PENDAHULUAN. Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan. Gbr. 1-63: Rias Harimau,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN. Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan. Gbr. 1-63: Rias Harimau,"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN 17 Jadi, jika ditinjau dari sisi fungsi, yaitu membuat wajah menjadi berbeda, rias memiliki persamaan dengan topeng, terutama rias yang menggunakan bahan tempelan. Namun umumnya rias tidak mengganti atau menutupi muka asli dengan benda lain secara keseluruhan. Setelah tidak digunakan lagi, rias dihapus dan lukisannya hancur. Berbeda dengan rias, topeng bisa ditempel, dilepas, dan dipakai lagi. Kontur (bentuk) dan tekstur (permukaan) topeng bisa berbeda jauh dari muka pemakainya, dan bisa dibuat tanpa ada pemakainya. Sementara itu dalam rias, lukisan mengikuti atau melanjutkan kontur muka yang dirias. Dengan demikian, secara umum perbedaan wajah seseorang Gbr. 1-60: Kumis buatan dipakai dalam tari wayang dari Jawa Barat untuk menggambarkan G b r : R i a s B a l i yang bercorak khusus, u n t u k p e r a n g a g a h dengan dengan kumis Gbr. 1-63: Rias Harimau, oleh Didik Nini Thowok, Yogyakarta. Tak ada tempelan pada muka, tapi hasilnya sangat transformatif, berbeda sekali dengan muka, karena goresannya tidak mengikuti Gbr. 1-62: Kumis palsu yang dipakai pelawak dalam kethoprak Gbr. 1-64: Topeng Macan dari Keraton Yogyakarta.

2 18 TOPENG setelah dirias tidak sebesar ketika ia memakai topeng. Akan tetapi, pada praktiknya, batasan itu tidak selamanya tepat, karena banyak terdapat percampuran. Ada topeng yang ekspresinya hampir sama dengan bentuk wajah manusia (seperti bisa dilihat dalam beberapa topeng Bali dan Jepang pada halaman sebelumnya), dan ada pula gaya rias yang justru sangat berbeda dari struktur wajah manusia, seperti gaya rias macan dari Yogya, dan rias punakawan dalam wayang wong Jawa-Surakarta. Dalam dunia pertunjukan (dan film), rias tidak terbatas pada yang dilukiskan, melainkan juga ada yang ditempelkan. Mungkin Anda pernah melihat film Star Wars, yang banyak menampilkan tokoh-tokoh dengan Gbr Gbr Gbr Gbr. 1-65, 1-66, 1-67, dan 1-68: Rias muka dua warna (kiri dan kanan berbeda), melambangkan laki-laki (kiri, yang bercorak hitam-putih) dan perempuan (kanan). Ornamen pada tubuh melambangkan flora dan fauna di wilayah Gbr. 1-68

3 PENDAHULUAN 19 Gbr. 1-69: Lukisan muka sebagai bagian dari pakaian adat masyarakat Mekeo dari New Guinea bagian tenggara; foto dari suatu upacara dengan memainkan gendang secara wajah aneh. Film Itu memperlihatkan teknik rias modern, yang kontur dan teksturnya melampaui garis wajah manusia, seperti halnya pada topeng. Dalam rias kathakali di India, misalnya, tempelannya cukup banyak sehingga ekspresi nya pun amat berbeda dengan wajah asli penarinya. Rias untuk tarian upacara theyam, yang ditempelkan adalah taring yang terbuat dari perak atau timah, yang dapat dilepas dan dipakai lagi, sama seperti definisi topeng di atas. Dengan demikian, perbe daan topeng dan rias tidak dapat diukur dari kemiripannya dengan ekspresi wajah manusia, dan objek yang dilukiskan Rangkuman Uraian sebelumnya menun jukkan bahwa terdapat banyak persamaan dan percampuran antara topeng, patung, boneka, wayang, dan Gbr Gbr Gbr & 1-71: Rias dalam film dengan tekstur kuat menyerupai

4 20 TOPENG rias, yang kemu dian menyebabkan kita kesu litan dalam mendefinisikan atau mengkategorikannya. Dalam kesenian, kasus seperti ini tidak hanya terdapat dalam topeng, melainkan juga bidang kesenian lainnya, misalnya antara puisi, lirik, dan prosa, antara tari, peran (teater), silat dan akrobat, dan sebagainya. Karena itu, pertanyaan-pertanyaan di atas tidak bisa dijawab secara sederhana dengan ya atau tidak. Mencari jawaban sederhana, rapi, tetapi tidak Gbr. 1-72: Suatu jenis tarian klasik India, Kathakali, memakai teknis rias kompleks dengan tempelan-tempelan di muka, Gbr. 1-73: Nenek dengan tatu (tatoo) dari Taiwan. Konon ia orang terakhir yang masih memakai tatu di sana. Gbr. 1-74: Taring dari almunium yang dipakai dalam pertunjukan theyam, ritus penghormatan roh leluhur Gbr. 1-75: Ornamen di hidung dari unsur muka, merupakan bahasa ungkap nonverbal yang efektif. Di atas telah disampaikan bahwa topeng yang normal dan yang kecil

5 PENDAHULUAN 21 tepat, bukanlah tujuan kita. Yang lebih penting bagi kita adalah memahami persoalannya, sudut pandangnya, atau alasannya. Kita sebaiknya juga tidak harus mengkategorikan secara tertib semua fakta yang ada. Ketertiban kategori tidak akan menyelesaikan persoalan atau merupakan jawaban terhadap fakta yang rumit. Namun demikan, adanya kategori tetap penting untuk dipahami, karena sangat membantu kita dalam memperluas wawasan atau memahami fakta. Dengan adanya kategori, kita dapat melihat keterkaitan antara kelima jenis kesenian di atas: topeng yang merujuk pada bagian muka yang bisa digerakkan, karena ia tidak menyatu dengan tubuh; boneka yang berbentuk sebagian atau seluruh tubuh, yang bisa digerakkan atau dipindahkan; wayang adalah boneka yang dimainkan atau ditarikan dalam sebuah repertoar pertunjukan; patung yang menggambarkan seluruh atau sebagian tubuh secara tetap (fixed), bagian-bagiannya tidak bergerak secara mandiri; dan rias adalah lukisan pada muka yang selesai dipakai tidak dapat dipakai ulang. Kategori tersebut, mungkin kemudian menimbulkan pertanyaan: mana yang lebih dahulu muncul, topeng, rias, patung, atau wayang? Pertanyaan itu pun sulit dijawab, karena dalam kesenian, proses saling pinjam, saling tiru, saling pengaruhi itu merupakan hal yang biasa dan tiada henti sepanjang masa. Meski demikian, tumbuhnya pertanyaan menandakan adanya pikiran kritis. Lahirnya pertanyaan yang baik (kritis) bisa dianggap sebagian jawaban. Singkatnya, adanya kategori menandakan adanya konsep, yang bisa memperjelas wawasan untuk memahami fakta, bukan untuk memasukkan semua fakta pada kategori-kategori tersebut. 1.2 Topeng dan Muka Bagian pokok dari topeng adalah muka. Ada yang berbentuk muka manusia, binatang, atau makhluk ajaib; bisa terbuat dari benda keras ataupun lunak; pemakaiannya bisa menutupi seluruh wajah atau hanya se bagian. Dengan demikian, muka menjadi pegangan pertama untuk membuat batasan topeng. Dalam dunia seni per tunjukan, muka disebut sebagai pusat perhatian (center of interest), karena muka adalah pusat ekspresi. Melalui unsur-unsurnya, seperti mata, alis, kening, mulut (bibir, gigi, lidah), pipi, dan hidung, muka mengungkapkan ekspresinya. Gerakan-gerakan dari seluruh atau sebagian

6 22 TOPENG DEFINISI UMUM Topeng : merujuk pada muka, belum tentu menyatu dengan bagian tubuh yang lain, pipih (ada ruang di baliknya). Boneka : kepala dan (sebagian) tubuh menyatu, kecil, dapat diangkatangkat, sebagai mainan anak. Wayang : boneka yang bisa dimainkan untuk menampilkan suatu cerita, terdiri dari berbagai macam/karakter dalam satu set. Patung : muka (kepala) menyatu dengan (sebagian) tubuh, relatif besar, statis. bukan hanya menjadi khazanah kesenian tradisional, melainkan juga terdapat dalam dunia kesenian kontemporer. Topeng normal dan kecil itu semuanya terfokus pada muka.tidak demikian halnya dengan topeng besar, di mana muka hanya sebagian dari ungkapan seninya itu. Dengan kata lain, topeng besar tidak hanya terfokus pada muka. Dalam Bab 5, terdapat gambar topeng dari Papua yang mengurungi seluruh tubuh yang sangat ekspresif, dan ekspresinya tidak terfokus hanya pada muka. Namun, seberapa pun abstraknya, muka tetap menjadi bagian yang hadir. Jika patung seperti ondel-ondel tidak bermuka, misalnya saja, akan sulit untuk dikatakan topeng. Dalam karya seni rupa modern pun topeng besar seperti ini sering hadir. Misalnya, dalam gambar-gambar berikut, tampak karya seorang seniman rupa modern seperti itu, yang juga diberi judul Topeng Unsur dan Struktur Muka

7 PENDAHULUAN 23 Mata, hidung, dan mulut, merupakan bagian muka yang utama. Simbol atau ikon ini dapat dikenali dan memberi gambaran muka, meski dalam bidang atau bentuk topeng yang tidak lonjong seperti muka misalnya segiempat, segitiga, bundar, dan sebagainya. Coba kita perhatikan gambar-gambar berikut. Gambar a-1 sampai dengan a-3 belum menggambarkan muka, tetapi gambar a-4 (hidung dan mulut), dan b-1 (mata), sudah memberi gambaran muka, walau abstrak. Mungkin karena pada gambar b-1 terdapat dua titik yang menggambarkan mata, sehingga terbentuk hubungan atau formasi struktural. Jika gambar mata itu ditambah dengan hidung atau mulut, akan lebih jelas lagi bahwa pola itu menggambarkan muka (b-2 dan b-3). Meskipun gambar c-1 Gbr Gbr. Gbr & 1-77: Topeng seluruh tubuh, karya pematung kontemporer Mella Jaarsma dari Yogyakarta. Gbr. 1-78: Topeng karya pematung kontemporer Indonesia terkenal Sidharta sampai dengan c-4 memiliki bentuk dan ukuran yang tidak umum, gambar itu tetap menunjukkan bentuk muka, karena memberi gambaran struktur muka. Cobalah gambar itu diputar 180 derajat, terbalik, maka akan sulit dikenali bahwa itu muka. Telah disebutkan sebelumnya bahwa muka merupakan pusat perhatian ekspresi, mata adalah unsur yang lebih memusat lagi. Dalam berkomunikasi, umumnya orang saling berpandangan. Di bawah ini ada sebuah hiasan, kalung,

8 24 TOPENG Gbr. 1-79: Struktur dan unsur-unsur muka. goresan di dahi dan di bawah mata mempertegasnya. Adapun bulatan yang berbentuk spiral, tidaklah jelas apakah itu hidung atau mulut. Kita lihat pula gambar topeng Afrika, yang secara struktural dekat dengan gambar c-1. Kita mengetahui bahwa benda itu serupa dengan topeng, karena menggambarkan muka, dan terdapat mata, mulut dan hidung. Demikian juga topeng anyaman dari Swiss, topeng itu tidak akan berbentuk muka jika bulatan yang mengacu pada mata dan hidung tidak ada. Fakta yang menarik adalah adanya kesamaan berupa tiga bulatan yang mengacu pada mata dan hidung. Meski tradisi mereka sangat berjauhan, bahkan mereka tidak pernah mengadakan kontak kultural. Dengan itu, bisa disimpulkan bahwa persamaan ekspresi kebudayaan tidak harus melalui pertemuan atau persebaran (difusi), melainkan bisa tumbuh

9 PENDAHULUAN 25 Gbr. 1-80: Kalung emas dengan figur dua mata dari Maluku. Gbr. 1-81: Topeng dari Papua New Guinea yang terdiri dari Gbr. 1-82: Empat buah topeng dari Kongo, Afrika, yang menampakkan mata sebagai identitas atau gambaran yang hanya dibubuhi dua buah mata (serupa dengan gambar b-1), dan satu topeng yang seluruhnya seolah terdiri dari mata. Hal itu membuktikan bahwa mata dianggap cukup untuk merepresentasikan muka. Masyarakat Dayak Modang memiliki kebiasaan memancangkan ukiran dari kayu kering di depan rumah. Batang kayu itu sebenarnya tidak menggambarkan bidang muka, jika tidak ada ukirannya. Dua bulatan menggambarkan mata,

10 26 TOPENG Indian-Amerika. Di sana terdapat tarian kijang dengan menggunakan topeng yang diletakkan di atas kepala, sehingga muka pemain yang sengaja tidak ditutupi itu menjadi bagian dari seni pertunjukan -nya. Ketika dua muka itu ditampakkan, sulit bagi kita untuk menentukan muka yang mana yang sebenarnya ingin ditampilkan sebagai perwujudan ekspresi dalam pertunjukan itu: muka topeng atau muka pemain? Dalam pertunjukan serupa itu, keduanya (muka pemain dan muka topeng) dianggap penting. Untuk memperjelas kasus tersebut, kita dapat melihat kasus yang mirip, yakni pemakaian topeng dalam bunraku, sebuah seni pertunjukan boneka ( wayang ) di Jepang. Hampir sebaliknya dengan wayang Jawa, di mana seorang dalang memainkan beberapa wayang, dalam bunraku satu boneka dimainkan oleh tiga orang: yang pertama adalah master atau tokoh ahlinya, sementara dua pemain lainnya adalah pembantu -nya. Kedua pemain pembantu memakai pakaian dan topeng hitam sehingga mereka hampir tidak tampak ketika main di panggung yang berlayar hitam. Namun sang master tidak memakai penutup muka, sehingga dalam pertunjukannya kita melihat dua sosok mencolok: pemain dan boneka. Demikian juga untuk jenis yang lain, bunraku otome, Gbr. 1-83: Patung atau ukiran pada batang kayu yang dipancang di depan rumah masyarakat Dayak Gbr. 1-84: Topeng Matahari d a r i m a s y a r a k a t B w a, Burkina Faso, Afrika. Desain g e o m e t r i s m e r u p a k a n Gbr. 1-85: Topeng dari Swiss, terbuat dari semacam daun atau pelepah kering, yang bentuk dan komposisi mata, hidung, dan mulut mirip topeng dari bonekanya dimainkan oleh seorang dalang, kepala bonekanya tehubung pada kepala pemain, sehingga pemunculan muka ganda (bahkan seluruh tubuh) dalam pertunjukannya lebih mencolok lagi. Persamaan antara kasus bunraku dan kasus topeng Nias dan Indian-Amerika adalah munculnya dua figur yang berbeda tingkatannya. Yang pertama adalah yang dimainkan, dan yang kedua adalah yang memainkan. Namun keduanya

11 PENDAHULUAN 27 secara kebetulan (evolusi). Bentuk topeng yang paling banyak adalah yang mirip dengan struktur dan/atau ukuran muka manusia. Karena itu, kebanyakan cara memakainya adalah dengan ditempelkan pada muka: dengan cara digigit dari bagian belakangnya, atau diikatkan pada kepala. Gambar-gambar mengenai cara pemakaian topeng bisa dilihat pada bab berikutnya Muka Ganda Ada satu hal lagi yang menarik perhatian kita, yakni cara pemakaian topeng yang tetap menampakkan muka pemainnya. Jika dalam kasus topeng setengah-muka, muka pemain dan topeng tampak separuh-separuh, dalam topeng muka ganda keduanya terlihat secara utuh, salah satu contohnya di Nias. Di Nias seorang pendeta memakai topeng jenis itu. Sampai sejauh ini belum ada informasi mengenai makna dari topeng itu. Namun, hampir bisa dipastikan bahwa topeng jenis ini bukan untuk pertunjukan kesenian, melainkan sebagai bagian dari upacara. Topeng muka ganda terdapat pula pada tradisi Gbr. 1-86: Topeng dari Nias, yang berupa tutup kepala (helm), yang dipakai oleh seorang pendeta pada masa Gbr. 1-87: Topeng Serigala dari suku Indian di Alaska (Amerika), yang dipakai di atas kepala, sehingga muka Gbr. 1-88: Tari Kijang dari suku Indian Yaqui (Meksiko-Amerika). Kedua muka (kijang dan pemain)

12 28 TOPENG muncul dalam satu wilayah pemeranan, yakni yang dipertunjukkan. Yang berperan dalam cerita adalah karakter bonekanya, bukan pemainnya (yang menghidupkan boneka). Pertanyaan yang sama muncul kembali: mengapa pemainnya harus tampak? Jawabannya tentu tidak sederhana, karena dalam kasus ini kita tidak bisa hanya melihat dari kacapandang cerita saja, melainkan harus juga dari aspek-aspek lainnya, seperti sejarah, adat, kepercayaan, sistem sosial (termasuk kesenimanan), dan lain sebagainya, yang mungkin berkaitan dengan sistem keseniannya. Semua aspek ini turut menumbuhkan idiom kesenian. Karena seniman pun bagian dari sistem tersebut, sehingga yang diperhatikan atau dianggap penting oleh penonton bukan hanya gerakan boneka atau topeng, melainkan juga pribadi senimannya. Penonton mungkin merasa perlu untuk mengenal seniman yang memiliki keistimewaan secara personal di atas panggung. Selain itu, muka pemain pun berpengaruh pula terhadap tokoh yang dimainkannya dalam bunraku hanya pemain yang Gbr Gbr & 1-90: Bunraku Jepang: satu boneka (puppet) dimainkan oleh 3 orang. Pemain utama tidak memakai topeng tapi kedua pembantunya memakai Gbr. 1-90

13 PENDAHULUAN 29 Gbr. 1-91: Bunraku otome, dipertunjukkan oleh Kimura Manami, di Desa Gianti, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, tgl. 20 September 2004, dalam kunjungan ramah-tamah dengan grup setingkat guru (master) yang boleh ditampakkan mukanya. Ada lagi jenis pertunjukan topeng yang menampilkan kedua muka itu tidak secara bersamaan seperti kasus-kasus di atas, melainkan secara bergantian. Senimannya menari tanpa topeng terlebih dahulu, kemudian dilanjutkan dengan memakai topeng. Pertunjukan topeng seperti ini terdapat dalam tradisi topeng Cirebon-Indramayu, Jawa Barat. Seorang penari utama, disebut dalang topeng, yang menarikan beberapa watak (karakter). Setiap watak mempunyai bagian tanpa topeng, memakai topeng, dan menari dengan topeng. Bagian tarian awal yang tidak bertopeng itu bukan hanya sebagai pendahuluan, tambahan, atau sampingan, melainkan merupakan bagian penting, karena setiap karakter memiliki pola gerak yang khusus. Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa penampilan kedua muka, baik secara bersamaan (sinkronik) maupun bergantian (diakronik), dianggap penting oleh budaya bersangkutan, meski muka pemain itu tidak menggambarkan karakter yang dimainkannya. Kepentingan atau makna itulah yang dipahami, dinikmati atau dirasakan oleh masyarakat melalui sistem dan idiom budaya setempat. Jika kita tidak melihat, mengikuti, atau mengakui sistem budaya

14 30 TOPENG itu, sulitlah untuk memahami mengapa kedua muka itu dimunculkan. Hal ini, sekali lagi, mempertegas bahwa suatu tradisi kesenian harus dipandang atas persepsi budaya yang bersangkutan, yang tidak bisa dinilai dari pandangan estetika budaya lain. Terlepas dari itu semua, penonton dapat melihat proses interaksi (kesalinghubungan) atau transformasi (perubahan) antara muka pemain dan muka topeng. Dalam kebudayaan, selain produk, proses juga merupakan bagian yang sangat penting. Kegandaan makna (ambiguitas) memang muncul lagi di sini. Tapi, dalam persepsi kesenian hal seperti ini banyak sekali ditemukan. Ketidakjelasan ini tidak bisa dipandang sebagai sesuatu yang tidak logis atau tidak rasional, Gbr. Gbr. Gbr. Gbr. 1-92, 1-93, dan 1-94: Tiga proses dari tari topeng Cirebon: menari tanpa topeng, memakai topeng, dan menari topeng; sehingga penonton dapat menyaksikan penari dengan muka aslinya, proses penutupan muka, dan topeng pengganti muka. melainkan harus diakui bahwa kesenian memiliki sistem logika tersendiri, yang berbeda dari logika lain, seperti misalnya logika matematika, ekonomi, atau birokrasi.

15 PENDAHULUAN 31 Gbr. 1-95: Topeng burung dua lapis dari Indian Amerika. Topeng luarnya bisa menutup dan membuka. Gbr. 1-96: Topeng Singa-laut dari Indian Amerika, dari mulutnya muncul gambaran muka manusia. Gbr. 1-97, 1-98, dan 1-99: Topeng-topeng dari Afrika yang menampakkan muka ganda, keduanya mempunyai daya ungkap.

16 32 TOPENG Gbr : Tarian Huda-huda ( Kuda ) dari Batak. Topeng dipegang oleh penari yang wajahnya tidak tertutup, sehingga penonton dapat melihat keduanya:

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat.

10 TOPENG. Gbr. 1-37: Sisingaan, tunggangan anak sunat, berasal dari daerah Subang. Kini Sisingaan menyebar hampir di seluruh pelosok Jawa Barat. PENDAHULUAN 9 Gbr. 1-34: Muka liong dibuat oleh para seniman desa (bukan orang Tionghoa) dari daerah Cirebon, Jawa Barat. Di sana, liong dan barongsay biasa dipertunjukkan dalam upacara Sidekah Bumi di

Lebih terperinci

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan

Bab 1. Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Pendahuluan PENDAHULUAN 1 Bab 1 Pendahuluan Hampir bisa dipastikan, kebanyakan dari Anda pernah melihat topeng. Jika tidak secara langsung, mungkin pernah melihat gambarnya dari buku-buku atau dalam film di mana ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat

Lebih terperinci

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA

SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA SOAL PENGAYAAN A. FLORA, FAUNA DAN ALAM BENDA 1 Jelaskan apa yang dimaksud dengan aktivitas fisik dan mental dalam menggambar! 2 Sebutkan dan jelaskan dua komposisi dalam menggambar! 3 Sebutkan contoh

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN TOPENG SEBAGAI TEMA DALAM PENCIPTAAN KARYA SENI RUPA A. Implementasi Teoritis Penulis menyadari bahwa topeng merupakan sebuah bagian peninggalan prasejarah yang sekarang masih mampu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarahnya, Jepang telah menyerap banyak gagasan dari negaranegara lain termasuk teknologi, adat-istiadat, dan bentuk-bentuk pengungkapan kebudayaan. Jepang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini mengambil judul Perancangan Buku Referensi Karakteristik Tata Rias Tari Surabaya Dengan Teknik Fotografi Sebagai Sarana Informasi Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS

MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS SENI BUDAYA MENGAPRESIASI KARYA SENI LUKIS Nama : Alfina Nurpiana Kelas : XII MIPA 3 SMAN 84 JAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017 Karya 1 1. Bentuk, yang merupakan wujud yang terdapat di alam dan terlihat nyata.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan 305 BAB V KESIMPULAN Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini. Penjelasan yang terkait dengan keberadaan seni lukis

Lebih terperinci

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman

RANGKUMAN. Bab 7. Rangkuman 179 Bab 7 Rangkuman S etelah membaca buku Topeng ini, mungkin Anda akan bertanya: Apa sasaran buku ini? Tidak ada bab yang menguraikan secara menyeluruh tentang topeng Nusantara. Jika misalnya Anda ingin

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis setiap gambar yang dipilih dari video mapping Revitalisasi Kota Tua Jakarta pembahasan yang didasarkan pemikiran yang menggunakan semiotika signifikasi

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

T O P E N G. Buku Pelajaran. Untuk SMA Kelas 1. PENULIS Endo Suanda. KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto

T O P E N G. Buku Pelajaran. Untuk SMA Kelas 1. PENULIS Endo Suanda. KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto i T O P E N G Buku Pelajaran Untuk SMA Kelas 1 PENULIS Endo Suanda KONTRIBUTOR: I Wayan Dibia Halilintar Lathief FX. Widaryanto ii Topeng Buku Pelajaran Kesenian Nusantara Untuk SMA Kelas 1 Penulis : Endo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn

GAMBAR ORNAMEN. Dwi Retno SA., M.Sn GAMBAR ORNAMEN Dwi Retno SA., M.Sn PENGERTIAN ORNAMEN berasal dari kata ORNARE (bahasa Latin) yang berarti menghias. juga berarti dekorasi atau hiasan sering disebut sebagai disain dekoratif atau disain

Lebih terperinci

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora

RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora RAGAM HIAS FLORA Ragam hias flora Flora sebagai sumber objek motif ragam hias dapat dijumpai hampir di seluruh pulau di Indonesia. Ragam hias dengan motif flora (vegetal) mudah dijumpai pada barang-barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wayang Golek adalah suatu seni pertunjukan boneka tiruan rupa manusia yang dimainkan oleh seorang dalang dengan menggabungkan beberapa unsur seni. Wayang Golek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sebuah karya seni tidak terlepas dari pembuatnya, yaitu lebih dikenal dengan istilah seniman. Pada umumnya, seorang seniman dalam menuangkan idenya menjadi sebuah karya

Lebih terperinci

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB II METODE PERANCANGAN BAB II METODE PERANCANGAN A. Orisinilitas Topeng betawi adalah kedok yang di pakai dalam tari topong tunggal yang biasanya digunakan sebagai penggambaran tentang kehidupan masyarakat betawi melalui watak

Lebih terperinci

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis

BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS. A. Implementasi Teoritis BAB III CELENG SEBAGAI TEMA DALAM KARYA SENI LUKIS A. Implementasi Teoritis Istilah kata celeng berasal dari sebagian masyarakat Jawa berarti babi liar. Jika dilihat dari namanya saja, sudah nampak bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten merupakan contoh salah satu daerah yang memiliki beragam kesenian dan budaya yang merupakan bentuk-bentuk ekspresi masyarakat diantaranya kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki

diciptakan oleh desainer game Barat umumnya mengadopsi dari cerita mitologi yang terdapat di Di dalam sebuah game karakter memiliki ABSTRACT Wimba, Di dalam sebuah game karakter memiliki menjadi daya tarik utama dalam sebuah game, menjadi teman bagi pemain, juga dapat berperan sebagai atau dari sebuah game sekaligus menjadi elemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang

BAB I PENDAHULUAN. lebih teratur dan mempunyai prinsip-prinsip yang kuat. Mengingat tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya merupakan cerminan dari suatu bangsa, bangsa yang menjunjung tinggi kebudayaan pastilah akan selalu dihormati oleh negara lainnya. Budaya yang terdapat dalam

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI

KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI SENI BUDAYA DAN PRAKARYA SEKOLAH DASAR KELAS I - VI KELAS I KOMPETENSI INTI 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya. 2. Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli,

Lebih terperinci

misalnya : puisi, lukisan, tarian, kerajinan, dan sebagainya8. Sedangkan

misalnya : puisi, lukisan, tarian, kerajinan, dan sebagainya8. Sedangkan Pusat Seni Tradisional Jogjakarta BAB II KESENIAN TRADISIONAL JOGJAKARTA 2.1. DEFINISI SENI TRADISIONAL Seni dapat diartikan sebagai penjelmaan rasa indah yang terkandung di dalam hati setiap orang, yang

Lebih terperinci

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG

ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG ABSTRAK FUNGSI BONEKA DARUMA BAGI MASYARAKAT JEPANG Boneka merupakan salah satu simbol anak-anak yang dijadikan mainan dan dibuat untuk menemani anak-anak hingga pada akhirnya boneka juga dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa

BAB V KESIMPULAN. Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa BAB V KESIMPULAN Wayang wong gaya Yogyakarta adalah segala bentuk drama tari tanpa topeng (meski sebagian tokoh mengenakan topeng, terminologi ini digunakan untuk membedakannya dengan wayang topeng) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik. Sepanjang sejarah, manusia tidak terlepas dari seni. Karena seni adalah salah satu

Lebih terperinci

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT

MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT MERIAS WAJAH PENGANTIN UNTUK BENTUK WAJAH BULAT Yenni Sri Handayani *) ABSTRAKSI Salah satu warisan budaya luhur bangsa Inodnesia yaitu upacara adat perkawinan, yang tersebar hampir di setiap daerah. Salah

Lebih terperinci

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis

III. METODE PENCIPTAAN. A. Implementasi Teoritis III. METODE PENCIPTAAN 1. Tematik A. Implementasi Teoritis Kehidupan dunia anak-anak yang diangkat oleh penulis ke dalam karya Tugas Akhir seni lukis ini merupakan suatu ketertarikaan penulis terhadap

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bercerita memang mengasyikkan untuk semua orang. Kegiatan bercerita dapat dijadikan sebagai wahana untuk membangun karakter seseorang terutama anak kecil. Bercerita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

Bab 3. Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan. Gaya dan Karakter. 3.1 Bentuk Dasar Topeng

Bab 3. Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan. Gaya dan Karakter. 3.1 Bentuk Dasar Topeng 63 Bab 3 Gaya dan Karakter Dari uraian Bab 1, kita telah mengetahui betapa beragamnya bentuk dan ukuran topeng. Namun demikan, topeng yang paling dominan adalah topeng yang dekat dengan struktur dan/atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah negara maju dan modern, tetapi negara Jepang tidak pernah meninggalkan tradisi dan budaya mereka serta mempertahankan nilai-nilai tradisi yang ada sejak

Lebih terperinci

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia KAIN SEBAGAI KEBUTUHAN MANUSIA 1 Kain Sebagai Kebutuhan Manusia A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari kain sebagai kebutuhan manusia. Manusia sebagai salah satu makhluk penghuni alam semesta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesenian produk asli bangsa Indonesia. Kesenian wayang, merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang sangat kaya dengan aneka ragam kebudayaan dan tradisi. Potensi merupakan model sebagai sebuah bangsa yang besar. Kesenian wayang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Banyak orang Indonesia yang tertarik akan kebudayaan Jepang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya acara-acara yang bertemakan Jepang di Indonesia (http://japanesia.org/).

Lebih terperinci

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG

WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan (PDSPK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2016 WARISAN BUDAYA TAK BENDA KAB. MERANGIN, JAMBI TARI SAYAK & TARI PISANG DAFTAR ISI A. Pendahuluan B.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif

2. Fungsi tari. a. Fungsi tari primitif 2. Fungsi tari Tumbuh dan berkembangnya berbagai jenis tari dalam kategori tari tradisional dan tari non trasional disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor ekternal. Faktor internal

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

3. Karakteristik tari

3. Karakteristik tari 3. Karakteristik tari Pada sub bab satu telah dijelaskan jenis tari dan sub bab dua dijelaskan tentang fungsi tari. Berdasarkan penjelasan dari dua sub bab tersebut, Anda tentunya telah memperoleh gambaran

Lebih terperinci

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara RAGAM HIAS TENUN IKAT NUSANTARA 125 Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara A. RINGKASAN Pada bab ini kita akan mempelajari sejarah teknik tenun ikat pada saat mulai dikenal masyarakat Nusantara. Selain itu, akan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Wayang Rumput (Wayang Suket) Menurut berbagai sumber, pada mulanya Wayang Rumput (Wayang

BAB V PENUTUP. 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Wayang Rumput (Wayang Suket) Menurut berbagai sumber, pada mulanya Wayang Rumput (Wayang 133 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis mengenai, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Sejarah Singkat dan Perkembangan Menurut berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam hias atau disebut juga dengan ornamen di Indonesia merupakan kesatuan dari pola-pola ragam hias daerah atau suku-suku yang telah membudaya berabad-abad.

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN Nama Sekolah :... Kelas/Semester : IX (sembilan) / I (satu) Mata Pelajaran : Seni Budaya/Seni Rupa Standar : 1. Mengapresiasi karya seni rupa. 1.1 Mengidentifikasi seni rupa murni yang diciptakan di daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wanita dan kosmetik adalah sahabat sejati, keduanya saling melengkapi satu sama lain. Plautus, Filsuf dari Roma mengatakan wanita tanpa kosmetik bagaikan sayur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni budaya merupakan salah satu warisan dari leluhur atau nenek moyang yang menjadi keanekaragaman suatu tradisi dan dimiliki oleh suatu daerah. Seiring dengan berkembangnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi dialihkan oleh Kerajaan Sunda/Pajajaran kepada Kerajaan Sumedanglarang. Artinya, Kerajaan

Lebih terperinci

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55.

1 I Made Bandem, Ensiklopedi Tari Bali, op.cit., p.55. Tata Rias dan Busana Tari Legong Sambeh Bintang Kiriman Ni Wayan Ekaliani, Mahasiswa PS. Seni Tari ISI Denpasar Tata rias dan busana dalam seni pertunjukan selain berfungsi memperindah, memperkuat karakter

Lebih terperinci

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF

BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF 86 BAB VIII TATA RIAS KOREKTIF A. Tata Rias Koreksi Bentuk Wajah Tata rias koreksi wajah diperlukan atas prinsip dasar bahwa bentuk muka yang dianggap kurang sempurna dapat diubah sedemikian rupa, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat Batak di Tapanuli utara, upacara-upacara Sigalegale BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tradisi pertunjukan patung Sigale-gale pada masyarakat Batak Toba merupakan sebuah tradisi yang unik dalam seni patung yang dikenal dengan nama Sigale-gale. Di masa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 4/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan.

BAB I PENDAHULUAN. negara yang kaya dalam berbagai hal, termasuk dalam segi kebudayaan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang besar dan luas. Dengan kondisi geografis yang demikian, membuat Indonesia menjadi negara yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras

I. PENDAHULUAN. Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari adalah gerak-gerak dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan irama musik serta mempunyai maksud tertentu. Tari juga merupakan ekspresi jiwa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Sekolah : SD Mata Pelajaran : Seni Budaya dan Keterampilan Kelas/Semester : 5/2 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Satuan Pendidikan : SMP/MTs Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas / Semester : VII / Materi Pokok : SENI RUPA Sub Materi Pokok : Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Keras

Lebih terperinci

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil Penerapan ragam hias flora, fauna, dan geometris pada bahan tekstil banyak dijumpai di berbagai daerah di Indonesia. Penerapan ragam hias pada bahan tekstil dapat dilakukan dengan cara membatik, menenun,

Lebih terperinci

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias

BAB VII TATA RIAS. STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias BAB VII TATA RIAS STANDAR KOMPETENSI: Mahasiswa dapat memahami hakikat Tata Rias KOMPETENSI DASAR: Menyebutkan pengertian Tata Rias Menyebutkan Tujuan dan fungsi tata rias Menyebutkan bahan dan Perlengkapan

Lebih terperinci

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2 PROGRAM PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DAN KETRAMPILAN SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2 1 PROGRAM SEMESTER MATA PELAJARAN : SBK Standar Kompetensi : 9. Mengapresiasi seni rupa SENI RUPA 9.1. Mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebudayaan tradisional adalah kebudayaan yang terbentuk dari keanekaragaman suku-suku di Indonesia yang merupakan bagian terpenting dari kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki bermacam-macam suku bangsa, tidak hanya suku yang berasal dari nusantara saja, tetapi juga suku yang berasal dari luar nusantara.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Suzanne K. Langer (1998:2) menyatakan bahwa Kesenian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan induk dari beberapa bentuk cabang seni yang ada di Indonesia, diantaranya seni tari, seni musik, seni rupa, seni drama dan seni sastra. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tari wayang adalah salah satu genre atau rumpun tari yang terdapat di Jawa Barat. Tari wayang sendiri merupakan tari yang menceritakan tokoh atau peristiwa yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak

BAB I PENDAHULUAN. seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cina adalah salah satu Negara di dunia yangkaya akan seni budaya. Salah satu seni budaya Cina adalah seni pertunjukkan. Seni pertunjukkan di Cina memiliki tidak kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan merupakan aktivitas yang mencakup sosial, hiburan, juga kepercayaan atau adat istiadat yang tidak berwujud sebagai benda. Seni pertunjukan tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias

BAB I PENDAHULUAN. Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Ragam hias di Indonesia merupakan kesatuan dari pola pola ragam hias daerah atau suku suku yang telah membudaya berabad abad. Berbagai ragam hias yang ada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan merupakan sistem nilai yang terkandung dalam sebuah masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh kebudayaan yang membentuk lapis-lapis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang besar dan memiliki berbagai macam kebudayaan, mulai dari tarian, pakaian adat, makanan, lagu daerah, kain, alat musik, lagu,

Lebih terperinci

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS

BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS BAB IV KAJIAN UNSUR VISUAL NAGA PADA WAYANG DAN SENGKALAN YANG DIPENGARUHI KOSMIS-MISTIS IV.1 Karakteristik Kosmis-Mistis pada Masyarakat Jawa Jika ditinjau dari pemaparan para ahli tentang spiritualisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam

BAB I PENDAHULUAN. Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur karya sastra dibedakan menjadi dua jenis yaitu struktur dalam (intrinsik) dan luar (ekstrinsik). Pada gilirannya analisis pun tidak terlepas dari kedua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekompleksitasan Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki lingkungan geografis. Dari lingkungan geografis itulah membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba,

BAB I PENDAHULUAN. bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri dari atas beberapa suku seperti, Batak Toba, BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan salah satu Provinsi yang memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional maupun bahasa daerah. Masyarakatnya

Lebih terperinci

BAB III GAGASAN BERKARYA

BAB III GAGASAN BERKARYA BAB III GAGASAN BERKARYA 3.1 Tafsiran Tema Karya untuk Tugas Akhir ini mempunyai tema besar Ibu, Kamu dan Jarak. Sebuah karya yang sangat personal dan dilatar belakangi dari pengalaman personal saya. Tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni bertumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia. Dengan kreativitas yang dimilikinya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik kualitas

Lebih terperinci

Kartun Konpopilan, Kartun Untuk Orang Pintar

Kartun Konpopilan, Kartun Untuk Orang Pintar Kartun Konpopilan, Kartun Untuk Orang Pintar I Wayan Nuriarta Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Seni Rupa dan Desain-Institut seni Indonesia Denpasar Abstrak Kartun Konpopilan adalah kartun

Lebih terperinci

Kita semua pasti pernah melihat orang menari, baik menontonnya

Kita semua pasti pernah melihat orang menari, baik menontonnya Bab 1 Pendahuluan Kita semua pasti pernah melihat orang menari, baik menontonnya secara langsung, secara sambil lalu, atau melalui siaran televisi. Bahkan mungkin kalian pernah menari, baik untuk dipertontonkan,

Lebih terperinci

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery)

BAB III TATA DEKORASI. STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) BAB III TATA DEKORASI STANDAR KOMPETENSI : Mahasiswa mampu memahami Unsur-unsur Tata Dekorasi (Scenery) KOMPETENSI DASAR : Menyebutkan pengertian Dekorasi Menyebutkan Tujuan dan Fungsi Dekorasi Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL

BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL BAB II SENI TARI DAN UNSUR VISUAL 2.1. Seni dan Tari 2.1.1. Pengertian Seni Seni dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991: 915) didefinisikan sebagai keahlian membuat karya yang bermutu dilihat dari segi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan salah satu jenis kebutuhan manusia yang berkaitan dengan pengungkapan rasa keindahan. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk yang sepanjang

Lebih terperinci

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber

Kompetensi Materi Kegiatan. Dasar Pembelajaran Pembelajaran Teknik Bentuk Contoh Instrumen Waktu Belajar. Indikator SILABUS. Penilaian Alokasi Sumber Silabus SBK SD 11 Standar Kompetensi : Seni Rupa 9. Mengapresiasi karya seni rupa 9.1.Menjelaskan makna seni rupa murni. Karya seni rupa murni. Siswa diminta menyebutkan 9.1.1. Menjelaskan definisi Tes

Lebih terperinci

Kajian Perhiasan Tradisional

Kajian Perhiasan Tradisional Kajian Perhiasan Tradisional Oleh : Kiki Indrianti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Universitas Telkom ABSTRAK Kekayaan budaya Indonesia sangat berlimpah dan beragam macam. Dengan keanekaragaman budaya

Lebih terperinci

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi

SENI KRIYA. Oleh: B Muria Zuhdi SENI KRIYA Oleh: B Muria Zuhdi PENGERTIAN SENI KRIA Kriya dalam konteks masa lampau dimaknai sebagai suatu karya seni yang unik dan karakteristik yang di dalamnya mengandung muatan nilai estetik, simbolik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris

ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ORNAMEN Pengertian ornamen secara umum Istilah ornamen berasal dari kata Ornare (bahasa Latin) yang berarti menghiasisedang dalam bahasa Inggris ornament berarti perhiasan. Secara umum ornament adalah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT

KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT KAJIAN KERAJINAN UKIRAN KAYU SUKU ASMAT Oleh Hernis Novayanti Program Studi Kriya Tekstil dan Mode, Univeristas Telkom. Abstrak Budaya mengukir di Asmat lahir dari upacara keagamaan. Di sebagian daerah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang kaya akan jenis kesenian baik tradisi maupun kreasi. Salah satu daerah di Jawa Barat yang memiliki

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA 1 WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN BANGUNAN BERCIRIKAN ORNAMEN DAERAH KALIMANTAN TENGAH DI KOTA PALANGKA RAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973

Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater : Clifford Geertz : Isnan Amaludin : 08/275209/PSA/1973 Tugas Antropologi Politik Review buku : Negara Teater Penulis : Clifford Geertz Oleh : Isnan Amaludin NIM : 08/275209/PSA/1973 Prodi : S2 Sejarah Geertz sepertinya tertarik pada Bali karena menjadi suaka

Lebih terperinci