Elies Septiana Sari, Asim, Yudyanto Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Elies Septiana Sari, Asim, Yudyanto Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang"

Transkripsi

1 Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X-Keperawatan SMK Kesehatan BIM Probolinggo Elies Septiana Sari, Asim, Yudyanto Jurusan FMIPA Universitas Negeri Malang Eriezu_sepuci@yahoo.co.id ABSTRAK: Berdasarkan hasil observasi aktivitas dan prestasi belajar siswa ± 58,82% berada dibawah standar. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan, 38,24% siswa pada mata pelajaran fisika belum memperoleh nilai KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut diterapkan suatu pembelajaran konstruktivisme yaitu pembelajaran model Learning Cycle 5E. Jenis penelitian adalah Tindakan Kelas. Penelitian berlangsung dalam dua siklus. Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana keterlaksanaan penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E, bagaimana model pembelajaran Learning Cycle 5E dapat meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar siswa. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan catatan lapangan, lembar observasi, dan tes. Analisis data dalam penelitian ini besifat kualitatif (berupa kata atau kalimat) dan kuantitatif (berupa angka). Kesimpulan dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan keterlaksanaan pembelajaran sebesar 8,70%, peningkatan aktivitas siswa pada aspek afektif sebesar 18,34%, sedangkan untuk aspek psikomotor sebesar 16,53%, dan peningkatan pada prestasi belajar siswa sebesar 22,58%. Kata kunci: Model Pembelajaran Learning Cycle 5E, Aktivitas Siswa, prestasi belajar PENDAHULUAN Fisika merupakan bagian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya bukan hanya sekedar penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Sebagaimana yang telah tercantum dalam kurukulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa proses pembelajaran IPA ditandai oleh munculnya metode ilmiah yang terwujud melalui serangkaian kerja ilmiah, nilai dan sikap ilmiah. Hal ini peserta didik harus mampu mengembangkan pengalamannya untuk dapat merumuskan masalah, menyusun dan mengajukan hipotesis, merancang eksperimen, menguji hipotesis melalui eksperimen, mengumpulkan data, mengolah dan menafsirkan data. Pembelajaran yang dilakukan diharapkan siswa dapat memenuhi Standart Kompetensi Kelulusan (SKL) yang mencakup sikap, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan tuntutan kurikulum (Depdiknas, 2006). 1

2 2 Model pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar memiliki peranan penting dalam menentukan keberhasilan dalam belajar. Oleh karena itu guru dituntut agar dapat menerapkan model pembelajaran yang efektif dan efisien yang dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Manfaat dari model pembelajaran adalah untuk meningkatkan suasana belajar yang lebih kondusif dengan lebih melibatkan aspek-aspek kecerdasan siswa atau dengan kata lain siswa diarahkan untuk melakukan aktivitas pembelajaran mandiri dengan pengawasan secara proposional oleh guru (Sayuti, 2012). Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru fisika SMK Kesehatan BIM Probolinggo, diketahui ada beberapa kendala dalam melaksanakan proses pembelajaran dalam aspek afektif yaitu kurangnya kerja sama, kurangnya menghargai pendapat teman, tidak berani mengajukan pendapat, dan tidak berani menjawab pertanyaan. Sedangkan, pada aspek psikomotor yaitu melakukan percobaan sesuai prosedur masih rendah atau kurang, kurang tanggap dalam melaksanakan tugas, dan kurangnya kerja sama kelompok. Sehingga, aktivitas siswa masih rendah. Berdasarkan data Kriteria Ketuntasan Minimal kelas X-Keperawatan di SMK Kesehatan BIM Probolinggo bahwa standar ketuntasan belajar minimal untuk mata pelajaran fisika adalah 75, namun pada kenyataannya dilihat dari nilai rata-rata UH masih dibawah nilai KKM yaitu 72,97 (Tabel 1.1). Berdasarkan informasi yang diperoleh tidak tercapainya ketuntasan belajar siswa karena pada kegiatan belajar mengajar lebih berpusat kepada guru, sehingga siswa kurang memperoleh pengetahuan secara mandiri. Oleh karena itu perlu usaha perbaikan agar siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Tabel 1.1 Daftar nilai rata-rata ulangan harian siswa Kelas UH 1 UH 2 UH 3 Rata-rata X Analis Kesehatan 75,14 77,64 73,06 75,28 X Keperawatan 73,79 73,75 71,36 72,97 X Farmasi 78,17 79,02 75,00 77,40 Sumber: guru fisika SMK Kesehatan BIM Probolinggo 2

3 3 Berdasarkan nilai rata-rata ulangan harian siswa diambil kelas X- Keperawatan untuk penelitian tindakan kelas. Berdasarkan rata-rata UH dikethui bahwa terdapat 38,24% siswa tidak tuntas dan 58,82% siswa tuntas. Aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa dapat meningkat apabila guru dapat meningkatkan kerja sama siswa, meningkatkan sifat menghargai pendapat teman, meningkatkan sifat berani mengajukan pendapat, meningkatkan sifat berani menjawab pertanyaan, meningkatkan tanggap dalam melaksanakan tugas, meningkatkan sifat kerja sama kelompok dengan menggunakan berbagai macam model pembelajaran, memberikan umpan balik kepada siswa. Salah satu alternative untuk pemecahan masalah tersebut adalah dengan menggunakan model pembelajaran yaitu model pembelajaran Learning cycle 5E. Learning cycle 5E merupakan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered), berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa, meliputi pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation) sehingga peserta didik dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif (Suastra, 2009). Aktivitas dalam pembelajaran Learning cycle lebih banyak ditentukan oleh peserta didik sehingga peserta didik menjadi lebih aktif. Dalam proses pembelajaran Learning cycle setiap fase yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat peserta didik lebih mudah mengerti serta mampu mengaplikasikan konsep-konsep yang telah mereka pahami pada latihan soal. Learning cycle merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada teori konstruktivistik. Pada pembelajaran teori konstruktivistik menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator (Soebagio, 2001). Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu, model pembelajaran Learning cycle 5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi (Taufiq, 2012). Hasil penelitian lain juga melaporkan, bahwa model pembelajaran Learning cycle 5E dapat digunakan guru sebagai salah satu alternatif cara untuk meningkatkan kemampuan komunikasi 3

4 4 matematis siswa (Agustyaningrum, 2010). Penelatian lain juga melaporkan bahwa model pembelajaran Learning cycle 5E dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa (Apriyani, 2010). Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas X-Keperawatan SMK Kesehatan BIM Probolinggo. METODE Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research), yaitu penelitian praktis yang bertujuan untuk memperbaiki suatu keadaan pembelajaran di kelas dengan melakukan tindakan-tindakan (Kasbolah, 1999:1). Tindakan yang akan dilakukan adalah penerapan model pembelajaran Learning Cycle 5E. Penelitian ini bertujuan untuk menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan proses mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat pada siswa dan guru sebagai fasilitator (Soebagio, 2001). Penelitian tindakan kelas tiap siklusnya terdiri dari tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa, meliputi pembangkitan minat eksplorasi (engagement), (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation). Tahap tersebut digambarkan pada Gambar 1. Penelitian ini dilaksanakan di SMK Kesehatan BIM Probolinggo dengan subyek penelitian adalah kelas X-Keperawatan. Data dan sumber data yang diperoleh dari penelitian yaitu, keterlaksanaan pembelajaran Learning Cycle 5E, aktivitas siswa dan prestasi belajar siswa. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi perangkat pembelajaran, lembar observasi dan soal tes formatif. Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif (berupa kata atau kalimat) dan kuantitatif (berupa angka). 4

5 5 Perencanaan Refleksi Siklus I Pelaksanaa Pengamatan Perencanaan Refleksi Siklus II Pelaksanaan Pengamatan Siklus berikutnya Gambar 1 Siklus Model Kemmis & MC Taggart (Sumber: Arikunto 2007) HASIL DAN PEMBAHASAN Keterlaksanaan Pembelajaran Gambaran keterlaksanaan pembelajaran tiap-tiap tahap pada siklus I dan siklus II ditunjukkan pada Tabel 2 berikut: Tabel 2 Keterlaksanaan Penerapan Model Learning Cycle 5E Pada Siklus I Dan Siklus II Learning Cycle 5E Siklus I Siklus II Engagement Exploration Explanation Elaboration Evaluation 77,00 81,00 76,00 75,00 77,00 84,50 86,50 86,00 85,00 87,50 77,20 86,00 Keterlaksanaan Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan model Learning Cycle 5E dapat terlaksana cukup baik pada siklus I dan sangat baik pada siklus II. Hal tersebut dapat dilihat dari persentase keterlaksanaan pembelajaran yakni 77,20% pada siklus I dan 86,00% pada siklus II. 5

6 Persentase SIKLUS 1 SIKLUS 2 Sintak Pembelajaran Learning Cycle 5E Gambar 3 Grafik Keterlaksanaan Pembelajaran Secara Rinci Gambar 3 menunjukkan keterlaksanaan pembelajaran model pembelajaran Learning cycle 5E secara secara rinci. Dari Gambar 2 terlihat bahwa pada setiap tahap pembelajaran dalam model pembelajaran Learning cycle 5E mengalami kenaikan persentase keterlaksanaan pembelajaran dari siklus I sampai siklus II. Hal ini mengindikasikan bahwa solusi dari hasil refleksi refleksi I yang dilakukan tepat. Tahap engagement pada siklus II merupakan kelanjutan dari tahapan pada siklus I. Seluruh kegiatan pada tahapan engagement siklus I hampir engagement kelas dipertahankan pada tindakan selanjutnya. Tahap exploration sebagian besar siswa lebih suka bertanya kepada guru tentang langkah-langkah langkah pengerjaan LKS daripada memahami LKS sendiri. Guru mengatasinya dengan menjelaskan bagian yang tidak dimengerti pada tiap tiap-tiap kelompok. Hal ini menjadikan banyak waktu yang terbuang. terbuang. Pembagian kerja kelompok belum memperlihatkan keaktifan siswa. Beberapa siswa terlihat bermain dan bergurau sendiri, sehingga mengandalkan pekerjaan teman satu kelompoknya, menjadikan suasana kelas kurang kondusif. Tahap explanation xplanation belum ada tanggapan pan untuk kelompok yang persentasi. Hal inilah yang menyebabkan persentase keterlaksanaan siklus I masih kurang. Pada siklus II dilakukan usaha perbaikan berupa pengalokasian waktu tersendiri untuk memahami LKS. Menegaskan pada siswa bahwa pengerjaan LKS aakan mendapatkan poin tambahan sebagai nilai tugas. Pada diskusi kelas, setiap 6

7 7 kelompok diminta untuk memberikan tanggapan atau pertanyaan kepada kelompok lain. Tahap elaboration siswa diminta untuk menerapkan konsep yang sebelumnya telah dipelajari dan di diskusikan secara berkelompok, namun pada siklus I siswa mengalami kebinguangan dalam menerakan konsep. Guru memberi penjelasan tentang bagaimana menerapkan konsep dalam latihan soal dengan memeberi contoh soal. Sehingga pada sikls II siswa sudah bias mene menerapkan konsep ke dalam latihan soal. Hal ini merupakan perbaikan dan keberhasilan pada siklus II. Tahap evaluation valuation waktu pembelajaran yang telah usai karena banyaknya waktu yang terpakai pada tahap sebelumnya mengakibatkan kegiatan penarikan kesimpulan tidak ak dapat berjalan dengan baik. Selain itu, siswa juga belum terbiasa menyimpulkan dan mengkomunikasikan apa yang ada dalam pikirannya. Hal inilah yang mengakibatkan keterlaksanaan tahap evaluation masih kurang. Untuk itu, pada siklus II dilakukan perbaikan. perbaikan Aktivitas Siswa Pembahasan Aktivitas siswa diawali dengan memberikan gambaran ketercapaian aspek aktivitas siswa baik dari aspek afektif maupun psikomotor pada siklus I dan siklus II seperti ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4 Sekor sikap (%) AKTIVITAS SISWA PADA ASPEK AFEKTIF DAN TARAF KEBERHASILAN SIKLUS 1 SIKLUS 2 Aktifitas siswa Gambar 4.. Grafik Perbandingan Aktivitas Siswa pada Aspek Afektif Siklus I dan II 7

8 8 Sekor sikap (%) AKTIVITAS SISWA PADA ASPEK PSIKOMOTOR DAN TARAF KEBERHASILAN SIKLUS 1 Melakukan Tanggap dalam Kerjasama percobaan melaksanakan kelompok tugas sesuai prosedur SIKLUS 2 Aktifitas siswa Gambar 5.. Grafik Perbandingan Aktivitas Siswa pada Aspek Psikomotor Siklus I dan II Berdasarkan Gambar 4 dan Gambar 5 dapat dipaparkan hasil penelitian untuk ketercapaian aktivitas aktivita siswa secara deskriptif sebagai berikut. Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu bekerja sama pada siklus I masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) dimana nilai persentase ketercapaian sebesar 69,36%. Sebagian besar siswa masih belum melakukan kerja sama dengan baik. Hal Hal ini terlihat saat siswa melakukan praktikum benda elastis pada pertemuan pertama siklus I. Siswa mampu membedakan benda elastis dan tidak elastis tersebut dengan baik meskipun ada beberapa yang masih belum bisa menyebutkan secara sempurna. Sehingga pada siklus II aktivitas ini sangat perlu ditingkatkan. Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu menghargai pendapat teman pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 70,00%. Sebagian besar siswa masih belum bisa menghargai pendapat dari temannya. Cara peningkatannya yaitu dengan mengontrol situasi kelas agar lebih kondusif sehingga siswa dari kelompok lain tidak merasa canggung untuk mengeluarkan pendapatnya atau menyatakan hasil diskusi kelompok. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan. Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu mengajukan pendapat pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 8

9 9 (standar) yaitu sebesar 65.67%. Sebagian besar siswa masih belum bisa menuliskan kejadian apa yang akan terjadi ketika dilakukan hal yang berbeda dari yang telah dilakukan. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa, sehingga siswa mampu untuk memprediksi atas demonstrasi yang dilakukan dan menyimpulkan jawaban dari prediksi yang telah dibuat setelah melakukan belajar tim. Aktivitas siswa pada aspek afektif yaitu menjawab pertanyaan pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 68,71%. Sebagian besar siswa masih merasa takut untuk menjawab pertanyaan. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing rasa penasaran siswa. Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu melakukan percobaan sesuai prosedur pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 68,71%. Sebagian besar siswa melakukan percobaan tidak sesuai dengan prosedur karena siswa bermain-main dengan alat praktikum. Sehingga nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara lebih mengkondisikan siswa agar melakukan percobaan sesuai prosedur dan mengingatkan untuk tidak bermain-main dengan alat. Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu tanggap dalam melaksanakan tugas pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 70,33%. Sebagian besar siswa bingung dengan latihan soal yang diberikan dan siswa kurang tepat waktu dalam pengumpulan tugas. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara lebih menjelaskan maksud pertanyaan dari latihan soal yang diberikan dan menegaskan siswa tentang pengumpulan tugas, bila dikumpulkan lebih cepat maka akan diberi point. Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu kerjasama kelompok pada siklus I siswa masih kurang dimana nilai persentase ketercapaian kurang dari 75 (standar) yaitu sebesar 69,36%. Siswa kurang bekerja sama dengan anggota 9

10 10 kelompok mereka dalam berdiskusi. Mereka masih mengandalkan jawaban dari teman kelompok. Nilai ini masih dibawah standar sehingga pada siklus II perlu ditingkatkan. Cara peningkatannya yaitu, dengan cara mengontrol siswa selama melakukan diskusi ketika berkelompok. Aktivitas siswa siklus I dan siklus II terjadi peningkatan pada semua aspek yang diteliti yaitu, aspek afektif maupun aspek psikomotor. Aktivitas siswa pada aspek afektif mengajukan pendapat memiliki persentase peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 21,61% yang diperoleh dari siklus I sebesar 66,46% menjadi 88,07% pada siklus II. Hal ini menunjukkan solusi yang didapatkan setelah refleksi siklus I tepat. Aspek afektif bekerja sama memiliki persentase paling rendah yaitu sebesar 16,77% yang diperoleh dari siklus I sebesar 69,36% menjadi 86,13% pada siklus II. Pada siklus I aspek afektif menghargai pendapat dan menjawab pertanyaan telah mencapai standar yang ditetapkan sebelumnya, namun pada aspek ini masih perlu ada perbaikan (solusi). Aktivitas siswa pada aspek psikomotor yaitu melakukan percobaan sesuai prosedur memiliki persentase peningkatan paling tinggi yaitu sebesar 17,42% yang diperoleh dari siklus I sebesar 68,71% menjadi 86,13% pada siklus II. Hal ini menunjukkan solusi yang didapatkan setelah refleksi siklus I tepat. Aspek psikomotor yaitu tanggap dalam melaksanakan tugas memiliki persentase paling rendah yaitu sebesar 14,83% yang diperoleh dari siklus I sebesar 70,33% menjadi 85,16% pada siklus II. Pada siklus I aspek psikomotor yaitu kerjasama kelompok telah mencapai standar yang ditetapkan sebelumnya, namun pada aspek ini masih perlu ada perbaikan (solusi). Guru hanya melanjutkan apa yang telah direncanakan pada pertemuan sebelumnya. Dari uraian dapat disimpulkan bahwa aktivitas siswa dapat ditingkatkan dengan penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E. Prestasi Belajar Siswa Pembahasan prestasi belajar siswa diawali dengan memberikan gambaran ketercapaian prestasi belajar pada siklus I dan siklus II seperti ditunjukkan pada Gambar 5 10

11 11 Persentase % Observasi Awal Siklus I Siklus II 3.23 Siswa Tuntas Siswa Tidak Tuntas Prestasi Belajar Siswa Gambar 6 Peningkatan Prestasi Belajar dari Observasi Awal sampai Siklus II Prestasi belajar merupakan tingkat pemahaman siswa terhadap materi. Prestasi belajar pada penelitian ini mencakup empat kemampuan kognitif yaitu, kemampuan menghafal, memahami, menerapkan dan menganalisis. Prestasi belajar ini diukur dari nilai tes siswa setiap setiap akhir siklus dan perolehan nilai tugas dan pekerjaan rumah setiap pertemuan. Hasil nilai akhir dibuat rerata dan dilihat siswa yang tuntas dan belum tuntas, kemudian dibandingkan tiap siklus untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Rata-rata Rata ata nilai akhir siklus I adalah 81,81 ada 8 siswa yang belum tuntas karena nilainya dibawah SKM, dengan ketuntasan belajar siklus I sebesar 74,19%. Pada siklus II diperoleh rerata nilai sebesar 91,38 dan 1 siswa yang belum tuntas, dengan ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 96,77%. Gambar 5 menunjukkan bahwa dimulai dari data prestasi belajar pada observasi awal sampai siklus II persentase siswa yang tuntas mengalami kenaikan dan yang tidak tuntas mengalami penurunan. Peningkatan persentase siswa yang tuntas menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan paparan data dan pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa: 1. Penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E pada kelas X XKeperawatan BIM Probolinggo telah terlaksana dengan baik, yaitu dengan 11

12 12 tahap engagement, exploration, explanation, elaboration, dan avaluation, persentase keterlaksanaan telah memenuhi kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan yaitu 77,20% dengan kategori baik pada siklus I kemudian diperbaiki lagi sehingga pada siklus II terlaksana 86% dengan kategori sangat baik. 2. Aktivitas siswa kelas X-Keperawatan BIM Probolinggo mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E untuk aspek afektif sebesar 68,63% dengan kategori baik pada siklus I dan sebesar 86,97% dengan kategori sangat baik pada siklus II, sedangkan untuk aspek psikomotor sebesar 69,47% dengan kategori baik pada siklus I dan sebesar 86% dengan kategori sangat baik pada siklus II. 3. Prestasi belajar siswa kelas X-Keperawatan SMK BIM Probolinggo mengalami peningkatan selama penerapan model pembelajaran Learning cycle 5E sebesar 74,19% dengan kategori cukup baik pada siklus I dan sebesar 96,77% dengan kategori sangat baik pada siklus II. DAFTAR RUJUKAN Agustyaningrum, Nina Implemetasi Model Pembelajaran Learning Cycle 5E unutk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa Kelas IX B SMP Negeri 2 Sleman. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia, (Online), ( diakses tanggal 14 April Anderson, W dan Krathwohl, D.R A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing. A Revision of Bloom s Taxonomy of educational Objectives. New York: Addison Wesley Longman, Inc. Apriyani Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa SMPN 2 Sanden Kelas VIII pada Pokok Bahasan Prisma dan Limas. Jurnal Pendidikan Matematika Indonesia, (Online), ( diakses tanggal 14 April Arikunto, S Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Depdiknas. Arikunto, S Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara. Arikunto, S Prosedur Penelitian (Edisi Revisi 2010). Jakarta: PT Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: Depdiknas Djumhuriyah, Siti. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Learning Cycle untuk Meningkatkan Ketuntasan belajar Siswa pada Konsep Pemuaian di Kelas VIID SMP Negeri 8 Bogor. Tersedia di diakses pada tanggal 3 Februari

13 13 Eronika, Shabrina Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5 Fase Terhadap Prestasi belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Batu Tahun Ajaran 2012/2013 Pada Materi Stoikiometri. Skripsi. Tidak dipublikasikan, FMIPA UM. Fajaroh dan Dasna Pembelajaran Dengan Model Siklus Belajar (Learning Cycle). Tersedia di diakses pada tanggal 14 Maret Giancolli, D. C Fisika Edisi Kelima Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Isjoni Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Kanginan, Marthen Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga. Lubis, Riani Diktat Kuliah Fisika Dasar 1. Teknik Informatika: UNIKOM. Nurfauziawati, Nova Modulus Elastisitas. Universitas Padjadjaran: Jatinangor. Purba, Dyah., Sopyan, A. & Hartono Aktivitas Belajar dan Penguasaan Materi Siswa Dengan Pembelajaran Berbasis Portofolio Pada Mata Pelajaran Sains Fisika SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, (Online), ( diakses tanggal 30 September Sayuti, Irda Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E untuk Meningkatkan Sikap Ilmiah dan hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA 4 SMA Negeri 5 Pekanbaru. Tersedia pada D-Undergraduate %20BAB%2012.pdf. (diakses tanggal 20 Maret 2014). Soebagio, Penerapan Model Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Pembelajaran IPA. Tersedia pada D-Undergraduate %20BAB%2011.pdf. (diakses tanggal 14 April 2014). Taufiq, Muhamad Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika Pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, (Online), diakses tanggal 14 April Wartono Strategi Belajar Mengajar Fisika. Malang: Jica Common Textbook. Wena, Made Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. 13

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG Tysna Irdani, Atmadji Sutiko; Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar KKPI Pada Siswa SMKN 2 Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*Keperluan Korespondensi, telp: , Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 1-6 PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DENGAN PENILAIAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang penerapan model pembelajaran Learning Cycle 7E untuk meningkatkan respon positif siswa terhadap materi prisma dan limas

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG Sheila Sandiya Putri, Muhardjito, Dwi Haryoto Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E DISERTAI STRATEGI DIAGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Zeny Wahyuni*, Syamsu* dan Muslimin *zeny.wahyuni@gmail.co.id *syamsultan@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

Lebih terperinci

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Disertai Penugasan Portofolio Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X-Cambridge MA Bilingual Batu Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES IPA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII BSMP NEGERI 1 WAGIR Nike Novianti 1, Sugiyanto 2, Sulur 3 Jurusan Fisika FMIPA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA MENINGKATKAN KINERJA DAN HASIL BELAJAR MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING Mariati Purnama Simanjuntak Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan mariati_ps@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 135 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN LEARNING CYCLE 5E PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK Syofni, Sakur, Delfa Astri ABSTRAK Telah dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah

Lebih terperinci

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 100-105 MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR Welly Chandra*, Sehatta Saragih**, Elfis Suanto**) Wellychandra87@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia

Lebih terperinci

*Korespondensi, tel : ,

*Korespondensi, tel : , Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 1 No. 1 Tahun 2012 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DISERTAI PETA KONSEP UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS

Lebih terperinci

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5

Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PRAKTIKUM UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 1 DI SMA MUHAMMADIYAH 1 MALANG Vindri Catur Putri Wulandari, Masjhudi, Balqis

Lebih terperinci

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

JurusanFisika FMIPA, Universitas Negeri Malang. 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI-IPA 3 SMA NEGERI 1 PULUNG PONOROGO Nila Oktamia 1, Wartono 2, Bambang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan tujuan utama pembangunan pendidikan pada saat ini dan pada waktu yang akan datang. Hal ini didasari pada kenyataan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII B SMP NEGERI 10 BANJARMASIN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING Muhammad Abdul Karim, Zainuddin, dan Mastuang Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*Keperluan Korespondensi, telp: , Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com IMPLEMENTASI SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan berusaha mencari makna dari pengalaman tersebut. 1 Manusia pada dasarnya orang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya 1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya dengan melakukan perubahan kurikulum pendidikan yaitu dari Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA), Kurikulum

Lebih terperinci

Keperluan korespondensi, tel: , ABSTRAK

Keperluan korespondensi, tel: ,   ABSTRAK Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 2 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN

Lebih terperinci

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang

Siska Puspita Dewi, Wartono, dan Hartatiek Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-C SMP NEGERI 8 MALANG TAHUN AJARAN 2012/2013 Siska Puspita Dewi,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah siswa berbagai macam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MODEL SIKLUS BELAJAR DENGAN STRATEGI PEMBERDAYAAN BERPIKIR MELALUI PERTANYAAN (PBMP) PADA PEMBELAJARAN KIMIA Yuti Rahinawati Guru SMA Negeri 6 Surabaya ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang.

Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono 3 Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri Malang. 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII-A MTs MIFTAHUL ULUM BATOK, MADIUN Aprillia Fitriana 1, Dwi Haryoto 2, Sumarjono

Lebih terperinci

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Puspa Handaru Rachmadhani, Muhardjito, Dwi Haryoto Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas X-MIA 1 SMA Negeri 1 Gondang Tulungagung Puspa Handaru Rachmadhani,

Lebih terperinci

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2. IMPLEMENTASI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) DENGAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATERI POKOK PERUBAHAN FISIKA DAN PERUBAHAN KIMIA DI SMP NEGERI I JETIS MOJOKERTO Harun

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI OLEH SUSIARTUN NIM RRA1C209027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG

PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG 1 PENERAPAN MODEL INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X MIA-2 SMA N 6 MALANG Suhartik Wahyuni ¹, Dwi Haryoto², Sumarjono³, 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk itu perlu di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu pendidikan berarti pula

Lebih terperinci

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PENDEKATAN STRUKTURAL THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X-A SMA AL-HUDA PEKANBARU Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** )

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO Pedagogy Volume 1 Nomor 1 ISSN 2502-3802 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIC SMPN 3 PALOPO Titik Pitriani Muslimin

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN Tugas Kegiatan Belajar II Tatang Kurniawan Judul Jurnal : PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER (NHT) DENGAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN KETUNTASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA FISIKA BERBASIS MODEL EMPIRICAL INDUCTIVE LEARNING CYCLE DI SMA 1) Hawin Marlistya, 2) Albertus Djoko Lesmono, 2) Sri Wahyuni, 2) Maryani 1) Maahasiswa Program Studi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo Monalisa Gerardini 1, Tri Juli Hajani 2, Optimalisasi Hasil Belajar IPA Melalui Model Learning Cycle 5E Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 21 MALANG PADA MATERI BANGUN RUANG Fathimatuzzahro Universitas Negeri Malang E-mail: fathimatuzzahro90@gmail.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pre-eksperimental dengan one shot case study. Pada penelitian ini suatu

Lebih terperinci

Penerapan Pembelajaran Kooperatif

Penerapan Pembelajaran Kooperatif PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE INDEX PUZZLE MATCH PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA-6 DI SMA MUHAMMADIYAH 2 SIDOARJO Ida Fithria Guru Biologi SMA

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN 15-21 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA KONSEP KALOR DI KELAS X SMA N 2 PEUSANGAN M. Taufiq 1, Zahara 2 1 Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG BIOLOGI DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 BANAWA Nurmah nurmaharsyad@gmail.com

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 6 No. 6 ISSN 2354-614X PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES 2 PARIGIMPUU Saatima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap, proses, dan produk. Sains (fisika) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

Lebih terperinci

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang

Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2), dan Asim 3) Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CHILDREN LEARNING IN SCIENCE (CLIS) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X-7 SMA NEGERI 1 TUREN Didik Cahyono 1), Dwi Haryoto 2),

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT DWI ASTUTI MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVELOPMENT (STAD) Oleh: Dwi Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Ahmad

Lebih terperinci

Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono Universitas Negeri Malang

Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono Universitas Negeri Malang UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PRESTASI BELAJAR SISWA SMP NEGERI 21 MALANG MELALUI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI KALOR Ulya Dewi Annur, Wartono, dan Mudjihartono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang fenomena alam secara sistematis, sehingga proses pembelajarannya

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU 1 PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU Selvi Apriana, Sakur, Jalinus Selvi.apriana20@yahoo.com/085263591494 Program

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek Isna Basonggo, I Made Tangkas, dan Irwan Said Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013

Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 Profil Pembelajaran IPA Fisika Pada Materi Kalor Kelas VII F SMP Negeri 1 Malang Tahun Ajaran 2012/2013 1) Linna Listia Diana Wahyu, 2) Endang Purwaningsih, 3) Asim Jurusan Fisika FMIPA, Universitas Negeri

Lebih terperinci

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27

Deztyra Nur Imamah 25, Hobri 26 dan Arika Indah K 27 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM CENTERED LEARNING (PCL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA POKOK BAHASAN OPERASI HITUNG BENTUK ALJABAR KELAS VII A SEMESTER GANJIL DI SMP NEGERI 14 JEMBER TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu (Depdiknas,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adalah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran sains termasuk fisika, pada umumnya siswa

Lebih terperinci

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Karunia Kecamatan Palolo Melalui Model Pembelajaran Langsung Pada Materi Sifat Dan Perubahan Wujud Benda Sa adiah, Gamar B. N. Shamdas, dan Haeruddin Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir logis dan keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika biasanya dianggap sebagai pelajaran yang paling sulit oleh siswa. Di sekolah banyak siswa tampaknya menjadi tidak tertarik dengan matematika dan seringkali

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli

Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Tumbuhan Hijau di Kelas V SDN 3 Tolitoli Jeane Santi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

Penerapan Model Siklus Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Terhadap Ketercapain KKM Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Bima.

Penerapan Model Siklus Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Terhadap Ketercapain KKM Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Bima. Penerapan Model Siklus Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Terhadap Ketercapain KKM Pada Siswa SMP Negeri 6 Kota Bima Fahruddin Abstrak: Jenis penelitian adalah penelitian tindakan kelas, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat berperan secara aktif (student centered) karena siswa yang aktif menunjukkan keterlibatan

Lebih terperinci

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray

Peningkatan Prestasi Siswa pada Konsep Fluida Statis dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Fadiyah Suryani SMA Negeri 5 Yogyakarta Jl Nyi Pembayun 39 Prenggan Kotagede Yogyakarta 55172 Surat-e: fadiyahsuryani@yahoocom Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar fisika konsep fluida

Lebih terperinci

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar   1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Question Student Have (QSH) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Pengukuran pada Siswa Kelas IV Aminudin 1 1 SDN Sukorejo 01, Kota Blitar Email:

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika sebagai ilmu yang tidak dipisahkan dari dunia pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 3 ISSN

Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT) Vol. 1 No. 3 ISSN Penerapan Tekhnik Konflik Kognitif dalam Pembelajaran Conceptual Change Berbantuan Peta Konsep untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas XA SMA Al-Khairaat Kalukubula Nurul Fitriana, Darsikin,

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN Dwi Muchindasari SMP Negeri 4 Madiun E-mail: dwimuchin@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Yudi Budianti Isma Safiyyah ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Yudi Budianti Isma Safiyyah   ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle) UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD NEGERI WANASARI 14 BEKASI Yudi Budianti Isma Safiyyah e-mail

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

Ferdiana Ika Wati, Sutarman, Parno Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang Penerapan Model Pembelajaran Student Facilitator And Explaining (SFAE) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpendapat Dan Prestasi Belajar Fisika Siswa Kelas XI-IPA 1 SMA Negeri 1 Kalidawir Tulungagung Ferdiana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan di dalam kelas dalam seluruh proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh seorang guru. Dewasa ini, telah banyak model pembelajaran 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran adalah hal yang memiliki posisi penting di dalam peningkatan mutu pendidikan. Oleh karena itu, pencarian suatu metode dan model pembelajaran yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat

Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Penerapan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sains (Sifat Benda) di Kelas IV SDN 2 Karamat Maria Ulpa Djuanda, Fatmah Dhafir, dan Minarni Rama Jura Mahasiswa

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SAINS SISWA KELAS VII 5 SMP KARTIKA 1-5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Liza Pramawati.

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU Lucki Winandasari Pebriana,Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON T.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON T. Jurnal INPAFI, Volume 1, Nomor 2, Juni 2013 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATERI GAYA DAN HUKUM NEWTON T.P 2012/2013 Mariati Purnama Simanjuntak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 45 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, memiliki keahlian, menerapkan teknologi tepat guna dan menguasai ilmu kimia dalam dunia

Lebih terperinci

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dengan Menggunakan Metode NHT (Numbered Head Together) Pada Pokok Bahasan Gaya Kelas V SDN 6 Tambun Hildayanti Anwar Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA Oleh I Wayan Puja Astawa (email: puja_staw@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi di kelas X4 semester genap tahun pelajaran 2010-2011 SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 orang siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan sehari- hari karena ketika di sekolah guru hanya mementingkan siswa dapat memperoleh

Lebih terperinci