Reservoir Minyak Dan Gas Bumi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Reservoir Minyak Dan Gas Bumi"

Transkripsi

1 Reservir Minyak Dan Gas Bumi 1. Pendahuluan Teknik reservir adalah suatu ilmu yang mempergunakan kaidah-kaidah ilmu alam dalam memecahkan persalan-persalan reservir. Persalan-persalan yang dipecahkan di sini adalah menyangkut penentuan tempat, ukuran serta kinerja reservir, baik selama prduksi maupun peramalan untuk masa mendatang sesuai dengan anggapan-anggapan yang digunakan. Hal ini menyangkut apa yang diprduksikan, mekanisme pendrngan, jumlah cadangan minyak di tempat (il in place), besarnya jumlah minyak yang biasa diperleh/ diprduksikan serta usaha-usaha lain dalam peningkatan recvery minyak. Reservir minyak dan/atau gas bumi adalah suatu batuan yang berpri-pri dan permeable tempat minyak dan/atau gas bergerak serta berakumulasi. Melalui batuan reservir ini fluida dapat bergerak ke arah titik serap (sumur-sumur prduksi) dibawah pengaruh tekanan yang dimilikinya atau tekanan yang diberikan dari luar. Suatu reservir yang dapat mengandung minyak dan atau gas harus memiliki beberapa syarat yang terdiri dari unsur-unsur : 1. Batuan reservir (reservir rcks). 2. Lapisan penutup (sealing cap rcks). 3. Batuan asal (surce rck). 1.1 Batuan Reservir Didefinisikan sebagai suatu wadah yang diisi dan dijenuhi minyak dan/atau gas, merupakan suatu lapisan berngga/berpri-pri. Secara teritis semua batuan, baik batuan beku maupun batuan metafrf dapat bertindak sebagai batuan reservir, tetapi pada kenyataan ternyata 99% batuan reservir adalah batuan sedimen. Jenis batuan reservir ini akan berpengaruh terhadap besarnya prsitas dan permeabilitas. Prsitas merupakan perbandingan vlume pri-pri terhadap vlume batuan keseluruhan, sedangkan permeabilitas merupakan kemampuan dari medium berpri untuk mengalirkan fluida yang dipengaruhi leh ukuran butiran, bentuk butiran serta distribusi butiran. Disamping itu batuan reservir akan dipengaruhi juga leh fasa fluida yang mengisi pri-pri tersebut berhubungan atau tidak satu sama lainnya. 1.2 Lapisan Penutup Minyak dan/atau gas terdapat di dalam reservir. Untuk dapat menahan dan melindungi fluida tersebut, lapisan reservir ini harus mempunyai penutup di bagial luar lapisannya. Sebagai penutup lapisan reservir biasanva merupakan lapisan batuan yang rnempunyai sifat kedap (impermeabel), yaitu sifat yang tidak dapat mellskan fluida yang dibatasinya. Jadi lapisan penutup didefinisikan sebagai lapisan yang berada di bagian atas dan tepi reservir yang dapat dan melindungi fluida yang berada di dalam lapisan di bawahnya, hal ini akan mengakumulasikan minyak dalam reservir. 1.3 Batuan Asal Pada saat terjadinya minyak dan/atau gas yang berasal dari rganisme purba terdapat di dalam batuan asal (surce rck), dengan kndisi tekanan dan temperatur tertentu kemudian berubah menjadi minyak atau gas bumi, kemudian bermigrasi dan terperangkap pada batuan berpri yang disebut sebagai batuan reservir. Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 1 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

2 2. Sifat Batuan Reservir 2.1 Prsitas Prsitas didefinisikan sebagai perbandingan antara vlume batuan yang tidak terisi leh padatan terhadap vlume batuan secara keseluruhan. Berdasarkan sifat-sifat batuan reservir, maka prsitas dapat dibagi lagi menjadi prsitas effektif dan prsitas abslut. Prsitas effektif yaitu perbandingan vlume pri-pri yang saling berhubungan terhadap vlume batuan secara keseluruhan. Prsitas abslut adalah perbandingan vlume pri-pri ttal tanpa memandang saling berhubungan atau tidak, terhadap vlume batuan secara keseluruhan. 2.2 Permeabilitas Permeabilitas batuan didefinisikan sebagai kemampuan batuan tersebut untuk melewatkan fluida dalam medium berpri-pri yang saling berhubungan. Dikenal tiga istilah untuk permeabilitas yaitu permeabilitis abslut, permeabilitas effektif dan permeabilitas relatif. Permeabilitas abslut dipakai untuk aliran fluida satu fasa. Permeabilitas effektif digunakan untuk aliran yang terdiri dari dua phasa atau lebih yang dikenal sebagai : K, K w, K g. Permeabilitas relatif adalah perbandingan permeabilitas effektif terhadap permeabilitas abslut, ini tergantung pada jenis fluidanya. 2.3 Saturasi Reservir mengandung fluida-fluida berupa; minyak, gas, atau air. Saturasi didefisikan sebagai fraksi salah satu fluida terhadap pri-pri dari batuan. Di sini dikenal S, S w, dan S g, di mana : S Vlume minyak dalam pri - pri S Vlume pri - pri keseluruhan Vlume minyak dalam pri - pri Vlume air dalam pri - pri Vlume S w pri - pri keseluruhan Vlume pri - pri keseluruhan Vlume gas dalam pri - pri S g Vlume pri - pri keseluruhan sehingga : S + S w + S g 1.0 Untuk mendapatkan harga saturasi dapat dilakukan di labratrium dengan prinsip penguapan air dan pelarutan minyak. Untuk ini dapat digunakan alat-alat : ASTM Extractin, Sxlet Extractr. 2.4 Kebasahan (wettability) Kebasahan didefinisikan sebagai suatu kecenderungan suatu fluida untuk menyebar atau menempel pada permukaan padatan dengan adanya fluida lain yang immiscible. Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 2 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

3 Kecenderungan untuk menyebar atau menempel ini karena adanya gaya adhesi, yang merupakan faktr tegangan permukaan. Faktr inii pula yang menentukan fluida mana yang akan lebih membasahi suatu padatan. σ s σ ws σ w Cs θ c σ σ σ s ws w θ c energi antar muka antara minyak dengan padatan, dyne/cm energi antar muka antara air dengan padatan, dyne/cm energi antar muka antara minyak dengan air, dyne/cm sudut pada antar muka antara minyak, air, dan padatan, derajat Untuk menentukan energi antar muka sistem di atas, biasanya dapat dilakukan di labratrium secara langsung. Harga θ disebut sebagai sudut kntak, berkisar antara Untuk θ > 90, sifat kebasahan batuan reservir disebut sebagai basah minyak (il wet), sedangkan Untuk θ < 90, sifat kebasahan batuan reservir disebut sebagai basah air (water wet). 3. Tekanan Reservir Didefisikan sebagai tekanan fluida di dalam pri-pri reservir, yang berada dalam keadaan setimbang, baik sebelum maupun sesudah dilakukannya suatu prses prduksi. Berdasarkan hasil penyelidikan, besarnya tekanan reservir mengikuti suatu hubungan yang linier dengan kedalaman reservir tersebut. Hal ini diinterpretasikan sebagai akibat dari penyingkapan perluasan frmasi batuan reservir tersebut ke permukaan, sehingga reservir menerima tekanan hidrstatis fluida pengisi frmasi. Berdasarkan ketentuan ini, maka pada umumnya gradient tekanan berkisar antara 0,435 psi/ft. Dengan adanya tekanan verburden dari batuan di atasnya, gradient tekanan dapat lebih besar dari harga tersebut di atas, hal ini tergantung pada kedalaman reservir. Dengan adanya kebcran gas sebelum/selama umur gelgi migrasi minyak, dapat mengakibatkan tekanan reservir akan lebih rendah. Besarnya tekanan reservir dapat diketahui dengan merata-ratakan hasil pengukuran bttm hle pressure sumur statis. Pengukurannya dapat diperleh langsung dengan pengukuran sub surface bmb. Dengan metda analisa pressure buildup, sebagaimana suatu persamaan telah disederhanakan leh Hrner, dapat diketahui bttm hle pressure sebagai fungsi dari waktu penutupan. qu t + Δt Pt Pi ln 4kh Δt di mana : Pt bttm hle pressure pada saat shut in time t + Δt, psi q prduksi rata-rata yang stabil sebelum shut in, bbl/day u visksitas, cp h tebal lapisan minyak/prduktif k permeabilitas, Darcy t waktu prduktif effektif, hari i saat mula-mula Dalam sejarah prduksi, besarnya tekanan akan selalu menurun. Kecepatan penurunannya tergantung pada pengaruh-pengaruh tenaga yang berada di luar reservir, dalam hal ini adalah mekanisme pendrng. Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 3 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

4 4. Temperatur Reservir Temperatur reservir merupakan fungsi dari kedalaman. Hubungan ini dinyatakan leh gradient gethermal. Harga gradient gethermal itu berkisar antara 0,3 F/100 ft sampai dengan 4 F/ 100 ft. 5. Perubahan Phasa Perubahan fasa sistem hidrkarbn dalam bentuk cairan dan gas merupakan fungsi dari tekanan, temperatur serta kmpsisinya. Menurut Hawkin NF., fasa adalah bagian dan sistem yang sifat-sifatnya hmgen dalam kmpsisi, memiliki batas permukaan secara fisis serta terpisah secara mekanis dengan fasa lainnya yang mungkin ada. Fluida hidrkarbn suatu sistem yang hetergen, sangat dipengaruhi leh jumlah kmpnen yang ada di dalamnya. Untuk itu analisa fasa fluida hidrkarbn dilakukan dalam berbagai kmpnen yang kemudian diinterpretasikan dalam diagram tekanan dan temperatur. Berdasarkan psisi tekanan dan temperatur pada diagram phasa, kita dapat membedakan berbagai type reservir, misalnya gas cndensate reservir, gas reservir dan lain-lain. Berdasarkan penmena perubahan fasa fluida ini, kita dapat merencanakan fasilitas yang baik untuk sistem prduksi, separatr, pemipaan serta strage/cara penyimpanannya. 6. Karakteristik fluida hidrkarbn Fluida reservir umumnya terdiri dari minyak, gas dan air frmasi. Minyak dan gas kebanyakan merupakan campuran yang rumit berbagai senyawa hidrkarbn, yang terdiri dari glngan naftan, parafin, armatik dan sejumlah kecil gabungan ksigen, nitrgen, dan belerang. Karakteristik-karakteristik fluida hidrkarbn yang berhubungan dengan sifat fisis, dinyatakan dalam berbagai besaran : a. Faktr vlume frmasi gas. b. Kelarutan gas. c. Faktr vlume frmasi minyak. d. Faktr vlume frmasi dwi-fasa. e. Visksitas. f. Berat Jenis ( API) 6.1 Faktr vlume frmasi gas (B g ) Faktr vlume frmasi gas didefinisikan sebagal vlume (dalam barrels) yang ditempati leh suatu standard cubic feet gas (60 F, 14,7 psi) bila dikembalikan pada keadaan temperatur dan tekanan reservir. Hubungan faktr vlume frmasi gas (B g ) sebagai fungsi tekanan dan temperatur, digambarkan sebagal berikut : B g ZT 0,00504 P dimana : BBg faktr vlume frmasi gas, bbl/scf. P tekanan reservir, psia. T temperatur reservir, F Z kmpressibilitas, dimensinless bbl scf Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 4 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

5 6.2 Kelarutan gas dalam minyak (R s ) Kelarutan gas (R s ) didefinisikan sebagai banyaknya cubic feet gas (dalam tekanan dan temperatur standard) yang berada dalam larutan minyak mentah satu barrel tangki pengumpulan minyak, ketika minyak dan gas kedua-duanya masih berada dalam keadaan temperatur dan tekanan reservir. R s merupakan fungsi dari tekanan, untuk minyak mentah yang jenuh, penurunan tekanan akan nengakibatkan kelarutan gas menurun karena gas yang semula larut dalam minyak mentah pada tekanan yang lebih rendah. Untuk minyak mentah yang tak jenuh, penurunan tekanan sampai tekanan gelembung, tidak akan menurunkan kelarutan gas, tetapi setelah melewati tekanan gelembung, penurunan tekanan mengakibatkan menurunnya kelarutan gas. 6.3 Faktr vlume frmasi minyak (B ) Faktr vlume frmasi minyak (BB) didefinisikan sebagai perbandingan V 1 barrel minyak pada keadaan reservir terhadap V 2 barrel minyak pada tangki pengumpul (60 F, 14,7 psi). V 1 V 2 adalah berupa gas yang dibebaskan karena penurunan tekanan dan temperatur. Penaksiran faktr vlume frmasi minyak dapat dilakukan dengan tiga cara, berdasarkan data-data yang tersedia dan prsen ketelitian yang dibutuhkan. 6.4 Faktr vlume frmasi dwi-fasa (B t ) Faktr vlume frmasi dwi-fasa (B t ) didefinisikan sebagai vlume yang ditempati leh minyak sebanyak satu barrel tangki pengumpul ditambah dengan gas bebas yang semula larut dalam sejumlah minyak tersebut. Harga B t dapat ditentukan dan karakteristik cairan reservir yang disebutkan terdahulu, yang digambarkan sebagai : BBt B + (R si R s ) B g dimana : BBt faktr vlume frmasi dwi-fasa BB faktr vlume frmasi minyak BBg faktr vlume frmasi gas R s kelarutan gas. i keadaan mula-mula. 6.5 Visksitas (μ) Visksitas suatu cairan adalah suatu ukuran tentang besarnya keengganan cairan itu untuk mengalir. Visksitas didefinisikan sebagai besarnya gaya yang harus bekerja pada satu satuan luas bidang hrizntal yang terpisah sejauh satu satuan jarak dan suatu bidang hrizntal lain, agar relatip terhadap bidang kedua ini, bidang pertama bergerak sebesar satu satuan kecepatan. Diantara kedua bidang hrizntal inii terdapat cairan yang dimaksud. Umumnya visksitas dipengaruhi langsung leh tekanan dan temperatur. Hubungan tersebut adalah : Visksitas akan menurun dengan naiknya temperatur. Visksitas akan naik dengan naiknya tekanan, dimana tekanan tersebut semata-mata untuk pemanfaatan cairan. Visksitas akan naik dengan bertambahnya gas dalam larutan. Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 5 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

6 6.6 Berat jenis ( API) Berat jenis ( API) minyak menunjukkan kualitas fluida hidrkarbn. Apakah hidrkarbn tersebut termasuk minyak ringan, gas atau minyak berat. Besaran ini dinyatakan dalam : API 141,5 Specific Gravity minyak pada ,5 F Semakin besar harga API berarti berat jenis minyak semakin kecil dan sebaliknya. 7. Mekanisme Pendrngan Berdasarkan mekanisme pendrngan yang menyebabkan minyak dan/atau gas dapat bergerak ke titik serap (sumur prduksi), reservir minyak dan/atau gas dapat dibagi atas : 1. Water drive reservir 2. Slutin gas drive 3. Gas cap drive reservir 4. Cmbinatin drive reservir 7.1 Water drive reservir Pada reservir dengan type pendrngan "water drive, energi yang menyebabkan perpindahan minyak dari reservir ke titik serap adalah disebabkan leh; pengembangan air, penyempitan pri-pri dari lapisan dan sumber air di permukaan bumi yang berhubungan dengan frmasi yang mengandung 100% air (aquifer) sebagai akibat adanya penurunan tekanan selama prduksi. Air sebagai suatu fasa yang sering berada bersama-sama dengan minyak dan/atau gas dalam suatu reservir yang mengandung hidrkarbn tersebut seringkali merupakan suatu fasa kntinu dalam suatu frmasi sedimen yang berdekatan dengan reservir tersebut. Setiap perubahan tekanan dalam reservir minyak sebagai akibat dan pada prduksi minyak melalui sumur akan diteruskan kedalam aquifer. Terbentuknya gradient tekanan ini akan mengakibatkan air mengalir ke dalam lapisan minyak (merembes) bila permeabilitas disekitarnya memungkinkan. Secara umum dapat dikatakan bahwa aquifer merupakan suatu tenaga yang membantu dalam hal pendrngan minyak. Dilihat dari sudut gerakan air dari aquifer ke dalam Iapisan minyak, maka aquifer dapat dibedakan atas 3 macam : 1. Gerakan air dari bawah (bttm water drive). 2. Gerakan air dari samping (edge water drive). 3. Gerakan air dari bawah dan dari samping (bttm & edge water drive) Gerakan air dari bawah (bttm water drive) Dalam hal ini, reservir minyak terdapat pada puncak suatu batuan reservir, sedangkan di bawahnya adalah air yang mengandung tenaga pendrngan. Tebal dan lapisan yang mengandung minyak relatif tipis dibandingkan tebal aquifer Gerakan air dari samping (edge water drive) Dalam keadaan ini tenaga pendrngan minyak berasal dari aquifer dalam arah tidak vertikal dari bawah ke atas, tetapi dari samping. Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 6 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

7 Gerakan air dari bawah dan dari samping (bttm & edge water drive) Pada keadaan ini tenaga pendrngan minyak berasal dari kmbinasi antara bttm water drive dan edge water drive". Dari kurva sejarah prduksi suatu reservir dengan water-drive, memperlihatkan bahwa pada permulaan prduksi, tekanan akan turun dengan sedikit tajam. Karena air memerlukan waktu dulu untuk mengisi ruangan yang ditinggalkan leh minyak yang diprduksi. Kemudian tekanan akan menurun secara perlahan-lahan. Pada reservir water drive, gas tidak memegang peranan, sehingga perbandingan prduksi gas terhadap prduksi minyak (GOR) dapat dianggap knstan. Sedangkan perbandingan prduksi air terhadap prduksi minyak (WOR) akan naik, karena air yang mendrng dari belakang mungkin saja akan melewati minyak yang didrngnya akibat dari sifat mbiiity-nya, sehingga air akan terprduksi. Recvery minyak dari type pendrngan "water drive" ini berkisar 30% - 60% Slutin Gas Drive Reservir Pada reservir dengan type pendrngan slutin gas drive energi yang menyebabkan minyak bergerak ke titik serap berasal dari ekspansi vlumetrik larutan gas yang berada dalam minyak dan pendesakan minyak akibat berkurangnya tekanan karena prduksi. Hal ini akan menyebabkan gas yang larut di dalam minyak akan ke luar berupa gelembunggelembung yang tersebar merata di dalam phasa minyak. Penurunan tekanan selanjutnya akan menyebabkan gelembung-gelembung gas tadi akan berkembang, sehingga mendesak minyak untuk mengalir ke daerah yang bertekanan rendah. Pada kurva sejarah prduksi suatu lapangan yang reservirnya mempunyai mekanisme pendrng "slutin gas drive" akan memperlihatkan bahwa pada saat prduksi baru dimulai, tekanan turun dengan perlahan dan selanjutnya menurun dengan cepat. Hal ini disebabkan karena pada saat pertama, gas belum bisa bergerak, karena saturasinya masih berada di bawah saturasi kritis, setelah saturasi kritis dilampaui, barulah tekanan turun dengan cepat. Perbandingan gas terhadap minyak (GOR), terlihat mula-mula hampir knstan, selanjutnya akan naik dengan cepat, dan kemudian turun lagi. Hal ini disebabkan karena mula-mula saturasi gas masih berada dibawah saturasi kritisnya. Sehingga permeabilitasnya masih sama dengan nl. Setelah saturasi kritis dilampaui, gas mulai bergerak dan membentuk saturasi yang kntinu. Kemudian gas ikut terprduksi bersama minyak. Semakin lama GOR semakin besar, ini disebabkan karena mbility gas lebih besar dari mbility minyak sehingga terjadi penyimpangan/slippage dimana gas bergerak lebih cepat dari minyak. Oleh karena gas lebih banyak diprduksikan, lama kelamaan kandungan gasnya semakin berkurang sehingga recvery-nya akan turun. Recvery minyak dengan jenis slutin gas drive reservir berkisar 5-20 % Gas Cap Drive Reservir Pada reservir dengan mekanisme pendrngan gas cap drive energi pendrngan berasal dari ekspansi gas bebas yang terdapat pada gas bebas (gas cap). Hal ini akan mendrng minyak ke arah psisi yang bertekanan rendah yaitu ke arah bawah struktur dan selanjutnya ke arah sumur prduksi. Gas yang berada di gas cap ini sudah ada sewaktu reservir itu ditemukan atau bisa juga berasal dari gas yang terlarut dalam minyak dan akan ke luar dari zne minyak bila tekanan reservirnya di bawah bubble pint pressure. Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 7 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

8 Sejarah prduksi dari reservir dengan gas cap drive memperlihatkan suatu kurva dimana tekanan akan menurun lebih cepat dibandingkan dengan water drive reservir. Sedangkan GOR-nya akan terus naik sampai akhirnya hanya gas yang terprduksi. Hal ini disebabkan karena mbilitas gas lebih besar dibandingkan dengan mbilitas minyak. Kemungkinan slippage dimana gas akan mendahului minyak, lebih besar sehingga gas ikut terprduksi. Akibatnya effisiensi pendrngannya akan berkurang dari semestinya. Recvery minyak pada jenis gas cap reservir berkisar % Cmbinatin Drive Reservir Pada reservir type ini, mekanisme pendrngan minyak dapat berasal dari kmbinasi antara water drive dengan slutin gas drive ataupun kmbinasi antara water drive dengan gas cap drive. Pada banyak reservir, keempat mekanisme pendrngan dapat bekerja secara simultan, tetapi biasanya salah satu atau dua yang lebih dminan. 8. Perlehan Minyak Tahap Lanjut (Enhanced Oil Recvery) Adalah tahap lanjut untuk memperleh bagian minyak bumi yang masih tertinggal di dalam batuan reservir pada tahap perlehan awal (primary recvery). Terdapat berbagai cara perlehan minyak tahap lanjut ini, yaitu dengan cara injeksi fluida tak tercampur (nn miscible fld) : injeksi air, injeksi gas; injeksi fluida tercampur (miscible fld) : injeksi gas CO 2, injeksi gas tak reaktif, injeksi gas yang diperkaya, injeksi gas kering ; injeksi kimiawi (chemical injectin) : injeksi alkalin, injeksi plimer, injeksi surfactant; injeksi termal (thermal injectin) : injeksi air panas, injeksi uap air, pembakaran di lubang sumur dan lain-lain. ***** Kntributr : Sudjati Rachmat ITB Reservir Minyak dan Gas Bumi Halaman 8 dari 8 Kntributr : Sudjati Rachmat

PENERAPAN METODA WIGGINS UNTUK PERHITUNGAN POTENSI SUMUR DENGAN WATER CUT TINGGI DI LAPANGAN TANJUNG

PENERAPAN METODA WIGGINS UNTUK PERHITUNGAN POTENSI SUMUR DENGAN WATER CUT TINGGI DI LAPANGAN TANJUNG PENERAPAN METODA WIGGINS UNTUK PERHITUNGAN POTENSI SUMUR DENGAN WATER CUT TINGGI DI LAPANGAN TANJUNG Oleh : Aris Buntr UPNVY Amega Yasutra ITB Anas Puji Sants UPNVY Suhardiman UBEP Tanjung M. Ainul Arifin

Lebih terperinci

PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DAN PERAMALAN PRODUKSI NYA DENGAN DECLINE CURVE ANALYSIS DI LAPANGAN R

PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DAN PERAMALAN PRODUKSI NYA DENGAN DECLINE CURVE ANALYSIS DI LAPANGAN R PENENTUAN ISI AWAL MINYAK DAN PERAMALAN PRODUKSI NYA DENGAN DECLINE CURVE ANALYSIS DI LAPANGAN R Rendi Wirnanda Irwin Abstrak Hal yang dapat menunjang keberhasilan pengembangan dan pengellaan suatu lapangan

Lebih terperinci

Perhitungan Laju Aliran Fluida Kritis Untuk Mempertahankan Tekanan Reservoir Pada Sumur Ratu Di Lapangan Kinantan

Perhitungan Laju Aliran Fluida Kritis Untuk Mempertahankan Tekanan Reservoir Pada Sumur Ratu Di Lapangan Kinantan Perhitungan Laju Aliran Fluida Kritis Untuk Mempertahankan Tekanan Reservir Pada Sumur Ratu Di Lapangan Kinantan Calculatin f Flwing Rate Critice t Maintain Reservir Pressure On Ratu Well In Kinantan field

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989). Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara

Lebih terperinci

Bab II Tinjauan Pustaka

Bab II Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Injeksi Air Injeksi air merupakan salah satu metode Enhanced Oil Recovery (aterflood) untuk meningkatkan perolehan minyak yang tergolong injeksi tak tercampur. Air injeksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap Bahan Bakar Minyak (BBM) pertama kali muncul pada tahun 1858 ketika minyak mentah ditemukan oleh Edwin L. Drake di Titusville (IATMI SM STT MIGAS

Lebih terperinci

Gambar 11. Perbandingan hasil produksi antara data lapangan dengan metode modifikasi Boberg- Lantz pada sumur ADA#22

Gambar 11. Perbandingan hasil produksi antara data lapangan dengan metode modifikasi Boberg- Lantz pada sumur ADA#22 Sekali lagi dari Gambar 9 dapat dilihat bahwa perbandigan kurva produksi metode modifikasi Boberg-Lantz dengan data lapangan berpola mendekati. Hal ini dapat dilihat dari kecenderungan kenaikan produksi

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN VALIDASI

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN VALIDASI BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN VALIDAI IV.1 Penglahan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data prduksi sumur minyak yang berasal dari 16 sumur hrisntal di lapisan pasir 1950. eperti yang terlihat

Lebih terperinci

Kesalahan pembulatan Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil

Kesalahan pembulatan Kesalahan ini dapat terjadi karena adanya pembulatan angka-angka di belakang koma. Adanya pembulatan ini menjadikan hasil BAB V PEMBAHASAN Simulasi reservoar merupakan usaha untuk menirukan/memodelkan suatu reservoar yang sesungguhnya dengan model matematis sehingga perilaku reservoar di masa yang akan datang dapat diprediksi.

Lebih terperinci

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR

BAB II INJEKSI UAP PADA EOR BAB II INJEKSI UAP PADA EOR Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah istilah dari kumpulan berbagai teknik yang digunakan untuk meningkatkan produksi minyak bumi dan saat ini banyak digunakan pada banyak reservoir

Lebih terperinci

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D

THERMAL FLOODING. DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D THERMAL FLOODING DOSEN Ir. Putu Suarsana MT. Ph.D Outline : Pengenalan Injeksi Thermal Beberapa Cara Injeksi Thermal Penerapan Injeksi Thermal Pada Lapangan Pengenalan Injeksi Thermal Injeksi thermal adalah

Lebih terperinci

STUDI PENDESAKAN UAP UNTUK MINYAK BERAT DENGAN PROSES STEAM ASSISTED GRAVITY DRAINAGE

STUDI PENDESAKAN UAP UNTUK MINYAK BERAT DENGAN PROSES STEAM ASSISTED GRAVITY DRAINAGE PROCEEDING SIMPOSIUM NASIONAL IATMI 2 Yogyakarta, 3-5 Oktober 2 STUDI PENDESAKAN UAP UNTUK MINYAK BERAT DENGAN PROSES STEAM ASSISTED GRAVITY DRAINAGE Suranto, Doddy Abdassah 2, Sudjati Rachmat 2 UPN Veteran

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Metode EOR Metode peningkatan perolehan minyak tingkat lanjut atau Enhanced Oil Recovery (EOR) adalah suatu teknik peningkatan produksi minyak setelah tahapan produksi

Lebih terperinci

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN

MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN MODEL SISTEM DAN ANALISA PENGERING PRODUK MAKANAN Abstrak Pengeringan adalah sebuah prses dimana kelembaban dari sebuah prduk makanan dikurangi agar rasa, dan bentuk tetap terjaga dengan meningkatnya kemampuan

Lebih terperinci

SIMULASI PROSES REFRIJERASI DENGAN KOMPRESI SATU TAHAP DAN LEBIH

SIMULASI PROSES REFRIJERASI DENGAN KOMPRESI SATU TAHAP DAN LEBIH PROSIDING SEMINAR NASIONAL REKAYASA KIMIA DAN PROSES 2004 ISSN : 1411-4216 SIMULASI PROSES REFRIJERASI DENGAN KOMPRESI SATU TAHAP DAN LEBIH Jhan Utm Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknlgi Industri UNPAR

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia

BAB 6. Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia BAB 6 Neraca Energi dengan Efek Reaksi Kimia 1.1 Analisis Derajat Kebebasan untuk Memasukkan Neraca Energi dengan Reaksi Neraca energi dalam penghitungan derajat kebebasan menyebabkan penambahan persamaan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity.

BAB IV PEMBAHASAN. Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity. BAB IV PEMBAHASAN Pada lapangan XY menggunakan porositas tunggal atau single porosity. Model porositas tunggal digunakan pada primary recovery yang hanya memerlukan nilai porositas dari pori-pori atau

Lebih terperinci

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN

BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN BAB IV VALIDASI MODEL SIMULASI DENGAN MENGGUNAKAN DATA LAPANGAN Untuk memperoleh keyakinan terhadap model yang akan digunakan dalam simulasi untuk menggunakan metode metode analisa uji sumur injeksi seperti

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir Bab III Metodologi Penelitian III.1 Diagram Alir Penelitian Diagram pada Gambar III.1 berikut ini merupakan diagram alir yang menunjukkan tahapan proses yang dilakukan pada penelitian studi simulasi injeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketergantungan dunia pada minyak bumi dan pertumbuhan permintaan dunia diduga akan terus menyebabkan kenaikan harga sumber energi utama dunia ini. Diperkirakan permintaan

Lebih terperinci

Gambar Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus (a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi 3)

Gambar Kedudukan Air Sepanjang Jalur Arus (a) sebelum dan (b) sesudah Tembus Air Pada Sumur Produksi 3) 4.2. Injeksi Air (Waterflooding) Waterflooding merupakan metode perolehan tahap kedua dengan menginjeksikan air ke dalam reservoir untuk mendapatkan tambahan perolehan minyak yang bergerak dari reservoir

Lebih terperinci

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA

KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA KEGIATAN OPERASI DAN PRODUKSI MINYAK DAN GAS BUMI DI PT. MEDCO E&P INDONESIA ( S&C SUMATERA ) FIELD SOKA Diajukan untuk Memenuhi Syarat Permohonan Kuliah Kerja Lapangan O l e h Veto Octavianus ( 03111002051

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak ribuan tahun yang lalu, minyak bumi telah digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Usaha pencarian sumber minyak di dalam bumi mulai dilakukan pada tahun

Lebih terperinci

Sistem Sumur Dual Gas Lift

Sistem Sumur Dual Gas Lift Bab 2 Sistem Sumur Dual Gas Lift 2.1 Metode Pengangkatan Buatan (Artificial Lift Penurunan tekanan reservoir akan menyebabkan penurunan produktivitas sumur minyak, serta menurunkan laju produksi sumur.

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2) iv BAB 2 DASAR TEORI Sistem produksi minyak dan gas terutama untuk anjungan lepas pantai memerlukan biaya yang tinggi untuk pemasangan, pengoperasian dan perawatan. Hal ini diakibatkan faktor geografis

Lebih terperinci

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer

Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Bab IV Model dan Optimalisasi Produksi Dengan Injeksi Surfaktan dan Polimer Pada bab ini akan dijelaskan tentang model yang telah dibuat oleh peneliti sebelumnya kemudian dari model tersebut akan dioptimalisasi

Lebih terperinci

Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada

Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada 3.1.2. Perencanaan Waterflood Perencanaan waterflood didasarkan pada pertimbangan teknik dan keekonomisannya. Analisa ekonomis tergantung pada perkiraan hasil dari proses waterflood itu sendiri. Perkiraan

Lebih terperinci

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D

Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D Bab 3 MODEL MATEMATIKA INJEKSI SURFACTANT POLYMER 1-D Pada bab ini akan dibahas model matematika yang dipakai adalah sebuah model injeksi bahan kimia satu dimensi untuk menghitung perolehan minyak sebagai

Lebih terperinci

KUIS I PROSES TRANSFER Hari, tanggal : Rabu, 3 November 2004 Waktu : 100 menit Sifat : Tabel Terbuka

KUIS I PROSES TRANSFER Hari, tanggal : Rabu, 3 November 2004 Waktu : 100 menit Sifat : Tabel Terbuka KUIS I Hari, tanggal : Rabu, 3 Nvember 2004 Waktu : 100 menit 1. Suatu sistem seperti ditunjukkan pada gambar di bawah. Batangan silinder yang kaksial dengan silendernya bergerak dengan kecepatan V. Tentukan

Lebih terperinci

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah

Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah Fluida adalah zat aliar, atau dengan kata lain zat yang dapat mengalir. Ilmu yang mempelajari tentang fluida adalah mekanika fluida. Fluida ada 2 macam : cairan dan gas. Ciri dari fluida adalah 1. Mengalir

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN TERHADAP PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK Widya Pratama Kesuma, Sugiatmo Kasmungin Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

PENGANTAR SISTEM KENDALI

PENGANTAR SISTEM KENDALI 1 I PENGANTAR SISTEM KENDALI Deskripsi : Bab ini memberikan gambaran secara umum mengenai sistem kendali, definisi-definisi, pengertian sistem kendali lingkar tertutup dan sistem kendali lingkar terbuka,

Lebih terperinci

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 STUDI KESTABILAN BUSA MENGENAI PENGARUH SUHU DAN ELEKTROLITSERTA KONSENTRASI SURFAKTAN DENGAN DAN TANPA MINYAK

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS GAS ASSOSIATED PADA LAPISAN LP DI LAPANGAN BUGEL DENGAN PEMILIHAN SKENARIO TERBAIK UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI Deny Handryansyah, Djoko Sulistiyanto, Hari K. Oestomo Jurusan Teknik Perminyakan,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI

BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI BAB V ANALISA SENSITIVITAS MODEL SIMULASI Simulasi menggunakan model sistem reservoir seperti yang dijelaskan dan divalidasi dengan data lapangan pada Bab IV terdahulu, selanjutnya akan dilakukan analisa

Lebih terperinci

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam

EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1 FISIKA SIFAT TERMAL ZAT OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2006 Waktu 1,5 jam EKSPERIMEN 1A WACANA Setiap hari kita menggunakan berbagai benda dan material untuk keperluan kita seharihari. Bagaimana

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak, maka berbagai cara dilakukan untuk dapat menaikkan produksi minyak, adapun beberapa cara yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA, DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PROSEDUR PENGUJIAN, PENGAMBILAN DATA, DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV OSEDU ENGUJIAN, ENGAMBILAN DATA, DAN ENGOLAHAN DATA 41 rsedur engujian Gasiikasi Bnggl Jagung Dalam melakukan pengujian gasiikasi campuran bnggl jagung dan sekam padi, terdapat prsedur yang harus

Lebih terperinci

Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana**

Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir. Taufan Marhaendrajana** IDENTIFIKASI PENGARUH KEDALAMAN PENGUKURAN TEKANAN, SIFAT MINYAK, DAN BATUAN RESERVOIR TERHADAP PENENTUAN JUMLAH MINYAK AWAL di RESERVOIR DENGAN METODE MATERIAL BALANCE Oleh : Fikri Rahmansyah* Dr. Ir.

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI

BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI BAB III ANALISA TRANSIEN TEKANAN UJI SUMUR INJEKSI Pada bab ini dibahas tentang beberapa metode metode analisis uji sumur injeksi, diantaranya adalah Hazebroek-Rainbow-Matthews 2 yang menggunakan prosedur

Lebih terperinci

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER Lapran Praktikum Nama : Laela Wulan Sari Kimia Plimer NIM : G4409609 Hari/Tgl : Sabtu/ 4 Des 010 Waktu : 10.00-1.00 WIB Asisten : peni PJP : Andriawan Subekti PENENTUAN Mv DAN DIMENSI POLIMER SECARA VISKOMETER

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia?

BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? BAB I. PENDAHULUAN OTK di bidang Teknik Kimia? Aplikasi dasar-dasar ilmu pengetahuan alam yang dirangkai dengan dasar ekonomi dan hubungan masyarakat pada bidang yang berkaitan Iangsung dengan proses dan

Lebih terperinci

KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X

KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X KAJIAN METODE BUCKLEY LEVERETT UNTUK PREDIKSI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI SUMUR MT-02 LAPANGAN X Abstrak Margaretha Marissa Thomas, Siti Nuraeni, Rini Setiati Jurusan Teknik Perminyakan Universitas

Lebih terperinci

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007

Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007 Lampiran : Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 13 Tahun 2007 Tanggal : 06 November 2007 FORMULIR ISIAN IZIN PENGELOLAAN AIR LIMBAH KEGIATAN USAHA HULU MINYAK DAN GAS SERTA PANAS BUMI DENGAN

Lebih terperinci

BAB 2 Pengenalan Neraca Energi pada Proses Tanpa Reaksi

BAB 2 Pengenalan Neraca Energi pada Proses Tanpa Reaksi BAB Pengenalan Neraca Energi pada Prses Tanpa Reaksi Knsep Hukum Kekekalan Energi Ttal energi pada sistem dan lingkungan tidak dapat diciptakan ataupun dimusnahkan..1 Neraca Energi untuk Sistem Tertutup

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Sifat Fisik Alumunium Fil Pengujian sifat fisik dilakukan terhadap bahan kemasan alumunium fil dengan tiga ketebalan yang berbeda, yaitu 50µm, 80µm, dan 100µm. Pengujian ini

Lebih terperinci

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG AZAS TEKNIK KIMIA (NERACA ENERGI) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG KESETIMBANGAN ENERGI Konsep dan Satuan Perhitungan Perubahan Entalpi Penerapan Kesetimbangan Energi Umum

Lebih terperinci

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin

Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Analisa Injection Falloff Pada Sumur X dan Y di Lapangan CBM Sumatera Selatan dengan Menggunakan Software Ecrin Yosua Sions Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Kebumian dan Energi Universitas Trisakti

Lebih terperinci

STUDI PENANGGULANGAN PROBLEM SCALE DARI NEAR- WELLBORE HINGGA FLOWLINE DI LAPANGAN MINYAK LIMAU SKRIPSI

STUDI PENANGGULANGAN PROBLEM SCALE DARI NEAR- WELLBORE HINGGA FLOWLINE DI LAPANGAN MINYAK LIMAU SKRIPSI UNIVERSITAS INDONESIA STUDI PENANGGULANGAN PROBLEM SCALE DARI NEAR- WELLBORE HINGGA FLOWLINE DI LAPANGAN MINYAK LIMAU SKRIPSI RATNA PERMATA SARI 0806368130 FAKULTAS TEKNIK PROGRAM EKSTENSI TEKNIK KIMIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, metode pengurasan minyak tahap lanjut atau EOR (Enhanced Oil Recovery) menjadi pokok bahasan yang ramai diperbincangkan. Metode EOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang

BAB I PENDAHULUAN. Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan rumusan masalah Bumi kita tersusun oleh beberapa lapisan yang mempunyai sifat yang berbeda-beda, diantaranya mantel bumi dimana terdapat magma yang terbentuk akibat

Lebih terperinci

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI

KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI KAJIAN LABORATORIUM MENGENAI KETERBASAHAN BATUAN PADA RESERVOIR YANG MENGANDUNG MINYAK PARAFIN PADA PROSES IMBIBISI Siti Kartika, Sugiatmo Kasmungin Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

Bab II Teknologi CUT

Bab II Teknologi CUT Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi

Lebih terperinci

10/18/2012. Enthalpi. Enthalpi

10/18/2012. Enthalpi. Enthalpi 6_7 1/18/212 Jurusan Kimia - FMIPA Universitas Gadjah Mada (UGM) TERMODINAMIKA KIMIA (KIMIA FISIK 1 ) dan Hukum Termdinamika Pertama Drs. Iqmal Tahir, M.Si. Labratrium Kimia Fisika,, Jurusan Kimia Fakultas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Steam merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari teknologi modern. Tanpa steam, maka industri makanan kita, tekstil, bahan kimia, bahan kedokteran,daya, pemanasan

Lebih terperinci

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya :

Selain sistem springkler, BSN juga membuat peraturan untuk penanggulangan kebakaran gedung (building fire fighting system), diantaranya : 1. Sistem Sprinkler Di era sekarang, dimana semakin banyaknya bangunan-bangunan pencakar langit dan semakin mdern-nya bangunan yang didirikan, sistem penanggulangan kebakaran memegang peranan penting pada

Lebih terperinci

WHAT ARE COOLING TOWERS?

WHAT ARE COOLING TOWERS? Cling Twer Pada sistem refrigerasi berkapasitas sedang dan besar biasanya menggunakan air sebagai media pendingin Kndenser. Hal ini dikarenakan air memiliki kemampuan memindahkan kalr yang lebih baik daripada

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTEK TINJAUAN UMUM DAN PERMASALAHAN SILIKA PADA LAPANGAN PANASBUMI PT. GEO DIPA ENERGI UNIT I DIENG, WONOSOBO, JAWA TENGAH

PROPOSAL KERJA PRAKTEK TINJAUAN UMUM DAN PERMASALAHAN SILIKA PADA LAPANGAN PANASBUMI PT. GEO DIPA ENERGI UNIT I DIENG, WONOSOBO, JAWA TENGAH PROPOSAL KERJA PRAKTEK TINJAUAN UMUM DAN PERMASALAHAN SILIKA PADA LAPANGAN PANASBUMI PT. GEO DIPA ENERGI UNIT I DIENG, WONOSOBO, JAWA TENGAH DISUSUN OLEH: RACHMAT KURNIAWAN DITA UGA 113120016 BASITH FURQON

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Absorpsi dan stripper adalah alat yang digunakan untuk memisahkan satu komponen atau lebih dari campurannya menggunakan prinsip perbedaan kelarutan. Solut adalah komponen

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Turbin gas merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Turbin gas merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi BAB II INJAUAN USAKA 2.1. Cara Kerja Instalasi urbin Gas urbin gas merupakan suatu penggerak mula yang mengubah energi ptensial gas menjadi energi kinetik dan energi kinetik ini selanjutnya diubah menjadi

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing BAB V PEMBAHASAN Pada lapangan FRY kali ini dipilih 2 sumur untuk dianalisa dan dievaluasi yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing guna memperbaiki kerusakan formasi

Lebih terperinci

Teknik Reservoir dan Cadangan Migas

Teknik Reservoir dan Cadangan Migas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2015 Teknik Reservoir dan Cadangan Migas HALAMAN JUDUL SMK / MAK Kelas XI Semester I i DISKLAIMER (DISCLAIMER) Penulis : Editor Materi : Editor

Lebih terperinci

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA

PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA PROBLEM OPEN-ENDED OSN PERTAMINA 2014 BIDANG KIMIA TOPIK 1 BIOMASSA SEBAGAI SUMBER ENERGI Biomasa merupakan bahan organik yang tersedia secara terbarukan, umumnya berasal dari tumbuhan yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT (ENHANCED OIL RECOVERY)

BAB III METODE PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT (ENHANCED OIL RECOVERY) BAB III METODE PEROLEHAN MINYAK TAHAP LANJUT (ENHANCED OIL RECOVERY) Perolehan Minyak Tahap Lanjut (EOR) merupakan perolehan minyak dengan cara menginjeksikan suatu zat yang berasal dari salah satu atau

Lebih terperinci

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR

STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR STUDI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DI ZONA A LAPANGAN X DENGAN METODE INJEKSI AIR TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh : RADEN

Lebih terperinci

Gambar 1. Lapisan Bumi

Gambar 1. Lapisan Bumi GEOLOGI MINYAK BUMI Adalah suatu cara untuk mencari dan menemukan akumulasi hidrkarbn dalam jumlah yang eknmis dengan cara eksplrasi. Adapun tahapannya sebagai berikut: 1) Eksplrasi Hidrkarbn: Gelgi Gefisika

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET SNI 19-6413-2000 1. Ruang Lingkup 1.1 Metode ini mencakup penentuan kepadatan dan berat isi tanah hasil pemadatan di lapangan atau

Lebih terperinci

ISBN

ISBN ISBN 978-979-98831-1-7 Proceeding Simposium Nasional IATMI 25-28 Juli 2007, UPN Veteran Yogyakarta STUDI KEMUNGKINAN PENGGUNAAN FIBER SEBAGAI SARINGAN PASIR DI INDUSTRI MIGAS Oleh : Suwardi UPN VETERAN

Lebih terperinci

X. GEJALA GELOMBANG. Buku Ajar Fisika Dasar II Pendahuluan X - 1

X. GEJALA GELOMBANG. Buku Ajar Fisika Dasar II Pendahuluan X - 1 X - 1 X. GEJALA GELOMBANG 10.1 Pendahuluan Situasi fisis yang ditimbulkan pada suatu titik menjalar dalam medium kemudian dapat dirasakan pada bagian lain, merupakan prses gerakan gelmbang. Beberapa cnth

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. L HASIL PENGUKURAN DENSITAS DAN POROSITAS. Hasil pengukuran densitas dan porositas dari sampel yang telah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. L HASIL PENGUKURAN DENSITAS DAN POROSITAS. Hasil pengukuran densitas dan porositas dari sampel yang telah IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. L HASIL PENGUKURAN DENSITAS DAN POROSITAS Hasil pengukuran densitas dan prsitas dari sampel yang telah disinterring pada berbagai suhu ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4. Hasil

Lebih terperinci

BAB III SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR

BAB III SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR BAB III SIFAT FISIK BATUAN RESERVOIR Syarat yang harus dipenuhi oleh suatu batuan reservoir adalah harus mempunyai kemampuan untuk menampung dan mengalirkan fluida yang terkandung di dalamnya. Dan hal

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Dinamika Newton

Xpedia Fisika. Dinamika Newton Xpedia isika Dinamika Newtn Dc. Name: XPIS0118 Dc. Versin : 2014-01 halaman 1 01. Sebuah balk yang massanya 6 kg bergerak dengan percepatan 4 m/det 2. (A) Berapakah besar gaya resultan yang bekerja pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam tugas akhir ini akan dilakukan perancangan bejana tekan vertikal dan simulasi pembebanan eksentrik pada nozzle dengan studi kasus pada separator kluster 4 Fluid

Lebih terperinci

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH

BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH BATUAN PEMBENTUK PERMUKAAN TANAH Proses Pembentukan Tanah. Tanah merupakan lapisan paling atas pada permukaan bumi. Manusia, hewan, dan tumbuhan memerlukan tanah untuk tempat hidup. Tumbuh-tumbuhan tidak

Lebih terperinci

Termodinamika Material

Termodinamika Material Termdinamika Material Kuliah 4: Enthalphy(cnt d), Hukum II Termdinamika & Entrpi Oleh: Fajar Yusya Ramadhan 1306448312 (21) Ira Adelina 1306448331 (22) Kelmpk 11- paralel Teknik Metalurgi & Material Universitas

Lebih terperinci

SIFAT-SIFAT FISIS MINYAK BUMI

SIFAT-SIFAT FISIS MINYAK BUMI SIFAT-SIFAT FISIS MINYAK BUMI Titik Didih Rerata Fraksi Minyak Bumi Banyak sifat- sifat fisis senyawa hidrokarbon murni yang dapat di korelasikan dengan berat jenis (specific grafity) dan titik didih normal.

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA AQUEOUS AMMONIA PLANT (STUDI DESKRIPTIF DI PABRIK PUPUK)

EVALUASI KINERJA AQUEOUS AMMONIA PLANT (STUDI DESKRIPTIF DI PABRIK PUPUK) EVALUASI KINERJA AQUEOUS AMMONIA PLANT (STUDI DESKRIPTIF DI PABRIK PUPUK) Nur Aida Amalia, Nurul Syefira Fatayatunnajmah, Bintang Iwhan Mehady Jurusan Teknik Kimia, Pliteknik Negeri Bandung, Bandung 40012

Lebih terperinci

MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325. Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT

MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325. Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT MEKANIKA FLUIDA I HMKK 325 Dr. Aqli Mursadin Rachmat Subagyo, MT FLUIDA SEBAGAI KONTINUM Dalam membahas hubungan-hubungan aliran fluida secara matematik atau analitik, perlu diperhatikan bahwa struktur

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Salah satu kegiatan pengumpulan data bawah permukaan pada kegiatan pengeboran sumur minyak dan atau gas bumi baik untuk sumur eksplorasi maupun untuk sumur

Lebih terperinci

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN INJEKSI GAS CO 2 DAN SURFAKTAN SECARA SEREMPAK

PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN INJEKSI GAS CO 2 DAN SURFAKTAN SECARA SEREMPAK IATMI 2005-56 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. SARI PENINGKATAN PEROLEHAN MINYAK DENGAN

Lebih terperinci

II. DESKRIPSI PROSES

II. DESKRIPSI PROSES II. DESKRIPSI PROSES A. Jenis-Jenis Prses Ddekilbenzena dapat dibuat dengan mereaksikan ddekana dan benzena. Dalam prduksi ddekilbenzena dapat digunakan prses sebagai berikut: 1. Prses alkilasi benzena

Lebih terperinci

STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR

STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR STRATEGI MENGATASI KEHETEROGENITASAN DENGAN INJEKSI SURFAKTAN PADA POLA FIVE SPOT UNTUK MENINGKATKAN FAKTOR PEROLEHAN MINYAK TUGAS AKHIR Oleh: ZUL FADLI NIM 122553 Diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data

Bab 4 Prosedur Pengujian, Pengambilan Data, dan Pengolahan Data Bab 4 rsedur engujian, engambilan Data, dan englahan Data 4.1 rsedur engujian Gasiikasi Bnggl Jagung Dalam melakukan pengujian gasiikasi bnggl jagung, terdapat prsedur yang harus diikuti. rsedur ini dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008 BAB II DASAR TEORI 2.1 ADSORPSI Adsorpsi adalah proses yang terjadi ketika gas atau cairan berkumpul atau terhimpun pada permukaan benda padat, dan apabila interaksi antara gas atau cairan yang terhimpun

Lebih terperinci

TEKNIK RESERVOIR (3 SKS) Oleh : Dr. Ir. Dyah Rini Ratnaningsih, MT

TEKNIK RESERVOIR (3 SKS) Oleh : Dr. Ir. Dyah Rini Ratnaningsih, MT TEKNIK RESERVOIR (3 SKS) Oleh : Dr. Ir. Dyah Rini Ratnaningsih, MT Deskripsi Mata Kuliah Memahami konsep teknik reservoir mulai dari wadah, isi dan komposisi serta kondisi, jenis-jenis mekanisme pendorong

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA DASAR II

TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA DASAR II TEST KEMAMPUAN DASAR FISIKA DASAR II Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan pernyataan BENAR atau SALAH. Jika BENAR jelaskan mengapa BENAR, dan jika SALAH, berilah alasan atau sanggahannya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI

BAB III METODOLOGI BAB III METODOLOGI Contents BAB III... 48 METODOLOGI... 48 3.1 Lingkup Perencanaan... 48 3.2 Metode Pengumpulan Data... 49 3.3 Uraian Kegiatan... 50 3.4 Metode Perencanaan... 51 BAB III METODOLOGI 3.1 Lingkup Perencanaan

Lebih terperinci

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding

Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding LAMPIRAN 52 Lampiran 2. Prosedur Uji Kinerja Formula Surfaktan APG untuk Enhanced Water Flooding 1. Tegangan Antar Permukaan Metode Spinning Drop (Gardener and Hayes, 1983) Cara kerja Spinning Drop Interfacial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan yang cukup serius selama 30 tahun terakhir ini.

BAB I PENDAHULUAN. pencemaran lingkungan yang cukup serius selama 30 tahun terakhir ini. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Polusi yang disebabkan karena minyak merupakan salah satu isu pencemaran lingkungan yang cukup serius selama 30 tahun terakhir ini. Pencemaran oleh minyak terjadi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iv

Lebih terperinci

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS

STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS STUDI LABORATORIUM PENGARUH KONSENTRASI SURFAKTAN POLIMER TERHADAP RECOVERY FACTOR DENGAN BERBAGAI SALINITAS Ricky 1), Sugiatmo Kasmungin 2), M.Taufiq Fathaddin 3) 1) Mahasiswa Magister Perminyakan, Fakultas

Lebih terperinci

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES Usaha prduksi dalam pabrik kimia membutuhkan berbagai sistem prses dan sistem pemrses yang dirangkai dalam suatu sistem prses prduksi yang disebut teknlgi prses. Secara

Lebih terperinci

C iklm = sebagai tensor elastisitas

C iklm = sebagai tensor elastisitas Teori elastisitas menjadi dasar pokok untuk mendiskripsikan perambatan gelombang elastik. Tensor stress σ ik dan tensor strain ε ik dihubungkan oleh persamaan keadaan untuk suatu medium. Pada material

Lebih terperinci

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian.

), bikarbonat (HCO 3- ), dan boron (B). Hal ini dapat mempengaruhi penurunan pertumbuhan dan perkembangan pada sektor pertanian. 1. Apa yang dimaksud dengan gas metana batubara (Coal Bed Methane) Gas metana batubara (Coal Bed Methane) adalah suatu gas alam yang terperangkap di dalam lapisan batubara (coal seam). Gas metana ini bisa

Lebih terperinci

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM

4.1 INDENTIFIKASI SISTEM BAB IV ANALISIS 4.1 INDENTIFIKASI SISTEM. 4.1.1 Identifikasi Pipa Pipa gas merupakan pipa baja API 5L Grade B Schedule 40. Pipa jenis ini merupakan pipa baja dengan kadar karbon maksimal 0,28 % [15]. Pipa

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA

LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA LAMPIRAN A PERHITUNGAN NERACA MASSA Kapasitas Prduk : 50.000 tn/tahun Satuan Operasi : kg/jam Waktu kerja pertahun : 330 hari Kapasitas prduksi perjam : tn 50.000 tahun 1 tahun 330 hari 1hari 4 jam 1000

Lebih terperinci

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA

BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA BAB III TEGANGAN GAGAL DAN PENGARUH KELEMBABAN UDARA 3.1. Pendahuluan Setiap bahan isolasi mempunyai kemampuan menahan tegangan yang terbatas. Keterbatasan kemampuan tegangan ini karena bahan isolasi bukanlah

Lebih terperinci

PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT

PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT PERSAMAAN USULAN UNTUK PERAMALAN KINERJA LAJU ALIR MINYAK BERDASARKAN HUBUNGAN WATER OIL RATIO DAN DECLINE EXPONENT PADA RESERVOIR MULTI LAPISAN BERTENAGA DORONG AIR TUGAS AKHIR Oleh: SANDI RIZMAN H NIM

Lebih terperinci