PERGESERAN PARADIGMA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI INVESTASI MENUJU COMPETITIVE ADVANTAGE. Ahmad Husin STIE Wijaya Mulya Surakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERGESERAN PARADIGMA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI INVESTASI MENUJU COMPETITIVE ADVANTAGE. Ahmad Husin STIE Wijaya Mulya Surakarta"

Transkripsi

1 PERGESERAN PARADIGMA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY SEBAGAI INVESTASI MENUJU COMPETITIVE ADVANTAGE Ahmad Husin STIE Wijaya Mulya Surakarta Abstraksi : Kegiatan bisnis dilakukan selain untuk mendapatkan keuntungan juga untuk mendatangkan kemanfaatan bagi stakeholder dan masyarakat luas. Salah satu bentuk kemanfaatan tersebut adalah keterlibatan perusahaan dalam mengikuti aneka kegiatan sosial dalam masyarakat yang lebih dikenal dengan istilah Corporate Social responsibility (CSR). Semula CSR dianggap sebagai biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Akan tetapi sekarang CSR dianggap sebagai suatu investasi dan strategi guna mempersiapkan sumberdaya yang berdaya saing dalam rangka memperoleh Competitive Advantage. Kata kunci : Bisnis, CSR, competitive advantage A. PENDAHULUAN Pada umumnya bisnis merupakan suatu kegiatan diantara manusia yang menyangkut produksi, distribusi, menjual dan membeli barang dan atau jasa tidak hanya sekedar mencari keuntungan tetapi lebih dari itu yaitu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas. Dalam kerangka untuk memenuhi kebutuhan ini, produk yang dihasilkan tidaklah statis tetapi berkembang terus sejalan dengan tingkat perkembangan kebutuhan itu sendiri. Kedinamisan kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan tersebut menciptakan hubungan timbal balik dan berkesinambungan antara masyarakat dan pelaku bisnis. Masyarakat yang dalam hal ini stakeholder membutuhkan dan mendambakan keberadaan perusahaan yang dapat memenuhi segala bentuk kebutuhan dan keinginannya. Sementara pelaku bisnis melalui perusahaannya menciptakan produk guna memberikan konstribusi kepada masyarakat. Kehidupan berdampingan ini sebagai cermin bentuk keharmonisan, keserasian dan saling mengisi satu sama lain. Keduanya mempunyai posisi sejajar dan saling melengkapi ibarat air dengan ikan. Air tanpa ikan tingkat kemanfaatannya akan kurang dan tidak punya keindahan optimal dan sebaliknya ikan tanpa air jelas tidak akan mungkin bisa hidup.

2 Terciptanya kehidupan yang indah ini menjadikan perkembangan peradaban maju pesat seiring dengan tingkat kedinamisan perkembangan ilmu pengetahuan. Dan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan yang sangat cepat ini, menjadikan kehidupan dalam berbisnis juga menjadi berkembang dan bertambah komplek. Dahulu pelaku bisnis dalam melakukan kegiatannya hanya terbatas dan sangat sederhana. Sehingga sumber daya yang dipergunakannya juga sederhana dan relative tidak berdampak terhadap masyarakat luas khususnya para stakeholder. Tetapi kini tidak demikian, produksi dan distribusi dilakukan secara besar-besaran demi untuk mengejar target. Perubahan teknologi yang digunakan juga membawa dampak yang luar biasa bagi lingkungan maupun bagi masyarakat luas. Sehingga eksploitasi tidak dapat dihindarkan lagi baik dari sisi internal maupun dari sisi eksternal perusahaan. B. Kesemuanya itu menjadikan hubungan antara masyarakat - lingkungan dengan pelaku bisnis - perusahaan berubah. Perubahan mana yang tadinya hidup serasi dan berdampingan menjadi tidak serasi lagi karena munculnya permasalahanpermasalahan baru. Dengan adanya eksploitasi secara besar-besaran yang dilakukan oleh pelaku bisnis ini, masyarakat luas yang dalam hal ini stakeholder merasa sebagai pihak yang dirugikan. Dalam hal ini pelaku bisnis melalui perusahaannya dianggap berlaku tidak fair dan tidak adil karena demi untuk mendapatkan keuntungan belaka rela merugikan kepentingan masyarakat. Ahmad Husin 27 Itulah sebabnya muncul pameo bahwa bisnis adalah kotor karena identik dengan permainan judi dimana penuh dengan kegiatan tipu daya dan menghalalkan segala cara demi untuk mencapai tujuannya. Padahal dalam kenyataannya tidak selalu demikian karena dalam berbisnis yang dipertaruhkan tidak hanya sekedar uang tetapi sesuatu yang lebih berbobot dan bernilai lebih hakiki yaitu kehidupan manusia dan nasib begitu banyak orang yang terkait. Karena itulah bisnis sangat memerlukan cara-cara dan strategi yang tepat untuk dapat berhasil dimana cara dan strategi tersebut harus diperhitungkan dengan matang supaya tidak merugikan masyarakat luas. Bahkan dengan cara dan strategi yang tepat dapat mendatangkan manfaat dan kebaikan bagi masyarakat luas hingga pada akhirnya bagi pelaku bisnis itu sendiri. PRINSIP-PRINSIP BISNIS Jika bisnis diharapkan menjadi berkembang pada suatu profesi yang luhur maka bisnis harus dijalankan secara etis. Artinya pengelolaan bisnis hendaknya berorientasi pada masa jangka panjang yang mengutamakan pada kebaikan dan kemanfaatan. Pemberian kebaikan dan kemanfaatan ini tidak hanya berlaku pada diri pribadi melainkan pada orang lain utamanya pada masyarakat luas. Untuk menuju kearah tersebut tentu saja berlaku prinsip-prinsip universal (Keraf,1998:74). Dalam rangka untuk mengetahui lingkup prinsip-prinsip universal tersebut dibawah ini akan diuraikan sebagai berikut :

3 FORUM AKADEMIKA Prinsip Otonom Otonom merupakan sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan tindakan berdasarkan tingkat kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan. Pelaku bisnis yang otonom adalah orang yang sadar 2. sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajibannya dalam melakukan kegiatan bisnis. Mereka paham benar dengan bidang kegiatan yang harus dilakukannya, situasi yang dihadapinya, tuntutan dan aturan yang berlaku bagi bidang kegiatannya. Selain itu mereka juga sadar dan tahu persis akan keputusan dan tindakan yang akan dilakukannya serta akibat dan resiko yang ditimbulkan baik bagi dirinya sendiri maupun bagi perusahaannya serta pihak-pihak lain yang terkait. Dalam kontek yang lebih jauh mereka menyadari sepenuhnya bahwa keputusan dan tindakan yang diambilnya itu sudah sesuai atau sebaliknya bertentangan dengan nilai dan norma moral tertentu. Jika sekiranya sudah sesuai dengan nilai dan norma, mereka sudah memperhitungkan tingkat kebaikan dan kemanfaatan yang akan dapat dinikmati oleh dirinya sendiri bahkan pada masyarakat luas. Sebaliknya jika sekiranya bertentangan, mereka juga sadar dan tahu mengapa keputusan dan tindakan itu diambil kendati sudah jelas bertentangan dengan nilai dan norma tertentu. Karena itu pelaku bisnis yang otonom bukanlah sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada melainkan mereka sudah mengetahui, memahami dan sadar sepenuhnya bahwa apa-apa yang dilakukan itu adalah sesuatu yang baik dan benar. Prinsip Kejujuran Pada prinsip kejujuran ini, merupakan prinsip yang paling problematik karena memang sampai saat ini pelaku bisnis masih banyak yang menjalankan bisnis dengan cara yang tidak fair, tidak adil, banyak tipu-daya dan penuh kecurangan. Namun yang perlu disadari bahwa praktek kotor tersebut tidak akan membuat bisnisnya langgeng karena akan ditinggal oleh masyarakat luas. Itulah sebabnya pelaku bisnis modern sudah mulai sadar dan mengakui bahwa kejujuran dalam berbisnis adalah kunci keberhasilan untuk dapat survive dalam jangka panjang, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Kejujuran relevan dengan pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak Dalam membuat kontrak dan perjanjian, kedua belah pihak harus saling percaya satu sama lain dan keduanya harus serius serta tulus untuk melaksanakan janjinya. Kejujuran ini sangat penting artinya bagi kepentingan masing-masing pihak dan sangat menentukan relasi serta kelangsungan bisnis selanjutnya. Jika terjadi tindak kecurangan

4 b. c. Ahmad Husin 29 pada salah satu pihak maka dan dijaga dengan baik apabila jelas tidak akan mungkin terdapat etos kerja yang baik bagi pihak yang dicurangi itu mau meneruskan kontrak dan dalam perusahaan itu, standar moral yang jelas dan perlakuan perjanjian pada masa berikutnya. karyawan secara manusiawi. Kejujuran relevan dengan Dengan tegaknya sikap kejujuran penawaran barang dan jasa dalam membina kerja sama antara Para pelaku bisnis atasan dengan bawahan maka modern sudah mulai percaya lingkungan menjadi kondusif, dan menyadari bahwa kunci nyaman dan keberlangsungan kesuksesan bisnis adalah hidup perusahaan menjadi lebih kepercayaan konsumen. Untuk terjamin. itu kegiatan menipu konsumen 3. Prinsip Keadilan baik yang dilakukan melalui Prinsip keadilan yang berlaku iklan maupun melalui pelayanan pada dunia bisnis menuntut agar akan segera ditinggalkan oleh pelaku kegiatan bisnis berlaku adil baik konsumen. Karena hal ini pula terhadap pihak internal perusahaan pelaku bisnis bersedia berkorban maupun eksternal perusahaan. Dalam dan selalu menjaga konsumennya kaitannya dengan pihak internal pelaku dengan mengedepankan sikap bisnis harus dapat memperlakukan kejujuran. Sikap kepercayaan karyawan dengan sebaik-baiknya. konsumen terhadap suatu produk Hal ini berarti antara jasa-jasa yang tidak bisa dipandang sebelah mata diberikan dengan imbalan yang karena cara-cara bombastis yang diterima seimbang. Pelaku bisnis tidak hanya mengedepankan tujuan diperbolehkan untuk mengeksploitasi jangka pendek tetapi melupakan karyawan dengan cara memanfaatkan tujuan jangka panjang. karyawan secara berlebihan sebagai Kejujuran relevan dengan faktor produksi. Akan tetapi pelaku kerjasama internal perusahaan bisnis harus dapat memandang Pada umumnya suatu karyawan sebagai sumber daya perusahaan dapat bertahan apabila insani yang mempunyai harkat dan jika hubungan kerjasama internal martabat yang sederajat. Perlakuan dilandasi oleh sikap kejujuran. secara manusiawi ini diperlukan dan Didalam perusahaan dimana diutamakan terlebih dalam kaitannya terdapat atasan dan bawahan harus dengan posisi karyawan sebagai saling bekerjasama dengan jujur tenaga kerja perusahaan. dalam menjalankan tugas sesuai Begitu juga pada hal-hal dengan pekerjaannya. Sikap yang terkait dengan pihak eksternal kejujuran ini dapat ditegakkan pelaku bisnis dalam melakukan

5 FORUM AKADEMIKA 30 kegiatannya sedapat mungkin berlaku Namun pada kenyataannya arif, bijaksana, dan menjunjung konsep win-win solution ini tidak tinggi prinsip-prinsip keadilan. mudah bisa diterapkan apalagi Prinsip-prinsip keadilan yang bisnis sudah semakin kompleks diterapkan dengan pihak eksternal ini menyangkut kepentingan masyarakat luas diantaranya adalah stakeholder. Apabila stakeholder ini diperinci maka akan memunculkan banyak dan konsumen sudah mulai cerdas. Hal ini memaksa para pelaku bisnis tidak banyak pilihan kecuali hanya berorientasi bagaimana cara untuk memuaskan konsumen. Disisi lain pihak yang mempunyai kebutuhan kecerdasan konsumen membuat dan kepentingan berbeda satu dengan mereka leluasa dapat memilih produk yang lain. Stakeholder tersebut yang berkualitas. Kondisi demikian adalah : karyawan, pemegang saham, menjadikan posisi tawar konsumen pemerintah setempat, pemerintah setingkat lebih tinggi dibanding asing, masyarakat global, kreditor, dengan ketika kegiatan bisnis masih pemasok, konsumen, kelompok sederhana. Dengan adanya kecerdasan pendukung, rekan bisnis, aktivitas sosial, media massa dan lain-lain. Dari berbagai stakeholder tersebut pelaku bisnis melalui perusahaan harus dapat memperlakukan secara konsumen untuk memilih produk dan bertambah pengalamannya didalam mengkonsumsi produk menjadikan posisi tawar pelaku bisnis sedikit harus hati-hati untuk tidak memperlakukan arif dan bijaksana agar semuanya konsumen seenaknya. Untuk itu 4. tidak ada pihak-pihak yang dirugikan baik hak maupun kepentingannya. Prinsip saling menguntungkan diperlukan sikap cerdas dari kedua belah pihak supaya tujuan konsumen dapat terakomondir sekaligus tujuan Pada dasarnya, prinsip ini menuntut agar pelaku bisnis dapat akhir perusahaan yaitu memperoleh keuntungan maksimal dapat tercapai. menjalankan bisnisnya sedemikian rupa 5. Prinsip integritas moral sehingga menguntungkan semua pihak. Prinsip saling menguntungkan ini merupakan suatu bentuk konsekuensi Pada prinsip ini terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis agar dalam logis dimana jika pelaku bisnis melalui menjalankan bisnisnya selalu perusahaannya mendapat untung maka menjaga nama baik diri pribadinya konsumen juga harus mendapatkan dan nama baik perusahaannya. untung melalui barang dan jasa yang Prinsip ini merupakan tuntutan dan memuaskan. Artinya masyarakat dorongan dalam diri pelaku bisnis mengeluarkan uang tetapi mendapatkan barang dan atau jasa dengan harga terjangkau dan kualitas yang memadai. untuk menjadi yang terbaik, paling unggul dan dibanggakan. Kemauan ini tercermin dalam seluruh bentuk

6 C. Ahmad Husin 31 perilaku dengan siapa saja dan kapan saja, baik keluar maupun kedalam perusahaan. Perilaku yang dimaksud dapat berbentuk timbulnya suatu komitmen untuk tidak akan menyakiti orang lain, tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain tanpa berharap imbalan apapun dari orang lain. serta tindakan bisnis. Pada pendekatan ini berusaha untuk memetakan hubungan yang terjalin dalam kegiatan bisnis, diantaranya siapa saja yang mempunyai kepentingan, keterkaitan dan keterlibatan dalam kegiatan bisnis tersebut. Dengan cara seperti itu bisnis harus dikelola sedemikian rupa supaya hak dan kepentingan semua Apabila prinsip ini dapat pihak yang terkait dan berkepentingan terealisasikan secara utuh maka dengan sendirinya mencakup prinsip kejujuran, prinsip saling menguntungkan, prinsip (stakeholder) dengan suatu kegiatan bisnis dapat dijamin, diperhatikan dan dihargai (Keraf,1998:89). otonom dan prinsip keadilan. Pada prinsip kejujuran dapat diuraikan bahwa orang yang jujur dengan sendirinya tidak akan pernah merugikan orang lain. Demikian juga pada prinsip saling a) Dasar pendekatan stakeholder Yang mendasari pemikirannya adalah bahwa semua pihak yang mempunyai kepentingan dan terlibat didalamnya tentunya berkeinginan menguntungkan dalam dirinya selalu memperoleh keuntungan. Itulah terpikir bagaimana dapat mendatangkan kemanfaatan bagi orang lain. Dan untuk prinsip otonom, orang yang bersangkutan tidak akan pernah mau merugikan orang lain tanpa alasan yang dapat diterima dan masuk akal. Sedang pada prinsip keadilan orang tersebut mempunyai jangkauan yang sangat luas sebabnya hak dan kepentingan mereka harus diperhatikan dan dijamin atau paling tidak bermuara pada prinsip minimal yaitu tidak dirugikan. Melalui konsep pendekatan stakeholder ini pula menuntut agar kegiatan bisnis apapun bentuknya perlu dijalankan dengan cara-cara yang baik dan yang mencakup banyak prinsip etika bijaksana demi untuk menjamin lainnya. semua pihak yang terkait utamanya stakeholder. Hal ini mengingat jika PENDEKATAN STAKEHOLDER terjadi kecurangan dan merugikan Pendekatan stakeholder merupakan kepentingan stakeholder maka dapat suatu pendekatan baru yang mulai banyak dipastikan pihak tersebut tidak akan digunakan dalam rangka mengintegrasikan mau lagi menjamin bisnis dengannya. kepentingan bisnis disatu pihak dengan Bahkan bagi pihak lain yang belum tuntutan etika dilain pihak. Dalam hal ini pernah berhubungan dengannya pun pendekatan stakeholder merupakan cara akan ikut memberikan sanksi dalam untuk mengamati dan menjelaskan secara bentuk mewaspadai sampai dengan analitis tentang bagaimana berbagai unsur berusaha untuk menghindari. dipengaruhi dan mempegaruhi keputusan

7 FORUM AKADEMIKA 32 b) Pengelompokan stakeholder - Primary stakeholder (stakeholder Jika dicermati secara lebih primer) mendalam hubungan stakeholder Primary stakeholder merupakan dengan perusahaan sangat kumpulan elemen yang berasal beragam dan mempunyai tingkat dari lingkungan dan mempunyai ketergantungan yang berbeda-beda. keterkaitan/pengaruh langsung Dalam kontek keberagaman ini terhadap pasar. Adapun komponen stakeholder pada hakekatnya dapat dibedakan menjadi dua kelompok yang termasuk dalam stakeholder primer adalah pemegang saham, yaitu kelompok stakeholder primer masyarakat keuangan, serikat (primary stakeholder) dan kelompok kerja, pemasok, konsumen, stakeholder sekunder (secondary pesaing dan masyarakat global. stakeholder) Gambar : 1 Primary stakeholder (stakeholder primer) Masyarakat global Pemegang saham Pesaing Perusahaan Masyarakat keuangan Konsumen Pemasok Serikat kerja Keterangan : 1. Pemegang saham adalah mereka (seseorang) yang mempunyai kepemilikan terhadap perusahaan atas kepunyaan saham yang dimilikinya. Sampai seberapa jauh hak dan wewenang yang dimiliki, maka sangat tergantung pada besar kecilnya saham yang diberikan. 2. Masyarakat keuangan adalah mereka (lembaga) yang melaksanakan transaksi dengan perusahaan khusus dibidang finansial. Pelaksanaan transaksi ini dimaksudkan untuk memperlancar kegiatan perusahaan. Mereka ini adalah lembaga-lembaga perbankan dan juga lembaga-lembaga keuangan lain selain bank.

8 Ahmad Husin Serikat kerja adalah mereka (organisasi) yang membela/ melindungi hak-hak para pekerja (karyawan). Para pekerja ini dapat tenaga trampil dan dapat pula tenaga kasar 4. Pemasok adalah organisasi (seseorang) yang mempunyai hubungan kerjasama untuk memberi pasokan baik berupa material, mesin maupun jasa informasi kepada perusahaan. Mereka inilah yang menjadikan perusahaan dapat beroperasi menjalankan kegiatan operasionalnya. 5. Pesaing adalah perusahaan yang memproduksi barang yang sama atau hampir sama. Dalam kontek sekarang pesaing dianggap sebagai mitra kerja karena selain bekerjasama untuk melengkapi dan mengisi kebutuhan konsumen juga memberi pelajaran dan motivasi untuk selalu berinovasi dalam meningkatkan kualitas produk dan pelayanan. 6. Konsumen adalah kelompok masyarakat yang membeli produk perusahaan untuk dikonsumsi. Dalam hal tertentu terdapat pendapat lain yang membedakan antara konsumen dengan pelanggan tetapi pada hakekatnya adalah sama atau hampir sama. Konsumen mempunyai pengertian seperti yang telah disebutkan diatas sedang pelanggan adalah orang yang membeli produk perusahaan secara berulang-ulang dimana produk yang sudah dibeli tersebut dijual kembali. 7. Masyarakat global adalah masyarakat yang berdomisili disekitar tempat perusahaan. Pengertian berdomisili disekitar perusahaan ini tidak dalam pengertian kuantitatif. Artinya jika perusahaan tersebut berdampak baik positif maupun negative maka masyarakat global tersebut akan terkena dampaknya. Dengan mencermati keterangan diatas, stakeholder primer mau tidak mau harus menjadi pusat perhatian yang paling utama karena keberadaannya dapat menjadikan berkembang atau tidaknya perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya. Perusahaan hendaknya menjalin relasi dengan kelompok stakeholder primer ini dengan prinsip kejujuran, prinsip otonomi, prinsip keadilan, prinsip integritas dan prinsip saling menguntungkan. - Secondary stakeholder (stakeholser skunder) Secondary stakeholder merupakan kumpulan elemen yang berasal dari lingkungan dan mempunyai keterkaitan/pengaruh tidak langsung terhadap pasar. Adapun komponen yang termasuk dalam stakeholder skunder ini adalah pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa, organisasi keagamaan, kelompok peduli lingkungan dan masyarakat pada umumnya.

9 FORUM AKADEMIKA 34 Gambar : 2 Secondary stakeholder (stakeholder sekunder) Pemerintah setempat Pemerintah asing Masyarakat pada umumnya Perusahaan Kelompok sosial Kelompok peduli lingkungan Organisasi keagamaan Media massa Keterangan : 1. Pemerintah asing adalah pemerintah yang dalam hal ini bisa menjadi kawan dan juga bisa menjadi lawan. Menjadi kawan, manakala mempunyai keterpihakan terhadap produk perusahaan. Sedangkan menjadi lawan manakala tidak menyetujui terhadap keberadaan perusahaan maupun produk yang dihasilkan. 2. Kelompok sosial adalah kelompok yang bergerak dalam bidang sosial kemasyarakatan umpamanya LSM baik yang bergerak dalam bidang memperjuangkan hakhak masyarakat lokal maupun kegiatan sosial lainnya. 3. Media massa pada hakekatnya dapat dibagi menjadi dua macam yaitu media massa elektronik dan media massa non elektronik. Adapun yang termasuk media massa elektronik adalah televisi, radio, internet dan seterusnya. Sedang yang termasuk media massa non elektronik adalah surat kabar, majalah, tabloid, papan nama (baliho) dan seterusnya. Organisasi keagamaan merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang keagamaan. Contoh organisasi ini antara lain Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan organisasi keagamaaan lainnya. Kelompok peduli lingkungan adalah mereka maupun instansi yang bergerak dalam bidang sosial, khususnya terhadap hal-hal yang berkaitan dengan masalah lingkungan hidup termasuk diantaranya adalah flora dan fauna, pengupayaan sumber air bersih, serta hal lain yang terkait dengan lingkungan hidup. Masyarakat pada umumnya adalah masyarakat luas yang keberadaannya baik langsung maupun tidak langsung mempunyai hak dan kewajiban yang sama, mempunyai tugas

10 D. Ahmad Husin 35 dan peranan yang sama serta biasa bagi kehidupan. Besarnya tingkat memberikan kontribusi yang kemanfaatan ini sangat tergantung pada sama terhadap keberadaan sampai seberapa jauh tingkat kepedulian 7. perusahaan. Pemerintah setempat dalam perusahaan dalam memandang keberadaan lingkungan beserta masyarakat. hal ini dapat berarti eksekutif, Kepedulian perusahaan dalam legislative dan yudikatif. Bahkan jika dilihat dari peranannya partai politik (parpol) dapat dimasukkan kedalam kelompok pemerintah ikut serta melaksanakan kegiatan sosial yang dalam hal ini lebih dikenal dengan istilah corporate sosial responsibility (CSR) dianggap sebagai wujud yang setempat ini. Keberadaan paling pokok dan merupakan bagian dari pemerintah setempat tersebut tanggung jawab sosialnya. Dalam hal pada umumnya menguntungkan perusahaan, tetapi tidak menutup kemungkinan pada saat tertentu ini perusahaan hendaknya memikirkan kebaikan, kemajuan dan kesejahteraan masyarakat dengan ikut terlibat pada sangat merugikan perusahaan. kegiatan sosial yang ada. Adapun caranya dapat diwujudkan dalam bentuk TANGGUNG JAWAB SOSIAL membangun rumah ibadah, membangun PERUSAHAAN sarana dan prasarana serta fasilitas sosial Dengan meningkatnya kegiatan lainnya. Disamping itu kegiatan sosial ini bisnis yang sedemikian cepat dimana dapat berupa dana segar untuk penghijauan, terdapat permasalahan yang masih kegiatan pelatihan para pemuda dan juga diperdebatkan tentang hak dan kewajiban beasiswa bagi masyarakat berprestasi dan khususnya pada pihak yang merasa kurang mampu. Isu penting yang menjadi dirugikan, masyarakat luas beranggapan ikon keterlibatan sosial perusahaan adalah perusahaan harus bertanggungjawab keikutsertaannya dalam menyelesaikan terhadap masalah-masalah sosial yang masalah-masalah ketimpangan sosial ada. Artinya pelaku bisnis melalui ekonomi serta kepedulian dalam perusahaannya diharapkan dapat menegakkan keadilan sosial. Sebagai menampilkan wajah lain yang manusiawi, bentuk wujudnya adalah menjalin lebih etis dan lebih ramah dalam kerjasama kemitraan antara perusahaan memperhatikan hak dan kepentingan pihak dengan home industri kecil, membina lain. Untuk itu pemikiran cerdas secara koperasi dengan menyerap produksi yang luas mengenai kegiatan bisnis terus digali berasal dari home industri tersebut untuk sehingga terbentuk suatu wawasan baru dipasarkan kedaerah-daerah lain yang bahwa bisnis itu bukan suatu binatang yang membutuhkan. menakutkan dan perlu dijauhi melainkan Dengan ikut sertanya pelaku bisnis bagian dari kehidupan masyarakat yang melalui perusahaan dalam keterlibatan memberikan tingkat kemanfaatan yang luar pada berbagai kegiatan sosial dianggap

11 FORUM AKADEMIKA 36 suatu batas kewajaran karena : menguntungkan, baik dari sisi materi 1. Perusahaan beserta seluruh karyawan maupun dari sisi non materi. yang ada merupakan bagian integral yang tidak mungkin dapat dipisahkan E. PERGESERAN PARADIGMA dengan masyarakat setempat. Adanya uraian tersebut, kiranya Oleh karenanya dianggap wajar penting sekali bagi perusahaan dalam apabila perusahaan ikut serta dalam memajukan dan menata lingkungan masyarakat tersebut. rangka ikut serta mengadakan kegiatan sosial (CSR) yang selama ini berusaha untuk dihindari. Aneka bentuk kegiatan 2. Perusahaan beserta seluruh sosial ini pada dasarnya tidak akan karyawannya telah diuntungkan pernah merugikan perusahaan tetapi dengan mendapat hak guna justru sebaliknya menjadi jurus kunci mengelola sumber alam yang untuk meraup keuntungan. Meski dalam ada dalam masyarakat sehingga pandangan tradisional konsep CSR mendapat keuntungan. Dan sampai pada tingkatan tertentu masyarakat merupakan biaya yang harus ditanggung perusahaan dalam rangka meningkatkan baik secara langsung maupun tidak citranya, namun pandangan modern langsung bersedia menyediakan mengatakan bahwa CSR bukanlah biaya 3. tenaga-tenaga profesional sehingga perusahaan dapat berkembang sesuai dengan rencana yang telah dibuat Dengan adanya tanggungjawab sosial melainkan investasi. Adanya perubahan dan pergeseran konsep ini dimana CSR dianggap sebagai biaya yang harus dikeluarkan perusahaan menjadi bentuk ini melalui keterlibatannya, perusahaan telah memperlihatkan komitmen moral investasi tentu menjadikan fokus CRS menjadi berubah. untuk tidak melakukan aktivitas tertentu Perubahan konsep karena 4. yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas. Dengan adanya keterlibatan sosial ini pergeseran paradigma perlu dicermati dan dihayati oleh para pelaku bisnis terlebih dengan terbitnya Undang-Undang nomor perusahaan baik langsung maupun 40 th Bunyi Undang-undang ini tidak langsung telah menjamin mengisyaratkan bahwa pelaku bisnis hubungan sosial yang lebih baik dengan melalui perusahaannya diharuskan untuk masyarakat. Sebagai dampaknya peduli kepada lingkungan dengan aneka perusahaan akan lebih dapat diterima kehadirannya oleh masyarakat yang bentuk kegiatan yang telah diprogramkan. Hal ini berarti suka ataupun tidak pada gilirannya masyarakat merasa suka, boleh ataupun tidak boleh, ikut memilikinya. Hal ini penting karena adanya perasaan ikut memiliki dapat menciptakan iklim sosial dan politik yang lebih aman, kondusif dan perusahaan harus mengeluarkan sebagian keuntungannya untuk kepentingan CSR. Jika demikian adanya CSR hendaknya jangan dihindari tetapi justru harus

12 Ahmad Husin 37 disambut untuk dijadikan strategi baru dalam memajukan perusahaan. Pemikiran demikian mempunyai arti penting untuk perusahaan yang disinergikan dengan kekuatan masyarakat menjadi kekuatan baru yang berdaya saing. menumbuhkan motivasi, inisiatif dan inovasi yang dapat menjadikan kekuatan F. KESIMPULAN baru dalam bentuk strategi. Munculnya Keberadaan bisnis dalam strategi baru ini CSR selain dianggap sebagai bentuk investasi juga sebagai alat masyarakat memberikan dampak yang menimbulkan pro dan kontra. Kondisi komunikasi pada masyarakat luas dalam demikian dapat dipahami mengingat rangka memperkenalkan produk-produk perusahaan. bisnis disatu sisi bertujuan untuk mengejar keuntungan, sedang disisi lain dapat Sebagai suatu strategi yang memberikan kontribusi positif pada memiliki kekuatan hukum, CSR masyarakat. Orientasi pada keuntungan memberikan tension sebagai berikut merupakan bentuk konsekuensi logis dan (Forum Manajemen, Vol.III/II/2009): dibenarkan asalkan melalui cara-cara yang 1. Apakah akan dilakukan secara tidak merugikan hak dan kepentingan 2. sukarela Apakah akan dilakukan dengan orang lain. Namun demikian pameo bisnis yang amoral dan menghalalkan segala kesadaran sendiri tetapi dengan cara demi untuk memperoleh keuntungan kekuatan hukum? mendapatkan segudang predikat bahwa 3. Apakah hanya akan dilakukan bisnis itu adalah kejam. bila penerapan CSR diatur oleh Seiring dengan meningkatnya pemerintah? peradaban manusia dimana bisnis Terlepas dari tingkat kesadaran perusahaan dalam menerapkan pilihan salah satu dari ketiga tension diatas, hal yang perlu diperhatikan adalah kesadaran yang dahulu dianggap kejam dan tidak bermoral, sekarang tidaklah demikian. Kegiatan bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan belaka tetapi lebih perusahaan terhadap kepentingan dari itu dapat mendatangkan kebaikan dan pihak eksternal yakni masyarakat luas. Tumbuhnya kesadaran tentang kepedulian manfaat bagi stakeholder dan masyarakat luas. Munculnya kontribusi positif ini terhadap pokok-pokok eksternal ini sebagai akibat dari keterlibatan perusahaan diharapkan terus berlanjut dan berkembang hingga pada suatu ketika pemahaman CSR tidak hanya berhenti sampai pada suatu bentuk investasi tetapi berlanjut sampai pada CSR sebagai alat menuju competitive advantage. Jika hal ini benar adanya berarti CSR mempunyai peran dalam ikut serta menjalankan program corporate sosial responsibility (CSR). Kesadaran untuk melakukan program CSR ini kian lama kian menjadi lebih berkualitas sehingga CSR yang dahulu dianggap sebagi bentuk biaya yang harus dikeluarkan, sekarang dianggap menjadi strategis untuk menyiapkan sumberdaya bentuk investasi guna menyongsong

13 FORUM AKADEMIKA 38 kehidupan perusahaan dimasa yang akan datang. Robby I. Chandra (1995), Etika Dunia Bisnis, Yogyakarta : Kanisius Keberadaan CSR yang terus Sonny Keraf (1998), Etika Bisnis (Tuntutan berkembang menjadikan perusahaan terus dan Relevansinya), Yogyakarta : berbenah diri untuk aktif menjadikannya Kanisius. CSR sebagai alat guna menyatukan kepentingan perusahaan disatu sisi dengan kepentingan stakeholder disisi lain. Perhatian terhadap kepentingan stakeholder baik stakeholder primer maupun stakeholder sekunder memang harus diprioritaskan karena peranannya yang cukup strategis didalam kancah ma syarakat luas. Dengan meningkatnya kualitas pemahaman tentang peranan CSR ini perusahaan menjadikannya sebagai alat untuk keperluan promosi akan suatu produk dan juga sebagai alat untuk mempersiapkan sumberdaya yang berdaya saing. Adanya sumberdaya yang berdaya saing inilah pada akhirnya perusahaan akan memperoleh competitive advantage. DAFTAR PUSTAKA Muslich (1998), Etika Bisnis (Pendekatan Substantif dan Fungsional), Yogyakarta : Ekonesia FE UII Prasetya Mulya. Vol III/II/September-Oktober 2009, Forum Manajemen. Redi Panuju (1995), Etika Bisnis (Tinjauan Empiris dan Kiat Mengembangkan Bisnis Sehat). Jakarta : PT. Grasindo.

PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS PERTEMUAN KE-6 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS PRINSIP UMUM ETIKA BISNIS 1. Prinsip Otonomi 2. Prinsip Kejujuran 3. Prinsip Keadilan 4. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual benefit principle) 5. Prinsip Integral

Lebih terperinci

MATA KULIAH ETIKA BISNIS

MATA KULIAH ETIKA BISNIS MATA KULIAH ETIKA BISNIS [KODE/SKS : IT023270/ 2 SKS] BISNIS DAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA Mitos Bisnis Amoral Mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak ada hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 ETIKA BISNIS DAN RUANG LINGKUPNYA. khotbah-khotbah, patokan-patokan, serta kumpulan peraturan dan

BAB 2 ETIKA BISNIS DAN RUANG LINGKUPNYA. khotbah-khotbah, patokan-patokan, serta kumpulan peraturan dan BAB 2 ETIKA BISNIS DAN RUANG LINGKUPNYA 2.1 Pengertian Etika Bisnis Apakah yang dimaksud dengan etika? Pengertian etika sering kali disamakan begitu saja dengan pengertian ajaran moral. Franz Magnis-Suseno

Lebih terperinci

I. Bisnis Dan Etika. Softskill Etika Bisnis #

I. Bisnis Dan Etika. Softskill Etika Bisnis # 1 I. Bisnis Dan Etika Apakah benar jika dalam berbisnis terlalu banyak mementingkan etika, maka akan semakin jauh tertinggal oleh kompetitor? Pernyataan ini jelas sangat salah. Bayangkan saja jika salah

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS DAN HUKUM BISNIS

ETIKA BISNIS DAN HUKUM BISNIS Modul ke: ETIKA BISNIS DAN HUKUM BISNIS Prinsip Prinsip Etika Bisnis Fakultas Ekonomi & Bisnis AMYARDI, SH, SE, MM Program Studi S1 Manajemen www.mercubuana.ac.id Bisnis dan Etika Bisnis perlu dijalankan

Lebih terperinci

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct)

B. Latar Belakang Penyusunan Pedoman Perilaku Perusahaan (Code of Conduct) Bab I Pendahuluan A. Pengertian Umum Pedoman Perilaku Perusahaan atau Code of Conduct adalah norma tertulis yang menjadi panduan standar perilaku dan komitmen seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara

Lebih terperinci

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu

BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR. Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu BAB V MODEL KONSEPTUAL MANAJEMEN PENGEMBANGAN KUALITAS KINERJA KARYAWAN BANK JABAR A. ASUMSI MODEL Model merupakan abstraksi visual atau konstruksi dari suatu konsep. Sebagai pendekatan, model dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna

BAB I PENDAHULUAN. bergeraknya kegiatan bisnis yang dilakukan. Penunjang tersebut berguna BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berjalannya kegiatan usaha dari perusahaan di suatu negara akan melibatkan pihak-pihak atau lingkungan sekitarnya sebagai penunjang bergeraknya kegiatan bisnis

Lebih terperinci

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama

Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama Kode Etik PT Prasmanindo Boga Utama POL-GEN-STA-010-00 Printed copies of this document are uncontrolled Page 1 of 9 Kode Etik PT PBU & UN Global Compact Sebagai pelopor katering di Indonesia, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) semakin banyak dibahas di kalangan bisnis.

Lebih terperinci

Kewirausahaan I. Kewirausahaan dan Lingkungan. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen.

Kewirausahaan I. Kewirausahaan dan Lingkungan. Rizal, S.ST., MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen. Modul ke: Kewirausahaan I Kewirausahaan dan Lingkungan Fakultas EKONOMI Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Rizal, S.ST., MM. Kewirausahaan dan Lingkungan Global Perubahan lingkungan bisnis akan

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS Modul 5 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS

ETIKA BISNIS Modul 5 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS ETIKA BISNIS Modul 5 PRINSIP-PRINSIP ETIKA BISNIS Prinsip-prinsip Etika Profesi Dalam tuntutan professional sangat erat hubungannya dengan suatu kode etik untuk masing masing profesi. Kode Etik itu berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru pada saat ini tetapi telah ada sejak abad ke-19, yang dimulai dengan revolusi

BAB I PENDAHULUAN. baru pada saat ini tetapi telah ada sejak abad ke-19, yang dimulai dengan revolusi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu mengenai Corporate Social Responsibility (CSR) bukan merupakan isu yang baru pada saat ini tetapi telah ada sejak abad ke-19, yang dimulai dengan revolusi industri.

Lebih terperinci

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI

KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI KODE ETIK PENERBIT ANGGOTA IKAPI MUKADIMAH 1. Bahwa untuk meningkatkan profesionalisme industri perbukuan di Indonesia sesuai Undang-Undang yang berlaku dan peraturanperaturan lainnya yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB 2 KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Pemasaran (Marketing) Pemasaran adalah proses penyusunan komunikasi terpadu yang bertujuan untuk memberikan informasimengenai barang atau jasa dalam kaitannya

Lebih terperinci

TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI KODE ETIK PROFESI PENGUSAHA AGRIBISNIS

TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI KODE ETIK PROFESI PENGUSAHA AGRIBISNIS TUGAS MATA KULIAH ETIKA PROFESI KODE ETIK PROFESI PENGUSAHA AGRIBISNIS Disusun oleh Kelompok 1: Kelas G 1. Nikmatul Mabruroh 115040101111049 2. Indriana Dwi Astuty 115040101111050 3. Venna Malinda 115040101111051

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen

BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN. Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen BAB II TINJAUAN TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Pengertian Konsumen Bagi para ahli hukum pada umumnya sepakat bahwa arti konsumen adalah, pemakai terakhir dari benda dan jasa yang diserahkan kepada mereka

Lebih terperinci

MAKALAH Etika bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial

MAKALAH Etika bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial MAKALAH Etika bisnis Dan Tanggung Jawab Sosial BAB I PNEDAHULUAN A. Latar Belakang Apakah bisnis merupakan profesi etis? Atau sebaliknya ia menjadi profesi kotor? Kalau profesi kotor penuh tipu menipu,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Definisi Kemitraan Definisi kemitraan diungkapkan oleh Hafsah (1999) yang menyatakan bahwa kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perkembangan di era globalisasi dan persaingan bebas saat ini, perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasarkan atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan merupakan isu yang sangat penting bagi perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Lampiran : SURAT KEPUTUSAN SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI YASA ANGGANA GARUT Nomor : 001.A / STIE-YA.K/I/2007 Tentang Kode Etik Dosen STIE Yasa Anggana Garut KODE ETIK DOSEN MUKADIMAH STIE Yasa Anggana Garut

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH

KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH KODE ETIK DAN DISIPLIN UNIVERSITAS MUHAMADIYAH RIAU UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHH RIAU 2011 VISI Menjadikan Universitas Muhammadiyah Riau sebagai lembaga pendidikan tinggi yang bermarwah dan bermartabat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi

BAB I PENDAHULUAN. guna tercapainya visi dan misi perusahaan. Didalam komunikasi ada terbagi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang (atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka)

Lebih terperinci

1. Pelanggan Pelanggan adalah pembeli atau pemakai produk atau jasa Perseroan.

1. Pelanggan Pelanggan adalah pembeli atau pemakai produk atau jasa Perseroan. Pedoman Perilaku NPH A. Etika Bisnis Dalam upaya mencapai visinya, NPH menetapkan etika bisnis yang menjadi pedoman perilaku bagi komisaris, direksi, karyawan dan mitra kerja NPH. Etika bisnis disusun

Lebih terperinci

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini.

MUKADIMAH. Untuk mewujudkan keluhuran profesi dosen maka diperlukan suatu pedoman yang berupa Kode Etik Dosen seperti dirumuskan berikut ini. MUKADIMAH STMIK AMIKOM YOGYAKARTA didirikan untuk ikut berperan dalam pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dibidang manajemen, teknologi, dan kewirausahaan, yang akhirnya bertujuan untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan dihadapkan dalam persoalan yang semakin banyak dan semakin sulit. Pada tingkat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Teori II.1.1. Pengertian Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah bentuk kepedulian perusahaan terhadap

Lebih terperinci

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: PRINSIP-PRINSIP BERBISNIS Pertemuan ke 3

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: PRINSIP-PRINSIP BERBISNIS Pertemuan ke 3 MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: PRINSIP-PRINSIP BERBISNIS Pertemuan ke 3 Sonny Keraf (1998) 1. Otonomi 2. Kejujuran 3. Keadilan 4. Saling Menguntungkan (mutual benefit principle) 5. Integritas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau

BAB I PENDAHULUAN. publik eksternalnya adalah mereka yang berada di luar bagian dari organisasi atau 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian orang menganggap organisasi sebagai suatu objek yang menyenangkan dan menarik. Tujuan utama organisasi adalah untuk memahami organisasi dengan mendeskripsikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DENGAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PERUSAHAAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DENGAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PERUSAHAAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DENGAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP EKSISTENSI PERUSAHAAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)

BAB 1 PENDAHULUAN. kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development) 16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), juga aspek sosial dan lingkungan yang biasa

Lebih terperinci

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.

PROFESI. Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI PROFESI Pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESI Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN SERTA PROGRAM KEMITRAAN DAN BINA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.

BAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih

Lebih terperinci

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH I. UMUM Penerapan otonomi daerah sejatinya diliputi semangat untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan keadaan gejala sosial budaya yang ada disekitarnya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin ketatnya persaingan dalam bisnis usaha di Indonesia mendorong banyak perusahaan untuk lebih berpikir ke depan guna menjalankan strategi yang terbaik

Lebih terperinci

S P E E THE CODE OF M Y BUSINESS CONDUCT J E P A S S

S P E E THE CODE OF M Y BUSINESS CONDUCT J E P A S S N T R E S P E O J E M Y N E THE CODE OF BUSINESS CONDUCT N O I S S C T P A PESAN UNTUK SELURUH KARYAWAN HEINEKEN telah berkembang menjadi produsen bir global terkemuka dan Heineken menjadi merek bir paling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua organisasi. Sumber daya manusia yang sangat penting dan sangat

BAB I PENDAHULUAN. semua organisasi. Sumber daya manusia yang sangat penting dan sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan organisasi dan industri yang pesat dewasa ini tidak lepas dari pentingnya unsur sumber daya manusia di dalam organisasi, karena sumber daya manusia adalah

Lebih terperinci

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari

Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Kode Etik Global Menjalankan Nilai-Nilai Kami, Setiap Hari Takeda Pharmaceutical Company Limited Pasien Kepercayaan Reputasi Bisnis KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Sebagai karyawan Takeda, kami membuat keputusan

Lebih terperinci

ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL

ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL ETIKA BISNIS & TANGGUNG JAWAB SOSIAL By Nina Triolita, SE, MM. Pengantar Bisnis Pertemuan Ke 6 TUJUAN PEMBELAJARAN Menjelaskan tentang Etika Bisnis Menjelaskan tentang akibat dari bisnis yang tidak etis

Lebih terperinci

KAJIAN FILOSOFIS TENTANG ETIKA PERUSAHAAN KEPADA KONSUMEN OLEH : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG

KAJIAN FILOSOFIS TENTANG ETIKA PERUSAHAAN KEPADA KONSUMEN OLEH : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG KAJIAN FILOSOFIS TENTANG ETIKA PERUSAHAAN KEPADA KONSUMEN OLEH : RETNO DJOHAR JULIANI DOSEN ADMINISTRASI NIAGA UNIVERSITAS PANDANARAN SEMARANG ABSTRAKSI Kegiatan bisnis dalam masyarakat berperan untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Etika kerja pada perusahaan sangat berperan penting dalam menjalankan arus kerja karyawan di dalam kantor. Etika kerja ini bermaksud agar para karyawan menjalankan pekerjaannya secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal Tahun 2016 telah berlaku ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Masyarakat Ekonomi ASEAN merupakan sebuah komunitas negaranegara

Lebih terperinci

Bagian 1. Tanggung Jawab Kewajiban Kepada Konsumen

Bagian 1. Tanggung Jawab Kewajiban Kepada Konsumen LG Kode Etik Kita, di LG, saling berbagi dan percaya pada 2 kunci filosofi perusahaan yakni Menciptakan nilai bagi pelanggan dan Manajemen yang menjunjung martabat manusia. Berdasarkan filosofi ini dan

Lebih terperinci

TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR)

TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) TUGAS CORPORATE SOCIAL RESPONBILITY (CSR) Mata Kuliah : Etika Bisnis Dosen Pembina : Hj.I.G.A.Aju Nitya D, SST,SE,MM CHAIRUL ANAM S. 01210007 UNIVERSITAS NAROTAMA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI MANAGEMEN

Lebih terperinci

Pertemuan 2 BISNIS dan ETIKA

Pertemuan 2 BISNIS dan ETIKA Pertemuan 2 BISNIS dan ETIKA Disarikan dari Julius Nursamsi dan Berbagai Sumber Yang Relevan Mitos Bisnis Amoral Mitos ini mengungkapkan suatu keyakinan bahwa antara bisnis dan moralitas atau etika tidak

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik yang prima untuk semua penduduknya sesuai dengan yang telah diamanatkan didalam undang

Lebih terperinci

FORUM AND QUIZ PHILOSOPICAL ETHICS AND BUSINESS

FORUM AND QUIZ PHILOSOPICAL ETHICS AND BUSINESS FORUM AND QUIZ PHILOSOPICAL ETHICS AND BUSINESS Dosen Pengampu : Prof. Dr. Hapzi Ali, CMA Disusun Oleh HENDRA MARTHA FAUZY NIM : 55117110215 JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2017

Lebih terperinci

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG KEPUTUSAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN NOMOR 34/PP/2012 TENTANG KODE ETIK DOSEN FAKULTAS PETERNAKAN DEKAN FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan

I. PENDAHULUAN. bertanggung jawab atas usaha tersebut (Badan Pusat Statistik, 2013). Tujuan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu unit (kesatuan) usaha yang melakukan kegiatan ekonomi bertujuan menghasilkan barang atau jasa, terletak pada suatu bangunan atau lokasi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER

PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER PERNYATAAN KEBIJAKAN HAK ASASI MANUSIA UNILEVER Kami meyakini bahwa bisnis hanya dapat berkembang dalam masyarakat yang melindungi dan menghormati hak asasi manusia. Kami sadar bahwa bisnis memiliki tanggung

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada perekonomian merupakan pelaku-pelaku ekonomi, baik pelaku. tidak lain yaitu masyarakat itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pada perekonomian merupakan pelaku-pelaku ekonomi, baik pelaku. tidak lain yaitu masyarakat itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini, perekonomian suatu negara banyak sekali didukung dari berbagai pihak. Para pihak yang memberikan sumbangsihnya pada perekonomian merupakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA TUGAS MANAJEMEN PEMASARAN JASA PERPUSTAKAAN PERAN PUSTAKAWAN DALAM PEMBENTUKAN CITRA PERPUSTAKAAN Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA 07540021 PRODI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia bisnis yang begitu cepat dan dinamis pada saat ini, tentunya harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat mengatur bisnis itu

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan arti keseimbangan antar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan (profit-people-planet), kini semakin banyak perusahaan yang

Lebih terperinci

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bisnis perumahsakitan di Indonesia akhir-akhir ini sedang mengalami perkembangan pesat. Fenomena ini berpengaruh terhadap tingkat persaingan antar rumah sakit yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Good Corporate Governance (GCG) adalah salah satu pilar dari sistem ekonomi pasar. GCG berkaitan erat dengan kepercayaan baik terhadap perusahaan yang melaksanakannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Suatu organisasi apapun bentuk dan tujuannya merupakan gabungan dari berbagai elemen sumber daya yang terdiri dari bahan baku, peralatan, metode (cara kerja),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan

BAB I PENDAHULUAN. selama beberapa tahun terakhir ini. Banyak orang berbicara tentang CSR dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang selanjutnya disebut CSR menjadi topik hangat yang sering dibicarakan selama beberapa

Lebih terperinci

2. Stakeholders dalam Organisasi Bisnis dan Fungsi dari Masing-Masing Stakeholder dalam Organisasi Bisnis

2. Stakeholders dalam Organisasi Bisnis dan Fungsi dari Masing-Masing Stakeholder dalam Organisasi Bisnis RESUME ETIKA ADMINISTRASI UNTUK PERSIAPAN UTS 1. Makna Penting Administrasi sebagai Filosofi in Action Filsafat merupakan sikap terhadap kegiatan tertentu. Semua administrator memiliki filosofi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007

KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007 KEPUTUSAN KETUA SEKOLAH TINGGI ILMU KOMPUTER (STIKOM) DINAMIKA BANGSA Nomor :104/ SK/ STIKOM-DB/ VII/ 2007 TENTANG KODE ETIK DOSEN STIKOM DINAMIKA BANGSA KETUA STIKOM DINAMIKA BANGSA Menimbang : a. Bahwa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Corporate Social Responsibility (CSR) 2.1.1. Pengertian CSR Definisi Corporate Social Responsibility yang biasanya disingkat CSR adalah komitmen perusahaan atau dunia bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang perburuhan,

Lebih terperinci

Etika dan Bisnis Dalam Berwirusaha

Etika dan Bisnis Dalam Berwirusaha Modul ke: Etika dan Bisnis Dalam Berwirusaha Etika menjadi bagian penting dalam strategi usaha, dan bagaimana menyikapi etika dalam bisnis Fakultas Ilmu Komputer Julius Nursyamsi, MM Program Studi Sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditur,

Lebih terperinci

A. PENGERTIAN STAKEHOLDERS

A. PENGERTIAN STAKEHOLDERS A. PENGERTIAN STAKEHOLDERS Stakeholder dapat diartikan sebagai segenap pihak yang terkait dengan isu dan permasalahan yang sedang diangkat. Misalnya bilamana isu perikanan, maka stakeholder dalam hal ini

Lebih terperinci

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA IKATAN KELUARGA ALUMNI STAR BPKP PERATURAN KETUA IKA STAR BPKP NOMOR. TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK IKA STAR BPKP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA IKA STAR BPKP, Menimbang Mengingat : bahwa untuk

Lebih terperinci

PENGANTAR BISNIS. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Seorang Stakeholder. Yanto Ramli, SS, MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS.

PENGANTAR BISNIS. Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Seorang Stakeholder. Yanto Ramli, SS, MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Modul ke: PENGANTAR BISNIS Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Seorang Stakeholder Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Yanto Ramli, SS, MM Program Studi www.mercubuana.ac.id Latar Belakang Masalah Etika Bisnis 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti.

BAB I PENDAHULUAN. sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan. organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belakangan ini lingkungan bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, liberalisasi perdagangan, deregulasi dan kemajuan teknologi informasi menciptakan

Lebih terperinci

PENGERTIAN ETIKA ETIKA,

PENGERTIAN ETIKA ETIKA, PENGERTIAN ETIKA ETIKA, berasal dari kata ethos, salahsatu cabang ilmu filsafat oksiologi yang membahas tentang: 1. nilai keutamaan dan bidang estetika 2. nilai-nilai keindahan, 3. pemilihan nilai-nilai

Lebih terperinci

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.11, 2017 PEMBANGUNAN. Konstruksi. Jasa. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6018) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

Definisi dan Hubungan

Definisi dan Hubungan Materi #13 Definisi dan Hubungan 2 Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan Adalah proses dimana usaha menegosiasikan peran perusahaan dalam masyarakat. Dalam dunia bisnis,

Lebih terperinci

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO)

PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) 1 PEDOMAN KEBIJAKAN CODE OF CONDUCT PT. BANK TABUNGAN NEGARA (PERSERO) Tbk. Pedoman Kebijakan Code of Conduct sebagaimana dimaksud pada lampiran Peraturan Direksi ini terdiri dari 5 (lima) bagian, yaitu:

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG : TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG : TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG : TANGGUNGJAWAB SOSIAL PERUSAHAAN SALINAN OLEH : WALIKOTA BATAM NOMOR : 2 TAHUN 2012 TANGGAL : 30 MARET 2012 SUMBER : LD 2012/2; TLD NO. 82 WALIKOTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum

KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG. BAB I Ketentuan Umum KODE ETIK DAN PERATURAN DISIPLIN KARYAWAN IKIP VETERAN SEMARANG BAB I Ketentuan Umum Pasal 1 1. Karyawan adalah setiap pegawai IKIP Veteran Semarang baik sebagai tenaga administrasi maupun tenaga penunjang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini, hanya perusahaan yang mampu melakukan efisiensi, peningkatan mutu, dan peningkatan kinerja perusahaan yang mampu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In No.1421, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Kode Etik Pegawai. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN PENGAWAS PEMILIHAN

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, persaingan dalam dunia bisnis semakin bertambah ketat. Persaingan ini menuntut para pelaku bisnis untuk mampu memaksimalkan kinerja

Lebih terperinci

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam )

PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) PIAGAM DIREKSI PT UNILEVER INDONESIA Tbk ( Piagam ) DAFTAR ISI I. DASAR HUKUM II. TUGAS, TANGGUNG JAWAB DAN WEWENANG III. ATURAN BISNIS IV. JAM KERJA V. RAPAT VI. LAPORAN DAN TANGGUNG JAWAB VII. KEBERLAKUAN

Lebih terperinci

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN

BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN 1 BUPATI BALANGAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BALANGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

PENGARUH PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY 1 PENGARUH PENERAPAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP LOYALITAS NASABAH TABUNGAN BRITAMA (STUDI KASUS PADA NASABAH PT. BANK RAKYAT INDONESIA (Persero) Tbk. CABANG BOGOR) OLEH: MARISA SERAVINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai pengaruh besar terhadap keadaan perekonomian. Keberadaan perusahaan menimbulkan dampak positif

Lebih terperinci

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN

ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN TUGAS ETIKA PROFESI ETIKA KERJASAMA DALAM PENELITIAN Dosen: Prof. Ir. Kurniatun Hairiah, Ph.D. Disusun Oleh: Indriana Dwi Astuti 115040101111050 Kelas G PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sebuah perusahaan atau badan usaha, kegiatan bisnis menjadi perilaku utama dari para pelaku bisnis. Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang

Lebih terperinci

PELAYANAN PRIMA Oleh : Drs. H.M. Sakur, M.Si, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jatim.

PELAYANAN PRIMA Oleh : Drs. H.M. Sakur, M.Si, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jatim. PELAYANAN PRIMA Oleh : Drs. H.M. Sakur, M.Si, Kepala Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kanwil Kemenag Jatim. PENGERTIAN DAN STANDAR PELAYANAN PRIMA Pelayanan prima diartikan sebagai pelayanan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social

BAB IV ANALISIS DATA. Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan penelitian Humas merencanakan beragam jenis program Corporate Social Responsibility (CSR) yang dikategorikan untuk pelayanan pelanggan loyal yang sangat mengesankan para

Lebih terperinci