BAB I PENGANTAR ACAROLOGI. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENGANTAR ACAROLOGI. Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum."

Transkripsi

1 BAB I PENGANTAR ACAROLOGI Tujuan Instruksional Khusus Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang Biologi Acarina, kepentingan medik dan lingkungan secara umum. Subpokok Bahasan 1: Klasifikasi Acarina Pendahuluan Acarologi adalah ilmu yang mempelajari tentang organisme tick dan mite, atau sering disebut tungau. Awal mula disiplin ilmu Acarologi dimulai pada abad ke 18 di Eropa, namun sesungguhnya perhatian terhadap anggotanya telah dimulai jauh sebelum abad tersebut. Hal itu didasarkan munculnya penyakit demam tick / tick fever pada orang Mesir pada 1550 sebelum Masehi; penyakit tick Ulysses pada anjing di tahun 850 sebelum Masehi, dan Aristoteles yang pernah mendiskusikan tentang parasit mite pada belalang sekitar 500 tahun yang lalu. Di tahun 1735, Linnaeus menggunakan nama genus Acarus pada edisi pertama Systema Nature yang beliau susun. Pada edisi yang ke sepuluh beliau menyebutkan sekitar 30 jenis mite yang kesemuanya memberikan ciri yang sama seperti genus Acarus. Perkembangan ilmu ini mulai maju pesat pada decade abad 19 dan awal abad ke 20. Dengan variasi distribusi dan habitatnya baik dari bentuk, ukuran, struktur, maupun perilaku dapat dikenal lebih dari jenis Acari, baik tick maupun mite (tungau). Namun diperkirakan bahwa Iebih dari setengah juta spesies hidup di bumi, sehingga masih banyak yang belum diketahui dan hal ini masih menjadi tantangan bagi ilmuwan. Kebanyakan anggota Acarii hidup di darat / tanah, baik di dalam (dengan kedaiaman tertentu) maupun di permukaan tanah, namun banyak juga yang anggotanya mempunyai kepentingan medik bagi manusia dan ternak, juga mempunyai nilai penting di bidang pertanian. Selanjutnya perlu diwaspadai untuk mites (tungau) yang langsung bertindak sebagai parasit atau bahkan dari tungau yang hidup bebas yang kemudian dapat menjadi parasit. Universitas Gadjah Mada 1

2 Klasifikasi Berdasarkan Krantz (1978), Acari adalah salah satu dari sebelas subkelas dari Kelas Arachnida (kelompok laba-laba / spider), Filum Arthropoda. Ke tiga Ordo anggota Acari adalah ordo: Parasitiformes, Opilioacariformes dan Acariformes, yang dari ke tiganya terbagi menjadi 7 subordo. Berikut adalah bagan pembagiannya: Diagram lengkap sampai ke tingkat Superfamili dapat terlihat pada Gambar I. 1 dan Gambar I.2. Pada Gambar I.1 ditunjukkan dendrogram pembagian takson-taksoh dari Ordo Parasitiformes, pembagiannya ke Subordo, kemudian Supercohort dan Cohort, selanjutnya sampai ke tingkat takson Superfamili; sedangkan gambar I.2 menunjukkan dendrogam hubungan antara Kelas Acari dengan ordo Acariformes, kemudian ke tingkat takson Subordo dan secara lengkap diikuti tingkat-tingkat kategori takson hingga sampai ke Superfamili. Hanya 4 subordo anggota Acari yang diketahui hidup sebagai parasit, yaitu Mesostigmata, Metastigmata, Prostigmata, dan Astigmata. Penyebaran ke empat subordo ini sangat luas dengan tipe dan sifat parasit yang bervariasi, dan hampir dari seluruh yang bersifat parasit telah dapat diketahui jenisnya. Universitas Gadjah Mada 2

3 Universitas Gadjah Mada 3

4 Universitas Gadjah Mada 4

5 Subpokok Bahasan 2: Morfologi Acarina Pendahuluan Seperti halnya anggota Filum Arthropoda lainnya, kelas Arachnida ( spider ) dicirikan dengan bentuk tubuh bulat atau membulat yang dilengkapi dengan alat gerak ( appendages ) yang berbuku-buku / bersegmen. Ciri morfologi sangat penting dalam identifikasi. Salah satunya adalah ada dan tidaknya stigma serta letak stigma itu sendiri. Secara umum tubuh Acari dapat dibedakan dengan nyata antara bagian anterior (depan) dan bagian posteriornya (belakang). Pada bagian anterior yang disebut gnathosoma (bagian mulut) dan bagian posterior disebut body atau idiosoma. Morfologi Umum Pada Gambar I.3 dan Gambar I.4 ditunjukkan bagian-bagian secara struktural dari sisi dorsal serta sisi ventral salah satu anggota Acari, dari Ordo Mesostigmata. Dari sisi dorsal maupun ventral tampak bahwa tubuh tersusun oleh 2 bagian, yaitu gnathosoma dan Idiosoma. Otak dan mata terdapat dibagian gnathosoma, sedangkan organ-organ untuk gerak, saraf / sensori, pernafasan dan kopulasi terdapat di bagian posterior (idiosoma). Gnathosoma Pada daerah gnathosoma (kepala-mulut), seperti halnya pada serangga secara umum hanya terdapat epistoma (mulut) yang dilengkapi dengan chelicera dan palpus (palpijamak). Mata terdapat di bagian dorsal atau dorsolateral dan propodosoma. Gnathosoma dapat diartikan sebagai bangunan seperti tabung kecil yang padanya menjadi tempat makanan lewat menuju ke esophagus. Palpus juga bersegmen, mempunyai struktur yang sederhana dan dilengkapi dengan rambut-rambut sensoris yang membantu mites dalam meletakkan / menemukan makanannya. Pada beberapa jenis palpus ada yang termodifikasi menjadi organ pemotong / piercing ataupun organ grasping yang menunjukkan kesamaan dengan fungsi mandibula pada serangga-serangga predator. Segmentasi pada palpus bervariasi, dari 1 sampai dengan 5 tergantung dari jenisnya. Struktur chelicera berbeda dengan palpus. Chelicera hanya tersusun oleh 2-3 segmen saja. Pada chelicera yang tersusun oleh 3 segmen, segmen yang ke-3 akan bermodifikasi dan berfungsi untuk membantu pergerakan. Struktur chelicera dapat memendek, membulat atau memanjang pada acari yang parasit, hal ini untuk membantu organ pemotong. Pada beberapa kelompok mites, chelicera yang dapat digerakkan Universitas Gadjah Mada 5

6 bergerak/ movable ini termodifikasi menjadi organ yang berfungsi untuk mentransfer sperma ke mites betina. Gambar I.3. Struktur bagian dorsal Acarina (Ordo : Mesostigmata) Idiosoma Bagian posterior (idiosoma) diasumsikan berfungsi secara parallel seperti halnya pada serangga umumnya, yaitu fungsi abdomen, thoraks, dan sebagian fungsi dari kepala. Di bagian ini merupakan bagian yang keras dari tubuhnya, artinya mempunyai selubung yang mengandung keratin ( sclerotized ) yang tebal sehingga menjadi lapisan pelindung yang baik. Bentuk, ukuran dan ornamen / gambaran dari bagian idiosoma ini sangat bervariasi, dan ini menjadi ciri yang penting dalam identifikasi. Universitas Gadjah Mada 6

7 Gambar I.4. Struktur bagian ventral Acarina (Ord0 : Mesostigmata) Idiosoma dibagi menjadi bagian podosoma di bagian anterior dan histerosoma di bagian posterior. Bagian podosoma anterior adalah bagian yang padanya terdapat alat gerak ( appendages / kaki) sebanyak 2 pasang yang akan tampak jelas secara ventral, sedangkan pasangan kaki ke III dan IV terletak di bagian histerosoma. Di bagian histerosoma di samping coxa kaki ke III dan ke IV adalah bagian opistosoma, yang pada bagian ini terdapat anus. Selubung atau platelets umumnya menutupi bagian idiosoma, terkadang hanya 1 (satu) selubung menutupi seluruh bagian idiosoma. Secara ventral di idiosoma terdapat alat Universitas Gadjah Mada 7

8 genital dan lubang anal yang tersusun satu set dalam selubung yang keras (tersklerotisasi). Telah disebutkan bahwa dibagian idiosoma ini terdapat organ gerak, respirasi, kopulasi dan saraf/ sensor. Alat gerak / lokomosi Acari adalah kaki yang beruas-ruas (berbuku-buku). Pada stadium nimfa dan dewasa kaki berjumlah 4 pasang, sedangkan jumlah kaki pada stadium larva adalah 3 pasang. Pasangan kaki terakhir (bagian posterior) muncul pada saat stadium nimfa instar pertama. Kaki umumnya terbagi dalam 7 segmen: coxa, trochanter, femur, genu, tibia, tarsus dan apotele. Di bagian apotele terdapat bagian yang kompleks, yaitu adanya 1 pasang cakar / claw dan cakar yang menyerupai empodium. Kaki pertama biasanya berfungsi sebagai ambulatory, yang dicirikan memanjang dan membentuk seperti antenna yang berfungsi sebagai organ sensoris. Pada beberapa kelompok mites/ tungau pasangan kaki pertama bermodifikasi sebagai penangkap mangsa. Pada kaki biasanya dilengkapi rambut sensoris atau setae dan ciri ini sangat penting dalam identifikasi sampai ke tingkat jenis. Subpokok Bahasan 3: Sistim Respirasi Pendahuluan Pada hewan tingkat rendah seperti halnya anggota Arthropoda lainnya, Acari juga telah dilengkapi dengan sistim respirasi, meskipun masih sangat sederhana. Perpindahan atau pergerakan oksigen dan karbondioksida pada Acari ini dapat melalui beberapa cara. Keberadaan lubang spiraculum / spiracular opening dan posisinya akan menentukan dalam identifikasi, terutama dalam pembagian menuju kategori takson subordo mites dan Ordo Acari. Spiraculum disebut juga stigma (satu, stigmata-jamak). Stigmata terletak di lateromedian pada idiosoma pada subordo Mesostigmata. Lubang stigmata pada Prostigmata terletak di basis chelicera atau diantara ke 2 chelicera. Selanjutnya pada Metastigmata, stigmata / spiraculum terletak dibelakang coxa ke IV, sedangkan pada Astigmata tidak memiliki stigmata luar. Sistim Respirasi Stigmata dapat dikelilingi oleh lempengan-lempengan stigmal atau masing-masing berhubungan Iangsung dengan saluran (yang masih belum diketahui dengan jelas fungsinya) yang disebut peritreme. Namun dimungkinkan bahwa peritreme ini merupakan Universitas Gadjah Mada 8

9 bentuk pemanjangan dari stigmata ke arah dalam, dalam fungsinya apabila tertutup pada bagian ini ternyata tidak mempengaruhi proses respirasinya. Pada acari yang dilengkapi stigmata, ada hubungan ke arah dalam yang membuka yang menuju sistim trakeal, sistim ini tersebar ke seluruh tubuh dan menuju ke berbagai sistim organ. Pada Astigmata yang tidak memiliki stigmata, perpindahan atau pergerakan oksigen dan karbondioksida dapat dilakukan Iangsung melalui kulitnya. Subpokok Bahasan 4: Sistim Reproduksi dan Embriogenesis Pendahuluan Seperti halnya anggota Arthropoda lainnya, Kelas Arachnida juga telah dilengkapi alat kopulasi sebagai bagian dari sistim reproduksinya. Karena telah dapat dibedakan antar individu jantan dan betina secara baik, perkawinan dapat terjadi dengan berbagai cara terutama bagaimana sperma ditransfer ke individu atau induk betina. Pembuahan terjadi secara interna, sehingga disebut fertilisasi interna, meskipun dalam perkembangannya terdapat telur-telur yang tidak dibuahi oleh sperma. Sistim Reproduksi Reproduksi pada Acari secara umum mengikuti pola fertilisasi klasik, dan untuk produksi hewan jantan dan hewan betina secara progeni, dan parthenogenesis fakultatif. Arrhenotoky adalah produksi jantan haploid dari telur yang tidak dibuahi, seperti yang terjadi pada Gamasida dan Actinedida, sedangkan produksi hewan betina dan telur-telur yang tidak dibuahi disebut thelytoky. Selain pada Gamasida dan Actinedida thelytoky dapat pula dijumpai pada tick dari famili Ixodidae dan beberapa anggota Oribatidae. Amphoterotoky, adalah istilah yang diberikan untuk telur-telur yang tidak dibuahi yang berkembang menjadi individu jantan-betina. Pada kelompok mites / tungau dimana jantan mempunyai organ seperti halnya penis atau aedeagus, transfer sperma dapat terjadi secara langsung ke hewan betina melalui genital opening / lubang genital, atau melalui suatu bangunan khusus pada hewan betina yang secara internal berhubungan dengan sistim reproduksi pada hewan betina. Pada kelompok mites yang lainnya, sperma ditransfer oleh hewan jantan dari lubang genital jantan ke organ transfer sperma / sperm transfer organ pada hewan betina, yang terdapat di chelicera yang selanjutnya di transfer ke female bursa (semacam kantong penampung sperma). Cara lain untuk transfer sperma dari kantong sperma jantan ke lubang genital Universitas Gadjah Mada 9

10 betina, apabila pada hewan betina tidak memiliki baik bangunan serupa penis ataupun chelicera. Sistim reproduksi hewan jantan dan betina biasanya tersusun secara seri dan berpasangan, berfragmentasi / bersegmen atau berupa elemen yang mengalami fusi. Organ reproduksi hewan jantan adalah: testes (dapat tunggal atau sepasang), dengan saluran keluar vas deferens, selanjutnya ke saluran ejakulatori (ejaculatory duct). Selain itu masih dilengkapi organ asesoris, yaitu semacam glandula yang terdapat antara saluran dan vas deferens, yang disebut vesikula seminalis / seminal vesicle. Sistiin reproduksi pada hewan betina terdiri atas organ-organ: ovari (dapat tunggal, ganda atau banyak dan tersusun kluster), yang berlanjut menjadi oviduk Kebanyakan Acari memiliki sepasang uterus. Pada Gamasida dan Actinedida dapat ditemukan uterus tunggal. Uterus akan berlanjut sebagai lubang uterus / vagina, yang terletak di tengah atau di posterior pada sisi ventral idiosoma. Pada individu yang memiliki bursa kopulatrik, organ tersebut akan berlanjut dan membuka di reseptakulum seminalis / seminal receptacle yang berhubungan dengan ovari. Embriogenesis Oviposisi khas terdapat pada sebagian besar anggota Acari, namun pada beberapa kelompok mites mengalami ovovivipar baik saat pembentukan embrio maupun setelah pembentukan embrio ( postembryonic ). Oviposisi secara lengkap terjadi dalam beberapa hari. Telur berbentuk bulat atau bulat telur (oval) yang diletakkan oleh induk betina baik satu ataupun dalam bentuk kelompok / kluster. Tick meletakkan ribuan telurnya secara bersamaan, sementara itu mite anggota Trombiculidae meletakkan telurnya satu persatu, dan sekitar 400 butir telur akan diletakkan selama kurun waktu 6 bulan. Telur yang diletakkan bervariasi warnanya, dari putih sampai ke kuning bahkan oranye. Telur biasanya terlindungi oleh lapisan lilin sehingga tahan air juga menghindari telur kehilangan air, hal tersebut terdapat terutama pada telur-telur yang baru saja diletakkan. Pada kebanyakan mite parasit adalah larviparous, tetapi mereka memilih jaringan hospes untuk oviposisinya. Beberapa mite meletakkan telur pada suatu tempat pada hospes dimana larva mite tersebut nantinya langsung akan menjadi parasit pada hospes tersebut. Pada mite yang hidup di perairan akan menggunakan ovipositor untuk memasukkan telur yang akan diletakkannya ke dalam tanaman air. Perkembangan secara embrionik telur-telur Acari sesungguhnya masih perlu banyak dikaji. Sitasi dari literature yang ada juga sangat sedikit, hanya pada tahun 1972, van de Hammen, melaporkan bahwa telur mengalami pembelahan secara total, tanpa melalui pemisahan sitoplasma / primordial sitoplasmic. Inti rnembelah dalam sitoplasma, Universitas Gadjah Mada 10

11 selanjutnya akan bergerak menuju permukaan, atau migrasi / pergerakan inti dapat terjadi sebelum membelah. Selanjutnya Inti akan terus membelah dan akan membentuk semacam bungkus / kantong yang disebut blastoderm, kantong tersebut sebagai tempat deposit / penyimpanan cadangan makanan / yolk. Kromosom pada Acarina biasanya hanya sedikit. Kromosom diploid terbanyak adalah 36 ditemukan pada Acari oleh Oliver (1967), dan dinyatakan oleh Hansel et.al. (1964) adanya kromosom yang 2-4 kali lebih sering muncul dibandingkan yang lainnya. Subpokok Bahasan 5: Sistim Saraf Pendahuluan Sistim saraf pada Acari serupa dengan sistim pada serangga umumnya. Organ-organ saraf terutama terletak di bagian idiosoma, terutama adalah seta / setae, yang biasanya berfungsi sensitive terhadap sentuhan. Sistim Saraf Sensor reseptor pada Acari berupa setae yang terdapat di bagian idiosoma. Adanya sentuhan akan mengakivasi sel-sel saraf yang terletak di bagian basal masing-masing setae. Setae pada Acari memiliki bentuk yang bervariasi, yaitu dari bentuk bulat memanjang sampai ke bentuk seperti daun. Seta yang berbentuk daun ini biasanya terletak di bagian dorsal tubuh, dan organ-organ sensorinya disebut dengan trichobothria atau organ pseudostigmatid. Pada organ sensori tersebut terdapat sel-sel saraf protoplasmic yang memanjang ke arah setae. Pada umumnya reseptor setae, tersusun oleh satu atau sepasang mata sederhana yang ditemukan di bagian lateral di propodosoma. Hanya pada subordo Mesostigmata tidak memiliki mata ini. Larva dari berbagai anggota subordo (Prostigmata, Astigmata, Cryptostigmata) memiliki sepasang urstigma yang terletak dibagian ventral antara coxa I dan III, dan organ ini diketahul berfungsi sebagai sensor terhadap kelembaban. Nimfa dan dewasa anggota Acari pada kelompok tersebut memiliki diskus / cekungan genital yang kemungkinan juga berfungsi sama dengan ogan sensor di atas. Setae sensori juga terdapat di bagian kaki anggota Acari yang juga memiliki berbagai bentuk. Pada Metastigmata atau tick memiliki organ sensor / saraf yang kompleks yang disebut sebagai Haller s organ, yang mempunyai 4 macam tipe seta sensori yang berbeda. Universitas Gadjah Mada 11

12 Subpokok Bahasan 6: Daur Hidup Pendahuluan Daur hidup Acari sangat bervariasi, ada yang melalui 3 stadium perkembangan, namun ada yang melalui sampai 6 stadium perkembangan. Stadium-stadium perkembangan tersebut adalah: telur larva protonimph deutonimph tritonimph dewasa. Berbagai macam siklus hidup anggota Acari akan dibahas pada subpokok bahasan ini. Daur hidup Pada anggota Acari yang melalui 6 stadium dalam daur hidupnya ( telur larva protonimph - deutonimph - tritonimph - dewasa), stadium yang aktif adalah stadium larva, deutonimph (nimfa) dan stadium dewasa. Sedangkan stadium protonimph dan tritonimph biasanya dianggap sebagai stadium moulting atau pergantian kulit. Namun terkadang daur hidup lebih kompleks pada tick terutama anggota famili Argasidae, yaitu pada stadium nimfa mengalami serangkaian moulting sebelum menjadi dewasa, dimungkinkan sampai 8 instar pada stadium larva. Untuk tick jantan ciri akan muncul pada saat perkembangan larva instar 4 atau instar 5, sedangkan ciri untuk yang betina muncul pada perkembangan larva instar 6 atau instar 6. Pada umumnya perkembangan dari telur sampai menjadi individu dewasa memerlukan waktu antara 4-5 hari, namun biasanya memerlukan waktu sampai beberapa minggu bahkan bulan. Sebagai contoh mite penyebab gatal / itch mite, Sarcoptes scabiei memerlukan waktu untuk perkembangan lengkap selama 10 hari, namun untuk anggota famili Macrochelidae (Gamasida) hanya memerlukan waktu sekitar 60 jam saja untuk perkembangan dari telur sampai dewasa. Siklus hidup antara 5 bulan sampai 1 tahun telah dilaporkan terjadi pada berbagai anggota Oribatida dan Actinedida. Larva Dermacentor andersoni yang menetas terlambat pada musim dingin mampu berkembang menjadi dewasa sampai dua tahun lamanya, bahkan perkembangan telur sampai dewasa pada Ixodes uriae memerlukan waktu antara 4-5 tahun pada iklim yang dingin. Suhu, kelembaban, dan ketersediaan makanan mempunyai pengaruh yang positif terhadap lama waktu perkembangan Acari. Pada stadium larva, Acari mempunyai 6 kaki / heksapod dengan sebagian atau tidak tersklerotisasi, dan belum memiliki ciri genital secara eksternal. Identifikasi pada stadium ini sukar dilakukan, karena belum adanya tanda karakteristik / struktur yang khas yang dimiliki individu tersebut. Pada stadium nimfa biasanya melalui beberapa kali moulting / pergantian kulit, dan bentuknya menyerupai stadium dewasa namun masih berukuran kecil, namun pada anggota tick keras (Ixodida) dan Universitas Gadjah Mada 12

13 beberapa anggota Actinedida hanya mengalami 1 kali stadium nimfa, sedangkan pada tick lunak (Argasida) terdapat 8 instar perkembangan dari larva ke dewasa. Nimfa stadium pertama / instar pertama disebut protonimph biasanya merupakan nimfa yang aktif. Pada stadium deutonimph (nimfa instar dua) berbeda dengan stadium dewasa adalah pada nimfa instar dua belum dilengkapi alat genital. Larva tritonimph adalah larva yang aktif. Stadium ini hanya dimiliki oleh sebagian kecil Acari, sehingga bentuk dewasa umumnya dijumpai setelah nimfa instar dua. Berikut adalah contoh 4 macam daur hidup pada ke 4 subordo anggota Acari: Universitas Gadjah Mada 13

14 Subpokok Bahasan 7: Habits dan Habitat Acarina Pendahuluan Banyaknya variasi dan diversitas pada morfologi anggota Acari tentunya akan menunjukkan keanekaragaman karakteristik perilaku. Spesialisasi habitat Acari biasanya akan diikuti oleh spesialisasi bentuknya. Mengetahui kebiasaan dan tempat hidup Acari sangat penting. Berdasarkan habits dan habitatnya, Acari dibagi menjadi 2 grup / kelompok, yaitu kelompok yang hidup bebas dan kelompok yang hidup sebagai parasit. Dari ke 2 kelompok tersebut masih dibagi lagi menjadi kelompok-kelompok / kategori. Habits dan Habitat Pada anggota Acari yang hidup bebas dibagi menjadi 5 (lima) kategori, yaitu: 1. mites predator 2. mites pada tanaman 3. mites yang bersifat fungivorous 4. mites yang bersifat coprophageus 5. mites yang bersifat saprofagous dan phoretic Pada mites yang sifat hidupnya parasit dibagi menjadi 2 (dua) kategori, yaitu: mites ektoparasit, yang hidup pada hewan-hewan Invertebrata dan Vertebrata; dan mites yang bersifat endoparasit,juga pada hewan-hewan Invertebrata maupun Vertebrata. Berdasarkan tujuan epidemiologis, Acari parasit secara ekologis dapat di klasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu: host-dwelling nest-dwelling, dan field-dwelling. Parasit yang bersifat host dwelling adalah parasit yang selama hidupnya berada pada tubuh hospes, misalnya tungau Sarcoptes scabiei pada manusia dan tick pada sapi yaitu Boophilus micropilus, serta beberapa genera penyebab penyakit kulit pada anjing, kucing, babi dan hewan peliharaan lainnya. Parasit yang bersifat nest-dwelling adalah parasit yang menyelesaikan daur hidupnya di tempat yang terlindung di Iuar tubuh inang, dan hanya pada waktu serta saat tertentu (mencari makan) saja berada pada tubuh hospes. Selanjutnya pada parasit yang bersifat field dwelling adalah parasit yang secara kontinyu berada pada tubuh hospes untuk makan, namun pada jangka waktu yang pendek yaitu antara 1 hari sampai 2-3 mingga. Namun setelah kenyang parasit akan melepaskan diri dari tubuh hospes dan kembali ke tanah untuk meneruskan daur hidupnya. Sebagai contoh adalah tick kelompok Ixodid, dari genuera Dermacentor, Haemaphysalis, Amblyoma, dan beberapa jenis chiggers dari famili Trombiculidae. Universitas Gadjah Mada 14

15 Subpokok Bahasan 8: Distribusi Umum Pendahuluan Secara umum penyebaran tick dan mite adalah meluas pada hampir semua habitat, baik daratan maupun perairan (tawar maupun laut), disamping itu berbagai jenis diketahui bersifat parasit baik endoparasit maupun ektoparasit pada berbagai hewan termasuk manusia, juga pada tanaman pertanian. Distribusi Penyebaran anggota Acari sangat berhubungan dengan cara memperoleh makanannya dan cara hidupnya, apakah bersifat hidup bebas atau bersifat parasit. Pada anggota Acari yang hidup bebas dan bersifat predator, mite dapat dijumpai di ground / tanah, yaitu lapisan atas/permukaan tanah, permukaan humus. Mite pada daerah ini biasanya bergerak sangat aktif dan juga dilengkapi chelicera yang kuat, juga memiliki pola warna yang terang, merah, kuning atau hijau. Mite yang mempunyai sifat ini adalah famili dari Gamasida dan Actinedida. Untuk yang hidup di laut mite dapat dijumpai di daerah intertidal litoral. Mite yang hidup di daenah ini juga bersifat predator terutama terhadap arthropoda kecil atau invertebrata lainnya. Keberadaannya dipicu oleh akumulasi bahanbahan organic di daerah tidal. Pada jenis yang bersifat akuatik / hidup di air tawar biasanya juga bersifat predator. Pola warnanya terang, yaitu merah, oranye, hijau atau biru. Pada mite yang bersifat fitofagus, mikofagus, saprofagus, dan mikrofitofagus, biasanya adalah jenis-jenis yang hidup di permukaan tanah. Pada jenis yang bersifat phoretik, biasanya bersifat parasit pada kumbang dan serangga lainnya. Subpokok Bahasan 9: Kepentingan Medik dan Lingkungan Pendahuluan Telah diketahui ke dua sifat hidup anggota Acari, yaitu yang hidup bebas maupun parasit. Untuk acari yang hidup bebas biasanya bersifat predator atau pemakan bahan organic di permukaan tanah, pemakan jamur, juga pemakan tanaman. Pada Acari yang bersifat parasit mapun sebagai vektor tentunya akan memberikan nilai penting terutama untuk kesehatan hewan tennasuk manusia dan bagi lingkungan terutama adalah di area pertanian. Universitas Gadjah Mada 15

16 Kepentingan Medik Berbagai jenis mite diketahui penyebab penyakit pada manusia maupun hewan, terutama adalah alergi, selain berbagai jenis yang diketahui menjadi vektor berbagai penyakit yang disebabkan oleh virus maupun bakteri. Sebagai contoh adalah mite penyebab alergi, house dus mites atau tungau debu rumah (Dermatophagoides spp.) yang ditengarai sebagai pencetus penyakit asma. Tungau debu ini mampu memproduksi allergen yang pada orang rentan dapat menimbulkan reaksi alergi yang hebat, selain asma adalah perennial rhinitis dan eksim. Jenis yang lain adalah Sarcoptes scabiei, yaitu tungau yang menyerang baik pada anak maupun pada orang dewasa karena tidak menjaga kebersihan dengan baik. Infestasi oleh tungau ini tinggi terutama pada penderita kusta. Tungau akan membuat terowongan untuk mendapatkan tempat tinggalnya sambil mengeluarkan secret / kotoran yang bersifat alegen pula. Jika pada anak-anak maka mereka akan segera menggaruk sehingga menimbulkan luka terbuka, dan menyebabkan infeksi sekunder oleh bakteri. Selain karena tungaunya sendiri, juga karena fungsi mite sebagai vektor, misalnya penyakit scrub thypus yang disebabkan oleh Rickettsia tsutsugamushi melalui gigitannya. Mite yang menjadi vektor adalah dari genus Leptotrombidium. dan 7 jenis diantaranya telah terbukti sebagai vector penyakit ini. Penutup Ilmu yang mempelajari Acari memang berkembang lebih lambat dibandingkan cabang ilmu yang lainnya, namun setelah diketahuinya beberapa penyakit alergi termasuk juga meningkatnya penderita asma menyebabkan cabang ilmu ini banyak diminati. Terlebih dengan bervariasinya respon imun yang muncul dari para penderita alergi. Berkembangnya ilmu yang didukung berbagai penelitian serta pembagian yang jelas menyebabkan cabang ilmu ini lebih mudah untuk dimengerti dan dipraktikkan baik dibidang kesehatan hewan, manusia maupun di bidang pertanian. Perkembangan yang baru saat ini adalah dengan ditemukannya berbagai jenis tungau pada lebah madu yang berbeda pada satu negara dengan negara lainnya. Akan tetapi yang menjadi pertanyaan adalah apakah tungau tersebut hidup sebagai parasit (ektoparasit) atau sebagai predator. Semoga bagian ini memberi kejelasan secara umum tentang ilmu Acarologi. Universitas Gadjah Mada 16

17 Tes Formatif Petunjuk : Soal Tipe I. Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat. Soal Tipe II. Pilihlah A. bila pernyataan 1,2, dan 3 benar B. bila pernyataan 1 dan 3 benar C. bila pemyataan 2 dan 4 benar D. Bila hanya pernyataan 4 yang benar E. bila semua pernyataan benar Soal Tipe Ill. Berilah uraian jawaban dengan jelas dan ringkas. Soal Tipe I. 1. Berikut adalah subordo anggota Ordo Acariformes: A. Mesostigmata B. Metastigmata C. Notostigmata D. Astigmata E. Tetrastigmata 2. Penyakit scrub thypus disebabkan oleh gigitan: A. Boophilus B. Leptotrombidium C. Sarcoptes D. Ornithodoros E. Rhipicephalus 3. Pada perkembangan Acari yang melalui 6 fase, setelah fase protonimph adalah: A. Deutonimph B. Larva C. Telur D. Tritonimph E. Dewasa Soal Tipe II. 1. Berdasarkan tujuan epidemiologis maka Acari parasit dapat dikategorikan menjadi: 1. host-dwelling 3. Field-dwelling 2. Nest-dwelling 4. Fungivorous mites 2. Berikut adalah daur hidup anggota Acari subordo Metastigmata: 1. telur 3. Nimfa 2. larva 4. Dewasa Universitas Gadjah Mada 17

18 3. Pada mites embrionasi dapat terjadi secara: 1. ovovivipar 3. larvivarous 2. ovipar 4. ovipositor 4. Cara reproduksi pada anggota Acari adalah: 1. parthenogenesis 3. arrhenotoky 2.thelytoky 4. amphothelotoky Soal Tipe III. 1. Sebutkan bagian-bagian kaki Acari 2. Sebutkan pembagian tubuh Acari secara umum, dan berikan keterangannya 3. Bagaimanakah sistim pernafasan pada Acari? (pada masing-masing subordo). Umpan Balik Untuk menilai hasil kerja mahasiswa pada soal tes formatif tersebut, beberapa hal yang menjadi pedoman meliputi: 1. mahasiswa harus mampu menjawab soal tersebut karena berhubungan dengan cirri morfologi yang sangat umum, dan dimiliki oleh anggota Arthropoda lainnya. 2. mahasiswa harus mampu menjelaskan dan membedakan tanda karakteristik umum dari anggota Acari dengan bagian secara lengkap; karena hal tersebut penting untuk membedakan antara anggota subordo yang satu dengan lainnya. 3. Hal-hal yang menjadi pokok dalam evaluasi ini adalah tingkat penguasaan mahasiswa akan materi yang diberikan dengan menjawab secara sistematis dan rinci. Kunci Jawaban Tes Formatif Soal Tipe l. 1. D 2. B 3. A Universitas Gadjah Mada 18

19 Soal Tipe II. 1. A 2. E 3. B 4. E Soal Tipe III. 1. Bagian-bagian kaki adalah: coax, trochanter, femur, genu, tibia, dan tarsus yang dilengkapi dengan claw / cakar pada individu tertentu. 2. Pembagian tubuh secara umum: dari sisi dorsal: Bagian anterior disebut gnathosoma, yang padanya terdapat kepala dengan alat mulut, dan bagian posterior disebut idiosoma. Pada sisi ventral akan nampak lubang genital, anus jumlah kaki 4 pasang pada yang dewasa, sedang stadium nimfa hanya 3 pasang. Pasangan kaki I terdapat di bagian Idiosoma anterior dan pasangan kaki ke III dan IV terdapat di bagian idiosoma posterior. 3. Sistim pernafasan pada Acari masih sederhana. Alat pernafasan luar adalah stigma (satu), stigmata (jamak). Ada dan tidaknya stigma menjadi ciri karakteristik untuk pembagian takson menuju subordo. Pada subordo Metastigmata, stigma berada pada sisi luar ventral coxa ke IV, pada Mesostigmata terdapat di antara pasangan kaki ke III dan ke IV, sedang pada subordo Prostigmata, stigmata terletak di chelicera, sedangkan pada Astigmata tidak memiliki stigma. Masing-masing stigma ke arah dalam akan dihubungkan dengan organ internal menuju sistim trakeal. Sistim trakeal menyebar di seluruh tubuh dan menuju ke berbagai sistim organ. Daftar Referensi Belding DL., Text Book of Parasitology. 3 rd ed. Appleton Century Crofts. New York. Cable RM An Illustrated Laboratory of Parasitology. Fifth edition. Burges Publication Co. Minnesota. Pp: ; Hammer L. van de Reflexion sur Ia valeur des donnes embryologyques pour la morphologie, Acarologia. 14 (4): (Dalam: A Manual of Acarology, Krantz, 1978). Universitas Gadjah Mada 19

20 Hansell R.I.C., M. Mollison and W.L. Putman A cytological demonstration of arrhenotoky in three mites of the family Phytoseiidae. Chomosoma 15: (Dalam: A Manual of Acarology, Krantz, 1978). Ho CM., Notes on General Acarology. Lecture Note. Diploma in Applied Parasitology and Entomology, bahagian Acarology Institute for Medical Research, Malaysia Pp: 8. Krantz, G.W A Manual of Acarology. 2 nd ed. Oregon State University Book Store Inc. Corvalis, pp: 48, 65, 66, 101, 102, 374, 395, 396, 443 Oliver J.H.Jr Cytogenetics of Acarines. In Genetics of insect Vector of Disease. J.Wright and R.pal, eds. Elseiver Publication Co., Amsterdam: (Dalam: A Manual of Acarology, Krantz, 1978) Simangunsong BR Parasitologi. Universitas Terbuka. 6 (30 hal) Senarai (Glossary) Host-dwelling = mite parasit yang tinggal selama hidupnya pada hospes Field dwelling = mite parasit yang hidup hanya sementara di hospes, hanya saat makan berada di tubuh hospes, selain itu di tanah Nest dwelling = mite parasit yang siklus hidupnya berada di luar tubuh hospes, hanya saat makan saja Phoretic mite = mite parasit yang memiliki perilaku untuk tujuan transportasi / artinya mengikuti hospes yang aktif terbang, misalnya kumbang Predaceus mite = mite predator Oviposisi = pelatakan telur Universitas Gadjah Mada 20

TINJAUAN MATA KULIAH

TINJAUAN MATA KULIAH TINJAUAN MATA KULIAH 1. Deskripsi Matakuliah Matakuliah Acarologi merupakan salah satu matakuliah pilihan yang dipersiapkan untuk mahasiswa Semester III pada Program Studi S-1 Program Studi Biologi, Fakultas

Lebih terperinci

IDENTITAS MATA KULIAH

IDENTITAS MATA KULIAH IDENTITAS MATA KULIAH 1. Mata kuliah : Acarologi 2. Kode / SKS : BIO 3153 / SKS 2-1 3. Semester : III 4. Jurusan / Program studi : Biologi 5. Jumlah jam pertemuan : 14 16 kali per semester 6. Dosen : Dra.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Parasit Lalat S. inferens Towns. Menurut Kalshoven (1981), klasifikasi S. inferens adalah sebagai berikut: Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus Spesies : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar

Annelida. lembab terletak di sebelah atas epithel columnar yang banyak mengandung sel-sel kelenjar Annelida Karakteristik 1.Bilateral simetris, memiliki tiga lapisan sel (triploblastik), tubuhnya bulat dan memanjang biasanya dengan segmen yang jelas baik eksternal maupun internal. 2.Appendages kecil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi

HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi HASIL DAN PEMBAHASAN Gejala Parasitisasi Acerophagus papayae merupakan endoparasitoid soliter nimfa kutu putih pepaya, Paracoccus marginatus. Telur, larva dan pupa parasitoid A. papayae berkembang di dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Kumbang Badak (O. rhinoceros L.) berikut : Adapun sistematika dari kumbang tanduk menurut Kalshoven, (1981) adalah sebagai Kingdom Filum Class Ordo Family Genus : Animalia : Arthropoda

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Karakterisasi dan Infestasi Tungau pada Cicak

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Karakterisasi dan Infestasi Tungau pada Cicak TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Tungau Kethley (1982) menempatkan tungau sebagai anggota Filum Arthropoda, Sub Filum Chelicerata, Kelas Arachnida, Sub Kelas Acari. Ciri yang membedakan tungau

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :

Lebih terperinci

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster

ORDO DECAPODA. Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster ORDO DECAPODA Kelompok Macrura : Bangsa udang & lobster Kelompok Macrura Bangsa Udang dan Lobster Bentuk tubuh memanjang Terdiri kepala-dada (cephalothorax) dan abdomen (yang disebut ekor) Kaki beruas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Klasifikasi dan Morfologi Daphnia sp. digolongkan ke dalam Filum Arthropoda, Kelas Crustacea, Subkelas Branchiopoda, Divisi Oligobranchiopoda, Ordo Cladocera, Famili Daphnidae,

Lebih terperinci

Gambar 1 Ayam kampung (sumber:

Gambar 1 Ayam kampung (sumber: 4 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ayam Kampung Ayam kampung merupakan hewan vertebrata yang termasuk dalam kelas Aves dengan ordo Galliformes dan spesies Gallus domesticus. Ayam kampung telah berkembang pesat di

Lebih terperinci

Lampiran 1 Daftar kolektor cicak. Ruth Normasari. Makassar, Gorontalo, P. Seram, P. Kisar, Masohi, Ambon, Biak

Lampiran 1 Daftar kolektor cicak. Ruth Normasari. Makassar, Gorontalo, P. Seram, P. Kisar, Masohi, Ambon, Biak LAMPIRAN 45 46 47 Lampiran 1 Daftar kolektor cicak Nama kolektor Arif Rahmatullah Atang Budhi Priyanto Darlianis Dakir Torang Ednan Setriawan Inayat Islamul Hadi Ketut Yunita Kodri Mandang Rahmudin Ruth

Lebih terperinci

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya

A. Pendahuluan. Sumber: Dokumen Pribadi Penulis (2015). Buku Pendidikan Skabies dan Upaya Pencegahannya A. Pendahuluan Penyakit skabies adalah penyakit gatal pada kulit, yang disebabkan oleh kepadatan, kelembapan, diabaikannya personal higiene. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang status

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata

PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Studi Perkembangan Embrio C. trifenestrata PEMBAHASAN Siklus Hidup C. trifenestrata Tahapan hidup C. trifenestrata terdiri dari telur, larva, pupa, dan imago. Telur yang fertil akan menetas setelah hari kedelapan, sedang larva terdiri dari lima

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus 12 HASIL DAN PEMBAHASAN Ciri Morfologi Parasitoid B. lasus Telur Telur parasitoid B. lasus berbentuk agak lonjong dan melengkung seperti bulan sabit dengan ujung-ujung yang tumpul, transparan dan berwarna

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN. Jenis Ektoparasit Jenis ektoparasit yang ditemukan dari empat belas ekor tikus putih (R. norvegicus) galur Sprague Dawley terdiri atas tiga jenis, yaitu tungau Laelaps echidninus,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Ongole (Bos indicus) Sapi ongole merupakan keturunan sapi liar yang dijinakkan di India. Di Indonesia, sapi ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu Sumba ongole dan

Lebih terperinci

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua) SKRIPSI Diajukan Untuk Penulisan Skripsi Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Sarjana Pendidikan (S-1)

Lebih terperinci

N E M A T H E L M I N T H E S

N E M A T H E L M I N T H E S N E M A T H E L M I N T H E S Nema = benang, helminthes = cacing Memiliki rongga tubuh yang terbentuk ketika ektodermis membentuk mesodermis, tetapi belum memiliki mesenterium untuk menggantungkan visceral

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Buah-buahan 3 TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah-buahan Taksonomi Tanaman Buah-buahan Tanaman buah-buahan termasuk ke dalam divisi Spermatophyta atau tumbuhan biji. Biji berasal dari bakal biji yang biasa disebut makrosporangium,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Vektor Vektor dalam arti luas adalah pembawa atau pengangkut. Vektor dapat berupa vektor mekanis dan biologis, juga dapat berupa vektor primer dan sekunder.vektor mekanis adalah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5 1. Pada siklus hidup hewan tertentu, terjadi perubahan bentuk tubuh dari embrio sampai dewasa. Perubahan bentuk tubuh ini disebut...

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Capung

TINJAUAN PUSTAKA. Capung TINJAUAN PUSTAKA Capung Klasifikasi Capung termasuk dalam kingdom Animalia, filum Arthropoda, klas Insecta, dan ordo Odonata. Ordo Odonata dibagi ke dalam dua subordo yaitu Zygoptera dan Anisoptera. Kedua

Lebih terperinci

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI

FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI FILUM ARTHROPODA NAMA KELOMPOK 13 : APRILIA WIDIATAMA ERNI ASLINDA RINA SUSANTI Kata Arthropoda berasal dari bahasa Yunani yaitu Arthros berarti sendi (ruas) dan Podos berarti kaki. Jadi arthropoda adalah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 7 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Distribusi Spasial A. tegalensis pada Tiga Varietas Tebu Secara umum pola penyebaran spesies di dalam ruang terbagi menjadi tiga pola yaitu acak, mengelompok, dan teratur. Sebagian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai TINJAUAN PUSTAKA Pentingnya predasi sebagai strategi eksploitasi dapat diringkas dalam empat kategori utama. Pertama, predator memainkan peran penting dalam aliran energi pada kumunitasnya. Kedua, predator

Lebih terperinci

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa

Metamorfosis Kecoa. 1. Stadium Telur. 2. Stadium Nimfa Metamorfosis Kecoa 1. Stadium Telur Proses metamorfosis kecoa diawali dengan stadium telur. Telur kecoa diperoleh dari hasil pembuahan sel telur betina oleh sel spermatozoa kecoa jantan. Induk betina kecoa

Lebih terperinci

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI

FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI FISIOLOGI SERANGGA SUHARA JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI UPI FISIOLOGI SERANGGA 1. PencernaanSerangga Saluran pencernaan dibagi tiga bagian: Foregut (stomodeum) perut bagian depan : terdapat katup cardiac

Lebih terperinci

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id

KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit didik.dosen.unimus.ac.id Parasitologi Kesehatan Masyarakat KBM 8 : Arthropoda Sebagai Vektor dan Penyebab Penyakit Mapping KBM 8 2 Tujuan Pembelajaran Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu menggunakan pemahaman tentang parasit

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan 3 TINJAUAN PUSTAKA Lalat Buah (Bactrocera spp.) Biologi Menurut Departemen Pertanian (2012), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Phylum Klass Ordo Sub-ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sapi Perah Sapi perah merupakan salah satu komoditi peternakan yang dapat mendukung pemenuhan kebutuhan bahan pangan bergizi tinggi yaitu susu. Jenis sapi perah yang paling

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Family Genus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan

BAB I PENDAHULUAN. yang lalu. Salah satu bukti hubungan baik tersebut adalah adanya pemanfaatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anjing merupakan salah satu jenis hewan yang dikenal bisa berinteraksi dengan manusia. Interaksi demikian telah dilaporkan terjadi sejak ratusan tahun yang lalu. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai parasit sperti cacing telah dikenal beratus-ratus tahun yang lalu oleh nenek 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parasit Parasit adalah organisme yang eksistensinya tergangung adanya organisme lain yang dikenal sebagai induk semang atau hospes. Organisme yang hidup sebagai parasit sperti

Lebih terperinci

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Brontispa sp di laboratorium. Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang membutuhkan. Tujuan Penelitian Untuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Biologi dan Morfologi Rayap (Coptotermes curvignatus) Menurut (Nandika et, al.dalam Pratama 2013) C. curvignatus merupakan rayap yang paling luas serangannya di Indonesia. Klasifikasi

Lebih terperinci

Musca domestica ( Lalat rumah)

Musca domestica ( Lalat rumah) PARASITOLOGI LALAT SEBAGAI VEKTOR PENYAKT Musca domestica ( Lalat rumah) Oleh : Ni Kadek Lulus Saraswati P07134013007 KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR JURUSAN D-III

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lapang dan di Laboratorium Bioekologi Parasitoid dan Predator Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pediculus Humanus Capitis Pediculus humanus capitis merupakan ektoparasit yang menginfeksi manusia, termasuk dalam famili pediculidae yang penularannya melalui kontak langsung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hama Symphilid Symphylid memiliki bentuk yang menyerupai kelabang, namun lebih kecil, berwarna putih dan pergerakannya cepat. Dalam siklus hidupnya, symphylid bertelur dan telurnya

Lebih terperinci

BIOLOGI SERANGGA PENGENALAN ARTHROPODA DAN. Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB

BIOLOGI SERANGGA PENGENALAN ARTHROPODA DAN. Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB PENGENALAN ARTHROPODA DAN BIOLOGI SERANGGA Upik Kesumawati Hadi Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Hewan IPB Bila dibandingkan dengan banyaknya jenis hewan di dunia ini, ternyata

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Nyamuk Aedes aegypti Aedes aegypti merupakan jenis nyamuk yang dapat membawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah. [2,12] Aedes aegypti tersebar luas di wilayah tropis

Lebih terperinci

TUNGAU PADA BEBERAPA JENIS REPTILIA PENDAHULUAN

TUNGAU PADA BEBERAPA JENIS REPTILIA PENDAHULUAN ---- - ----- --- --- ~-------- -------~----- ~~ ------- ~--~------ ~----~ ------ TUNGAU PADA BEBERAPA JENIS REPTILIA Disusun oleh: Taruni Sri Prawasti PENDAHULUAN Tungau menempati tipe habitat yang sangat

Lebih terperinci

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok

Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok Standar Nasional Indonesia Induk udang rostris (Litopenaeus stylirostris) kelas induk pokok ICS 65.150 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parasitoid yang ditemukan di Lapang Selama survei pendahuluan, telah ditemukan tiga jenis parasitoid yang tergolong dalam famili Eupelmidae, Pteromalidae dan Scelionidae. Data pada

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya.

TINJAUAN PUSTAKA. miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa hidupnya. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Sycanus sp. (Hemiptera: Reduviidae) Telur Kelompok telur berwarna coklat dan biasanya tersusun dalam pola baris miring. Sycanus betina meletakkan tiga kelompok telur selama masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Skabies 1. Definisi Skabies adalah penyakit kulit yang banyak dialami oleh penduduk dengan kondisi ekonomi menengah kebawah. Skabies disebabkan oleh parasit Sarcoptes scabiei.

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 02-6730.2-2002 Standar Nasional Indonesia Induk Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok (Parent Stock) Prakata Standar induk kodok lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas induk pokok disusun

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang

TINJAUAN PUSTAKA. Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang 5 4 TINJAUAN PUSTAKA A. Kutu Kutu penghisap merupakan parasit penghisap darah mamalia yang memiliki bagian-bagian mulut seperti jarum (stilet) yang dapat masuk ke dalam kulit inangnya. Bagian-bagian mulut

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun,

TINJAUAN PUSTAKA. berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan daun, TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur penggerek batang tebu berbentuk oval, pipih dan diletakkan berkelompok (Gambar 1). Kebanyakan telur ditemukan di bawah permukaan

Lebih terperinci

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola)

Jawaban. 1 Metamorfosis Sempurna (Holometabola) Soal metamorfosis 1. Apa yang dimaksud metamorfosis sempurna? 2. Gambarkan kejadian metamomorfosis sempurna! 3. Apa yang dimaksud dengan metamorfosis tidak sempurna? 4. Gambarkan kejadian metamorfosis

Lebih terperinci

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata

5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata >>> Vertebrata POKOK-POKOK BAHASAN PALEONTOLOGI 1. Pendahuluan 2. Phylum Protozoa 3. Phylum Porifera 4. Phylum Coelenterata 5. Phylum Brachiopoda Invertebrata 6. Phylum Mollusca 7. Phylum Arthropoda 8. Phylum Echinodermata

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah Kingdom Filum Class Ordo Famili Genus : Animalia : Arthopoda : Insekta : Lepidoptera : Plutellidae : Plutella

Lebih terperinci

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF

TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF TUGAS IPA PERKEMBANGBIAKAN HEWAN SECARA GENERATIF ANGGOTA KELOMPOK : 1. ANNISA SALIZA 2. REGYTA ANUGRAH MAHAPUTRI SAMUEL 3. TYAS AYU FADILLAH 4. WIRA YUDA KHOIRUL A 5. WIWID SEKAR U 6. YOHANES JUAN BAGUS

Lebih terperinci

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila

Gambar 1. Drosophila melanogaster. Tabel 1. Klasifikasi Drosophila I. Praktikum ke : 1 (satu) II. Hari / tanggal : Selasa/ 1 Maret 2016 III. Judul Praktikum : Siklus Hidup Drosophila melanogaster IV. Tujuan Praktikum : Mengamati siklus hidup drosophila melanogaster Mengamati

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE

PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE PROSES PEMBENTUKAN BIJI PADA ANGIOSPERMAE DISUSUN OLEH: PREKDI S. BERUTU NIM: 160301034 Mata Kuliah : Teknologi Benih Dosen Pengampu : Risky Ridha, SP., MP PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Pupuk merupakan bahan alami atau buatan yang ditambahkan ke tanah dan dapat meningkatkan kesuburan tanah dengan menambah satu atau lebih hara esensial. Pupuk dibedakan menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Suzuki Metode Suzuki adalah suatu metode yang digunakan untuk pemeriksaan telur Soil Transmitted Helmints dalam tanah. Metode ini menggunakan Sulfas Magnesium yang didasarkan

Lebih terperinci

CACING TANAH (Lumbricus terrestris)

CACING TANAH (Lumbricus terrestris) CACING TANAH (Lumbricus terrestris) Kode MPB2b Fapet I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis-Jenis Predator Pada Tanaman Jagung Jenis-jenis predator yang tertangkap pada tanaman jagung dengan sistem pola tanam monokultur dan tumpangsari adalah sama yakni sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Diaphanosoma sp. 1. Klasifikasi Klasifikasi Diaphanosoma sp. adalah sebagai berikut: Fillum Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Arthropoda : Crustacea : Branchiopoda : Cladocera

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi E. furcellata (Hemiptera : Pentatomidae) Menurut Kalshoven (1981) E. furcellata diklasifikasikan sebagai berikut : Phylum Klass Ordo Family Genus Spesies : Arthropoda

Lebih terperinci

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi

biologi SET 23 ANIMALIA 3 DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri b. Klasifikasi 23 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi A. FILUM ARTHROPODA a. Ciri Ciri SET 23 ANIMALIA 3 1. Bersegmen metameri 2. Peredaran darah terbuka 3. Tidak punya Hb, tetapi memiliki haemocyanin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen

TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda Entomopatogen 3 TINJAUAN PUSTAKA Nematoda Entomopatogen 1. Taksonomi dan Karakter Morfologi Nematoda entomopatogen tergolong dalam famili Steinernematidae dan Heterorhabditidae termasuk dalam kelas Secernenta, super

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis

II. TINJAUAN PUSTAKA. (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk segilima, mempunyai lima pasang garis II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bulu Babi Bulu babi merupakan organisme dari divisi Echinodermata yang bersifat omnivora yang memangsa makroalga dan beberapa jenis koloni karang (Aziz, 1981). Tubuhnya berbentuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam sebelum TINJAUAN PUSTAKA Chilo saccharipaghus Bojer (Lepidoptera: Pyralidae) Biologi Telur diletakkan pada permukaan daun, berbentuk oval, datar dan mengkilap. Telur berwarna putih dan akan berubah menjadi hitam

Lebih terperinci

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR

EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR EMBRIOLOGI MAS BAYU SYAMSUNARNO MK. FISIOLOGI HEWAN AIR AWAL KEHIDUPAN SEL TELUR SPERMATOZOA ZIGOT EMBRIO Fertilisasi/Pembuahan Diawali dengan masuknya sperma ke dalam sel telur melalui mikropil pada khorion

Lebih terperinci

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat:

Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: Cacing Tanah (Lumbricus terrestris) I. TUJUAN PRAKTIKUM Setelah menyelesaikan praktikum mahasiswa praktikan dapat: a. Menyebutkan karakteristik Lumbricus terrestris b. Menunjukkan apparatus digestorius

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit

I. PENDAHULUAN. serta merupakan cermin kesehatan dan kehidupan (Siregar, 2004). Penyakit I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta merupakan cermin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang 5 TINJAUAN PUSTAKA Biologi dan siklus hiduptrichogramma spp. (Hymenoptera : Trichogrammatidae) Famili Trichogrammatidae merupakan parasitoid telur yang bersifatgeneralis. Ciri khas Trichogrammatidae terletak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api (Setothosea asigna van Eecke) berikut: Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai Kingdom Pilum Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Animalia :

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Individu betina dan jantan P. marginatus mengalami tahapan perkembangan hidup yang berbeda (Gambar 9). Individu betina mengalami metamorfosis paurometabola (metamorfosis

Lebih terperinci

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) SNI : 01-6484.1-2000 Standar Nasional Indonesia Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock) Daftar Isi Halaman Prakata... 1 Pendahuluan... 1 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id

PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I. (Bagian Parasitologi) didik.dosen.unimus.ac.id PENGANTAR KBM MATA KULIAH BIOMEDIK I (Bagian Parasitologi) Pengertian Parasitologi adalah ilmu yang mempelajari jasad renik yang hidup pada jasad lain di dalam maupun di luar tubuh dengan maksud mengambil

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera

TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra ( Bombyx mori L. Ras Ulat Sutera TINJAUAN PUSTAKA Ulat Sutra (Bombyx mori L.) Ulat sutera adalah serangga holometabola yang mengalami metamorfosa sempurna, yang berarti bahwa setiap generasi keempat stadia, yaitu telur, larva atau lazim

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLATIHAN SOAL. Pernyataan yang merupakan ciri dari pertumbuhan ditunjukkan oleh nomor...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLATIHAN SOAL. Pernyataan yang merupakan ciri dari pertumbuhan ditunjukkan oleh nomor... 1. Perhatikan pernyataan di bawah ini 1). Bersifatreversible 2). Bersifat irreversible 3). Menuju ke arah dewasa 4). Jumlah dan ukuran sel semakinmeningkat 5). Perubahan dari kecil jadi besar SMP kelas

Lebih terperinci

Adanya rangka dalam (endoskeleton) berduri yang menembus kulit. Tubuh terdiri dari bagian oral (yang memiliki mulut) dan aboral (yang tidak memiliki mulut). Pada waktu masih larva tubuhnya berbentuk bilateral

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Jenis-Jenis Predator pada Tanaman Padi Hasil pengamatan predator pada semua agroekosistem yang diamati sebagai berikut: 1. Tetragnatha sp. Klas : Arachnida Ordo : Araneae

Lebih terperinci

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua

BAB IV. Selama proses habituasi dan domestikasi Attacus atlas (F1-F2) dengan pemberian dua BAB IV Hasil Dari Aspek Biologi Ulat Sutera Liar Attacus atlas (Lepidoptera : Saturniidae) Selama Proses Habituasi dan Domestikasi Pada Pakan Daun Sirsak dan Teh 4.1. Perubahan tingkah laku Selama proses

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 41 Hasil Identifikasi Berdasarkan hasil wawancara terhadap peternak yang memiliki sapi terinfestasi lalat Hippobosca sp menyatakan bahwa sapi tersebut berasal dari Kabupaten

Lebih terperinci

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae

Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Parasitoid Larva dan Pupa Tetrastichus brontispae Oleh Feny Ernawati, SP dan Umiati, SP POPT Ahli Muda BBPPTP Surabaya Pendahuluan Parasitoid adalah serangga yang memarasit serangga atau binatang arthopoda

Lebih terperinci

TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA AYU SETIANINGRUM

TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA AYU SETIANINGRUM TUNGAU EKTOPARASIT PADA ULAR Micropechis ikaheka, Leiophyton albertisi dan Stegonotus sp. Di PAPUA AYU SETIANINGRUM DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta)

2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lumut (Bryophyta) Lumut merupakan kelompok tumbuhan yang telah beradaptasi dengan lingkungan darat. Kelompok tumbuhan ini penyebarannya menggunakan spora dan telah

Lebih terperinci

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi

Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi Filum Arthropoda Perkiraan jumlah makhluk hidup yang menghuni bumi 1. Filum Arthropoda memiliki anggota spesies yang paling banyak dari filum lainnya dalam Kingdom Animalia. 2. Diperkirakan sekitar 1 juta

Lebih terperinci

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian

Lebih terperinci

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids

Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Insects dan Arachnids Mata Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan Insects dan Arachnids Insekta : Termasuk dalam filum arthropoda. Insecta sering disebut serangga atau heksapoda. Heksapoda berarti hewan berkaki enam. Diperkirakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4 TINJAUAN PUSTAKA Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae) Biologi Siklus hidup S. litura berkisar antara 30 60 hari (lama stadium telur 2 4 hari, larva yang terdiri dari 6 instar : 20 26 hari, pupa 8

Lebih terperinci

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS

PARASITOLOGI. OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS PARASITOLOGI OLEH: Dra. Nuzulia Irawati, MS DEFINISI PARASITOLOGI ialah ilmu yang mempelajari tentang jasad hidup untuk sementara atau menetap pada/ di dalam jasad hidup lain dengan maksud mengambil sebagian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum :

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di

TINJAUAN PUSTAKA. Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Plankton Plankton adalah organisme yang hidup melayang layang atau mengambang di atas permukaan air dan hidupnya selalu terbawa oleh arus, plankton digunakan sebagai pakan alami

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp.

TINJAUAN PUSTAKA. family : Tephritidae, genus : Bactrocera, spesies : Bactrocera sp. 4 TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Lalat Buah (Bactrocera sp.) Menurut Deptan (2007), lalat buah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: kingdom: Animalia, filum : Arthropoda, kelas : Insect, ordo : Diptera,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong TINJAUAN PUSTAKA Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) Biologi Ngengat meletakkan telur di atas permukaan daun dan jarang meletakkan di bawah permukaan daun. Jumlah telur yang diletakkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus

TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Ascaris lumbricoides Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan masyarakat Indonesia (FKUI, 1998). Termasuk dalam

Lebih terperinci

Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada 5. Bioekologi 5.1. Gerak (movement) Nematoda seringkali disebut sebagai aquatic animal, karena pada dasarnya untuk keperluan gerak sangat tergantung adanya film air. Film air bagi nematoda tidak saja berfungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reproduksi melalui berbagai cara, sesuai dengan jenis dan tingkat perkembangannya. Makin banyak hambatan yang dialami suatu organisme didalam reproduksinya, makin

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari TINJAUAN PUSTAKA Biologi Ulat Api 1. Biologi Setothosea asigna Klasifikasi S. asigna menurut Kalshoven (1981) adalah sebagai berikut : Phylum Class Ordo Family Genus Species : Arthropoda : Insekta : Lepidoptera

Lebih terperinci

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani²

KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU. Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² KEANEKARAGAMAN EKTOPARASIT PADA BIAWAK (Varanus salvator, Ziegleri 1999) DIKOTA PEKANBARU, RIAU Elva Maharany¹, Radith Mahatma², Titrawani² ¹Mahasiswa Program S1 Biologi ²Dosen Bidang Zoologi Jurusan Biologi

Lebih terperinci