BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan"

Transkripsi

1 56 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Franchise Franchise berasal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan konteks usaha, franchise berarti kebebasan yang diperoleh seseorang untuk menjalankan sendiri suatu usaha di wilayah tertentu. Sedangkan pewaralabaan (franchising) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba (franchise) yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba (franchisor) dan penerima waralaba (franchisee). Menurut European Code of Ethics for Franchising, defenisi franchise adalah franchise is a system of marketing goods and/or services and/or technology, which is based upon a close and ongoing collaboration between legally and financially separate and independent undertakings, the franchisor and its individual franchisee, whereby the franchisors grants its individual franchisees the right, and imposes the obligation, to conduct a business in accordance with the franchisor`s concept. (franchising adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerja sama tertutup dan terusmenerus antara pelaku-pelaku independen (maksudnya franchisor dan franchisee individual) dan terpisah baik secara legal (hukum) dan keuangan, franchisor memberikan hak kepada para individual franchisee dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor). Menurut Anoraga (2002:239) franchise adalah suatu sistem bagi distribusi selektif bagi barang dan/atau jasa di bawah suatu nama merk melalui tempat

2 57 penjualan yang dimiliki oleh pengusaha independen yang disebut franchisee, walaupun pemberi franchise (franchisor) memasok franchisee dengan pengetahuan atau identifikasi merk secara terus menerus, franchisee menikmati hak atas profit yang diperoleh dan menanggung resiko kerugian. Franchisor mengendalikan distribusi barang dan/atau jasa melalui suatu kontrak dengan mengatur aktifitas franchisee, dalam hubungannya untuk pencapaian standarisasi. Menurut Zimmerer (2008 : 80) franchise adalah suatu sistem distribusi di mana pemilik bisnis yang semi mandiri membayar iuran dan royalty kepada perusahaan induk untuk mendapatkan hak untuk menjual produk atau jasa dan seringkali menggunakan format dan sistem bisnisnya. Menurut Spinelli (2006:2) franchising terjadi ketika seseorang mengembangkan model bisnis dan menjual hak untuk mengoperasikannya ke pengusaha (franchisee). Franchisee biasanya mendapatkan hak untuk model bisnis untuk jangka waktu tertentu dan di daerah geografis tertentu. Menurut Suryana (2006:100) adalah kerja sama antara wirausaha (franchisee) dengan perusahaan besar (franchisor/parent company) dalam mengadakan persetujuan jual-beli hak monopoli untuk menyelenggarakan usaha (franchise). Menurut Odop (2006:16), franchise adalah pengaturan bisnis dengan system pemberian hak pemakaian nama dagang oleh pewaralaba kepada pihak independen atau terwaralaba untuk menjual produk atau jasa sesuai dengan standarisasi kesepakatan untuk membuka usaha dengan menggunakan merek dagang/nama dagang dibawah bendera mereka. Menurut LPPM (Lembaga Pendidikan dan Pembinaan Manajemen), waralaba pertama kali diperkenalkan oleh LPPM sebgai padanan kata franchise.

3 58 Waralaba berasal dari kata wara yang berarti lebih atau istimewa dan laba berarti untung. Jadi, waralaba berarti usaha yang memberikan keuntungan yang lebih atau istimewa berbeda dengan sistem bisnis konvensional yang sudah ada. AS melalui International Franchise Association (IFA) mendefenisikan franchise sebagai hubungan kontraktual antara franchisor dengan franchisee, franchisor berkewajiban menjaga kepentingan secara kontiniu pada bidang usaha yang dijalankan oleh franchisee misalnya lewat pelatihan, di bawah merek dagang yang sama, format dan standar operasional atau control pemilik (franchisor), franchisee menanamkan investasi pada usaha tersebut dari sumber dananya sendiri. Lebih lanjut menurut IFA, Franchise atau Waralaba pada hakekatnya memiliki 3 elemen yaitu : 1. Dalam setiap perjanjian Waralaba, Pewaralaba (Franchisor) selaku pemilik dari sistem Waralabanya memberikan lisensi kepada Terwaralaba (Franchisee) untuk dapat menggunakan merek dagang/jasa dan logo yang dimiliki oleh Pewaralaba. 2. Sistem Bisnis Keberhasilan dari suatu organisasi Waralaba tergantung dari penerapan Sistem/Metode Bisnis yang sama antara Pewaralaba dan Terwaralaba. Sistem bisnis tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol persediaan, dan kebijakan dagang, dll. 3. Biaya (Fees) dalam setiap format bisnis waralaba, sang pewaralaba baik secara langsung atau tidak langsung menarik pembayaran dari terwaralaba

4 59 atas penggunaan merek dan atas partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi dan atau biaya pemasaran bersama. Biaya lainnya juga dapat berupa biaya atas jasa yang diberikan kepada terwaralaba (mis: biaya manajemen). Menurut British Franchise Association, sebagai garansi lisensi kontraktual satu orang (franchisor) ke pihak lain (franchisee) dengan : 1. Mengijinkan atau meminta franchisee menjalankan usaha dalam periode tertentu pada bisnis yang menggunakan merek yang dimiliki oleh franchisor. 2. Mengharuskan franchisor untuk melatih control secara kontiniu selama periode perjanjian. 3. Mengharuskan franchisor untuk menyediakan asistensi terhadap franchisee pada subyek bisnis yang dijalankan di dalam hubungan terhadap organisasi usaha franchisee seperti training terhadap staf, merchandising, manajemen, atau yang lainnya. 4. Meminta kepada franchisee secara periodic selama masa kerja sama franchise untuk membayarkan sejumlah fee franchise atau royalty untuk produk atau servis yang disediakan oleh franchisor kepada franchisee. Defenisi waralaba juga diberikan oleh Institut Pendidikan dan Managemen yang antara lain mendefenisikan waralaba sebagai berikut. 1. Waralaba adalah suatu sistem pemasaran atau distribusi barang dan jasa, di mana sebuah perusahaan induk (franchisor) memberikan hak istimewa untuk melakukan suatu sistem usaha dengan cara, waktu, dan lokasi tertentu

5 60 kepada individu atau perusahaan lain (franchisee) yang berskala kecil dan menengah. 2. Waralaba merupakan sebuah metode pendistribusian barang dan jasa kepada masyarakat konsumen, yang dijual kepada pihak lain. 2.2 Subyek dan Obyek Franchise Dalam sebuah perikatan atau perjanjian tentu terdapat adanya subyek dan obyek dari perikatan tersebut. Subyek dan obyek hukum dari franchise, sehingga terbentuknya sebuah perikatan franchise yaitu: a. Subyek franchise Subyek hukum franchise dalam sebuah perikatan franchise, terdiri dari 2 (dua) yaitu sebagai berikut : 1. Franchisor Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik berupa paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun hal-hal pendukung lainnya kepada franchise. 2. Franchisee Franchisee adalah orang atau badan usaha yang menerima lisensi dari franchisor untuk dapat menggunakan merek perdagangan / merek jasa maupun ciri khas dari franchisor, namun harus tetap tunduk kepada peraturan dan tata cara dari franchisor. Selain 2 (dua) subyek hukum franchise yang telah dikemukakan tadi, ternyata masih terdapat dua pihak lainnya yang dapat dikaitkan sebagai subyek hukum franchise dalam perjanjian franchise yang juga terkena dampak dari perjanjian ini, yakni :

6 61 a. Franchise lain dalam sebuah sistem franchise (franchising system) yang sama. b. Konsumen atau klien dari franchise maupun masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa pada umumnya. 2.3 Penggolongan Franchise Penggolongan franchise menurut East Asian Executive Report. East Asian Executive Report telah menggolongkan franchise dalam 3 golongan yakni sebagai berikut: 1. Product franchise Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha penerima franchise hanya bertindak mendistribusikan produk dari rekannya dengan pembatasan areal, seperti : pengecer bahan bakar Shell yang telah dibagi jaringan atau divisi wilayah pendistribusiannya. 2. Processing franchise or manufacturing franchise Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) hanya memegang peranan memberi know-how, dari suatu proses produksi, seperti : Minuman ringan Coca Cola. 3. Business formal / System franchise Franchise jenis ini, seorang atau badan usaha pemberi franchise (franchisor) sudah memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket kepada konsumen, seperti : Dunkin Donuts dan Kentucky Fried Chicken.

7 Keunggulan dan kelemahan franchise Menurut Anoraga (2002:241), keunggulan bisnis dengan menggunakan system franchise adalah sebagai berikut : a. Bimbingan Kelemahan usaha kecil yang menyolok adalah kurangnya kemampuan manajerial. Seseorang dengan ketrampilan manajerial yang terbatas mungkin dapat diterima oleh perusahaan besar, karena ia hanya salah satu dari sekian banyak manajer. Tetapi tidak seorangpun dapat menutupi kelemahan tersebut bila menjadi seorang manajer franchise. Banyak franchisor mencoba mengatasi kekurangan atau kurang pengalaman dengan memberikan beberapa bentuk pelatihan. b. Brand name Investor yang menandatangani perjanjian franchise mendapat hak untuk menggunakan promosi nama merk secara nasional maupun regional. Hal ini mengidentifikasikan unit lokal dengan suatu produk atau jasa yang terkenal. c. Produk yang terjamin. Franchisor dapat menawarkan kepada franchisee suatu produk dan metode pengorperasian bisnis yang terjamin. Produk atau jasa yang terkenal dan diterima oleh masyarakat luas. d. Bantuan finansial. Melalui kerjasama dengan perusahaan franchise, investor individual mungkin dapat terjamin bantuan finansialnya. Biaya permulaan bisnis yang sangat tinggi, dan investor prospektif biasanya memiliki dana yang terbatas. Dalam beberapa kasus, asosiasi dengan franchisor yang telah mapan melalui

8 63 reputasinya dan pengendalian keuangannya dapat mempertinggi tingkat kredit investor dengan bank lokal. Sedangkan kelemahan dari bisnis franchise ini adalah : a. Biaya Franchisee harus membayar biaya franchise. Sebagai imbalannya franchisor dapat memberikan pelatihan, bimbingan atau memberi dukungan lainnya yang memerlukan biaya. b. Pengendalian eksternal Seseorang yang menandatangani perjanjian franchise kehilangan beberapa kebebasan. Franchisor, dalam hal mengoperasikan seluruh tempat penjualan franchise sebagai suatu bisnis harus melakukan pengendalian atas aktivitas promosional, catatan finansial, penyewaan, prosedur pelayanan, dan pengembangan manajerial. Walaupun bermanfaat, pengendalian ini tidak menyenangkan bagi seseorang yang mencari kebebasan. c. Program pelatihan yang lemah Beberapa franchisor telah mengembangkan program pelatihan yang baik. Tetapi beberapa promotor menjanjikan pelatihan tetapi tidak pernah terealisasi. Dalam kasus lain, program pelatihan lemah, terlalu singkat,dan diberikan oleh pelatih yang tidak memiliki keterampilan instruksional. Fasilitas kadangkala tidak sesuai bagi pelatihan dan pengembangan yang sebenarnya. 2.5 Peran Franchisor dalam Keberhasilan usaha bisnis Franchise Peran franchisor dalam keberhasilan usaha bisnis franchisee dapat dikonseptualkan dengan 4 (empat) fase yaitu : Yang pertama adalah perkenalan atau pendahuluan, dimana saling ketergantungan dan motivasi yang terbagi untuk

9 64 keberhasilan dan keuntungan. Fase yang kedua dapat dengan perkembangan, awal ketika bisnis mulai berfungsi. Selama fase ini, franchisor menawarkan dukungan kepada franchisee baru dan hubungan antar keduanya mulai berkembang. Pada fase ini, hubungan antara keduanya dapat menjadi problematik jika franchisor tidak memberikan dukungan atau training yang tepat. Ketika tiap partisipan dapat mengerti apa yang diharapakan oleh yang lain, maka dapat dikatakan bahwa fase kedewasaan telah dicapai. Pada point ini, franchisee memiliki kesan yang akurat terhadap keahlian dan kompetensitas franchisor dan kontribusi franchisor terhadap hubungannya dengan franchisee. Namun sebaliknya apabila tahap akhir dalam hubungan antara frenchisee dan franchisor terjadi penolakan. Kemungkinan yang pertama adalah, bisnis tidak berjalan baik sehingga franchisee termotivasi untuk mengakhiri hubungan dengan franchisor, dan kemungkinan kedua yaitu bisnis berjalan terus dan hubungan antara franchisee dan franchisor menjadi lebih solid. Permasalahaan franchise dapat dialami oleh dua pihak baik itu fanchisee maupuun franchisor juga. Menurut Karamoy (2004) hal-hal yang perlu diperhatikan bagi pebisnis franchise ini banyak, tapi hal penting yang harus mendapat penekanan yaitu manajemen hubungan atau franchise relationship management. Franchise yang menghadapi tekanan baik internal maupun eksternal secara signifikan, tekanan-tekanan tersebut dapat menyebabkan kekacauan sistem yang akan berimbas pada penyedia eksternal, customer, dan supplier juga franchisee dalam sistem franchise (Kaufmann, 1990 dalam Tikoo, 2005: 329). Ada konflik-konflik yang potensial dalam hubungan antara franchisee dan

10 65 franchisor dimana kedua pihak saling tergantung, terikat oleh kontrak, dan banyaknya franchisee yang mengajukan komplain kepada franchisor. Format bisnis franchise telah berkembang secara luas dalam sector ekonomi di USA dan UK (Mandelsohn, 1995:69). Pemberian ijin franchisor kepada franchisee untuk mengembangkan bisnis menggunakaan mereknya. Pada dasarnya franchisor menyediakan proses managerial kepada franchisor untuk menjalankan bisnis sesuai dengan kontrak franchise (Cughlan, 2001 : 86). Sistem franchise tidak hanya sekedar sistem ekonomi tapi juga system sosial karena adanya unsur relationship yang berdasarkan dimensi ketergantungan, komunikasi dan konflik (Stern dan Reve dalam Tikoo, 2005: 331). Hubungan antara franchisor dalam mempengaruhi franchisee sering disertai dengan konflik. Dari hasil penelitian Tikoo (2005: 329) peran franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan positif terhadap perselisihan hubungan franchise. Konflik sendiri biasanya terjadi disesbabkan oleh asimetri distribusi atas kekuatan franchisor (Quinn dan Doherty, 2000: 354) Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara franchisor dan franchisee. Karena hubungan franchise tidak dapat dikendalikan oleh ketergantungan franchisee. Sehingga peran franchisor diatas mempunyai hubungan negatif terhadap ketergantungan franchisee. Artinya keterikatan franchisee tidak bisa dilakukan dengan tekanan pihak franchisor. Sehingga solusi terbaik adalah terciptanya hubungan fair/adil atas 2 arah antara franchisor dengan franchisee (Tikoo, 2005:329) misal menggunakan pertukaran informasi (information exchange), kesanggupan (promise), pengendalian diri (restrain) atas penekanan sebelumnya demand, treat dan legalistic dalam mempengaruhi

11 66 franchisee. Dimensi dari hubungan baik antara franchisor dan franchisor adalah information exchange, recommedations, promises, request, treat, legalistic pleas (Tikoo, 2005: 329). Menurut Johnsin (1999:4) kualitas hubungan digambarkan sebagai kedalaman dan iklim organisasi dari sebuah hubungan antar perusahaan. Ada juga yang menyatakan kualitas hubungan sebagai evaluasi menyeluruh dari kekuatan hubungan (Smit, 1998; Garbarino dan Johnson, 1999). Dalam dunia franchise ada beberapa studi yang menyatakan variabel yang menggambarkan atas kualitas hubungan dalam jaringa franchise yaitu kepercayaan komitmen, konflik, kekeluargaan, kerjasama. Sehingga merupakan suatu hal yang penting mengukur kualitas hubungan antara franchisor dengan franchisee untuk menetapkan kekuatan hubungan ini dan untuk menjelaskan bahwa bukan hanya dalam network patner tapi dalam kinerja penjualan. a. Kepercayaan Kepercayaan adalah hal terpenting penentu kesuksesan kerjasama Disamping itu kepercayaan dapat digambarkan dalam 2 komponen berbeda yaitu kredibilitas dan benevolence (kebajikan) (Monroy dan Alzola, 2005: 585). Kredibilitas mnegacu pada perluasan dimana 1 partner mempercayai bahwa partner lain memiliki kacakapan untuk menampilkan kerja yang efektif dan dapat diandalkan. Sedangkan benevolence berdasarkan perluasan dimana satu partner mempercayai partner lain karena memiliki motivasi yang bermanfaat untuk mengatasi masalah yang ada.

12 67 b. Komitmen Beberapa peneliti menyatakan bahwa komitmen adalah unsur yang essensial dalam kesuksesan hubungan. Menurut Varadarajan and Cunningham (1995) Komitmen penting sebagai hasil dari kerjasama yang mengurangi potensi ketertarikan alternatif ke hal lain dan akhirnya mampu meningkatkan profit. Geyskens (1996 dalam Monroy dan Alzola, 2005: 585) menyatakan bahwa perbedaan antara komitmen afektif dan komitmen kalkulatif adalah hal yang terpenting dalam hubungan antar organisasi. Secara umum komitmen afektif menghubungkan dengan keinginan untuk meneruskan hubungan karena pengaruh positif kedepan dalam mengidentifikasi partnernya. Partner yang memiliki komitmen afektif meneruskan hubungan karena menyukai partner lain, enjoyment dan rasa setia dan rasa memiliki. Namun sebaliknya komitmen kalkulatif merupakan komitmen yang berdasarkan pada perluasan partner yang menerima kebutuhan dalam menjaga hubungan yang mengacu pada perpindahan biaya yang ditinggalkan. Yang menghasilkan perhitungan antara biaya dan manfaat termasuk penetapan investasi yang dibuat dalam sebuah hubungan. c. Relasionalism (rasa kekeluargaan) Realsionalism dapat disebut sebagai kerjasama sosial yang mempertimbangkan referensi dari evaluasi perilaku patner. Pada kenyataannya mereka mengijinkan pertimbangan atas kenyamanan dari tindakan satu pihak dengan standar yang pasti dalam melengkapi penyusunan dasar untuk penyelesaian konflik. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam

13 68 relasionalism adalah flexibilitas, solidaritas, mutuality dan harmonisasi konflik. 2.6 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Sarosa (2006) dengan judul Pengaruh Faktor Dukungan dari Franchisor, Alasan Ekonomis, Pemasaran, dan Pribadi pada Keputusan memilih Format dan Merek Franchise bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise dan faktor mana yang paling dominan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pemasaran tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise, sedangkan faktor dukungan dari franchisor, alasan ekonomis, dan pribadi berpengaruh terhadap keputusan memilih format dan merek franchise. Penelitian yang dilakukan oleh Simarmata (2012) dengan judul Analisis peranan franchisor terhadap Suksesnya bisnis franchise pada Mc. Donald s cabang ring road Medan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis peranan franchisor dalam promotion, support service, training, control system dan communication terhadap suksesnya bisnis franchise pada Mc Donald s Cabang Ring Road Medan. Teknik analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif Kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa promotion, support service, training, control system, communication yang dilakukan oleh franchisor memiliki peranan yang sangat penting sekali. Karena segala sesuatunya sangat membutuhkan dukungan langsung dari pihak franchisor. Dimulai dari pemberian awal waralaba hingga prosedur, standard perusahaan, pelatihan karyawan, pemasaran dan lain - lain. Bahkan setelah franchise telah berjalan

14 69 sesuai dengan prosedur dan telah berhasil, franchise masih memerlukan peranan franchisor dalam segi pengawasan dan penyelesaian masalah. Peranan yang paling dominan dalam penelitian ini adalah promosi. 2.7 Kerangka Konseptual Dalam perluasan dan meningkatnya sistem franchise diperlukan sebuah inovasi manajerial dalam improvisasi peningkatan sinergi dan pembagian sumberdaya agar optimal dalam mengelola franchise diperlukan kualitas kerjasama yang baik. Sehingga improvisasi perusahaan dapat dinyatakan dalam hubungan franchisor dan franchise dalam jangka panjang untuk membentuk jaringan yang kuat. Sistem franchise tidak hanya sekedar sistem ekonomi tapi juga sistem sosial karena adanya unsur relationship yang berdasarkan dimensi ketergantungan, komunikasi dan konflik (Stern dan Reve dalam Tikoo, 2005: 331). Hubungan antara franchisor dalam mempengaruhi franchisee sering disertai dengan konflik. Dari hasil penelitian Tikoo (2005: 329) peran franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan positif terhadap perselisihan hubungan franchise. Konflik sendiri biasanya terjadi disebabkan oleh asimetri distribusi atas kekuatan franchisor (Quinn dan Doherty, 2000: 354) Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara franchisor dan franchisee. Hubungan franchise tidak dapat dikendalikan oleh ketergantungan franchisee, sehingga peran franchisor diatas mempunyai hubungan negatif terhadap ketergantungan franchisee. Artinya keterikatan franchisee tidak bisa dilakukan dengan tekanan pihak franchisor. Sehingga solusi terbaik adalah

15 70 terciptanya hubungan fair/adil atas 2 arah antara franchisor dengan franchisee (Tikoo,2005:329) misal menggunakan pertukaran informasi (information exchange), kesanggupan (promise), pengendalian diri (restrain) atas penekanan sebelumnya demand, treat dan legalistic dalam mempengaruhi franchisee. Sangat penting bagi franchisor yang memiliki kapabilitas untuk dapat dijelaskan kepada franchisee dalam memudahkan mengatur unit kualitas hubungan franchise kepercayaan komitmen kalkulatif komitmen kekeluargaan afektif franchise. Atas pertimbangan tersebut penting untuk menentukan faktor yang menentukan kesuksesan berorganisasi terutama dalam sitem franchise. Franchisor adalah orang atau badan usaha yang memberikan lisensi, baik berupa paten, penggunaan merek perdagangan / merek jasa, ciri khas maupun halhal pendukung lainnya kepada franchise. Pemberi waralaba atau franchisor akan secara terus menerus memberikan berbagai jenis pelayanan yang berbeda-beda menurut tipe format bisnis yang diwaralabakan. Kunjungan berkala dari Franchisor atau ke staf pendukung lapangan guna membantu memperbaiki atau mencegah penyimpangan-penyimpangan terhadap pelaksanaan yang dapat menyebabkan kesulitan dagang bagi franchisee, menghubungkan antara franchisor dan seluruh franchisee secara bersama-sama untuk saling bertukar pikiran dan pengalaman, adanya inovasi produk atau konsep termasuk penelitian mengenai kemungkinan-kemungkinan pasar serta kesesuaiannya dengan bisnis yang ada, diberikannya pelatihan dan fasilitasfasilitas pelatihan dan dilakukan riset pasar, penerbitan iklan dan promosi pada tingkat local dan nasional.

16 71 Franchisor harus dapat memberikan dukungan penuh untuk mengadakan pelatihan untuk membantu franchisee dalam meningkatkan kemampuan mereka mengenai franchisee, menyajikan pengarahan yang bermanfaat terhadap kegiatan usaha/bisnis franchisee untuk tujuan mempertahankan intergrasi system franchisee secara keseluruhan bagi semua pihak yang berkepentingan, memberikan perhatian khusus untuk setiap pelanggaran yang dilakukan oleh franchisee dan Franchisor dapat melakukan komunikasi dengan baik sesuai dengan mekanisme terhadap franchisee untuk melakukan perubahan-perubahan dan perbaikan-perbaikan serta saling pengertian dalam mewujudkan kepentingan bersama. Kontrak franchise mengacu pada aspek operasional unit franchisee seperti produk yang ditawarkan, jam kerja pelatihan untuk franchisee yang disediakan franchisor. Selanjutnya aspek yang membentuk dimensi konten adalah Training Franchisor memberikan kontribusi kepada franchisee pengetahuan yang diperlukan pengembangan dan pemenuhan konsep bisnis dimana yang utama mengacu pada transfer kepemilikan know-how mengenai produksi dan operasi pelayanan. Lebih dari itu franchisor memberikan semangat kepada franchisee untuk menggunakan program pelatihan tanpa dikenakan biaya hasilnya peserta meningkat dan masalah prasangka buruk akan menurun (Bradach, 1998). a. Support Franchisor bersedia mendukung dan menyarankan franchisee dalam setiap konsep bisnis star-up dan operasional. Kebanyakan franchisor mau menyediakan praktek pendukung kepada franchisee pemilihan letak dan

17 72 asistensi secara umum dalam bisnis start-up Oleh karena itu franchisee memperoleh kebebasan untuk mengoperasikan dalam kontrol, asistensi dan didukung linkungan, sementara itu pada saat yang sama diperoleh juga manfaat dari merek, manajemen profesional (Fulop, 2000: 27). b. Informasi Franchisor juga menyediakan kepada franchisee dengan informasi penting mengenai kondisi kontrak franchise baik itu kewajibannya misalnya pertimbangan financial. Lebih lagi adanya sitem yang sah mengenai keterbukaan informasi utama yang ada dalam kontrak franchise (Fulop, 2000). Pada kenyataannya informasi yang cukup terbuka oleh pihak franchisor akan memberikan kontribusi pada tingkat kepuasan franchisee dalam melakukan pembelian dan operasional outlet franchise. Dimensi asistensi (bantuan) oleh franchisor cukup penting menolong franchisee dalam bentuk keuangan, supplay dan saran pemasaran. Dimensi ini dapat disederhanakan dalam elemen berikut : 1. Supply Franchisor yang menyediakan franchisee dengan berbagai material dan produk akan meningkatkan kewajiban kontrak dengan efektif. Kontrak franchise memerlukan franchisee agar membeli input spesifik dari franchisor. Franchisee juga dapat menggunakan eksternal suplier dengan pemberian daftar nama suplier oleh franchisor. Namun seringkali franchisee menggunakan distribusi rantai internal dalam kegiatan operasi dengan harga yang lebih baik dan pelayanan lebih baik.

18 73 2. Fasilitas Financial Franchisor bersedia menyediakan bantuan financial untuk franchise tidak secara langsung maupun secara langsung dengan menyediakan pinjaman 3. Asistensi manajemen Franchisor membantu franchisee dalam pengelolaan bisnis. Franchisor menyediakan bantuan dengan menyediakan dukungan praktek dalam manajemen praktek, akuntansi dan pelayanan pemasaran dan bantuan yang lain 4. Accessibility (Kemudahan jalan) Accessibility mengacu pada hubungan franchisor dengan franchisee. Pada saat franchisee bergabung rantai hubungan akan menjaga hubungan secara konstan Adanya komunikasi yang teratur dengan franchisee merupakan salah satu sumber ketersediaan kekuatan tanpa paksaan oleh franchisor. Berdasarkan teori, maka kerangka konseptual dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Peran Franchisor : 1. Pelatihan/Training (X 1 ) 2. Dukungan/Support (X 2 ) 3. Menyediakan/Supply (X 3 ) 4. Fasilitas Financial(X 4 ) 5. Asistensi manajemen (X 5 ) 6. Mudah diakses/komunikasi yg teratur (X 6 ) Keberhasilan usaha bisnis Franchisee Indomaret (Y) Stern dan Reve (dalam Tikoo, 2005). Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau freedom. Namun dalam praktiknya franchise justru dipopulerkan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau freedom. Namun dalam praktiknya franchise justru dipopulerkan di BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Franchise 2.1.1 Pengertian Franchise Franchise atau waralaba dalam bahasa Perancis memiliki arti kebebasan atau freedom. Namun dalam praktiknya franchise justru dipopulerkan

Lebih terperinci

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah

memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah 2.1 Franchise 2.1.1 Pengertian Franchise Franchise berasal dari kata Perancis, yakni franchir, yang mempunyai arti memberi kebebasan kepada para pihak. Hakikat dari pengertian franchise adalah mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan di bidang ekonomi akan mendukung pembangunan di bidang lainnya. Hal ini dikarenakan ekonomi merupakan suatu bidang yang penting di seluruh dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau 19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA A. Pengertian Waralaba (Franchise) Istilah franchise dipakai sebagai padanan istilah bahasa Indonesia waralaba. Waralaba terdiri atas kata wara dan laba. Wara artinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam 10 tahun terakhir ini bisnis franchise tengah menjadi model bisnis paling populer di Indonesia, terutama bagi mereka yang ingin terjun menjadi entrepreneur tanpa

Lebih terperinci

STRATEGI UNTUK BERWARALABA

STRATEGI UNTUK BERWARALABA STRATEGI UNTUK BERWARALABA NAMA: HARIYONO NUGROHO NIM: 10.11.4486 KELAS: S1 TI 2M STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PENDAHUALUAN Hingga tahun 2002, upaya pemulihan ekonomi indonesia masih belum membuahkan hasil

Lebih terperinci

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas

Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas Latar Belakang Globalisasi sebagai hal yang mau tidak mau akan mempengaruhi kegiatan perekonomian di Indonesia merupakan salah satu aspek pula yang harus

Lebih terperinci

FRANCHISE Pendahuluan Konsep Perdagangan Baru: Waralaba (Franchise)

FRANCHISE Pendahuluan Konsep Perdagangan Baru: Waralaba (Franchise) FRANCHISE Pendahuluan Aktivitas franchising dalam bentuknya yang banyak ditemui saat ini merupakan suatu fenomena bisnis yang baru. Sistim ini sudah dipakai di Indonesia walaupun belum ada badan yang menampung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih 48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waralaba (franchise) merupakan suatu sistem bisnis yang telah lama dikenal oleh dunia, untuk pertama kalinya diperkenalkan oleh perusahaan mesin jahit Singer di Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis

BAB I PENDAHULUAN. menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bisnis waralaba adalah bisnis lisensi, artinya pengelola waralaba harus menyerahkan fee dari keuntungan yang diperoleh ke pemilik lisensi. Jenis bisnis waralaba

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Restoran (Marsum 2009 dalam Firbani 2006) menjelaskan bahwa, restoran adalah suatu tempat atau bangunan yang diorganisasikan secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan

Lebih terperinci

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA 1 CARA MEMASUKI DUNIA USAHA Ada empat cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu : 1. Merintis usaha baru (starting),

Lebih terperinci

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013

MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA. Tatap muka ke /03/2015 KwuAgroind/MerintisUsaha.2013 MERINTIS USAHA DAN MODEL PENGEMBANGANNYA Tatap muka ke 11 1 KOMPETENSI WIRAUSAHA Kebutuhkan kompetensi Wirausahawan : Kemampuan Teknik, yaitu kemampuan tentang bagaimana memproduksi barang dan jasa serta

Lebih terperinci

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran

MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran MERINTIS USAHA MELALUI BISNIS FRANCHISE Retno Djohar Juliani Dosen Administrasi Niaga Universitas Pandanaran ABSTRACT Franchising is business opportunity for beginning of trade. Business franchising is

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA PELUANG BISNIS DALAM BISNIS WARALABA (FRANCHISE) Erwandy 10.12.5252 S1-SI-2L STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Abstraksi Peluang bisnis dapat kita temukan di mana-mana. Salah satunya yaitu Franchise. Bisnis Franchise

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Waralaba Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom. Namun dalam praktiknya, istilah franchise justru di populerkan di Amerika Serikat.

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management

Entrepreneurship and Inovation Management Modul ke: Entrepreneurship and Inovation Management Memulai bisnis dengan membeli bisnis yang sudah ada, bisnis keluarga, atau Franchise Fakultas Ekonomi Dr Dendi Anggi Gumilang,SE,MM Program Studi Pasca

Lebih terperinci

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory)

Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Teori Ketergantungan Terhadap Sumber Daya (Resource Dependence Theory) Resource Dependence Theory adalah studi tentang bagaimana sumber daya eksternal organisasi mempengaruhi perilaku organisasi. Teori

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-syarat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan syarat-syarat yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Franchise 2.1.1 Pengertian Franchise Franchising adalah suatu sistim pemasaran berkisar tentang perjanjian dua belah pihak, dimana terwaralaba menjalankan bisnis sesuai dengan

Lebih terperinci

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata

BISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata BISNIS WARALABA STMIK-STIE Mikroskil Maggee Senata Pengembangan Bisnis Internasional Menurut Keegan : 1. 2. 3. 4. 5. Export Licensed Franchise Joint Venture Direct Ownership Mengenal Waralaba Waralaba

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor

I. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi ekonomi dunia dan kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat dewasa ini, salah satu bentuknya adalah dengan adanya perjanjian franchise.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang baik makanan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini tergantung dari

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN 112 Lampiran 1 Angket/Kuisioner KUESIONER PENELITIAN Bersama ini saya memohon ketersediaan Bapak/Ibu untuk mengisi daftar kuisioner. Informasi yang anda berikan hanya untuk melengkapi data penelitian dalam

Lebih terperinci

Strategi Pemasaran Global (Masuk dan Berekspansi) Dewi Pancawati N.,S.Pd., MM

Strategi Pemasaran Global (Masuk dan Berekspansi) Dewi Pancawati N.,S.Pd., MM Strategi Pemasaran Global (Masuk dan Berekspansi) Dewi Pancawati N.,S.Pd., MM Model Keputusan Masuk dan Berekspansi 1. Biaya, akses pasar, faktor-faktor negara asal, apakah bersumber dari: negara sendiri

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS

STUDI KELAYAKAN BISNIS STUDI KELAYAKAN BISNIS 2 Pendirian Usaha dan Pengembangan Usaha Bisnis: Siklus dan Pengembangan Orientasi pasar: yaitu memproduksi barang yang dibutuhkan masyarakat. Keputusan berdasar orientasi produk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat, yakni dengan adanya kompetitor yang memiliki produk dan desain outlet yang sama, seperti Kebab Kings, Kebab Abror

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang perekonomian merupakan pembangunan yang paling utama di Indonesia. Hal ini dikarenakan keberhasilan di bidang ekonomi akan mendukung pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha

I. PENDAHULUAN. ekonomi di Indonesia. Kegiatan ekonomi yang banyak diminati oleh pelaku usaha I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Hal ini terlihat semakin banyaknya pelaku usaha yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.

Lebih terperinci

03PASCA. Modul Pertemuan 3. Berisi : Kesempatan Bisnis Keluarga, Kesempatan Franchise, Kesempatan Membeli Bisnis yang sudah ada

03PASCA. Modul Pertemuan 3. Berisi : Kesempatan Bisnis Keluarga, Kesempatan Franchise, Kesempatan Membeli Bisnis yang sudah ada Modul Pertemuan 3 Modul ke: Fakultas 03PASCA SARJANA Berisi : Kesempatan Bisnis Keluarga, Kesempatan Franchise, Kesempatan Membeli Bisnis yang sudah ada Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MM Program Studi Magister

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan perekonomian Indonesia saat ini mendorong setiap individu atau masyarakat untuk terus menciptakan peluang usaha yang banyak dan kreatif. Setiap usaha yang dibangun

Lebih terperinci

Tesis. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana Pada Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro

Tesis. Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjana Pada Program Magister Manajemen Universitas Diponegoro PENGARUH KUALITAS MANAJEMEN, MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN, DAN PENGELOLAAN MEREK TERHADAP KUALITAS HUBUNGAN FRANCHISE DALAM MENINGKATKAN KINERJA PENJUALAN (Studi Pada Perusahaan Franchise Di Kota Semarang Dan

Lebih terperinci

Auto Care Center. -Menyediakan layanan yang terjangkau tanpa mengurangi kualitas layanan

Auto Care Center. -Menyediakan layanan yang terjangkau tanpa mengurangi kualitas layanan Auto Care Center ACC adalah jenis usaha cuci motor yang menyediakan pelayanan jasa cuci mobil secara otomatis, poles, semir dengan harga yang terjangkau dan berkualitas. Sejarah Berawal dari sekelompok

Lebih terperinci

Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha

Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha A. Merintis usaha baru (starting) B. Dengan membeli perusahaan orang lain (buying) C. Kerjasama manajemen (franchising) MERINTIS USAHA BARU (STARTING) Bentuk usaha baru

Lebih terperinci

Silakan jawab pertanyaan di bawah ini disertai alasan dari jawaban Anda.

Silakan jawab pertanyaan di bawah ini disertai alasan dari jawaban Anda. LAMPIRAN KUESIONER IDENTITAS RESPONDEN Nama : Afid Putra F. Jabatan : Owner Usia : 27 tahun Investasi usaha : Coffee Shop Alamat : Jl. Lesanpuro III No. 25 No. Telpon : 085 7777 400 57 Mulai bergabung

Lebih terperinci

TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS PERDAGANGAN BEBAS. Muhlisin, S.E., M.Si

TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS PERDAGANGAN BEBAS. Muhlisin, S.E., M.Si TANTANGAN KEWIRAUSAHAAN DALAM KONTEKS PERDAGANGAN BEBAS Muhlisin, S.E., M.Si GLOBALISASI EKONOMI? Mendunianya kegiatan ekonomi dan keterkaitan perekonomian Kegiatan-kegiatan perekonomian tidak lagi mengenal

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh

BAB II KERANGKA TEORI. Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh BAB II KERANGKA TEORI II. 1 Pasar Tradisional Pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah, pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara, dan badan usaha milik daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian developer, yaitu : Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengertian developer, yaitu : Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum Tentang Developer Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus bahasa inggris artinya adalah pembangun/pengembang. Sementara itu menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat ekonomi yang tinggi adalah salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan niat

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan. keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik.

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan juga perlu mengkombinasikan fungsi-fungsi dan menggunakan. keahlian mereka agar perusahaan berjalan dengan baik. BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan penting yang perlu dilakukan perusahaan untuk meningkatkan usaha dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan

Lebih terperinci

Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : Pengertian Business Plan Format Business Plan

Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : Pengertian Business Plan Format Business Plan Modul ke: 09 Entrepreneurship and Inovation Management Berisi : Pengertian Business Plan Format Business Plan Fakultas Ekonomi Dr. Tukhas Shilul Imaroh,MM Program Studi Pasca Sarjana www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Franchise Disclosure Document UD. ELIM

Franchise Disclosure Document UD. ELIM Franchise Disclosure Document UD. ELIM Pengantar Prospektus ini disampaikan oleh UD. ELIM sebagai informasi penawaran usaha waralaba (franchise) Depo Air Minum Elim yang bergerak dibidang penjualan air

Lebih terperinci

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN

Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba Bab I: PENDAHULUAN Perkembangan usaha waralaba di Indonesia telah mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang, antara lain seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Bisnis (Business) Bisnis menurut (Griffin dan Ebert, 2008) merupakan aktifitas yang menyediakan barang atau jasa yang diperlukan atau diinginkan oleh konsumen. Dapat dilakukan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Waralaba Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya berasal dari Perancis Kuno yang memiliki arti bebas. Sekitar abad pertengahan,

Lebih terperinci

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN

Workshop Selling and Financing BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN Berkembangnya dunia bisnis dan perdagangan di Indonesia menunjukkan peningkatan yang signifikan pada periode pasca krisis moneter yang diawali sekitar pertengahan tahun 1997. Hal ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bisnis yang telah termasuk dalam era modern sudah dikenal dengan wirausaha. Wirausaha yang tergolong dalam suatu cara untuk berbisnis, dikenal sebagai salah satu cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi

BAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern seperti saat ini manusia selalu ingin tercukupi semua kebutuhannya, namun pada kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan hidup itu tidaklah mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Perkembangan Jumlah Restoran di Kota Bogor Tahun Tahun Jumlah Pertumbuhan (%) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang terdiri dari beragam suku dan adat istiadat serta norma-norma yang dianut. Keragaman suku yang ada di Indonesia memiliki budaya

Lebih terperinci

BAB 3 Landasan Teori

BAB 3 Landasan Teori BAB 3 Landasan Teori 3.1 Waralaba (franchise) Waralaba (franchise) adalah suatu bentuk kerja sama antara satu pihak dengan pihak lain dimana pemberi waralaba (franchisor) memberikan izin kepada penerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang

BAB I PENDAHULUAN. penjualan mesin jahitnya. Walaupun usaha Isaac Singer tersebut gagal, dialah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem bisnis Franchise (waralaba) pertama kali pada tahun 1850-an oleh Isaac Singer, pembuat mesin jahit Singer, ketika ingin meningkatkan distribusi penjualan mesin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang unik, menarik dan mempunyai keunggulan-keunggulan lain

BAB I PENDAHULUAN. produk makanan yang unik, menarik dan mempunyai keunggulan-keunggulan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini persaingan antardunia bisnis khususnya di dunia makanan sangat ketat, karena produk-produk yang ditawarkan sangat beragam dengan produk makanan yang unik,

Lebih terperinci

MEMILIH BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS

MEMILIH BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS MEMILIH BENTUK KEPEMILIKAN BISNIS B Y N I N A T R I O L I T A, S E, M M. PENGANTAR BISNIS P E R T E M U A N KE- 5 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan kemungkinan bentuk kepemilikan bisnis. Menjelaskan metode

Lebih terperinci

ENTREPRENEURSHIP I. Perkembangan internasional. Perkembangan di Indonesia 10/2/2012. Definisi Franchise (Hisrich Peters)

ENTREPRENEURSHIP I. Perkembangan internasional. Perkembangan di Indonesia 10/2/2012. Definisi Franchise (Hisrich Peters) Perkembangan internasional ENTREPRENEURSHIP I FRANCHISING Jurry Hatammimi, SE, MM jurryhatammimi@gmail.com 1850 : Isaac Singer, untuk meningkatkan distribusi penjualan mesin jahitnya 1919 : A&W Root Beer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi

BAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya adalah salah satu tujuan suatu negara tidak terkecuali Indonesia. Pembangunan di bidang perekonomian merupakan salah

Lebih terperinci

serta kemampuan membangun volume sales yang banyak - Kemampuan menciptakan switching cost yang mengikat konsumen

serta kemampuan membangun volume sales yang banyak - Kemampuan menciptakan switching cost yang mengikat konsumen Hal Hal yang harus diperhatikan ketika akan ekspansi internasional: o Pasar mana yang harus dimasuki - Bergantung pada profit potensial jangka panjang yang mampu pasar itu berikan. Pasar yang Pasar kurang

Lebih terperinci

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham

International Marketing. Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham International Marketing Philip R. Cateora, Mary C. Gilly, and John L. Graham Manajemen Pemasaran Global Trend kembali ke lokal disebabkan oleh efisiensi baru dari kustomisasi Dimungkinkan oleh adanya internet

Lebih terperinci

iii BAB I PENDAHULUAN

iii BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Perusahaan Nama Perusahaan : Bakso Pak Atmo Tahun Berdiri : 1996 Alamat : Jalan Manggis No. 2 ( samping Rel K.A), Karawang, Indonesia 41313

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR

PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA QUANTUM KIDS CABANG RADEN SALEH PADANG) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan

Lebih terperinci

BABI. Seiring dengan globalisasi dan pasar bebas, dunia pemasaran secara

BABI. Seiring dengan globalisasi dan pasar bebas, dunia pemasaran secara BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan globalisasi dan pasar bebas, dunia pemasaran secara otomatis akan dihadapkan pada persaingan yang sangat ketat. Selain itu kondisi pasar juga semakin

Lebih terperinci

PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA

PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA Disampaikan Oleh: CARLO M. BATUBARA, SH Konsultan Dari EMP PARTNERSHIP Disampaikan Pada: Bimbingan Tehnis Tentang Penyusunan Sistem Waralaba Bagi UMKM Selasa, 13 Juli

Lebih terperinci

BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI

BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI BAB 3 HUBUNGAN PENGECER DENGAN PEMASOK DAN TEKNIK NEGOSIASI I. Pentingnya Hubungan Pengecer dengan Pemasok Hubungan antara pengecer, dalam hal ini pengelola toko dengan pemasok atau suplier merupakan tahapan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA

KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA oleh Ida Ayu Trisnadewi Made Mahartayasa Bagian Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Saat ini berbisnis dengan konsep

Lebih terperinci

Relax, Investasi Anda Aman Dengan Snapy...

Relax, Investasi Anda Aman Dengan Snapy... Relax, Investasi Anda Aman Dengan Snapy... VISI Menjadi franchise internasional pilihan pertama untuk mid size investor MISI Membangun jaringan center dan digital smart print yang terdepan dan sangat diandalkan

Lebih terperinci

Kewirausahaan II. Memulai Usaha dan Pengembangannya. HARTRI PUTRANTO,SE.MM HP : : Modul ke:

Kewirausahaan II. Memulai Usaha dan Pengembangannya. HARTRI PUTRANTO,SE.MM HP : : Modul ke: Modul ke: 10 EMAIL Fakultas FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN Program Studi PRODI MANAJEMEN Kewirausahaan II Memulai Usaha dan Pengembangannya HARTRI PUTRANTO,SE.MM HP : 08161193748 : hr33p@yahoo.com Materi Kuliah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini makanan bukan hanya kebutuhan melainkan juga menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Peningkatan minat masyarakat untuk mengunjungi restoran disebabkan oleh

Lebih terperinci

MENGENAL DUNIA USAHA DAN PERSIAPAN BERWIRAUSAHA. Disiapkan oleh: FX. Suharto

MENGENAL DUNIA USAHA DAN PERSIAPAN BERWIRAUSAHA. Disiapkan oleh: FX. Suharto MENGENAL DUNIA USAHA DAN PERSIAPAN BERWIRAUSAHA Disiapkan oleh: FX. Suharto CARA MENDIRIKAN USAHA Memulai Usaha Menentukan Bidang Usaha Pengertian dan jenis badan Usaha Memulai Usaha Mendirikan usaha baru

Lebih terperinci

PROPOSAL FRANCHISE MACHO BARBER

PROPOSAL FRANCHISE MACHO BARBER PROPOSAL FRANCHISE MACHO BARBER PROFIL MACHO BARBER MACHO! Barber didirikan pada tahun 2008 di Yogyakarta. MACHO! Barber kependekan dari MACHO! Barbershop yaitu tempat potong rambut dan perawatan rambut

Lebih terperinci

PERLAKUAN AKUNTANSI FRANCHISE PADA CV.DAYA OPTIMASI MANDIRI NAMA : MULYATI INDRI LESTARI NPM : JURUSAN : AKUNTANSI

PERLAKUAN AKUNTANSI FRANCHISE PADA CV.DAYA OPTIMASI MANDIRI NAMA : MULYATI INDRI LESTARI NPM : JURUSAN : AKUNTANSI PERLAKUAN AKUNTANSI FRANCHISE PADA CV.DAYA OPTIMASI MANDIRI NAMA : MULYATI INDRI LESTARI NPM : 25211033 JURUSAN : AKUNTANSI BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG penggunaan akuntansi yang sangat penting

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau

II. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Franchise Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau kebebasan. Pengertian di Indonesia, yang dimaksud dengan Franchise adalah perikatan dimana

Lebih terperinci

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis

BISNIS INTERNASIONAL. By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNASIONAL By Nina Triolita, SE, MM. Pertemuan ke 14 Pengantar Bisnis BISNIS INTERNATIONAL Kegiatan bisnis yang dilakukan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain. Kegiatan : Perdagangan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Pemasaran Perusahaan merupakan hal yang penting dalam upaya untuk memberikan kepuasan terhadap kebutuhan konsumen. Dalam setiap perusahaan, aktivitas dibidang pemasaran

Lebih terperinci

MENJALANKAN BISNIS. Ade Rismanto, ST.,MM.

MENJALANKAN BISNIS. Ade Rismanto, ST.,MM. MENJALANKAN BISNIS Ade Rismanto, ST.,MM. Untuk memulai sebuah usaha memang harus didahului dengan taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Mengawalinya dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. retail food dan non-food dengan konsep convenience store yang berasal dari

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. retail food dan non-food dengan konsep convenience store yang berasal dari BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian Franchise Circkle K adalah waralaba yang bergerak di bidang industri retail food dan non-food dengan konsep convenience store yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi, BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi, sehingga dunia usaha dituntut untuk berkembang semakin pesat. Hal ini dimulai dengan perdagangan bebas Asean (AFTA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Guna mencapai tujuan tersebut pemerintah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran dan Manajemen Pemasaran Pengertian pemasaran menurut Philip khotler (2000) adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa

Lebih terperinci

MENJALANKAN BISNIS. Menurut Suryana (2003) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu :

MENJALANKAN BISNIS. Menurut Suryana (2003) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu : MENJALANKAN BISNIS Untuk memulai sebuah usaha memang harus didahului dengan taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Mengawalinya dengan modal kecil pun

Lebih terperinci

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN A. Sistem Informasi Akuntansi Manajemen Sistem informasi akuntansi manajemen asalah sistem informasi yang menghasilkan keluaran (output) dengan menggunakan masukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauran Pemasaran 2.1.1 Pengertian Bauran Pemasaran Dalam menjalankan kegiatan pemasaran, perusahaan mengenal dan menggunakan bauran pemasaran yang terdiri dari tujuh unsur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang lain, melainkan antara satu supply chain dengan supply

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang lain, melainkan antara satu supply chain dengan supply BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai perusahaan dihadapkan pada persaingan yang semakin ketat untuk melakukan penawaran ke pasar sehingga dapat memuaskan konsumen. Hal ini

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan).

BAB II LANDASAN TEORI. teknologi, konsumen, pemasok atau supplier, dan terutama persaingan). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Tingkatan Strategi Pada masa sekarang ini terminologi kata strategi sudah menjadi bagian integral dari aktivitas organisasi bisnis untuk dapat mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial BAB V SIMPULAN DAN SARAN Bank berfungsi sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediary) yang menyalurkan dana masyarakat dan menginvestasikan kembali dana tersebut untuk mendukung perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan lahan subur bagi pemasaran berbagi macam produk karena populasinya yang sangat besar dan beragam. Mulai dari pemasaran produk elektronik,

Lebih terperinci

SEJARAHFRANCHISE Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa,

SEJARAHFRANCHISE Di Indonesia franchise dikenal sejak era 70-an ketika masuknya Shakey Pisa, PENDAHULUAN Franchising pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat. Sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut pendanaan,

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA TUGAS E-BISNIS Disusun Oleh : Arif Budiyanto (09.11.2826) SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Di internet, informasi diletakkan di dalam suatu situs web. Dimana

Lebih terperinci

BAB V IMPLEMENTASI. dengan tujuan mendapatkan laba. Dalam dunia bisnis dengan tingkat

BAB V IMPLEMENTASI. dengan tujuan mendapatkan laba. Dalam dunia bisnis dengan tingkat BAB V IMPLEMENTASI 5.1. Desain Implementasi Implementasi strategi bisnis dipahami sebagai serangkaian kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan eksekusi suatu aktifitas organisasi dalam menjual barang maupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menurut versi pemerintah Indonesia, franchise adalah suatu ikatan dimana salah satu 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Franchise 2.1.1. Definisi Franchise Franchise berasal dari bahasa Perancis (affanchir) yang artinya kejujuran atau kebebasan hak untuk menjual suatu produk atau jasa maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lulusan sarjana tetap saja sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai

BAB I PENDAHULUAN. lulusan sarjana tetap saja sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian global sekarang ini sangat tidak menentu, walaupun lulusan sarjana tetap saja sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai dengan jurusannya

Lebih terperinci

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance)

Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) Interest Rate Swap Jenis Produk dan/atau Layanan Penyimpanan Pinjaman Pengiriman Uang Bank Garansi Manajemen Kas EXIM (termasuk Pembiayaan EXIM/Trade Finance) ATM Pertukaran Uang/Forex Lainnya: Lindung

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah:

II. LANDASAN TEORI. Menurut Basu Swasstha DH dan Ibnu Sukotjo (2002:179) pemasaran adalah: 11 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pemasaran Pengertian Pemasaran pada mulanya difokuskan pada produk barang, kemudian pada lembaga-lembaga yang melaksanakan proses pemasaran dan terakhir yang dilaksanakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena

I. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena potensi pasarnya sangat besar dan tergolong pesat yang melibatkan banyak pengusaha lokal

Lebih terperinci

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL

ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL ANDRI HELMI M, SE., MM MANAJEMEN OPERASI INTERNASIONAL 1 STRATEGI OPERASI DALAM LINGKUNGAN GLOBAL Manajemen Operasional di lingkungan global dan pencapaian keunggulan kompetitif melalui operasional 2 APA

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha bakery di Mall, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif

BAB I. PENDAHULUAN. Usaha bakery di Mall, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN Usaha bakery di Mall, dewasa ini menunjukkan perkembangan yang relatif pesat, terbukti semakin banyaknya perusahaan bakery asing yang merambah Indonesia.

Lebih terperinci

Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi

Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi Modul ke: 15 Eko Fakultas EKONOMI & BISNIS Kewirausahaan I Review Evaluasi Refleksi Putra Boediman Program Studi MANAJEMEN B = BERBASIS ILMU I = NOVATIF S = STRATEGI N = NIAT YANG KUAT I = INFORMASI &

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM USAHA

V GAMBARAN UMUM USAHA V GAMBARAN UMUM USAHA 5.1. Sejarah Singkat CV. Sari Hijau Lestari dan Your Tea CV. Sari Hijau Lestari didirikan pada pertengahan tahun 2008 oleh Bapak Agung Wibowo yang merupakan alumni IPB pada tahun

Lebih terperinci

KONSEP FRANCHISING 1. DEFINISI

KONSEP FRANCHISING 1. DEFINISI KONSEP FRANCHISING Konsep bisnis waralaba (franchise) akhir-akhir ini telah menjadi salah satu trendsetter yang memberi warna baru dalam dinamika perekonomian Indonesia. Setidaknya dalam tiga tahun terakhir,

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori

BAB II Landasan Teori BAB II Landasan Teori 2.1 Pemasaran 2.1.1 Kebutuhan, Keinginan dan Permintaan Pembahasan konsep pemasaran dimulai dari adanya kebutuhan manusia. Kebutuhan dasar manusia bisa dibedakan berupa fisik seperti

Lebih terperinci