Yudi Budianti Isma Safiyyah ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Yudi Budianti Isma Safiyyah ABSTRAK. Kata Kunci : Keterampilan Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle)"

Transkripsi

1 UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS IV SD NEGERI WANASARI 14 BEKASI Yudi Budianti Isma Safiyyah yudibudianti24@yahoo.com ABSTRAK Model Siklus Belajar (Learning Cyclel) merupakan model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis dan pembelajaran student centered yang membantu siswa untuk meningkatkan keterampilan proses melalui langkah-langkah secara sistematis dengan model siklus belajar. Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV berjumlah 39 siswa. Data yang digunakan adalah hasil observasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang diolah secara deskriptif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil penelitian data persentase yang diperoleh pada siklus I siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 22 siswa atau 56,41%. dan pada siklus III siswa yang menguasai keterampilan proses sebanyak 34 siswa atau 87,17%. Kata Kunci : Proses, Model Siklus Belajar (Learning Cycle) I. PENDAHULUAN IPA mempunyai karakteristik sebagai produk dan proses yang dikembangkan ilmuan dengan keterampilan proses. Pembelajaran IPA menekankan pada kemampuan aktivitas siswa dan keterampilan proses. Pembelajaran sebaiknya dilaksanakan dengan mengaitkan materi pembelajaran dengan produk dan proses dikehidupan nyata di sekitar siswa. Carin dan Sund dalam Samatowa (2011:20) menyebutkan bahwa unsur-unsur sains terdiri dari tiga macam, yaitu: 1). Proses, atau metode yang meliputi pengamatan, membuat hipotesis, merancang dan melakukan percobaan, mengukur dan prosesproses pemahaman kealaman lainnya; 2). Produk, IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori dan hukum; 3). Sikap, misalnya mempercayai, menghargai, menaggapi, menerima dan sebagainya. proses peserta didik dalam mendapatkan pengalaman belajar yang melibatkan 72

2 keterampilan kognitif karena peserta didik melakukan keterampilan proses dengan cara berpikir dan melibatkan keterampilan psikomotorik karena peserta didik terlibat dalam menggunkan alat dan bahan, pengukuran, penyusunan atau peralatan (yang dapat dilakukan dengan tangan ), dan keterampilan afektif dapat membuat siswa berinteraksi dengan sesamanya dalam melakukan kegiatan belajar mengajar (saling interaksi sesama peserta didik). Samatowa (2011:94) mengatakan semua pandangan tentang aspek keterampilan proses sains adalah sama. Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada GBPP IPA Kurikulum 1994 terdiri dari 8 (delapan) aspek, yaitu meliputi keterampilan mengamati, melakukan percobaan, mengelompokan, menafsirkan hasil percobaan, meramalkan, menerapkan, mengkomunikasikan dan mengajukan pertanyaan. Menurut R. Nuryani (2005:86) proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih mengahayati proses. Menurut Edgar Dale dalam Dimyati dan Mudjiono (2012:48) penggolongan pengalaman belajar yang dituangkan dalam kerucut pengalamnnya mengemukakan bahwa belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di sekolah, peran aktif sangat diperlukan dalam pengembangan keterampilan siswa Berdasarkan hasil observasi di kelas IV di SDN Wanasari 14, pembelajaran IPA belum ada kemampuan-kemampuan yang menunjukan keterampilan proses pada peserta didik dalam pembelajaran. Penggunaan panca indera peserta didik belum dikembangkan dengan baik, sehingga panca indera belum digunakan dengan baik untuk mengamati suatu objek dalam melakukan observasi. Kemampuan peserta didik dalam mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan masih rendah, sehingga peserta didik masih terlihat diam dan malu untuk bertanya. Peserta didik belum dapat mengkomunikasikan hasil jawabannya dengan baik, masih memiliki sikap malu dan takut salah dalam menjawab pertanyaan di depan teman-temannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas IV, bahwa peserta didik belum melakukan suatu percobaan. Sehingga peserta didik belum dapat mencatat suatu pengamatan pada objek yang diamati, belum dapat meramalkan apa yang akan terjadi ketika belum melakukan percobaan, belum terlatih cara menggunakan alat dan bahan untuk digunakan dalam suatu praktik dan langkah kerja dalam cara melakukan percobaan. Peserta didik belum dapat membedakan atau persamaan pada objek yang diamati. Peserta didik pun belum dapat menyimpulkan suatu hasil penelitian dan belum 73

3 mendapatkan pengalaman langsung untuk pembelajaran IPA. Menurut Ngalimun (2013:145) Learning Cycle merupakan raingkaian tahap-tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan keterampilan proses dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Proses melalui Model Siklus Belajar (Learning Cycle) pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Wanasari 14 Bekasi Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Kemampuan bertanya dalam pembelajaran masih cukup rendah. 2. Kemampuan dalam mengkomunikasikan hasil jawaban masih memiliki sikap malu dan takut salah. 3. Siswa belum dapat menyimpulkan suatu hasil penelitian dalam pembelajaran IPA 4. proses siswa pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) masih tergolong rendah. Rumusan Masalah yang akan dikasipada penelitrian ini adalah, Apakah penerapan model siklus belajar (learning cycle) dapat meningkatkan keterampilan proses siswa kelas IV SD Negeri Wanasari 14 Bekasi? A. Definisi Operasional proses adalah keterampilan yang memberikan kesempatan siswa untuk berproses ilmiah dengan tujuan mengembangkan kemampuan fisik, mental, proses belajar. Aktivitas dan kreativitas untuk menemukan dan mengemukakan fakta, konsep, nilai serta sikap dalam diri siswa. Indikator keterampilan proses; a) keterampilan mengamati, b) keterampilan menafsirkan, c) keterampilan meramalkan, d) keterampilan menggunakan alat dan bahan, e) keterampilan menggolongkan, f) menerapkan konsep, g) mengkomunikasikan, h) mengajukan pertanyaan. Model pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle) merupakan salah satu model pembelajaran yang berdasarkan pada pandangan konstruktivisme, dengan pembelajaran yang berpusat pada siswa yang mempunyai rangkaian tahap-tahap kegiatan pembelajaran yang dapat menguasai kompetensikompetensi yang harus dicapai dengan jalan berperan aktif dan memperoleh pengalaman berhipotesis, memprediksi, mamanipulasi objek, berimajinasi dan 74

4 melakukan penemuan dalam upaya mengembangkan struktur kognitifnya. Dalam pelaksanaan Model Siklus Belajar (Learning Cycle ) langkahlangkah sebagai berikut; 1) Pembangkitan minat (Engagement), 2) Eksplorasi (Exploration), 3) Penjelasan (Explanation), 4) Elaborasi (Elaboration), 5) Evaluasi (Evaluation). II. TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Menurut Wahyana dalam Trianto (2014:144) proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai pengerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan mendasar yang telah dikembangkan terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan. Menurut R. Nuryani (2005:86) proses perlu dikembangkan melalui pengalaman langsung sebagai pengalaman belajar, dan disadari ketika kegiatannya sedang berlangsung. Melalui pengalaman langsung seseorang dapat lebih mengahayati proses. Menurut Samatowa (2011:94) Pada dasarnya semua pandangan tentang keterampilan proses adalah sama. Aspek keterampilan proses dikembangkan untuk siswa SD pada GBPP IPA Kurikullum 1994 terdiri dari 8 (delapan) aspek, yaitu: 1. Mengamati: menggunakan sebanyak mungkin indera, mengumpulkan/menggunakan fakta yang relevan; 2. Menafsirkan: menghubungkan hasil-hasil pengamatan, menyimpulkan; 3. Meramalkan: mengemukakan apa yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati; 4. Menggunakan alat: memakai alat/bahan, mengetahui mengapa menggunakan alat dan bahan, mengetahui bagaimana menggunakan alat/bahan; 5. Menggolongkan: mencatat pengamatan secara terpisah, mencari perbedaan dan persamaan, membandingkan, mengelompokkan; 6. Menerapkan konsep: menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru; 7. Mengkomunikasikan: menjelaskan hasil percobaan, membaca grafik atau tabel atau diagram, menyusun dan menyampaikan secara sistematis; 8. Mengajukan pertanyaan: bertanya apa, bagaimana, dan mengapa, bertanya untuk meminta penjelasan Menurut Bundu dalam Permana (2015:24) langkah-langkah yang diperlukan dalam penilaian keterampilan proses antara lain: (a) Menentukan jenis keterampilan proses yang akan dinilai; (b) Menentukan indikator indikator jenis keterampilan proses yang akan digunakan; (c) Menentukan dan mengembangkan instrument penelitian yang akan digunakan; (d) 75

5 Validasi instrument (validasi ahli/validasi dilapangan) Menurut Sumiati dalam Permana (2015:42) mengungkapkan bahwa keterampilan proses melalui observasi diperlukan lembar pengamatan yang lebih rinci untuk menilai perilaku yang diharapkan lembar pengamatan dapat berupa rubrik, daftar cek atau skala bertingkat. Menilai siswa dengan menggunakan rubrik dapat menilai kemampuan siswa berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkan. B. Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Siklus Belajar (Learning Cycle) atau penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). Menurut Ngalimun (2013:145) Learning Cycle merupakan raingkaian tahap-tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Menurut Dasna dalam Ngalimun (2013:149) Walaupun fasefase LC dapat dijelaskan dengan teori Piaget, LC juga pada dasarnya lahir dari paradigma konstruktivisme belajar yang lain termasuk teori konstruktivisme sosial Yygotsky dan teori belajar bermakna Ausubel. LC melalui kegiatan dalam kegiatan tiap fase mewadai pebelajar untuk secara aktif membangun konsep-konsep sendiri dengan cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial melalui kegiatan seperti praktikum, menganalisis artikel, mengamati fenomena alam, dan lain-lain. Siklus Belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstrukvis yang pada mulanya terdiri atas tahap, yaitu : 1) Ekspolorasi (exploration); 2) Pengenalan konsep (concept introduction); 3) Penerapan konsep (concept application). Proses selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap (Lorshach dalam Wena, 2011:171) yang terdiri atas tahap: 1) Pembangkitan minat (engagment); 2) Eksplorasi (exploration); 3) Penjelasan (explanation); 4) Elaborasi (elaboration); dan 5) Evaluation ( evaluation). Tahap-Tahap Siklus Belajar (Learning Cycle) Menurut Wena (2011: 171) Tahap tahap Siklus Belajar (Learning Cycle), sebagai berikut : 1) Pembangkitan Minat (Engagment) Tahap pembangkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini, guru berusaha membangkitan dan mengembangkan minat dan keingintahuan (curiosity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan dengan 76

6 materi yang akan dibahas berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Siswa akan memberikan jawaban dan jawaban siswa dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan / perikatan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik yang akan dibahas. 2) Eksplorasi (Exploration) Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompokkelompok kecil antara 3-5 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru. Siswa bekerjasama untuk membuat prediksi dan mencatat pengamatan. Pada tahap ini guru sebagai fasilisator. 3) Penjelasan (Explanation) Penjelasakan merupakan tahap ketiga siklus belajar. Pada tahap ini pendekatan guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru 4) Elaborasi (Elaboration) Elaborasi adalah tahap keempat siklus belajar. Pada tahap ini elaborasi siswa menerapkan konsep-konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalan situasi baru atau konteks yang berbeda. Siswa belajar menerapkan konsep yang dipelajarinya dengan mempraktikan maka motivasi belajar akan meningkat dan dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa. 5) Evaluasi (Evauation) Evaluasi merupakan tahap terakhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru mengamati pengetahuan dan pemahaman siswa dalam menerapkan konsep baru. Guru dapat melakukan dengan mengajukan pertanyaan atau menggunakan tes tertulis berbentuk uraian dan mencapai jawaban yang menggunakan melalui observasi,bukti dan penjelasan sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan guru sebagai bahan evaluasi tentang proses penerapan model siklus belajar yang sedang diterapkan. C. Kelebihan dan Kelemahan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) Menurut Ngalimun (2013:150) Penerapan model ini memberi keuntungan yaitu: (1) meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, (2) membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, (3) membelajar menjadi lebih bermakna Adapaun kekurangan penerapan model ini menurut Soebagio dalam Ngalimun (2013: 150) adalah 1) efektifitas pembelajaran rendah jika guru tidak menguasai materi dan langkah - langkah pembelajaran, 77

7 2) menuntut kesungguhan dan kreativitas guru dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, 3) memerlukan pengelolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, 4) memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembelajaran. Dengan demikian maka dapat bahwa model siklus belajar akan meningkatkan belajar peserta didik meningkat karena dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran. Namun dengan model siklus belajar guru diharapkan merancang dan menguasi pembelajaran agar terlaksana dengan baik. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model penelitian kelas ini menggunkan model dari Kemmis dan M. Taggrat dalam Tampubolon (2014:154). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 3siklus masingmasing siklus terdiri dari dua pertemuan. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: 1. Perencanaan Tindakan (planning), Perencanaan dalam penelitian tindakan kelas ini mengacu pada silabus, menyusun RPP, menentukan indikator-indikator penilaian keterampilan proses, menyiapkan instrument pengumpulan data lembar obervasi atau pengmatan. 2. Pelaksanaan tindakan (acting), Pelaksanaan tindakan berdasarkan RPP dan instrument yang telah dibuat sehingga dalam penilainya sesuai dengan materi yang diteliti dan sesuai. 3. Observasi (observing), Observasi dilakukan dengan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi atau pengmatan pada keterampilan proses pada siswa sehingga dapat dilakukan penilaian yang objeytif. 4. Refleksi (reflecting). Pengamatan terhadap hasil penilaian dalam proses observasi dikumpulkan serta dianalisis. Dari analisis tersebut, peneliti melakukan refleksi. Sampai keterampilan proses pada siswa meningkat dan dinamakan sebuah penelitian tindakan kelas. Subjek dalam penelitian ini adalah kelas IV SD Negeri Wanasari 14 Bekasi. Sampel penelitian ini kelas IV A berjumlah 39 siswa terdiri dari 22 laki-laki dan 17 perempuan. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes tertulis. Data primer yang digunakan adalah hasil observasi. Analisis data dilakukan dengan pendekatan kualitatif yang diolah secara deskriptif dan kuantitatif untuk mengolah angka hasil keterampilan proses. Menurut Haryono dalam Retnaningati (2014:53) bahwa kriteria tercapainya keterampilan proses pada siswa sebesar 70%. Untuk mengetahui persentase keterampilan proses yang diukur melalui observasi, dikategorikan berdasarkan yang 78

8 dikemukakan oleh Purwanto dalam Wibowo (2014:42). Kriteria keterampilan proses, 45 % dengan kriteria kurang, 46%-65% dengan kriteria cukup, 66%-85% dengan kriteria baik, dan 86%-100% dengan kriteria sangat baik. Menurut Ekawarna (2013:111) Kriteria keberhasilan dalam PTK adalah jika nilai rerata 75, yang berarti tingkat penguasaan kompetensi minimal 75%. Indikator keberhasilan dalam PTK ini dengan adanya peningkatan keterampilan proses pada siswa di SDN Wanasari 14, yaitu Siklus I dengan persentase indikator keberhasilan 55%, selanjutnya siklus II dengan persentase indikator keberhasilan 65%, dan siklus III dengan persentase indikator keberhasilan sebesar 75%. IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berdasarkan penelitian, bahwa terdapat peningkatan keterampilan proses yang signifikan dari tiga siklus dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam siswa kelas IV SDN Wanasari 14 Bekasi. Setiap siklusnya dilakukan dengan dua kali pertemuan. Pembahasan hasil penelitian ini didasarkan pada hasil penelitian siklus I, siklus II, dan siklus III. Pembahasan hasil tersebut meliputi hasil keterampilan proses siswa dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle). Kegiatan siklus I sebagai awal, peneliti mendapatkan hasil penelitian berupa hasil observasi atau pengamatan dalam bentuk cheklist. Melalui hasil siklus I, peneliti berusaha memperbaiki untuk kegiatan siklus II agar lebih baik lagi begitupun hasil refleksi dari siklus II dilakukan perbaikan agar lebih baik di siklus III. Kegiatan yang dilakukan disetiap siklus dengan menggunakan model siklus belajar (learning cycle) yang membedakan yaitu materi dan percobaan. Hasil observasi atau pengamatan pada siklus I. siklsu II, dan siklus III mengalami peningkatan yang cukup memuaskan. Penigkatan tersebut terlihat dari peningkatan dari jumlah siswa yang memenuhi kriteria tercapai. Pada siklus I, siswa yang mencapai persentase 70% sebanyak 22 siswa atau 56,41%, rerata persentase keterampilan proses pada siklus I memperoleh persentase sebesar 67% dengan kriteria baik tetapi hasil yang didapat belum signifikan karena masih dalam siklus I hampir sebagian siswa masih kesulitan untuk melakukan percobaan. Pada siklus II, siswa yang mencapai persentase 70% meningkat menjadi 28 siswa atau 71,79%. Meningkat sebesar 15,38%, rerata persentase keterampilan proses siklus II sebesar 73% dengan kriteria baik peningkatan ini disebabkan anak sudah dapat menyesuaikan dengan percobaan yang dilakukannya. Pada siklus III siswa yang mencapai persentase 70% meningkat mejadi 34 siswa atau 87,17%. Rerata persentase siklus III meningkat menjadi 81% dengan kriteria baik. 79

9 Peningkatan ini anak sudah bisa melakukan percobaan tanpa bantuan penelitin dan pemberian penguatan secara verbal maupun non verbal. Selain itu siswa sudah dapat mengikuti pembelajaran tanpa banyak bercanda. Bertolak dari hasil tersebut, peneliti berhenti di siklus III, Hal ini dikarenakan indikator keberhasilan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam sudah tercapai, sehingga penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak tiga siklus. Tabel 1 Peningkatan Persentase Setiap Indikator Proses pada Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam Prasiklus,Siklus I,Siklus II, Siklus III Indikator Proses mengamati menafsirkan meramalkan menggunakan alat mengelompokkan menerapkan konsep mengkomunikasikan mengajukan pertanyaan Peningkatan Siklus Siklus Siklus I II III 54% 79% 86% 90% Prasiklus 49% 67% 74% 78% 62% 70% 71% 86% 51% 69% 81% 88% 51% 61% 68% 79% 54% 71% 75% 80% 33% 66% 71% 82% 26% 50% 54% 66% Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada siklus I, siklus II, dan siklus III dengan menerapkan model siklus belajar (learning cycle) untuk meningkatkan keterampilan proses pada siswa kelas IV di SD Negeri Wanasari 14 Bekasi, menunjukkan bahwa penelitian sudah sesuai dengan apa yang diharapkan peneliti. Sehingga penelitian dikatakan berhasil. Keberhasilan tersebut dilihat dari tercapainya keberhasilan indikator yang telah ditetapkan peneliti pada keterampilan proses pada siswa. Pada penelitian ini peneliti mampu menerapkan model siklus belajar (learning cycle) pada pembelajaran ilmu pengetahuan alam dengan untuk menguasai komptentsikompetensi dengan menciptakan suasana pembelajaran aktif. Sebagaimana yang dikemukakan menurut menurut Ngalimun (2013:145) Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan fase yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung siswa antusis untuk praktikum secara perkelompok, melakukan suatu percobaan memberikan kesempatan pada siswa untuk berkerjasama, menggunakan panca indera, cara berpikir dan memecahkan masalah. Sebagai dikemukakan menurut Wena (2011:171), yang menyatakan pada tahap eksplorasi pada model pembelajaran siklus belajar (learning cycle) bahwa, Eksplorasi merupakan tahap kedua model siklus belajar. Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 3-5 siswa, kemudian diberi kesempatan untuk bekerjasama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung 80

10 dari guru. Siswa bekerjasama untuk membuat meramalkan dan mencatat pengamatan. Pada tahap ini guru sebagai fasilisator. Pendapat ahli tersebut diperkuat oleh Retnaningati,dkk (2014:54) pada tahap eksplorasi memberikan kesempatan pada siswa untuk memanfaatkan panca indera mereka semaksimal mungkin dalam berinteraksi dengan lingkungan melalui kegiatan praktikum. V. KESIMPULAN Adapun kesimpulan hasil penelitian yang meliputi hasil keterampilan proses siswa dengan menggunakan model siklus belajar merupakan model pembelajaran yang bermakna dan berkesan pada siswa yaitu cara penerapan kepada siswa menciptakan pelajaran yang aktif untuk melakukan penemuanpenemuan sehingga pembelajaran menuntut siswa untuk bekerjasama, memecahkan masalah, berdiskusi, mengembangkan sikap ilmiah sehingga membawa suasana menyenangkan. Terbukti dari hasil pencapaian jumlah siswa yang tercapai persentase keterampilan proses yaitu siswa yang mendapatkan persentase 70% sebanyak 22 siswa atau 56,41% pada siklus I, menjadi 38 siswa atau 71,79% pada siklus II dan 34 siswa atau 87,17% pada siklus III dari jumlah keseluruhan 39 siswa. Rerata persentase keterampilan proses pada siklus I memperoleh persentase sebesar 67% dengan kriteria baik, siklus II persentase sebesar 73% dengan kriteria baik dan siklus III persentase meningkat menjadi 81% dengan kriteria baik. *Isma Safiyyah adalah Mahasiswa Pgsd Universitas Islam 45 Bekasi *Yudi Budianti adalah Dosen Pgsd Universitas Islam 45 Bekasi 81

11 DAFTAR PUSTAKA Dimyati dan Mudjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Ekawarna Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung Persada Press. Ngalimun Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta: Aswaja Pressindo. Permana, Deni Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Proses Sains Siswa Kelas VI di SDN Karang Asih 07 Cikarang Utara. Skripsi Universitas Islam 45 Bekasi: Tidak di Terbitkan. R, Nuryani Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: UM Press. Retnaningati, Dewi, dkk Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) untuk Meningkatkan Proses Siswa Kelas X-2 SMA Negeri Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011. Jurnal Vol.2 No.2.ejournal.uns.ac.id diunduh pada Rabu, 14 Oktober 2015 Samatowa, Usman Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks. Tampubolon, Saur Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Erlangga. Wena, Made Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Aswaja Pressindo. Wibowo, Rosella Meningkatkan Proses Dasar IPA Menggunakan Pendekatan Proses Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kiyaran II Cangkringan Sleman Yogyakarta. eprints.uny.ac.id 82

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Learning Cycle 5 Fase (LC5E) Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensikompetensi

Lebih terperinci

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman

JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: Halaman JUPEMASI-PBIO Vol. 1 No. 2 Tahun 2015 ISSN: 2407-1269 Halaman 263-268 Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas VII C pada Materi Pencemaran Lingkungan Melalui Model Pembelajaran Learning Cycle di SMP Muhammadiyah

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Serantau 2011

Seminar Pendidikan Serantau 2011 135 PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN LEARNING CYCLE 5E PADA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI 2 KUANTAN MUDIK Syofni, Sakur, Delfa Astri ABSTRAK Telah dilakukan sebuah penelitian tindakan kelas pada siswa kelas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) (Science Curriculum Improvement Study), suatu program pengembangan 11 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Siklus belajar 5E (The 5E Learning Cycle Model) Model siklus belajar pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 dalam SCIS (Science Curriculum Improvement Study), suatu

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik (Hirawan,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA A. Learning Cycle Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan proses pembelajaran yang berpusat pada pembelajar atau anak didik

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan konstruksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Teori Belajar dan Belajar Matematika Belajar menurut Gagne dalam Agus Suprijono (2013: 2), adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Alam semesta beserta isinya diciptakan untuk memenuhi semua kebutuhan makhluk hidup yang ada di dalamnya. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling

Lebih terperinci

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo Zeny Wahyuni*, Syamsu* dan Muslimin *zeny.wahyuni@gmail.co.id *syamsultan@yahoo.com

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar Bandar Lampung, diperoleh informasi bahwa nilai rata-rata penguasaan konsep pada materi hukum-hukum

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR PENINGKATAN KETERAMPILAN BEREKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA SISWA SEKOLAH DASAR Riana Resti Setyowati 1), Endang Sri Markamah 2), Idam Ragil Widianto Atmojo

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Dalam pembelajaran guru berhadapan dengan sejumlah siswa berbagai macam

Lebih terperinci

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP:

Lu luin Nur Hasanah 1 *, Endang Susilowati 2, dan Budi Utami 2. * HP: Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 2 No. 3 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret ISSN 2337-9995 jpk.pkimiauns@ymail.com PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E DISERTAI STRATEGI DIAGRAM

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN HANDOUT MATEMATIKA BERBASIS LEARNING CYCLE-5E PADA MATERI BARISAN DAN DERET DI KELAS XI SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI OLEH SUSIARTUN NIM RRA1C209027 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PROSES DAUR AIR Yeti Sumiyati 1, Atep Sujana 2, Dadan Djuanda 3 1,2,3 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devi Esti Anggraeni, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam proses pembelajaran, pengalaman belajar yang didapat oleh siswa merupakan hal yang sangat menentukan dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Agar proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian pre-eksperimental dengan one shot case study. Pada penelitian ini suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar siswa dapat mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Aktivitas Belajar Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berfikir maupun berbuat. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 23), aktivitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berdasarkan observasi di kelas X4 semester genap tahun pelajaran 2010-2011 SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri dari 15 orang siswa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian meliputi: (1) Pengelolaan pembelajaran fisika menggunakan model 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pada bagian ini diuraikan hasil hasil penelitian pembelajaran menggunakan model learning cycle pada materi pokok cahaya. Adapun hasil penelitian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Learning Cycle 5E (LC 5E) Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada pebelajar (student centered). LC merupakan rangkaian tahap-tahap

Lebih terperinci

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 PURWOREJO PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR 5E

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 PURWOREJO PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR 5E ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 1 PURWOREJO PADA PEMBELAJARAN KIMIA DENGAN MODEL SIKLUS BELAJAR 5E ANALYSIS OF SCIENCE PROCESS SKILLS OF STUDENT OF CLASS XI IN SMA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan

BAB II KAJIAN TEORI. Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari tahap-tahap kegiatan BAB II KAJIAN TEORI A. Learning Cycle 5E ( LC 5E) 1. Sejarah Learning Cycle 5E Model pembelajaran Learning cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robert Karplus. Learning cycle merupakan rangkaian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagaimana ditegaskan

Lebih terperinci

Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN:

Jurnal Cakrawala Pendas, Volume I, No. 1 Januari 2015 ISSN: PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPA (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas IV SDN Pancasila Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat Pada Pokok Bahasan Perubahan Lingkungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme menurut Von Glasersfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS Va SDN 163 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS Va SDN 163 PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE (LC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS Va SDN 163 PEKANBARU Novita Sari Simanjuntak, Syahrilfudin, Mahmud Alpusari novita.sari62@gmail.com, 085363550887

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR DAN HASIL BELAJAR KKPI PADA SISWA SMKN 2 MALANG Tysna Irdani, Atmadji Sutiko; Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar dan Hasil Belajar KKPI Pada Siswa SMKN 2 Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia salah satunya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain kurikulum, tenaga pendidik, proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara tentang pendidikan kita dewasa ini dalam perspektif masa depan. Dalam kenyataannya, pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menekankan pada pemberian pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses

Lebih terperinci

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang

Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd, M.A, Drs. Sumarjono, M.Pd Universitas Negeri Malang PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E UNTUK MENINGKATKAN KERJA ILMIAH DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII-A SMP NEGERI 1 BARON KABUPATEN NGANJUK Titis Dyah Arisanti, Dr. Supriyono Koes H, M.Pd,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan lain-lain.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Pengetahuan bukanlah suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang

BAB II LANDASAN TEORI. Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Koneksi Matematika Koneksi berasal dari kata dalam bahasa inggris Connection, yang berarti hubungan atau kaitan. Kemampuan koneksi matematika dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X

GERAM (Gerakan Aktif Menulis) P-ISSN Volume 5, Nomor 1, Juni 2017 E-ISSN X KAJIAN PRAKTIS PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEARNING CYCLE 5E Dea Mustika Universitas Islam Riau deamustika@edu.uir.ac.id ABSTRACT This study began with a preliminary study that

Lebih terperinci

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Rakhmatun Nisa, Zainuddin, Suriasa Pendidikan Fisika FKIP Universitas Lambung Mangkurat Rakhmatunnisa@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki kualitas pendidikan

Lebih terperinci

Silvia Fitriyani 1, Ali Sudin 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1 2

Silvia Fitriyani 1, Ali Sudin 2, Atep Sujana 3. Jl. Mayor Abdurrachman No. 211 Sumedang 1   2 Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE PADA MATERI SUMBER DAYA ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IVA SDN I DEPOK KECAMATAN DEPOK KABUPATEN CIREBON Silvia

Lebih terperinci

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo Monalisa Gerardini 1, Tri Juli Hajani 2, Optimalisasi Hasil Belajar IPA Melalui Model Learning Cycle 5E Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS Eneng Siti Fatimah Nurlela 1, Atep Sujana

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi, 2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi,   2) Dosen Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Riau PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN SIKAP ILMIAH SISWA KELAS VII 5 SMP KARTIKA 1-5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Morli Indah 1), Yuslim Fauziah

Lebih terperinci

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING Fatmawaty Sekolah Dasar Negeri Hikun Tanjung Tabalong Kalimantan Selatan ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN

ABSTRACT. Keywords: Achievement, Learning Cycle, Process Skills PENDAHULUAN 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SAINS SISWA KELAS VII 5 SMP KARTIKA 1-5 PEKANBARU TAHUN AJARAN 2011/2012 Liza Pramawati.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pertama kali diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Konsep inti Kurt Lewin adalah bahwa dalam satu siklus terdiri dari empat langkah,

Lebih terperinci

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

*Keperluan Korespondensi, telp: , Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 2 No. 1 Tahun 2013 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret 1-6 PENERAPAN SIKLUS BELAJAR 5E (LEARNING CYCLE 5E) DENGAN PENILAIAN PORTOFOLIO UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya

Komang Gde Suastika, Hj. Titik Utami, Meriana Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Palangka Raya Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 14 Mei 2011 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN SIKLUS (LEARNING CYCLE) PADA PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan, namun pada perkembangan selanjutnya kimia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Sebanyak 27 siswa (79,4%) kurang

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan kelemahan-kelemahan yaitu: 1) Sebanyak 27 siswa (79,4%) kurang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Biologi merupakan salah satu cabang ilmu yang dinilai dapat memberikan kontribusi positif dalam memacu ilmu pengetahuan dan teknologi, selain itu biologi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengalaman disini berupa pengalaman untuk melakukan proses belajar dan berusaha mencari makna dari pengalaman tersebut. 1 Manusia pada dasarnya orang yang mempunyai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. 2009), hlm.3. di Abad Global, (Malang: UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 4. Remaja Rosdakarya, 2006), Cet. 19, hlm. 4. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA

PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENGARUH MODEL LEARNING CYCLE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SD KELAS IV PADA MATERI HUBUNGAN ANTARA SIFAT BAHAN DENGAN KEGUNAANNYA Destisari Nurbani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan faktor penting dalam membentuk karakter dan kreativitas siswa. Pendidikan memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) konstruktivisme

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) konstruktivisme 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Menurut Von Glaserfeld dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan

Lebih terperinci

LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA

LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA LEARNING CYCLE SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN SAINS YANG BERMAKNA Purwanti Widhy H, M.Pd Prodi Pendidikan IPA UNY Abstrak Keberhasilan pendidikan terletak pada kemampuan dan kualitas proses pendidikan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Seting dan Karakteristik Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 selama bulan Maret-April 2013 di SDN Semowo 01 yang letaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya sebagai penguasaan kumpulan pengetahuan

Lebih terperinci

EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN

EduSains Volume 4 Nomor 1; 2016 ISSN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP MOTIVASI DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI POKOK CAHAYA APPLICATION OF LEARNING CYCLE MODEL TO MOTIVATION AND SCIENCE PROCESS SKILLS ON THE

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7E UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR FISIKA DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X-2 MAN 2 MALANG KOTA BATU Lucki Winandasari Pebriana,Drs. Asim, M.Pd, Drs. Bambang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE BERBASIS EKSPERIMEN TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK ZAT DAN WUJUDNYA Eva M. Ginting dan Harin Sundari Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Negeri

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR

PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR PENERAPAN PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 1 SMA NEGERI 2 KUANTAN HILIR Welly Chandra*, Sehatta Saragih**, Elfis Suanto**) Wellychandra87@yahoo.com

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas, memiliki keahlian, menerapkan teknologi tepat guna dan menguasai ilmu kimia dalam dunia

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi

Lebih terperinci

Oleh : Fita Pamiluning Sari NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Oleh : Fita Pamiluning Sari NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DENGAN MEDIA RIIL MATERI PLANTAE KELAS X-I SMA PAWYATAN DAHA TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Seseorang akan mengalami perubahan pada tingkah laku setelah melalui suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

Lebih terperinci

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan

Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Meningkatkan Pemahaman Konsep Perubahan Wujud Benda Pada Siswa Kelas IV SDN 3 Siwalempu Melalui Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Arif Abdul Karim Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. melalui konteks yang terbatas dan tidak sekoyong-koyong. Pengetahuan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan konstektual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13)

II. TINJAUAN PUSTAKA. keterampilan-keterampilan tertentu yang disebut keterampilan proses. Keterampilan Proses menurut Rustaman dalam Nisa (2011: 13) 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Keterampilan Berkomunikasi Sains Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) sebagai proses dan sekaligus sebagai produk. Seseorang mampu mempelajari IPA jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah aktivitas dan usaha manusia untuk meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi potensi yang ada, yaitu rohani (pikir, karsa, rasa, cipta

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No, 1 (2016) PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE PADA MATERI PERUBAHAN SIFAT BENDA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Dini Apriani 1, Atep Sujana 2, Dadang Kurnia

Lebih terperinci

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA

MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika (SESIOMADIKA) 2017 ISBN: 978-602-60550-1-9 Pembelajaran, hal. 100-105 MODEL LEARNING CYCLE 5E SERTA PENGARUHNYA TERHADAP KEMAMPUAN PEMAHAMAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan belajar mengajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kinerja dari proses

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld (Sardiman, 2007) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi (bentukan)

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), yang berkembang berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia yaitu kimia sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman belajar. Kegiatan pembelajaran merupakan kegiatan di dalam kelas dalam seluruh proses

Lebih terperinci

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda

Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa di Kelas IV SD Inpres Pedanda Lisna Selfi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Lebih terperinci

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang PENGARUH PENERAPAN MODEL DAUR BELAJAR 6 FASE (LC-6P) PADA MATERI TERMOKIMIA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XI IPA SMAI ALMAARIF SINGOSARI Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit

Lebih terperinci

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman

Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 1 Januari 2012 Halaman 106-116 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS X5 SMA N 6 SURAKARTA

Lebih terperinci

A ABSTRAK

A ABSTRAK A005 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN Talking Stick DISERTAI DENGAN Concept Map UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN SISWA KELAS XI IPA I SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati Dinamika: Jurnal Praktik Penelitian Tindakan Kelas Pendidikan Dasar & Menengah Vol. 7, No. 2, April 2017 ISSN 0854-2172 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR SD Negeri Purbasana

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 UPAYA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN PENGGUNAAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 2 SEMPOR KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 Oleh: Yolanda Ariska Puspitasari 1, Triyono 2, Joharman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajaran kimia adalah salah satu dari pelajaran dalam rumpun sains yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran, farmasi, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting dan Jenis Penelitian 3.1.1 Setting Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di kelas 1 SD Negeri Salatiga 12, yang beralamat di jalan Domas 54 Salatiga 50711 Kelurahan Salatiga

Lebih terperinci

Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Kimia FKIP,UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia

Mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Kimia FKIP,UNS, Surakarta, Indonesia 2. Dosen Pendidikan Kimia, FKIP, UNS, Surakarta, Indonesia Jurnal Pendidikan Kimia (JPK), Vol. 5 No. 1 Tahun 2016 Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Sebelas Maret Hal. 41-45 ISSN 2337-9995 http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkompetensi karena di dalam pendidikanlah individu diproses menjadi manusia

Lebih terperinci

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. Pri Subekti

Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V. Pri Subekti Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V Pri Subekti SDN 2 Gembleb Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek Email prisubektigembleb2@gmail.com Tersedia

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E DENGAN METODE PEMBERIAN TUGAS DAN RESITASI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN ARITMETIKA SOSIAL SISWA KELAS VII

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN 1 PEJAGOAN TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN 1 PEJAGOAN TAHUN AJARAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA TENTANG DAUR AIR PADA SISWA KELAS V SDN 1 PEJAGOAN TAHUN AJARAN 2014/2015 Riyadi Solichin 1, Harun Setyo Budi 2, Suripto

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-21 Surakarta, 22 Oktober 2016 PENERAPAN MODEL

Lebih terperinci