GAYA DAN KARAKTER. Gbr : Topeng-topeng gajah dari Pantai Gading (Ivory Coast), Afrika. Gbr : Topeng Lembu, sapi, dari

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAYA DAN KARAKTER. Gbr : Topeng-topeng gajah dari Pantai Gading (Ivory Coast), Afrika. Gbr : Topeng Lembu, sapi, dari"

Transkripsi

1 87 Gbr : Topeng-topeng gajah dari Pantai Gading (Ivory Coast), Afrika. Gbr : Kuda Anubis dari Mesir Gbr : Topeng Lembu, sapi, dari Gbr : Kuda pada hiasan mangkuk keramik dari Kayutanam, Sumbar. Gbr : Topeng kambing dari Republik Demokrasi Gbr : Kuda dalam wayang Sasak, Lombok,

2 88 TOPENG Gbr : Topeng kera Cina, Jakarta. Gbr : Topeng kera Bali, untuk peran lucu. Gbr : Topeng Anoman, kera bangsawan dan pahlawan, dalam wayang wong (drama-tari topeng yang membawakan ceritera Gbr : Patung kera dari Gbr : Topeng ikan paus dari Gbr : Anoman wayang Gbr : Topeng Kodok Gbr : Tempayan gerabah Lombok dengan hiasanhiasan binatang melata.

3 89 binatang kayal, abstrak, imajiner, atau ajaib. Sebenarnya, garuda dan naga yang telah dibicarakan sebelumnya tergolong binatang ajaib, karena bentuknya tidak seperti burung dan ular pada umumnya. Di Jawa dan Bali, barong atau berok tidak dapat diklasifikasikan ke dalam jenis binatang tertentu. Istilah itu mungkin berasal dari penamaan makhluk mitologis, yang tak ada dalam dunia nyata. Namun, selain Barong Ket, di Bali ada juga barong yang bentuk penggambarannya, seperti babi (Barong Bangkal), sapi (Barong Lembu), dan gajah (Barong Gajah). Bahkan, ada juga yang tidak berbentuk binatang, seperti Barong Landung (gambar dalam Bab 1), yang berwujud manusia, dan bentuknya aneh. Meskipun demikian, yang disebut barong pada umumnya adalah sejenis binatang yang wujudnya mirip dengan singa, harimau, serigala, naga, atau raksasa. Makhluk-makhluk itu digambarkan bergigi dan bertaring, sehingga ekspresinya tampak menyeramkan. Ketika dipentaskan, barong kebanyakan digambarkan seperti binatang berkaki empat, karena pemainnya dua orang. Namun ada pula yang dimainkan oleh satu orang, tiga orang atau lebih sehingga perwujudan barong seperti binatang yang lebih misterius lagi. Barong Ket Bali mungkin telah dikenal hampir semua orang Indonesia, bahkan di banyak belahan dunia. Barong Bali ini bukan hanya sering ditayangkan di stasiun televisi, tetapi juga dipentaskan dalam festival baik di dalam maupun di luar negeri. Barong Bali dengan mudah bisa disaksikan sebagai atraksi turis di sanggar-sanggar wisata. Namun demikian, walau barong secara umum bisa disaksikan dalam pertunjukan hiburan sekuler, barong Bali merupakan pertunjukan untuk upacara suci keagamaan di tempatnya. Meskipun ekspresinya menyeramkan, barong Bali merupakan penggambaran makhluk gaib yang baik, yakni sebagai pelindung. Ia berperang melawan Rangda dari pihak yang jahat, untuk menyelamatkan manusia. Pertarungan antara yang baik dan yang jahat umumnya berakhir dengan kekalahan pada pihak yang jahat. Namun, dalam tradisi Bali peperangan ini tidak pernah selesai atau tidak berakhir dengan kematian pihak yang jahat, melainkan yang jahat tersebut menyingkir dan dapat datang kembali pada saat tertentu. Ini merupakan peringatan pada manusia bahwa potensi buruk atau jahat selalu ada dalam kehidupan. Karena itu, manusia harus tetap hati-hati dan waspada Binatang Campuran Satu lagi jenis binatang abstrak, yang kita temui dalam dunia kesenian, adalah

4 90 TOPENG Gbr : Barong Kampung Panaragan, Kutai Kartanagara, Gbr : Barong Bali. Gbr : Barong Banyuwangi, Gbr : Barong Malang, Gbr : Barong Banyuwangi, Gbr : Barong Gbr : Barong Cirebon. Gbr : Barong Gbr : Barong Jateng. Gbr : Barong Serigala, Gbr : Topeng sejenis barong dari India, sedang diusung untuk Gbr : Barongsay

5 91 binatang yang berbentuk campuran dari beberapa jenis binatang. Bedanya dengan binatang abstrak seperti barong, binatang ini memiliki unsur-unsur yang dimiliki binatang lain, seperti belalai, paruh, sayap, taring, tanduk, dan sebagainya. Di Cirebon terdapat dua buah kereta istana (Singa Barong di Keraton Kasepuhan, dan Paksi Naga Liman di Keraton Kanoman), yang merupakan campuran dari tiga macam binatang: burung atau garuda (paksi), naga, dan gajah (liman). Di Kutai Kartanagara (Kalimantan), juga terdapat binatang serupa ini, Lembu Suwana atau Paksi Liman Gangga Yaksa (Burung Gajah Naga Raksasa). Di atas telah dijelaskan bahwa kekuatan merupakan simbol yang ditonjolkan pada binatang abstrak. Penggambaran binatang campuran, bisa dilihat sebagai penggambaran gabungan dari beberapa kekuatan. Gabungan kekuatan yang dimaksud bukan hanya kekuatan fisik tetapi juga yang berhubungan dengan mitos atau kepercayaan suatu masyarakat. Di Cirebon, misalnya, sebagian orang memaknai Paksi Naga Liman sebagai simbol kesatuan dari tiga agama: Islam (burung), Budha (naga), dan Hindu (gajah). Pemaknaan lainnya, adalah kesatuan dari tiga buana (dunia, alam): atas (angkasa), tengah (darat), dan bawah (bumi, air). Dalam wayang kulit Jawa juga banyak terdapat penggambaran binatang campuran, misalnya antara binatang dan raksasa. Dalam topeng, memang jarang ditemukan, tetapi, seperti telah dibicarakan pada Bab 1, bahwa dalam suatu tradisi seringkali terdapat hubungan erat antara patung, wayang, dan topeng. Aspek mitologis atau cerita merupakan bagian dari keterkaitan itu. Dalam Bab 4, akan dibicarakan tentang pembuat topeng yang juga mengukir patung, wayang golek, dan/atau wayang kulit. 3.4 Topeng Manusia Topeng yang berbentuk binatang umumnya tidak memiliki pembagian watak

6 92 TOPENG Gbr : Lembu Suwana, simbol Kabupaten Kutai Kartanagara, disebut juga Paksi Liman Gangga Yaksa, yang berarti burung, gajah, naga, raksasa Gbr : Lembu Suwana buatan baru karya pematung terkenal, I Nyoman Nuarta, di tempat rekreasi Pulau Kumala (si delta sungai Mahakam), Gbr : Ukiran berupa binatang-campuran, tempat gantungan gendang-besar dari Gbr : Kereta Singa Barong dari Keraton Kasepuhan, Cirebon, Jabar (replika yang dipamerkan pada Festival Keraton Nusantara di Gbr : Gajahmina, patung Bali pada suatu pura (kuil) di daerah Sanur: selain gambaran gajah dan ikan (mina), juga Gbr Kereta Singa Barong dari Kraton Kasepuhan, Cirebon, Jabar (replika yang dipamerkan pada Festival Kraton Nusantara Gbr : Sebuah relief di dalam puri (istana) Karangasem, Bali: tubuh kuda, kaki burung atau

7 93 atau karakter atas binatang tersebut. Tetapi, topeng-topeng yang wajahnya memanusia, termasuk dewa dan raksasa, banyak yang memiliki pembedaan karakter yang lebih rinci. Yang dimaksud dengan karakter di sini adalah yang berhubungan dengan pancaran ekspresi atau suasana kejiwaan, seperti tenang, manis, bengis, lucu, seram dan sebagainya, bukan pada hubungannya dengan tabiat atau watak (seperti baik dan buruk atau jahat), walaupun antara keduanya (pancaran kejiwaan dan tabiat) seringkali memiliki hubungan yang paralel Karakter Pada budaya yang memiliki tradisi di mana topeng terdiri dari satu set sehingga dapat menampilkan suatu cerita, pembedaan karakter bisa dibandingkan dengan penggolongan watak tokoh-tokoh ceriteranya. Dongeng-dongeng tradisional umumnya menampilkan berbagai tokoh yang watak atau tabiatnya berbeda-beda. Watak itu digambarkan secara jelas dan seolah baku. Misalnya, seorang pahlawan itu digambarkan sebagai tokoh yang alim, bijak, dan tampan. Sebaliknya dengan musuhnya, yang digambarkan sebagai orang kasar, buruk rupa, serakah, dan sebagainya Penggambaran karakter itu, selain melalui bentuknya, juga terhadap gerak dan nada suaranya. Pembagian karakter ini, tidak persis sama dengan pembagian tabiat baikburuk tokoh dari sisi perilaku, meski berhubungan. Ada yang berkarakter gagah, bahkan raksasa, tapi tabiatnya baik. Sebaliknya ada yang halus tetapi perilakunya tidak baik. Tingkatan karakter ini lebih pada perwujudan atau personifikasi secara fisik, yang menyangkut bentuk dan bunyi (atau suara bicaranya), yang dapat dilihat dari bentuk topeng, gerak-gerik, tarian, dan nada bicaranya. Gerakan dan suara dari karakter gagah lebih keras daripada yang halus, dan sebaliknya. Misalnya, ketika karakter halus berperan dalam suasana marah, suaranya tetap tidak boleh berteriak lantang. Gerakannya pun harus tetap berada dalam temperamen halus, sesuai dengan wajah atau bentuk topengnya. Ada jenis-jenis kesenian yang menyajikan suatu cerita dengan pemain yang hampir semuanya memakai topeng, di antaranya wayang wong di Cirebon (Jawa Barat) dan di Bali, wayang topeng di Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur, dan topeng dalang di Madura. Untuk penyajian cerita yang lengkap, masing-masing jenis itu memerlukankan sekitar 40 buah topeng (bahkan ada yang seratus atau lebih). Hal itu berarti bahwa dalam satu jenis kesenian tersebut terdapat sekitar 40 macam karakter. Dari 40 karakter, ada 4 karakter dasar, yang terdapat pada semua jenis dan gaya, yakni (1) halus dan/atau saleh, (2) halus tapi genit atau lincah, (3) gagah tapi tenang, dan (4) gagah dan beringas atau galak. Gambar pada halaman berikut, memperjelas mengenai

8 94 TOPENG penggolongan karakter tersebut, yang membandingkan beberapa gaya topeng (Cirebon, Surakarta, dan Bali), dan membandingkannya pula dengan wayang kulit. Melalui perbandingan seperti ini, kita akan mendapatkan pemahaman yang sedikit lebih dalam tentang karakter dan pengelompokannya, serta sekaligus pula mengenai jenis dan gayanya. Gambar tersebut terdiri atas tiga gaya, dua jenis kesenian, dan lima macam karakter. Jika kita amati topeng-topeng itu, dua gaya pertama (Cirebon dan Surakarta) lebih berdekatan satu sama lain, dibandingkan dengan yang ketiga. Karakter Perhatikanlah bentuk mata dan hidungnya. Topeng gaya Cirebon tidak realistis, Jenis Gaya Halus-kalem (putri) Halus-kalem (putra) Halus-licah (putra) Gagah-kalem (putra) Gagah-galak (putra) Wayang kulit Cirebon Topeng Cirebon Topeng Surakarta Topeng Bali Wayang kulit Bali Gbr Pembagian karakter dalam topeng Jawa dan Bali.

9 95 matanya lebih sipit, dan hidungnya lebih lancip. Adapun topeng Bali mendekati bentuk muka manusia. Mungkin karena itu pula, topeng Bali terasa lebih langsung dan nyata dalam ekspresi dramatisnya, sedangkan topeng Cirebon dan Surakarta terasa lebih samar-samar. Hal itu menambah kejelasan bahwa gaya sebagai bahasa ungkap. Ketiga gaya ini mengungkapkan hal yang sama, yaitu lima macam karakter topeng, tetapi dengan bahasa ungkap (idiom) yang berbeda. Jika di atas hanya dicontohkan bentuk alisnya, melalui gambar ini kita bisa memperhatikan bentuk-bentuk lainnya, seperti mata, hidung, rambut, dan sebagainya. Empat tingkatan karakter dasar terdapat pada tokoh laki-laki. Adapun untuk tokoh perempuan, umumnya memiliki dua tingkatan karakter (halus kalem dan halus lincah), tapi, ada juga beberapa tokoh yang gagah dan beringas sebagai tokoh raseksi, seperti Durga (Dewi Uma, istri Batara Guru yang mendapat kutukan), Sarpakanaka (adik Rahwana dalam ceritera Ramayana), dan Sarag (adik Klana dalam ceritera Panji). Dalam topeng Betawi, umumnya dikenal tiga macam karakter, yakni halus kalem, halus lincah, dan gagah galak (Gbr ). Adapun di Sunda yang banyak dipertunjukkan hanyalah Topeng Klana, yang memiliki karakter gagah galak. Bagi Anda yang dekat dengan tradisi ini, mungkin akan lebih mudah memahami pembagian karakter ini, bahkan tidak terbatas hanya pada keempat karakter tersebut, melalui menonton pertunjukannya. Akan tetapi, secara umum dalam tradisi ini terdapat rumusan tingkatan karakter yang baku (stereotype), baik melalui bentuk, suara, maupun gerak. Jenis kesenian lain, wayang kulit, dalam Gambar 3.137, menjadi pembanding yang dapat membantu. Pertama, dengan itu kita lebih bisa melihat perbedaan dari kelima tingkatan karakter. Kedua, dari gambar itu kita juga bisa melihat bahwa topeng Cirebon dan Surakarta memiliki persamaan dengan bentuk Gbr Tiga karakter Topeng Betawi, dari kiri ke kanan: Panji (halus-kalem), Samba (halus-lincah), dan Jingga (gagah-galak).

10 96 TOPENG wayang kulitnya (wayang kulit Cirebon dan Jawa Tengah hampir sama), seperti halnya topeng Bali dengan wayang kulit Bali Bentuk Elemen Muka Lihatlah kembali perbedaan kelima tingkatan karakter dalam gambar di atas. Perhatikan bagaimana suatu karakter itu dibangun dengan melihat bentuk elemen-elemen mukanya, seperti mata, hidung, dan mulut. Elemen itu bisa dipandang sebagai pembentuk kesatuan dari suatu topeng, sehingga mengungkapan suatu karakter. Jika kita amati sepintas saja, ketiga elemen muka untuk karakter halus lebih kecil daripada karakter gagah. Selanjutnya, Anda bisa mengamatinya secara lebih seksama, bagaimana perbedaan antara karakter halus-kalem dengan halus-lincah, melalui perbandingan bentuk dari ketiga elemen muka tersebut dan demikian pula untuk karakter halus-kalem dengan gagah-kalem, dan halus-lincah dengan gagah-galak. Tentu saja, patokan perumusan karakter seperti ini tidak mesti berlaku untuk semua gaya. Pembagian karakter ini hanya relevan pada tradisi yang serupa, seperti di pulau Jawa, Madura, dan Bali. Jadi, perumusan karakter itu bukan merupakan rumusan standar topeng. Banyak sekali kasus yang berbeda, dan bahkan mungkin ada gaya yang memiliki konsep sebaliknya. Dalam buku ini saja, ada beberapa topeng yang tampak galak atau seram, tetapi diungkapkan dengan mata yang sipit Warna Selain bentuk, warna juga merupakan unsur yang penting dalam membentuk suatu karakter. Dalam kebanyakan budaya tradisi, suatu warna memiliki simbol khusus, yang mempunyai makna tertentu, bahkan seolah baku. Misalnya, warna putih sebagai simbol kesucian, dan merah simbol kemarahan. Hal ini terlihat pula dalam beberapa jenis topeng, yang halus warnanya putih, dan yang gagah-bengis warnanya merah. Adapun di antara halus dan bengis itu, banyak warna lain, (biru, kuning, hijau, dan sebagainya), termasuk warnawarna campuran. Coba perhatikan lagi gambar di atas dari segi warnanya. Secara umum, karakter halus memiliki warna lebih terang daripada yang gagah. Dengan demikian, kini kita dapat melihat adanya dua aspek yang membangun suatu karakter: pertama bentuk, dan kedua warna. Mungkin kita kemudian menganggap bahwa yang paling tepat adalah yang keduanya cocok: jika yang halus haruslah lembut dengan warna putih, dan yang ganas harus gagah dengan warna merah. Akan tetapi, dalam kenyataannya tidaklah sedemikian teratur. Ada topeng yang bentuknya seperti Klana tapi warnanya tidak merah (coklat muda, kebiru-biruan, bahkan ada yang putih)

11 97 dan sebaliknya topeng Panji ada yang hijau, hitam, emas, kekuning-kuningan, dan sebagainya). Di sini, mungkin terlalu rumit untuk membicarakan variasi-variasi warna secara rinci, tapi secara umum bisa kita katakan bahwa dalam kesenian banyak terjadi kekecualian: Suatu kelainan, yakni yang tidak selalu mengikuti aturan secara lurus atau normatif saja, itu tidak berarti salah. Mungkin kelainan itu memiliki makna lain, di samping yang umum atau yang baku, mungkin pula hal itu merupakan refleksi dari inspirasi kreatif seniman pada saat membuatnya. Dalam kesenian, aturan itu tidak seperti rumus-rumus ilmu pasti, melainkan selalu ada variasinya. Dalam kriteria kesenian tradisi, penyelewengan seperti itu biasa terjadi. Hanya saja, kreasi unik tersebut ada yang kemudian dianggap hasil karya kreatif (yang disukai, dihargai, bahkan dibanggakan masyarakat), dan sebaliknya ada yang dianggap ngawur (yang dicela, dicemoohkan, bahkan dianggap merusak oleh masyarakat. Konsep warna, jelas bukan hanya terdapat dalam topeng, melainkan juga dalam khazanah budaya lainnya, termasuk hal-hal yang religius. Artinya, warna bukan semata-mata memiliki makna estetis, melainkan juga simbolis, yang berbeda antara suatu kultur dengan yang lainnya. Selain itu, suatu jenis kesenian belum tentu menggunakan simbol warna yang sama dengan jenis kesenian lain, sekalipun berada dalam wilayah budaya yang sama. Misalnya, dalam wayang kulit banyak terdapat tokoh halus (dan baik) dengan warna muka hitam. Namun dalam topeng dan wayang golek, muka yang hitam jarang terdapat. Hal itu tidak berarti secara filosofis pelaku budaya topeng berbeda dengan pelaku budaya wayang dalam memandang warna, melainkan lebih pada kepantasan tampilan. Warna hitam dianggap kurang efektif untuk topeng dan muka wayang golek karena berhubungan dengan cahaya, dan wujud yang tiga dimensi. Berbeda dengan wayang kulit, yang berwujud dua dimensi dan pertunjukannya berhubungan dengan media bayang-bayang. Jadi, warna tidak dimaknai sebagai simbol kultural atau religius yang absolut. Ia luwes terhadap adaptasi estetis atau kepantasan dari suatu media seni Pewarna Alami dan Pewarna Buatan Pabrik Beberapa topeng tidak diwarnai atau dicat, sehingga bahan baku itulah (kayu, kulit, kain, dan sebagainya yang menjadi warna mukanya. Namun demikian, kebanyakan topeng dicat, sehingga melahirkan warna dasar yang macammacam. Pada jaman dahulu, sebelum buatan pabrik mudah dan murah dibeli, bahan pewarna untuk topeng lebih terbatas macamnya. Bahan baku warna, diambil dari benda-benda alami, seperti jelaga-api (hitam), tulang (putih),

12 98 TOPENG batu-batuan (merah, kuning, coklat, hijau), buah-buahan atau dedaunan (ungu, merah), dan umbi-umbian (kuning). Karena itu, warnanya pun tidak sebanyak dan secerah atau segemerlap warna-warna sintetis buatan pabrik. Demikian pula mengenai ketahanan daya tempelnya, pewarna tradisional banyak yang lebih mudah luntur atau rontok, dan banyak pula yang justru lebih kuat dari cat sintetis. Walaupun kita tidak bisa mengatakan mana yang lebih baik, yang alami ataukah yang sintetis, tapi yang alami umumnya dianggap lebih baik oleh para seniman, karena ekspresinya dianggap lebih hidup, lebih berjiwa, atau lebih punya daya. Pewarna tradisional biasanya tidak mengkilap seperti cat minyak buatan pabrik, sehingga ketika dipakai topeng itu lebih menyatu dengan kulit muka pemainnya. Hal itu bisa jelas terlihat misalnya dalam tari Bali, yang memakai topeng setengah muka. Karena itu pula, beberapa pembuat topeng tetap menggunakan warna tradisional, dan para penari banyak yang membelinya walaupun harganya jauh lebih mahal dibanding dengan topeng yang memakai pewarna sintetis. Mengenai bahan dan teknis pewarnaan ini akan dibicarakan lagi dalam Bab 4, berikutnya kita bicarakan pengaruh perubahan warna secara alamiah Warna Rusak Topeng umumnya dicat dengan satu warna dasar. Warna itu bisa campuran dari beberapa warna, tapi diaduk menjadi satu, disapukan secara rata seperti Gbr dan 3-141: Topeng kayu yang tidak diwarnai dari wilayah Kefa dan Onlasi, Timor,

13 99 Gbr Topeng yang dicat hitam-putih dari Jatim. Mukanya yang cekung ke dalam merupakan hal yang Gbr : Topeng Panji dari Yogyakarta yang berwarna Gbr : Tembem, topeng panakawan di Jawa secara umum Gbr : Topeng baru yang diwarnai dengan cat pabrik yang Gbr : Topeng baru yang dicat dengan cat pabrik yang tidak Gbr : Rahwana, topeng wayang wong Bali, yang memakai pewarna tradisional

14 100 TOPENG misalnya pengecatan dinding, pintu, dan sebagainya. Warna dasar itulah yang biasanya menjadi identitas warna topeng itu, walaupun banyak garis-garis muka atau hiasan yang dicat dengan warna lain. Semua warna, juga benda dan makhluk hidup, berubah karena usia. Perubahan warna terjadi karena berbagai hal: sentuhan dengan benda lain, dengan cahaya (disengaja ataupun tidak), dan juga oleh usia. Warna dasar yang awalnya rata itu kemudian bisa menjadi tidak rata. Misalnya, bagian yang lebih banyak tersentuh tangan ketika akan dimainkan atau disimpan, setelah sekian lama akan berbeda warna atau kemengkilapannya dengan bagian yang tidak tersentuh. (Ada beberapa benda yang perubahannya sangat lambat, seperti misalnya porselen, yang setelah berumur ratusan tahun pun warnanya hampir tetap seperti baru). Bagian yang berubah itu, dari satu sisi mungkin bisa dianggap sebagai perusakan, tapi dari sisi lain mungkin dipandang sebagai perbaikan. Karena, banyak orang yang lebih menyukai topeng lama, yang warnanya sudah rusak atau sudah tidak rata lagi. Jadi, topeng baru, yang warnanya rata, bersih, mengkilap, oleh sementara orang mungkin dianggap lebih menarik, lebih gemerlapan (glamor), indah, atau modern. Namun dari sudut pandang seniman pemakainya, topeng itu dianggap kurang hidup, atau kurang memiliki daya. Seorang seniman topeng di Bali mengatakan Ketika membuat, topeng diwarnai sesuai dengan kehendak, pembuatnya. Tapi, perubahannya sesuai dengan kehendak topengnya sendiri, sehingga ia dianggap makin hidup, makin alami, dan makin memiliki kekuatan. Penuaan warna tersebut merupakan karya (atau proses) alamiah yang sulit ditiru, sulit dipercepat. Karena itu, topeng jenis ini memiliki nilai (dan harga) tersendiri. Di pasaran, barang-barang antik harganya bisa sangat mahal, banyak yang jauh melebihi barang baru. Selain dari harga keantikannya sendiri, juga banyak yang menyukai warnanya. Perhatikanlah gambar-gambar berikut, yang menunjukkan beberapa jenis warna topeng berusia tua Antik Baru Karena banyak orang yang suka pada warna antik (tua), kemudian banyaklah seniman-pengrajin yang sengaja membuat barang baru dan kemudian direkayasa sehingga tampak seperti tua. Awalnya, mungkin untuk menipu

15 101 Gbr Gbr Gbr Gbr , 3-149, 3-150: Topeng Telek (Bali), Jinggananom (Cirebon), dan Topeng Tua (Bali), yang warnanya menua dimakan usia, tapi Gbr Gbr Gbr Gbr , 3-152, 3-153: Topeng-topeng berusia lama (50 tahun atau lebih) warnanya rusak tapi tetap disenangi oleh senimannya karena memiliki Gbr Gbr Gbr Topeng kayu dari Timor yang awalnya tidak diwarnai tapi setelah lama menimbulkan Gbr , Gbr Topeng lama yang disenangi: walau pecah tetap dipakai dengan disambungkan dari bagian belakangnya.

16 102 TOPENG pembeli. Tapi, sekarang orang umumnya tahu bahwa itu antik yang dipaksakan. Prosesnya pun, setengah alami, misalnya dengan diasap, digosok dengan sesuatu yang kotor, atau disiram dengan cairan kimia yang merusak warna, sehingga kemudian barang itu tampak tua. Namun demikian, kebanyakan orang yang tetap suka pada topeng tiruan warna antik itu adalah untuk hiasan dinding saja. Para penari topeng di Jawa dan Bali, misalnya, hampir tak pernah memakainya. Gbr Gbr Topeng Manusia Abstrak Mungkin Gbr. lebih 3-157, dari Gbr. 80% 3-158: Topeng topeng baru menggambarkan yang direkayasa agar tampak makhluk seperti abstrak. antik. Wajah topeng umumnya tidak wajar. Perhatikan kembali, misalnya, topeng berkarakter halus dari Jawa yang menggambarkan muka manusia. Jika dibandingan dengan wujud manusia, tidak ada manusia yang berhidung selancip itu, atau mata dan alisnya yang berbentuk demikian. Begitu pula dengan topeng Bali, meski bentuknya dianggap lebih realistis, namun sebenarnya tidak sepenuhnya realistis. Apalagi, jika kita lihat topeng dari Batak dan Timor, sangatlah tidak realistis. Namun demikian, bentuk-bentuk tersebut tidak distorsif, yakni tidak bertentangan dengan gambaran muka manusia, sehingga topeng-topeng tersebut pada dasarnya dapat dikatakan normal. Kadar dan prinsip pembedaan dari yang realistis itu dapat disebut stilasi. Stilasi itulah dalam gaya tradisional diatur oleh norma-norma, yang ditumbuhkan oleh suatu komunitas dalam proses lama, sehingga diterima ( disepakati dan dipakai) secara bersama dalam komunitas bersangkutan. Selain itu, banyak perwujudan manusia yang memang abstrak. Kita sebut manusia di sini, karena struktur anatomisnya (kepala, kaki, dan tangan) seperti manusia. Namun jika ditinjau dari segi perwujudannya, mungkin sangat

17 103 jauh dari bentuk manusia pada umumnya. Banyak contoh-contoh yang dapat dilihat dari bab-bab sebelum dan sesudah ini, misalnya saja gundala-gundala dari Karo dalam Bab 1 (Gambar 1-16), jipae dari Asmat, dan topeng-kain dari Jepang. Topeng Rangda Bali pada Gambar termasuk wujud manusia abstrak. Perhatikan bentuk muka, mata, taring, lidah, dan lain-lain. Bentuk seperti itu tidak kita jumpai dalam realita, sehingga penampakkannya menjadi misterius, aneh dan hebat sekaligus. Dalam adegan pertunjukannya, ketika Rangda (mewakili pihak buruk ) berperang dengan Barong (pihak baik ), kita diajak menyaksikan pertarungan yang hebat dari kedua sifat. Hal itu mungkin berupa refleksi dari pertentangan sifat buruk dan baik dari diri manusia sendiri, yang memang hebat, dan tak pernah selesai selama hayat. Setiap saat sifat buruk hadir, kepercayaan dan moral mengajarkan bahwa manusia harus berusaha keras memeranginya. Itu tidak mudah, tapi berlangsung terus. Itu aneh, berat, dan mengerikan. Tapi itu adalah kenyataan. Mungkin karena itu pula topeng-topeng banyak yang tampak aneh dan menyeramkan. Gbr Gbr Gbr , 3-160: Rangda dan Barong sebagai lambang kekuatan jahat dan baik, dalam tradisi Bali.

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat.

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat. PENDAHULUAN 9 Gbr. 1-34: Muka liong dibuat oleh para seniman desa (bukan orang Tionghoa) dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Di sana, liong dan barongsay biasa dipertunjukkan dalam upacara Sidekah Bumi di

Lebih terperinci

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan PENDAHULUAN 1 Bab 1 Pendahuluan Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Jika tidak secara langsung, mungkin pernah melihat gambarnya dari buku-buku atau dalam film di mana ada

Lebih terperinci

Bab 3. Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan. Gaya dan Karakter. 3.1 Bentuk Dasar Topeng

Bab 3. Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan. Gaya dan Karakter. 3.1 Bentuk Dasar Topeng 63 Bab 3 Gaya dan Karakter Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan ukuran topeng. Namun demikan, topeng yang paling dominan adalah topeng yang dekat dengan struktur dan/atau

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek Banyak orang merasa bingung mengisi hari libur mereka yang hanya berlangsung sehari atau dua hari seperti libur pada sabtu dan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar.

Pewayangan Pada Desain Undangan. Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar. Pewayangan Pada Desain Undangan Yulia Ardiani Staff UPT. Teknologi Informasi Dan Komunikasi Institut Seni Indonesia Denpasar Abstrak Sesuatu yang diciptakan oleh manusia yang mengandung unsur keindahan

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Sumber Data Sumber data yang digunakan untuk membantu dan mendukung Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1. Wawancara Wawancara dilakukan dengan beberapa sumber dari dua

Lebih terperinci

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung.

1. Toko-toko gerabah dan kerajinan di Desa Kapal dan Desa Sempidi Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung. Desa Kapal, Sebagai sentra Pemasaran Produk Gerabah di Bali. Kiriman: Drs. I Wayan Mudra, MSn., Dosen PS Kriya Seni ISI Denpasar. Tulisan ini adalah data awal penelitian Hibah Bersaing Tahun I Tahap 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan budaya Indonesia seperti: ragam suku, ragam bahasa, dan ragam pakaian adat yang salah satunya berbahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman 179 Bab 7 Rangkuman S etelah membaca buku Topeng ini, mungkin Anda akan bertanya: Apa sasaran buku ini? Tidak ada bab yang menguraikan secara menyeluruh tentang topeng Nusantara. Jika misalnya Anda ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Seni Wayang Jawa sudah ada jauh sebelum masuknya kebudayaan Hindu ke indonesia. Wayang merupakan kreasi budaya masyarakat /kesenian Jawa yang memuat berbagai aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

TARI RAHWANA GANDRUNG DI SANGGAR NYIMAS SEKAR PUJI ASMARA DESA CANGKOL KOTA CIREBON

TARI RAHWANA GANDRUNG DI SANGGAR NYIMAS SEKAR PUJI ASMARA DESA CANGKOL KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia dan tercipta melalui hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rizky Nugaraha,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia adalah Suku Sunda. Dengan populasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan peranannya di masyarakat serta ciri khasnya

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Definisi Batik Batik, adalah salah satu bagian dari kebudayaan Indonesia, Belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan desain motif batik seperti yang dimiliki

Lebih terperinci

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL 3.1. Strategi Komunikasi Memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum tentang kesenian Reog Ponorogo. Agar masyarakat lebih mengenal lebih jauh tentang kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

Bab VI Simpulan & Saran

Bab VI Simpulan & Saran Bab VI Simpulan & Saran VI.1. Simpulan Berdasarkan analisis pada perupaan sampel artefak yang saling diperbandingkan, maka sesuai hipotesis, memang terbukti adanya pemaknaan Tasawuf yang termanifestasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Judul Penelitian ini tentang Analisis Patung Figur Manusia Karya Nyoman Nuarta di Galeri NuArtSculpture Park. Pengambilan judul penelitian ini didasari oleh

Lebih terperinci

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D.

2 Berkarya Seni Rupa. Bab. Tiga Dimensi (3D) Peta Materi. Di unduh dari : Bukupaket.com. Jenis Karya. Berkarya Seni Rupa 3 D. Bab 2 Berkarya Seni Rupa Tiga Dimensi (3D) Peta Materi Pengertian Jenis Karya Berkarya Seni Rupa 3 D Simbol Karya Nilai Estetis Proses Berkarya 32 Kelas X SMA / MA / SMK / MAK Setelah mempelajari Bab 2

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Barong Landung Durga PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN MASK TAKSU OF SINGAPADU Bentara Budaya Bali FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT

Lebih terperinci

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai

hidup damai pelajaran 6 suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai pelajaran 6 hidup damai suasana hutan damai ada kicauan burung suara hewan bersahutan suara daun bergesekan kehidupan di hutan sungguh damai apakah kamu suka hidup damai hidup damai 77 menulis melengkapi

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN DESAIN 5.1 Konsep Desain 5.1.1 Visual Ilustrasi menggunakan media digital untuk menimbulkan kesan modern dan lebih rapih dalam penarikkan garis pada gambar. Gaya ilustrasi dibuat

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Wijaya Kusuma PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn PAMERAN PAMERAN SENI RUPA Exchange Program ISI Art Exhibition (Okinawa Prefectural University

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten merupakan contoh salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian dan budaya yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi masyarakat diantaranya kesenian

Lebih terperinci

Bab 6. Dalam bab ini kita akan mempelajari aspek yang lebih khusus, mengenai. Makna Topeng. 6.1 Penyembunyian dan Penampakan

Bab 6. Dalam bab ini kita akan mempelajari aspek yang lebih khusus, mengenai. Makna Topeng. 6.1 Penyembunyian dan Penampakan MAKNA TOPENG 165 Bab 6 Makna Topeng Dalam bab ini kita akan mempelajari aspek yang lebih khusus, mengenai makna topeng bagi seniman dan penikmatnya, baik ditinjau dari fungsinya maupun dari aspek kejiwaannya.

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat ditemui hal-hal berkenaan dengan bentuk, simbol serta sekilas tentang pertunjukan dari topeng Bangbarongan Ujungberung

Lebih terperinci

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn

Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II. Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Fungsi Seni kerajinan Ukir Batu Padas Sukawati II Oleh Drs. I Wayan Suardana, M.Sn Pengaruh Kolektif Seni Kerajinan Batu Padas Seni kerajinan berkembang dan dilakukan melalui tradisi sosial suatu masyarakat

Lebih terperinci

Wilangan 17 Kota Emas

Wilangan 17 Kota Emas Wilangan 17 Kota Emas RANI BUKANLAH PECINTA CERITA FANTASI. Dia tidak pernah bermimpi untuk masuk ke dunia kerajaan raja singa yang bisa bicara di balik lemari atau dunia sekolah sihir di balik tembok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kusumah Dwi Prasetya, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jakarta adalah ibu kota Negara Indonesia yang menjadi muara mengalirnya pendatang baru dari berbagai suku bangsa maupun negara asing dari penjuru Nusantara sampai

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts.

BAB 2 DATA DAN ANALISA. - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1 Data Dan Literatur Metode penelitian yang digunakan: Literatur : - Buku Rupa Wayang Dalam Seni Rupa Kontemporer Indonesia. - Buku Indonesian Heritage Performing Arts. - Buku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA

LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA LUKISAN BASUKI ABDULLAH DAN MAKNANYA 2017 Judul : "Kakak dan Adik" Nama seniman : Basuki Abdullah tahun : 1971 ukuran : 65 x 79 cm. Lukisan Basuki Abdullah yang berjudul Kakak dan Adik (1978) ini merupakan

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang

BAB I PENDAHULUAN. unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Makna. merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Bloomfield (dalam Abdul Wahab, 1995, h.40) makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batasbatas unsur-unsur penting situasi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki budaya yang sangat banyak. Budaya tersebut terbagi dalam beberapa daerah di Indonesia dan salah satunya adalah Bandung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di Indonesia catur termasuk olahraga yang sering dimainkan. Di setiap sudut wilayah kita dapat menjumpai orang bermain catur. Bahkan bagi beberapa orang, olahraga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan. Gbr. 1-63: Rias Harimau,

PENDAHULUAN. Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan. Gbr. 1-63: Rias Harimau, PENDAHULUAN 17 Jadi, jika ditinjau dari sisi fungsi, yaitu membuat wajah menjadi berbeda, rias memiliki persamaan dengan topeng, terutama rias yang menggunakan bahan tempelan. Namun umumnya rias tidak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL

KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL KARYA ILMIAH : KARYA SENI MONUMENTAL JUDUL KARYA : Desain Stage Properti Tari Kreasi Baru Satrianing Ganesha PENCIPTA : Cokorda Alit Artawan, S.Sn.,M.Sn DIPENTASKAN PADA PARADE GONG KEBYAR DEWASA DUTA

Lebih terperinci

1. Mengamati tari Nasional yang ditampilkan oleh seorang penari

1. Mengamati tari Nasional yang ditampilkan oleh seorang penari Pertemuan 2 KONSEP, FUNGSI, JENIS, KARAKTERISTIK PENDIDIKAN SENI TARI Jenis Tari Jenis tari tradisional di Indonesia bisa diamati dari bagaimana tari tersebut ditampilkan. Tari yang ditampilkan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1

SENI KRIYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1 SENI KRIYA APRESIASI KARYA SENI KRIYA NUSANTARA Drs. Hery Santosa, M. Sn. DRS. TAPIP BAHTIAR, M.Ds. tbahtiarapresiasisenikriya'2008 1 SKEDUL PEMBELAJARAN Apersepsi Strategi belajaran Teori seni kriya Konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat atau yang lebih dikenal dengan etnis Sunda sangat kaya dengan berbagai jenis kesenian. Kesenian itu sendiri lahir dari jiwa manusia dan gambaran masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias BAB VII TATA RIAS STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian Tata Rias Menyebutkan Tujuan dan fungsi tata rias Menyebutkan bahan dan Perlengkapan

Lebih terperinci

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ARSITEKTUR TRADISIONAL NURYANTO, S.Pd., M.T.Ars. ARSITEKTUR VERNAKULAR-TA.428-SEMESTER GENAP-2007/2008 JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ARSITEKTUR-S1 FPTK-UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2 0 1 0 RUMAH DALAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Logos artinya ilmu atau pengetahuan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. cara yang tepat untuk melakukan sesuatu. Logos artinya ilmu atau pengetahuan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. PENGERTIAN Dalam melakukan penelitian, hendaknya mengetahui atau memahami metode penelitian. Hal ini supaya bisa memperoleh data yang sesuai dengan harapan. Metodologi

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita dan kosmetik adalah sahabat sejati, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik bagaikan sayur

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN BAB II LANDASAN TEORI DAN PENELITIAN RELEVAN A. Landasan Teori 1. Kebudayaan Banyak orang mengartikan kebudayaan dalam arti yang terbatas yaitu pikiran, karya, dan semua hasil karya manusia yang memenuhi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 9 BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK 4.1. Peranan Pratikan Peranan designer grafis CTV Banten memiliki tugas membuat Bumper opening animasi wayang. Pada acara Tv Nusantara Pembuatan animasi dimulai dari briefing

Lebih terperinci

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5 > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng Definisi Dongeng Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) BAB III TATA DEKORASI STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) KOMPETENSI DASAR : Menyebutkan pengertian Dekorasi Menyebutkan Tujuan dan Fungsi Dekorasi Menyebutkan

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam

IV. ANALISIS KARYA. suasana pertunjukan sirkus. Gajah yang seakan-akan muncul dari dalam IV. ANALISIS KARYA KARYA 1 Judul : Gajah Sirkus Media : Acrylic pada kanvas ukuran : 60x 130cm Tahun : 2016 Karya pertama yang berjudul Gajah Sirkus dengan menunjukkan suasana pertunjukan sirkus. Gajah

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 145 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN HIASAN GARUDEYA DI KABUPATEN SIDOARJO SEBAGAI BENDA CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

4. Simbol dan makna tari

4. Simbol dan makna tari 4. Simbol dan makna tari Pernahkah Anda mengalami kondisi, melihat tari dari awal sampai akhir, tetapi tidak dapat mengerti maksud dari tari yang Anda amati?. Kondisi tersebut dapat terjadi karena dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato adalah gambar atau simbol pada kulit yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Dulu, orang-orang menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN

III. METODE PENCIPTAAN III. METODE PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritis 1. Tematik Kisah dongeng tentang Raja Arthur memiliki sesuatu yang membuat penulis memiliki sebuah pandangan tertentu yang membawa penulis untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING

BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE PAINTING BAB II KONSEP KETERAMPILAN SOSIAL ANAK USIA DINI DAN TEKNIK COLLECTIVE A. Konsep Keterampilan Sosial Anak Usia Dini 1. Keterampilan Sosial Anak usia dini merupakan makhluk sosial, unik, kaya dengan imajinasi,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen

BAB II LANDASAN TEORI. sudah tersebar diseluruh dunia termasuk di Indonesia. Tembikar atau keramik atau porselen BAB II LANDASAN TEORI Cina adalah Negara komunis yang terdiri dari hampir seluruh kebudayaan, sejarah dan geografis. Negara Cina memiliki banyak kebudayaan, namun salah satu kebudayaan yang paling terkenal

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

BAB II JENIS-JENIS PRODUK MEBEL DAN KERAJINAN KAYU

BAB II JENIS-JENIS PRODUK MEBEL DAN KERAJINAN KAYU BAB II JENIS-JENIS PRODUK MEBEL DAN KERAJINAN KAYU Berdasarkan sifat-sifat dasar bahan baku kayu dan penggunaannya sebagai produk mebel dan kerajinan kayu, penggolongan macam-macam produk tersebut dibedakan

Lebih terperinci

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM

1. Abstrak. 2. Peluang bisnis. Nama ; MUKHLISON HAKIM Nama ; MUKHLISON HAKIM 1. Abstrak Pusat kebudayaan reog ponorogo merupakan sebuah tempat yang digunakan untuk memamerkan,melatih dalam rangka melestarikan kebudayaan reog ponorogo adapun fasilitas yang

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A)

53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) 53. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB A) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan

BAB I DEFINISI OPERASIONAL. Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan 1 BAB I DEFINISI OPERASIONAL A. LATAR BELAKANG MASALAH Seni merupakan salah satu pemanfaatan budi dan akal untuk menghasilkan karya yang dapat menyentuh jiwa spiritual manusia, karya seni merupakan suatu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN...

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... i ii iii v vii x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... B. Fokus Penelitian... C. Tujuan

Lebih terperinci