BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya
|
|
- Sudirman Kusuma
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan di bidang ekonomi akan mendukung pembangunan di bidang lainnya. Hal ini dikarenakan ekonomi merupakan suatu bidang yang penting di seluruh dunia. Dengan kata lain, apabila ekonomi suatu negara sudah mencapai suatu tingkat yang baik, sehingga seluruh masyarakat sudah sejahtera, maka akan lebih mudah bagi pemerintah untuk menjalankan pembangunan di bidang lainnya seperti politik, sosial, agama dan keamanan. Wirausaha merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat. Dengan berwirausaha masyarakat akan mampu menciptakan peluang usaha untuk dirinya sendiri dan bahkan dapat menciptakan peluang kerja bagi masyarakat lainnya. Sehingga wirausaha menjadi pilihan masyarakat pada saat sekarang ini. Menurut Warren J. Keegen, para pengusaha yang bermaksud mengembangkan usahanya secara internasional dapat melakukan berbagai macam pilihan, dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks. Secara singkat dikatakan oleh Keegen, bahwa ada lima macam cara pengembangan usaha, yaitu: 1. Melalui perdagangan internasional dengan cara ekspor impor; 2. Dengan pemberian lisensi; 3. Melakukan franchising ( pemberian waralaba );
2 4. Membentuk perusahaan patungan ( joint ventures ); 5. Melakukan penanaman modal langsung dengan kepemilikan yang menyeluruh, atau melalui merger, konsolidasi maupun akuisisi 1. Dari uraian di atas, banyak cara untuk menjadi wirausahawan, antara lain mendirikan bisnis sendiri atau membeli sistem bisnis yang sudah jadi. Masing masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Mendirikan bisnis sendiri mempunyai kelebihan dalam hal pengaturan yang dapat disesuaikan dengan keinginan pemilik bisnis, baik dalam hal modal maupun jenis bisnis yang ingin dikelola. Tapi kelemahannya apabila membangun bisnis sendiri, maka pemilik harus berupaya untuk mencari pasar sendiri, mengatur menejemen bisnis nya sendiri, hal ini tentu akan membawa resiko kerugian apabila pemilik bisnis tidak mampu untuk mencari pasar bagi bisnisnya tersebut. Berbeda dengan membeli sistem bisnis yang sudah jadi, atau pasarnya sudah ada. Si pemilik hanya tinggal menjalankan sistem bisnis yang sudah ada tersebut, hal ini dikarenakan pasar dari sistem bisnis tersebut sudah ada, sehingga si pemilik baru ini tidak akan kesulitan dalam memasarkan produknya. Namun kelemahannya adalah dalam sistem bisnis ini, si pemilik modal tidak akan bebas dalam menentukan usahanya, karena semua tergantung kepada pihak yang dibeli bisnisnya. Sehubungan dengan berwirausaha dengan membeli bisnis yang sudah ada, maka hal tersebut sudah termasuk dalam melakukan kegiatan investasi. Salah satu 1 Gunawan Widjaja,Seri Hukum Bisnis Waralaba,( Jakarta:PT.Raja Grafindo Persada, 2001).Hal 1.
3 contoh investasi yang dilakukan dengan berwira usaha dengan membeli bisnis yang sudah ada adalah franchise atau waralaba. Dewasa ini dimana konsumen sudah semakin cerdas dan persaingan bisnis semakin tajam, kebanyakan bisnis yang berhasil adalah bisnis yang memiliki merek kuat dan dipercaya oleh pelanggannya. Sayangnya, membangun sebuah merek yang kuat tidak mudah. Perlu ketekunan, kerja keras, waktu dan biaya yang tidak sedikit. Sebab itu, memulai bisnis baru dengan cara membeli franchise yang sudah terbukti sukses menjadi pilihan utama bagi para entrepreneur. Waralaba berasal dari kata wara artinya lebih dan laba artinya untung. Dari arti secara harafiah tersebut, maka dapat diketahui bahwa waralaba merupakan usaha yang memberikan keuntungan lebih/istimewa. Namun menurut Amir Karamoy yang menyatakan bahwa waralaba bukan terjemahan langsung dari konsep franchise. Dalam konteks bisnis, franchise berarti kebebasan untuk menjalankan usaha secara mandiri di wilayah tertentu 2. Amir Karamoy menyatakan bahwa secara hukum waralaba berarti persetujuan legal atas pemberian hak atau keistimewaan untuk memasarkan suatu produk/jasa dari pemilik ( pewaralaba ) kepada pihak lain ( terwaralaba ), yang diatur dalam suatu aturan permainan tertentu. Di samping pengertian franchise menurut Amir Karamoy, masih ada pengertian franchise sebagaimana yang dikemukakan oleh Adrian Sutedi : franchise adalah suatu bisnis yang didasarkan pada perjanjian dua pihak, yaitu franchisor ( pemilik hak ) dan franchisee (yang 3 2 Lukman Hakim, Info Lengkap Waralaba,( Yogyakarta:Midpress,2008) Hal 16 3 Ibid. hal 16
4 diberi hak) untuk menjalankan bisnis dari franchisor menurut sistem yang ditentukan oleh franchisor 4. Berdasarkan pengertian pengertian di atas, diketahui bahwa franchise merupakan salah satu bentuk format bisnis dimana pihak pertama yang disebut sebagai pemberi waralaba (franchisor) memberikan hak kepada pihak kedua yang disebut sebagai penerima waralaba (franchisee) untuk mendistribusikan barang/jasa dalam lingkup geografis dan periode waktu tertentu dengan mempergunakan merek, logo, dan sistem operasi yang dimiliki dan dikembangkan oleh franchisor. Pemberian hak ini dituangkan dalam bentuk perjanjian waralaba (franchise agreement). Franchisee Agreement atau perjanjian waralaba adalah kontrak tertulis antara franchisor dengan franchisee. Perjanjian waralaba menjelaskan setiap hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Perjanjian tersebut mencantumkan kewajiban dan tanggung jawab setiap pihak (franchisor/franchisee). Perjanjian tersebut memberikan detil yang penting tentang hubungan antara penerima waralaba dengan pemberi waralaba. Hal hal dalam perjanjian mencakup seperti biaya, persyaratan, kewajiban kedua belah pihak, kondisi kondisi yang menentukan penghentian waralaba dan keterbatasan waralaba. Perjanjian tersebut merupakan dokumen pemberi waralaba dan mencantumkan apa yang diinginkan pemberi waralaba 5. 4 Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2008 ) hal.1 5 Lukman Hakim,Op.cit Hal.62
5 Adapun asas asas dalam perjanjian waralaba seperti : 1. Asas Kebebasan Berkontrak Pasal 1338 KUH Perdata menyatakan bahwa semua persetujuan dibuat secara sah berlaku sebagai undang undang bagi mereka yang membuatnya. 2. Asas Konsensualitas Perjanjian ini sudah dianggap ada pada saat tercapainya kesepakatan tentang hal hal yang diperjanjikan. 3. Asas Itikad Baik Franchisor dengan itikad baik harus menjamin hak hak yang akan diberikan kepada franchisee itu benar benar bukan sebagai hasil kejahatan, dan pihak franchisee harus mewujudkan kewajiban yang harus diberikan kepada franchisor dengan baik serta itikad baik pula. 4. Asas Kerahasiaan Pada dasarnya bisnis dengan pola franchise sangat mengandalkan cirri khas dari suatu produk barang/jasa. Sehingga apabila unsur kerahasiaan dari trade secret know how tidak dijaga dengan baik, hal ini akan merugikan franchisor karena mengakibatkan cirri khas dari franchise yang ada diketahui oleh pihak ketiga.
6 5. Asas Persamaan Hukum Perjanjian bisnis waralaba hendaknya dibuat atas dasar kesamaan hak di depan hukum, baik bagi pemberi hak waralaba maupun penerima hak waralaba. 6. Asas Keseimbangan Franchisor dinilai mempunyai kekuatan untuk menuntut prestasi, namun franchisor memikul pula beban untuk melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik. Asas keseimbangan menekankan pada keseimbangan antara hak dan kewajiban dari para pihak secara wajar dengan tidak membebani salah satu pihak saja 6. Seperti perjanjian pada umumnya, ada kemungkinan terjadi wanprestasi di dalam pelaksanaan perjanjian franchise. Wanprestasi terjadi ketika salah satu pihak tidak melaksakan kewajiban sebagaimana yang tertera di dalam perjanjian franchise. Jika karena adanya wanprestasi, salah satu pihak merasa dirugikan, maka pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan ganti rugi kepadanya. Bentuk bentuk wanprestasi yang dilakukan oleh para pihak dalam perjanjian franchise tergantung kepada siapa yang melakukan wanprestasi tersebut. Wanprestasi dari pihak franchisee dapat berbentuk tidak membayar biaya franchise tepat pada waktunya, melakukan hal hal yang dilarang dilakukan oleh franchisee, melakukan 6 Ibid.hal 63
7 pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam sistem franchise, dan lain lain. Wanprestasi dari pihak franchisor dapat berbentuk tidak memberikan fasilitas yang memungkinkan sistem franchise berjalan dengan sebagaimana mestinya, tidak melakukan pembinaan kepada franchisee sesuai dengan yang diperjanjikan, tidak mau membantu franchisee dalam kesulitan yang dihadapi ketika melaksanakan usaha franchise-nya, melanggar batas batas eksklusifitas yang sudah disepakati oleh kedua belah pihak dan lain lain. Adapun alasan penulis memilih judul skripsi Franchise sebagai salah satu bentuk investasi di Indonesia ( studi pada merk dagang Ikki Sushi di Ikki Sushi Galaxi, Bekasi Selatan) adalah penulis ingin menganalisis perjanjian franchise antara franchisor dengan franchisee dalam merk dagang restoran Ikki Sushi tersebut, untuk mengetahui apa apa saja yang harus dipenuhi oleh pihak franchisor maupun pihak franchisee, bagaimana cara penyelesaian sengketa kedua belah pihak tersebut, siapa yang membiayai karyawan dalam melakukan training dan yang menyediakan karyawan, perlindungan HAKI dan kerahasiaan informasi serta pemberian ke-eksklusif-an wilayah bagi si franchisee. B. Perumusan Masalah Berdasarkan pengamatan dan penelaahan penulis terhadap berbagai literature dan perundang undangan, maka untuk dapat memahami lebih lanjut tentang pembahasan topik skripsi ini, perlu dikemukakan dan dibatasi permasalahan sebagai berikut :
8 1. Bagaimana bentuk investasi waralaba di Indonesia? 2. Bagaimana pengaturan waralaba atau franchise di Indonesia? 3. Bagaimana perjanjian franchise pada Ikki Sushi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui bentuk investasi atau waralaba di Indonesia. 2. Untuk mengetahui pengaturan franchise di Indonesia. 3. Untuk menganalisis perjanjian franchise pada Ikki Sushi. Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Secara Teoritis Untuk memberikan manfaat di bidang ilmu pengetahuan hukum baik melalui pengembangan wawasan dan pemikiran bagi mahasiswa kalangan akademis untuk mengetahui dinamika masyarakat dalam menjalankan dunia usaha franchise, khususnya masalah tentang apa saja yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak dalam perjanjian franchise tersebut. Selain itu diharapkan dapat memberikan sumbangsih saran dalam khasanah ilmu hukum, khususnya di bidang hukum ekonomi. 2. Secara Praktis Untuk memberikan pengembangan wawasan pada masyarakat tentang fasilitas fasilitas yang diberikan kepada franchisor dalam perjanjian
9 franchise Ikki Sushi tersebut, sehingga dapat menjadi pedoman bagi masyarakat apabila ingin melakukan Perjanjian franchise dengan franchisor lainnya. D. Keaslian Penelitian Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan, diketahui bahwa penelitian tentang Franchise sebagai salah satu bentuk investasi di Indonesia ( Studi pada merk dagang Ikki Sushi di Ikki Sushi Galaxi, Bekasi Selatan) belum pernah dilakukan dalam pendekatan dan perumusan masalah yang sama. Jadi penelitian ini adalah asli karena sesuai dengan asas asas keilmuan yang jujur, rasional, obyektif, dan terbuka. Sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya secarra ilmiah dan terbuka atas masukan serta saran saran yang membangun sehubungan dengan pendekatan dan perumusan masalah. E. Tinjauan Pustaka Franchise berasal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari perhambaan atau perbudakan ( free from servitude ). Sedangkan pewaralabaan ( franchising ) adalah suatu aktivitas dengan sistem waralaba ( franchise ), yaitu suatu sistem keterkaitan usaha yang saling menguntungkan antara pemberi waralaba ( franchisor ) dengan penerima waralaba ( franchisee ) 7. 7 Lukman Hakim Op.cit hal.13
10 Menurut European Code of Ethics for Franchising, defenisi franchise adalah franchise is a system of marketing goods and/or services and/or technology, which is based upon a close and ongoing collaboration between legally and financially separate and independent undertakings, the franchisor and its individual franchisee, whereby the franchisors grants its individual franchisees the right, and imposes the obligation, to conduct a business in accordance with the franchisor`s concept. ( franchising adalah sistem pemasaran barang dan atau jasa dan atau teknologi, yang didasarkan pada kerja sama tertutup dan terus menerus antara pelaku pelaku independen ( maksudnya franchisor dan franchisee individual ) dan terpisah baik secara legal ( hukum ) dan keuangan, di mana franchisor memberikan hak kepada para individual franchisee dan membebankan kewajiban untuk melaksanakan bisnisnya sesuai dengan konsep dari franchisor ) 8. Istilah franchise dikenal dengan istilah waralaba, yang diperkenalkan pertama kali oleh Lembaga Pendidikan dan Pengembangan Manajemen ( LPPM ). Waralaba berasal dari kata wara ( lebih atau istimewa ) dan laba ( untung ) sehingga waralaba berarti usaha yang memberikan laba bersih atau istimewa 9. Menurut Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 Tentang Waralaba, yang dimaksud dengan waralaba adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorangan atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha 8 Ibid hal.14 9 Ibid hal.16
11 memasarkan barang dan jasa yang telah terbukti berhasil dan digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian waralaba. Lebih lanjut, dalam PP No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba, dilandasi upaya pemerintah meningkatkan pembinaan usaha waralaba di seluruh Indonesia sehingga perlu mendorong pengusaha nasional, terutama pengusaha kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai franchisor nasional yang andal dan mempunyai daya saing di dalam negeri dan luar negeri khususnya dalam rangka memasarkan produk dalam negeri. Pemerintah memandang perlu mengetahui legalitas dan bonafiditas usaha franchisor, baik franchisor dari luar dan dalam negeri guna menciptakan transparansi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang dan/atau jasa melalui bisnis waralaba. Untuk itu, apabila terjadi kesepakatan perjanjian waralaba, franchisor harus menyampaikan perjanjian waralaba tersebut kepada pemerintah. Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 12/M- Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran usaha waralaba ini juga mengatur mengenai kewajiban franchisor, dan juga mengatur isi perjanjian waralaba. Pembahasan lebih lanjut mengenai analisis perjanjian Ikki Sushi di dalam hukum waralaba di Indonesia akan di tuangkan dalam bab bab pembahasan selanjutnya.
12 F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif dilakukan melalui kajian terhadap peraturan perundang undangan dan bahan bahan hukum yang berhubungan dengan skripsi ini. Penelitian ini bersifat deskriptif. Tujuan penelitian deskriptif adalah menggambarkan secara tepat, sifat individu,suatu gejala, keadaan atau kelompok tertentu, asas asas atau suatu peraturan peraturan hukum dalam konteks teori teori hukum dan pelaksanaannya, serta menganalisis fakta secara cermat tentang penggunaan peraturan perundang undangan yang mengatur mengenai perjanjian franchise yang dilakukan oleh franchisor dengan franchisee. 2. Data Data yang dikumpulkan oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini dilakukan melalui pengumpulan data primer dan data sekunder. Data sekunder terbagi atas 3 bagian, yaitu : a. Bahan hukum primer yaitu norma atau kaidah dasar seperti : 1) PP No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba, yang digantikan oleh PP No.42 Tahun 2007 tentang Waralaba. 2) Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 12/M-DAG/PER/3/2006 tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba yang sebelumnya diatur dalam
13 Kepmen Perindustrian dan Perdagangan Republik Indonesia No. 259/MPP/KEP/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Waralaba; 3) UU No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta; 4) UU No.15 Tahun 2001 Tentang Merek; 5) UU No.14 Tahun 2001 Tentang Paten; 6) UU No.30 Tahun 2000 Tentang Rahasia Dagang; 7) UU No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal. b. Bahan hukum sekunder adalah bahan bahan yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer. c. Bahan hukum tertier adalah kamus, bahan dari internet dan lain lain bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Penelitian ini juga didukung oleh data primer,berupa hasil wawancara langsung dengan pemilik restoran Ikki Sushi Galaxi, Bekasi Selatan yaitu Bapak Aditya Ardi Nugraha (Franchisee Ikki Sushi). 3. Teknik Pengumpulan Data Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu melalui :
14 a. Penelitian Kepustakaan ( Library Research ) Yaitu penelitian dengan mengumpulkan data dan meneliti melalui sumber bacaan yang berhubungan dengan judul skripsi ini, yang bersifat teoritis ilmiah yang dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian dan menganalisa masalah masalah yang dihadapi. Teknik ini dipergunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Penelitian yang dilakukan dengan membaca serta menganalisa peraturan Perundang undangan maupun dokumentasi lainnya seperti karya ilmiah para sarjana, majalah, surat kabar, internet, maupun sumber teoritis lainnya yang berkaitan dengan materi skripsi yang penulis ajukan. b. Penelitian Lapangan ( Field Research ) Pengumpulan bahan bahan di lapangan untuk memperoleh data yang akurat, dilakukan dengan materi informasi langsung dengan mempergunakan instrumen wawancara ( interview ) terhadap pemilik restoran yang berhubungan dengan bisnis franchise yaitu restoran Ikki Sushi Galaxi. 4. Analisis Data Dalam menganalisis data, penulis mempergunakan teknik analisis kualitatif, yaitu lebih focus kepada analisis hukumnya dan menelaah bahan bahan hukum baik yang berasal dari peraturan perundang undangan,
15 buku buku yang berhubungan, dan hasil wawancara langsung dengan pemilik restoran Ikki Sushi Galaxi ( franchisee ). 5. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di restoran Ikki Sushi Galaxi yang beralamat di Ruko Taman Galaxi Blok G No.2, Bekasi Selatan. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini, secara keseluruhan dapat diuraikan yaitu : 1. BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Keaslian Penelitian, Metode Penelitian,danSistematika Penulisan. 2. BAB II : Franchise sebagai salah satu bentuk investasi, yang menjadi sub bab terdiri dari, bentuk bentuk investasi, pengertian franchise, manfaat franchise, dan bentuk bentuk franchise. 3. BAB III : Pengaturan waralaba di Indonesia, yang menjadi sub bab terdiri dari, aspek hukum franchise, para pihak dalam franchise, perbedaan franchise dengan lisensi, aspek hokum perlindungan HAKI.
16 4. BAB IV : Analisis perjanjian franchise pada Ikki Sushi, yang menjadi sub bab terdiri dari, hak dan kewajiban para pihak, pembiayaan dan cara pembayaran, perlindungan HAKI, kerahasiaan informasi, eksklusifitas, penyelesaian sengketa.
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA. (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA (Studi Pada Perjanjian Waralaba Rumah Makan Ayam Bakar Wong Solo) S K R I P S I S K R I P S I Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Syarat-syarat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha yang terus berkembang di segala bidang. Usaha yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi yang semakin maju harus menjamin perlindungan dalam dunia usaha. Perkembangan tersebut memunculkan berbagai usaha yang terus berkembang di segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tingkat ekonomi yang tinggi adalah salah satu hal yang dapat dijadikan sebagai alat ukur kemakmuran dari suatu negara. 1 Untuk mencapainya diperlukan niat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang meliputi banyak variabel diantaranya jual beli, barter sampai kepada leasing,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di bidang perekonomian merupakan pembangunan yang paling utama di Indonesia. Hal ini dikarenakan keberhasilan di bidang ekonomi akan mendukung pembangunan
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA
PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA DI SURAKARTA (STUDI KASUS DI RESTORAN CEPAT SAJI Mc DONALD S DAN STEAK MAS MBONG) SKRIPSI Disusun dan
Lebih terperinciANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA
ANALISIS TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Lebih terperinciKEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA
KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN WARALABA DI INDONESIA oleh Ida Ayu Trisnadewi Made Mahartayasa Bagian Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstrak Saat ini berbisnis dengan konsep
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom.
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Waralaba Istilah franchise dalam Bahasa Prancis memiliki arti kebebasan atau freedom. Namun dalam praktiknya, istilah franchise justru di populerkan di Amerika Serikat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif yang di ambil guna mencukupi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern seperti saat ini manusia selalu ingin tercukupi semua kebutuhannya, namun pada kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan hidup itu tidaklah mudah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bisnis internasional. Bentuk kerjasama bisnis ini ditandai dengan semakin
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini, pertumbuhan ekonomi terasa semakin meningkat dan kompleks, termasuk pula didalamnya mengenai bentuk kerjasama bisnis internasional.
Lebih terperinciPELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR
PELAKSANAAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE AGREEMENT) DI BIDANG PENDIDIKAN (STUDI DI LEMBAGA BIMBINGAN BELAJAR PRIMAGAMA QUANTUM KIDS CABANG RADEN SALEH PADANG) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan
Lebih terperinciSYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA
SYARAT-SYARAT PEMBENTUKAN PERJANJIAN WARALABA BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG WARALABA Oleh Zhanniza Elrian Angelita I Made Tjatrayasa Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Guna mencapai tujuan tersebut pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memulai usaha dari nol, karena telah ada sistem yang terpadu dalam. berminat untuk melakukan usaha waralaba.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konsep bisnis waralaba akhir-akhir ini telah menjadi salah satu pusat perhatian sebagai bentuk terobosan pengembangan usaha. Mengingat usaha yang diwaralabakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nomor 12/M-Dag/Per/3/2006 tentang Ketentuan dan tata Cara Penerbitan. Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Waralaba atau Franchising adalah salah satu strategi pemasaran dari banyak kemungkinan cara memasarkan usaha. Waralaba adalah sebuah bentuk jaringan bisnis,
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau
9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Franchise Franchise berasal dari bahasa Prancis yang artinya kejujuran atau kebebasan. Pengertian di Indonesia, yang dimaksud dengan Franchise adalah perikatan dimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat serta kompleks melahirkan berbagai bentuk kerjasama bisnis. Kerjasama bisnis yang terjadi sangat beraneka ragam tergantung pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi,
BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis di Indonesia telah memasuki era globalisasi, sehingga dunia usaha dituntut untuk berkembang semakin pesat. Hal ini dimulai dengan perdagangan bebas Asean (AFTA)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah Republik Indonesia dewasa ini sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan nasional dan dasawarsa terakhir telah menjadikan pembangunan di bidang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Franchise adalah merupakan kegiatan berwirausaha dengan membeli bisnis yang sudah ada, dikenal istilah franchise yang sudah di Indonesiakan menjadi waralaba. Waralaba
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian waralaba..., Elfiera Juwita Yahya, FH UI, Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Franchise berasal dari bahasa Perancis, yang berarti bebas atau bebas dari perhambaan atau perbudakan (free from servitude). 1 Black s Law Dictionary
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manajemen. Waralaba juga dikenal sebagai jalur distribusi yang sangat efektif
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waralaba pada hakekatnya adalah sebuah konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat, sistem ini dianggap memiliki banyak kelebihan terutama menyangkut
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE
PERLINDUNGAN HUKUM PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN BISNIS FRANCHISE Oleh : Putu Prasmita Sari I Gusti Ngurah Parwata Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The title of this scientific
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat adalah melalui jalur wirausaha. Kemampuan teknologi dan. tersebut kepada pihak lain untuk menjalankan usahanya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era modern ini, manusia selalu ingin tercukupi semua kebutuhannya, namun pada kenyataannya untuk mencukupi kebutuhan hidup itu tidaklah mudah. Salah satu alternatif
Lebih terperinciFranchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas
Franchise Bisnis dan Pengaturan Hukum Lintas Batas Latar Belakang Globalisasi sebagai hal yang mau tidak mau akan mempengaruhi kegiatan perekonomian di Indonesia merupakan salah satu aspek pula yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan-pembangunan berkesinambungan. Pembangunan-pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dimana untuk dapat mencapai status sebagai negara berkembang diperlukan pembangunan-pembangunan
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Penulis. Irsyad Anshori
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmatnya sehingga penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul Waralaba sebagai Peluang Usaha yang Paling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak yang baik secara pribadi maupun terhadap orang lain.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan perekonomian Indonesia saat ini mendorong setiap individu atau masyarakat untuk terus menciptakan peluang usaha yang banyak dan kreatif. Setiap usaha yang dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia pada dewasa ini telah dikenal usaha franchise di berbagai bidang baik makanan, pelayanan kesehatan, pendidikan dan lain sebagainya. Hal ini tergantung dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2007 tentang waralaba (selanjutnya disebut PP No. 42 Tahun 2007) dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis waralaba atau franchise sedang berkembang sangat pesat di Indonesia dan sangat diminati oleh para pengusaha karena prosedur yang mudah, tidak berbelit-belit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta
BAB I PENDAHULUAN Dalam era globalisasi yang bergerak melaju sangat pesat, serta pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan laju bisnis yang semakin erat dalam persaingan, munculah usaha bisnis internasional
Lebih terperinciUndang-Undang Merek, dan Undang-Undang Paten. Namun, pada tahun waralaba diatur dengan perangkat hukum tersendiri yaitu Peraturan
KEDUDUKAN TIDAK SEIMBANG PADA PERJANJIAN WARALABA BERKAITAN DENGAN PEMENUHAN KONDISI WANPRESTASI Etty Septiana R 1, Etty Susilowati 2. ABSTRAK Perjanjian waralaba merupakan perjanjian tertulis antara para
Lebih terperinciPERLINDUNGAN HUKUM HAKI DALAM PERJANJIAN WARALABA
PERLINDUNGAN HUKUM HAKI DALAM PERJANJIAN WARALABA Anik Tri Haryani 1) 1 Dosen Fakultas Hukum Universitas Merdeka Madiun Abstrak Pembangunan di bidang ekonomi masih merupakan agenda utama bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi dunia dan kerja sama di bidang perdagangan dan jasa mengalami perubahan yang sangat pesat, hal ini tidak terlepas dari pengaruh globalisasi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, dinamis dan sangat prospektif dan penuh dengan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang serba canggih ini, perkembangan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat dunia mengalami perubahan yang sangat dahsyat yaitu semakin meningkat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. memenuhi kebutuhannya. Produsen berusaha menjual produknya sebanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berkembangnya zaman, kehidupan manusia juga berkembang. Kebutuhan manusia juga mengalami perubahan menjadi semakin beragam seiring berkembangnya zaman dan teknologi.
Lebih terperinciKARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA. Oleh: Selamat Widodo
KARAKTERISTIK YURIDIS PERJANJIAN WARALABA Oleh: Selamat Widodo Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Purwokerto, Purwokerto E-mail: swidodo.sh@gmail.com Abstrak Waralaba didasarkan pada suatu perjanjian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan-lapangan pekerjaan baru, investasi-investasi yang dapat menjadi solusi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya adalah salah satu tujuan suatu negara tidak terkecuali Indonesia. Pembangunan di bidang perekonomian merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya melakukan. pembangunan disegala sektor pembangunan, berusaha untuk terus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia yang saat ini sedang giat-giatnya melakukan pembangunan disegala sektor pembangunan, berusaha untuk terus menumbuhkan iklim investasi dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. waralaba dalam bahasa inggris disebut franchise,adalah pemberian hak oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Arus globalisasi ekonomi dunia dalam bidang perdagangan sangat berkembang pesat,salah satunya adalah adanya perjanjian waralaba.perjanjian waralaba dalam bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan. mendatang. Menurut Asosiasi Franchise Indonesia (AFI), waralaba adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Perusahaan memiliki tujuan untuk memperoleh laba dan mampu bertahan dalam dunia bisnis. Tujuan ini hanya dapat dicapai dengan memiliki strategi bisnis
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Waralaba Istilah waralaba atau dalam bahasa asing disebut dengan franchise asal katanya berasal dari Perancis Kuno yang memiliki arti bebas. Sekitar abad pertengahan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perlindungan hukum antara konsumen dengan produsen. 1 Hal ini dapat dilihat dari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan konsumen merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan bisnis yang sehat, dalam kegiatan bisnis yang sehat terdapat keseimbangan perlindungan hukum antara
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA. waralaba dapat diartikan sebagai usaha yang memberikan untung lebih atau
19 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARALABA A. Pengertian Waralaba (Franchise) Istilah franchise dipakai sebagai padanan istilah bahasa Indonesia waralaba. Waralaba terdiri atas kata wara dan laba. Wara artinya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. adanya perjanjian franchise. Franchise, adalah pemberian hak oleh franchisor
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Arus globalisasi ekonomi dunia dan kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat dewasa ini, salah satu bentuknya adalah dengan adanya perjanjian franchise.
Lebih terperinciPENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA. Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih.
PENGATURAN PROSPEKTUS PENAWARAN WARALABA DALAM PERJANJIAN WARALABA Oleh Calvin Smith Houtsman Sitinjak Desak Putu Dewi Kasih I Made Udiana Program Kekhususan Hukum Bisnis, Fakultas Hukum, Universitas Udayana
Lebih terperinciBISNIS WARALABA. STMIK-STIE Mikroskil. Maggee Senata
BISNIS WARALABA STMIK-STIE Mikroskil Maggee Senata Pengembangan Bisnis Internasional Menurut Keegan : 1. 2. 3. 4. 5. Export Licensed Franchise Joint Venture Direct Ownership Mengenal Waralaba Waralaba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian merupakan permasalahan penting yang perlu mendapat perhatian, mengingat perjanjian sering digunakan oleh individu dalam aspek kehidupan. Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya Kabupaten Sleman. Pertumbuhan bisnis ini dapat mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dimana dunia bisnis di Indonesia sudah mulai maju. Hal ini dapat dilihat semakin banyak bisnis-bisnis
Lebih terperinciPERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA
PERSIAPAN LEGALISASI USAHA WARALABA Disampaikan Oleh: CARLO M. BATUBARA, SH Konsultan Dari EMP PARTNERSHIP Disampaikan Pada: Bimbingan Tehnis Tentang Penyusunan Sistem Waralaba Bagi UMKM Selasa, 13 Juli
Lebih terperinciPembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus. terpadu, terarah, dan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan suatu
Pembangunan nasional merupakan pencerminan kehendak untuk terusmenerus meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara adil dan merata dalam segala aspek kehidupan serta diselenggarakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan perkembangan perekonomian khususnya dibidang perindustrian dan perdagangan nasional telah menghasilkan berbagai variasi barang dan/atau jasa yang dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi di Indonesia yang demikian pesat tidak terlepas dari perkembangan ekonomi internasional, bahkan bukan saja dibidang ekonomi namun di bidang lain seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan perlindungan hukum terhadap rahasia dagang sebagai bagian. perdagangan dari HKI (The TRIPs Agreement) tidak memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa tujuan membentuk suatu Pemerintahan Negara Indonesia adalah melindungi segenap bangsa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena memang pada awalnya sistem waralaba tidak terdapat dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Waralaba pada awalnya tidak dikenal dalam kepustakaan hukum Indonesia, karena memang pada awalnya sistem waralaba tidak terdapat dalam tradisi atau budaya
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. III/No. 6/Juli/2015
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PARA PIHAK TERHADAP PEMUTUSAN PERJANJIAN WARALABA (FRANCHISE) DALAM PERSPEKTIF HUKUM BISNIS 1 Oleh : Cindi Pratiwi Kondo 2 ABSTRAK Penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN WARALABA. dimana masing-masing pihak berjanji akan menaati apa yang tersebut dalam perjanjian
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN WARALABA 2.1. Pengertian Perjanjian Secara umum dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan perjanjian adalah persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena
BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Mengikuti perkembangan dari perekonomian yang moderen, adanya pengangkutan merupakan salah satu sarana yang cukup penting dalam menunjang pembangunan ekonomi,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan bisnis waralaba di Indonesia tergolong sangat prospektif karena potensi pasarnya sangat besar dan tergolong pesat yang melibatkan banyak pengusaha lokal
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan
56 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Franchise Franchise berasal dari bahasa Prancis, yang berarti bebas atau bebas dari perhambaan atau perbudakan (free from servitude). Bila dihubungkan dengan konteks usaha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh
1 BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan kompleks, Indonesia juga terpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat ini, dengan ditandai adanya kerja sama di bidang bisnis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perlindungan hak kekayaan intelektual sanagt penting bagi pembangunan yang sedang berlangsung di Indonesia. Hak atas kekayaan intelektual yang dilindungi di Indonesia
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP KLAUSULA DALAM PERJANJIAN WARALABA YANG DAPAT MENIMBULKAN PRAKTIK MONOPOLI Oleh : Ni Luh Putu Wulan Purwanti I Gede Pasek Eka Wisanjaya Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPerlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor
Perlindungan Hukum terhadap Franchisee Sehubungan Dengan Tindakan Sepihak Franchisor Edi Wahjuningati Abstract The characteristic of the research concerning the legal protection against the Franchisees
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau freedom. Namun dalam praktiknya franchise justru dipopulerkan di
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Franchise 2.1.1 Pengertian Franchise Franchise atau waralaba dalam bahasa Perancis memiliki arti kebebasan atau freedom. Namun dalam praktiknya franchise justru dipopulerkan
Lebih terperinciCara Untuk Memasuki Dunia Usaha
Cara Untuk Memasuki Dunia Usaha A. Merintis usaha baru (starting) B. Dengan membeli perusahaan orang lain (buying) C. Kerjasama manajemen (franchising) MERINTIS USAHA BARU (STARTING) Bentuk usaha baru
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menanamkan modalnya di Indonesia. Untuk itu diperlukan dukungan dari
8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Banyak perusahaan lokal dan internasional mencari berbagai kegiatan dalam rangka menanamkan modalnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,
Lebih terperinciMENJALANKAN BISNIS. Menurut Suryana (2003) Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memulai suatu usaha atau memasuki dunia usaha, yaitu :
MENJALANKAN BISNIS Untuk memulai sebuah usaha memang harus didahului dengan taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu membutuhkan modal yang besar. Mengawalinya dengan modal kecil pun
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan atau data sekunder, dengan mengkaji mengenai asas-asas, norma,
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mendasarkan pada data kepustakaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Perjanjian yang dibuat oleh para pihak akan menimbulkan adanya hubungan hukum diantara mereka. Hubungan hukum adalah hubungan yang diatur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya franchise merupakan suatu konsep pemasaran dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya franchise merupakan suatu konsep pemasaran dalam rangka memperluas jaringan usaha secara cepat, Sistem franchise dianggap memiliki banyak kelebihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waralaba pada akhir-akhir ini semakin merebak. Minat masyarakat atau
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian semakin cepat dan kompleks yang mengakibatkan persaingan bisnis. Bagi perusahaan yang mempunyai modal sendiri, bukanlah suatu hal yang sulit
Lebih terperinciSTUDI KELAYAKAN BISNIS
STUDI KELAYAKAN BISNIS 2 Pendirian Usaha dan Pengembangan Usaha Bisnis: Siklus dan Pengembangan Orientasi pasar: yaitu memproduksi barang yang dibutuhkan masyarakat. Keputusan berdasar orientasi produk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transaksi perdagangan luar negeri merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam suatu perdagangan yang lazim dikenal dengan perdagangan ekspor-impor. Perdagangan ini merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang sesuai dengan. badan usaha penting dan bukan sebagai alternatif terakhir.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Koperasi merupakan salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dalam melaksanakan pembangunan Nasional, perlu melakukan perubahan mendasar dengan menempatkan prioritas pembangunan pada bidang ekonomi yang mengarah
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdulkadir, Muhammad. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta,
Lebih terperinciSKRIPSI. Disusun Oleh : SEPTIAN DWI SAPUTRA C
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2000 TENTANG RAHASIA DAGANG (STUDI DI WARUNG MAKAN BEBEK GORENG H. SLAMET DI KARTOSURO SUKOHARJO) SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Melengkapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang telah disepakati 22 tahun yang lalu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada tahun 2015 mendatang Negara-negara Asean akan segera melaksanakan ASEAN Free Trade Agreement (AFTA) yang telah disepakati 22 tahun yang lalu yang merupakan bentuk
Lebih terperinciPedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba. Bab I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pedoman Pasal 50b Tentang Pengecualian Waralaba Bab I: PENDAHULUAN Perkembangan usaha waralaba di Indonesia telah mengalami kemajuan yang pesat di berbagai bidang, antara lain seperti
Lebih terperinciTANGGUNGJAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN WARALABA YANG BERLAKU DI ALFAMART. Naskah Publikasi Skripsi
TANGGUNGJAWAB HUKUM TERHADAP PERJANJIAN WARALABA YANG BERLAKU DI ALFAMART Naskah Publikasi Skripsi Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas Tugas dan Syarat Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan dalam hidupnya. Kebutuhan itu berfungsi untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu
Lebih terperinciPENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH
PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Sripsi Diajukan Untuk Melengkapi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Program Strata-1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus menerus dari waktu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih
48 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis semakin pesat membuat orang berpikir lebih kreatif untuk membuat cara yang lebih efektif dalam memajukan perekonomian guna meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan franchise di Indonesia pada saat sekarang ini semakin menjamur, hal ini disebabkan oleh adanya keinginan pemilik franchise untuk meluaskan usahanya di setiap
Lebih terperinci03PASCA. Modul Pertemuan 3. Berisi : Kesempatan Bisnis Keluarga, Kesempatan Franchise, Kesempatan Membeli Bisnis yang sudah ada
Modul Pertemuan 3 Modul ke: Fakultas 03PASCA SARJANA Berisi : Kesempatan Bisnis Keluarga, Kesempatan Franchise, Kesempatan Membeli Bisnis yang sudah ada Dr. Ir. Achmad Fachrodji, MM Program Studi Magister
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat,
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di Indonesia kian pesat, hal ini berdampak pada perubahan aktivitas dalam dunia bisnis. Perubahan tersebut mencakup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perjanjian melibatkan sedikitnya dua pihak yang saling memberikan kesepakatan mereka. Para pihak ini berdiri berhadap-hadapan dalam kutub-kutub hak dan kewajiban.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat pada era modern saat ini di dalam aktivitasnya dituntut untuk memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain dalam waktu
Lebih terperinciSTIMIK AMIKOM YOGYAKARTA
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS USAHA TELA-TELA DI SUSUN OLEH : EKO BUDI APRIANTO 10.12.4738 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang dengan kebesarandan keagungannya telah memberikan
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. sesuatu yang teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan
III. METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata metode dan logi. Metode artinya cara melakukan sesuatu yang teratur (sistematis), sedangkan logi artinya ilmu yang berdasarkan logika berpikir. Metodologi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam negeri serta turut aktif dalam membina kemitraan dengan Usaha Kecil dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang PT. Indonesia Asahan Alumunium (INALUM) merupakan perusahaan asing (PMA) yang bergerak dalam bidang produksi alumunium batangan, dengan mutu sesuai standar internasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Indonesia dalam bidang industri mengakibatkan meningkatnya hasil industri, salah satunya adalah kendaraan bermotor. Maka hasil industri tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia dalam era globalisasi ini sedang giatnya melakukan pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana diberbagai sektor
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. hal. 2. diakses 06 September Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia dalam era globalisasi ini semakin menuntut tiap negara untuk meningkatkan kualitas keadaan politik, ekonomi, sosial dan budaya mereka agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari
Lebih terperinci