II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan
|
|
- Sudirman Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Iklan Kleppner (1986) menyatakan bahwa iklan (advertisement) berasal dari bahasa latin ad-vere berarti menyampaikan pikiran dan gagasan pada pihak lain. Pengertian iklan tersebut merupakan pengertian komunikasi satu arah. Proses komunikasi ini penting sebagai alat pemasaran untuk membantu menjual barang, memberi ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi persuasif. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan untuk memotivasi seorang pembeli potensial dalam mempromosikan penjualan suatu produk atau jasa, untuk mempengaruhi pendapat publik, memenangkan dukungan publik untuk berpikir atau bertindak sesuai dengan keinginan para pemasang atau pembuatnya (Pattis, 1993). Menurut Undang-undang Pangan nomor 7 tahun 1996, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan pangan. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar, tulisan, atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran atau perdagangan. Sidang Codex Committee on Food Labelling (CCFL) ke 35 bulan Mei 2007 menyimpulkan bahwa iklan adalah segala bentuk komunikasi komersial kepada masyarakat yang dilakukan dengan berbagai cara kecuali label pangan, dalam rangka meningkatkan secara langsung atau tidak langsung penjualan atau konsumsi suatu pangan dengan menggunakan klaim gizi dan klaim kesehatan. Dari perspektif perlindungan konsumen, iklan merupakan sumber informasi tentang produk yang harus dapat dibuktikan kebenarannya. Informasi yang salah atau tidak sesuai dengan kenyataan dalam iklan yang disebarkan dapat dituntut (Sukmaningsih, 1997). 4
2 2.2. Sasaran, Tujuan dan Jenis Iklan Iklan digunakan oleh perusahaan untuk komunikasi langsung dalam rangka meyakinkan publik agar tercapai target penjualan. Tujuan atau sasaran iklan dapat diklasifikasikan berdasarkan maksud yang diinginkan, yaitu untuk memberi informasi (periklanan informatif), untuk menyakinkan (periklanan persuasif) dan untuk memberikan peringatan (periklanan mengingatkan). Periklanan Informatif adalah periklanan yang memberitahu tentang produk baru, menjelaskan kegunaan suatu produk, memberitahukan perubahan harga pada pasar, menjelaskan bagaimana bekerjanya suatu produk, menjelaskan jasa-jasa yang tersedia, dan memperbaiki kesan yang keliru dan membangun citra perusahaan. Periklanan persuasif adalah periklanan yang mendorong konsumen beralih merek ke merek yang diiklankan, mengubah persepsi pelanggan mengenai atribut produk dan menyakinkan pelanggan untuk membeli pada waktu sekarang serta kunjungan penjualan. Periklanan mengingatkan adalah periklanan yang mempertahankan ingatan pelanggan, mengingatkan merek dimana membelinya, membuat mereka tetap ingat selama masa bukan musimnya dan mengingatkan pelanggan bahwa produk tersebut mungkin dibutuhkan dalam waktu dekat. Engel dkk (1995) membagi iklan atas tiga bagian berdasarkan keberpihakan pesan yaitu: (1) iklan informasional, yaitu iklan yang pesannya bersifat memberikan informasi; (2) iklan komparatif, yaitu iklan yang pesannya berusaha untuk merebut bisnis dari produk yang sudah ada; (3) iklan transformasional, yaitu iklan yang pesannya berusaha membuat pengalaman produk lebih kaya dan lebih hangat daripada yang diperoleh semata-mata dari uraian obyektif dari merek yang diiklankan Media Iklan Ada dua media yang sering digunakan untuk menyampaikan pesan iklan, yaitu media lini atas dan media lini bawah. Media lini atas terdiri dari media cetak dan media eletronik atau biasa disebut dengan media massa dan media luar ruang. Media lini bawah terdiri dari atas pameran, direct mail, point of purchase (Zulkarnaen, 1993). 5
3 Media massa biasanya menjadi perhatian utama untuk digunakan sebagai media iklan, walaupun tidak menutup kemungkinan digunakannya media lain sebagai penunjang atau pelengkap iklan di media massa. Jangkauan media massa lebih luas dan lebih berkembang ke arah spesialis khalayak. Dengan demikian pengiklan lebih mudah merencanakan dan mengoptimalkan penggunaan media massa (Susilo, 1993). Jenis media utama berdasarkan urutan volume periklanan adalah surat kabar, televisi, surat langsung (brosur), radio, majalah dan media luar ruangan. Masing-masing jenis media tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahan tertentu. Pilihan ditentukan berdasarkan beberapa pertimbangan seperti kebiasaan media, audiens sasaran, produk, pesan dan biaya (Kolter dan Amstrong, 1996) Klaim Iklan Klaim adalah pernyataan mengenai kelebihan relatif suatu poduk dibandingkan pesaingnya. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pernyataan (klaim) manfaat kesehatan adalah pernyataan bahwa produk pangan tertentu mengandung zat gizi dan atau zat non-gizi tertentu yang bermanfaat jika dikonsumsi atau tidak boleh bagi kelompok tertentu, misalnya untuk anak-anak berusia di bawah lima tahun, kelompok usia lanjut, ibu hamil, dan menyusui, dan sebagainya. Klaim dapat menjadi sumber informasi bagi konsumen dalam menentukan pilihan. Studi oleh Berney-Reddish dan Areni (2006) menunjukkan bahwa pengaruh adanya klaim pada produk berbeda antara pria dan wanita, dimana wanita cenderung untuk lebih menerima perbedaan klaim dalam iklan jika dibandingkan pria. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh ambang pengolahan informasi wanita yang lebih rendah dan wanita lebih sensitif terhadap penggunaan kalimat dalam pesan. Hal ini lebih ditegaskan oleh Tias (2005) yang menyatakan bahwa sebanyak 82% pengambil keputusan pembelian susu formula adalah ibu (wanita). Iklan produk pangan merupakan salah satu jenis iklan yang sering menggunakan klaim yang dapat menipu konsumen. Suryani (2001) melalukan penelitian tentang pelabelan dan analisis klaim gizi produk pangan berdasarkan 6
4 pada kesesuaiannya dengan Nutrition Labelling of Singapore serta Keputusan Dirjen POM No /B/SK/VIII/1991 tentang Persyaratan Mutu Pengganti ASI. Hasilnya menunjukkan bahwa terdapat 1/6 dari produk yang diteliti memiliki klaim gizi yang tidak benar. Dengan semakin ketatnya persaingan antar produsen, berbagai cara dilakukan termasuk pencantuman klaim yang dapat mengelabui konsumen. Iklan sering dijadikan media klaim atas sesuatu tanpa bukti. Ada empat jenis klaim yang digunakan untuk mengelabui konsumen, yaitu (1) Klaim yang tampak objektif; seperti klaim tentang kandungan gizi tertentu dalam suatu produk pangan yang harus dibuktikan melalui pengujian atau dibandingkan dengan standar yang telah ada; (2) Klaim yang subjektif, seperti klaim yang menampilkan persepsi individu (kesukaan, pilihan, kepercayaan) yang mungkin menghasilkan tafsiran berbeda antar individu, klaim seperti ini sukar dibuktikan; (3) Klaim yang mendua, yaitu suatu klaim yang menampilkan dua sisi pesan yang bersifat pro dan kontra (sebagian benar dan sebagian salah); dan (4) Tidak mempunyai dasar, yaitu tidak didukung oleh logika sehingga klaim yang dibuat hanya ditujukan untuk kepentingan promosi yang lebih mengutamakan segi persuasi dibanding segi informasinya (Sumarwan, 2006). Menurut (Sumarwan, 2006), berdasarkan pada kebenaran informasi atau klaimnya, iklan dapat dibagi menjadi (1) Literal truth atau kebenaran sesungguhnya, yaitu klaim produk yang didukung oleh fakta secara objektif, (2) True Impression advertising, yaitu iklan yang memberikan informasi yang benar namun dapat menimbulkan kesan yang keliru di benak konsumen, (3) Discernible exaggregation, yaitu iklan yang berlebihan atau tidak didukung oleh fakta, (4) False impression advertising, yaitu iklan yang secara sengaja atau tidak sengaja menciptakan salah impresi/ kesan di benak konsumen Peraturan-peraturan yang terkait dengan pelanggaran Iklan Pangan Tinjauan pustaka terhadap peraturan perundang-undangan berikut dibagi berdasarkan kategori pelanggaran, yaitu (1) iklan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan, (2) iklan yang memberikan keterangan tidak benar dan 7
5 menyesatkan berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan, (3) yang yang mengarah pada pernyataan baha pangan seolah-olah sebagai obat, (4) iklan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung produk pangan lain. serta (5) ilklan yang mencantumkan logo/ pernyataan Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan yang berkaitan dengan gizi, manfaat kesehatan dan keamanan pangan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK tanggal 14 April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan menetapkan kata-kata atau pernyataan yang tidak boleh digunakan dalam iklan yang berhubungan dengan gizi, manfaat kesehatan, dan keamanan pangan, yaitu (1) yang bermakna superlatif seperti super, paling, nomor satu, top, awalan ter- (terbaik, termurni); (2) satu-satunya, jika telah ada produk pembandingnya; (3) sehat, cerdas, pintar jika terkait dengan sebab dan akibat dari mengkonsumsi pangan yang diiklankan; dan (4) aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau tidak ada efek samping tanpa keterangan yang lengkap. Peraturan tersebut juga melarang pencantuman kata higienis, sanitasi, cara produksi pangan yang baik. Hal ini karena proses higienis, sanitasi dan produksi pangan yang baik merupakan keharusan dalam proses produksi yang harus dipenuhi oleh produsen pangan, sehingga tidak boleh diklaim dalam iklan. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan, pasal 50, melarang iklan yang memuat keterangan bahwa pangan tersebut adalah sumber energi yang unggul dan segera memberikan kekuatan. Pencantuman klaim pada zat gizi ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida termasuk kategori pelanggaran iklan yang menyesatkan. Hal tersebut diatur dalam Surat Kepala Badan POM No. HK tanggal 10 Juli 2008 tentang Penambahan zat gizi dan non gizi dalam produk pangan pasal 6 yang menyatakan bahwa dilarang mencantumkan klaim gizi dan klaim kesehatan tentang ARA, DHA, Lutein, Sphingomyelin dan Gangliosida. Klaim tanpa bahan tambahan pangan termasuk kategori pelanggaran iklan pangan yang menyesatkan, karena seolah-olah suatu bahan tambahan pangan 8
6 dilarang atau berbahaya untuk digunakan. Penggunaan Bahan Tambahan Pangan diperbolehkan sepanjang mengikuti aturan yang ditetapkan Badan POM menerbitkan Peraturan Kepala Badan POM RI Nomor HK tanggal 27 Agustus 2007 tentang Larangan Pencantuman Informasi Bebas Bahan Tambahan Pangan pada Label dan Iklan Pangan Larangan iklan pangan yang mencantumkan keterangan tidak benar dan menyesatkan yang berkaitan dengan proses dan asal serta sifat bahan pangan Peraturan Menteri Kesehatan No. 386/MenKes/SK/IV/1994 Tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Rumah Tangga dan Makanan-minuman mengatur bahwa iklan makanan harus memberikan informasi yang benar dan tidak menyesatkan. Penggunaan kalimat, kata-kata, dan pernyataan tentang asal dan sifat bahan pangan hanya boleh digunakan apabila tidak menyesatkan dan atau menimbulkan penafsiran yang salah, seperti penggunaan kata alami, segar, murni dan dibuat dari. Kata alami hanya boleh digunakan untuk bahan mentah yang tidak dicampur dan tidak diproses atau produk yang diproses secara fisik tetapi tidak merubah sifat dan kandungannya. Kata segar hanya boleh digunakan untuk pangan yang tidak diproses, berasal dari suatu bahan dan menggambarkan pangan yang belum mengalami penurunan mutu secara keseluruhan. Kata segar juga boleh digunakan dalam kalimat atau ilustrasi yang tidak terkait secara langsung dengan pangan. Kata murni hanya boleh digunakan untuk bahan atau produk yang tidak ditambahkan sesuatu apapun; Kata dibuat dari hanya boleh digunakan bila produk yang bersangkutan seluruhnya terdiri dari satu bahan dan 100% digunakan untuk produk pangan yang tidak ditambahkan/dicampur dengan bahan lain. Ketentuan tersebut sesuai dengan Undang-undang RI No. 7 tahun 1996 tentang Pangan pasal 33 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap label atau iklan tentang yang diperdagangkan harus memuat keterangan mengenai pangan dengan benar dan tidak menyesatkan. Demikian juga dalam Peraturan Pemerintah RI No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 44 ayat 1 yang menyatakan bahwa setiap iklan tentang pangan yang diperdagangkan wajib 9
7 memuat keterangan mengenai pangan secara benar dan tidak menyesatkan, baik dalam bentuk gambar dan atau suara, pernyataan, dan atau bentuk lainnya. Penggunaan kata yang berlebihan termasuk dalam kategori iklan yang menyesatkan, karena dapat menyesatkan konsumen. Hal ini diatur dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen pasal 9 ayat 1 butir j yang menyatakan bahwa pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya, tidak mengandung risiko atau efek samping tanpa keterangan yang lengkap Larangan iklan pangan yang mengarah bahwa pangan seolah-olah sebagai obat. Peraturan Menteri Kesehatan No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Obat Bebas, Obat Tradisional, Alat Kesehatan, Kosmetika, Perbekalan Kesehatan Rumah Tangga dan Makanan dan Minuman mengatur bahwa iklan makanan tidak boleh mengarah ke pendapat bahwa makanan yang bersangkutan berkhasiat sebagai obat. Peraturan Pemerintah No. 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 53 juga jelas menyatakan bahwa iklan dilarang memuat pernyataan atau keterangan bahwa pangan yang bersangkutan dapat berfungsi sebagai obat Larangan iklan pangan yang mendiskreditkan atau merendahkan baik secara langsung maupun tidak langsung pangan lain. Surat Keputusan Menteri Kesehatan No. 386/ MenKes/SK/IV/1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman bagian Petunjuk Teknis Umum melarang bahwa makanan yang berlabel gizi seolah-olah mempunyai kelebihan dbandingkan makanan yang tidak berlabel gizi. Peraturan Pemerintah RI Nomor 69 tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan pasal 47 ayat (1) juga mengatur bahwa iklan dilarang dibuat dalam bentuk apapun untuk diedarkan dan atau disebarluaskan dalam masyarakat dengan cara mendiskreditkan produk pangan lainnya. 10
8 Larangan iklan pangan yang mencantumkan logo/pernyataan Surat Keputusan Kepala Badan POM No. HK Pedoman Periklanan Pangan Bab II Ketentuan Umum Periklanan Pangan No.22 mengatur bahwa logo yang dilarang untuk ditampilkan dalam iklan adalah logo lembaga yang mengeluarkan sertifikat/penghargaan. Peraturan tersebut juga melarang pencantuman pernyataan dan atau menampilkan gambar laboratorium, nama, logo atau identitas lembaga, termasuk lembaga yang melakukan analisis dan mengeluarkan sertifikat terhadap pangan. Permenkes No. 386 tahun 1994 tentang Pedoman Periklanan Makanan dan Minuman melarang pencantuma kata halal dalam iklan. Hal ini diperkuat dengan Surat Keputusan Kepala badan POM No. HK tanggal 14 April 2008 tentang Pedoman Periklanan Pangan yang menyatakan bahwa penggunaan tulisan dan atau logo halal dalam iklan hanya dapat ditampilkan berupa label pangan yang telah mendapat persetujuan pencantuman tulisan dan atau logo halal dari Badan POM Etika Pariwara Indonesia Etika Pariwara adalah ketentuan-ketentuan normatif yang menyangkut profesi dan usaha periklanan yang telah disepakati untuk dihormati, ditaaati dan ditegakkan oleh semua asosiasi dan lembaga pengembannya. Etika Pariwara merupakan sistem nilai dan pedoman terpadu tata krama (code of conduct) dan tata cara (code of practices). Etika Pariwara Indonesia tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan perundangan. Jika untuk sesuatu hal ditemui penafsiran ganda, maka makna undang-undang dan peraturan perundangan yang dianggap sahih. Tata krama yang berhubungan iklan pangan diatur dalam pengggunaan bahasa, yaitu iklan harus disajikan dalam bahasa yang bisa dipahami oleh khalayak sasarannya dan tidak menggunakan persandian yang dapat menimbulkan penafsiran selain dari yang dimaksud oleh perancang pesan iklan tersebut. Dalam ketentuan tersebut juga iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif seperti paling, nomor satu, top atau kata-kata berawalan ter, dan atau yang bermakna sama, tanpa secara khas menjelaskan keunggulan tersebut yang harus 11
9 dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber yang otentik. Penggunaan kata satu-satunya atau yang bermakna sama juga dilarang digunakan dalam iklan tanpa secara khas menyebutkan dalam hal apa produk tersebut menjadi yang satu-satunya dan hal tersebut harus dapat dibuktikan dan dipertanggungjawabkan. Demikian juga penggunaan kata 100%, murni, asli untuk menyatakan sesuatu kandungan kadar, bobot, tingkat mutu, dan sebagainya harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dari otoritas terkait atau sumber otentik. Penerapan Etika Pariwara Indonesia diberlakukan kepada setiap pelaku periklanan nasional, baik sebagai individu atau profesional, maupun sebagai entitas, atau usaha. Pengawasan pelaksanaan Etika Pariwara Indonesia dilakukan oleh lembaga pemantau, pengamat, atau pengawas periklanan serta masyarakat luas dan pamong. Penegakan dilakukan oleh Dewan Periklanan Indonesia (DPI) dengan membentuk organisasi internal yang bertugas khusus untuk itu. Disamping hal tersebut diatas, peran Dewan Periklanan Indonesia adalah menjalankan kemitraan dengan pamong dalam membina industri periklanan nasional. Sebagai bentuk komitmen dalam melindungi konsumen, industri periklanan mempunyai prinsip yang dinamakan swakarma (self-regulation) atau pengaturan diri sendiri. Rumusan tentang prinsip tersebut adalah jujur, bertanggung jawab dan tidak bertentangan dengan hukum negara; sejalan dengan nilai-nilai sosial budaya masyarakat serta mendorong persaingan, namun dengan cara-cara yang adil dan sehat. Etika Pariwara tahun 2005 menyatakan bahwa periklanan harus memenuhi tiga (3) asas, yaitu (1) jujur dan bertanggung jawab, dimana iklan tidak boleh menyesatkan, seperti memberikan keterangan yang tidak benar, mengelabui, memberikan janji yang berlebihan, dan menyalahgunakan kepercayaan dan merugikan masyarakat, (2) bersaing secara sehat, dimana penggunaan kata-kata yang berlebihan, perbandingan langsung, merendahkan produk lain baik langsung maupun tidak langsung dan peniruan harus dihindarkan, (3) melindungi dan menghargari khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku. 12
KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU
KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA CETAK TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU Studi Kasus Pada Majalah AyahBunda, Femina dan Kartini Serta Tabloid Nova dan Nakita pada Periode
Lebih terperinciFORM PENILAIAN IKLAN PANGAN. Nama produk Jenis produk. (lihat kategori pangan ) : Cetak/elektrobik/luar ruang. Tanggal terbit media
LAMPIRAN 1 FORM PENILAIAN IKLAN PANGAN Nama produk Jenis produk Jenis media Nama media Tanggal terbit media :. :.. (lihat kategori pangan ) : Cetak/elektrobik/luar ruang :. :.. I No Uraian Ya Tidak Penilaian
Lebih terperinciMata Kuliah - Etika Periklanan-
Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Asas-Asas, Tata Cara dan Penerapan Umum Etika Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciMata Kuliah - Etika Periklanan-
Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: PP Terkait Periklanan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id HUKUM POSITIF KU Perdata
Lebih terperinciETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Peraturan Pemerintah Terkait Periklanan. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi
ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Peraturan Pemerintah Terkait Periklanan Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciETIKA PARIWARA INDONESIA. Rama kertamukti
ETIKA PARIWARA INDONESIA Rama kertamukti Swakrama (Self regulation) Pembuat EPI : AMLI, APPI, ASPINDO (pemrakarsa-penyantun iklan), ATVLI, ATVSI, GPBSI, PPPI, PRSSNI, SPS, Yayasan TVRI : 26 Agustus 2005
Lebih terperinciModul ke: ETIKA PERIKLANAN. Overview. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication
Modul ke: 04 Fakultas Cherry ILMU KOMUNIKASI ETIKA PERIKLANAN Overview Kartika, SIP, M.Ikom Program Studi Advertising & Marketing Communication Agenda EPI Bab III.A. butir 1.1 s/d 1.9 Diskusi kasus-kasus
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.192, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKES. Alat. Perbekalan. Rumah Tangga. Iklan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN
Lebih terperinciPERSYARATAN IKLAN ALAT KESEHATAN DAN
2014, No.192 10 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA PERSYARATAN IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN
Lebih terperinciModul ke: ETIKA PERIKLANAN. Overview. Fakultas ILMU KOMUNIKASI. Kartika, SIP, M.Ikom. Program Studi Advertising & Marketing Communication
Modul ke: 01 Cherry Fakultas ILMU KOMUNIKASI ETIKA PERIKLANAN Overview Kartika, SIP, M.Ikom Program Studi Advertising & Marketing Communication Agenda Aturan-aturan pemerintah yang ada berkaitan dengan
Lebih terperinciETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom. Modul ke: Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi
ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Penjabaran EPI Bab III.A. Butir 1.1 1.10 Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan (Marcomm) www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciEtika Periklanan. Kaitan Peraturan Pemerintah dengan Periklanan MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Kaitan Peraturan Pemerintah dengan Periklanan Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Ilmu Periklanan dan Kode MK Komunikasi Komunikasi 02 Periklanan Abstract
Lebih terperinciLampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum. A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan
Lampiran 1. Decision tree kelompok pelanggaran umum A. Larangan Iklan Pangan Berkaitan dengan Penggunaan Kata-Kata atau Ilustrasi yang Berlebihan Q1 Apakah iklan pangan yang dievaluasi menggunakan kata-kata
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN
BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGAWASAN PERIKLANAN PANGAN OLAHAN DENGAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: 1. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan
Lebih terperinciMata Kuliah - Etika Periklanan-
Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Ketentuan Tata Cara Periklanan dan Penegakkan Etika Iklan Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri kosmetik belakangan ini memang menjadi magnet yang dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan bisnis industri kosmetik menuntut
Lebih terperinciMata Kuliah - Etika Periklanan-
Mata Kuliah - Etika Periklanan- Modul ke: Kajian Tentang Kasus-Kasus Iklan yang Berpotensi Melanggar EPI Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising www.mercubuana.ac.id
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
PENJELASAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN UMUM Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab merupakan salah satu tujuan penting
Lebih terperinciMenimbang : Mengingat :
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.5.1.2569 TENTANG KRITERIA DAN TATA LAKSANA PENILAIAN PRODUK PANGAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : Mengingat
Lebih terperinciPENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT
PENINGKATAN PENGAWASAN IKLAN DAN PENANDAAN OBAT Drs. H. G. Kakerissa, Apt. Hotel Balairung, 20 Juli 2017 Direktorat Pengawasan Distribusi Produk Terapetik dan PKRT Dasar Hukum 1. Undang-Undang Nomor 36
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadilan, untuk mencapai tujuan tersebut Indonesia dihadapkan pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah pembangunan manusia yang seutuhnya. Seluruh rakyat Indonesia berhak memperoleh kesejahteraan dan keadilan, untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN SUPLEMEN KESEHATAN
FILE EDIT 16 November 2016 Masukan dapat disampaikan kepada Direktorat Standardisasi Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen melalui email mmi_stand_ot@yahoo.com, telp/fax 021-4241038 paling lambat
Lebih terperinciRegulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan. Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016
Regulasi tentang Iklan & Pelanggaran Iklan Coaching Clinic Pendaftaran Iklan Obat Tradisional dan Suplemen Jakarta, 23 November 2016 Iklan harus bersifat komunikatif kepada khalayaknya agar dapat diterima.
Lebih terperinciBAB III PEMBAHASAN. penelitian berkaitan dengan jenis-jenis pelanggaran iklan jasa periode 1 Agustus 31
BAB III PEMBAHASAN Dalam bab pembahasan memuat penjelasan secara rinci mengenai hasil penelitian berkaitan dengan jenis-jenis pelanggaran iklan jasa periode 1 Agustus 31 Agustus 2016 berdasarkan Etika
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Iklan. Publikasi. Pelayanan Kesehatan.
No.673, 2010 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN. Iklan. Publikasi. Pelayanan Kesehatan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1787/MENKES/PER/XII/2010 TENTANG IKLAN DAN
Lebih terperinciBAB III PENGATURAN PERIKLANAN DI INDONESIA
BAB III PENGATURAN PERIKLANAN DI INDONESIA Demi terwujudnya cita-cita bangsa Indonesia, yaitu tumpah darah yang berkeadilan dan kemakmuran berdasarkan falsafah bangsa dan konstitusi Negara, hanya dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH. Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran
BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Industri rokok di Indonesia tergolong sebagai industri yang memiliki peran penting menggerakkan roda ekonomi secara nasional, hampir dari berbagai kalangan menggemari
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Bauran Pemasaran Marketing Mix merupakan kombinasi variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran, variabel yang dapat dikendalikan oleh perusahaan
Lebih terperinciAdvertisement of Nutrition Message in Food Product. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
Advertisement of Nutrition Message in Food Product Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tren penggunaan pesan terkait kesehatan oleh produsen semakin meningkat, sehingga memberikan konsekuensi penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini kehidupan perekonomian bangsa Indonesia sedang dihadapkan pada masalah krisis keuangan global. Krisis ini berlanjut terus dan telah mendapatkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Peranan Iklan Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk komunikasi nonpersonal mengenai suatu organisasi, produk, servis, atau ide yang dibayar
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.00.05.23.3644 TE N TA N G KETENTUAN POKOK PENGAWASAN SUPLEMEN MAKANAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]
UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 55 Barangsiapa dengan sengaja: a. menyelenggarakan kegiatan atau proses produksi, penyimpanan, pengangkutan,
Lebih terperinci2016, No Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan Lembaran Neg
No. 738, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPOM. Periklanan Pangan Olahan. Pengawasan. Pedoman. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS. A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen
BAB III TINJAUAN TEORITIS A. Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Konsumen 1. Pengertian Konsumen Pengertian konsumen menurut Undang-undang No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen sebelum berlakunya
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR MUTU GIZI, PELABELAN, DAN PERIKLANAN SUSU FORMULA PERTUMBUHAN DAN FORMULA PERTUMBUHAN ANAK USIA 1-3 TAHUN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. produk-produk dalam negeri harus bersaing dengan produk-produk dari luar
BAB I PENDAHULUAN Bangsa Indonesia dalam memasuki pasar bebas, dimana produk-produk dari luar negeri akan dengan mudah keluar masuk ke Indonesia hal ini tentu akan berdampak terhadap barang-barang produksi
Lebih terperinciGUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciRegulasi Pangan di Indonesia
Regulasi Pangan di Indonesia TPPHP Mas ud Effendi Pendahuluan (1) Pangan adalah hak asasi setiap rakyat Indonesia karena pangan merupakan kebutuhan manusia yang sangat mendasar yang berpengaruh terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhasil untuk menarik minat konsumen untuk membeli produknya pada akhirnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan zaman membuat persaingan dalam berbagai bidang semakin ketat, tidak terkecuali persaingan di bidang industri perdagangan
Lebih terperinciJurnal Kefarmasian Indonesia. Vol : 20-27
20 Jurnal Kefarmasian Indonesia. Vol 2.1.2012 : 20-27 Kajian Peraturan...(Sudibyo Supardi, e t.al) sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi secara elektronik ataupun non elektronik.
Lebih terperinciBAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan masyarakatnya
Lebih terperinciM E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR BAB I KETENTUAN UMUM.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1297/MENKES/PER/XI/1998 TENTANG PEREDARAN OBAT TRADISIONAL IMPOR MENTERI KESEHATAN REBUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka melindungi masyarakat
Lebih terperinciETIKA PERIKLANAN. Pokok Bahasan : Dasar-dasar penyusunan dan isi kitab etika pariwara Indonesia serta peranannya. Yogi Prima Muda, S.Pd, M.
ETIKA PERIKLANAN Modul ke: Pokok Bahasan : Dasar-dasar penyusunan dan isi kitab etika pariwara Indonesia serta peranannya Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi Periklanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Konsumen dapat mengenal suatu produk atau jasa melalui merek. Melalui merek konsumen dapat membedakan antara produk dan jasa yang satu dengan yang lainnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kebutuhan orang tua terhadap produk bayi begitu tinggi dikarenakan keinginan yang kuat dari orang tua agar anak-anaknya dapat tumbuh dan berkembang dengan
Lebih terperinciInfoPOM BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA BADAN POM RI Volume 10, No.5 September 2009 ISSN 1829-9334 INFORMASI NILAI GIZI PRODUK PANGAN Manfaat & cara pencantuman DAFTAR ISI Informasi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Latar Belakang. sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label
PENDAHULUAN Latar Belakang Label merupakan salah satu alat komunikasi untuk menyampaikan sebuah informasi produk agar mudah dipahami oleh konsumen. Label yang disusun secara baik akan memudahkan konsumen
Lebih terperinciPersaingan yang dihadapi oleh setiap pelaku bisnis saat ini sangat ketat. karena banyaknya perusahaan pesaing yang hadir di pasar baik itu perusahaan
BAB3 PEMBAHASAN 3.1. Keterkaitan Iklan dengan Strategi Pemasaran Persaingan yang dihadapi oleh setiap pelaku bisnis saat ini sangat ketat karena banyaknya perusahaan pesaing yang hadir di pasar baik itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk menunjang penampilan seseorang, bahkan bagi masyarakat dengan gaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kosmetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang sudah ada dan semakin berkembang dari waktu ke waktu, disamping itu pula kosmetik berperan penting untuk menunjang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau
1 BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN A. TINJAUAN PANGAN OLAHAN 1. Pengertian Pangan Olahan Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 28 tahun 2004 pangan adalah segala sesuatu yang berasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONEASIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONEASIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah terciptanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah. Mayoritas konsumen Indonesia sendiri adalah konsumen makanan, jadi
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan dan perkembangan perekonomian umumnya dan khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang
Lebih terperinciIKLAN??? Apa itu iklan?
IKLAN??? Apa itu iklan? IKLAN IKLAN.... Segala bentuk presentasi nonpribadi dan promosi gagasan, barang atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Dalam Mengembangkan program iklan, terdapat 5
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam aktivitas sehari-hari kita sering menjumpai iklan dan berbagai macam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam aktivitas sehari-hari kita sering menjumpai iklan dan berbagai macam variasinya, baik iklan dari media masa seperti televisi, radio, internet maupun iklan media
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PENGAWASAN SEDIAAN FARMASI, ALAT KESEHATAN, DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciIKLAN YANG TIDAK BERETIKA
NAMA : WINDA ANGGRAINI NIM : 105020205111009 KELAS : BA IKLAN YANG TIDAK BERETIKA Iklan merupakan salah satu bentuk komunikasi antara produsen atau penjual dengan konsumen atau pemakai dengan tujuan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1 Jumlah Rumah Sakit di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
Lebih terperinciKAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA MASSA TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
SKRIPSI KAJIAN KESESUAIAN IKLAN PRODUK PANGAN DI MEDIA MASSA TERHADAP PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN : Studi Kasus pada Harian Kompas, Republika, Koran Tempo, Pikiran Rakyat dan Radar Bogor Periode Agustus-Nopember
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan dan pengawasan pangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keindahan atau keelokan merupakan sifat dan ciri dari orang, hewan, tempat, objek, atau gagasan yang memberikan pengalaman persepsi kesenangan, bermakna, atau
Lebih terperinciPELABELAN DAN IKLAN PANGAN
PELABELAN DAN IKLAN PANGAN BAHAYA BIOLOGIS BAHAYA KIMIA AMANKAN PANGAN dan BEBASKAN PRODUK dari BAHAN BERBAHAYA BAHAYA FISIK BEBAS BAHAYA PP No. 69/1999 tentang Label dan Iklan Pangan Pengertian (1) Label
Lebih terperinciPERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.03.1.23.12.11.10052 TAHUN 2011 TENTANG PENGAWASAN PRODUKSI DAN PEREDARAN KOSMETIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495]
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 1992 TENTANG KESEHATAN [LN 1992/100, TLN 3495] BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 80 (1) Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak
Lebih terperinciMODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si
PERTEMUAN 13 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL MANAJEMEN PERIKLANAN (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Aspek regulasi dalam praktek periklanan di Indonesia.
Lebih terperinci2. Iklan Taktis Memiliki tujuan yang mendesak. Iklan ini dirancang untuk mendorong konsumen agar segera melakukan kontak dengan merek tertentu.
JENIS-JENIS IKLAN Bermacam-macamnya tujuan dari sebuah iklan yang dibuat oleh sebuah perusahaan maka berdampak pada berbedanya jenisjenis dari sebuah iklan. Iklan yang sering muncul diberbagai media dan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.710, 2013 BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Minuman. Khusus. Ibu Hamil. Menyusui. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2013
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu karakteristik manusia adalah bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah salah satu kegiatan manusia yang terpenting dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke-4 didunia, menjadikan negara yang potensial untuk pemasaran berbagai barang maupun jasa.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG PENCANTUMAN INFORMASI KANDUNGAN GULA, GARAM, DAN LEMAK SERTA PESAN KESEHATAN UNTUK PANGAN OLAHAN DAN PANGAN SIAP SAJI DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk mengetahui pengaruh dari atribut produk terhadap keputusan pembelian ulang kecap ABC pada ibu rumah tangga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan mengembangkan strategi promosi yang merupakan salah faktor penentu keberhasilan program pemasaran. Betapapun berkualitasnya suatu produk, bila konsumen
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Keamanan Pangan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Keamanan Pangan Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Tujuan
0 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat pesat, pelaku usaha di bidang obat tradisional dan suplemen kesehatan dituntut untuk bersaing secara cermat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persaingan yang sehat. Tujuan dari disampaikannya iklan tersebut adalah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Untuk memasarkan produknya, pelaku usaha pada umumnya membuat promosi tentang barang dan / atau jasa yang akan diperdagangkan ke masyarakat melalui sarana media
Lebih terperinciPengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan. Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI
Pengembangan Kelembagaan Pangan di Indonesia Pasca Revisi Undang-Undang Pangan Ir. E. Herman Khaeron, M.Si. Wakil Ketua Komisi IV DPR RI KEBIJAKAN PANGAN INDONESIA Kebijakan pangan merupakan prioritas
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 131, 1999 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3867) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK
Lebih terperinciPedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada Label Pangan
DIREKTORAT STANDARDISASI PRODUK PANGAN DEPUTI BIDANG PENGAWASAN KEAMANAN PANGAN DAN BAHAN BERBAHAYA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA 2005 Pedoman Pencantuman Informasi Nilai Gizi Pada
Lebih terperinciBUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN
BUPATI HULU SUNGAI UTARA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PENGAWASAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN DAN PEREDARAN BAHAN BERBAHAYA YANG DISALAHGUNAKAN
Lebih terperinciThe First Food Technology Undergraduate Program Outside of North America Approved by the Institute of Food Technologists (IFT)
Department of Food Science and Technology Bogor Agricultural University http://itp.fateta.ipb.ac.id Tujuan Aturan Label dan Iklan Pangan (PP 69/1999) Terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung
Lebih terperinciBAB 4 KONSEP DESAIN Komponen Iklan Layanan Masyarakat
12 BAB 4 KONSEP DESAIN 4.1 Landasan Teori dan Penerapan 4.1.1 Komponen Iklan Layanan Masyarakat Menurut Rakhmat Supriyono dalam buku Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi, ada 4 hal yang perlu dibahas
Lebih terperinciBAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.
BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO. 109 TAHUN 2012 3.1 Kewenangan Pengawasan Terhadap Label Produk Rokok Kewenangan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821]
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN [LN 1999/42, TLN 3821] Bagian Kedua Sanksi Pidana Pasal 61 Penuntutan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya. Pasal
Lebih terperinciRANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1999 TENTANG PERS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Iklan Iklan adalah salah satu komponen marketing mix yang umum dilakukan oleh perusahaan. Iklan adalah setiap bentuk komunikasi yang dimaksudkan
Lebih terperinciSURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/SEOJK.07/2014 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI DALAM RANGKA PEMASARAN PRODUK DAN/ATAU LAYANAN JASA KEUANGAN
- 1 - Yth. Direksi atau Pengurus Pelaku Usaha Jasa Keuangan, di Tempat SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12/SEOJK.07/2014 TENTANG PENYAMPAIAN INFORMASI DALAM RANGKA PEMASARAN PRODUK DAN/ATAU LAYANAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menyampaikan pesan pada konsumen, pemasar dapat memilih aktivitas komunikasi tertentu yang sering disebut sebagai elemen, fungsi atau alat (tool) yang terutama
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persaingan yang ketat dalam dunia bisnis saat ini membuat perusahaan harus mengeluarkan ide-ide baru untuk memasarkan produknya. Tingginya tingkat persaingan di dunia bisnis
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM
BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI Setelah melakukan penelitian, analisis dan pembahasan maka peneliti dapat menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM kuliner rumah makan terhadap
Lebih terperinciBab 5. Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif
Bab 5 Dasar Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini dan ASI Eksklusif Inisiasi Menyusu Dini dan Pemberian ASI secara Eksklusif Ditinjau dari Aspek Hukum dan Kebijakan Kesehatan merupakan modal penting dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2013 TENTANG IKLAN ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciEVALUASI PENULISAN LABEL PANGAN YANG TIDAK LENGKAP DAN IKLAN PANGAN MENYESATKAN PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013
JURNAL RISET MANAJEMEN Vol. 1, No. 1, Mei 2014, 78-92 EVALUASI PENULISAN LABEL PANGAN YANG TIDAK LENGKAP DAN IKLAN PANGAN MENYESATKAN PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA PANGAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2013
Lebih terperincia. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan adalah terciptanya perdagangan pangan yang jujur dan bertanggung jawab;
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1999 TENTANG LABEL DAN IKLAN PANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa salah satu tujuan pengaturan, pembinaan, dan pengawasan pangan
Lebih terperinciKEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG KOSMETIK
KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.05.4.1745 TENTANG KOSMETIK Menimbang : a. bahwa penggunaan kosmetik pada saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat; b. bahwa
Lebih terperinciPENGERTIAN KOMUNIKASI PEMASARAN/PROMOSI Kegiatan promosi pada organisasi pelayanan kesehatan sangat dibatasi oleh etika, sehingga pemilihan mengenai
PENGERTIAN KOMUNIKASI PEMASARAN/PROMOSI Kegiatan promosi pada organisasi pelayanan kesehatan sangat dibatasi oleh etika, sehingga pemilihan mengenai keputusan promosi harus dipertimbangkan dengan benar.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini tingkat persaingan antar industri mie instant semakin ketat dalam memasarkan produknya. Hal ini di sebabkan oleh banyaknya industri baru yang bermunculan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesaing baru maupun pesaing yang sudah ada yang bergerak dalam bidang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia industri di Indonesia telah berkembang sangat pesat, hal ini menyebabkan kondisi persaingan dunia bisnis dewasa ini semakin bertambah ketat. Semakin tingginya
Lebih terperinci