Kuliah 7 Variabel Organisasi. Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kuliah 7 Variabel Organisasi. Erwan Agus Purwanto-Marlan Hutahaean 1"

Transkripsi

1 Kuliah 7 Variabel Organisasi Hutahaean 1

2 Mengapa Organisasi Penting Organisasi pengimplementasi kebijakan memiliki peran strategis dalam proses implementasi. Organisasi bertanggung jawab terhadap delivery mechamism process, yaitu: bagaimana policy output dapat mencapai kelompok sasaran. Jika organisasi yang diberi tugas mengimplementasikan kebijakan tidak efektif maka konsekuensinya implementasi akan gagal dilaksanakan. Hutahaean 2

3 Siapa yang bertanggung jawab? Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Civil Society Organisation (CSO) Swasta Hybrid atau quasi organisation Hutahaean 3

4 Kapasitas Organisasi Sebagai Fungsi Hubungan Pemerintah Pusat-Daerah Dalam konteks hubungan pemerintah pusat dan daerah, organisasi pengimplementasi mencerminkan fungsi hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Sehingga : kapasitas organisasi pengimplementasi dipengaruhi oleh variabel-variabel yang ada pada pemerintah pusat (inducements and constraints). Dan juga oleh variabel-variabel yang ada pada pemda (state capacity: ecological, both economic and political and organisational capacity). Hutahaean 4

5 Kemampuan Organisasi Pada Level Pemda Kapasitas pemda dalam mengimplementasikan suatu kebijakan adalah kemampuan yang dimiliki pemda untuk menggerakkan semua sumber daya yang ada di daerah untuk mewujudkan tujuan kebijakan. Kapasitas pemda dalam hal ini dipengaruhi oleh, antara lain: Kemampuan pimpinan kepala dinas. Apakah kepala dinas tersebut dipilih atau diangkat. Secara teoritis dikatakan bahwa kepala dinas yang diangkat akan lebih capable dalam menghandle tugas-tugas implementasi. Kemampuan eksekutif dalam menentukan arah kebijaksanaan Profesionalisme lembaga legislatif Hutahaean 5

6 Kapasitas [2] Dalam perspektif organisasional, kapasitas pemda dapat diartikan sebagai kemampuan pemerintah daerah untuk melakukan kegiatan secara bersama-sama (get its act together) dengan cara: membangun struktur organisasi, mengatur operasionalisasinya, mengkoordinasi upaya-upaya pencapaian tujuan yang dilakukan oleh sejumlah personel yang berkemampuan untuk merubah pesan-pesan kebijakan menjadi pencapaian-pencapaian yang nyata. Hutahaean 6

7 Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas organisasi Kemampuan organisasi akan sangat dipengaruhi atau (produk) dari tiga hal pokok: Struktur Personel finansial Hutahaean 7

8 Isu-isu penting tentang struktur organisasi- Implementasi Bahwa struktur organisasi yang hierarchically integrated akan lebih memungkinkan implementasi untuk berhasil karena: Komunikasi akan berjalan lebih lancar Adanya kedekatan unit-unit organisasi dan personel Implementasi yang dilakukan oleh intraorganisasi akan lebih berhasil dibanding dengan implementasi oleh interorganisasi (O toole, 1983) Hutahaean 8

9 Struktur-lanjutan Jumlah organisasi yang terlibat akan menentukan keberhasilan implementasi (Kelman, 1984). Adanya assistance structure juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi suatu kebijakan Untuk kebijakan yang secara teknis tidak memerlukan adaptasi dan perubahan, struktur yang sederhana lebih cocok dipilih. Untuk kebijakan yang memerlukan adaptasi struktur yang kompleks akan lebih cocok Hutahaean 9

10 Struktur-lanjutan Perlunya lembaga (agen) tunggal pelaksana implementasi. Agen tunggal akan mendukung integrasi hierarki, akan tetapi mengurangi fleksibilitas Perlunya penyertaan LSM/swasta. Pemda sering tidak mungkin melaksanakan kebijakan sendiri, mereka kadang membutuhkan bantuan LSM dan bahkan swasta dalam implementasi kebijakan tertentu Perlunya lead agency yang memiliki kewenangan untuk melakukan peran koordinasi (integrasi) Hutahaean 10

11 Fakta Tentang Stuktur Organisasi untuk Implementasi Kebijakan 89 th congress rd Congress Total Single agency 16.5% (16) Multiactor 83.5% (81) Total 100.0% (97) 10.0% (4) 90.0% (36) 100.0% (40) 14.6% (20) 85.4% (117) 100.0% (137) Source: Hall, T. and O Toole, L.J (jr). (2000), Administration and Society, pp Hutahaean 11

12 Fakta Tentang Hubungan Antar Aktor dalam Implementasi Kebijakan Pooled 17.5% (17) Sequential 47.4 (46) Reciprocal 18.6 (18) Single agency 16.5 (16) 89 th congress Total 100.0% (97) 103 rd Congress % (10) 32.5 (13) 32.5 (13) 10.0 (4) 100.0% (40) Total 19.7% (27) 43.1 (59) 22.6 (31) 14.6 (20) 100.0% (137) Source: Hall, T. and O Toole, L.J (jr). (2000), Administration and Society, pp. 691 Hutahaean 12

13 Persoalan untuk Membentuk Struktur yang Baru Dalam implementasi kebijakan sering tidak ditunjuk suatu institusi khusus yang ditugasi untuk mengimplementasikan suatu kebijakan Implementasi diserahkan kepada birokrasi yang sudah ada, sebagai akibatnya implementasi tidak berjalan lancar karena birokrasi memiliki tanggung jawab untuk melaksanakan tugas rutin mereka. Di sisi yang lain, membentuk institusi yang baru tidak selalu mudah karena akan menimbulkan persoalan menyangkut: aturan hukum, personel, dukungan finansial dan konflik kewenangan. Hutahaean 13

14 Model Disain Struktur Direktur Divisi Divisi Simple structure Hutahaean 14

15 Model [2] Direktur Direktur Divisi Divisi Divisi Divisi Complex structure Hutahaean 15

16 Model [3] Fungsi Departemen D E F A B C D Matrix structure Hutahaean 16

17 Model [4] Direktur Divisi Divisi CSO Kelompok sasaran Assistance structure Hutahaean 17

18 Model [5] Direktur Direktur Direktur Divisi Divisi Divisi Divisi Divisi Target group Lead agency structure Hutahaean 18

19 Stuktur Atas Dasar Aliran Kerja Sequential A B C Target group Hutahaean 19

20 Struktur Aliran [2] Pooled A B C Target group Hutahaean 20

21 Struktur Aliran [3] Recriprocal A B C Target group Hutahaean 21

22 Personel Semakin besar jumlah personel perkapita yang dimiliki oleh pemda (propinsi/kabupaten) akan mempercepat proses implementasi Semakin meningkat jumlah staf profesional perkapita maka implementasi akan lebih berhasil Hutahaean 22

23 Personel-lanjutan Isu-isu penting yang lain yang berhubungan dengan personel: Kesesuaian tujuan individu/personel dengan pesan kebijakan Komitmen (motivasi) dan kompetensi (keahlian) personel untuk melaksanakan implementasi (will and skill) Pengalaman dan senioritas Hutahaean 23

24 Finansial Dukungan finansial merupakan salah satu bagian dari kejelasan pesan kebijakan apakah dukungan finansial datang dari pemerintah pusat, pemda, atau kedua-duanya. Hutahaean 24

25 Finansial-lanjut Asumsi-asumsi pokok: Semakin besar budget yang dialokasikan untuk suatu program maka semakin straitght forward proses implementasi dan peluang implementasi akan lebih besar Kejelasan target (sasaran program) yang dibiayai sering lebih penting daripada kemampuan daerah untuk membiaya program itu sendiri. Komitment pemda untuk mengalokasikan anggaran pada suatu program (political will yang diwujudkan dalam alokasi anggaran) akan mempengaruhi keberhasilan implementasi Hutahaean 25

26 Kapasitas Organisasi Untuk Sukses Kemampuan untuk Menjembatani berbagai kepentingan Kapasitas untuk menggalang dan menjaga dukungan Kemampuan untuk beradaptasi terhadap tugas-tugas yang baru dan memiliki suatu framework untuk melakukan proses pembelajaran Kemampuan untuk mengenali perubahan lingkungan Kemampuan untuk melakukan lobby and advokasi Memiliki kemampuan untuk memonitor dan mengendalikan implementasi Memiliki mekanisme koordinasi yang baik Memiliki mekanisme untuk memonitor dampak dari kebijakan (Sumber: Crosby, 1996: pp ). Hutahaean 26

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN, PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN NOMOR : PER-687/K/D4/2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DESAIN PENYELENGGARAAN SISTEM PENGENDALIAN INSTANSI PEMERINTAH (SPIP) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik 112 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan bahwa belum mencapai keberhasilan yang optimal dalam Implementasi Bus Rapid Transit Sebagai Transportasi Publik

Lebih terperinci

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan

Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan Tahap penyusunan agenda Tahap formulasi kebijakan Tahap adopsi kebijakan Tahap implementasi kebijakan Tahap evaluasi kebijakan Tahap penyusunan agenda Masalah kebijakan sebelumnya berkompetisi terlebih

Lebih terperinci

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim

Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Perspektif Good Governance dan RPP Pengendalian Perubahan Iklim Jakarta, 17 Januari 2018 Agenda Presentasi RPP Perubahan Iklim sebagai Instrumen Pelaksana UU 16/2016 Good Governance dalam RPP Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar BAB 1 PENDAHULUAN Sebagai awal dalam rangkaian penelitian ini, pada bab I menjelaskan latar belakang masalah penelitian yang selanjutnya dikerucutkan dalam rumusan masalah. Atas dasar rumusan masalah tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera. Sejarah bangsa-bangsa telah menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SEKRETARIAT DPRD

BAB II GAMBARAN PELAYANAN SEKRETARIAT DPRD BAB I PENDAHULUAN Sekretariat DPRD Kabupaten Lamandau merupakan salah satu unsur dari Pemerintah Kabupaten Lamandau yang mempunyai tugas pokok yaitu memberikan pelayanan kepada Dewan Perwakilan Rakyat

Lebih terperinci

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2 ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors 1 N/A Perencanaan Visi, Misi, Nilai 2 1.d.2 Daftar pemegang kepentingan, deskripsi organisasi induk, situasi industri tenaga kerja, dokumen hasil evaluasi visi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia untuk melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru. Keinginan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan

BAB I PENDAHULUAN. politik sangat dominan dalam proses pengambilan keputusan penetapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalokasian sumber daya merupakan permasalahan mendasar dalam penganggaran sektor publik. Seringkali alokasi sumber daya melibatkan berbagai institusi dengan kepentingannya

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA buku 1 PEDOMAN pengajuan dokumen usulan reformasi birokrasi kementerian/lembaga Peraturan menteri negara pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi nomor 7 tahun 2011 kementerian pendayagunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN PENERAPAN DARI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI PERUSAHAAN

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN PENERAPAN DARI SISTEM INFORMASI MANAJEMEN DI PERUSAHAAN Tugas : Individu Ujian Tengah Triwulan / E52 Mata Kuliah : Sistem Informasi Manajemen Dosen : Prof.Dr. Ir. Imam Suroso, Msc(CS) Batas : 17 Januari 2015 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEGAGALAN DAN KESUKSESAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas utama pemerintah sebagai organisasi sektor publik terbesar adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan masyarakat merupakan sebuah konsep

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat

I. PENDAHULUAN. hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari Pembangunan Nasional yang pada hakekatnya membangun manusia seutuhnya dan seluruhnya masyarakat Indonesia. Kegiatan Pembangunan

Lebih terperinci

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa FUNGSI MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.unri.ac.id FUNGSI PERENCANAAN Fungsi perencanaan mencakup semua kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan organisasi merupakan perubahan yang tidak dapat dihindarkan oleh organisasi, baik pada organisasi profit maupun non-profit, organisasi publik dan privat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di era perdagangan bebas atau globalisasi, setiap negara terus melakukan upaya-upaya secara maksimal untuk menciptakan rerangka kebijakan yang mampu menciptakan

Lebih terperinci

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika

Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Modul ke: Pemangku Kepentingan, Manajer, dan Etika Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Hingga saat ini, relasi antara Pemerintah Daerah, perusahaan dan masyarakat (state, capital, society) masih belum menunjukkan pemahaman yang sama tentang bagaimana program CSR

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar. Mulai dari mengidentifikasi

BAB VI PENUTUP. dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar. Mulai dari mengidentifikasi 163 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Penelitian yang dilakukan dengan tujuan menganalisis kebijakan pengarusutamaan gender di Dinas Kesehatan Provinsi Sumbar dengan menggunakan teori basic analysis policy

Lebih terperinci

13. MENYESUAIKAN STRUKTUR DAN KONTROL DENGAN STRATEGI (Matching Structure and Control to Strategy)

13. MENYESUAIKAN STRUKTUR DAN KONTROL DENGAN STRATEGI (Matching Structure and Control to Strategy) 1 13. MENYESUAIKAN STRUKTUR DAN KONTROL DENGAN STRATEGI (Matching Structure and Control to Strategy) Struktur and Kontrol pada Functional Level Manufacturing * Strategi fungsional umumnya memfokus pada

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

Sekolah Dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai

Sekolah Dasar seseorang dikembangkan untuk menguasai berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan sumber daya manusia mempunyai peranan sangat penting bagi kesuksesan dan kesinambungan pembangunan suatu bangsa. Oleh karena itu pembangunan dan peningkatan

Lebih terperinci

Perkembangan Teori Implementasi Kebijakan

Perkembangan Teori Implementasi Kebijakan Kuliah 3 Perkembangan Teori Implementasi Kebijakan Marlan Hutahaean 1 Agenda Teori Generasi I Teori Generasi II Teori Generasi III Kandidat Teori Generasi IV Marlan Hutahaean 2 Teori Generasi I Menerangkan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi merupakan instrumen untuk bekerjanya suatu administrasi, dimana birokrasi bekerja berdasarkan pembagian kerja, hirarki kewenangan, impersonalitas

Lebih terperinci

KONSEP TATA KELOLA TI

KONSEP TATA KELOLA TI KONSEP TATA KELOLA TI Pertemuan ke 2 Mata Kuliah Tata Kelola dan Audit Sistem Informasi Diema Hernyka S, M.Kom Konsep IT Governance Outline : Pentingnya Tata Kelola TI Perbedaan Manage dan Govern Definisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang diikuti

Lebih terperinci

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa

Stoner dan Freeman Perencanaan memberikan sasaran bagi organisasi dan menetapkan prosedur-prosedur terbaik untuk mencapai sasaran tersebut. Perencanaa FUNGSI MANAJEMEN PRODUKSI AGRIBISNIS Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE., MP. Email: asyahza@yahoo.co.id Website: http://almasdi.unri.ac.id FUNGSI PERENCANAAN Fungsi perencanaan mencakup semua kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih besar dalam pengurusan maupun pengelolaan pemerintahan daerah, termasuk didalamnya pengelolaan

Lebih terperinci

OLEH. DR. WAHYUDI KUMOROTOMO, MPP MAP-UGM JOGJAKARTA

OLEH. DR. WAHYUDI KUMOROTOMO, MPP MAP-UGM JOGJAKARTA OLEH. DR. WAHYUDI KUMOROTOMO, MPP MAP-UGM JOGJAKARTA Masalah Penting Dalam Merancang Struktur Organisasi Oleh Dr. Wahyudi Kumorotomo, MPP MAP-UGM Jogjakarta www.kumoro.staff.ugm.ac.id kumoro@map.ugm.ac.id

Lebih terperinci

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) : Kedeputian Bidang SDM dan Kebudayaan. Perlindungan Anak

GENDER BUDGET STATEMENT. (Pernyataan Anggaran Gender) : Kedeputian Bidang SDM dan Kebudayaan. Perlindungan Anak Contoh GBS Bappenas (T.A.2011) GENDER BUDGET STATEMENT (Pernyataan Anggaran Gender) Nama K/L Unit Organisasi Unit Eselon II/Satker Program Kegiatan : Kementerian PPN/Bappenas : Kedeputian Bidang SDM dan

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali) TESIS Diajukan Kepada Program Pasca Sarjana Universitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep

I. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep pemerintahan yang baik merupakan rangkaian konsep yang kesemuanya bermuara pada peningkatan aparatur

Lebih terperinci

School of Communication & Business Telkom University

School of Communication & Business Telkom University Week-9 by Ida Nurnida PRINSIP DASAR KONFIGURASI ORGANISASI STRUKTUR SEDERHANA BIROKRASI MESIN BIROKRASI PROFESIONAL STURKTUR DIVISIONA ADHOCRACY Seperti sidik jari: Tidak ada struktur organisasi yang sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam era otonomi daerah ini, masyarakat semakin menyadari hak dan kewajibannya sebagai warga Negara dan lebih dapat menyampaikan aspirasi yang berkembang yang salah

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

KOORDINASI dan RENTANG MANAJEMEN DOSEN : DIANA MA RIFAH

KOORDINASI dan RENTANG MANAJEMEN DOSEN : DIANA MA RIFAH KOORDINASI dan RENTANG MANAJEMEN DOSEN : DIANA MA RIFAH Langkah Mendasar Pembuatan Keputusan Mengenai Pengorganisasian Membagi seluruh beban pekerjaan menjadi banyak tugas yang secara wajar dan nyaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring. dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan aparatur yang profesional seiring dengan reformasi birokrasi diperlukan langkah-langkah konkrit dalam meningkatkan kinerja aparatur. Hal tersebut

Lebih terperinci

Organisasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan PKMK FK UGM. Blended Learning Kebijakan AIDS, Angkatan III, Outline

Organisasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan PKMK FK UGM. Blended Learning Kebijakan AIDS, Angkatan III, Outline Organisasi Sistem Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan PKMK FK UGM Blended Learning Kebijakan AIDS, Angkatan III, 2016 Outline Pengertian organisasi atau tatakelola sistem kesehatan Desentralisasi sistem

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT PEMERINTAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU), APAKAH MENDUKUNG UNIVERSAL COVERAGE??

RUMAH SAKIT PEMERINTAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU), APAKAH MENDUKUNG UNIVERSAL COVERAGE?? RUMAH SAKIT PEMERINTAH SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM (BLU), APAKAH MENDUKUNG UNIVERSAL COVERAGE?? Djazuly Chalidyanto Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok manusia sangat diperlukan untuk dapat bersosialisasi dan bekerja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebagai makhluk sosial pada dasarnya manusia memiliki sifat bersosialisasi, berkomunikasi, bekerja sama, dan membutuhkan keberadaan manusia yang lainnya.

Lebih terperinci

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan

Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan KMA Kekuasaan & Proses Pembuatan Kebijakan Departemen Administrasi Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Proses Pembuatan Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya desentralisasi fiskal. Penelitian Adi (2006) kebijakan terkait yang

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukannya desentralisasi fiskal. Penelitian Adi (2006) kebijakan terkait yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manajemen pemerintah daerah di Indonesia memasuki era baru seiring dengan diberlakukannya desentralisasi fiskal. Penelitian Adi (2006) kebijakan terkait yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27).

BAB I PENDAHULUAN. terwujudnya good public and corporate governance (Mardiasmo, 2009:27). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya era reformasi, terdapat tuntutan untuk meningkatkan kinerja organisasi sektor publik agar lebih berorientasi pada terwujudnya good public

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Reformasi pengelolaan keuangan daerah ditandai dengan terbitnya berbagai peraturan baru di bidang pengelolaan keuangan negara dan daerah. Berbagai peraturan

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. indikator policy output dapat disimpulkan bahwa Implementasi Jaminan

BAB VII PENUTUP. indikator policy output dapat disimpulkan bahwa Implementasi Jaminan BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan Temuan penelitian tentang hasil implementasi kebijakan dilihat dari indikator policy output dapat disimpulkan bahwa Implementasi Jaminan Kesehatan Khusus di DIY belum berjalan

Lebih terperinci

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun

Pemekaran Wilayah. Tabel Pemekaran Daerah Tahun Pemekaran Wilayah Sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi dibagi atas kabupaten/kota

Lebih terperinci

11. STRUKTUR ORGANISASI

11. STRUKTUR ORGANISASI 1 11. STRUKTUR ORGANISASI Dosen: Prof Ir Rudy C Tarumingkeng, PhD Fungsi organisasi adalah mengembangkan strategi pencapaian keunggulan kompetitif dengan penciptaan nilai, melalui peningkatan: efisiensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan

BAB I PENDAHULUAN. harus mengembangkan lebih dahulu perencanaan strategis. Melalui perencanaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan bagian terpenting dalam sebuah organisasi, baik organisasi sektor swasta ataupun sektor publik. Anggaran adalah suatu rencana yang pada umumnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dibawah undang undang ini tidak sekedar memindahkan

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah dibawah undang undang ini tidak sekedar memindahkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberlakukan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah membawa konsekuensi terhadap semua aspek penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Birokrasi pemerintahan baik di pusat maupun di daerah, memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa Indonesia. Oleh karena itu birokrat pemerintah daerah dituntut untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Keagenan Penjelasan konsep senjangan anggaran dapat dimulai dari pendekatan teori keagenan. Dalam teori keagengan, hubungan

Lebih terperinci

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem .BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Munculnya otonomi daerah menyebabkan terjadinya pergeseran paradigma dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem pemerintahan yang

Lebih terperinci

Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet : Meretas Jalan Pemerintahan Baru

Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet : Meretas Jalan Pemerintahan Baru Policy Brief Launching Arsitektur Kabinet 2014-2019 : Meretas Jalan Pemerintahan Baru Konstitusi mengamanatkan Presiden sebagai pemegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD (Pasal 4 UUD 1945). Dalam menjalankan

Lebih terperinci

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011

Kabupaten Tasikmalaya 10 Mei 2011 DINAMIKA PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH HUBUNGANNYA DENGAN PENETAPAN KEBIJAKAN STRATEGIS Oleh: Prof. Dr. Deden Mulyana, SE.,M.Si. Disampaikan Pada Focus Group Discussion Kantor Litbang I. Pendahuluan Kabupaten

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 103 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui sejauhmana fungsi-fungsi standar biaya khusus dalam penganggaran di BPOM. Dengan mengetahui faktorfaktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, sejak tahun 2001 berimplikasi pada

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang diurakan pada Bab IV maka dapat disimpulkan bahwa proses perumusan kebijakan sertifikasi pendidik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah

I. PENDAHULUAN. bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan. daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian pemerintah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Otonomi daerah sebagai bentuk reformasi pemerintahan daerah bertujuan untuk memberdayakan daerah dan mengurangi ketergantungan daerah terhadap pemerintahan pusat. Dengan

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS

SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS SAMBUTAN MENEG PPN/KEPALA BAPPENAS PADA DISKUSI PANEL TENTANG SINERGI BAPPENAS DAN DEPARTEMEN KEUANGAN: OPTIMALISASI PENYELENGGARAAN FUNGSI PERENCANAAN NASIONAL DAN FUNGSI PENGANGGARAN JAKARTA, 26 NOVEMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan. bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke-4 dijelaskan bahwa tujuan nasional Indonesia diwujudkan melalui pelaksanaan penyelenggaraan negara yang berkedaulatan

Lebih terperinci

OLEH : MANAJEMEN PERUBAHAN

OLEH : MANAJEMEN PERUBAHAN OLEH : MANAJEMEN PERUBAHAN MANAJEMEN PENGETAHUAN DAN PERUBAHAN Manajemen Perubahan adalah upaya yang dilakukan untuk mengelola akibat-akibat yang ditimbulkan karena terjadinya perubahan dalam organisasi.

Lebih terperinci

Berdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain:

Berdasarkan isu strategis tersebut, rekomendasi untuk Perbaikan Layanan Kesehatan, antara lain: RANGKUMAN HASIL KONFERENSI NASIONAL PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAN PENCAPAIAN TUJUAN MILENIUM: Meningkatkan Pelayanan Bagi Masyarakat Miskin Jakarta, 27-28 April 2005 Bapak Menteri Koordinator Bidang Kesra,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Secara umum lembaga legislatif atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat peraturan perundang-undangan),

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah akan berjalan seiring dengan pertumbuhan output ekonomi daerah tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah akan berjalan seiring dengan pertumbuhan output ekonomi daerah tersebut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor pendukung pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah tersedianya infrastruktur yang memadai. Tidak ada yang memungkiri betapa pentingnya peranan infrastruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pencapaian tujuan-tujuan. Kinerja terbagi dua jenis yaitu kinerja tugas merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti,

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Fenomena hubungan penganggaran dengan kinerja, baik kinerja individu maupun kinerja manajerial hingga kini masih menjadi issue yang menarik diteliti, disamping

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017

PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 2017 PEMERINTAH KOTA SALATIGA DAFTAR INFORMASI PUBLIK RINGKASAN PROFIL ORGANISASI SEKRETARIAT DEWAN KOTA SALATIGA TAHUN 07 s Penjelasan Umum Organisasi ekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga

Lebih terperinci

yang dianggap menguasai permasalahan yang diteliti. Dalam FGD peserta dipilih dari para pejabat politik maupun karier di lingkungan birokrasi, para

yang dianggap menguasai permasalahan yang diteliti. Dalam FGD peserta dipilih dari para pejabat politik maupun karier di lingkungan birokrasi, para Executive Summary Perdebatan tentang hubungan antara politik dan birokrasi telah mempunyai sejarah panjang dan kembali menghangat terjadinya reformasi politik pada akhir tahun 90 an yang telah merubah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Paparan hasil penelitian sebagaimana terdapat dalam bab IV telah memberikan gambaran yang utuh terkait implementasi SMM ISO di UIN Maliki Malang. Berikut disajikan beberapa

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG

PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG PERATURAN BUPATI SUBANG NOMOR : TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR KESATUAN BANGSA DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT KABUPATEN SUBANG BUPATI SUBANG, Menimbang : a. bahwa Kantor Kesatuan Bangsa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Teori Keagenan Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 37 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 37 TAHUN 2012 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS (UPTD) PELAYANAN KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian    Rohyan Sosiadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung selanjutnya dalam tesis ini oleh penulis disingkat STP Bandung, dahulu dikenal dengan nama National Hotel Institute (NHI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat LabSosio PUSKA Sosiologi FISIP-UI LabSosio adalah salah satu pusat kajian sosiologi di Universitas Indonesia yang memfokuskan pada analisis

Lebih terperinci

TUGAS MINGGU DEPAN MERANGKUM 2 BAB BAB 11 BIROKRASI BAB 12 ADHOCRACY

TUGAS MINGGU DEPAN MERANGKUM 2 BAB BAB 11 BIROKRASI BAB 12 ADHOCRACY DESAIN organisasi TUGAS MINGGU DEPAN MERANGKUM 2 BAB BAB 11 BIROKRASI BAB 12 ADHOCRACY PENDAHULUAN Organisasi ~ sidik jari, yaitu bahwa : Struktur organisasi tidak sama sejenis Tidak ada struktur yang

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.574, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPAN-RB. ORTA. PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam literatur-literatur politik. Masing-masing definisi memberi penekanan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam literatur-literatur politik. Masing-masing definisi memberi penekanan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Kebijakan Publik 1. Konsep Kebijakan Publik Terdapat banyak definisi mengenai apa yang maksud dengan kebijakan publik dalam literatur-literatur politik. Masing-masing

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN RENCANA STRATEGIS BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN A. VISI DAN MISI 1. VISI Badan Daerah Kabupaten Wonogiri sebagai Perangkat Daerah yang mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA. Oleh : RENALDO DELEON PAULUS

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA. Oleh : RENALDO DELEON PAULUS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN DI DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN MINAHASA Oleh : RENALDO DELEON PAULUS Salah satu urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom adalah bidang pendidikan. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

BAB I PENDAHULUAN. dan inovatif dengan mempertimbangkan faktor-faktor ekstern organisasi yang. tujuan organisasi secara efektif dan efisien. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan persaingan global sekarang ini yang diliputi banyak ketidakpastian, maka perlu menciptakan kondisi ekonomi yang lebih fleksibel dan inovatif

Lebih terperinci

Identifikasi Isu-Isu Administrasi Publik. Sri Yuliani Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS

Identifikasi Isu-Isu Administrasi Publik. Sri Yuliani Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS Identifikasi Isu-Isu Administrasi Publik Sri Yuliani Ilmu Administrasi Negara FISIP UNS Isu adalah... Masalah yang dikedepankan (untuk ditanggapi,dsb) Kabar yg tidak jelas asal usulnya (desas desus /gosip)

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK LAPORAN PENELITIAN KELOMPOK UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PELAYANAN PUBLIK DI INDONESIA: EVALUASI TERHADAP IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PUBLIK Oleh: RIRIS KATHARINA HANDRINI

Lebih terperinci

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II TELAAH LITERATUR DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1. Teori Yang Mendasari Penelitian Secara umum, penelitian di sektor publik belum memiliki landasan teori yang kuat dan beragam. Beberapa teori yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sesuai dengan UU No.22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah selanjutnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja instansi pemerintah kini menjadi sorotan dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat terhadap penyelenggaraan administrasi publik. Masyarakat sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang

BAB I PENDAHULUAN. Para kepala sekolah, guru, warga sekolah, stakeholder sekolah atau yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya sekolah merupakan faktor yang paling penting dalam membentuk siswa menjadi manusia yang penuh optimis, berani, tampil, berperilaku kooperatif, dan kecakapan

Lebih terperinci

Penguatan Sektor Komunitas

Penguatan Sektor Komunitas Penguatan Sektor Komunitas Kursus Kebijakan Penanggulangan AIDS III, PKMK UGM 2016 Sistematika Pengertian Sektor Komunitas (CS) Siapa Sektor Komunitas? Beda SK, Civil Society, LSM Mengapa CS dibutuhkan/penting?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam sebuah organisasi baik swasta maupun pemerintah dapat didukung dengan sistem kontrol yang baik, untuk menetukan apakah kinerja dari perusahaan tersebut berjalan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi:

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teori. 1. Implementasi Kebijakan Publik. a. Konsep Implementasi: BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Implementasi Kebijakan Publik a. Konsep Implementasi: Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN. Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN 2.1. Sejarah Organisasi Pada tanggal 1 Maret 1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) atau Dokuritsu Junbi Cosakai

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tentang Pengaruh Kejelasan Sasaran Anggaran, Pengendalian Akuntansi dan Sistem Pelaporan Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Daerah (Studi pada DPPKAD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah

BAB I PENDAHULUAN. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Propinsi sebagai Daerah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Reformasi pada tahun 1998 merupakan momentum yang menandai berakhirnya sistem ketatanegaraan Indonesia yang bersifat sentralistik. Pasca runtuhnya rezim orde baru,

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam 10 BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengarusutamaan Gender (PUG) 1. Kebijakan Pengarusutamaan Gender Terkait dengan Pengarusutamaan Gender (PUG), terdapat beberapa isitilah yang dapat kita temukan, antara lain

Lebih terperinci