INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI BOGOR. Oleh: ISMAYANTI SOLEHA G

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI BOGOR. Oleh: ISMAYANTI SOLEHA G"

Transkripsi

1 INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI BOGOR Oleh: ISMAYANTI SOLEHA G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

2 ABSTRAK ISMAYANTI SOLEHA. Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor. Dibimbing oleh TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN. Organisme ektoparasit yaitu organisme yang hidup di permukaan tubuh inangnya, menghisap darah atau memakan rambut, kulit, atau sekresi kulit. Ahli parasit reptilia menemukan tempat perkembangbiakan ektoparasit pada reptilia, namun informasi mengenai tungau ektoparasit pada anggota reptilia khususnya cicak di Indonesia belum ada. Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak di wilayah Bogor. Cicak dikoleksi di wilayah Bogor Tengah dan Bogor Barat dengan menggunakan metode road sampling. Tungau ektoparasit diambil menggunakan sonde kemudian diawetkan dalam alkohol 70%. Pembuatan preparat tungau menggunakan metode sediaan utuh dan preparat tungau dijernihkan di laktofenol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tungau ektoparasit melekat di bagian kepala, ketiak, jari depan, dan belakang, pangkal paha, ekor badan dan telinga cicak Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus, dan Hemidactylus garnotii. Tungau tersebut berwarna jingga tua ketika ditemukan di beberapa bagian tubuh cicak. Ciri dari tungau tersebut yaitu memiliki skutum dorsal tubuh dan banyak rambutrambut pendek di bagian dorsal tubuh.tungau tersebut termasuk dalam Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia. Infestasi tungau tertinggi pada C. platyurus yaitu di bagian telinga (49 tungau), sedangkan pada H. frenatus (191 tungau) dan H. garnotii (10 tungau) adalah di jari belakang. Nilai tertinggi rataan infestasi tungau tiap cicak ada pada H. frenatus (18.2). ABSTRACT ISMAYANTI SOLEHA. Inventarisation and Identification of Ectoparasites Mites in Gecko at Bogor. Surprised by TARUNI SRI PRAWASTI dan RIKA RAFFIUDIN. Ectoparasites live on the surface of the body of their host, suck blood or feed upon hair, feathers, skin, or secretions of the skin. Parasitologist found many ectoparasites in reptil. However, there is no information about ectoparasites mites in geckos from Indonesia. This research was the first report of ectoparasites mites from Indonesia. The aims of this research were to invent and to identify the ectoparasites mites in geckos at Bogor. Geckos were collected in west and central Bogor by using road sampling method. Ectoparasites mites were collected with needle and fixed in 70% ethanol. Preparation mites with whole mount methode and clearing in lacthophenol. The results showed that ectoparasites mites infested gecko Cosymbotus platyurus, Hemidactylus frenatus and Hemidactylus garnotii in head, axilla, fore and hind finger, groin, tail, body, and ear. The hair and all body parts of the mites are orange when it is found at several parts of gecko body. It has dorsal scute and the dorsal region covered with numerous shorter hairs. The mites is include in Pterygosomatidae Family in the Genus Geckobia. The highest number mites were infested in C. platyurus at ear, while at hindfinger in H. frenatus and H. garnotii. The highest mean of infestation mites per geckos is it at H. frenatus (18.2).

3 INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI BOGOR Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: Ismayanti Soleha G DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

4 Judul : Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor Nama : Ismayanti Soleha NRP : G Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Dra. Taruni Sri Prawasti Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. NIP NIP Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, M.S. NIP Tanggal Lulus:

5 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT. atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari sampai dengan Juni 2006 ini ialah ektoparasit, dengan judul Inventarisasi dan Identifikasi Tungau Ektoparasit pada Cicak di Bogor. Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Taruni Sri Prawasti dan Ibu Dr. Ir. Rika Raffiudin, M.Si. sebagai pembimbing, serta Ibu Nina Ratna Djuita, M.Si. yang telah banyak memberi masukan dan saran. Disamping itu panghargaan penulis sampaikan kepada Dr. Michel Bertrand yang telah meluangkan waktunya untuk melakukan verifikasi contoh tungau hasil penelitian ini. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Bambang Suryobroto, Bapak Ahmad Farajallah, serta dosen dan pegawai di Laboratorium Zoologi; Ibu Tini sebagai laboran bagian mikroteknik Zoologi, beserta para pegawai lainnya; teman-teman di Biologi: Basuki, Erlangga, Aditya, Haris, Firmansyah, Dzulfikar, Bintar, Apriani, Apri, Nden Mba Kanthi, Mba Ati, Pak Krey, Kak Rulli, Kak Wete, Kak Berry; sahabat-sahabatku: Muji, Nur, dan Gucha; serta seluruh staf dan pegawai Departemen Biologi yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda, Ibunda, Dedi, Nana, Kiki, Lia, Om Hendra serta seluruh keluarga atas segala dukungan, doa, dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat. Bogor, Agustus 2006 Ismayanti Soleha

6 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 10 Mei 1984 dari ayah R. Tatang Suryana dan Ibu Imas Suarsih. Penulis merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Tahun 2002 penulis lulus dari SMU Negeri 6 Bogor dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB. Penulis memilih Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam untuk melanjutkan studi di Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Biologi periode sebagai ketua bidang Paguyuban Mahasiswa Biologi (PAMABI) dan anggota bidang Tanaman Hias Bio World. Pada tahun 2004 penulis melakukan studi lapangan di Taman Wisata Alam Situ Gunung Sukabumi, dengan judul Keragaman Herpetofauna di Taman Wisata Alam Situ Gunung Sukabumi Jawa Barat. Pada tahun 2005 penulis melakukan praktik lapangan di PT. Bio Farma (Persero) di Bandung, dengan judul Uji Pyrogen Untuk Sediaan Injeksi di PT. Bio Farma (Persero) Bandung. Pada tahun ajaran 2005/2006 penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi Dasar TPB dan Histologi Umum.

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 Waktu dan Tempat... 1 BAHAN DAN METODE... 1 Alat dan Bahan... 1 Metode... 1 Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit... 1 Inventarisasi Tungau Ektoparasit... 1 Pembuatan Preparat Tungau... 1 Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit... 2 HASIL... 2 Identifikasi Cicak... 2 Inventarisasi Tungau yang Menginfentasi Cicak... 3 Identifikasi Tungau Ektoparasit... 3 PEMBAHASAN... 5 Taksonomi Tungau Geckobia... 5 Inang Tungau Geckobia... 5 Biogeografi Tungau Geckobia... 6 PenyebaranTungau Geckobia pada Inang... 6 Tungau yang Tidak Dapat Diidentifikasi... 7 SIMPULAN... 7 SARAN... 7 DAFTAR PUSTAKA... 7 LAMPIRAN... 9 vi

8 DAFTAR TABEL Halaman 1 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) yang dikoleksi Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) yang terinfestasi dan tidak ditemukan tungau Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) pada kepala (a), ketiak (b), jari depan (c), jari belakang (d), pangkal paha (e), ekor (f), badan (g), dan telinga (h) cicak Perbandingan ciri G. glebosum dan G. gleadoviana... 6 DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Spesies cicak yang ditangkap. a: C. platyurus; b: H. frenatus; c: H. garnotii Jari cicak. a: Cosymbotus; b: Hemidactylus Tungau Geckobia. a: Bagian-bagian tubuh (tampak dorsal, skala=0.1 mm); b&c: gnathosoma; d: tungkai Iⅈ e: segmen tungkai IV; f: genital tanpa acetabula; g: seta; h: skutum dorsal tubuh. Perbesaran 10x10 (d,e,g,h); Perbesaran 10x40 (b&c); Perbesaran 10x 100 (f) Tungau ektoparasit pada cicak. a, b, c: tungau Geckobia. d: spesimen A; e: spesimen B. a&d: inang C. platyurus; b&e: Inang H. frenatus; c: Inang H. garnotii. (skala= 0.1 mm) vii

9 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Peta pengambilan contoh cicak di wilayah Bogor Tengah dan Bogor Barat Kunci identifikasi genus dari Famili Gekkonidae (Boulenger 1912) Kunci identifikasi spesies dari Famili Gekkonidae di wilayah Bogor (Saepudin 2004) Inventarisasi tungau pada cicak C. platyurus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau Inventarisasi tungau pada cicak H. frenatus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau Inventarisasi tungau pada cicak H. garnotii sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan Preparat tungau Kunci identifikasi Subordo Actinedida (Krantz 1978) Kunci identifikasi Famili Pterygosomatidae (Krantz 1978) Kunci identifikasi Genus Geckobia (Lawrence 1935) Tungau G. glebosum (Bertrand et al. 1999) viii ix

10 PENDAHULUAN Latar Belakang Kehidupan tiap organisme dipengaruhi oleh kehidupan organisme lain, sehingga membentuk hubungan di antara keduanya. Menurut Goin dan Goin (1970), simbiosis adalah interaksi antara dua jenis organisme yang hidup bersama-sama. Simbiosis ini ada yang bersifat parasitisme, yaitu organisme yang satu diuntungkan sedangkan organisme lainnya dirugikan. Jika organisme parasit hidup pada permukaan inangnya, menghisap darah atau mencari makan pada rambut, bulu, kulit, atau sekresi kulit, maka disebut sebagai ektoparasit (Chandler & Read 1961). Ahli parasit reptilia menemukan parasit di bagian internal dan eksternal hewan tersebut (Goin & Goin 1970). Namun informasi mengenai ektoparasit pada cicak masih sangat sedikit. Saepudin (2004) menyatakan bahwa di wilayah Bogor dan sekitarnya terdapat enam spesies cicak dan satu spesies tokek. Spesies cicak tersebut adalah Hemidactylus frenatus, Hemidactylus garnotii, Cosymbotus platyurus, Gehyra mutilata, Cyrtodactylus fumosus, dan Cyrtodactylus marmoratus, sedangkan spesies tokek adalah Gecko gecko. Menurut Walter dan Proctor (1999) parasit yang ditemukan pada reptil teresterial adalah tungau. Tungau termasuk ke dalam kelas Arachnida, Subkelas Acari (Krantz 1978). Ciri umum dari subkelas ini yaitu mulut terletak tersendiri pada gnathosoma bagian anterior, podosoma bergabung dengan opisthosoma untuk membentuk idiosoma (Krantz 1978). Salah satu genus dari tungau yaitu Geckobia dilaporkan sebagai ektoparasit pada cicak Hemidactylus di Asia Tenggara (Krantz 1978). Rivera et al. (2003) menyatakan hal yang serupa bahwa Geckobia hemidactyli merupakan tungau ektoparasit pada H. mabouia dari Puerto Rico, yang ditemukan di sekitar ekor, ketiak, dan leher cicak tersebut. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi dan mengidentifikasi tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak di wilayah Bogor. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Juni Pengambilan contoh cicak dan tungau ektoparasit dilakukan di wilayah Bogor dan sekitarnya. Identifikasi cicak dan tungau dilakukan di Laboratorium Zoologi, Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. BAHAN DAN METODE Alat dan Bahan Objek penelitian ialah cicak dan tungau ektoparasitnya. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan preparat tungau yaitu alkohol, KOH 2%, laktofenol (larutan yang terdiri atas: akuades, gliserin, asam laktat, dan kristal fenol), minyak cengkeh, silol, entelan, dan akuades. Peralatan yang digunakan untuk penangkapan cicak yaitu ketapel, senapan plastik, kayu, kertas minyak, tali, botol, dan alat tulis. Peralatan yang digunakan untuk pembuatan preparat yaitu sonde, vial, pipet, kuas, kertas label, botol kaca, gelas objek, kaca penutup, kaca pembesar, mikroskop stereo, mikroskop cahaya, dan foto mikroskop. Metode Koleksi Cicak dan Tungau Ektoparasit. Cicak ditangkap di daerah Bogor Tengah dan Bogor Barat dengan metode Road sampling (Ratti & Garton 1996). Cicak ditangkap menggunakan senapan plastik atau kayu, kemudian bagian tubuhnya diinjeksi dengan alkohol 70%. Selanjutnya cicak diberi label berdasarkan wilayah penangkapan dan disimpan dalam botol yang berisi alkohol 70% untuk diawetkan. Tungau ektoparasit yang melekat pada bagian tubuh cicak (di kepala, ketiak, jari depan dan belakang, pangkal paha, ekor, badan, dan telinga), diambil dengan menggunakan sonde dan disimpan dalam vial yang berisi alkohol 70%. Inventarisasi Tungau Ektoparasit. Tungau dihitung dan dipisahkan berdasarkan tempat penempelan pada tubuh cicak yaitu, di kepala, ketiak, jari depan dan belakang, pangkal paha, ekor, badan, dan telinga. Pembuatan Preparat Tungau. Tungau ektoparasit yang telah dikoleksi, dibuat preparat dengan menggunakan metode sediaan utuh. Tungau yang telah diawetkan dalam alkohol 70% selanjutnya direndam kembali dengan alkohol 50% dan 30% masing-masing selama satu menit. Kemudian tungau direndam dalam KOH 2% selama 30 menit untuk menipiskan lapisan kitin. Selanjutnya tungau dicuci dengan air dan didehidrasi dengan alkohol bertingkat berturut-turut 30, 50, 70, 95, dan 100% masing-masing sepuluh menit. Kemudian tungau dijernihkan dengan laktofenol selama 30 menit. Setelah itu tungau direndam dalam minyak cengkeh selama 15 menit untuk menjernihkan dan memberikan

11 2 ketegasan struktur tubuh tungau. Selanjutnya tungau direndam dalam silol selama 2x10 menit dan diletakkan pada gelas objek, kemudian ditutup dengan kaca penutup dengan perekat entelan. Identifikasi Cicak dan Tungau Ektoparasit. Cicak diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Boulenger (1912) hingga tingkat genus dan kunci identifikasi Saepudin (2004) hingga tingkat spesies. Tungau diidentifikasi menggunakan kunci identifikasi Krantz (1978) hingga tingkat famili dan Lawrence (1935) hingga tingkat genus. Spesimen tungau diverifikasi oleh Dr. Michel Bertrand di Univ. Montpellier 3, Perancis. HASIL Identifikasi Cicak. Sebanyak 121 ekor cicak berhasil dikoleksi yaitu di Bogor Tengah: Gunung Gede 39 ekor, Baranangsiang 8 ekor, Cilibende 3 ekor, Tegal Lega 5 ekor, Pasar Anyar 12 ekor, Pasar Bogor 22 ekor; Bogor Barat: Gunung Batu 16 ekor, Kampus Dramaga IPB 12 ekor, Babakan Raya 1 ekor, dan Babakan Tengah 3 ekor (Tabel 1, Lampiran 1). Berdasarkan koleksi tersebut diperoleh tiga spesies cicak yaitu C. platyurus (Gambar 1a) H. frenatus (Gambar 1b), dan H. garnotii (Gambar 1c) yang masing-masing berjumlah 89, 27, dan 5 ekor cicak. (Tabel 1). Tabel 1 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf) dan H. garnotii (Hg) yang dikoleksi. Wilayah Jumlah Cp Hf Hg Total Gn. Gede Baranang Siang Cilibende Tegal Lega Psr. Anyar Psr. Bogor Gn. Batu Kampus Dramaga IPB Babakan Raya Babakan Tengah Total Gambar 1 Spesies cicak yang ditangkap. a: C. platyurus; b: H. frenatus; c: H. garnotii. Ketiga spesies tersebut termasuk ke dalam Kelas Reptilia, Ordo Squamata, Subordo Lacertilia, dan Famili Gekkonidae. Genus Cosymbotus dan Hemidactylus keduanya memiliki jari melebar, bercakar (Lampiran 2), bagian ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan (Gambar 2a, b). Cicak C. platyurus memiliki lipatan kulit pada sisi tubuhnya mulai dari ketiak sampai dengan pangkal paha. Hal yang berbeda pada H. frenatus dan H. garnotii kedua cicak tersebut tidak memiliki lipatan kulit. Jika ada lipatan kulit pada sisi tubuhnya, maka bentuknya tidak jelas. Cicak H. frenatus memiliki jari tanpa selaput tapi kadang-kadang pada daerah proksimal antara jari ke-3 dan ke-4 terdapat sedikit selaput, ekor membulat, bagian dorsal ekor ditutupi dengan sisik kecil yang sangat halus dan enam sisik tuberkal. Jari H. garnotii tanpa selaput kecuali pada proksimal jari pertama, ekor pipih memanjang dengan sisi bergerigi (Lampiran 3). a lamela cakar tungau Gambar 2 Jari cicak. a: Cosymbotus; b: Hemidactylus (Perbesaran 10x). b

12 3 Inventarisasi Tungau yang Menginfestasi Cicak. Tungau ektoparasit yang menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii berwarna jingga tua pada saat ditemukan di beberapa bagian tubuh cicak. Tungau ditemukan di bagian kepala, ketiak, bagian ventral jari depan dan belakang, bagian ventral pangkal paha, ekor, badan, dan telinga. Sebanyak 56 cicak terinfestasi oleh tungau (Tabel 2 & 3). Cicak C. platyurus yang terinfestasi tungau sebanyak 29 ekor, pada cicak H. frenatus yang terinfestasi tungau sebanyak 23 ekor sedangkan pada cicak H. garnotii 3 ekor terinfestasi tungau (Tabel 2). Tabel 2 Jumlah cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) yang terinfestasi dan tidak ditemukan tungau. Jumlah Spesies Total Cicak Terinfestasi Tidak ditemukan tungau Cp Hf Hg Total Infestasi tungau terbanyak pada cicak C. platyurus ditemukan di telinga (49 tungau), sedangkan pada cicak H. frenatus (191 tungau) dan cicak H. garnotii (10 tungau) terdapat di jari belakang (Tabel 3). Nilai rataan tertinggi pada tungau yang menginfestasi tiap cicak terdapat pada cicak H. frenatus (18.2) (Tabel 3). Jumlah total tungau yang menginfestasi cicak adalah 535 tungau (Tabel 3). Setelah tahap pembuatan preparat, tungau yang dapat diidentifikasi sebanyak 351 tungau (Lampiran 4,5,6). Pada cicak C. Platyurus terdapat 49 tungau yang dapat diidentifikasi, sedangkan pada cicak H. frenatus terdapat 285 tungau yang dapat diidentifikasi, dan pada cicak H. garnotii terdapat 17 tungau yang dapat diidentifikasi (Lampiran 4,5,6). Identifikasi Tungau Ektoparasit. Sebanyak 349 tungau memiliki ciri-ciri sebagai berikut: terbagi atas 3 tagmata yaitu gnathosoma, podosoma, dan opisthosoma (Gambar 3a); gnathosoma terlihat jelas dan palpi berkembang baik, kecil dengan 3-5 segmen, terdapat penonjolan dan bercakar; stigmata terlihat jelas dari koksa II sampai gnathosoma, ada pula yang terletak di pangkal koksa I (Gambar 3b), dasar kelisera bebas dan tidak bergabung, peritremes sering muncul pada bentuk stigmata (Gambar 3c); jumlah tungkai 4 pasang, koksa bergabung dengan dinding tubuh bagian ventral, memiliki cakar sejati pada beberapa akhir tungkai, ada penonjolan empodial yang berbentuk menjari (rayed) dengan rambut-rambut yang berfungsi untuk melekat pada inang (tenent hairs) (Gambar 3d); tungkai berseta normal dan tanpa seta spinosa internal, setiap tungkai terdiri atas delapan segmen (Gambar 3e); memiliki organ podocephalic canal; opisthosoma umumnya tidak menunjukkan segmentasi; genital tanpa acetabula (Gambar 3f); seta pada tubuh dewasa dan nimfa jumlahnya relatif sedikit, umumnya tersusun secara transversal (Gambar 5g), seta pendek-pendek dan memiliki skutum dorsal (Gambar 5h). Merupakan spesies yang sedikit mengalami sklerotisasi; berwarna jingga tua semasa hidupnya; dimorfisme seksual sering tidak jelas. Berdasarkan deskripsi tersebut, sejumlah 349 tungau (Gambar 4a,b,c) termasuk dalam Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia (Lampiran 7,8,9). Tabel 3 Jumlah tungau yang menginfestasi cicak C. platyurus (Cp), H. frenatus (Hf), dan H. garnotii (Hg) pada kepala (a), ketiak (b), jari depan (c), jari belakang (d), pangkal paha (e), ekor (f), badan (g), dan telinga (h) cicak. Spesies Jumlah Jumlah total tungau yang terletak pada- Total Rataan cicak a b c d e f g h Cp Hf Hg Total

13 4 Tungkai I Gnathosoma Kelisera Podosoma Palpi bersegmen 3-5 Stigmata (b) Seta Ophisthosoma Dasar kelisera (a) Cakar pada tungkai I Alat sensori (C) Peritremes Empodial menjari dengan rambut-rambut yang berfungsi sebagai alat melekat pada inang. koksa (d) (f) koksa pretarsus trochanter 1 tarsus trochanter 2 femur genu tibia (g) (e) (h) Gambar 3 Tungau Geckobia. a: Bagian-bagian tubuh (tampak dorsal, skala=0.1 mm); b&c: gnathosoma; d: tungkai Iⅈ e: segmen tungkai IV; f: genital tanpa acetabula; g: seta; h: skutum dorsal tubuh. Perbesaran 10x10 (d,e,g,h); Perbesaran 40x10 (b&c); Perbesaran 100x10 (f).

14 5 a b c d e Gambar 4 Tungau ektoparasit pada cicak. a, b, c: tungau Geckobia. d: spesimen A; e: spesimen B. a&d: inang C. platyurus; b&e: Inang H. frenatus; c: Inang H. garnotii. (skala= 0.1 mm). Selain tungau genus Geckobia, pada penelitian ini juga ditemukan dua tungau dengan ciri yang sangat berbeda dari Geckobia. Kedua tungau tersebut yaitu spesimen A (inang C. platyurus, ditangkap di daerah Babakan Tengah, Gambar 4d ) dan spesimen B (inang H. frenatus, ditangkap di daerah Kampus Dramaga IPB, Gambar 4e). Kedua spesimen ini melekat pada jari belakang cicak tersebut. Spesimen A termasuk dalam ordo Acariformes dengan ciri koksa bergabung dengan dinding tubuh bagian ventral dan memiliki organ sensori di bagian propodosomal. Sedangkan spesimen B hanya dapat dilakukan identifikasi sampai tingkat kelas, yaitu termasuk dalam Kelas Acari. PEMBAHASAN Taksonomi Tungau Geckobia. Tungau Geckobia ditemukan pada beberapa bagian tubuh ketiga spesies cicak dengan ciri berwarna jingga tua. Taksonomi Geckobia yaitu: Filum Arthropoda, Subfilum Chelicerata, Kelas Arachnida, Subkelas Acari, Ordo Acariformes, Subordo Actinedida, Supercohort Promatides, Cohort Eleutherengonina, Superfamili Anystoidea, Famili Pterygosomatidae, Genus Geckobia (Krantz 1978, Lawrence 1935). Pada bagian gnathosoma tungau Famili Pterygosomatidae, terdapat kelisera, palpi, stigmata, peritremes, dan alat sensori (Gambar 3b&c). Kelisera dan palpi berfungsi sebagai alat mulut, sedangkan stigmata dan peritremes berfungsi sebagai alat pernapasan. Peritremes sering muncul sebagai saluran dari stigmata. Pada bagian podosoma, di setiap ujung tungkai dilengkapi dengan cakar serta empodial yang berbentuk menjari dengan rambutrambut yang berfungsi sebagai alat melekat pada inang (tenent hairs) (Gambar 3d). Pada tungau ini memiliki organ podocephalic canal yang berfungsi sebagai saluran hasil sekresi (Krantz 1978). Ciri utama dari Genus Geckobia yaitu memiliki skutum dorsal tubuh dan banyak rambut pendek-pendek di bagian dorsal tubuh (Lawrence 1935). Inang Tungau Geckobia. Berdasarkan hasil verifikasi tungau oleh Dr. Bertrand, terdapat spesies tungau G. glebosum (Gambar 4a) yang menginfestasi cicak C. platyurus dan tungau G. gleadoviana sinonim dari G. bataviensis (Gambar 4b) yang

15 6 menginfestasi cicak H. frenatus (Bertrand 5 Juni 2006, komunikasi pribadi). Ciri kedua tungau tersebut dibedakan berdasarkan skutum, palpi, dan tungkai (Tabel 4). Menurut Bertrand et al. (1999), cicak C. platyurus terinfestasi oleh tungau G. clelandi Hirst, G. cosymboti Cuy, dan G. glebosum n. sp., sedangkan cicak H. frenatus terinfestasi oleh tungau G. androharonomaitsoensis Haitlinger, G. bataviensis Vitzhum, G. cosymboti Cuy, G. ifanadianaensis Haitlinger, G. indica Hirst, G. keegani Lawrence, G. mananjaryensis Haitlinger, G. nepalii Hiregaudar Joshee & Soman, G. philiphinensis Lawrence, dan G. samanbavijinensis Haitlinger. Tungau yang menginfestasi H. garnotii juga merupakan genus Geckobia (Oliver & Shaw 1953 diacu dalam Rivera et al. 2003). Biogeografi Tungau Geckobia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, tungau Geckobia menginfestasi cicak C. platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii yang berada di Bogor, Indonesia, dengan demikian penelitian ini memperkuat pernyataan bahwa Geckobia merupakan ektoparasit umum pada Gekkonidae. Seperti yang telah dikemukakan oleh Andrei et al. (2000), bahwa Famili Gekkonidae yang berada di Amerika (Kuba, Meksiko), Eropa (Kepulauan Kanari), Afrika (Provinsi Cape, Basutoland, Natal, Rhodosia, Kongo, Mozambik, Mesir, Afrika selatan), Asia (India, Sri Langka, Semenanjung Malaya, Turkmenia, Cina, Jepang), Australia Madagaskar, dan Papua Nugini, terinfestasi oleh tungau Geckobia. Penyebaran Tungau Geckobia pada Inang. Cicak dapat terinfestasi oleh tungau dikarenakan adanya interaksi fisik inang. Interaksi tersebut dapat berupa perkelahian, kontak seksual, dan bersarang bersama (Rivera et al. 2003). Brown et al. (1995) menyatakan sekitar 36% dari cicak yang melakukan aktivitas seksual terinfestasi oleh tungau. Hanley et al. (1995) menyatakan hal yang serupa bahwa Gekkonidae yang melakukan aktivitas seksual, nilai prevalensi, kelimpahan, dan rataan intensitas tungau sangat tinggi. Pada penelitian ini, infestasi tungau tertinggi pada cicak H. frenatus dan H. garnotii adalah di bagian jari terutama jari belakang. Bagian ini merupakan tempat tinggal yang cocok bagi tungau, karena adanya ruang antara lamela dengan cakar (Gambar 2b) sebagai tempat perlindungan tungau dari gesekan. Sebaliknya, pada jari cicak C. platyurus, tidak ada ruang antara lemela dengan cakar (Gambar 2a), sehingga tungau tidak banyak menginfestasi di bagian tersebut. Pada cicak C. platyurus, tungau banyak ditemukan di bagian telinga. Hal ini disebabkan karena di bagian telinga struktur kulit lebih tipis sehingga lebih dekat dengan pembuluh darah sebagai sumber makanan tungau. Daerah tubuh cicak lainnya seperti kepala, badan, ketiak, pangkal paha, dan ekor merupakan daerah yang tidak dominan didiami oleh tungau, karena daerah tersebut lebih sering bersinggungan dan memiliki struktur kulit yang tebal sehingga kurang memberikan perlindungan untuk tungau. Jumlah tungau yang menginfestasi cicak H. frenatus (18.2 tungau per ekor) lebih tinggi dibandingkan dengan H. garnotii (6.66 tungau per ekor) dan C. platyurus (2.68 tungau per ekor) (Tabel 3). Hal ini berhubungan dengan perbedaan distribusi habitat pada masingmasing cicak. Pada cicak H. frenatus distribusi habitat lebih luas dibandingkan dengan kedua cicak yang lainnya. Selain di pulau Jawa, H. frenatus hampir terdapat di seluruh wilayah Indonesia (Rooij 1915). Tabel 4 Perbandingan ciri G. Glebosum dan G. gleadoviana. Ciri G. glebosum (Bertrand et al. 1999) G. gleadoviana (Hirst 1926) Skutum Palpi Tungkai Skutum di tubuh bagian depan membesar dan ditutupi oleh seta pendek yang sangat banyak (Lampiran 10 a&b) Dilengkapi dengan rambut yang sangat panjang pada bagian tibia dan tarsus (Lampiran 10c) Tungkai depan dua kali lebih panjang daripada tungkai lainnya (Lampiran 10d) Skutum dorsal tubuh berkembang baik Pada segmen pertama dilengkapi dengan seta yang panjang dan kecil Tungkai keempat tidak lebih panjang daripada tungkai yang lainnya

16 7 Sebanyak 65 cicak dari ketiga spesies tidak ditemukan tungau (Tabel 2). Hal ini mungkin disebabkan tungau lepas dari tubuh cicak pada saat cicak disimpan di dalam alkohol 70% atau mungkin sama sekali tidak terinfestasi tungau. Berdasarkan penelitian Rivera et al. (2003) tungau pada H. mabouia hanya menginfestasi cicak dewasa dengan ukuran tubuh dan >50mm, sedangkan cicak yang berukuran <40mm tidak ditemukan tungau. Tungau yang Tidak Dapat Diidentifikasi. Sejumlah 184 tungau tidak dapat diidentifikasi disebabkan tungau tersebut hancur pada saat perendaman di KOH 2%. Hal ini kemungkinan karena tungau tersebut belum dewasa sehingga belum tersklerotisasi kuat. Menurut Krantz 1978 tubuh subordo Actinedida hanya mengalami sedikit sklerotisasi. Pada saat pembuatan preparat tungau, ada beberapa tungau yang masih hidup pada tahap sebelum perendaman di KOH 2%. Hal ini sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai struktur morfologi tungau tersebut. SIMPULAN Tungau ektoparasit pada cicak C. Platyurus, H. frenatus, dan H. garnotii adalah dari famili Pterygosomatidae genus Geckobia. Tungau Geckobia memiliki skutum dorsal tubuh dan banyak rambut pendek-pendek di bagian dorsal tubuh. Tungau ini ditemukan hampir di seluruh bagian tubuh cicak yaitu kepala, ketiak, jari depan dan belakang, pangkal paha, ekor, badan, dan telinga. Jumlah pelekatan tungau terbesar pada C. platyurus yaitu di bagian telinga (49 tungau), sedangkan pada H. frenatus (191 tungau) dan H. garnotii (10 tungau) di jari belakang. Rataan tertinggi tiap cicak yang terinfestasi ada pada cicak H. frenatus (18.2 tungau per cicak). SARAN Penelitian ini merupakan penelitian tungau ektoparasit pada cicak yang pertama di Indonesia. Diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pola distribusi, biogeografi dan siklus hidup. Pencarian metode pembuatan preparat tungau yang lain pun perlu dikembangkan agar diperoleh preparat yang sempurna untuk memudahkan identifikasi. DAFTAR PUSTAKA Andrei V, Bochkov, Sergei VM Two new species of the genus Geckobia (Acari: Pterygosomatidae) from geckons (Lacertilia: Gekkonomorpha) with a brief review of host-parasite associations of the genus. Russian J Herpetology 1(7): Bertrand M, Paperna I, Finkelman S Pterygosomatidae: Description et observations sur les genres Pterygosoma, Geckobia, Zonurobia et Hirstiella (Acari: Actinedida). Acarologia 60 (3): Boulenger GA A Vertebrate Fauna of The Malay Peninsula. London: Taylor and Francis, Red Lion Court. Brown SG, Kwan S, Shero S The parasitic theory of sexsual reproduction parasitism in unisexual and bisexual geckos. Biologic Sci 260(1359): Chandler AC, Read CP Introduction to Parasitology. Ed ke-5. New York: J Wiley. Goin CJ, Goin OB Introduction to Herpetology. Ed ke-2. New York: J Wiley. Hanley KA, Fisher RN, Case TJ Lower mites infestations in an asexual gecko compared with its sexual ancestors source. Evolution 49(3): Hirst AS On the parasitic mites of the suborder prostigmata (Trombidioidea) found on lizard. J Lin Soc Zool 36: Krantz GW A Manual of Acarology. Ed ke-2. Corvallis: Oregon Univ Book Stores. Lawrence RF The prostigmatic mites of South African Lizard. Parasitology 37:1-45. Oliver JA, Shaw CE The amphibians and reptiles of the Hawaiian islands. Zoologica 38: Ratti JT, Garton EO Research and Experimental Design. Di dalam: Bookhout TA, editor. Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats. Maryland: The Wildlife Society, Inc. Hlm Rivera CCM, Negron AG, Bertrand M, Acosta J Hemidactylus mabouia (Sauria: Gekkonidae), host of Geckobia hemidactyli (Actinedida: Pterygosomatidae), throughout the Caribbean an South America. Carib J Sci 39 (3): Rooij ND The Reptile of The Indo- Australian archipelago Part I Lacertalia, Chelonia, Emydosauria, Leiden: E.J. Brill Ltd.

17 8 Saepudin A Beberapa spesies cicak dan tokek (famili Gekkonidae) di wilayah Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Walter, Proctor HC Mites: Ecology, E- volution and Behaviour. Australia: UNSW.

18 LAMPIRAN

19 10 Lampiran 1 Peta pengambilan contoh cicak di wilayah Bogor Tengah dan Bogor Barat. 1,2 3 BOGOR BARAT BOGOR TENGAH SKALA 1: Keterangan: Bogor Barat: 1 Babakan Tengah; 2 Babakan Raya; 3 Kampus. Dramaga IPB; 4 Psr. Gn. Batu; Bogor Tengah: 5 Psr. Anyar; 6 Psr. Bogor; 7 Baranangsiang; 8 Gn. Gede; 9 Tegal Lega; 10 Cilibende. Lampiran 2 Kunci identifikasi genus dari Famili Gekkonidae (Boulenger 1912). I Jari tidak melebar, seluruhnya bercakar. - Pupil vertikal; cakar di antara dua sisik...gymnodactylus - Pupil bulat; cakar di antara dua sisik...gonatodes - Pupil vertikal; cakar di antara tiga sisik Aeluroscalabotes II Jari melebar A Jari bagian distal pipih, menaik di antara perpanjangan ekstremitas; lamela subdigital berpasangan. - Jari bagian dalam bercakar; tubuh bagian samping meluas, jika ada bersisik seperti tubuh... Hemidactylus - Jari bagian dalam bercakar; perluasan di bagian samping tubuh banyak berkembang ditutupi dengan sisik tetragonal yang tersusun seperti batu Mimetozoon - Jari bagian dalam tidak bercakar..... Gehyra B Jari dengan tulang sendi pipih pendek dan menaik dari perpanjangan ekstremitas; jari bagian dalam tidak bercakar. - Jari bebas atau dengan selaput yang menyusut; lamela subdigital berpasangan.... Lepidodactylus - Jari bebas atau berselaput di dasarnya; lamela subdigital tunggal.... Gecko - Jari memanjang berselaput; lamela subdigital tunggal; perluasan kulit pada sisi tubuhnya banyak berkembang... Ptychozoon

20 11 Lampiran 3 Kunci identifikasi spesies dari Famili Gekkonidae di wilayah Bogor (Saepudin 2004). 1 a Jari panjang dan ramping... 2 b Jari melebar a Lubang femoral bersatu dengan preanal, berjumlah Cyrtodactylus fumosus b Lubang femoral terpisah dengan preanal, jumlah lubang femoral 10 dan preanal Cyrtodactylus marmoratus 3 a Ventral jari dengan dua baris lamela berpasangan b Ventral jari dengan satu baris lamela, atau hanya bagian distal jari yang memiliki dua baris lamela berpasangan a Pada kedua sisi badan terdapat lipatan kulit yang jelas, mulai dari ketiak sampai pangkal b paha....cosymbatus platyurus Pada kedua sisi badan tidak terdapat lipatan kulit, jika ada bentuknya tidak jelas a Jari tanpa selaput, tapi kadang-kadang pada proksimal antara jari ke-3 dan ke-4 sedikit berselaput,ekor bulat memanjang dengan enam sisik tuberkal.... Hemidactylus frenatus b Jari tanpa selaput, kecuali pada proksimal jari pertama sedikit berselaput, ekor pipih memanjang dengan pinggir bergerigi....hemidactylus garnotii 6 a Semua jari bercakar, jantan dengan lubang preanal, tapi tanpa femoral.. Gekko gecko b Cakar pada jari pertama kecil atau tidak ada, mudah lepas, jantan dengan lubang femoral (bersatu dengan preanal).. Gehyra mutilata Lampiran 4 Inventarisasi tungau pada cicak C. platyurus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau. No Kode Cicak Tempat penempelan tungau Jumlah X Y No Kode Cicak Tempat penempelan tungau Jumlah 1 C5 h C80 b C11 h C81 h C24 h C83 h C26 a C84 h C32 h C86 h C35 g C92 d C45 h 2 1 h C49 h R9 h C53 g R20 d C54 h 1 1 g C59 h P50 c C68 h 2 1 d C71 h 5 4 f C72 h 2 2 g C73 e S1 h C75 a S6 h 1 0 b 2 1 Jumlah C76 h C79 h 2 0 Keterangan: a: kepala; b: ketiak; c: jari depan; d: jari belakang; e: pangkal paha; f: ekor; g: badan; h: telinga. X Y

21 12 Lampiran 5 Inventarisasi tungau pada cicak H. frenatus sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau. No Kode Cicak Tempat penempelan tungau Jumlah X Y No Kode Cicak Tempat penempelan tungau Jumlah 1 C7 d C41 b 2 2 a 1 1 c C9 c 4 4 d d f C12 a 1 0 h 1 1 c C42 c 9 9 d C43 c 2 1 e 13 2 d C14 c 1 1 e 4 4 e C70 d C15 d C74 a C18 c 3 2 d 8 4 d 11 3 e e 14 1 f C19 d C97 d C22 c g 3 0 d C85 c C27 c 4 0 d d 7 7 e C30 c 2 0 g 3 2 d R13 c 4 4 e 2 1 d 8 7 g 2 1 g C36 c R15 c 1 0 d 10 4 d 5 0 g 1 0 f C37 e 5 2 g 3 0 f R18 c C38 b 2 1 d 4 1 d S4 f 8 2 e 12 2 Jumlah g 2 0 Keterangan: a: kepala; b: ketiak; c: jari depan; d: jari belakang; e: pangkal paha; f: ekor; g: badan; h: telinga. X Y

22 13 Lampiran 6 Inventarisasi tungau pada cicak H. garnotii sebelum (X) dan sesudah (Y) pembuatan preparat tungau. No Kode Cicak Tempat penempelan tungau Jumlah X Y 1 C85 f 2 2 h P52 c 3 3 d R17 c 2 1 d 2 1 Jumlah Keterangan: a: kepala; b: ketiak; c: jari depan; d: jari belakang; e: pangkal paha; f: ekor; g: badan; h: telinga. Lampiran 7 Kunci identifikasi Subordo Actinedida (Krantz 1978). 1 a Stigmata bagian posterior pada dorsolateral atau ventrolateral sampai koksa II berjumlah 1-4 pasang; Tidak ada spesialisasi organ sensori prodosomal dan podocephalic canals; koksa bebas, berlainan.order PARASITIFORMES 2 b Stigmata dari bagian posterior sampai koksa II tidak jelas; organ sensori prodosoma jika ada berbentuk sensila sederhana atau struktur menyisip berlainan; podocephalic canals seringkali terlihat; koksa seringkali berdifusi ke dalam dinding tubuh ventral, membentuk wilayah koksisternal yang dibatasi oleh epimera; jumlah tungkai kadang mereduksi...order ACARIFORMES a Palpi hanya 2 segmen, lubang stigmata discrete absen; pretarsus dengan cakar empodial dan pulvillus berdaging, atau pretarsus seperti penghisap, cakar sejati absen, pretarsi III-IV sering termodifikasi atau absen pada bentuk parasit; tanpa organ sensori khusus pada prodosoma...subordo ACARIDIDA b Palpi kadang kecil dengan 3-5 segmen dapat dikenal; lubang stigmata ada/absen; pretarsi bervariasi tapi umumnya dengan cakar sejati pada beberapa akhir tungkai, organ sensori prodosoma biasanya ada a Tipe kelisera jarum (stylet) atau seperti kait (hooklike), biasanya chelate; palpi berbentuk sederhana atau termodifikasi ke dalam jari, Rutella ada/ absen; stigmata membuka di antara dasar kelisera, di dasar gnatosoma atau pada sudut humeral dari prodosoma; organ sensori prodosoma ketika muncul sering memanjang atau pendek/capitate; penonjolan empodial biasanya menjari (rayed) atau seperti bantalan (padlike); sering dengan rambut-rambut yang berfungsi untuk melekat pada inang (tenent hairs), kadang cakar atau sucker-like dan jarang absen. Umumnya spesies bersklerotisasi tipis subordo ACTINEDIDA

23 14 Lampiran 8 Kunci identifikasi Famili Pterygosomatidae (Krantz 1978). 1 a Betina (jarang jantan) dengan sepasang stigmata anterolateral prodorsal (heterostigmata) dan beasosiasi dengan trakea; peritremes absen. Opisthosoma umumnya menunjukkan segmentasi. Palpi sering bersegmen dua, umumnya mereduksi dan berukuran kecil, gnathosoma berbentuk kapsul (bila tidak mereduksi maka hanya terdiri dari tiga segmen palpi yang berbeda yang mungkin berhubungan atau tidak berhubungan. Dimorfisme seksual... Cohort ELEUTHERENGONINA, Subcohort HETEROSTIGMAE b Jantan dan betina dengan stigmata di antara dasar kelisera atau pada batas posterodorsal pada gnathosoma, atau stigmata absen; peritremes biasanya muncul pada bentuk stigmata, memanjang sepanjang batas anterior prodosomal. Opsithosoma biasanya tidak menunjukan segmentasi. Gnathosoma bermacam-macam bentuk, umumnya jelas dan palpi berkembang baik. Dimorfisme seksual sering tidak jelas 2 2 a Dengan penonjolan jari cakar palpi di semua tahap. Umumnya teresterial..48 b Palpi sederhana, chelate, atau distidorsal diproduksi pada postlarva instar, jarang seperti taring; spesies larva akuatik punya penonjolan palpal cakar. Spesies teresterial, akuatik, dan marine; Hidup bebas/parasit a Dewasa dan nymfa berseta banyak; seta idiosoma tidak tersusun pada garis. Sering membentuk bulu tebal, dengan 1 atau 2 pasang sensila prodorsal biasanya menyisip di median krista metopika. Larva biasanya heteromorfik, parasit; dewasa dan nymfa sebagai predator yang hidup bebas Cohort ELEUTHERENGONINA,... Subcohort PARASITENGONAE, Phalanx TROMBIDIA b Seta tubuh pada dewasa dan nymfa relatif sedikit, umumnya tersusun tranversal; Prodorsal sensila biasanya absen (jika ada tidak menyisip pada krista). Larva homeomorfik, sama dengan nymfa dan dewasa a Dasar kelisera jelas, bergabung, atau sebagian bergabung, tidak berpotensi untuk melakukan pergerakan lateral. Kelisera bergerak, digit berbentuk jarum, aciculate, seperti cambuk; hanya satu cakar palptibia. Jarang dengan genital acetabula.50 b Kelisera bebas articulate pada dasar sehingga dapat bergerak ke samping, kela kuat seperti kait, aciculate, chelate lemah, atau berbentuk sabit, dapat bergerak; palptibia dengan 1-3 cakar. Sering dengan genital acetabula.subcohort ANYSTAE a Perisai rapat dengan 8 pelindung dorsal yang tersusun secara berbeda. Digit kelisera berbentuk sabit, bergerak, dan palptibia dengan cakar terminal tunggal yang besar. Tungkai I beberapa dengan seta internal spinose dan panjang menyisip di dalam horny portuberance. Hidup bebas SuperFamili CAECULOIDEA, Famili CAECULIDAE b Tubuh halus, sklerotisasi perisai prodorsal biasanya tipis atau pelindung dan dorsal berseta. Pergerakan digit kelisera berbentuk kait atau chelate. Palp tibia dengan 1-3 cakar terminal. Tungkai hypertrichous atau berseta normal tanpa seta internal spinosa. Hidup bebas atau parasit superfamili ANYSTOIDEA a Palptarsus panjang dan menonjol, biasanya lebih panjang dibandingkan palptibia dan memanjang dengan baik di cakar palpal. Pergerakan kela kuat seperti kait. Hidup bebas... Famili ANYSTIDAE b Palptarsus tidak menonjol dan kebanyakan mereduksi. Kelisera tidak seperti di atas a Cakar pada tarsus I meluas bipectinate, dengan cakar tarsal berornamen sama. Biasanya dengan 3 pasang genital acetabula yang berkembang lemah. Hidup bebas famili TENERIFFIIDAE b Cakar dari tarsus I tidak seperti di atas, biasanya tidak ada. Genital acetabula absen a Tiap cakar berornamen dengan satu atau beberapa pasang rambut tenent. Empodia absen. Parasit pada lizard dan arthropoda.. Famili PTERYGOSOMATIDAE b Tarsi dengan atau tanpa cakar, biasanya hanya dengan membran empodium yang bertangkai. Hidup bebas Famili PSEUDOCHEYLIDAE

24 15 Lampiran 9 Kunci identifikasi Genus Geckobia (Lawrence 1935). 1 a Memiliki skutum dorsal..2 b Tidak memiliki skutum dorsal a Dorsal dengan sedikit rambut dan sangat panjang... Pimeliaphilus b Dorsal dengan banyak rambut dan pendek. Geckobia Lampiran 10 Tungau G. glebosum (Bertrand et al. 1999) Keterangan: a: dorsal betina; b: skutum; c: palpi (dorsolateral); d: tungkai IV tibia & tarsus.

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Karakterisasi dan Infestasi Tungau pada Cicak

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Karakterisasi dan Infestasi Tungau pada Cicak TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Kethley (1982) menempatkan tungau sebagai anggota Filum Arthropoda, Sub Filum Chelicerata, Kelas Arachnida, Sub Kelas Acari. Ciri yang membedakan tungau

Lebih terperinci

TUNGAU PADA BEBERAPA JENIS REPTILIA PENDAHULUAN

TUNGAU PADA BEBERAPA JENIS REPTILIA PENDAHULUAN ---- - ----- --- --- ~-------- -------~----- ~~ ------- ~--~------ ~----~ ------ TUNGAU PADA BEBERAPA JENIS REPTILIA Disusun oleh: Taruni Sri Prawasti PENDAHULUAN Tungau menempati tipe habitat yang sangat

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI PASAR DAN SUAKA MARGASATWA MUARA ANGKE, JAKARTA NURIFAH MUCHTI HANDAYANI

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI PASAR DAN SUAKA MARGASATWA MUARA ANGKE, JAKARTA NURIFAH MUCHTI HANDAYANI INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI PASAR DAN SUAKA MARGASATWA MUARA ANGKE, JAKARTA NURIFAH MUCHTI HANDAYANI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

DISTRIBUSI DAN KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI INDONESIA TARUNI SRI PRAWASTI

DISTRIBUSI DAN KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI INDONESIA TARUNI SRI PRAWASTI DISTRIBUSI DAN KEANEKARAGAMAN TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI INDONESIA TARUNI SRI PRAWASTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG HERAWATI SRI NURHIDAYAT

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG HERAWATI SRI NURHIDAYAT INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DI KABUPATEN SUMEDANG HERAWATI SRI NURHIDAYAT DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU PADA CICAK DI SEKITAR DAN DI LUAR KAWASAN INDUSTRI TAMBUN KOTA BEKASI SURYA FITRIANA

INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU PADA CICAK DI SEKITAR DAN DI LUAR KAWASAN INDUSTRI TAMBUN KOTA BEKASI SURYA FITRIANA INVENTARISASI DAN IDENTIFIKASI TUNGAU PADA CICAK DI SEKITAR DAN DI LUAR KAWASAN INDUSTRI TAMBUN KOTA BEKASI SURYA FITRIANA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TELAAH KORELASI BAGIAN INTEGUMEN CICAK TERHADAP DISTRIBUSI TUNGAU EKTOPARASIT AGUS HERYANTO

TELAAH KORELASI BAGIAN INTEGUMEN CICAK TERHADAP DISTRIBUSI TUNGAU EKTOPARASIT AGUS HERYANTO TELAAH KORELASI BAGIAN INTEGUMEN CICAK TERHADAP DISTRIBUSI TUNGAU EKTOPARASIT AGUS HERYANTO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 blank page

Lebih terperinci

TUNGAU EKTOPARASIT PADA KADAL Eutropis multifasciata DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DAN KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB CUT TINA MEUTHIA

TUNGAU EKTOPARASIT PADA KADAL Eutropis multifasciata DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DAN KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB CUT TINA MEUTHIA TUNGAU EKTOPARASIT PADA KADAL Eutropis multifasciata DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT DAN KEBUN PERCOBAAN CIKABAYAN IPB CUT TINA MEUTHIA DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar kolektor cicak. Ruth Normasari. Makassar, Gorontalo, P. Seram, P. Kisar, Masohi, Ambon, Biak

Lampiran 1 Daftar kolektor cicak. Ruth Normasari. Makassar, Gorontalo, P. Seram, P. Kisar, Masohi, Ambon, Biak LAMPIRAN 45 46 47 Lampiran 1 Daftar kolektor cicak Nama kolektor Arif Rahmatullah Atang Budhi Priyanto Darlianis Dakir Torang Ednan Setriawan Inayat Islamul Hadi Ketut Yunita Kodri Mandang Rahmudin Ruth

Lebih terperinci

oleh: Taruni Sri Prawasti

oleh: Taruni Sri Prawasti TEKNIK PEMBUATAN PREPARAT UTUH TUNGAU EKTOPARASIT PADA CICAK DAN PREPARAT HISTOLOGIINTEGUMEN CICAK oleh: Taruni Sri Prawasti PENDAHULUAN Banyak spesies cicak yang diparasit oleh tungau genus Geckobia (Montgomery

Lebih terperinci

INVENTARISASI TUNGAU EKTOPARASIT KADAL Eutropis multifasciata DI IPB DRAMAGA DAN GUNUNG SALAK ENDAH IKA REZZA REKSANTY

INVENTARISASI TUNGAU EKTOPARASIT KADAL Eutropis multifasciata DI IPB DRAMAGA DAN GUNUNG SALAK ENDAH IKA REZZA REKSANTY i INVENTARISASI TUNGAU EKTOPARASIT KADAL Eutropis multifasciata DI IPB DRAMAGA DAN GUNUNG SALAK ENDAH IKA REZZA REKSANTY DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian dilakukan di penangkaran PT. Mega Citrindo di Desa Curug RT01/RW03, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Entomologi Fakultas

Lebih terperinci

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa

F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa MILLI-PEET, kunci identifikasi dan diagram alur, Page 1 F. Kunci Identifikasi Bergambar kepada Bangsa 1A Tubuh lunak, tergit mengandung rambut seperti kuas atau rambut sikat, sepasang kuas terdapat bagian

Lebih terperinci

TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA AYU SETIANINGRUM

TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA AYU SETIANINGRUM TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA AYU SETIANINGRUM DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 1 KERAGAMAN DAN DISTRIBUSI HABITAT SPESIES CICAK ANGGOTA FAMILI GEKKONIDAE DI TAMAN NASIONAL GUNUNG HALIMUN SALAK RIAN HARIES DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BEBERAPA SPESIES CICAK DAN TOKEK (Famili Gekkonidae) DI WILAYAH PANDEGLANG DAN BANDUNG. Oleh: Deris G

BEBERAPA SPESIES CICAK DAN TOKEK (Famili Gekkonidae) DI WILAYAH PANDEGLANG DAN BANDUNG. Oleh: Deris G BEBERAPA SPESIES CICAK DAN TOKEK (Famili Gekkonidae) DI WILAYAH PANDEGLANG DAN BANDUNG Oleh: Deris G 34101046 DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² ¹Mahasiswa Program S1 Biologi ²Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci

Tabel 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak

Tabel 3 Bobot badan, bobot lambung, dan beberapa ukuran tubuh dan diameter lambung cicak Analisis Isi Lambung Lambung cicak dikeluarkan dan ditampung ke dalam botol penampung yang berisi etanol 7 % kemudian dibedah dalam cawan petri dibawah mikroskop. Makanan dalam lambung kemudian dipilah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau kira-kira spesies hewan adalah arthropoda. (Djakaria, Sungkar. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sediaan Entomologi Entomologi adalah ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan dan penyakit yang disebabkan oleh arthropoda. Delapan puluh lima persen atau kira-kira 600.000

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian deskriptif dengan kegiatan secara eksploratif yaitu observasi dengan mengambil sampel secara langsung.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Pengoleksian Kutu Tanaman BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan dengan mengoleksi kutu putih dari berbagai tanaman hias di Bogor dan sekitarnya. Contoh diambil dari berbagai lokasi yaitu : Kelurahan Tanah baru

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI

KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI KAJIAN MORFOLOGI SALURAN PERNAFASAN BURUNG WALET LINCHI (Collocalia linchi) DENGAN TINJAUAN KHUSUS PADA TRAKEA DAN PARU-PARU REZA HELMI SYAFIRDI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Reptil adalah salah satu fauna yang banyak terdapat di wilayah Indonesia. Indonesia menempati peringkat ketiga sebagai negara yang memiliki jenis reptil paling tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

ISSN Fauna. donesia. Volume 11, No. 2 Desember Hylarana rufipes MZI

ISSN Fauna. donesia. Volume 11, No. 2 Desember Hylarana rufipes MZI ISSN 0216-9169 Fauna Indonesia Volume 11, No. 2 Desember 2012 t Zoologi In M donesia asyaraka Hylarana rufipes MZI Fauna Indonesia Fauna Indonesia merupakan Majalah llmiah Populer yang diterbitkan oleh

Lebih terperinci

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A

TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI. Oleh: NURFITRI YULIANAH A TUNGAU PADA TANAMAN STROBERI Oleh: NURFITRI YULIANAH A44103045 PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK NURFITRI YULIANAH. Tungau pada Tanaman

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat memasukkan kelenjar ludah kedalam kulit inangnya serta mengangkut BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pinjal 1. Morfologi Pinjal Pinjal penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk kedalam kulit

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.

JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P. JENIS-JENIS KADAL (LACERTILIA) DI KAWASAN KAMPUS UNIVERSITAS ANDALAS LIMAU MANIH PADANG SKRIPSI SARJANA BIOLOGI OLEH HERLINA B.P.04 133 007 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu

ABSTRAK. Kata kunci : intensitas serangan penggerek kayu di laut, perubahan sifat fisik dan sifat mekanik kayu ABSTRAK ADITYA NUGROHO. Perubahan Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Beberapa Jenis Kayu Akibat Serangan Penggerek Kayu Laut di Perairan Pulau Rambut. Dibimbing oleh SUCAHYO SADIYO dan MOHAMMAD MUSLICH. Penelitian

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN. Jenis Ektoparasit Jenis ektoparasit yang ditemukan dari empat belas ekor tikus putih (R. norvegicus) galur Sprague Dawley terdiri atas tiga jenis, yaitu tungau Laelaps echidninus,

Lebih terperinci

JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI

JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI JENIS-JENIS LEBAH TRIGONA BERDASARKAN PERBEDAAN KETINGGIAN TEMPAT DI BALI Skripsi Oleh: Niko Susanto Putra 1108305020 JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2015

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gnathosoma. I = niyi x 100% 9N. Podosoma

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gnathosoma. I = niyi x 100% 9N. Podosoma 2 Selanjutnya diamati dengan mikroskop untuk diidentifikasi. Serangga dan moluska yang telah diawetkan diamati dengan mikroskop stereo untuk keperluan identifikasi, kemudian difoto menggunakan foto mikroskop.

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI 2016 PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI LABORATORIUM JURUSAN ILMU PETERNAKAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI AS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR I. IDENTIFIKASI EKTOPARASIT A. Pengantar Keberhasilan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Informasi Geografis 2.1.1. Pengertian dan Konsep Dasar Prahasta (2001) menyebutkan bahwa pengembangan sistem-sistem khusus yang dibuat untuk menangani masalah informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki 1598 jenis burung dengan ukuran beragam ada burung yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia leucogrammica), gemuk (Turnix

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI IKAN Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA Mata Kuliah Iktiologi IDENTIFIKASI Suatu usaha pengenalan dan deskripsi yang teliti serta tepat terhadap spesies, dan memberi

Lebih terperinci

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor

Tabel 3 Tingkat prevalensi kecacingan pada ikan maskoki (Carassius auratus) di Bogor HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pemeliharaan Ikan Maskoki (Carassius auratus) Pengambilan sampel ikan maskoki dilakukan di tiga tempat berbeda di daerah bogor, yaitu Pasar Anyar Bogor Tengah, Batu Tulis Bogor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni

BAB I PENDAHULUAN. garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kucing adalah salah satu hewan peliharaan terpopuler di dunia. Kucing yang garis keturunannya tercatat secara resmi sebagai kucing trah atau galur murni (pure breed),

Lebih terperinci

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA Oleh: Yuri Hertanto C64101046 PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R.

KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. KEANEKARAGAMAN SERANGGA HYMENOPTERA (KHUSUSNYA PARASITOID) PADA AREAL PERSAWAHAN, KEBUN SAYUR DAN HUTAN DI DAERAH BOGOR TJUT AHMAD PERDANA R. DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6485.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk ikan gurami kelas induk pokok diterbitkan oleh Badan Standardisasi

Lebih terperinci

HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L.

HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L. HUBUNGAN NEMATODA PARASIT DENGAN TINGKAT KEPARAHAN PENYAKIT LAYU MWP (Mealybug wilt of pineapple) PADA NANAS (Ananas comosus L. Merr) ISMAWARDANI NURMAHAYU PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Gambar 1 Ayam kampung (sumber:

Gambar 1 Ayam kampung (sumber: 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Kampung Ayam kampung merupakan hewan vertebrata yang termasuk dalam kelas Aves dengan ordo Galliformes dan spesies Gallus domesticus. Ayam kampung telah berkembang pesat di

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH

RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH RANCANG BANGUN PERANGKAP UNTUK PENGENDALIAN TIKUS RUMAH (Rattus rattus diardii Linn.) PADA HABITAT PERMUKIMAN ADE DARMAWANSYAH PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ADSORPTIVITAS CAMPURAN KAOLIN-LIMBAH PADAT TAPIOKA TERMODIFIKASI SURFAKTAN HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DAN TWEEN 80 TERHADAP CIBACRON RED

ADSORPTIVITAS CAMPURAN KAOLIN-LIMBAH PADAT TAPIOKA TERMODIFIKASI SURFAKTAN HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DAN TWEEN 80 TERHADAP CIBACRON RED ADSORPTIVITAS CAMPURAN KAOLIN-LIMBAH PADAT TAPIOKA TERMODIFIKASI SURFAKTAN HEKSADESILTRIMETILAMONIUM BROMIDA DAN TWEEN 80 TERHADAP CIBACRON RED SUFI FITRIANA SURAYA DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI

SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI SERANGAN Ganoderma sp. PENYEBAB PENYAKIT AKAR MERAH DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT DEASY PUTRI PERMATASARI DEPARTEMEN SILVIKULTUR FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA

PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA i PENGARUH PERENDAMAN PANAS DAN DINGIN SABUT KELAPA TERHADAP KUALITAS PAPAN PARTIKEL YANG DIHASILKANNYA SISKA AMELIA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 i PENGARUH PERENDAMAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR ACAROLOGI. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum.

BAB I PENGANTAR ACAROLOGI. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum. BAB I PENGANTAR ACAROLOGI Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum. Subpokok Bahasan 1: Klasifikasi Acarina

Lebih terperinci

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI

SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI SIFAT FISIS MEKANIS PANEL SANDWICH DARI TIGA JENIS BAMBU FEBRIYANI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN Febriyani. E24104030. Sifat Fisis Mekanis Panel Sandwich

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI

IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI IDENTIFIKASI JENIS SHOREA (MERANTI) MENGGUNAKAN ALGORITME VOTING FEATURE INTERVALS 5 BERDASARKAN KARAKTERISTIK MORFOLOGI DAUN EVI SUSANTI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK

BALAI LITBANG P2B2 BANJARNEGARA IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK IDENTIFIKASI DAN PEMBEDAHAN NYAMUK Balai Litbang P2B2 Banjarnegara Morfologi Telur Anopheles Culex Aedes Berbentuk perahu dengan pelampung di kedua sisinya Lonjong seperti peluru senapan Lonjong seperti

Lebih terperinci

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B

STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B STUDI INFESTASI CAPLAK PADA ANJING YANG DIPELIHARA DI SUBDIT SATWA DIT SAMAPTA BABINKAM POLRI, KELAPADUA DEPOK SKRIPSI DIAN NOVITA WIJAYANTI B04103159 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002.

Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember Juni 2002. MATERI DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Desember 2001 - Juni 2002. Pemeliharaan dan pengamatan pertumbuhan ternak dilakukan di kandang Unggas Fakultas Petemakan

Lebih terperinci

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS

Lebih terperinci

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH

EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH EVALUASI DETERMINAN MATRIKS REKURSIF DENGAN FAKTORISASI LB RUDIANSYAH DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK RUDIANSYAH. Evaluasi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah-buahan Taksonomi Tanaman Buah-buahan Tanaman buah-buahan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta atau tumbuhan biji. Biji berasal dari bakal biji yang biasa disebut makrosporangium,

Lebih terperinci

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI

TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI TANGGAP FUNGSIONAL PARASITOID TELUR Trichogramma pretiosum Riley terhadap TELUR INANG Corcyra cephalonica Stainton pada PERTANAMAN KEDELAI Oleh : Mia Nuratni Yanti Rachman A44101051 PROGRAM STUDI HAMA

Lebih terperinci

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.) HASIL PENELITIAN Oleh : TRISNAWATI 051203021 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp.

INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. INTRODUKSI DAN PERSENTASE IKAN YANG MEMBAWA GEN GH Growth Hormone IKAN NILA Oreochromis niloticus PADA IKAN LELE DUMBO Clarias sp. GENERASI F0 BAMBANG KUSMAYADI GUNAWAN SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA

KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA KERAGAMAN UKURAN DAN WARNA Thrips parvispinus (Thysanoptera: Thripidae) PADA TANAMAN CABAI (Capsicum annuum) DI BERBAGAI KETINGGIAN TEMPAT MAGDALENA PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI

PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI PENGARUH KADAR RESIN PEREKAT UREA FORMALDEHIDA TERHADAP SIFAT-SIFAT PAPAN PARTIKEL DARI AMPAS TEBU AHMAD FIRMAN ALGHIFFARI DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 PENGARUH

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN

PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN PEMBUATAN PREPARAT IRISAN MELALUI METODE PARAFIN Kelompok 1 Ardhania Pratiwi Erma Yunita Nur Azizah Yunita Putri JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi Attacus atlas (L.) Klasifikasi Attacus atlas (L.) menurut Peigler (1980) adalah Filum Klasis Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamily Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI

ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI ASPEK KEHl DUPAM DAN BlQLOGI REPRODUKSI BURUNG CEMDRAWASIH KUNlNG KECIL ( Paradisaea minor ) SKRIPSI Oleh RlSFlANSYAH B 21.0973 FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITWT PERTANIAN BOGOR 1990 RINGKASAN RISFIANSYAH.

Lebih terperinci

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya

Achmad Barru Rosadi, Adeng Slamet, dan Kodri Madang Universitas Sriwijaya IDENTIFIKASI JENIS-JENIS REPTILIA (SUB ORDO SAURIA) DI TAMAN WISATA ALAM (TWA) BUKIT KABA KABUPATEN REJANG LEBONG PROVINSI BENGKULU DAN KONTRIBUSINYA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA Achmad Barru Rosadi,

Lebih terperinci

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH

KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH KEMAMPUAN SERAPAN KARBONDIOKSIDA PADA TANAMAN HUTAN KOTA DI KEBUN RAYA BOGOR SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tikus dan mencit adalah hewan pengerat (rondensia) yang lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang digudang dan hewan pengganggu yang menjijikan di

Lebih terperinci

AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA

AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA AKTIVITAS INSEKTISIDA EKSTRAK BUAH CABAI JAWA (Piper retrofractum Vahl., PIPERACEAE) TERHADAP LARVA Crocidolomia pavonana (F.) (LEPIDOPTERA: PYRALIDAE) FERDI PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS

Lebih terperinci

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI

STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI STUDI MORFOLOGI DAN KARAKTERISTIK KELAMIN SEKUNDER SEBAGAI PENENTU JENIS KELAMIN PADA IKAN ARWANA (Scleropages) LINDA SUGIARTI DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

KEBUGARAN PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA BERBAGAI VARIETAS INANG PADI, ASAL POPULASI LABORATORIUM DAN LAPANG FITRINNISYA

KEBUGARAN PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA BERBAGAI VARIETAS INANG PADI, ASAL POPULASI LABORATORIUM DAN LAPANG FITRINNISYA KEBUGARAN PREDATOR Cyrtorhinus lividipennis (HEMIPTERA: MIRIDAE) PADA BERBAGAI VARIETAS INANG PADI, ASAL POPULASI LABORATORIUM DAN LAPANG FITRINNISYA PROGRAM STUDI HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

Endang Sulismini A

Endang Sulismini A Fluktuasi Asimetri Sayap Parasitoid Eriborus argenteopilosus Cameron (Hymenoptera: Ichneumonidae) Asal Pertanaman Kubis di Kecamatan Cibodas, Kabupaten Cianjur dan Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA 19 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada

Lebih terperinci

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012.

BAB III METODE PENELITIAN. bulan, mulai bulan Januari sampai dengan bulan April 2012. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biosistematika dan Laboratorium Histologi Departemen Biologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

Lebih terperinci

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA

PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA PENGARUH LAMA WAKTU PENUMPUKAN KAYU KARET (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) TERHADAP SIFAT - SIFAT PAPAN PARTIKEL TRIDASA A SAFRIKA DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI

STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI STUDI KASUS LEIOMIOSARKOMA PADA ANJING : POTENSIAL METASTATIK HANI FITRIANI FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN HANI FITRIANI. Studi Kasus Leiomiosarkoma pada Anjing: Potensial

Lebih terperinci

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN

KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN KERAGAMAN DAN KEBERADAAN PENYAKIT BAKTERIAL DAN PARASITIK BENIH KERAPU MACAN Epinephelus fuscoguttatus DI KARAMBA JARING APUNG BALAI SEA FARMING KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA AGNIS MURTI RAHAYU DEPARTEMEN

Lebih terperinci

057 PERSEBARAN DAN DOMINASI REDUVIIDAE PADA

057 PERSEBARAN DAN DOMINASI REDUVIIDAE PADA 200.6 057 PERSEBARAN DAN DOMINASI REDUVIIDAE PADA AGROEKOSISTEM PAD1 DAN PALAWIJA DI WILAYAH DRAMAGA KABUPATEN BOGOR RIDHA SHIDDIEQ PURNAMA DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Rambut Landak Hystrix javanica memiliki tiga macam bentuk rambut: rambut halus (seperti rambut pada mamalia lain), rambut peraba, dan duri. Rambut halus dan duri terdapat di

Lebih terperinci

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH

Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH Kemampuan Serapan Karbondioksida pada Tanaman Hutan Kota di Kebun Raya Bogor SRI PURWANINGSIH DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 Kemampuan

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

METODOLOGI PENELITIAN. Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Zoologi Biologi FMIPA Universitas Lampung untuk pemeliharaan dan pemberian perlakuan pada mencit dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA

KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA KAJIAN MORFOLOGI DAN MORFOMETRI SPERMATOZOA ANOA (Bubalus Sp) DENGAN PEWARNAAN WILLIAMS DAN EOSIN-NIGROSIN ADITYA FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 RINGKASAN ADITYA. Kajian

Lebih terperinci

PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN. Oleh MOHAMAD SUJAI F

PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN. Oleh MOHAMAD SUJAI F PENENTUAN ENERGI SPESIFIK PROTOTIPE EVAPORATOR TIPE FALLING FILM PADA PROSES PEMEKATAN LARUTAN GELATIN Oleh MOHAMAD SUJAI F14103038 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Badak (O. rhinoceros L.) berikut : Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) PENGARUH CARA PANEN DAN PEMBERIAN GIBERELIN TERHADAP MUTU BUAH DAN PERTUMBUHAN TRUBUS BARU MANGGIS (Garcinia mangostana L.) Oleh: ASLIH SRILILLAH A34303030 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif yaitu suatu 44 BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah penelitian deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 9 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Ikan contoh diambil dari TPI Kali Baru mulai dari bulan Agustus 2010 sampai dengan bulan November 2010 yang merupakan hasil tangkapan nelayan di

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status

Lebih terperinci