AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 2 RUMAH SUSUN DAN POLA HIDUP MASYARAKAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 2 RUMAH SUSUN DAN POLA HIDUP MASYARAKAT"

Transkripsi

1 BAB 2 RUMAH SUSUN DAN POLA HIDUP MASYARAKAT 2.1 Pengertian Rumah Susun Untuk lebih memahami pengertian tentang rumah susun maka kita harus terlebih dahulu memahami definisi rumah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, rumah adalah bangunan tempat tinggal 5. Sedangkan menurut Webster Dictionary, rumah dapat didefinisikan sebagai 6 : Sebuah struktur yang dimaksudkan sebagai tempat tinggal manusia Sebuah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal seorang atau lebih yang memiliki fungsi yang sangat berbeda Sebuah bangunan berisi tempat tinggal satu atau lebih keluarga Sedangkan menurut American Encyclopedia, rumah adalah tempat tinggal privat dari habitat manusia, biasanya sebuah keluarga 7. Menurut Burns & Grebler fungsi rumah yang paling dasar adalah sebagai perlindungan fisik dari pengganggu 8. Menurut definisi dari PBB, rumah merupakan pusat dari lingkungan penghuni rumah itu. Rumah berperan sebagai fokus dari kegiatan ekonomi, simbol dari pencapaian dan penerima sosial dan investasi untuk masa depan 9. Prof. Ir. Johan Silas menyebutkan bahwa konsep sebuah rumah yang layak adalah apabila ada keterpaduan yang serasi antara 10 : perkembangan rumah dan penghuninya, artinya rumah bukan hasil akhir yang tetap tetapi proses yang berkembang. rumah dengan lingkungan (alam) sekitarnya, artinya lingkungan rumah dan lingkungan sekitarnya terjaga selalu baik. perkembangan rumah dan perkembangan kota, artinya kota yang dituntut makin global dan urbanized memberi manfaat positif bagi kemajuan warga kota di rumah masing-masing. 5 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988, h Webster Third s Dictionary, The American People Encyclopedia Vol. 10, Burns, L dan Grebler, L, The Housing Nation Analysis and Policy in a Comprehensive Framework, 1977, h UN, Policy Housing Guidelines for Development Countries Report no ST/EA/50, 1976, h

2 perkembangan antar kelompok warga dengan standar layak sesuai keadaan dan tuntutan masing-masing kelompok, artinya tiap kelompok warga punya kesempatan sama untuk berkembang sesuai dengan tuntutan yang ditetapkan sendiri. standar fisik dan dukungan untuk maju bagi penghuni, artinya standar fisik rumah tidak sepenting dan menentukan seperti peningkatan produktivitas yang diberikannya terhadap mobilitas penghuni / pemiliknya. Yang penting dari rumah bukan what it is, melainkan what it does terhadap kehidupan dan penghidupan penghuni / pemiliknya. Apabila kita melihat semua pengertian di atas maka dapat diambil sebuah kesimpulan tentang pengertian rumah yaitu sebuah tempat tinggal manusia yang melindunginya dari gangguan dan keberadaannya akan terus tumbuh sesuai dengan penghuninya. Ada berbagai pengertian tentang rumah susun berdasarkan berbagai sumber yaitu : Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah rumah atau bangunan bertingkat terbagi atas beberapa tempat tinggal (masing-masing untuk satu keluarga; flat) 11. Menurut Webster s,third Dictionary adalah suatu bangunan yang berisi sejumlah unit-unit hunian yang terpisah dan biasanya memiliki sarana penunjang (seperti pemanas dan lift) yang digunakan bersama-sama 12. Menurut Time Saver Standard for Building Types adalah beberapa unit hunian keluarga yang berbeda dengan rumah satu keluarga tunggal 13. Menurut New International Dictionary of The Language USA adalah suatu ruang atau kumpulan ruang yang digunakan sebagai unit rumah tinggal yang sifatnya dapat digunakan untuk milik pribadi atau dapat disewakan 14. Menurut Direktorat PU Ciptakarya dalam buku Sistem Pengelola Rumah Bertingkat Sekelompok adalah unit-unit tempat tinggal yang disusun secara 11 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988, h Webster Third s Dictionary, Time Saver Standard for Building Types, 14 New International Dictionary of The Language USA 9

3 vertikal yang sedemikian rupa sehingga keseluruhan seperti suatu blok utuh dan berdiri pada sebidang tanah 15. Pengertian rumah susun di atas memiliki perbedaan tetapi masih terdapat persamaan yang apabila kita urutkan berdasarkan dari yang dimiliki oleh semua pengertian sampai yang hanya dimiliki oleh sebagian pengertian adalah : Rumah susun terdiri dari beberapa unit hunian. Unit-unit tersebut kemudian disatukan dalam sebuah bangunan tunggal. Bangunan tunggal tersebut berupa bangunan bertingkat atau bersifat vertikal. Persamaan dalam pengertian di atas setidaknya mampu membantu kita sebagai awalan untuk lebih jauh memahami tentang pengertian rumah susun. Akan tetapi, perbedaan yang terdapat dalam pengertian di atas membuat kita bingung tentang pengertian rumah susun. Oleh karena itu, kita harus mengambil pengertian yang ada dalam peraturan perundangan. Hal ini dilakukan karena pengertian dalam peraturan perundangan merupakan sesuatu yang tidak bisa dibantah dan memiliki kekuatan hukum. Menurut Undang-Undang No. 16 Th 1985, rumah susun adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan, yang terbagi dalam bagianbagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, tanah bersama. Pengertian inilah yang nantinya akan dipakai selama proses perancangan. Dalam Undang-Undang No. 16 Th 1985 terdapat beberapa pengertian yang mampu membantu kita agar lebih memahami definisi rumah susun menurut undang-undang tersebut, yaitu 16 : Lingkungan adalah sebidang tanah dengan batas-batas yang jelas di atasnya dibangun rumah susun termasuk prasarana dan fasilitasnya, yang secara keseluruhan merupakan kesatuan tempat permukiman. Satuan Rumah Susun adalah rumah susun yang tujuan peruntukan utamanya digunakan secara terpisah sebagai tempat hunian, yang mempunyai sarana 15 Direktorat PU Ciptakarya, Sistem Pengelola Rumah Bertingkat Sekelompok, Fakultas Sosial UI, Undang-Undang No. 16 Th 1985 tentang rumah susun 10

4 penghubung ke jalan umum. Memiliki tipe tertentu misalnya T-21, T-27, T-36, dan lain-lain. Bagian Bersama adalah bagian rumah susun yang dimiliki secara tidak terpisah untuk pemakaian bersama dalam kesatuan fungsi dengan satuansatuan rumah susun, misalnya tangga, lift, atap, pipa, dan pondasi. Benda Bersama adalah benda yang bukan merupakan bagian rumah susun, tetapi yang dimiliki bersama secara terpisah untuk pemakaian bersama misalnya tempat parkir, termpat bermain, jalan, saluran air hujan. Tanah Bersama adalah sebidang tanah yang digunakan atas dasar hak bersama secara terpisah, di atasnya berdiri rumah susun dan ditetapkan batasnya dalam persyaratan izin bangunan. Untuk menambah pemahaman akan rumah susun maka kita akan melihat juga pembagian rumah susun menurut Ir. Siswono Yudohusodo dan Ir. Soearli Salam dibagi berdasarkan pengguna, fasilitas yang dimiliki dan sistem pembeliannya yaitu : 1. Rumah Susun Mewah Biasa dikenal dengan sebutan apartemen Ditujukan khusus untuk orang asing yang bekerja di Indonesia atau untuk masyarakat kalangan atas. Memiliki fasilitas berupa : - Fasilitas utama : berupa hunian - Fasilitas penunjang, terutama untuk keperluan sosial, hiburan/rekreasi, olah raga dan fasilitas lain dengan tingkat pelayanan yang memuaskan/mewah. Umumnya diberlakukan sistem sewa / beli US$ US$ per bulan. 2. Rumah Susun Menengah Lebih dikenal dengan nama flat, biasanya ditujukan untuk konsumsi pengusaha/masyarakat berpenghasilan cukup tinggi Fasilitasnya hampir sama dengan rumah susun mewah, namun dengan pelayanan dan kenyamanan yang lebih rendah. Sistem yang digunakan sewa / beli dengan kisaran harga US$ 1500 US$ 5000 perbulan. 3. Rumah Susun Murah (sederhana) 11

5 Rumah susun Murah adalah rumah susun yang dibangun untuk masyarakat berpenghasilan rendah. Pada umumnya rumah susun dibangun dengan subsidi dari pemerintah dan bersifat sosial (Undang Undang No 16 th 1985, tentang Rumah Susun) Fasilitas terbatas Sistem yang digunakan sistem sewa /beli Menurut Time Saver Standards for Residential Development maka terdapat beberapa pembagian rumah susun di antaranya 17 : 1. Berdasarkan jumlah lantai terbagi atas : Low rise Bila tinggi bangunan kurang dari 4 lantai. Medium rise Bila tinggi lantai bangunan kurang antara 5-8 lantai. High rise Bila tinggi lantai bangunan lebih dari 8 lantai. 2. Berdasarkan sistem kepemilikan terbagi atas : Sistem sewa (Rented project) Hak yang dimiliki seseorang atau kelompok untuk menggunakan fasilitas hunian dalam jangka waktu tertentu dengan membayar harga sewa berkala. Jenisnya terbagi atas : Sewa biasa Sewa beli Sewa kontrak Sistem kooperatif Sistem kepemilikan rumah susun yang penyelenggaraan pengelolaan dilakukan oleh suatu koperasi dan status kepemilikan unit didapat dengan mendaftar menjadi anggota koperasi Sistem kondomonium Sistem kepemilikan bersama yang terdiri atas bagian-bagian yang merupakan satuan yang dapat digunakan terpisah. 17 Joseph de Chiara, Time Saver Standards for Residential Development, Mc. Graw- Hill New York 12

6 3. Berdasarkan pencapaian vertikal terbagi atas : Walked up Menggunakan tangga Elevated Menggunakan lift, biasanya untuk rumah susun lebih dari 4 lantai 4. Berdasarkan akses sirkulasi horisontal terbagi atas : Exterior Corridor Kelebihan : penghawaan dan pencahayaan baik Kekurangan : sirkulasi dan pemakaian lahan boros. Gambar 2.1 Pola sirkulasi exterior corridor. (Sumber : Time Saver Standards for Residential) Interior Corridor Kelebihan : Sirkulasi dan pemakaian lahan efisien Kekurangan : Penghawaan dan pencahayaan kurang Gambar 2.2 Pola sirkulasi interior corridor. (Sumber : Time Saver Standards for Residential) Multiple Exterior Access Kelebihan : Privasi, cahaya dan penghawaan baik Kekurangan : akses bertetangga menjadi lebih jauh. Gambar 2.3 Pola sirkulasi multiple exterior access. (Sumber : Time Saver Standards for Residential) 13

7 Multiple Interior Access Kelebihan : privasi lebih terjamin Kekurangan : cahaya dan penghawaan tidak alami. 2.2 Perilaku Masyarakat Berpenghasilan Rendah Latar Belakang Masyarakat Berpenghasilan Rendah Masyarakat golongan berpenghasilan rendah di kota biasanya tinggal di daerah slum dan squatter. Slum merupakan kawasan permukiman kumuh di atas tanah yang legal sedangkan squatter merupakan kawasan permukiman kumuh di atas tanah yang ilegal. Mereka umumnya merupakan warga pendatang yang memiliki keterampilan terbatas dan berpendidikan rendah sehingga tidak akan mampu bersaing dengan warga kota lainnya dalam pekerjaan formal. Oleh karena itu, banyak dari mereka bertahan hidup dengan beralih pada sektor informal seperti pedagang kaki lima. Permukiman yang dibentuk pun biasanya berupa kampung yang menjadi gaya hidup mereka sebelum masuk ke kota. Kampung-kampung ini bertahan karena alasan-alasan fungsional seperti lokasi yang strategis atau rendahnya biaya perumahan. Namun sebab sesungguhnya terdapat pada kesadaran teritorial para penghuninya 18. Dalam pemahaman kampung menjadi sebuah dunia mikro sedangkan kota menjadi dunia makro. Untuk lebih memahaminya maka dapat disebut bahwa kampung merupakan sebuah kota dalam kota. Hal ini berprinsip bahwa masyarakat yang ideal dan teratur akan terbentuk apabila setiap orang (dalam tingkatan lebih tinggi rumah, kampung dan lain-lain) mengenal tempat dan tugasnya masing-masing sehingga secara keseluruhan akan membentuk kesatuan yang harmonis 19. Tanpa batasan teritorial, tidak ada ruang sosial; tanpa ruang sosial, tidak ada kolektivitas Pola Hidup Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Biasanya masyarakat golongan ini hidup secara out door living. Untuk mengisi waktu luang, biasanya mencari hiburan yang tidak membutuhkan biaya seperti 18 Santoso, Jo, Menyiasati Kota Tanpa Warga. 2006, h Magnis-Suseno, Frans, Javanische Weisheit and Ethik : Studien Zu Einer Oestliche Moral, Santoso, Jo, Menyiasati Kota Tanpa Warga. 2006, h

8 mengobrol dengan tetangga dekat. Selain sebagai hiburan, kegiatan ini juga mempererat ikatan masyarakatnya sehingga apabila mereka menjadi mudah apabila membutuhkan bantuan dan pertolongan. Pola hidup seperti ini disebut sebagai pola hidup komunal. Perasaan ikatan sosial pada pola hidup ini tentu saja mengisyaratkan kebutuhan akan ruang horizontal daripada vertikal 21. Pola hidup komunal menuntut adanya teritorialitas yang berkaitan dengan kebutuhan seseorang untuk ingin menunjukan identitas diri atau mempertahankan diri. Ada 5 ciri teritori yaitu : Memuat daerah ruang (spatial) Dimiliki atau dikendalikan oleh individu atau kelompok Memenuhi kebutuhan atau dorongan tertentu Ditandai secara konkrit atau simbolis Dipertahankan oleh pemiliknya bila ada yang melanggarnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi teritorialitas adalah : Faktor personal Jenis kelamin mempunyai pengaruh terhadap sikap teritorialitas Situasi Tatanan fisik, sosial budaya Faktor budaya Kelompok dengan latar belakang budaya berbeda akan mengekspresikan sikap teritorial yang berbeda. Contoh pengaturan teritori yang mudah adalah : Adanya pengolahan tekstur bahan bangunan permukaan, anak tangga, penempatan lampu atau barier sesungguhnya seperti adanya dinding. Penggunaan bentuk yang berbeda misalnya bentuk rumah toko dan rumah biasa yang berbeda dalam sebuah perumahan. Pendirian sebuah gerbang seperti yang terdapat di kampung kota. Teritorialitas secara komunal yang terjadi pada pola hidup masyarakat berpenghasilan rendah tentu saja mengayomi aspek defensible space (lingkungan yang lebih aman dari tindakan kejahatan). Namun tentu saja keamanan ini tidak meliputi keamanan dari bahaya kebakaran karena umumnya 21 Hariyono, Paulus, Sosiologi Kota Untuk Arsitek, h

9 perubahan hunian yang dilakukan oleh penghuni untuk membuat lingkungan yang mempunyai defensible space baik di rumah susun maupun di kampung cenderung menyalahi aturan bangunan Rumah Untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah Rumah masyarakat berpenghasilan rendah tidak seperti di Barat yang biasanya menjadi rujukan rancangan rumah susun di Indonesia. Dalam bukunya Home (1986), Witold Rybcynski mengatakan bahwa kenyamanan merupakan aspek penting dalam rancangan sebuah rumah di Barat. Namun hal itu tidak berlaku di golongan masyarakat berpenghasilan rendah sehingga mereka tidak membutuhkan diferensiasi fungsi ruang secara ketat 22. Hal ini terbukti pada perubahan konfigurasi ruang (letak, luas dan fungsi) sesuai kebutuhan penghuninya yang terjadi di rumah susun Klender, Jakarta. Perubahan ini terjadi karena umumnya mereka ingin tempat yang lebih nyaman dalam berkegiatan 23. Selain itu, perubahan ini pun terjadi karena mereka merupakan golongan berpenghasilan rendah yang akan terus mengalami perubahan terutama dari segi penghasilan menjadi golongan berpenghasilan menengah atau bahkan tinggi. Konsep tumbuh pun tampak pada bangunan rumah mereka karena sejalan dengan meningkatnya penghasilan maka mereka pun mengubah secara bertahap rumah yang ditinggalinya misalnya dengan menambah ruang, menambah balkon atau melapis dinding rumahnya dengan ubin. Berdasarkan hasil penelitian Ratna Lisairawati maka perubahan yang umumnya dilakukan adalah di ruang dapur dan ruang keluarga. Kebutuhan dasar yang dimiliki manusia menurut hierarki yang disusun oleh Abraham Maslow yaitu : Kebutuhan sandang dan papan Kebutuhan akan rasa aman Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang Kebutuhan akan pembuktian diri 22 Hariyono, Paulus, Sosiologi Kota Untuk Arsitek, h Lisairawati, Ratna, Perubahan-perubahan Ruang di Dalam Penghunian Rumah Susun Klender Jakarta,

10 Kebutuhan-kebutuhan ini juga terdapat dalam masyarakat berpenghasilan rendah tetapi muncul dalam wujud yang berbeda misalnya dengan mengubah teras menjadi ruang usaha atau mengubah tata letak dapur. 2.3 Deskripsi Masyarakat RW 6 Kelurahan Lebak Siliwangi Kondisi Ekonomi Penduduk di RW 6 Kelurahan Lebak Siliwangi rata-rata merupakan golongan menengah ke bawah dengan mata pencaharian terbesar adalah pegawai negeri sipil. Pekerjaan Penduduk Wiraswasta / pedagang, 26% PNS, 30% Tdk Bekerja, 6% Pensiunan, 14% Karyawan swasta, 24% Tabel 2.1 Data pekerjaan penduduk RW 6 pada umumnya Tingkat Pendidikan Penduduk RW 6 yang merupakan penduduk pribumi (bukan pendatang) paling banyak memiliki pendidikan terakhir adalah SMA. 17

11 Tingkat Pendidikan Tidak Berpendidikan 6% Diploma 10% Sarjana 16% SD 2% SMP 14% SMA 52% Tabel 2.2 Data tingkat pendidikan terakhir penduduk RW Kondisi Sosial Penduduk di RW 6 rata-rata dulunya merupakan perantauan yang datang ke Bandung untuk mengadu nasib. Mereka datang kebanyakan karena diajak oleh saudaranya yang sudah lebih dulu tinggal di Bandung misalnya di RW 6 ini. Ratarata mereka sudah tinggal lebih dari 5 tahun di tempat ini 24. Selain itu, pengambilan data sampel responden yang diperoleh di lapangan maka didapat jumlah anggota keluarga dan jumlah keluarga dalam 1 rumah yaitu 25 : 24 Hasil wawancara dengan penduduk. 25 Usadi, Dani, Thesis Sistem Penyediaan Air Bersih Masyarakat Kota Bandung Kasus Lebak Siliwangi dan Cipaganti, Program Magister Program Pascasarjana Arsitektur ITB,

12 Banyak Anggota Keluarga O5 Persentase 18 % 5<xO10 82 % Jenis Keluarga Persentase Keluarga Inti 18 % Extended family 82 % Tabel 2.3 Data persentase jumlah anggota keluarga dan jumlah keluarga dalam 1 rumah. Sedangkan saat ini lahan rumah yang mereka tempati berdasarkan survei yang sudah dilakukan adalah 26 : Luas Rumah Sekarang >100 m² 10% m² 28% m² 54% m² 8% m² 0% Pola perilaku warga di RW 6 Kelurahan Lebak Siliwangi : Interaksi di RSG (Ruang Serba Guna) Beribadah bersama Tabel 2.4 Data luas rumah penduduk RW 6 saat ini. Mengikuti perayaan keagamaan 26 Usadi, Dani, Thesis Sistem Penyediaan Air Bersih Masyarakat Kota Bandung Kasus Lebak Siliwangi dan Cipaganti, Program Magister Program Pascasarjana Arsitektur ITB,

13 Pengajian ibu-ibu Dipakai kegiatan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) Interaksi di warung - Melakukan jual beli - Mengobrol Foto 2.1 Interaksi warga di RSG atau balai pertemuan (Sumber : dokumen pribadi) Foto 2.2 Pengamatan kegiatan warga di warung (Sumber : dokumen pribadi) 20

14 Interaksi di lapangan olah raga - Berolahraga - Bermain - Menonton pertandingan - Menonton pertunjukan - Buka puasa bersama - Posyandu Foto 2.3 Kegiatan penduduk RW 6 di lapangan olah raga (Sumber : dokumen pribadi) Interaksi di pinggir sungai - Duduk-duduk - Memancing bersama-sama - Mengobrol 21

15 Foto 2.4 Kegiatan warga RW 6 di pinggir sungai. (Sumber : dokumen pribadi) Interaksi di depan rumah - Duduk-duduk - Bermain - Pos ronda - Mengobrol - Membaca - Menyiapkan masakan (mengupas, memotong bahan masakan, dll) Foto 2.5 Pola hidup warga di depan unit huniannya (Sumber : dokumen pribadi) Kebiasaan yang selalu dilakukan : - menjemur pakaian di railing balkon, pagar rumah atau digantung di teritisan atap. 22

16 - memarkir motor di jalan gang. - menyimpan gerobak di pinggir jalan atau ruangan antar bangunan yang bukan merupakan jalan. - bila membuka usaha maka memasang tanda berupa papan atau spanduk di depan huniannya. - bila ingin membeli sesuatu dari pedagang keliling yang melewati depan rumahnya, mereka akan langsung memberhentikannya sehingga terkadang membuat jalan yang dipakai jadi sempit karena pedagang tersebut berhenti dan melakukan transaksi jual beli. - ruang udara antar bangunan yang sempit terkadang difungsikan sebagai tambahan ruang hunian misalnya dengan membuat balkon di atasnya. Selain itu terkadang ditutup dengan sebuah terpal agar ruangan di bawahnya lebih bisa berfungsi misalnya sebagai ruang mengobrol. - membuat kandang burung atau binatang peliharaan lainnya di depan rumahnya. - menyimpan bahan bangunan yang masih bisa digunakan dan alat-alat yang hanya waktu tertentu saja digunakan di pinggir-pinggir sepanjang jalan gang, pinggir lapangan dan ruang-ruang lainnya yang memungkinkan dijadikan sebagai tempat penyimpanan. - menanam tanaman di dalam pot di depan rumah yang nantinya bisa diletakkan saja atau digantung Persepsi Warga RW 6 Tentang Penataan Permukiman Berdasarkan laporan hasil survei mahasiswa Planologi dalam mata kuliah PL- 270 tahun 2002, diperoleh data tentang aspirasi masyarakat Kelurahan Lebak Siliwangi tentang penataan permukiman terutama pembangunan rumah susun seperti yang terlihat di bagan di bawah ini Peserta Mata Kuliah PL-270 (2002), Persepsi dan Aspirasi Terhadap Penataan Kembali Kawasan Tamansari-Ganesa, h

17 Yang Harus Dilakukan Persentase Tetap seperti sekarang 19,6 % Perbaikan kualitas permukiman 66,7 % Pembangunan rumah susun 4,3 % Pembangunan kembali 7,6 % Lain-lain 2,2 % Total 100 % Tabel 2.5 Hasil survei aspirasi penduduk RW 6 tentang pembangunan rumah susun. Kemudian dari hasil survei diketahui bahwa sebagian besar masyarakat (77,2 %) tidak bersedia tinggal di rumah susun sedangkan sisanya tidak keberatan untuk tinggal di rumah susun. Alasan yang paling utama dari responden keberatan untuk tinggal di rumah susun adalah karena tidak nyaman tinggal di rumah susun. Mereka merasa tinggal di rumah susun membuat mereka terbatasi, kebebasan mereka akan berkurang 28. Dari data hasil responden diketahui pula bahwa apabila lingkungan permukiman tersebut dijadikan kawasan multifungsi maka fungsi perdagangan yang paling tepat mendampingi kawasan permukiman Peserta Mata Kuliah PL-270 (2002). Persepsi dan Aspirasi Terhadap Penataan Kembali Kawasan Tamansari-Ganesa, h Ibid., h

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Feri Susanty Spesial, Tahun 2007, 6). Populasi dan permintaan penduduk terhadap hunian yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Proyek Tempat tinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar dan pokok manusia. Oleh karena itu, kebutuhan akan hunian sangat penting dan

Lebih terperinci

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan.

TINJAUAN UMUM. - Merupakan kamar atau beberapa kamar / ruang yang diperuntukan sebagai. tempat tinggal dan terdapat di dalam suatu bangunan. BAB II TINJAUAN UMUM II.1. Gambaran Umum Proyek Judul Tema Sifat proyek : Perencanaan Apartemen : Arsitektur life style : fiktif II.2. Tinjauan Khusus II.2.1. Pengertian Apartemen Apartemen adalah - Merupakan

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah susun ini dirancang di Kelurahan Lebak Siliwangi atau Jalan Tamansari (lihat Gambar 1 dan 2) karena menurut tahapan pengembangan prasarana perumahan dan permukiman

Lebih terperinci

BAB II DATA AWAL PROYEK

BAB II DATA AWAL PROYEK BAB II DATA AWAL PROYEK Judul : Rumah Susun Linggawastu, Bandung Status Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pemerintah dan swasta Sumber Dana : Pemerintah dan swasta Lokasi : Jl. Linggawastu, kelurahan Tamansari,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Istilah peran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2005:854).

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK DI DAERAH RW 6 KELURAHAN LEBAK SILIWANGI

RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK DI DAERAH RW 6 KELURAHAN LEBAK SILIWANGI RUMAH SUSUN SEDERHANA MILIK DI DAERAH RW 6 KELURAHAN LEBAK SILIWANGI LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER II TAHUN 2006/2007 Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 4 ANALISIS BAB 4 ANALISIS 4.1. Analisis Kondisi Fisik Tapak 4.1.1. Tinjauan Umum Kawasan Kawasan Kelurahan Lebak Siliwangi merupakan daerah yang diapit oleh dua buah jalan yaitu Jalan Cihampelas (di sebelah barat

Lebih terperinci

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus

KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian masih tetap. penggunaan tanah sebagai pertimbangan utama, juga harus BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1 Konsep Dasar Perencanaan 5.1.1 Tata Ruang Makro A. Konsep Pola Ruang Rumah susun diharapkan akan menekan pembangunan perumahan di Kota Sleman dan lahan pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan

BAB 1 PENDAHULUAN. juta jiwa. Sedangkan luasnya mencapai 662,33 km 2. Sehingga kepadatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta merupakan ibu kota Indonesia yang termasuk dalam 14 kota terbesar di dunia. Berdasarkan data sensus penduduk dari Badan Pusat Statistik, pada tahun 2009 Jakarta

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB II DESKRIPSI PROYEK 8 BAB II DESKRIPSI PROYEK 2.1 Data Umum Proyek Proyek perancangan Penataan Kampung Kota Berbasis Arsitektur Berbagi Kampung Kota. Yang berorientasikan pada sungai Cikapundung, berlokasi Jln.Taman Hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Antara lain disebabkan adanya peluang kerja dari sektor industri dan perdagangan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1. Gambaran Umum Proyek Judul Proyek : Rumah Susun Bersubsidi Tema : Green Architecture Lokasi : Jl. Tol Lingkar Luar atau Jakarta Outer Ring Road (JORR) Kel. Cengkareng Timur -

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN BAB V KONSEP PERENCANAAN 5.1 Konsep Dasar Perencanaan Dalam perencanaan rumah susun sederhana sewa yang sesuai dengan iklim tropis, ada beberapa kriteria yang diterapkan yaitu : 1. Sesuai dengan kebutuhan

Lebih terperinci

RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR

RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR RUSUNAMI DI JAKARTA TIMUR Oleh Khairul Fajri, Hendro Trilistyo, Eddy Hermanto Setiap tahun angka penduduk semakin bertambah dan menambah kepadatan penduduk yang sudah tinggal

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Surabaya sebagai ibu kota Propinsi Jawa Timur merupakan salah satu kota industri terbesar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan meningkatnya kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN BAB 5 HASIL PERANCANGAN 5.1 Konsep Dasar Bangunan yang baru menjadi satu dengan pemukiman sekitarnya yang masih berupa kampung. Rumah susun baru dirancang agar menyatu dengan pola pemukiman sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI

BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI 47 BAB 3 GAMBARAN UMUM RUMAH SUSUN STUDI Dalam bab ini dijelaskan mengenai latar belakang pembangunan, sistem pengelolaan serta gambaran sosial-ekonomi penghuni rumah susun yang distudi. 3.1. Rumah Susun

Lebih terperinci

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo

Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Konsep Hunian Vertikal sebagai Alternatif untuk Mengatasi Masalah Permukiman Kumuh, Kasus Studi Kampung Pulo Felicia Putri Surya Atmadja 1, Sri Utami 2, dan Triandriani Mustikawati 2 1 Mahasiswa Jurusan

Lebih terperinci

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal

Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 6, No.2, (2017) 2337-3520 (2301-928X Print) G 218 Penerapan Konsep Defensible Space Pada Hunian Vertikal Ariq Amrizal Haqy, dan Endrotomo Departemen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jakarta yang mencakup Jabodetabek merupakan kota terpadat kedua di dunia dengan jumlah penduduk 26.746.000 jiwa (sumber: http://dunia.news.viva.co.id). Kawasan Jakarta

Lebih terperinci

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi

BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN. Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi BAB 2 EKSISTING LOKASI PROYEK PERANCANGAN 2.1 Lokasi Proyek Proyek perancangan yang ke-enam ini berjudul Model Penataan Fungsi Campuran Perumahan Flat Sederhana. Tema besar yang mengikuti judul proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM 2.1 Pengertian Dasar Rusunawa Pembangunan rumah susun merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah kebutuhan perumahan dan pemukiman terutama di daerah perkotaan yang jumlah penduduknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tebing Tinggi adalah adalah satu dari tujuh kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara, yang berjarak sekitar 78 kilometer dari Kota Medan. Kota Tebing Tinggi terletak

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun

BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Karakteristik penghuni yang mempengaruhi penataan interior rumah susun BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian diketahui telah terjadi suatu pola perubahan pada unit hunian rumah susun sewa Sombo. Perubahan terjadi terutama pada penataan ruang hunian yang

Lebih terperinci

BAB III ANALISA Analisa Tapak

BAB III ANALISA Analisa Tapak BAB III ANALISA 3. 1 Analisa Tapak 3. 1. 1 Tinjauan Umum Kawasan Kampung Pangumbahan berada di Jl. Cihampelas, kecamatan Bandung Wetan, kelurahan Tamansari. Merupakan daerah permukiman kumuh dengan tingkat

Lebih terperinci

PERMASALAHAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN

PERMASALAHAN PENGELOLAAN RUMAH SUSUN 2006 Hairul Sitepu Posted 5 December 06 Makalah Pengantar Falsafah Sains (PPS702) Program Pasca Sarjana / S3, Institut Pertanian Bogor Sem 1, 2006/07 Dosen: Prof. Dr. Ir. Rudy C. Tarumingkeng Prof. Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG I.1.1. Latar Belakang Eksistensi Proyek Pemukiman dan perumahan adalah merupakan kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia. Perumahan dan pemukiman tidak hanya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Pengertian Rumah Susun

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Pengertian Rumah Susun BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.1.1 Pengertian Rumah Susun Pengertian atau istilah rumah susun, kondominium merupakan istilah yang dikenal dalam sistem hukum negara Italia. Kondominium terdiri

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Transformasi atau perubahan ruang komunal pada rumah susun berdasarkan kelebihan dan kekurangan pada rumah susun lain, sehingga didapat pola ruang komunal pada rumah

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING

BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING BAB II: STUDI PUSTAKA DAN STUDI BANDING 2.1. Tanggapan Tanggapan dalam sayembara ini cukup menarik karena rusunawa sebagai strategi Penataan Permukiman kumuh. Bisanya permukiman kumuh bisa diatasi dengan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK

BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL 4. 2 KONSEP TAPAK BAB IV KONSEP 4. 1 IDE AWAL Kampung kota merupakan sebuah fenomena yang cukup unik, di samping memiliki karakteristik kampung, namun memiliki karakteristik perkotaan. Kampung memiliki sifat rasa kekeluargaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelaksanaan Pelaksanaan berasal dari kata laksana yang berarti kegiatan 5. Pelaksanaan juga dapat diartikan sebagai suatu rencana realistis, praktis dan pragmatis yang telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang terkenal dengan gudegnya, masyarakatnya yang ramah, suasana yang damai tentram, nyaman dapat dirasakan

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa

BAB VII RENCANA. 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa Tahapan Pembangunan Rusunawa BAB VII RENCANA 7.1 Mekanisme Pembangunan Rusunawa 7.1.1 Tahapan Pembangunan Rusunawa Agar perencanaan rumah susun berjalan dengan baik, maka harus disusun tahapan pembangunan yang baik pula, dimulai dari

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA SALINAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG PEMAKAIAN RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, Menimbang : a. bahwa dalam usaha untuk

Lebih terperinci

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5.1 Dasar Perencanaan dan Perancangan Beberapa hal yang menjadi dasar perencanaan dan perancangan Asrama Mahasiwa Bina Nusantara: a. Mahasiswa yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler

BAB I. Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler BAB I Persiapan Matang untuk Desain yang Spektakuler Kampung Hamdan merupakan salah satu daerah di Kota Medan yang termasuk sebagai daerah kumuh. Hal ini dilihat dari ketidak beraturannya permukiman warga

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang.

BAB 6 KESIMPULAN. kebutuhan ruang, dan implementasi desain layout pada fungsi industri sepatu. dalam hunian terhadap transformasi dan kebutuhan ruang. BAB 6 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa dari penelitian ini diperoleh beberapa pola transformasi bentuk yang terjadi pada objek penelitian yaitu industri sepatu dalam hunian, presentase analisa tatanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan Taman). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan pertumbuhan fisik Kabupaten Sidoarjo sangat pesat, salah satunya adalah kawasan perbatasan Sidoarjo - Surabaya (dalam hal ini Desa Wonocolo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang. BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Seiring dengan perkembangan Kota DKI Jakarta di mana keterbatasan lahan dan mahalnya harga tanah menjadi masalah dalam penyediaan hunian layak bagi masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Seperti kota-kota besar lainnya yang berkembang menjadi sebuah metropolitan, Kota Bandung sebagai ibukota Provinsi Jawa Barat juga mengalami permasalahan serius

Lebih terperinci

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN

BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN BAB II RUANG BAGI KEHIDUPAN Untuk memperoleh hasil pemrograman yang maksimal, proses analisa yang dilakukan sebaiknya bersumber pada data yang tersusun dengan sempurna. Data yang sudah terkumpul kemudian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI 47 BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Pada Bagian ini akan dijelaskan mengenai gambaran umum Kelurahan Tamansari yang diantaranya berisi tentang kondisi geografis dan kependudukan, kondisi eksisting ruang

Lebih terperinci

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis

BAB VI HASIL PERANCANGAN. apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis 185 BAB VI HASIL PERANCANGAN Bab enam ini akan menjelaskan tentang desain akhir perancangan apartemen sewa untuk keluarga baru yang merupakan output dari proses analisis tapak dan objek. 6.1 Tata Massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang

BAB III METODE PERANCANGAN. dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang BAB III METODE PERANCANGAN Dalam perancangan Rumah Susun Sederhana Sewa, telah dilakukan berbagai metode perancangan yang bersifat analisa yang bertujuan untuk menunjang proses perancangan selanjutnya.

Lebih terperinci

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE

BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE BAB IV PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KELURAHAN KALIGAWE 4.1. Konsep Dasar Rumah susun sederhana sewa di Kalurahan Pandean Lamper ini direncanakan untuk masyarakat berpenghasilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkotaan dengan kompleksitas permasalahan yang ada di tambah laju urbanisasi yang mencapai 4,4% per tahun membuat kebutuhan perumahan di perkotaan semakin meningkat,

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO

PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO PENENTUAN HARGA SEWA RUMAH SUSUN BERDASARKAN ANALISA WTP (WILLINGNESS TO PAY) DI KECAMATAN SIDOARJO Dyah Purnamasari Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email : dyahpurnamasari@yahoo.com Retno Indryani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kota Bandung terkenal sebagai salah satu kota besar di Indonesia. Sedari dulu Bandung selalu menjadi tempat persinggahan yang menyenangkan. Posisi kota Bandung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di DKI Jakarta bertambah tiap tahunnya. Dari data yang didapat dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka kepadatan penduduk DKI Jakarta pada tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi Daerah Ibukota Yogyakarta mulai dari tahun 2008 yang memiliki jumlah penduduk 374.783 jiwa, pada tahun

Lebih terperinci

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa

Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) G-58 Solusi Hunian Bagi Pekerja dan Pelajar di Kawasan Surabaya Barat Berupa Rancangan Desain Rusunawa Laras Listian Prasetyo

Lebih terperinci

PENANDAAN TERITORI DAN INVASINYA TERHADAP RUANG PUBLIK

PENANDAAN TERITORI DAN INVASINYA TERHADAP RUANG PUBLIK KARYA TULIS ILMIAH PENANDAAN TERITORI DAN INVASINYA TERHADAP RUANG PUBLIK (Study Kasus Mall Pasar Baru dan Istana Plaza Bandung) TODDY HENDRAWAN YUPARDHI S.Sn, M.Ds DOSEN TETAP PROGRAM STUDI DESAIN INTERIOR

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan Setelah dilakukan penelitian tentang perilaku warga di rumah tinggal di kawasan pantai Purus kota Padang, maka telah di dapatkan jawaban tentang bagaimana orang

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB)

HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB) HUBUNGAN PERUBAHAN SOSIAL EKONOMI PENGHUNI DENGAN PERUBAHAN LOKASI DAN KARAKTERISTIK HUNIAN (STUDI KASUS RUSUNAWA PLGB) Sutikno Diharjo 1 dan Nurahma Tresani 2 1 Fakultas Teknik, Universitas Tarumanagara,

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA

RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA RUMAH SUSUN MILIK DI JAKARTA Oleh : Sevi Maulani, Djoko Indrosaptono, Resza Riskiyanto Kebutuhan tempat tinggal merupakan kebutuhan primer manusia. Berbagai macam upaya pemenuh

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Ruang publik Menurut Carr dkk (1992), bahwa tipologi ruang publik penekanan kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. astudioarchitect.com Arsitektur tropis bangunan tinggi Ken Yeang / High Rise tropical Architecture of Ken Yeang

DAFTAR PUSTAKA. astudioarchitect.com Arsitektur tropis bangunan tinggi Ken Yeang / High Rise tropical Architecture of Ken Yeang DAFTAR PUSTAKA AS Hornby, Oxford Advanced Learner,s Dictionary, 1995, hal.45 Cyrill M Harris, Dictionary of Architecture and Construction, Mc Graw Hill Book Comp, 1975, hal.20 Cyril M Harris, Dictionary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kota di Indonesia merupakan sumber pengembangan manusia atau merupakan sumber konflik sosial yang mampu mengubah kehidupan dalam pola hubungan antara lapisan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK )

IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) IDENTIFIKASI KONDISI PERMUKIMAN KUMUH DI KECAMATAN PANCORAN MAS KOTA DEPOK ( STUDI KASUS RW 13 KELURAHAN DEPOK ) Bagus Ahmad Zulfikar 1) ; Lilis Sri Mulyawati 2), Umar Mansyur 2). ABSTRAK Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo

Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Perubahan Pola Tata Ruang Unit Hunian pada Rusunawa Bayuangga di Kota Probolinggo Damianus Andrian 1 dan Chairil Budiarto 2 1 Mahasiswa Program Studi Sarjana Arsitektur, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di wilayah perkotaan. Salah satu aspek

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB KONSEP PERANCANGAN Berdasarkan kesimpulan mengenai perilaku-perilaku umum khas masyarakat Kampung Juminahan dan penghuni Rumah Susun Grha Bina Harapan beserta tindak lanjutnya yang telah dibahas pada

Lebih terperinci

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan BAGIAN 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan Karakteristik kawasan permukiman kumuh di Kota Yogyakarta adalah kawasan permukiman dengan tingkat kepadatan bangunan yang tinggi dan terletak

Lebih terperinci

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA

EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA EVALUASI BENTUK LAY OUT UNIT HUNIAN PADA RUSUN HARUM TEBET JAKARTA Susy Irma Adisurya Program Studi Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Trisakti E-mail: susyirma@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET

VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET 42 VI. PERENCANAAN LANSKAP PEDESTRIAN SHOPPING STREET Pengembangan konsep dalam studi perencanaan kawasan ini akan terbagi ke dalam empat sub konsep, yaitu perencanaan lanskap pedestrian shopping street,

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh

Lebih terperinci

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK

PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA PUBLIK DI BAWAH JEMBATAN LAYANG PASUPATI SEBAGAI UPAYA MEMPERTAHANANKAN RUANG PUBLIK Wiwik Dwi Susanti 1, Sri Suryani Y. W. 2 1, 2 Program Studi Arsitektur, FTSP, UPN Veteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dewasa ini kebutuhan akan tempat tinggal semakin terasa mendesak dikarenakan setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan angka pertumbuhan jumlah penduduknya.

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang :

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG

IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG IDENTIFIKASI KONFIRGURASI PERUBAHAN RUANG RSS GRIYA HARAPAN A PALEMBANG Wienty Triyuly Program Studi Teknik Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya JL. Raya Prabumulih Telp. 0711-7083885 Inderalaya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Perkembangan Olahraga Di Magetan Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi penerus yang dikemudian hari akan membawa nama harum bangsa pada tingkat

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pertumbuhan jumlah penduduk semakin meningkat dan tidak terkendali. Hal ini menyebabkan kebutuhan permukiman meningkat. Dengan kebutuhan permukiman yang meningkat,

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEWA DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR EKOLOGIS 5.1. Konsep Filosofis Dilatarbelakangi oleh status kawasan industri Cikarang yang merupakan kawasan industri

Lebih terperinci

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya)

EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) EVALUASI PENYEDIAAN FASILITAS RUMAH SUSUN (Studi Kasus Rumah Susun Warugunung dan Rumah Susun Penjaringansari I di Kota Surabaya) Widiastuti Hapsari dan Ria Asih Aryani Soemitro Bidang Keahlian Manajemen

Lebih terperinci

BAB V PENYUSUNAN KONSEP

BAB V PENYUSUNAN KONSEP BAB V PENYUSUNAN KONSEP 5.1. MATRIKS ANALISA SWOT ( Tabel 5.1) Opportunity - PLPBK yang menjadikan permukiman pinggiran sungai menjadi lebih tertata berbasis komunitas - Akses dari jalan Kleringan depan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya.

BAB I PENDAHULUAN. Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2. menjadikan Jakarta sebagai kota yang sangat padat penduduknya. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Proyek Jakarta yang mempunyai wilayah seluas 740 km 2 dengan jumlah populasi 2 sebesar 8.792.000 jiwa dan memiliki kepadatan penduduk sebesar

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 18 TAHUN 1999 T E N T A N G KETERTIBAN DAN KEBERSIHAN KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN, Menimbang : a. bahwa sejalan dengan perkembangan

Lebih terperinci

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG

PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG PERANCANGAN INTERIOR PADA PANTI JOMPO KELAS PREMIUM DI SEMARANG Yosephine Brenda Mathovani Binus University, Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11530 (021) 53696969 brenda_mathovani@gmail.com

Lebih terperinci

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak

Salah satunya di Kampung Lebaksari. Lokasi Permukiman Tidak Layak Keberdayaan masyarakat dalam mendukung upaya perbaikan permukiman masih kurang Upayaupaya perbaikan permukiman menjadi tidak berarti Contohnya, luas Permukiman Tidak Layak Huni Kota Bogor meningkat Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk kota kota di Indonesia baik sebagai akibat pertumbuhan penduduk maupun akibat urbanisasi telah memberikan indikasi adanya masalah perkotaan yang

Lebih terperinci

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA

ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA ANALISA KEBUTUHAN RUMAH SUSUN UNTUK DOSEN DAN PEGAWAI DI ITS SURABAYA Muhammad Rahman Mahasiswa Magister Manajemen Aset FTSP ITS Email: rahman2911@yahoo.com Ria Asih Aryani Soemitro Dosen Pembina Magister

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI, 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis dan Demografis Desa Petir merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Jumlah penduduk Desa

Lebih terperinci

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA

BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA BAGIAN 3 HASIL RANCANGAN DAN PEMBUKTIANNYA 1.1.1.1 Narasi dan Ilustrasi Skematik Hasil Rancangan Hasil yang akan dicapai dalam perancangan affordable housing dan pertanian aeroponik ini adalah memecahkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG RUMAH SUSUN (RUSUN) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur

BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur BAB V Program Dasar Perencanaan dan Perancangan Arsitektur 5.1. Program Dasar Kebutuhan Ruang Program dasar kebutuhan ruang pada rumah susun sederhana milik di RW 01 Johar Baru dapat diuraikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Perumahan merupakan kebutuhan masyarakat yang paling mendasar, dan dalam pemenuhannya masih sulit dijangkau terutama bagi penduduk berpendapatan rendah

Lebih terperinci

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN

Sabua Vol.7, No.2: Oktober 2015 ISSN HASIL PENELITIAN Sabua Vol.7, No.2: 429-435 Oktober 2015 ISSN 2085-7020 HASIL PENELITIAN ANALISIS TINGKAT KEKUMUHAN PERMUKIMAN MASYARAKAT DI KELURAHAN TANJUNG MERAH KOTA BITUNG Gerald Mingki 1, Veronica Kumurur 2 & Esli

Lebih terperinci

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI)

CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) Perancangan Kota CONTOH KASUS PEREMAJAAN KOTA DI INDONESIA (GENTRIFIKASI) OLEH: CUT NISSA AMALIA 1404104010037 DOSEN KOORDINATOR IRFANDI, ST., MT. 197812232002121003 PEREMAJAAN KOTA Saat ini, Perkembangan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status

BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Analisis pengelompokan pemakai berdasarkan usia dan status BAB III ANALISIS 3.1 Analisis pemakai Pengguna rusun adalah karyawan industri pabrik yang berada di sekitar lokasi dengan asumsi bahwa pembiayaan pembangunan rusun ditanggung oleh pemerintah yang bekerja

Lebih terperinci

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA

RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN HALAMAN JUDUL RUMAH SUSUN HEMAT ENERGI DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI DERAJAT SARJANA

Lebih terperinci

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik

PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik BAB IV PENDEKATAN KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 4. 1 Pendekatan Konsep Dasar Perencanaan 4. 1. 1 Pendekatan Konsep Tata Ruang Makro Pendekatan konsep untuk tata ruang dan tata fisik bangunan

Lebih terperinci