7. TINDAK LANJUT: MEMBANGUN USAHA EKONOMI KONSERVASI DI KELOMPOK UBSP MELALUI RADIO DISKUSI KOMUNITAS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "7. TINDAK LANJUT: MEMBANGUN USAHA EKONOMI KONSERVASI DI KELOMPOK UBSP MELALUI RADIO DISKUSI KOMUNITAS"

Transkripsi

1 7. TINDAK LANJUT: MEMBANGUN USAHA EKONOMI KONSERVASI DI KELOMPOK UBSP MELALUI RADIO DISKUSI KOMUNITAS

2 Berdasarkan dari pertemuan parapihak I Model konseptual Cagar Alam Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya di kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat diperoleh faktor kontribusi ancaman langsung adalah Pembukaan Hutan untuk kepentingan usaha pertanian atau perladangan (dalam model konseptual sebagai faktor utama; perambahan liar), dan faktor kontribusi ancaman kedua dikarenakan keterbatasan ekonomi (kemiskinan). Dan model konseptual tersebut juga memberikan strategi untuk penyingkiran hambatan, yaitu menjalankan strategi pembentukan kelompok usaha ekonomi yaitu Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP) yang secara prakteknya sama dengan Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP) untuk Hal ini juga dikuatkan dengan hasil Survei Kualitatif yang menyatakan pengetahuan masyarakat terhadap pelestarian hutan sangat baik (85%), yang artinya pengetahuan tentang pelestarian hutan di tengah-tengah masyarakat sangat tinggi, namun kenapa masih terjadi pembukaan hutan? Setelah ditelusuri model konseptual dan hasil Survei Kualitatif sebelumnya diperoleh masukan data bahwa kemiskinan atau lebih menjadi ketidak ada modal usaha, untuk lebih jelas akan di utarakan di bawah ini. Keberadaan Usaha Bersama Simpan Pinjam (UBSP) telah menjawab kebutuhan modal masyarakat untuk beralih dari aktivitas perambahan liar, juga UBSP telah menjadi alat pengorganisiran dan penekanan efektif. Karena di dalam UBSP tersebut terdapat seri pendidikan dengan pendekatan marketing sosial, yang mampu menjadikan Radio siaran swasta merupakan tempat belajar bersama dan sebagai sarana komunikasi efektif dalam memeberikan pengetahuan, sikap dan komunikasi interpersonal, serta perubahan perilaku petani perambah menjadi petani yang menetap dalam mengembangkan usaha pertanian yang konservasi. Hasil kerja Proyek Kampanye Bangga Yayasan Pekat dengan dukungan penuh RARE selama 24 bulan di beberapa desa sekitar CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya di kawasan Hutan Batang Toru di bagian Kabupaten Tapanuli Selatan berhasil memberikan jawaban kepada petani perambah untuk tidak lagi membuka hutan sebagai perluasan lahan usaha kebun mereka, atau beramai-ramai ke hutan di musim penerimaan murid baru atau kenaikan kelas di sekolah bagi anak-anak mereka untuk mengambil kayu dijual sebagai ongkos biaya sekolah anakanak. Hal ini tidak menjadi halangan bagi mereka, karena akses untuk mendapatkan biaya tersebut telah terjawab dalam kelompok UBSP yang menyediakan modal usaha dan biaya sekolah anak-anak mereka. Saat ini memasuki tahap pemeliharaan dan pencegahan kembalinya perilaku lama melibatkan upaya penyertaan perilaku terbaru, maka Yayasan Pekat tetap mempergunakan saluran komunikasi yang selama ini efektif dilakukan di tengah-tengah masyarakat sekitar CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya, yaitu melalui saluran media massa radio, disamping daerah cakupan menjadi besar, juga format diskusi radio, kupon radio dan wawancara petani dengan ahli sudah berjalan dan mampu merubah perilaku petani perambah menjadi petani yang tidak merambah kembali.

3 untuk menerapkan project ini (diperkirakan USD) selama 2 bulan kedepan, Secara umum, dan terlebih penting lagi untuk Tapanuli Selatan, perlu ditekankan dari awal bahwa sumber daya yang disediakan oleh program adalah dalam bentuk masukan dan proses pendidikan masyarakat, sedangkan dana pendamping hanya tersedia secara terbatas dalam rangka mendukung rencana aksi pelestarian pada tahap setelah proses pendidikan. Kesediaan desa untuk menyumbang, paling sedikit di awal program dalam bentuk penyediaan tempat untuk berkumpul, waktu yang disediakan untuk mengikuti kegiatan proyek, lahan untuk uji coba dan latihan, dan tanggung jawab untuk mengorganisir pertemuan. Dengan berjalan kembali program radio di dalam proyek ini, maka diharapkan makin banyak orang yang terjangkau. Radio mampu menjadi medium penjangkauan terus menerus di tengah-tengah masyarakat yang buta aksara dan minimalnya informasi sampai kedesa menjadi sebuah alternatif yang murah dan tepat sasaran. Sehingga pesan-pesan dan kampanye yang disampaikan akan menjadi lebih efektif dan mampu mempertahakan perilaku petani perambah menjadi petani yang tidak perambah lagi.

4 7.. ELEMEN KUNCI RENCANA OPERASI PENYINGKIRAN HAMBATAN Tujuan : 7... OBJEKTIF-OBJEKTIF PROYEK & PELAKSANAAN Upaya mengurangi pembukaan hutan untuk lahan baru dan sekaligus mengembangkan usaha ekonomi konservasi di dalam kelompok Usaha Bersama Simpan Pinjam sebagai peningkatan kualitas sumberdaya alam di sekitar CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya. Objective Pada September 20, 4 desa di sekitar CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya di Kawasan Hutan Batang Toru Blok Barat akan mendirikan usaha ekonomi konservasi bersama di masing-masing kelompok UBSP Pada September 20, Tersusunnya Rencana Pendirian Kelompok Inti Usaha Bersama Simpan Pinjam di Tapanuli Selatan sebagai payung kelompok-kelompok UBSP yang tersebar di sekitar CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya Metodologi yang digunakan dalam Penilaian Proyek Dalam mengimplementasikan UBSP, Yayasan Pekat bepegang teguh pada prinsip-prinsip pendampingan yang mendorong tumbuhnya keswadayaan masyarakat melalui kesempatan pengembangan potensi dan penguatan kapasitas human capital dan modal sosial (social capital). Dan pendekatan melalui Sosial Marketing dengan materi kampanye radio dan medium kampanye lainnya seperti Spanduk Kedai, Lembar Fakta, Papan Informasi Desa, Poster, dan lainnya UBSP dipilih sebagai strategi penyingkir halangan, di dalam UBSP mampu menjawab pemasalahan-permasalahan social, budaya, ekonomi dan perambahan liar yang selama ini menjadi penyebab pembukaan hutan untuk lahan pertanian atau perladangan, atau pengambilan kayu bakar guna kepentingan ekonomi dan uang tunai di kalangan masyarakat desa sekitar hutan. Masalah yang dihadapi masyarakat desa adalah perlunya sebuah kekuatan kelompok yang kuat dan mampu memberikan pengetahuan dan modal usaha, sehingga dapat mencegah terjadinya pembukan hutan untuk mengatasi permasalahan pertanian dan perkebunan di desa, dimana bertani dan berladang merupakan pekerjaan pokok dari masayarakat desa, dan merupakan sumber penghidupan dalam menghidupkan keluarga dan

5 menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih baik dari mereka sendiri yang hanya mampu menyelesaikan pendidikan formal sampai di tingkat SD atau SMP yang tertinggi. Di dalam kegiatan pengembangan UBSP di 4 desa akan difokuskan kepada komunitas petani di 4 desa (287 KK), ke empat desa ini masuk dalam wilayah administrasi kecamatan Marancar dan berada diantara dua gunung yaitu CA Dolok Sibualbuali dan SA Dolok Lubuk Raya. Diperkirakan ke empat desa tersebut memiliki jumlah orang lebih kurang 2000 jiwa. Melalui radio sebagai medium kampanye dan penyampaian pesan-pesan juga diharapkan dapat merubah pola pikir masyarakat petani yang terbiasa serba instan. Apalagi banyak masyarakat petani di sekitar kawasan CA dan SA ini masih buta aksara, penyampaian dengan medium radio sangat efektif dan mudah dipahami masyarakat petani. Dalam kaitanya dengan project Yayasan Pekat dengan mitra RARE akan dimulai pada Bulan September 200. Metodologi Implementasi yang Diajukan Untuk fasilitasi proyek pengembangan usaha kelompok UBSP adalah : Pendidikan Motivasi; 6 kali dalam setahun Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas Tim Manajemen, Pengurus dan Pengawas yang mampu menjalankan UBSP secara profesional Untuk mempercepat perkembangan UBSP dengan memperkuat usaha konservasi UBSP pada wilayah pengembangan UBSP kedepannya, kemudian untuk memperluas kesadaran kritis masyarakat melalui pendidikan kritis dan menjaga UBSP agar tetap dengan tujuan semula. Dalam pendidikan motivasi ini bisa dilakukan pendidikan tentang pembibitan coklat, karet, pembibitan atau pembesaran ikan tawar dan lainnya. Pendidikan Manajemen Organisasi UBSP; 2 kali dalam setahun Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas Tim Manajemen, Pengurus dan Pengawas yang mampu menjalankan UBSP secara profesional Untuk mempercepat perkembangan UBSP dengan memperbanyak sosialisasi UBSP pada wilayah pengembangan UBSP kedepannya, terutama berdirinya Kelompok Inti UBSP sebagi paying dari keseluruhan kelompok-kelompok UBSP di desa. Pelatihan Audit; 2 kali dalam setahun Untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas Tim Manajemen, Pengurus dan Pengawas yang mampu menjalankan UBSP secara profesional Untuk mempercepat perkembangan UBSP dengan memperbanyak sosialisasi UBSP pada wilayah pengembangan UBSP kedepannya

6 Safari Desa; antar desa-antar kelompok Kegiatan ini diharapkan sebagai ajang belajar antar desa yang terlibat serta terdapat penukaran informasi yang berkaitan dengan perkembangan desa dan kelompok UBSP. Kegiatan ini juga secara tidak langsung merupakan kegiatan monitoring dan evaluasi di masing-masing kelompok UBSP. Pendokumentasian (Pembelajaran yang terbaik dalam Project/monitoring & evaluasi); Dalam pendokumentasian ini akan dilakukan sebuah lokakarya pendokumentasian ini dilakukan untuk mengefesiensikan proses pendokumentasian Usaha Bersama Simpan Pinjam adalah salah satu metodologi penguatan ekonomi rakyat yang efektif untuk membangun kepercayaan dan memobilisasi basis akar rumput untuk mendukung program pembangunan pedesaan dan mencegah terjadinya penuruan kualitas dan kuantitas hutan. Tiga pilar UBSP : Pendidikan, Swadaya, dan Solidaritas, menjadi dasar yang kokoh bagi keberlangsungan hidup UBSP. Pendidikan mendidik bagaimana anggota UBSP mengelola keuangan pribadi maupun potensi alam di desa yang berbasis konservasi dan lingkungan. Pendidikan mengajarkan kepada anggota UBSP bagaimana menyiapkan pensiun secara mandiri. Mengajarkan berwirausaha dan menjadi entrepreneur yang sukses. Serta yang tak kalah penting dalam pendidikan ini menjadi anggota lebih percaya diri dan kelak menjadi pelopor perubahan di desa. Swadaya, membuat UBSP sebagai lembaga harus mandiri, menghimpun modal hanya dari anggotanya, bukan tergantung pada bantuan pihak luar. Dan terbukti, tidak ada satupun UBSP yang dilakukan Yayasan Pekat baik sendiri maupun dengan mitra kerja lainnya yang mendapat pinjaman dari luar. Solidaritas, bahwa antara sesama anggota UBSP harus saling setia. Membantu satu sama lain melalui UBSP sebagai lembaga milik bersama. Simpan dan pinjam hanya di UBSP. Menyimpan berarti mempercayakan uangnya untuk dikelola dan menolong anggota lain. Meminjam berarti mendapat pertolongan dan memberikan pendapatan bagi UBSP yang pada akhirnya, pendapatan tersebut didistribusikan kembali kepada anggota dalam bentuk dividen maupun bunga simpanan yang bersaing. Produk-produk bernuansa solidaritas di UBSP berupa solidaritas kesehatan, solidaritas rawat inap, solidaritas duka, bantuan kepada ibu bersalin, hadiah kepada anak yang lahir dari orang tua yang keduanya anggota UBSP. Kelompok usaha UBSP yang benar -benar berhasil diharapkan kelangsungan keberadaannya. Kelangsungan keberadaan UBSP harus didasarkan prinsip efisensi dan efektivitas. Prinsip efisiensi dan efektivitas dapat terwujud jika para pengelola dalam hal ini pengurus, manajer betul-betul

7 mengarahkan usaha simpan pinjam untuk kepentingan anggota. Keberhasilan UBSP bukan hanya tergantung kepada besarnya modal yang diusahakan melainkan pelaksanaannya lebih mendekati adanya saling percaya antar anggota dengan para pengurus dan saling percaya antar anggota. Artinya, didalam UBSP anggota saling memberi dan menerima untuk kepentingan bersama. Pelatihan ToT tentang prinsip-prinsip dasar UBSP merupakan sebuah hal yang sangat penting, dan didalam pelaksanaan tersebut akan di sampaikan bahwa Kelompok UBSP yang dimulai dengan pendidikan, dikembangkan dan dikontrol melalui pendidikan. Keberlanjutan Project Dan akhirnya Yayasan berkeyakinan kedepan atau di tahun 20 kelompok-kelompok UBSP yang sudah terbentuk saat ini akan membentuk sebuah wadah UBSP Inti yang berorientasi pada konservasi dan lingkungan, dan di mungkinkan kelompok UBSP dibentuk akan diberi nama Kelompok Usaha UBSP Inti Hijau. Kelompok ini akan berjalan sebagaimana semangat yang telah tumbuh dan berkembang dimasing-masing anggotanya yang setiap waktu akan bertambah jumlahnya PARA MITRA & PERANAN Cagar Alam Dolok Sibualbuali dan Suaka Alam Dolok Lubuk Raya kedua kawasan ini masuk dalam kawasan Hutan Batang Toru di kabupaten Tapanuli Selatan dan merupakan kawasan lindung yang dibawah pengawasan dan pengelolaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA), untuk pengawasan dilapangan BBKSDA memiliki kantor resort di Tapanuli Selatan. Para pemangku kepentingan utama yang terlibat dalam program ini atau mereka yang akan mempengaruhi kesuksesan program desa bangga ini adalah : Nama Pemangku Kepentingan Lembaga Peran Dalam Proyek Nomer telefon/hp Hardiman BBKSDA Sumatera Utara di Padang Sidempuan Mitra Proyek dalam hal melakukan kegiatan monitoring dan pengawasan - Kepala Desa Aek Nabara, Janji Manaon, Sugi Jae, Sugi Julu Mitra Proyek dalam hal melakukan pengembangan kapasitas masyarakat dan kegiatan pengawasan serta monitoring - Camat Marancar Mitra Proyek dalam hal melakukan pengembangan -

8 Nama Pemangku Kepentingan Lembaga Peran Dalam Proyek Nomer telefon/hp kapasitas masyarakat dan kegiatan pengawasan serta monitoring Miskun Mendez Yayasan Paras Mitra Proyek dalam hal pengembangan kelompok UBSP Muhammad Hidayat JRK Sumut Mitra Proyek dalam hal pengembangan Radio Pimpinan Perusahaan Radio Linda Hendra Radio Baharuddin FM Stereo Padang Sidempuan PT. Bangbara Heudeung Percetakan di Medan Mitra Proyek dalam hal pengembangan Radio Mitra Proyek dalam hal pengembangan desain Sulaiman Harahap Bamus Harajaoan Luat Marancar Mitra Proyek dalam hal pengembangan sosial budaya Ahmad Afandi Nasution Yayasan Pekat Mitra Proyek dalam hal pengembangan kelompok Deffian Syaiful Yayasan Pekat Mitra Proyek dalam hal pendampingan kelompok

9 Hardiman Kepala Desa Camat Miskun Mendez Muhammad Hidayat Pimpinan Radio Linda Hendra Sulaiman Harahap Ahmad Affandi Nst Deffian Syaiful KESELURUHAN PROYEK Pendidikan Motivasi; 6 kali dalam setahun C I A I C A I C R R R A I R R Pendidikan Manajemen Organisasi UBSP; 2 kali dalam setahun R I A I C R I R I R R R A I R R Pelatihan Audit; 2 kali dalam setahun C I A I C A I R I R R R A I R R Safari Desa A I A I A I A I C R C R R A I R R Pendokumentasian R I R I R I C A I C R I C R R R I R R KETERANGAN : R Responsible/Penanggungjawab: Adalah mereka yang melakukan kerja atau menyediakan sumber daya untuk menyelesaikan tugas. A Accountable/Dapat dipercaya : (Juga yang menyetujui) adalah mereka yang pada akhirnya bertanggung jawab atas keakuratan dan keseluruhan penyelesaian tugas. Mereka mengawasi atau mengakhiri kerja yang dilakukan oleh Penanggungjawab/R. C Consulted/Pemberi konsultasi: Adalah mereka yang opininya diminta untuk tugas tersebut. I Informed/Pemberi Informasi: Adalah mereka yang mereka yang menjamin informasi kemajuan proyek tetap up-to-date.

10 7.2. YAYASAN PEKAT Yayasan Pekat berdiri tahun 200, di Medan, dan bekerja untuk bidang konservasi dan penguatan ekonomi mikro, melalui pendidikan, penyuluhan, penelitian dan pengembangan ekonomi alternative yang berbasis pada kebutuhan masyarakat yang serasi dengan perikehidupan dan lingkungan. Sejak tahun 2005 Yayasan Pekat sudah bekerja di tengah-tengah masyarakat sekitar hutan Batang Toru Blok Barat, yang merupakan habitat orangutan sumatera. Keberadaan orangutan sumatera yang dilindungi dan terancam keberadaannya ini membuat yayasan Pekat melakukan kerjakerja konservasi dan menumbuh kembangkan ekonomi alternative di sekitar desa-desa yang langsung bersentuhan dengan keberadaan habitat orangutan sumatera (pongo abelii), dengan harapan mampu meredam terjadinya degradasi luasan hutan dan punahnya satwa endemic sumatera, seperti harimau sumatera, burung rangkong, tapir sumatera, beruang madu, kambing hutan, dan khususnya orangutan sumatera. Pada tahun , Yayasan Pekat dengan CII melakukan project kegiatan Pemeberdayaan Masyarakat Desa Aek Nabara (Marancar) dan Wek I (Batang Toru), hasil kegiatan ini adalah terealisasinya 3000 meter saluran irigasi untuk pertanian masyarakat desa Aek Nabara, kemudian berdirinya Perpustakaan Desa, serta pelatihan pertanian ekologis, dan lahirnya perdes yang mengadopsi beberapa butir-butir hukum adat di desa yang masih relevan dan bertahan untuk keberlanjutan hutan dan satwa orangutan. Untuk desa Wek I, Yayasan Pekat bersama masyarakat berhasil mendirikan sebuah bangunan pos jaga hutan, dan konsensi bersama masyarakat pendatang (nias) dan penduduk asli di Wek. Dan project ini juga berhasil melahirkan beberapa lokasi sebagai lubuk larangan. Tahun , Yayasan Pekat dengan ESP-USAID melakukan kegiatan project Pemberdayaan Masyarakat DAS Deli di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, hasil kegiatan ini adalah terbentuknya rumah bibit di 4 desa/kelurahan, dan 4 taman hijau di 4 sekolah lanjutan, serta terbentuknya 5 kelompok UBSP perempuan di bantaran DAS Deli, kini kelompok tersebut tetap berjalan dan mampu membiayai aktivitas konservasi dari kelompok UBSP yang telah dibentuk dan berjalan ini. Staff lapangan Yayasan Pekat selanjutnya melakukan peran pendampingan, dan tahun 2009, kelompok UBSP tersebut mendapat dukungan penuh dari Dinas KLH Kota Medan. Tahun , Yayasan Pekat bersama Field Foundation dan Yayasan Paras membentuk sebuah konsorsium yang dinaman YAYASAN PEKAT FP3 (Action For Livelihoods & Environments Field-Pekat-Paras Partnership) yang melakukan program Model Desa Konservasi (MCVs) di Aceh Selatan NAD (3 desa) dan Langkat Sumut (3 desa), program ini didanai oleh OCSP-USAID. Tahun ini Yayasan Pekat melakukan studi kelayakan dalam program pride campaign, dan melalui model konseptual diperoleh sebuah penilaian penyingkiran hambatan dan tinjauan luas keberlangsungan (BRAVO) yang dilakukan. Rare mengkonfirmasikan bahwa penyingkir halangan terhadap pembukaan lahan hutan dan meningkatkan pengetahuan dan penghasilan masyarakat di desa-desa sekitar habitat orangutan sumatera tersebut memberikan kelayakan dan dampak yang tinggi jika dilakukan sebagaimana mestinya.

11 7.2.. TIM PROYEK Pimpinan proyek/manajer Kampanye adalah Efrizal Adil Lubis adalah staff Yayasan Pekat yang akan bertanggung jawab atas kelangsungan dan keberhasilan proyek ini. Efrizal telah bekerja di Yayasan Pekat serta di bidang konservasi ini selama 3 tahun, dan mempunyai gelar di bidang manajemen dan kesehatan lingkungan. Proyek ini sebenarnya akan dilakukan oleh Yayasan Pekat berdasarkan biaya yang ada (lihat anggaran) MITRA KERJA Yayasan Pekat dalam project ini tidak berdiri sendiri, tetapi akan melakukan kemitraan dengan lembaga swadaya masyarakat, pemerintah daerah, dan memungkinkan dengan privat sector yang interest terhadap lingkungan hidup. Untuk diawal project Yayasan Pekat akan bermitra dengan RARE sebagai mitra utamanya, sedangakan selanjutnya bermitra dengan Fakultas Pertanian Universitas Graha Nusantara (FP-UGN). Dan dengan Pemerintah Desa, Pemerintah Kecamatan, BBKSDA Sumut dan BAPPEDA Kabupaten Tapanuli Selatan, begitu juga dengan perorangan, seperti Bpk. Sohibul Anshori Siregar, MA (Dosen Fisipol UMSU), Rondang S. Siregar (Ex-Project Manager Batang Toru-CII), dan Bamus Harajaoan Luat Marancar NAMA MITRA PERAN YANG DIHARAPKAN RARE Yayasan Pekat Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Dinas Kehutanan dan Perkebunan (DISHUTBUN) Kabupaten Tapanuli Selatan Dinas Pertanian dan Peternakan (DISTANAK) Kabupaten Tapanuli Selatan Dana dan supervisi Pendampingan selama Persiapan, Pelaksanaan dan pasca program kelompok UBSP dan Seri pendidikan Menyediakan ahli dibidang konservasi, pemberi informasi tentang konservasi, melakukan monitoring kawasan Menyediakan bantuan bibit tanaman kayu bakar Menyediakan tenaga penyuluh dan pelatih pertanian

12 Kelompok Tani Kepala Desa Tokoh Adat dan agama Membantu persiapan dan pelaksanaan program Membantu menyediakan lahan untuk pelatihan, ruang pertemuan untuk seri pendidikan atau diskusi, serta waktu dalam pelaksanaan program Membantu dalam mengumpulkan dan memberikan manfaat dan guna kelompok UBSP dengan seri pendidikannya 7.3. JADWAL PROYEK Yayasan Pekat akan menempatkan staff lapangan di desa target (live in) dan untuk pengurusan administrasi tetap berada di kantor Yayasan Pekat yang berada di Medan. Penempatan staf lapangan dimulai sejak September 200 s/d September 20. Diperkirakan September 20 ancaman Pembukaan hutan untuk lahan pertanian/perkebunan atau pemukiman dapat menurun dan berkembangnya kelompok usaha UBSP yang kuat serta lahirnya Kelompok UBSP Inti.

13 7.3.. JADWAL KEGIATAN PROYEK Tabel 7. Rencana Kegiatan Implementasi Kelompok UBSP September 200 s/d September 20 Langkah-langkah Pendidikan Motivasi Pendidikan Manajemen Organisasi UBSP Pelatihan Audit Safari Desa Pendokumentasian (Monev) bersama Time Table Tahun 200 Tahun Keterangan 6 kali dalam setahun 2 kali dalam setahun 2 kali dalam setahun 2 kali dalam setahun

14 7.4. PEMBIAYAAN PROJECT Tabel 7.2 Usulan Anggaran Dana Kampanye Pride Hutan Batang Toru, September 200 s/d September 20 No. Kegiatan item unit satuan Frekuensi USD 9500 A B Juli 2009-Juni 200 Fase Pertama RARE Y.Pekat Masyarakat Program Radio Fokus Group Diskusi Beli Kaset Mini Set 5, ,000 Beli Kaset DVD/CD paket 2 50, , ,000 Beli Kaset DVD Comcoder set 60 45,000,350,000,350,000 Biaya Edit Radio paket 48 50,000,200,000,200,000 Biaya Edit Video paket 4 250, , ,000 Biaya Cetak Kupon Mandiri Radio rim 0 500,000 2,500,000 2,500,000 Ruang Pertemuan Kampung Paket 2 50,000,800,000 6,450,000 6,750,000,800,000 Pengembangan Petani Cetak Lembar Fakta Rim 600, ,600,000 3,600,000 Cetak Poster Rim 4,750,000 3,500,000 3,500,000 Cetak Spanduk Kedai Paket 60 00,000 3,000,000 3,000,000 Cetak Papan Nama Kelompok paket 6 00, ,000 Cetak T.Shirt Potong 50 45,000 3,375,000 3,375,000 Cetak Brosur Rim 5 500,000,250,000,250,000

15 Cetak Pin/lencana set 00 Ruang Pertemuan Kampung Paket ATK Paket 3,500 50,000 50, , , ,000,800,000 C 5,625,000 6,575,000,800,000 Festival Hijau Marancar Sewa Tempat/Teratak Unit 6 350,000,050,000,050,000 Sewa Kursi Unit 250, ,000 Biaya Transportasi Kelompok UBSP Paket 6 300, , ,000 Sewa Sound System + panggung Paket,500, , ,000 Cetak Spanduk Kegiatan Potong 0 50,000,500,000 Biaya Acara Hiburan paket 5 500,000 2,500,000 D Pendidikan Motivasi Honor Narasumber Konsumsi Sewa Tempat Pertemuan orang Paket Paket 6,700,000 2,700, , , ,000,000 50, ,000 50, ,000 3,000, , ,000 E Pelatihan Manajemen Organisasi UBSP Honor Narasumber Biaya Transportasi Narasumber Sewa Gedung pertemuan Sewa Tempat Tinggal Pertemuan orang orang Unit kamar,000,000,000, , , ,000,800, , , ,000 2,400,000 2,400,000

16 G Konsumsi orang 20 50,000,500,000,500,000 Biaya Fotocopy bahan materi pelatihan exp 20 75, , ,000 Biaya Transportasi Peserta orang 5 50,000 2,250,000 9,450,000 6,200,000 Pelatihan Audit Sewa Tempat/Rumah Hari 50,000 Fee Fasilitator Orang,000,000,000,000 Konsumsi Pertemuan Paket 500, ,000 ATK Paket 50,000 50,000 Stationary/meeting kits Paket 2 75, , ,000 50,000 - H Pendokumentasian (Pembelajaran yang terbaik dalam Project) Mothly Meeting Paket 2 Workshop Pendokumentasian Rental/sewa Motor Sewa Tempat/Rumah Konsumsi Pertemuan ATK Unit Hari Paket Paket 500, ,000,000 2,00, ,000 50, , ,000 50, ,000,000,000,000,000 50,000 50,000 I Safari Desa; antar desa-antar kelompok Rental/Sewa Mobil Konsumsi Unit Paket 2,50,000,400, , ,000 4,400,000,400,000 00, ,000,000

17 L Biaya Operasional & Kantor Honor Administrasi & keuangan Honor Field Staff Biaya Transportasi ATK orang orang Paket Paket 3,400,000,400,000 3,250, ,500,000 9,500,000 2,200, ,200,000 3,200,000 2,000, ,000,000 2,000, ,000 2,800,000,800,000 46,500,000 46,500, Total Jumlah (Rp) Jumlah Yang Diajukan (Rp) Jumlah Yang Diajukan (USD) 95,375,000 82,875,000 5,325,000 95,375,000 0,039

18 7.5. PENILAIAN DAMPAK DAN RESIKO Program Kelompok Usaha Bersama Simpan Pinjam sangat mungkin merealisasi dampak konservasi. Aktivitas masyarakat secara bertahap akan beralih di kebun atau sawah yang telah tersedia, pemanfaatan lahan yang sudah ada dengan menambah jenis tanaman produktif, seperti tanaman karet, pohon nira, dan meningkatkan budidaya ikan air tawar akan dilakukan di kebun sehingga intensitas masyarakat ke hutan untuk membuka hutan bagi perluasan ladang, atau mengambil kayu bakar menurun. Jika ini terjadi secara berkelanjutan, maka hutan yang menjadi habitat orangutan sumatera (pongo abelii) akan terselamatkan. Namun demikian proses ini akan mulai terjadi pada tahun ke 3. Untuk tahun pertama dan kedua lebih kepada pembentukan kelompok dan pengembangan kekuatan social capital di kalangan petani pelaku perambahan liar. Strategi yang akan diterapkan adalah dengan mengembangkan lembaga ekonomi Usaha Bersama Simpan Pinjam sebagai alternatif sumber ekonomi dan pendidikan yang berorientasi konservasi dan lingkungan hidup. Strategi ini didasarkan pada survey kualitatif yang telah dilakukan bahwa pengetahuan terhadap manfaat dan bahaya kerusakan hutan di tengah masyarakat umumnya memahami, namun kondisi tetap terjadi perambahan hutan. Dari data survey yang diperoleh 40% (54 orang) petani di 4 desa target merupakan pelaku pembuka hutan untuk memperluas lahan pertanian atau perkebunan, dan diharapkan dalam tahun pertama akan menurun menjadi 25% (96 orang) ikut dalam kelompok UBSP dan hal ini menurunkan pelaku pembukaan hutan. Untuk mendukung pencapaian strategi biogas tersebut, pada bulan Juli 2009 mulai diinisiasi kerjasama dengan berbagai pihak, terutama dengan Dinas Pertanian dan Peternakan. Tujuan dampak konservasi dapat bertahan dalam jangka panjang karena ketika kebutuhan ekonomi telah terpenuhi di UBSP dan kebun sendiri, maka masyarakat akan merasakan manfaat dari UBSPdengan pendidikan yang berorientasi kepada konservasi dan lingkungan.

19 Faktor-faktor Resiko Konsekuensi Strategi Mitigasi Pemerintah mengabaikan konsep-konsep yang dibuat oleh masyarakat; seperti Peraturan Desa (Perdes) Beberapa Masyarakat menolak untuk berhenti membuka kawasan hutan untuk perkebunan Anggota masyarakat tidak mau tergabung dalam UBSP karena kuatir atas aturan yang mengikat Kebijakan /Program pemerintah tidak sejalan dengan kaidah konservasi Kegiatan eksploitasi masih terus berlangsung yang akan mengancam kondisi kawasan Kegiatan pembukaan hutan dan kekurangan ekonomi ditengah-tengah masyarakat tetap berlangsung dan perilaku merugikan sumberdaya alam di desa tetap tidak terjaga dan mengakibatkan bencana ekologi Memastikan dukungan publik yang meluas bagi kampanye melalui kampanye Pride yang menekankan perntingnya dukungan terhadap aksi yang dilakukan oleh masyarakat Strategi ini (dan petisi yang akan merupakan hasil dari strategi tersebut) akan membuat desakan penting terhadap staf pemerintah untuk mengeluarkan ijin. Melobi pemimpin-pemimpin politis kunci yang cenderung mudah menerima aktifitas lingkungan hidup dan mendorong mereka untuk menggerakkan rencana tersebut melalui proses legislative. Berkolaborasi dengan aparat desa dan lembaga-lembaga adat untuk mendorong membuat peraturan di tingkat desa ( Perdes) serta membengkitan kearifan-kearifan local yang pernah berlaku sebagai jalan terakhir. Melobi tokoh-tokoh adat, agama dan pemuda yang cenderung mudah menerima program UBSP dengan seri pendidikannya. Mengajak para tokoh adat, agama, dan pemuda untuk berkunjung ke salah satu desa di Sumatera Utara yang telah menjalankan program kelompok UBSP dan seri pendidikannya.

6.1. Tinjauan Kritikal

6.1. Tinjauan Kritikal 6. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritikal memberikan kesempatan untuk melihat hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan dan di bagian mana perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

5. HASIL KAMPANYE. Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu:

5. HASIL KAMPANYE. Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu: 5. HASIL KAMPANYE Strategi pemantauan Rencana Proyek memiliki 5 tujuan utama, yaitu: Mengukur paparan terhadap kegiatan-kegiatan kampanye Pride di kalangan segmen khalayak sasaran utama kampanye, yaitu:

Lebih terperinci

Nama lokasi penerapan BR (dari jumlah total target desa wilayah kerja) Nama Lembaga/Nama Manajer Kampanye: Nama Mitra Penyingkir Halangan

Nama lokasi penerapan BR (dari jumlah total target desa wilayah kerja) Nama Lembaga/Nama Manajer Kampanye: Nama Mitra Penyingkir Halangan Nama Lokasi Kampanye: Nama lokasi penerapan BR (dari jumlah total target desa wilayah kerja) Nama Lembaga/Nama Manajer Kampanye: Nama Mitra Penyingkir Halangan Tahapan BR yang terselesaikan (sesuai amendemen

Lebih terperinci

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU

RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi

Lebih terperinci

2. MODEL KONSEP RINGKASAN KREATIF Ringkasan Kreatif : Petani Pesan Kampanye... 23

2. MODEL KONSEP RINGKASAN KREATIF Ringkasan Kreatif : Petani Pesan Kampanye... 23 Daftar Isi Daftar Isi... iii Daftar Tabel... v Daftar Gambar & Foto... vii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 FORMULA TEORI PERUBAHAN... 2 1. LATAR BELAKANG KAWASAN... 5 1.1. FOKUS KEANEKARAGAMAN HAYATI KAWASAN

Lebih terperinci

STRATEGI TINDAK LANJUT

STRATEGI TINDAK LANJUT VII. STRATEGI TINDAK LANJUT Pendahuluan Kampanye tahap pertama yang dilakukan di Kompleks hutan rawa gambut Sungai Putri baru saja berakhir Juli 2010 lalu. Beberapa capaian yang dicatat dari kampaye tersebut:

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk membangun,

Lebih terperinci

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal

Rencana Aksi Rencana Pemantauan Risiko Kunci. Mitra Ukuran Metode Target Frekuen si BBTNGL, FFI, UNESCO, KSM Lokal 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk menghentikan kawasan hutan dan memelihara area hutan Taman Nasional Gunung Leuser Wilayah SPTN VI Besita

Lebih terperinci

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk

Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 3,5%) Pengetahuan Positif terbentuk. 50% (meningkat dari 13,9%) Pengetahuan Positif terbentuk RENCANA PEMANTAUAN Rencana Pemantauan yang baik akan membantu kita secara akurat dan tepercaya menilai dampak intervensi proyek kita untuk menentukan apakah proyek telah mencapai tujuan dan sasarannya,

Lebih terperinci

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan

G. Tindak Lanjut. Pendahuluan G. Tindak Lanjut Pendahuluan Program Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon telah menunjukkan hasil yang positif, dalam mencapai perubahan perilaku maupun dampak konservasi, sebagai contoh terdapat

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1. Tahap Perencanaan, yang dilaksanakan pada bulan September 2006 Februari 2007, dilaksanakan di Aceh

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS

BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS BAB VIII RANCANGAN PROGRAM STRATEGIS 8.1. Rancangan Program Peningkatan Peran LSM dalam Program PHBM Peran LSM dalam pelaksanaan program PHBM belum sepenuhnya diikuti dengan terciptanya suatu sistem penilaian

Lebih terperinci

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010

: Yayasan Orangutan Sumatera - Orangutan Information Centre. LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Yayasan Orangutan Sumatera Lestari - Orangutan Information Centre 2010 LAPORAN TAHAPAN PELAKSANAAN STRATEGI PENYINGKIR HALANGAN Periode Juli 2009 Februari 2010 Program Coordinator : Pride Campaign Manager

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PERLINDUNGAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC CURRICULUM VITAE WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC 1 Jabatan Peneliti Peneliti Madya 2 Kepakaran Konservasi Sumberdaya Hutan 3 E-mail wkuswan@yahoo.com 4 Riwayat Pendidikan S1 : Jurusan Konservasi Sumberdaya

Lebih terperinci

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye

17.0 PESAN KAMPANYE Strategi pembuatan pesan Pesan-pesan Inti dan Slogan-slogan. G. Strategi Kampanye 17.0 PESAN KAMPANYE 17.1 Strategi pembuatan pesan Strategi pembuatan pesan bagi petani dan masyarakat akan membantu memandu semua pesan yang dirancang agar dapat mencapai sasaran kampanye kami. Strategi-strategi

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG RINCIAN URUSAN DAERAH 1. Inventarisasi Hutan - 130-27. BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam wilayah daerah. 2. Penunjukan,,, Pelestarian Alam, Suaka Alam dan Taman Buru

Lebih terperinci

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI

LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI LAPORAN PERKEMBANGAN BROP KEBUN ENERGI Istiyarto Ismu Manager Kampanye Bali Barat Pengantar Strategi penyingkir halangan yang diterapkan oleh Yayasan Seka dalam rangka penyelamatan habitat Jalak Bali (Leucopsar

Lebih terperinci

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN

AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN LAMPIRAN XXVII PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR : Tahun 2010 TANGGAL : Juli 2010 AA. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URUSAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K

PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KAPASITAS BP3K PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 ii KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH - 140 - AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN 1. Inventarisasi Hutan 1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam daerah. 2. Penunjukan Kawasan Hutan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan menurut fungsi pokoknya dibagi menjadi tiga yaitu hutan konservasi, hutan lindung dan hutan produksi (Dephut, 2009). Hutan konservasi sendiri didefinisikan kawasan

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan

BIDANG KEHUTANAN. SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan BB. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN KABUPATEN OKU 1. Inventarisasi Hutan 2. Pengukuhan Produksi, Hutan Lindung, Kawasan Suaka Alam dan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan Daerah Kabupaten Berau Nomor 3 Tahun 2004 tentang Tata Ruang Wilayah Berau tahun 2001 2011 tanggal 29 Mei 2004, telah menetapkan secara khusus kawasan alokasi

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN C. BIDANG KEHUTANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Inventarisasi Hutan Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala Daerah Aliran Sungai (DAS) dalam wilayah daerah.

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010

LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 LAPORAN KEMAJUAN BROP DI TAMAN NASIONAL UJUNG KULON Labuan, Pebruari 2010 A. Latar Belakang Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) yang terletak di Semenanjung kepala burung di ujung Barat Pulau Jawa (Provinsi

Lebih terperinci

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan

PENDAHULUAN. Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove yang terluas di dunia. Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang didominasi oleh beberapa jenis pohon bakau yang mampu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.43/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2017 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI SEKITAR KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

I. PENDAHULUAN. Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata secara luas adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata telah menjadi bagian

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 92 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 15 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian Penyuluh pertanian adalah orang yang mengemban tugas memberi dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan cara hidupnya yang lama dengan

Lebih terperinci

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya

Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Terms Of Reference Round Table Discussion 1 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya Latar Belakang Tripa merupakan hutan rawa gambut yang luasnya sekitar 61.000 ha, terletak di pantai barat

Lebih terperinci

BAB VI F. ANALISA KRITIS

BAB VI F. ANALISA KRITIS BAB VI F. ANALISA KRITIS Bab Analisa Kritis ini akan mengulas hal-hal yang telah berjalan dengan baik pada saat tahap-tahap perencanaan dan pelaksanaan serta dibagian mana perbaikan-perbaikan dapat dilakukan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberadaan burung pemangsa (raptor) memiliki peranan yang sangat penting dalam suatu ekosistem. Posisinya sebagai pemangsa tingkat puncak (top predator) dalam ekosistem

Lebih terperinci

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut :

IKHTISAR EKSEKUTIF. Hasil Rekapitulasi Pencapain kinerja sasaran pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : IKHTISAR EKSEKUTIF Sistem AKIP/LAKIP Kabupaten Sukabumi adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja Pemerintah Kabupaten Sukabumi sebagai salah satu bentuk pertanggungjawaban yang baik, transparan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada 22 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Penyuluh Pertanian Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada petani beserta keluarganya yang hidup di pedesaan dengan

Lebih terperinci

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG

AA. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. Inventarisasi Hutan SUB BIDANG - 563 - AA. PEMBAGIAN URUSAN AN KEHUTANAN PROVINSI 1. Inventarisasi Hutan prosedur, dan kriteria inventarisasi hutan, dan inventarisasi hutan kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, taman buru dan

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Adaptasi & Ketangguhan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul : Jenis Kegiatan : Adaptasi dan Ketangguhan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemiskinan di Indonesia merupakan masalah pokok nasional yang penanggulangannya tidak dapat ditunda dan harus menjadi pioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat.

Lebih terperinci

kelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan

kelimpahan air dalam jangka pendek. Tetapi jika hal tersebut tidak dilakukan maka sumber air yang ada saat ini tidak mampu mendukung kehidupan VI. PEMBAHASAN Hasil kegiatan kampanye Pride di Kawasan Potorono-Gunung Sumbing merupakan rangkaian kegiatan mulai perencanaan dengan mengetahui masalah, mencari solusi, memetakan kekuatan dan kekurangan

Lebih terperinci

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Judul Pelaksana Fokus Area Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh) Mitigasi Berbasis Lahan Kerangka Presentasi

Lebih terperinci

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan

Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan Setelah sesi ini, peserta diharapkan dapat mengerti dengan baik tentang kegiatan, pendekatan, dan persyaratan yang ada pada Jendela-2: Pengelolaan Sumber Daya Alam Berbasis Masyarakat (PSDABM) dari Proyek

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kemitraan merupakan kerjasama antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan usaha dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan,

Lebih terperinci

Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan

Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan - 1 - Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pacitan Dinas Kehutanan dan Perkebunan adalah unsur pelaksana Pemerintah Kabupaten di bidang Kehutanan dan Perkebunan serta mempunyai

Lebih terperinci

F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek

F. Analisa Kritikal. Tinjauan Kritikal. Tinjauan terhadap Proses Perencanaan Proyek F. Analisa Kritikal Tinjauan Kritikal Kampanye Pride di Taman Nasional Ujung Kulon mengalami berbagai dinamika dilapangan, yang memerlukan proses adaftif manajemen terhadap sumberdaya dan penyesuaian metode

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT

PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PENGUKURAN KINERJA PRIORITAS KEEMPAT PROGRAM KEGIATAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET REALISASI PRIORITAS IV : MENGEMBANGKAN DAN MEMPERKUAT EKONOMI DAERAH YANG DIKELOLA BERDASARKAN KOMODITAS UNGGULAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumber daya yang sangat penting untuk menunjang segala kebutuhan hidup semua mahluk hidup. Sehingga dalam pengelolaannya, lahan tersebut harus sesuai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275

PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PEMERINTAH KABUPATEN CIANJUR KECAMATAN CIDAUN DESA NEGLASARI Jl. Negla No. Neglasari Cidaun 43275 PERATURAN DESA NEGLASARI NOMOR : 04/Perdes-NS/IV/2003 Tentang PERAN SERTA MASYARAKAT DESA DALAM MENJAGA

Lebih terperinci

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA KABUPATEN DELI SERDANG Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA Sumber: Inovasi Kabupaten di Indonesia, Seri Pendokumentasian Best Practices, BKKSI, 2008

Lebih terperinci

G. RENCANA TINDAK LANJUT

G. RENCANA TINDAK LANJUT BAB VII G. RENCANA TINDAK LANJUT Rencana Tindak Lanjut Kampanye adalah strategi yang diartikulasikan dengan jelas dari langkah-langkah yang perlu diterapkan oleh lembaga mitra dalam periode 1-3 tahun untuk

Lebih terperinci

BAB III Tahapan Pendampingan KTH

BAB III Tahapan Pendampingan KTH BAB III Tahapan Pendampingan KTH Teknik Pendampingan KTH 15 Pelaksanaan kegiatan pendampingan KTH sangat tergantung pada kondisi KTH, kebutuhan dan permasalahan riil yang dihadapi oleh KTH dalam melaksanakan

Lebih terperinci

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP

Ikhtisar Eksekutif TUJUAN PEMBANGUNAN LINGKUNGAN HIDUP Ikhtisar Eksekutif Pembangunan sistem administrasi modern yang andal, professional, partisipatif serta tanggap terhadap aspirasi masyarakat, merupakan kunci sukses menuju manajemen pemerintahan dan pembangunan

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PETANI-NELAYAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN

V. PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PETANI-NELAYAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN V. PENGEMBANGAN WIRAUSAHA PETANI-NELAYAN DAN KESADARAN LINGKUNGAN A. Karya Wirausaha Petani-Nelayan 1. Pengertian Karya Wirausaha petani-nelayan adalah kegiatan yang mengekspose keberhasilan petani-nelayan

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS &

Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & Judul Pelaksana Fokus Area Konservasi Hutan Berbasis Masyarakat dan Mitigasi Perubahan Iklim di Bentang Alam Kerinci Seblat Konsorsium Perkumpulan WALESTRA (WALESTRA, ICS & CFES) Mitigasi Berbasis Lahan

Lebih terperinci

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan

19.0 TEORI PERUBAHAN. H. Teori Perubahan 19.0 TEORI PERUBAHAN H. Teori Perubahan Penjelasan Mengenai Teori Perubahan (maksimum 175 kata) Untuk mempertahankan keberadaan Hutan Geumpang sebagian Kawasan Blang Raweu, suatu kawasan yang kaya akan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1 1. PENDAHULUAN Program TFCA- Sumatera merupakan program hibah bagi khususnya LSM dan Perguruan Tinggi di Indonesia

Lebih terperinci

PROFIL TOKOH. Berikut adalah hasil wawancara tim redaksi :

PROFIL TOKOH. Berikut adalah hasil wawancara tim redaksi : PROFIL TOKOH Ully Sigar Rusady merupakan salah satu tokoh yang peduli terhadap permasalahan lingkungan hidup. Ully Sigar Rusady lahir di Garut pada tanggal 4 Januari 1952. Pekerjaan dan pengalaman Ully

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN

MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN MATRIK PEMANGKU KEPENTINGAN # Peserta/ Pemangku kean Nama, posisi, dan rincian kontak peserta Isu-isu Kunci Sumbangan Potensial Motivasi untuk Hadir Konsekuensi Tidak Mengundang 1 10 Kepala Desa Kamirudin,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO JAYAPURA NOMOR : 03/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT

Lebih terperinci

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN

UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYULUHAN KEHUTANAN Oleh : Pudji Muljono Adanya Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan disambut gembira oleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT YEI/SIT MERAUKE NOMOR 03/KPTS DPAY/09/95

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT YEI/SIT MERAUKE NOMOR 03/KPTS DPAY/09/95 KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT YEI/SIT MERAUKE NOMOR 03/KPTS DPAY/09/95 TENTANG PEMBANGUNAN, HAK MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP MUSYAWARAH PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT

Lebih terperinci

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI Dalam rangka mendapatkan strategi pengembangan KBU PKBM Mitra Mandiri dalam upaya pemberdayaan masyarakat, sebagaimana tujuan dari kajian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2010 TENTANG BENTUK DAN TATA CARA PERAN MASYARAKAT DALAM PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM

VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS LMDH DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM VII. RANCANGAN PROGRAM PENGUATAN KAPASITAS DAN PENINGKATAN EFEKTIVITAS PHBM 107 7.1 Latar Belakang Rancangan Program Guna menjawab permasalahan pokok kajian ini yaitu bagaimana strategi yang dapat menguatkan

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan PENGANTAR Latar Belakang Pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang berkelanjutan merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan baku industri; memperluas lapangan kerja

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang

Lebih terperinci

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN

BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN BAB V SISTEM DAN IMPLEMENTASI KONTROL PROGRAM RASKIN 5.1. Deskripsi Program Beras Untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) 5.1.1. Prinsip Pengelolaan Raskin Prinsip pengelolaan Beras untuk Rumah Tangga Miskin

Lebih terperinci

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN,

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyuluh Kehutanan. Swasta. Swadaya Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/MENHUT-II/2012 TENTANG PENYULUH

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam seperti air, udara, lahan, minyak, ikan, hutan dan lain - lain merupakan sumberdaya yang esensial bagi kelangsungan hidup manusia. Penurunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumberdaya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK)

BAB I PENDAHULUAN. Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK) atau Support for Poor and Disadvantaged Area (SPADA) merupakan salah satu program dari pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG GERAKAN MEMBANGUN DESA MANGGATANG UTUS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MURUNG RAYA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan pelampung di sisi atasnya dan pemberat

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 058 TAHUN 2017 TENTANG TRANSFORMASI PERPUSTAKAAN DI PROVINSI KALIMANTAN SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN, Menimbang: Mengingat:

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung.

PENDAHULUAN. berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan mempunyai peranan yang sangat penting bagi kehidupan,yaitu berupa manfaat langsung yang dirasakan dan manfaat yang tidak langsung. Manfaat hutan tersebut boleh dirasakan

Lebih terperinci