BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa majemuk yang penduduknya terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa Indonesia terkenal sebagai masyarakat yang religius, yang setiap aktifitas kehidupannya bertitik-tolak pada ajaran agama yang dianutnya. Oleh karena itu, setiap manusia harus memiliki agama dan melaksanakan ajaran agamanya masing-masing. Agama terdiri dari dua suku kata, yaitu A yang berarti tidak, dan Gamma artinya kacau, jadi agama berarti tidak kacau. Dengan adanya agama diharapkan dapat membuat suatu keadaan menjadi damai, baik dari ajaran maupun dari tata peribadatannya. Tata peribadatan tiap-tiap agama berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Melalui tata peribadatan dari tiap agama masingmasing itulah menunjukkan ciri khas suatu bangsa manusia Indonesia yang mengekspresikan keagungan pesona estetika sebuah keberagaman dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik dalam hal ritual keagamaan maupun ajaran-ajaran agamanya. Penulis terpanggil untuk meneliti dan mengkaji salah satu ciri khas dari perayaan ibadah keagamaan Katolik selain disebabkan adanya pro kontra polemik tentang masuknya musik pop ke dalam liturgi yang berpengaruh menurunkan arti 1

2 2 teks rohani tersebut sudah dipersembahkan ke dalam dunia hiburan dan Tuhan diberi sisanya (Prier dan Paul Widyawan, 2011:78). Prokontra musik liturgi sudah lama dipersoalkan sejak masuknya musik pop ke dalam liturgi. Pusat Musik Liturgi (PML) di Yogyakarta mencatat tiga pendapat. Pendapat pertama cenderung menerima lagu pop rohani agar tidak dicap kolot dan kurang peka pada selera zaman. Pendapat kedua menolak lagu pop, karena jika tidak, maka musik Gereja akan merosot, makin kurang bermutu dan kehilangan daya membentuk manusia. Pendapat ketiga cenderung kompromi. Mereka berpendapat, lebih baik menciptakan lagu pop rohani bermutu yang dapat dipakai sebagai sarana pendidikan iman di luar liturgi. Penulis beranggapan bahwa musik liturgi belum mendapatkan tempat utamanya pada hati umat katolik kebanyakan. Umat kehilangan makna sesungguhnya di balik musik liturgi yang merupakan cikal bakal Gereja Katolik, karena musik gereja bukan sekadar seni, tapi ungkapan pujian kepada Tuhan. Paus Benediktus XVI pun mempertimbangkan musik dan lagu pop masuk ke dalam liturgi. Paus mengingatkan, musik dan lagu Gereja adalah Umat Allah yang bernyanyi menyatakan identitas. Maka, hendaknya dihindari musik dangkal masuk dalam perayaan liturgis dan jangan menciptakan musik liturgi demi kepentingan pragmatisme pastoral. Tidak seenaknya memasukkan musik dan lagu pop ke dalam perayaan liturgi, terutama perayaan Ekaristi. Kelonggaran boleh ditolerir untuk ibadat di luar liturgi. Berangkat dari berbagai macam sekelumit persoalan tentang musik dan lagu liturgi, juga keheranan beberapa orang bahwa dunia ritual keagamaan umat

3 3 Katolik yang bersinggungan dengan musik dan begitu juga sebaliknya. Penulis tertantang dan tertarik mengangkat musik dan lagu atau nyanyian liturgi sebagai bagian yang tidak lepas keterkaitannya dengan upacara keagamaan dalam Gereja Katolik secara filosofis dalam perspektif estetika. Katolik berarti umum, memiliki pengertian terbuka secara umum bagi siapa saja tanpa memandang suku, warna kulit, latar belakang, dan kebiasaannya. Dalam lingkup gereja Katolik, ibadat hampir sama dengan liturgi, yang sering disebut ibadat resmi gereja. Istilah ibadat gereja menitikberatkan pada aspek kultus lahiriah dari liturgi, yaitu upacara dan kebaktian lainnya yang dilakukan oleh umat Allah sebagai Tubuh Mistik Yesus Kristus yang disusun secara hirarkis di hadapan umum umat yang meluhurkan Tuhan, bersyukur serta menyatakan bakti kepada-nya. Dalam kehidupan sehari-hari, umat Katolik berkumpul atas nama Kristus yang bertindak sebagai anggota Tubuh Kristus. Segala aktivitas kegiatan profan (duniawi) sehari-hari dipersembahkan dihadapan Tuhan, dimurnikan dan diperteguh dalam ibadat. Maka ibadat, khususnya ekaristi merupakan ungkapan iman yang paling jelas menjadi dasar dan puncak semua kegiatan Allah. Dalam arti luas, ibadat mencakup aneka ragam bentuk kebaktian bersama sehingga dapat dikatakan bahwa ibadat merupakan suatu kesatuan, semua unsur yang berupa musik maupun bukan musik dikaitkan yang satu dengan yang lain. Maka musik ibadat Kristiani tidak

4 4 dapat dipisahkan dari tempat orang berkumpul dari gereja pembangunan, dari seni rupa, bahasa, gerak-gerik, musik dan tari. Perayaan Ekaristi atau liturgi dapat menjadi lebih agung apabila dirayakan dengan nyanyian yang meriah, dilayani oleh para petugas Liturgi dan umat berpartisipasi secara aktif. Liturgi adalah karya Allah, namun suasana liturgi terbentuk juga oleh sikap manusia yang merayakannya. Gereja bersifat manusiawi sekaligus ilahi, apa yang ada sekarang kepada kota yang akan datang. Umat Katolik biasanya melakukan peribadatan di gereja. Gereja adalah tempat persekutuan orang beriman melaksanakan ritual agama seperti berdoa, bernyanyi, dan bermazmur setiap hari Minggu. Banyak perbedaan antara ajaran Katolik dengan ajaran agama Kristen lainnya baik dalam tata cara ibadah maupun lagulagu pujian. Nyanyian rohani berhubungan dengan Agama Kristen namun diciptakan untuk keperluan-keperluan keagamaan selain ibadat, misalnya sebagai lagu hiburan rohani, lagu yang enak dinyanyikan dalam pertemuan, dan bisa juga sebagai lagu pelajaran dalam sekolah Minggu. Batasan antara musik Liturgi dan nyanyian rohani tidak begitu jelas, keduanya mempunyai tujuan yang berbeda yaitu dalam hal penggunaan istilah musik Gereja. Bentuk musik vokal serta instrumental liturgi Kristiani itulah disebut musik Ibadat Kristiani. Musik rohani adalah musik yang sengaja diciptakan untuk keperluan diluar ibadat liturgi, misalnya: pertemuan mudika, arisan-arisan, rekreasi, pelatihan, pentas musik rohani, rekaman, sinetron, nongkrong di café bahkan sampai dengan usaha membentuk suasana rohani di rumah. Berdasarkan uraian di atas, penulis membahasnya secara detail dalam sebuah skripsi dengan judul: Musik dan Lagu

5 5 Liturgi Dalam Ekaristi di Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta : Sebuah Kajian Estetika. 1. Rumusan masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, antara lain: a. Bagaimana peran musik dan lagu liturgi dalam Ekaristi di Gereja Katolik? b. Apa tujuan musik dan lagu liturgi dalam Ekaristi di Gereja Katolik? c. Apa sajakah aspek yang terkandung dalam musik dan lagu liturgi Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru secara filosofis, khususnya ke dalam perspektif Estetika? 2. Keaslian penelitian Sejauh penulis telusuri berbagai penelitian tentang kajian filsafati musik gereja katolik belum pernah diteliti oleh mahasiswa filsafat UGM, namun penulis lebih banyak menemukan penelitian yang berhubungan ke dalam ranah inkulturasi antara lain sebagai berikut: a. Penelitian Sukatmi Susantina berupa tesis tentang Inkulturasi Gamelan Jawa di Gereja-Gereja Katolik Yogyakarta lebih bercorak pengaruh kebudayaan terhadap penerapan musik di gereja katolik. (Fakultas Filsafat UGM, 1996). b. Penelitian Hans J Daeng berupa disertasi tentang Upaya Inkulturasi Gereja Katolik Di Manggarai Dan Ngada (Flores) lebih bercorak antropologi sosial (Fakultas Sastra UGM, 1989).

6 6 c. Tulisan Inkulturasi yang lebih mengait dengan evangelisasi dilakukan oleh Ancetus B.Sinaga dengan judul Gereja dan Inkulturasi (Kanisius, Yogyakarta,1984) dan Hubertus Muda dengan judul Inkulturasi (Candraditya, Flores, 1992). d. Tulisan S. Reksosusilo berjudul Inkulturasi Gereja di Alam Jawa (Kanisius, Yogyakarta, 1977) lebih menitikberatkan bagaimana wujud Gereja yang sudah terinkulturasikan. e. Hari Kustanto berjudul Inkulturasi Agama Katolik Dalam Kebudayaan Jawa (Pusat Pastoral, Yogyakarta, 1989) lebih berorientasi pada simbol. Namun dalam tulisan ini belum menyinggung sama sekali, apa dan bagaimana keberadaan penggunaan musik di gereja dari segi estetikanya. Berdasarkan penelitian ataupun tulisan-tulisan seperti yang telah disebutkan, maka penelitian tentang Musik dan Lagu Liturgi Dalam Ekaristi Di Gereja Katolik Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta: Sebuah Kajian Estetika belum pernah dilakukan, oleh karena itu layak untuk diteliti. Objek penelitian yang akan diteliti penulis adalah lagu Ordinarium (musik pokok yang paling sering dinyanyikan pada setiap ekaristi) yaitu : Kyrie (Tuhan Kasihanilah kami), Gloria (Kemuliaan), Sanctus (Kudus), Pater Noster (Bapa Kami), dan Agnus Dei (Anak Domba Allah) yang bersifat universal, mengandung aspek pengalaman spiritual maupun religius dan estetik, khususnya tentang musik dan lagu liturgi. 3. Manfaat penelitian a. Bagi peneliti Memberikan semangat untuk meneliti hal-hal yang belum banyak dikaji.

7 7 b. Bagi perkembangan ilmu dan filsafat Penelitian ini diharapkan bisa memberikan paradigma baru yang lebih radikal berkaitan dengan persoalan hidup manusia, khususnya tentang musik. Selain itu, dengan adanya penelitian ini pula diharapkan akan muncul terobosan-terobosan inovatif, baik dalam bentuk karya ilmiah maupun lainnya, yang membahas musik melalui pendekatan estetika. c. Bagi insan musik dan bagi pembangunan Adanya karya-karya ilmiah yang menyangkut tentang musik, secara tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap dunia musik. Musik tidak lagi dianggap hanya sebatas hiburan dan sarana bisnis semata tetapi diharapkan bisa pula menjadi sarana membangun pendekatan religius kepada Tuhan dan sesama, kontemplatif maupun yang sifatnya mendidik, bahkan menjadi sebuah motivasi bagi pendengarnya. B. Tujuan Penelitian Sebagai sebuah penelitian ilmiah, penelitian ini secara khusus bertujuan: 1. Memaparkan dan menguraikan tentang peran musik dan lagu liturgi dalam prosesi upacara keagamaan Gereja Katolik. 2. Menjelaskan tentang tujuan dari musik dan lagu liturgi umat Gereja Katolik. 3. Memahami aspek yang terkandung dalam musik dan lagu liturgi perayaan keagamaan umat Katolik Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta ke dalam kajian estetika.

8 8 C. Tinjauan Pustaka Dalam bahasa Inggris, istilah aesthetic muncul pertama kali pada abad 19. Istilah aesthetic ini masuk ke dalam bahasa Inggris lewat bahasa Jerman, yang sebelumnya berasal dari bahasa Yunani. Baumgarten memberikan pengertian menyerap keindahan dengan panca-indra. Imannuel Kant memperluas pengertian untuk istilah tersebut yaitu dalam pengertian yang lebih berpusat pada masalah-masalah keindahan dalam kesenian (Wiryamantara, 1986:88). Musik dan lagu Gereja berkembang di kalangan Kristen (juga pada zaman sebelum kekristenan: Yahudi), terutama dilihat dari penggunaannya dalam ibadat gereja. Seorang tokoh musik gereja, Mawene (seorang Teolog Perjanjian Lama Indonesia) namun perhatian dalam musik liturgi, dalam bukunya: Gereja yang bernyanyi, menyebutkan musik liturgi merupakan ungkapan hati orang percaya (Kristen) yang diungkapkan dalam bunyi-bunyian yang bernada dan berirama secara harmonis, antara lain dalam bentuk lagu dan nyanyian. Sama dengan musik secara umum, dua unsur; vokal dan instrumental harus diperhatikan, dan khususnya dalam bermusik di gereja yang sarat dengan makna teologis dan berkenaan dengan iman umat. Dua hal itu sangat penting untuk disajikan secara tepat agar umat mampu menghayati imannya dengan bantuan musik. Musik sangat penting dalam peribadatan gereja sebab sebagian besar porsi peribadatan gereja memiliki unsur musik; baik lirik atau syair,vokal maupun instrumental. Begitu pentingnya musik di dalam gereja, sehingga Marthin Luther, tokoh Gereja Protestan era reformasi menyatakan bahwa gereja yang baik adalah gereja yang bernyanyi (

9 9 Musik dalam liturgi membuang jauh gagasan bahwa musik hanya berarti melagukan madah, entah kuno entah modern, klasik atau kontemporer. Sebaliknya, mencoba menganalisis bunyi kata-kata Latin yang lembut, bunyi bel, bunyi pintu tabernakel ditutup, bunyi pedupaan diayun, bunyi sendok yang beradu dengan piala, bunyi orang berdiri dan berlutut, bunyi musik dari kor atau organis. Semua itu menuntut bunyi yang dapat lebih keras atau lebih lembut. Lebih tinggi atau lebih rendah, lebih cepat atau lebih lambat daripada cara bicara sehari-hari (Huck, 2001:49-50). Nyanyian dan musik mendapat tempat yang istimewa dalam liturgi : Suatu perayaan (misalnya 17 Agustus, pesta pengantin di kampung, HUT di rumah) mau tidak mau disertai musik dan nyanyian untuk menunjukkan bahwa perayaan merupakan saat yang istimewa di samping acara-acara harian yang lainnya. Liturgi adalah perayaan keselamatan, namun tuntutan diatas adalah sama : saat istimewa ini perlu ditunjukkan dengan adanya musik dan nyanyian, dalam hal ini ditentukan menurut tingkat perayaannya (Prier, 1987: 3-4). Dalam pernyataan tentang musik dalam liturgi, para uskup di Amerika Serikat berkata, Musik hendaklah membantu himpunan jemaat beriman untuk mengungkapkan dan membagikan karunia iman yang terkandung di dalamnya. Musik hendaklah memupuk dan menguatkan keyakinan iman jemaat. Musik haruslah menunjang syair sehingga setiap kata berbicara lebih mantap dan lebih menyentuh. Hanya musiklah yang mampu meningkatkan mutu sukacita dan gairah jemaat yang beribadat. Musik membangkitkan rasa kebersamaan di kalangan jemaat, dan menciptakan suasana yang cocok untuk perayaan tertentu.

10 10 Musik juga mampu menyingkap makna dan rasa, ide dan intuisi, yang tidak dapat diungkap melulu oleh kata-kata (Dokpen KWI, 1998:23-23). D. Landasan Teori Gereja merupakan orang-orang yang beriman kepada Kristus. Warga gereja itu adalah orang-orang yang konkret, yang terikat pada budaya lokal dan manusia dari kelompok tertentu. Maka sejak semula gereja tidak pernah bisa melepaskan diri dari musik. Liturgi yang merupakan perayaan iman gereja senantiasa tidak dapat lepas dari unsur musik, musiknya pun ialah musik dari tradisi setempat (Martasudjita dan Kristanto, 2007:12). Sejak awal perkembangannya, Gereja Katolik telah memaknai musik sebagai suatu bentuk komunikasi iman dalam perayaan liturgi. Oleh karena itu untuk menghayati musik sebagai sarana doa yang berdaya guna, dibutuhkan juga corak musik yang menunjang ibadat atau perayaan liturgi, yang mampu memperdalam sikap batin kepada Allah. Prinsip fundamental yang menjadikan musik liturgi dinilai penting adalah relasi musik dengan aspek kebatinan dan kejiwaan manusia. Hal ini menegaskan bahwa dalam kehidupan religius dari berbagai agama, musik memainkan peranan penting dalam ritus-ritus keagamaan, entah lewat bunyi-bunyian instrumen musik maupun lewat nyanyian-nyanyian ritual. Dari fenomena ini, maka adalah penting untuk mengetahui makna dan sejarah apresiasi Gereja terhadap musik sebagai sebuah sarana peribadatan yang kini telah dikenal dengan sebutan musik liturgi. Thomas Aquinas sebagai penggagas estetika skolastik (abad pertengahan) menguraikan pandangannya tentang keindahan. Rumusan yang paling terkenal

11 11 adalah: Keindahan berkaitan dengan pengetahuan, pengalaman si subjek terhadap objek (aposteriori-empiris), kontemplasi, pengalaman keindahan mencakup tiga kualitas, yaitu: integritas atau kelengkapan, proporsi atau keselarasan yang benar, dan kecemerlangan. Unsur-unsur itu sudah berulang kali mewarnai sejarah (Sutrisno dan Verhaak, 1993:33-34). Keindahan suatu karya seni tertentu pada dasarnya mempunyai bentuk estetis dan mencakup ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri dari bentuk estetis dibahas oleh ahli estetika De Witt H. Parker dalam bukunya Analysis Of Art. Dalam ciri-ciri pokok itu, ahli pikir menyatakan bahwa keindahan tersusun dari pelbagai kesatuan organis, tema, variasi menurut tema, keseimbangan, perkembangan, dan tatajenjang (Gie, 1996:76). E. Metode Penelitian 1. Bahan dan materi penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan. Bahan dan materi yang ada di dalam penelitian ini menyangkut studi pustaka berupa literatur dan musik yang menjadi objek penelitian dalam skripsi ini. Bahan literatur yang dijadikan pustaka dalam penelitian ini antara lain: a. Data Primer yaitu data yang dijadikan rujukan utama dalam penelitian ini. Sumber-sumber yang dijadikan data primer adalah: 1) Martasudjita dan J. Kristanto, 2007, Panduan Memilih Nyanyian Liturgi, Kanisius, Yogyakarta. 2) Martasudjita, 2011, Pengantar Untuk Studi dan Praksis Liturgi, Revisi Buku Pengantar Liturgi, Kanisius, Yogyakarta.

12 12 3) Andalas, 2011, Bertumbuh Untuk Berbagi, Gereja Santo Antonius Kotabaru, Yogyakarta. 4) The Liang Gie, 1996, Filsafat Keindahan, Edisi Pertama, Cetakan ke-1 : PUBIB: Yogyakarta 5) Mudji Sutrisno dan Verhaak, 1993, Estetika Filsafat Keindahan, Kanisius, Yogyakarta 6) Mudji Sutrisno, 2005, Estetika dan Religiusitas dalam Islah Gusmian (ed),teks-teks Kunci Estetika, Filsafat Seni, Galang Press: Yogyakarta b. Data sekunder yaitu referensi yang menunjang penelitian ini berupa dokumen resmi vatikan, kamus, jurnal seminar, serta bahan lainnya yang berkaitan dengan penelitian yang diangkat. 2. Jalan penelitian Adapun tahap-tahap yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah: a. Pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian seperti kumpulan pustaka tentang musik liturgi, Gereja Kotabaru, ekaristi, dan estetika. b. Menganalisis data yang sudah diklasifikasikan dengan menggunakan metode filsafat yang telah dipilih. Setelah data dikumpulkan, kemudian dikategorisasikan sesuai dengan topik penelitian. c. Menuangkan hasil analisis data ke dalam bentuk laporan penelitian secara sistematis. 3. Analisa hasil

13 13 Penelitian ini menggunakan metode hermeneutika filosofis dengan unsurunsur metodis, antara lain: a. Deskripsi Data-data musik liturgi, diuraikan secara sistematis supaya diperoleh sebuah gambaran yang lebih jelas tentang topik penelitian. b. Induksi dan deduksi Untuk memahami suatu pemikiran secara jelas dan menyeluruh, maka diperlukan suatu analisis yang tidak hanya penyimpulan, tapi juga pengujian. c. Interpretasi Digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas, luas dan mendalam berdasarkan data yang diperoleh tentang musik liturgi dalam Ekaristi Gereja Katolik Kotabaru, selanjutnya dianalisis menggunakan pisau analisis Estetika. d. Holistika Data yang ada dilihat dalam rangka keseluruhan bahasan tentang musik liturgi dalam ekaristi gereja katolik di Yogyakarta terkait hubungannya dengan estetika. e. Kesinambungan historis Data yang ada dilihat dari pengembangan pemikiran untuk memahami musik liturgi dalam Ekaristi Gereja Katolik di Yogyakarta melalui kajian Estetika. f. Refleksi

14 14 Untuk mendapatkan pengertian tentang estetika yang terkandung dalam musik liturgi secara akurat dan sah. Oleh karena itu, peneliti mengadakan refleksi terhadap musik liturgi yang dikidungkan dalam Ekaristi Gereja Katolik. F. Hasil yang Dicapai 1. Mendapatkan pemahaman dan deskripsi tentang peran musik dan lagu dalam Ekaristi Gereja Katolik. 2. Mengetahui tujuan dari musik dan lagu dalam Ekaristi Gereja Katolik. 3. Mampu Menjelaskan nilai-nilai estetika yang terkandung di dalam musik dan lagu liturgi pada tata peribadatan umat Katolik Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta. G. Sistematika Penulisan Bab I mengenai pendahuluan yang meliputi pembahasan latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode yang digunakan dalam penelitian. Bab II menguraikan tentang eksplorasi musik liturgi, latar belakang musik dan lagu liturgi, pengertian musik secara luas, aliran-aliran dalam musik secara luas, pengertian musik liturgi, jenis-jenis musik dalam liturgi, sejarah musik liturgi, dan aplikasi musik dan lagu liturgi dalam praktek peribadatan di Gereja Santo Antonius Kotabaru Yogyakarta. Bab III berisi tentang kajian estetika (pengertian estetika, teori estetika,, dan seni).

15 15 Bab IV menjelaskan tentang estetika musik dan lagu dalam liturgi Gereja Kotabaru, estetika yang menjadi landasan musik liturgi Gereja Kotabaru, makna filosofis pada musik dan lagu liturgi, sakralitas musik liturgi Gereja Katolik. dari penelitian. Bab V merupakan penutup yang berisi kesimpulan dan saran yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi

BAB I PENDAHULUAN. imannya itu kepada Kristus dalam doa dan pujian. Doa, pujian dan kegiatan-kegiatan liturgi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan Gereja adalah persekutuan umat beriman yang percaya kepada Kristus. Sebagai sebuah persekutuan iman, umat beriman senantiasa mengungkapkan dan mengekspresikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

Spiritualitas Organis, Pengiring Lagu Liturgi dalam dokumen Gereja

Spiritualitas Organis, Pengiring Lagu Liturgi dalam dokumen Gereja Spiritualitas Organis, Pengiring Lagu Liturgi dalam dokumen Gereja RD.Sridanto Aribowo, MA.Lit Temu paguyuban organis Gereja Keuskupan Agung Jakarta Rawamangun, 20 Juli 2013 AJARAN GEREJA TENTANG MUSIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Kesimpulan akhir dari penelitian tentang teologi kontekstual berbasis budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata peribadahan GKJ di dalam menanamkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan.

BAB I PENDAHULUAN. rangkaian kata-kata untuk mempertegas ritual yang dilakukan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak zaman Mesir kuno bahkan sebelumnya, manusia sudah mengenal seni musik dan seni syair. Keduanya bahkan sering dipadukan menjadi satu untuk satu tujuan

Lebih terperinci

RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA

RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA RINGKASAN SKRIPSI INKULTURASI MUSIK GAMELAN JAWA PADA MUSIK LITURGI DALAM EKARISTI DI GEREJA HATI KUDUS TUHAN YESUS PUGERAN YOGYAKARTA Diajukan kepada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. perkembangan lagu atau musik dalam Gereja Katolik sungguh sangat pesat di

BAB IV PENUTUP. perkembangan lagu atau musik dalam Gereja Katolik sungguh sangat pesat di BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dengan adanya pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa perkembangan lagu atau musik dalam Gereja Katolik sungguh sangat pesat di zaman sekarang. Dengan adanya lagu-lagu

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan bernyanyi menjadi bagian yang penting dalam rangkaian peribadahan. Peribadahan-peribadahan yang dilakukan di gereja-gereja Protestan di Indonesia mempergunakan

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan UKDW

BAB I. Pendahuluan UKDW BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Permasalahan Belakangan ini banyak gereja mencoba menghadirkan variasi ibadah dengan maksud supaya ibadah lebih hidup. Contohnya dalam lagu pujian yang dinyanyikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat menghasilkan keindahan melalui kegiatan bernyanyi. Bernyanyi adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Ia merupakan bagian dari kesenian atau keindahan yang dihasilkan melalui media bunyi atau suara. Suara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. E.P. Ginting, Religi Karo: Membaca Religi Karo dengan Mata yang Baru (Kabanjahe: Abdi Karya, 1999), hlm. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Secara umum masyarakat Karo menganggap bahwa agama Hindu-Karo adalah agama Pemena (Agama Pertama/Awal). Dalam agama Pemena, terdapat pencampuran konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal dengan keanekaragaman Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Luasnya wilayah Indonesia yang terdiri atas beribu pulau tersebar dari

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia selalu diperhadapkan dengan berbagai keragaman, baik itu agama, sosial, ekonomi dan budaya. Jika diruntut maka banyak sekali keragaman yang

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Musik merupakan salah satu ragam seni yang cukup dekat dengan kehidupan manusia. Melalui musik manusia dapat mengekspresikan dirinya. Dalam perkembangannya, baik alat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad

BAB I PENDAHULUAN. Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gereja mulai menggunakan nyanyian dalam upacara keagamaan sebelum abad IV. Pada saat itu musik sudah masuk dalam unsur liturgi dan berfungsi sebagai sarana untuk

Lebih terperinci

MUSIK LITURGI BERNUANSA ETNIS

MUSIK LITURGI BERNUANSA ETNIS MUSIK LITURGI BERNUANSA ETNIS Musik Gereja Inkulturasi Adalah musik gereja yang bernuansa musik tradisi setempat atau lokal. Di Indonesia, musik gereja yang digunakan dalam peribadatan sudah berkembang

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR Program Studi S1-Seni Musik. Oleh: B. BAGUS FALENTA DWI S. NIM:

TUGAS AKHIR Program Studi S1-Seni Musik. Oleh: B. BAGUS FALENTA DWI S. NIM: PENELUSURAN PROSES PENULISAN LAGU SUPLEMEN UNTUK IBADAH LITURGI GEREJA KATOLIK SANTO ANTONIUS PADUA KOTABARU YOGYAKARTA STUDI KASUS LAGU KARENA AKU KAU CINTA DARI BUKU KIDUNG EKARISTI KOTABARU TUGAS AKHIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasti saling membutuhkan satu sama lain. Selama manusia itu hidup, ia akan

BAB I PENDAHULUAN. pasti saling membutuhkan satu sama lain. Selama manusia itu hidup, ia akan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia tidak dapat hidup sendiri. Semua manusia pasti saling membutuhkan satu sama lain. Selama manusia itu hidup, ia akan membutuhkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang permasalahan Dalam diri manusia terdapat dua element dasar yang sangat berpengaruh dalam membentuk kepribadian manusia. Element tersebut adalah rasio dan rasa.

Lebih terperinci

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang

UKDW. BAB I Pendahuluan. A. Latar Belakang BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Kehidupan umat beragama tidak bisa dipisahkan dari ibadah. Ibadah bukan hanya sebagai suatu ritus keagamaan tetapi juga merupakan wujud respon manusia sebagai ciptaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan Dunia dalam berbagai bidang kehidupan mempengaruhi kehidupan dan nilai-nilai rohani masyarakat. Kehidupan rohani menjadi semakin terdesak dari perhatian umat

Lebih terperinci

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah.

BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah. ibadah, sehingga suasana dalam ibadah semakin semangat dan bergairah. BAB IV Musik gamelan sebagai bagian dari Liturgi ibadah Pemahaman Warga Jemaat terhadap musik gamelan dalam liturgi ibadah Liturgi ibadah sesungguhnya memerlukan kehadiran musik untuk mengiringi ibadah,

Lebih terperinci

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri

TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri 1 RITUS PEMBUKA PERARAKAN MASUK LAGU PEMBUKA TANDA SALIB DAN SALAM Umat berdiri Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus. Umat : Amin. Rahmat Tuhan kita Yesus Kristus, cinta kasih Allah, dan persekutuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas

Lebih terperinci

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan

MUSIK DAN MISI. Oleh. Florentina Wijayani Kusumawati 21. Pendahuluan MUSIK DAN MISI Oleh Florentina Wijayani Kusumawati 21 Pendahuluan Tidak dapat disangkal bahwa musik merupakan bagian integral dalam ibadah Kristen. Peranan dan pengaruh musik dalam ibadah tidak dapat disepelekan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia mempunyai dua aspek kebutuhan yang wajib untuk dipenuhi oleh setiap pribadinya, yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Kebutuhan jasmani merupakan

Lebih terperinci

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu.

5. Pengantar : Imam mengarahkan umat kepada inti bacaan, liturgi yang akan dirayakan saat itu. TATA CARA dan URUTAN PERAYAAN EKARISTI: Bagian 1 : RITUS PEMBUKA Bertujuan mempersatukan umat yang berkumpul dan mempersiapkan umat untuk mendengarkan sabda Allah dan merayakan Ekaristi dengan layak. Ritus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan.

BAB I PENDAHULUAN. Musik dipergunakan untuk memuja dewa-dewi yang mereka percaya sebagai. acara-acara besar dan hiburan untuk kerajaan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara tentang musik tidak akan pernah ada habisnya, karena musik begitu melekat, begitu dekat dengan kehidupan manusia. Musik telah ada sejak sebelum Masehi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah BAB V PENUTUP Berdasarkan hasil penelitian, pembahasan dan analisis tentang peranan musik dalam ibadah minggu di GKMI Salatiga dari perspektif psikologis dan teologis di atas maka penulis menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok-

BAB I PENDAHULUAN. dengan keberadaannya. Dari ajaran resmi yang dituangkan di dalam Pokok- BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.1.1. Identifikasi Permasalahan Sebagai salah satu penerus tradisi Gereja Reformasi, Gereja Kristen Jawa (GKJ) memiliki ajaran iman yang sangat mendasar sehubungan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam proses penyebarluasan firman Tuhan, pekabaran Injil selalu berlangsung dalam konteks adat-istiadat dan budaya tertentu, seperti halnya Gereja gereja di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam kehidupan manusia. Pada masa-masa sekarang musik ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upacara adalah aktivitas yang dilakukan diwaktu-waktu tertentu dan dapat dilakukan untuk memperingati sebuah kejaian ataupun penyambutan. Musik dalam Ibadah

Lebih terperinci

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan

Pada proyek ini, gereja yang akan mengadaptasi budaya lokal adalah Gereja St. Maria Emaculata di Bandar Lampung. 1.2 Rumusan Masalah Masalah utama yan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Gereja merupakan salah satu tempat ibadah yang memiliki nilai-nilai religi yang tinggi dan memiliki standarisasi berdasarkan GIRM (General Instruction

Lebih terperinci

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) 11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan

Lebih terperinci

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan

HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah. Bagian I. Pendahuluan HIMNE GMIT : Yesus Kristus Tiang Induk Rumah Allah (Suatu Kajian Sosio-Teologis mengenai Pemahaman Jemaat GMIT Kota Baru tentang Himne GMIT) Bagian I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum,

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah Keadaan Umum Gereja Saat Ini BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.2 Keadaan Umum Gereja Saat Ini Gereja yang dahulu hanya berfungsi dan dianggap jemaat sebagai tempat bersekutu, merasa tenang, menikmati liturgi yang menarik,

Lebih terperinci

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan

Bab 4. Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan Bab 4 Tinjauan Kritis Ibadah, Nyanyian dan Musik Gereja di GKMI Pecangaan 4.1. Pendahuluan Pada bab ini penulis akan menyampaikan hasil tinjauan kritis atas penelitian yang dilakukan di GKMI Pecangaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Sakramen berasal dari bahasa Latin; Sacramentum yang memiliki arti perbuatan kudus 1. Dalam bidang hukum dan pengadilan Sacramentum biasanya diartikan sebagai barang

Lebih terperinci

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih

yang tunggal Yesus Kristus, maka tugas jemaat adalah menanggapi penyataan kasih Bab 5 Penutup 5.1. Kesimpulan Berdasarkan analisa yang penulis sampaikan pada bab 4 tentang praktek nyanyian dan musik gereja di GKMI Pecangaan dalam peribadatan, maka penulis menarik beberapa kesimpulan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus

BAB V. Penutup. GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus BAB V Penutup 5.1 Kesimpulan dan Refleksi Upacara slametan sebagai salah satu tradisi yang dilaksanakan jemaat GKJW Magetan untuk mengungkapkan rasa syukur dan cinta kasih karena Yesus sebagai juruslamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Sulawesi Utara adalah salah satu provinsi yang dikenal dengan banyaknya tradisi, ritual dan adat istiadat, yang membentuk identitas dari Minahasa. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah yang sejati seperti yang ditegaskan oleh Rasid Rachman 1 sebagai refleksinya atas Roma 12:1, adalah merupakan aksi dan selebrasi. Ibadah yang sejati tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer,

BAB I PENDAHULUAN. hal.1. 1 Dalam artikel yang ditulis oleh Pdt. Yahya Wijaya, PhD yang berjudul Musik Gereja dan Budaya Populer, BAB I PENDAHULUAN I. PERMASALAHAN I.1. Masalah Ibadah adalah salah bentuk kehidupan bergereja yang tidak terlepas dari nyanyian gerejawi. Nyanyian di dalam sebuah ibadah mempunyai beberapa fungsi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk, yang penduduknya terdiri dari berbagai suku, bahasa, budaya ataupun adat istiadat serta agama. Bangsa Indonesia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman senantiasa memberikan perubahan yang cukup besar pada diri manusia. Perubahan yang cukup signifikan pada diri manusia adalah gaya hidup (lifestyle).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. A.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1 A. Permasalahan A.1. Latar Belakang Masalah Perjamuan Kudus merupakan salah satu ritual yang masih terpelihara dalam tradisi gereja hingga saat ini. Sebuah ritual jamuan makan roti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Mustopo Habib berpendapat bahwa kesenian merupakan jawaban terhadap tuntutan dasar kemanusiaan yang bertujuan untuk menambah dan melengkapi kehidupan. Namun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati

BAB I PENDAHULUAN. Anastasia Jessica Putri Larasati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Pengadaan Proyek Paus Benediktus XVI dalam pidatonya pada Hari Penutupan Orang Muda Sedunia (World Youth Day) yang diselenggarakan di Sidney pada 20 Juli 2006 mengingatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak di dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Tuhan Allah menyatakan diri sebagai Bapa, Anak dan Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi Tuhan dalam konsep Tritunggal.

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG BAB IV TINJAUAN TEOLOGIS TERHADAP PENGHAYATAN ROH KUDUS JEMAAT KRISTEN INDONESIA INJIL KERAJAAN DI SEMARANG Pada Bab ini, penulis akan menggunakan pemahaman-pemahaman Teologis yang telah dikemukakan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK 1.1.1 Tinjauan Umum Gereja Dengan adanya perkembangan zaman dan pertumbuhan penduduk yang semakin cepat, mengakibatkan manusia berlomba-lomba dalam

Lebih terperinci

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia!

Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! I Pilihlah jawaban yang paling benar dengan memberi tanda silang (X) pada lembar jawaban yang telah tersedia! 1 Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus di sebut... A Persekutuan D. Ibadah

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja hidup di tengah masyarakat. Gereja kita kenal sebagai persekutuan orangorang percaya kepada anugerah keselamatan dari Allah melalui Yesus Kristus. Yesus Kristus

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Kristen Protestan

Pendidikan Agama Kristen Protestan Modul ke: 04Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Kristen Protestan GEREJA SESUDAH ZAMAN PARA RASUL (2) Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro,M.M. A. Latar Belakang Dalam kepercayaan Iman Kristen,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini.

Bab 1 Pendahuluan. pada Bab 2 dan sistematika penulisan skripsi ini. Bab 1 Pendahuluan 1.1. Pendahuluan Penyelenggaraan sebuah ibadah Kristen identik dengan praktek nyanyian dan musik, meskipun keduanya tidak selalu ditemukan dalam ibadah Kristen. Nyanyian dan musik menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB)

PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) PEMAHAMAN MAKNA LITURGI (Studi Mengenai Makna Warna-warna Liturgis dalam Pemahaman Jemaat Gereja Kristen Protestan Bali/GKPB) Diajukan Kepada Fakultas Teologi Sebagai Salah Satu Persyaratan Uji Kelayakan

Lebih terperinci

Liturgi Anak yang Hidup

Liturgi Anak yang Hidup Liturgi Anak yang Hidup 50 Tahun Sacrosanctum Concilium Makasar, 16 Oktober 2013 RD.Sridanto Aribowo, MA.Lit Gereja yang Peduli kepada Anak Sejarah Gereja menunjukkan anak kerap menjadi subyek maupun obyek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dipanggil oleh Allah dan diutus untuk menghadirkan Kerajaan Allah di dunia, ini merupakan hakikat gereja. Gereja juga dikenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jawa Barat merupakan salah satu propinsi yang memiliki agama-agama suku dan kebudayaan-kebudayaan lokal serta masih dipelihara. Salah satu agama suku yang ada di Jawa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan

BAB IV ANALISA DATA. dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan BAB IV ANALISA DATA Ritual Jumat Agung merupakan ritual yang dilaksanakan pada hari Jumat dan biasanya jatuh pada bulan Maret/April. Ritual ini dilakukan dengan mempunyai tujuan untuk memperingati hari

Lebih terperinci

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm

lambang dan Citra citra Rakyat (PERSETIA. 1992), hlm.27 6 Scn 3, hlm BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia pada hakekatnya adalah makhluk berbudaya, karena itu manusia tidak dapat lepas dari budaya yang dianutnya. Suatu budaya memiliki nilai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan

BAB I Pendahuluan. A. Latar belakang permasalahan BAB I Pendahuluan A. Latar belakang permasalahan Manusia membutuhkan sarana untuk mengungkapkan setiap pengalaman yang dia rasakan dan dia alami, yang di dalamnya manusia bisa berbagi dengan manusia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang terdiri dari beragam budaya dan ragam bahasa daerah yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Dengan adanya

Lebih terperinci

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana

PASTORAL DIALOGAL. Erik Wahju Tjahjana PASTORAL DIALOGAL Erik Wahju Tjahjana Pendahuluan Konsili Vatikan II yang dijiwai oleh semangat aggiornamento 1 merupakan momentum yang telah menghantar Gereja Katolik memasuki Abad Pencerahan di mana

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1

KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama Katolik

Pendidikan Agama Katolik Pendidikan Agama Katolik Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi Drs. Sugeng Baskoro, M.M Pendahuluan Dalam suatu adegan yang mengharukan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama

Bab I PENDAHULUAN. Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Ada beberapa definisi untuk kata gereja. Jika kita amati, definisi pertama kata gereja yang diberikan oleh banyak kamus, khususnya kamus daring (online),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1 Kata tembang nyanyian sama fungsi dan kegunaannya dengan kidung, kakawin dan gita. Kata kakawin berasal BAB I PENDAHULUAN A. Pendahuluan a. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani kehidupannya di dunia manusia mengalami banyak peristiwa baik itu yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Terkadang beberapa

Lebih terperinci

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN

KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN KEADILAN, PERDAMAIAN DAN KEUTUHAN CIPTAAN DALAM KONSTITUSI KITA Kita mengembangkan kesadaran dan kepekaan terhadap masalah-masalah keadilan, damai dan keutuhan ciptaan.para suster didorong untuk aktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dilihat dari perspektif filsafat ilmu, paradigma Pendidikan Bahasa Indonesia berakar pada pendidikan nasional yang mengedepankan nilai-nilai persatuan bangsa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".

BAB I PENDAHULUAN. Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti tradisi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III mengatakan Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan daerah lain menunjukan ciri khas dari daerah masing-masing. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki keragaman etnis dan budaya. Keragaman budaya tersebut menjadi kekayaan bangsa Indonesia dan perlu dikembangkan

Lebih terperinci

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA

BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bangsa di dunia yang mendiami suatu daerah tertentu memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing, setiap bangsa memiliki

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic

B. RINGKASAN MATERI 1. Gereja yang satu 2. Gereja yang kudus 3. Gereja yang katolik 4. Gereja yang apostolic BAB II SIFAT SIFAT GEREJA A. KOMPTENTSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan bergereja

Lebih terperinci

Bagian II. Himne dan Musik Gereja

Bagian II. Himne dan Musik Gereja Bagian II. Himne dan Musik Gereja Himne tidak dapat dipisahkan dari musik dan nyanyian, sebab himne adalah bagian dari keduanya. Di dalam bagian 2 ini penulis akan memaparkan beberapa teori yang berkaitan

Lebih terperinci

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania

diberikan Tuhan, meminta tolong kepada Tuhan, menenangkan pikiran dan memusatkannya untuk menuju ke fase kesederhanaan, absolusi / penebusan, epifania BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gereja adalah sebuah bangunan atau struktur yang tujuan utamanya untuk memfasilitasi pertemuan umat Kristiani. Dalam kegiatan ibadat umat Katolik, kegiatan terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lih. Kis 18:1-8 2 The Interpreter s Dictionary of the Bible. (Nashville : Abingdon Press, 1962). Hal. 682 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Rasul Paulus merupakan salah seorang rasul yang berperan sangat penting dalam kelahiran dan pertumbuhan jemaat Kristen mula-mula, terutama bagi kalangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Permasalahan. I.1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Permasalahan I.1.1 Latar Belakang Hari Minggu umumnya sudah diterima sebagai hari ibadah umat Kristen. Dikatakan umumnya karena masih ada kelompok tertentu yang menekankan hari Sabat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini mempunyai nilai keindahan. Nilai keindahan tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai kondisi yang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Memahami Seni Melalui perjalanan panjang sejarah, seni sebagai bidang khusus dalam pemahamannya telah mengalami banyak perubahan. Pada awalnya seni dipandang

Lebih terperinci

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini

Gereja di dalam Dunia Dewasa Ini ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG MUSIK (NYANYIAN) IBADAT HARIAN PADA KOMUNITAS SUSTERAN KANOSSIAN DI KAPELA BIARA CANOSSA TOFA- MAULAFA KUPANG

STUDI TENTANG MUSIK (NYANYIAN) IBADAT HARIAN PADA KOMUNITAS SUSTERAN KANOSSIAN DI KAPELA BIARA CANOSSA TOFA- MAULAFA KUPANG STUDI TENTANG MUSIK (NYANYIAN) IBADAT HARIAN PADA KOMUNITAS SUSTERAN KANOSSIAN DI KAPELA BIARA CANOSSA TOFA- MAULAFA KUPANG SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Katolik Widya Mandira Kupang Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus BAB V KESIMPULAN 5.1. Refleksi Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus hadir dalam tiga kesempatan yang berbeda: (1) Yesus membangkitkan anak Yairus (Matius 9:18-26, Markus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan Orang Kristen memiliki tugas dan panggilan pelayanan dalam hidupnya di dunia. Tugas dan panggilan pelayanannya yaitu untuk memberitakan Firman Allah kepada dunia ini.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian

BAB 1 PENDAHULUAN Kematian BAB 1 PENDAHULUAN Menurut Vitruvius di dalam bukunya Ten Books of Architecture, arsitektur merupakan gabungan dari ketiga aspek ini: firmity (kekuatan, atau bisa dianggap sebagai struktur), venustas (keindahan

Lebih terperinci

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO.

KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. KESEJATIAN IMAM YANG BERTINDAK IN PERSONA CHRISTI MELALUI PELAYANAN SAKRAMEN EKARISTI DALAM TERANG ENSIKLIK ECCLESIA DE EUCHARISTIA NO. 29 (Sebuah Tinjauan Teologis) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Filsafat

Lebih terperinci

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA

C. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA - 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi

Pendidikan Agama. Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Modul ke: 12Fakultas Psikologi Pendidikan Agama Modul ke: 12Fakultas Psikologi Katolik IMAN DAN GLOBALISASI ( PEMBAHARUAN KONSILI VATIKAN II ) Program Studi Psikologi Oleh : Drs. Sugeng Baskoro, M.M Sejarah Konsili Vatikan II Konsili

Lebih terperinci

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi

BAB II EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi BAB II Modul ke: 03 EKARISTI SEBAGAI SUMBER DAN PUNCAK HIDUP KRISTIANI Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id 1 A. Pengertian Ekaristi Istilah

Lebih terperinci