pendidikan. Oleh. Fauzan AlghiFari / / TP-B Filsafat dan Teori Pendidikan Oleh Fauzan AlghiFari / 15105241008 / TP-B http://fauzanfari.blogs.uny.ac.id Berikut aliran-aliran dalam filsafat pendidikan : A. Filsafat Pendidikan Progresivisme Progresivisme

Lebih terperinci

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari

Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari 1 Mata Kuliah ini menjadi landasan memahami dan materi ilmu pengetahuan, terutama yang terkait dengan dengan disiplin ilmu tertentu yang dipelajari (i.e. keperawatan, kedokteran, biologi, antropologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Paradigma inilah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menulis sebenarnya bukanlah sesuatu hal yang asing bagi kita. Kita mengenal bentuk dan produk bahasa tulis yang akrab dalam kehidupan kita, seperti artikel,

Lebih terperinci

DASAR-DASAR LOGIKA 1

DASAR-DASAR LOGIKA 1 DASAR-DASAR LOGIKA 1 PENGERTIAN UMUM LOGIKA Filsafat dan matematika adalah bidang pengetahuan rasional yang ada sejak dahulu. Jauh sebelum matematika berkembang seperti sekarang ini dan penerapannya menyentuh

Lebih terperinci

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN

JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN JENIS PENGETAHUAN DAN UKURAN KEBENARAN Pengetahuan dan kebenaran adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Pengetahuan merupakan hasil dari pencarian srbuah kebenaran. Kebenaran adalah hasil dari rasa

Lebih terperinci

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU MAKALAH RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU Dosen Pembimbing: Dr. Hasaruddin Hafid, M.Ed Oleh: A. Syarif Hidayatullah PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN SENI RUPA

Lebih terperinci

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ANALITIK

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ANALITIK ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT ANALITIK A Pendahuluan Seiring dengan perkembangan filsafat, abad XX ini ditandai dengan adanya suatu tema pemikiran tentang bahasa yang disebabkan oleh adanya situasi politik, ekonomi,

Lebih terperinci

FILSAFAT BARAT MODERN

FILSAFAT BARAT MODERN FILSAFAT BARAT MODERN Oleh : Firdaus M. Yunus 1 Pendahuluan Secara historis abad modern dimulai sejak adanya krisis abad pertengahan. Selama dua abad (abad 15 dan 16) di Eropa muncul sebuah gerakan yang

Lebih terperinci

BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA

BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA BAB VIII SEJARAH FILSAFAT CINA A. PENGANTAR Filsafat Cina bermula pada masa awal seribu tahun pertama sebelum Masehi. Pada awal abad ke-8 sampai dengan abad ke-5 sebelum Masehi filsafat Cina mempunyai

Lebih terperinci

Sejarah Perkembangan Ilmu

Sejarah Perkembangan Ilmu Sejarah Perkembangan Ilmu Afid Burhanuddin Pusat kendali kehidupan manusia terletak di tiga tempat, yaitu indera, akal, dan hati. Namun, akal dan hati itulah yang paling menentukan Akal dan hati ibarat

Lebih terperinci

Filsafat eksistensialisme

Filsafat eksistensialisme Filsafat eksistensialisme Sejarah munculnya eksistensialisme Istilah eksistensialisme dikemukakan oleh ahli filsafat Jerman Martin Heidegger (1889-1976) Eksistensialisme adalah merupakan filsafat dan akar

Lebih terperinci

Pendekatan Studi Perbandingan Pemerintah

Pendekatan Studi Perbandingan Pemerintah Pendekatan Studi Perbandingan Pemerintah Pendekatan Kelembagaan/Institusi onal/tradisional Pendekatan Behavioural/Tingkah Laku Pendekatan Paskabehavioural 1. Pendekatan Kelembagaan (1920an-1930an) Ditemukan

Lebih terperinci

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI

FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA. Ahmad Sabir, M. Phil. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: FILSAFAT MANUSIA LANDASAN KOMUNIKASI MANUSIA & BAHASA Fakultas PSIKOLOGI Ahmad Sabir, M. Phil. Program Studi PSIKOLOGI www.mercubuana.ac.id Defenisi Eksistensialisme Secara etimologis eksistensialisme

Lebih terperinci

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT

EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT EPISTIMOLOGI, ONTOLOGI, DAN AKSIOLOGI PENGETAHUAN FILSAFAT Pengetahuan adalah sesuatu yang sangat vital dan krusial dalam masa kehidupan manusia. Berbagai kajian telah dilakukan untuk kepentingan pengembangan

Lebih terperinci

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme:

IDEALISME (1) Idealis/Idealisme: Idealis/Idealisme: IDEALISME (1) Orang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; Orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana atau program yang belum

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan

Lebih terperinci

ETIKA TERAPAN. Etika Sedang Naik Daun

ETIKA TERAPAN. Etika Sedang Naik Daun ETIKA TERAPAN Etika Sedang Naik Daun Tampak dengan penampilannya sebagai etika terapan (applied ethics), kadang kadang juga disebut filsafat terapan (applied philosophy). Perubahan itu terutama mencolok

Lebih terperinci

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains.

ILMU DAN MATEMATIKA. Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. ILMU DAN MATEMATIKA ILMU Ilmu berasal dari bahasa Arab alima, bahasa Inggris science, bahasa latin scio dan di Indonesiakan menjadi sains. John Warfield; Ilmu dipandang sebagai suatu proses. Pandangan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU RESENSI BUKU Judul : Filsafat Ilmu Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan Penulis : Mohammad Muslih Penerbit : Belukar Yogyakarta Cetakan : I, 2005 Tebal : XI + 269 halaman

Lebih terperinci

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU

A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU KELOMPOK 8 A. LOGIKA DALAM FILSAFAT ILMU Logika berasal dari kata yunani logos yang berarti ucapan, kata, akal budi, dan ilmu. Logika sebagai ilmu merupakan elemen dasar setiap ilmu pengetahuan. Logika

Lebih terperinci

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya;

1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; IDEALISME Arti kata IDEALIS secara umum: 1. Seseorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika, dan agama serta menghayatinya; 2. Seseorang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang filsuf sekaligus pula seorang fisikawan terkenal, yakni Moritz Schlik

BAB I PENDAHULUAN. seorang filsuf sekaligus pula seorang fisikawan terkenal, yakni Moritz Schlik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian 1. Permasalahan Penelitian Pada tahun 1925 muncul sebuah gerakan filsafat baru yang dipelopori oleh seorang filsuf sekaligus pula seorang fisikawan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN FILOSOFIS

PENGETAHUAN FILOSOFIS Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 PENGETAHUAN FILOSOFIS Mata Kuliah: Filsafat Ilmu Sosial Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 2 Secara Harfiah: Berasal dari bahasa Yunani philein artinya cinta dan sophia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dikenal sebagai seorang raja Kediri yang hebat, tetapi juga dikenal dengan

BAB II KAJIAN TEORI. dikenal sebagai seorang raja Kediri yang hebat, tetapi juga dikenal dengan 28 BAB II KAJIAN TEORI A. Petilasan Sri Aji Jayabaya Petilasan Jayabaya merupakan warisan zaman dahulu yang selalu didatangi oleh banyak orang, terlebih dari berbagai daerah di Indonesia. Jayabaya tidak

Lebih terperinci

Perkembangan Teori Manajemen. Ima Yudha Perwira, SPi, MP

Perkembangan Teori Manajemen. Ima Yudha Perwira, SPi, MP Perkembangan Teori Manajemen Ima Yudha Perwira, SPi, MP Tiga Aliran Ilmu Manajemen Seperti disiplin ilmu lainnya, manajemen juga mengalami perkembangan dan dialektika pemikiran dari para ahli arus utama.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN

PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN PERKEMBANGAN ILMU PADA MASA MODERN Perkembangan zaman berlangsung begitu cepat. Masyarakat berjalan secara dinamis mengiringi perkembangan zaman tersebut. Seiring dengan hal itu, filsafat sebagai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri

BAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri bukanlah suatu hal yang baru dalam masyarakat Jepang. Tingkat bunuh diri di Jepang setiap

Lebih terperinci

Satuan Acara Perkuliahan (SAP)

Satuan Acara Perkuliahan (SAP) Satuan Acara Perkuliahan (SAP) A. Identitas Mata Kuliah dan : Nama Mata Kuliah : Filsafat Bahasa Jurusan : Aqidah Filsafat Kode/Status MK : B037/Kompetensi Utama SKS : 2 sks/ 90 Menit Hari/Jam/Ruang :

Lebih terperinci

SARANA BERFIKIR ILMIAH

SARANA BERFIKIR ILMIAH SARANA BERFIKIR ILMIAH Manusia merupakan makhluk yang berakal inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya seperti hewan dan tumbuhan, jin bahkan malaikat sekalipun. Dengan akal yang dimilikinya,

Lebih terperinci

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA. M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)

Lebih terperinci

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6)

BAB V. FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) BAB V FILSAFAT EKSISTENSIALISME DAN FENOMENOLOGI (Bahan Pertemuan Ke-6) Eksistensialisme dan fenomenologi merupakan dua gerakan yang sangat erat dan menunjukkan pemberontakan terhadap metoda-metoda dan

Lebih terperinci

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika

Filsafat Ilmu dan Logika. Matematika dan Statistika Filsafat Ilmu dan Logika Matematika dan Statistika MATEMATIKA Matematika sebagai Bahasa Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambing-lambang

Lebih terperinci

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN)

Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke: Manusia mengakui diri dan yang-lain sebagai substansi dan subjek Fakultas Psikologi Firman Alamsyah Ario Buntaran Program Studi S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS

MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS MAKALAH FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN DAN ETIKA SERTA MORALITAS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Filsafat Ilmu Pengetahuan dan Etika Akademik Oleh Deki Zulkarnain 130910202062 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak terlepas dari peran filsafat. Sebaliknya

Lebih terperinci

FILSAFAT METODE PENELITIAN

FILSAFAT METODE PENELITIAN PAT S2 2017 Minat : Rekayasa Struktur Website: www.zacoeb.lecture.ub.ac.id e-mail : zacoebc93@gmail.com FILSAFAT METODE PENELITIAN PRAPOSITIVISME PERKEMBANGAN FILSAFAT PENELITIAN POSITIVISME POSTPOSITIVISME

Lebih terperinci

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2)

BAB I. PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2) BAB I PENGERTIAN FILSAFAT (Bahan Pertemuan Ke-2) Apakah Filsafat itu? Seorang yang berfilsafat digambarkan oleh Jujun S. Suriasumantri seperti orang yang berpijak di bumi sedang tengadah memandang bintang-bintang

Lebih terperinci

Wittgenstein Rusmiati

Wittgenstein Rusmiati Wittgenstein Rusmiati Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait baik secara substansial maupun historiskarena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebenarnya perkembangan ilmu

Lebih terperinci

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th

The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th The Elements of Philosophy of Science and Its Christian Response (Realism-Anti-Realism Debate) Rudi Zalukhu, M.Th BGA : Kel. 14:15-31 Ke: 1 2 3 APA YANG KUBACA? (Observasi: Tokoh, Peristiwa) APA YANG KUDAPAT?

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi

PSIKOLOGI UMUM 1. Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi PSIKOLOGI UMUM 1 Pertemuan II: Pengaruh Filsafat Terhadap Perkembangan Ilmu Psikologi Mechanism Determinism Pengertian & Konsep-Konsep Umum Reductionism Empiricism 1. Semangat Mekanistik Dasar pengetahuan

Lebih terperinci

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI

FILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI PENDAHULUAN Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Filsafat Secara Etimologis : kata filsafat berasal

Lebih terperinci

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1 199 RESENSI BUKU 2 Simon Untara 1 Judul Buku : Tema-tema Eksistensialisme, Pengantar Menuju Eksistensialisme Dewasa Ini Pengarang : Emanuel Prasetyono Penerbit : Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya,

Lebih terperinci

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu

Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu Filsafat Sejarah Latar belakang Masalah Ilmu sejarah dan ilmu filsafat merupakan dua ilmu yang berbeda, akan tetapi keduanya saling membutuhkan satu sama lain, ilmu sejarah berbicara mengenai masa lalu,

Lebih terperinci

SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti

SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti SPINOZA; Biografi dan Pemikiran Esti Istilah filsafat berasal dari Bahasa Arab (falsafah), Inggris (philosophy), Latin (philosophia). Istilah-istilah tersebut bersumber dari Bahasa Yunani philosophia.

Lebih terperinci