OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA"

Transkripsi

1 OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

2

3 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Februari 2014 Gravi Margasetha NIM H Pelimpahan hak cipta atau karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak besar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.

4

5 ABSTRAK GRAVI MARGASETHA. Optimalisasi Produksi Brownies Singkong Pada Mr.BrownCo Bogor. Dibimbing oleh NETTI TINAPRILLA. Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan UMKM yang pesat. Salah satu UMKM di Bogor yang menangkap peluang bisnis makanan dengan produk yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bisnis makanan yang lainnya adalah mr.brownco. Brownies singkong merupakan salah satu jenis makanan ringan yang praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik dan aman dikonsumsi sehingga menjadikan produk tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan selain keunggulannya dalam diversifikasi bahan baku produk. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah keuntungan optimal. Untuk mencapai optimalisasi keuntungan tersebut suatu perusahaan dihadapkan pada kenyataan mengenai keterbatasan sumberdaya. Perencanaan produksi yang optimal diperoleh dengan menggunakan program linier. Hasil output dari pengolahan data dengan menggunakan LINDO akan memberikan kombinasi produk yang optimal sehingga keuntungan maksimal dapat dicapai. Hasil output dari pengolahan data yang memberikan kombinasi optimal selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan dan dilakukan evaluasi apakah kegiatan produksi yang dilakukan selama ini sudah optimal atau belum. Berdasarkan hasil analisis optimalisasi dapat diketahui bahwa tingkat produksi brownies di mr.brownco selama bulan Agustus-November 2012 belum optimal. Hal ini karena masih terdapat perbedaan antara kondisi aktual dengan kondisi optimalnya. Mr.BrownCo sebaiknya berproduksi sampai kondisi optimal agar memperoleh keuntungan (laba kotor) yang maksimum. Mr.BrownCo sebaiknya mengatur kembali ketersediaan sumberdaya berlebih seperti bahan baku, jam tenaga kerja dan jam kerja mesin. Kata Kunci : Brownies Singkong, Optimalisasi, Program Linier ABSTRACT GRAVI MARGASETHA. Production Optimization of Cassava Brownies in Mr.BrownCo Bogor. Supervised by NETTI TINAPRILLA. Bogor city is one area that experiencing rapid development of UMKM. Mr.BrownCo is one of UMKM in Bogor that capture business opportunities with compared unique food product to other food business. Brownies Cassava is one kind of snack practical with excellent nutritional content and safe for consumption so make such products can provide value added to the company in addition to excellence in product diversification of raw materials. One of the goals to be achieved by the company is the optimal profit. To achieve the optimization of the profits of a company faced with the reality of limited resources. Optimal production plan obtained by using linear programming. The output of data processing by using LINDO will provide an optimal combination of products so that maximum benefit can be achieved. The output of the data processing that provide an optimal combination will be compared with the actual conditions that occur in the company and to evaluate whether the activities undertaken during

6 this production is optimal or not. Based on the results of the optimization analysis can be seen that the rate of production of brownies in mr.brownco during August - November 2012 have not been optimal. This is because there are differences between the actual conditions with optimal conditions. Mr.BrownCo should produce up to optimal conditions in order to make a profit ( gross profit ) is maximum. Mr.BrownCo should set back the excess availability of resources such as raw materials, labor hours and machine hours. Keywords : Cassava Brownies, Optimization, Linier Programming

7 OPTIMALISASI PRODUKSI BROWNIES SINGKONG PADA MR.BROWNCO BOGOR GRAVI MARGASETHA Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi dan Manajemen pada Departemen Agribisnis DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

8

9 Judul Skripsi : Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor Nama : Gravi Margasetha NIM : H Disetujui oleh Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM Pembimbing Diketahui oleh Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen Tanggal Lulus :

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2013 ini ialah optimalisasi produksi, dengan judul Optimalisasi Produksi Brownies Singkong pada Mr.BrownCo Bogor. Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen pembimbing skripsi atas semua bimbingan serta arahannya. Kepada Dr. Ir. Amzul Rifin, SP, MA dan Anita Primaswari, SP, MSi selaku dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak masukan. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Mas Sigit Susilo selaku pemilik mr.brownco yang telah mengijinkan penulis melakukan penelitian dan seluruh karyawan yang telah meluangkan waktunya untuk membantu penulis dalam penelitian. Ungkapan terima kasih tak terhingga untuk Ibu dan bapak, suami, serta keluarga untuk setiap cinta kasih dan doa yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan terbaik. Di samping itu, ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada sahabatsahabat tercinta, Hairia, Hidayatus Sa adah, Sukmaningrum, dan juga kepada seluruh staf sekretariat Program Alih Jenis Agribisnis yang telah banyak membantu. Terima kasih untuk kebersamaan teman-teman alih jenis agribisnis angkatan I selama ini, serta seluruh pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Bogor, Februari 2014 Gravi Margasetha

11 i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL iii DAFTAR GAMBAR iv DAFTAR LAMPIRAN iv PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 5 Tujuan 7 Manfaat Penelitian 7 Ruang Lingkup Penelitian 7 TINJAUAN PUSTAKA 8 Kelayakan Tepung Singkong sebagai Pengganti Tepung Terigu 8 Proses Produksi Brownies 9 Penelitian Terdahulu 10 KERANGKA PEMIKIRAN 11 Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Kerangka Operasional Penelitian 17 METODE PENELITIAN 19 Lokasi dan Waktu Penelitian 19 Jenis dan Sumber Data 19 Metode Pengolahan Data 19 Metode Analisis Data 22 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 24 Sejarah Mr.BrownCo 24 Visi dan Misi Mr.BrownCo 24 Aspek Produksi 25 HASIL DAN PEMBAHASAN 28 Perumusan Fungsi Tujuan 28 Perumusan Fungsi Kendala 29 Analisis Primal 33 Analisis Dual 35 Analisis Sensitivitas 41 Analisis Post Optimal 45

12 ii IMPLIKASI MANAJERIAL 48 KESIMPULAN 49 Simpulan 49 DAFTAR PUSTAKA 50 LAMPIRAN 52 RIWAYAT HIDUP 65

13 iii DAFTAR TABEL 1. Perkembangan Jumlah Unit Usaha Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun Perkembangan UMKM, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi di Bogor Tahun Potensi Industri Makanan dan Minuman serta Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode Data Penjualan Brownies di Mr.BrownCo Periode Agustus- November Data Produksi Brownies Mr.BrownCo Periode Agustus- November Komposisi Kandungan Gizi pada Singkong per 100 gram 8 8 Kendala-kendala dalam Produksi di Mr.BrownCo 21 9 Keuntungan Tiap Produk Brownies pada Mr.BrownCo Ketersediaan Bahan Baku Brownies di Mr.BrownCo Periode Agustus-November Perhitungan Koefisien Kendala Jam Tenaga Kerja Perhitungan Koefisien Kendala Jam Kerja Mesin Perbandingan Jumlah Produksi Brownies pada Kondisi Aktual dan Optimal Nilai Slack atau Surplus serta Dual Prices untuk Sumberdaya Bahan Baku Perbandingan Penggunaan Bahan Baku pada Kondisi Aktual dan Kondisi Optimal Analisis Status Jam Tenaga Kerja Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam Kerja Mesin Perbandingan Penggunaan Jam Kerja Mesin pada Kondisi Aktual dan pada Kondisi Optimal Nilai Slack or Surplus dan Nilai Dual Prices Jam Permintaan Pasar Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Bahan Baku Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Tenaga Kerja Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Jam Kerja Mesin Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Permintaan Pasar Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario I Perbandingan Kombinasi Produk pada Solusi Optimal Awal dengan Solusi Optimal Skenario I Keuntungan Tiap Produk Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario II 48

14 iv DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan Impor Gandum di Indonesia 3 2 Langkah-langkah Pembuatan Brownies 9 3 Tahap Kegiatan Operasi Perusahaan 13 4 Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue 14 5 Kerangka pemikiran operasional 18 DAFTAR LAMPIRAN 1 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo 53 2 Perhitungan Koefisien Fungsi Kendala Bahan Baku 53 3 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Bulan Agustus-November Perhitungan Keuntungan pada Kondisi Aktual Dibandingkan dengan Kondisi Optimal 56 5 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario I 56 6 Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan Solusi Optimal Skenario I 57 7 Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Skenario I 58 8 Perhitungan Total Biaya Produksi Brownies di Mr.BrownCo pada Skenario II 60 9 Perbandingan Keuntungan pada Solusi Optimal Awal dan Solusi Optimal Skenario I Hasil Olahan Optimalisasi Produksi Brownies Mr.BrownCo Skenario I Alat-alat yang Digunakan untuk Produksi Brownies di Mr.BrownCo Kegiatan Produksi di Mr.BrownCo 63

15 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu penggerak perekonomian nasional yang terbukti tahan dan bahkan berkembang di dalam kondisi perekonomian Indonesia yang tidak menentu. Peran usaha mikro, kecil, dan menengah dalam perekonomian Indonesia paling tidak dapat dilihat dari : (1) kedudukannya sebagai pemain utama dalam kegiatan ekonomi di berbagai sektor, (2) penyedia lapangan kerja yang terbesar, (3) pemain penting dalam pengembangan kegiatan ekonomi lokal dan pemberdayaan masyarakat, (4) pencipta pasar baru dan sumber inovasi, (5) sumbangannya dalam menjaga neraca pembayaran, melalui kegiatan ekspor (KUMKM, 2010). UMKM telah menjadi sumber kehidupan dari sebagian besar rakyat Indonesia dan jumlahnya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 1 Perkembangan Jumlah Unit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di Indonesia Tahun Unit Usaha Tahun Usaha Mikro Usaha Kecil Usaha Menengah Total Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2010) Dalam waktu lima tahun, perkembangan jumlah unit UMKM di Indonesia terus mengalami peningkatan baik dari unit usaha mikro, unit usaha kecil, dan unit usaha menengah. Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia pada tahun 2012 sudah meningkat menjadi sekitar 55 juta dan menyerap 97% tenaga kerja Indonesia 1. Hal ini membuktikan bahwa UMKM merupakan katup pengaman, dinamisator, dan stabilisator perekonomian Indonesia. Kota Bogor merupakan salah satu wilayah yang mengalami perkembangan UMKM yang pesat. Hal tersebut dibuktikan oleh pertumbuhan bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Bogor tahun 2011 yang pertumbuhannya naik sebesar 7 persen dari jumlah sebelumnya 2. Data menunjukkan bahwa perkembangan UMKM di Kota Bogor selalu mengalami kenaikan tiap tahunnya (Tabel 2). Kenaikan jumlah UMKM tersebut akan diikuti dengan naiknya penyerapan tenaga kerja serta investasi yang ada di Kota Bogor. 1 Disampaikan oleh Purbayu Budi Santoso dalam harian Suara Merdeka tanggal 22 Oktober UMKM. [Diakses pada 26 November 2012]. 2 Kantor Berita Radio Nasional dalam diakses pada 26 November 2012.

16 2 Tabel 2 Perkembangan UMKM, Tenaga Kerja, dan Nilai Investasi di Kota Bogor Tahun Uraian Tahun Usaha Mikro (unit) Usaha Kecil (unit) Usaha Menengah (unit) Jumlah Tenaga Kerja (orang) Asset/ Investasi (Rp) Sumber : Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (2012) Potensi Kota Bogor yang menyimpan berbagai wisata alam yang menyajikan berbagai panorama bagi para pengunjungnya menjadikan Kota Bogor sebagai salah satu tujuan wisata baik kuliner maupun wisata belanja. Akibatnya, perkembangan di sektor ini menjadi pendorong bagi UMKM untuk terus mengembangkan produknya mulai dari industri makanan dan minuman, home industry, dan berbagai varian produk khas Bogor lainnya. Semakin berkembangnya jumlah UMKM yang bergerak di bidang industri makanan dan minuman berimplikasi pada persaingan antar perusahaan sejenis. Data potensi industri makanan dan minuman di Kota Bogor pada tahun 2010 (Tabel 3) menunjukkan bahwa jumlah total usaha kecil yang bergerak di usaha makanan dan minuman adalah sebesar unit atau sebesar 32,15% dari jumlah total usaha kecil yang ada di Kota Bogor. Banyaknya perusahaan yang bergerak di usaha makanan mengharuskan perusahaan untuk melakukan efisiensi agar dapat menekan biaya produksi. Semakin efisien suatu perusahaan dalam mengelola biaya produksinya, maka akan semakin tinggi tingkat kemampuan perusahaan tersebut dalam bersaing. Berdasarkan hal tersebut maka penting bagi perusahaan untuk dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi sehingga diperoleh produksi optimal yaitu tingkat pengunaan input tertentu yang menghasilkan output tertentu yang memberikan laba maksimal. Tabel 3 Potensi Industri Makanan dan Minuman serta Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Bogor Tahun Jenis Usaha Unit Usaha Tenaga Kerja Industri Besar dan Menengah Makanan Minuman Industri Kecil Formal Makanan Minuman Industri Kecil Non Formal Makanan Minuman Sumber : Dinas Perdagangan, Perindustrian dan Koperasi (diolah)

17 3 Industri makanan yang berkembang saat ini banyak sekali membuat produk-produk pangan yang berbahan dasar dari tepung terigu. Ketergantungan industri makanan untuk mendapatkan tepung terigu yang terbuat dari gandum sangat tinggi. Hal ini menyebabkan konsumsi tepung terigu sangat besar sehingga menyebabkan nilai impor terigu Indonesia selalu meningkat tiap tahun karena produksi tepung terigu dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan akan tepung terigu. Perkembangan impor gandum di Indonesia terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yang menyebabkan cadangan devisa negara semakin menurun. Selain itu, ketergantungan akan bahan baku gandum untuk pengolahan produk makanan akan semakin menjauhkan dari keunggulan tanaman lokal yang dapat menggantikan gandum. Hal inilah yang harus diantisipasi oleh pemerintah dengan menggalakkan diversifikasi pangan dengan langkah mengurangi penggunaan tepung terigu dalam industri makanan dan mulai beralih ke tepung yang berbahan baku lokal seperti tepung singkong. 50,00 45,00 40,00 35,00 30,00 25,00 20,00 15,00 10,00 5,00 - Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (trilliun Rp) 44,54 16,91 20,58 20,23 Jumlah Impor Gandum 14, Tahun Gambar 1 Perkembangan Impor Gandum di Indonesia (dalam trilliun Rp) Sumber : Kementerian Perdagangan 3 (diolah) Salah satu UMKM di Bogor yang menangkap peluang bisnis makanan dengan produk yang memiliki keunikan tersendiri dibandingkan dengan bisnis makanan yang lainnya adalah mr.brownco. Keunikan dari usaha ini adalah menggunakan tepung singkong sebagai substitusi dari tepung terigu. Hal ini sesuai dengan program kerja Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian Republik Indonesia yang mendukung adanya diversifikasi penggunaan bahan baku lokal dalam produk pangan. Karena keunikan yang dimilikinya ini, mr.brownco meraih penghargaan Inovasi Produk Pangan Peduli Gizi pada 18 Januari 2012 dari Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh 3 Kementerian Perdagangan Perkembangan Impor Nonmigas (Komoditi). [Diakses pada 26 November 2012].

18 4 Indonesia (GAPMMI) atas inovasinya dalam mengembangkan produk brownies dengan bahan baku utama tepung singkong dan memberdayakan komoditas lokal. Produk brownies singkong merupakan produk inovasi baru. Mr.BrownCo melakukan substitusi bahan baku tepung singkong yang digunakan dengan harapan mampu membuat merk baru yang mampu bersaing dengan beberapa pesaing yang sebelumnya sudah terjun dalam industri brownies dan cake. Penggunaan tepung singkong berkisar dari persen dari total tepung yang digunakan. Prospek bisnis brownies singkong yang memadukan antara produk pangan lokal dan modern sangat menjanjikan karena adanya dukungan pemerintah. Konsumen terbesar mr.brownco adalah mahasiswa dan ibu rumah tangga. Namun, seiring dengan perkembangan penjualannya dan rencana perusahaan untuk membuka beberapa outlet baru di kawasan yang berdekatan dengan tempat wisata maka perusahaan memiliki tujuan untuk menjadikan produk mr.brownco sebagai oleh-oleh khas Bogor. Hal tersebut akan membuat segmen pasar semakin luas yaitu mahasiswa, ibu rumah tangga, pegawai kantor, dan wisatawan. Perkembangan jumlah wisatawan di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Jumlah Wisatawan Kota Bogor Periode Jenis Usaha Obyek Wisata Akomodasi Jenis Wisatawan Perkembangan per Tahun (Orang) Nusantara Mancanegara Jumlah Nusantara Mancanegara Jumlah Nusantara Jumlah Mancanegara Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bogor (2012) Keunikan dari produk ini diharapkan mampu menjadikan brownies singkong sebagai salah satu oleh-oleh khas Kota Bogor sehingga permintaan terhadap produk akan bertambah seiring bertambahnya kunjungan wisatawan ke Kota Bogor. Produk mr.brownco yang diposisikan sebagai makanan khas oleholeh Kota Bogor dapat mengambil keuntungan selain dari penjualan produk yaitu produk lebih dikenal oleh wisatawan dari berbagai penjuru Indonesia bahkan dunia. Hal ini dapat mendorong pemasaran words of mouth dari para wisatawan ketika wisatawan kembali ke tempat asal. Peningkatan jumlah wisatawan dari tahun ke tahun menunjukkan peluang peningkatan permintaan terhadap oleh-oleh khas Bogor. Mr. BrownCo menjual brownies aneka rasa dan dikembangkan dalam beberapa bentuk yaitu brownies kotak, brownies roll, dan brownies cup sehingga menjadikan banyak pilihan bagi konsumen. Produksi brownies memiliki risiko cukup tinggi karena daya tahan produk yang singkat dan adanya variasi produk mengharuskan perusahaan untuk

19 5 jeli terhadap penggunaan sumberdaya dan pengelolaan produk yang baik. Untuk itu mr.brownco harus memiliki cara bagaimana menghasilkan produk seoptimal dan seefisien mungkin, sehingga mampu menghasilkan keuntungan yang optimal. Perumusan Masalah Brownies singkong merupakan salah satu jenis makanan ringan yang praktis dengan kandungan gizi yang sangat baik dan aman dikonsumsi anak-anak autis karena singkong merupakan makanan yang tidak mengandung gluten sehingga menjadikan produk tersebut mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan selain keunggulannya dalam diversifikasi bahan baku produk. Suatu perusahaan pada umumnya didirikan untuk melaksanakan kegiatan guna mencapai suatu tujuan tertentu. Salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan adalah keuntungan optimal. Sama dengan perusahaan yang lain, mr.brownco juga memiliki tujuan untuk memperoleh keuntungan optimal dimana tujuan tersebut dicapai dengan cara memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Dalam menentukan harga jual, mr.brownco sudah melakukan perhitungan dimana harga jual untuk setiap produk tidak boleh kurang dari harga pokok produksinya (HPP). Mr.BrownCo memproduksi brownies panggang dan brownies kukus. Produk-produk yang diproduksi rutin setiap harinya adalah brownies panggang original, brownies panggang capucino, brownies kukus original, brownies kukus tiramisu, brownies cup, dan brownies roll potong. Jumlah penjualan brownies di mr.brownco mengalami fluktuasi setiap bulannya. Hal ini terjadi karena adanya fluktuasi dalam permintaan produk. Penjualan tertinggi terjadi pada saat akhir pekan, musim liburan dan menjelang hari raya. Besarnya permintaan akan produk brownies pada waktu tertentu tersebut membuat perusahaan kadang kewalahan bahkan tidak sanggup untuk memenuhi permintaan konsumen sehingga langsung menolak pesanan dalam jumlah besar atau melebihi kapasitas produksi yang bisa dipenuhi mr.brownco. Permintaan brownies yang tinggi terjadi karena selain permintaan dari mitra yang bertambah juga adanya kegiatan dana usaha yang biasa dilakukan oleh mahasiswa Institut Pertanian Bogor dengan cara menjual kembali brownies dimana keuntungannya digunakan sebagai dana untuk kegiatan tertentu. Selain itu, permintaan dari beberapa toko kue yang bermitra dengan mr.brownco juga bertambah karena terjadi peningkatan pembelian brownies dari konsumen yang membeli oleh-oleh untuk dibawa berlibur di berbagai daerah di Indonesia. Jumlah penjualan tercermin dari data penjualan (Tabel 5). Data penjualan yang bisa didapat oleh peneliti hanya empat bulan yaitu dari bulan Agustus sampai dengan bulan November saja dikarenakan adanya keterbatasan dari perusahaan dimana data penjualan sebelum bulan Agustus tidak dibukukan. Selain itu terjadi restrukturisasi karyawan di mr.brownco pada bulan Desember sehingga hampir semua kegiatan di perusahaan diambil alih oleh pemilik perusahaan secara langsung. Hal inilah yang membuat tidak ada pencatatan penjualan setelah bulan November karena pemilik perusahaan belum memiliki karyawan baru yang bisa ditempatkan di bagian administrasi perusahaan.

20 6 Tabel 5 Data Penjualan Brownies di mr.brownco Periode Agustus-November 2012 Jumlah Produk (bungkus/bulan) Produk Brownies Agustus September Oktober November Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong Sumber : Mr.BrownCo (2012) Dalam menjalankan usahanya perusahaan menghadapi kendala dalam menentukan kombinasi produk yang akan dikembangkan serta seberapa banyak produk yang harus diproduksi agar memperoleh keuntungan maksimal. Penentuan produksi di mr.brownco belum berdasar pada kombinasi produksi optimal tapi hanya berdasarkan pada stok aman yang didasarkan pada pengalaman produksi sebelumnya. Tabel 6 Data Produksi Brownies Mr.BrownCo Periode Agustus-November 2012 Jumlah Produk (bungkus/bulan) Produk Brownies Agustus September Oktober November Panggang original Panggang capucino Kukus original Kukus tiramisu Cup Roll potong Sumber : Mr.BrownCo (2012) Mr. BrownCo juga mempunyai kendala dari jumlah mesin yang terbatas sehingga belum bisa mengoptimalkan produksinya. Ketika terjadi kenaikan permintaan konsumen akan brownies singkong, mr.brownco tidak dapat memenuhi karena kapasitas produksi yang terbatas. Berdasarkan pengamatan di tempat produksi dan wawancara dengan pemilik, keberadaan mixer yang hanya satu buah masih menjadi penghambat karyawan untuk bisa memproduksi brownies dalam waktu cepat. Walaupun penggunaan alat tersebut tidak terlalu lama, namun karena harus digunakan secara bergantian maka pencampuran bahan baku kukus dan panggang juga harus dilakukan secara bergantian. Alat-alat yang digunakan untuk produksi brownies tercantum pada halaman lampiran. Menurut keterangan dari pemilik mr.brownco, jumlah karyawan di mr.brownco saat ini berlebih. Karyawan yang bekerja di bagian produksi terdiri dari enam orang dan dari enam orang tersebut empat karyawan diantaranya masih merupakan karyawan baru sehingga dalam menyelesaikan proses produksi belum

21 7 bisa efisien waktu karena karyawan belum terampil. Selain itu, mr.brownco jg menerima tenaga kerja dari pelajar magang sehingga walaupun jumlah tenaga kerja banyak di tempat produksi hal itu justru menyebabkan kegiatan produksi tidak efektif dan diperlukan pengaturan standart operasional produksi yang lebih baik. Adanya permasalahan restrukturisasi karyawan dan keterbatasan mesin membuat Mr.BrownCo memerlukan pengaturan agar sumberdaya yang dimiliki dapat dipergunakan secara optimal sehingga terjadi efisiensi yang akan menurunkan biaya produksi dan meningkatkan keuntungan. Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi perumusan masalah adalah bagaimana kombinasi tingkat produksi brownies agar dapat mencapai keuntungan maksimal serta seberapa jauh solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal dan kenaikan biaya produksi gula. Tujuan Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah : 1. Menentukan tingkat kombinasi produksi optimal brownies singkong pada Mr. BrownCo. 2. Menganalisis seberapa jauh solusi optimal yang diterapkan apabila terjadi pengurangan jumlah karyawan sebanyak separuh dari jumlah karyawan awal (skenario I) dan kenaikan harga gula sebesar 28,44 persen (skenario II). Manfaat Penelitian Berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan maka diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut : 1. Memberikan rekomendasi dan informasi bagi manajemen mr.brownco dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan produksi. 2. Masukan bagi penelitian selanjutnya khususnya mengenai usaha brownies serta memberikan informasi bagi masyarakat pada umumnya dan pihak-pihak yang membutuhkan. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di mr.brownco, Jl. Raya Dramaga, No.253, Kampus IPB, Bogor. Pada penelitian ini fokus produk yang diteliti adalah produk brownies singkong yang diproduksi rutin setiap hari selama periode bulan Agustus sampai dengan November Penelitian ini didesain sebagai penelitian deskriptif untuk mengetahui dan menganalisis optimalisasi produksi brownies singkong yang dihasilkan mr.brownco. Metode yang dipakai adalah studi kasus sehingga kesimpulan dari penelitian ini hanya berlaku bagi mr.brownco, namun demikian diharapkan juga dapat bermanfaat bagi pihak lain.

22 8 TINJAUAN PUSTAKA Kelayakan Tepung Singkong sebagai Pengganti Tepung Terigu Tepung merupakan bahan kering yang berbentuk powder, termasuk di dalamnya pati, agar, keragenan, gum dan lai-lain (Uliyanti, 2010). Tepung merupakan bahan yang dikeringkan, selanjutnya dikecilkan ukurannya hingga berbentuk powder, untuk keseragaman ukuran powder tersebut diayak dengan ayakan sesuai dengan keinginan, biasanya produk tepung lolos dengan ayakan 60 mesh. Pada dasarnya pengolahan tepung adalah mengeringkan seluruh bahan yang hendak ditepungkan selanjutnya bahan kering tersebut dihaluskan dan diayak sehingga diperoleh bubuk. Adanya penemuan-penemuan tentang tepung di Indonesia akan dapat menggantikan dominasi terigu di dalam pengolahan produk pangan. Selain itu, pengolahan jenis-jenis dari berbagai sumber tanaman penghasil karbohidrat, ditujukan untuk penanganan hasil panen melalui diversifikasi produk olahan. Banyak jenis tepung yang dapat dihasilkan dari tanaman-tanaman sumber pati seperti umbi-umbian. Tepung dari umbi-umbian antara lain adalah tepung ganyong, tepung talas, dan tepung singkong. Singkong merupakan salah satu bahan makanan sumber karbohidrat atau sumber energi yang mengandung banyak gizi sehingga keberadaan tepung singkong saat ini mampu menggantikan peran tepung terigu sebagai bahan baku utama dalam produksi makanan. Keunggulan singkong yang tidak mengandung gluten yang terdapat pada tepung terigu menjadikan bahan baku ini aman dikonsumsi siapapun bahkan anak autis yang tidak boleh mengkonsumsi gluten. Komposisi kandungan gizi pada singkong tercantum pada Tabel 7 di bawah ini. Tabel 7 Komposisi Kandungan Gizi pada Singkong per 100 gram Komponen Satuan Kadar Kalori kal 146,00 Air gram 62,50 Phosphor mg 40,00 Karbohidrat gram 34,00 Kalsium mg 33,00 Vitamin C mg 30,00 Protein gram 1,20 Besi gram 0,70 Lemak gram 0,30 Vitamin B1 mg 0,06 Sumber : Sentra Informasi Iptek (2012) Proses Produksi Brownies Menurut sejarah, brownies telah ada sejak tahun 1920-an dan menjadi sangat populer sampai sekarang. Pembuatan brownies memiliki komposisi

23 9 sederhana dan teknik pemasakan yang tidak terlalu sulit. Bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat brownies antara lain : tepung terigu, margarin, dark chocolate atau cokelat batang, gula pasir halus, cokelat bubuk, telur, dan pengembang. Langkah-langkah untuk membuat brownies panggang disajikan dalam Gambar 2 dibawah ini. Start Gula dan Telur Backing powder, pengembang Tepung terigu, dan coklat bubuk Dicampur (dimixer) selama 3 menit dengan kecepatan tinggi Dicampur (dimixer) selama 20 menit dengan kecepatan tinggi. Dicampur (dimixer) selama 30 detik dengan kecepatan tinggi Margarin,dark coklat Dicampur (dimixer) selama 1 menit dengan kecepatan tinggi Adonan dimasukkan loyang cetak Dikukus selama 30 menit Didinginkan dan siap dikemas End Gambar 2 Langkah-langkah Pembuatan Brownies Sumber : Bogasari 2012

24 10 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai optimalisasi produksi telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Dalam penelitian-penelitian tersebut hal yang membedakan adalah jenis komoditi atau produk yang dikaji, alat analisis yang digunakan, serta kendala yang berbeda pada masing-masing perusahaan. Penelitian-penelitian mengenai optimalisasi produksi diantaranya adalah sebagai berikut. Sibarani (2002) meneliti tentang optimalisasi produksi jamu yang memiliki persamaan produk dengan yang diteliti oleh Zaenal (2008) yaitu tentang optimalisasi produksi obat tradisional. Dalam penelitiannya, Sibarani (2002) menggunakan alat analisis linier programming dengan bantuan program ABQM sedangkan Zaenal (2008) dengan bantuan program LINDO. Variabel yang digunakan sebagai kendala pembatas pada umumnya adalah bahan baku, bahan pengemas, tenaga kerja langsung, jam mesin, target produksi, dan kendala permintaan. Hasil penelitian Sibarani (2002) menunjukkan perusahaan belum dapat berproduksi secara optimal dimana dari 43 sumberdaya yang digunakan, 36 diantaranya merupakan sumberdaya berlebih. Penelitian Zaenal (2008) menyebutkan bahwa sumberdaya belum dimaanfaatkan secara efisien. Sumberdaya yang paling inefisien adalah jam kerja mesin. Halim (2009) dan Wardhani (2010) meneliti optimalisasi susu pasteurisasi pada perusahaan yang berbeda. Metode penelitian yang digunakan adalah linier programming dengan alat analisis primal, dual, sensitivitas, dan post optimal. Halim (2009) memasukkan kendala permintaan pasar ke dalam penelitiannya sedangkan Wardani (2010) memasukkan adanya sistem job order dalam menjalankan usaha pengolahan susu segar. Analisis post optimal yang dilakukan Halim (2009) pada skenario I yang meningkatkan keuntungan sebesar 15 persen dari solusi optimal awal, dan pada skenario II dilakukan perubahan dengan meningkatkan harga gula pasir yang berdampak pada turunnya keuntungan menjadi turun sebesar 14 persen dari keuntungan optimal awal. Sedangkan Wardani (2010) pada skenario I menghilangkann dampak negative job order, skenario II adalah peningkatan pemanfaatan susu segar, dan pada skenario III adalah pengaruh peningkatan harga beli susu segar terhadap keuntungan. Badria (2005), Rahmadani (2006), dan Nasrun (2009) melakukan penelitian pada produk makanan yaitu Badria (2005) meneliti tentang roti, Rahmadani (2006) meneliti tentang mie instan, sedangkan Nasrun (2009) meneliti tentang nata de coco. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan perusahaan yang dikaji belum dapat berproduksi secara optimal sehingga bisa mempertimbangkan lagi jumlah produksinya agar dapat memperoleh keuntungan maksimum. Effendy (2006) meneliti tentang optimalisasi madu kemasan dengan linier programming dengan bantuan program QM4W (Quantitative Method for Widow). Berdasarkan hasil olahan program linier menunjukkan bahwa perusahaan sudah bisa mencapai keuntungan maksimal hanya dengan memproduksi 14 jenis madu kemasan saja dibandingkan produksi pada saat kondisi aktual sebnyak 50 jenis madu kemasan. Rizky (2006) meneliti tentang optimalisasi produksi tahu pada CV Harum Legit dengan kombinasi metode Linier Programming dan Integer Linier Programming. Program linier integer berkaitan dengan program-program

25 11 linier dimana beberapa atau semua variabel memiliki nilai-nilai integer (bulat) untuk memudahkan penggunanya dalam pemecahan persoalan-persoalan yang harus menghasilkan bilangan bulat.. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah metode yang digunakan adalah Linier Programming dengan bantuan program LINDO (Linier Interactive Descrete Optimizer) sama dengan metode yang digunakan oleh Zaenal (2008), Halim (2009), Wardhani (2010), Badria (2005), Rahmadani (2006), dan Nasrun (2009). Sedangkan perbedaannya adalah komoditi brownies belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, namun produk brownies memiliki karakteristik yang hampir sama dengan produk roti yang diteliti oleh Badria (2005). Kendala-kendala yang dirumuskan dalam penelitian ini memliki beberapa persamaan yaitu tentang kendala bahan baku utama, kendala jam kerja mesin, kendala jam tenaga kerja, dan kendala permintaan. KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan teori teori yang berkaitan dengan penelitian ini seperti teori konsep dasar risiko, sumber sumber risiko, analisis dan teori teori yang lainnya yang berkaitan dengan permasalahan pada penelitian ini. Penjelasan secara spesifik mengenai teori teori tersebut akan dijabarkan pada sub bab dibawah ini: Teori Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian karena memproduksi dan mendistribusikan suatu produk. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu (Gaspersz, 1998). Menurut Hadi et al. (2009), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kemampuan produksi suatu perusahaan yaitu: 1. Jumlah bahan baku yang tersedia 2. Kualitas bahan baku yang tersedia sesuai dengan keinginan permintaan pemesan 3. Kemampuan pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi atau barang jadi 4. Standar produksi yaitu memiliki jaminan secara domestik dan lebih baik lagi jika mampu dijamin secara internasional 5. Kemampuan berproduksi yang mampu diselesaikan tepat waktu sesuai jadwal dari pemesanan. Menurut Prawirosentono (2007), berdasarkan sifatnya jenis proses produksi dibagi menjadi dua jenis yaitu : 1. Perusahaan dengan proses produksi terus-menerus (continuous process). Perusahaan ini beroperasi secara terus-menerus untuk memenuhi stok pasar.

26 12 Selama stok barang hasil produksi masih diperlukan konsumen, perusahaan akan terus memproduksi barang tersebut. 2. Perusahaan dengan proses produksi terputus-putus (intermitten process). Perusahaan yang berproduksi secara terputus-putus menggantungkan proses produksinya pada pesanan (job order). Perusahaan akan berproduksi membuat jenis barang jika barang tersebut ada yang memesannya dan barang yang dibuat harus sesuai dengan permintaan pemesan. Jika tidak ada pesanan (order) berarti tidak ada proses produksi (job). Menurut Assauri (1980), secara umum fungsi produksi terkait dengan pertanggungjawaban dalam pengolahan dan pentransformasian masukan (input) menjadi keluaran (output) berupa barang atau jasa yang dapat menghasilkan pendapatan bagi perusahaan. Untuk melaksanakan fungsi tersebut diperlukan serangkaian kegiatan saling terkait dan menyatu serta menyeluruh sebagai suatu sistem. Bermacam-macam kegiatan yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi ini dapat dilakukan oleh banyak bagian yang ada, terutama perusahaan besar, dan dapat dilakukan oleh satu atau beberapa orang saja terutama di perusahaan kecil. Fungsi produksi merupakan hubungan fisik jumlah input dengan jumlah output. Menurut Nicholson (1999), hubungan antara input dan output dapat diformulasikan oleh sebuah fungsi produksi yang dalam bentuk matematis dapat ditulis Q = f (K,T,M,n), dimana Q = output yang dihasilkan selama periode tertentu, K = kapital (modal), T = tenaga kerja, M = material, dan n = faktor lainnya. Dari input yang tersedia, setiap perusahaan ingin memperoleh hasil maksimal sesuai dengan tingkat teknologi tertinggi pada periode tersebut. Sistem Produksi Sistem produksi didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat digunakan untuk mengubah masukan sumber daya guna menciptakan barang dan jasa yang berguna sebagai keluaran. Proses transformasi (pengubahan) ini meliputi suatu rangkaian masukan-konversi-keluaran. Rangkaian tersebut merupakan cara yang berguna untuk mengkonseptualisasikan sistem produksi, dimulai dengan unit terkecil dari kegiatan produksi yaitu operasi. Langkah-langkah atau operasi ini kemudian diatur menurut aturan tertentu untuk membentuk sistem produksi yang lebih besar (Buffa, 1996). Menurut Prawirosentono (2007), sistem produksi adalah bagian dari manajemen operasional. Kata produksi secara umum dapat diartikan membuat suatu produk dari berbagai bahan, sedangkan arti sistem adalah cara yang berkaitan dengan membuat produk. Secara singkat ruang lingkup sistem produksi terdiri dari metode perencanaan produksi, pelaksanaan produksi dan pengendalian produksi. Berikut tahapan kegiatan operasi dalam perusahaan dalam melaksanakan sistem produksi:

27 13 Penyediaan Modal Pembelian faktorfaktor produksi Tenaga Kerja Mesin dan Peralatan Bahan baku dan penolong Tanah dan Gedung Dan sebagainya Proses Pengolahan Barang Jadi Konsumen Perencanaan Produksi Umpan Balik Pengendalian Produksi Gambar 3 Tahap kegiatan operasi dalam perusahaan Sumber : Prawirosentono (2007) Berdasarkan perencanaan jenis dan skala produksi dapat dihitung kebutuhan modal. Modal yang tersedia dapat digunakan untuk menyediakan atau membeli berbagai faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin dan teknologi, bahan baku, bahan penolong, tanah, gedung, dan lain sebagainya. Dalam kaitannya dengan bahan baku inilah manajemen produksi berperan. Kombinasi Produksi Optimum Tujuan utama suatu perusahaan didirikan adalah untuk melakukan kegiatan produksi barang atau jasa guna memperoleh keuntungan atau penerimaan maksimum. Tujuan utama tersebut seringkali sulit dicapai oleh perusahaan karena adanya keterbatasan dari ketersediaan faktor-faktor produksi (sumberdaya) yang dimiliki oleh perusahaan. Oleh karena itu pihak pengambil keputusan dalam suatu perusahaan perlu mempertimbangkan kombinasi produksi optimum yang akan dicapai dari penggunaan faktor-faktor produksi tersebut guna menghasilkan keuntungan maksimum. Dalam menentukan kombinasi produksi optimum untuk memperoleh keuntungan maksimum dapat dijelaskan melalui Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dari garis isorevenue. KKP menunjukkan semua kombinasi keluaran yang dapat dihasilkan oleh satuan ekonomi tertentu dengan menggunakan sumberdaya yang jumlahnya tertentu. KKP menjelaskan semua kombinasi produk yang dapat dihasilkan dengan menggunakan sumberdaya yang tetap. Masing-masing titik dalam KKP menunjukkan kombinasi dari output yang dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. Garis isorevenue adalah garis yang menunjukkan kombinasi produk yang dapat dijual perusahaan yang akan memberikan penerimaan tertentu (Nicholson, 1991). Dalam usaha menentukan alokasi sumberdaya untuk menghasilkan suatu tujuan dapat dijelaskan dengan KKP yang merupakan kurva memperlihatkan alternatif kombinasi produk yang dapat diproduksi bila seluruh sumberdaya yang tersedia dipergunakan. Sementara garis isorevenue adalah garis yang menggambarkan kombinasi output yang memberikan penerimaan tertentu kepada perusahaan (Lipsey, 1995).

28 14 KKP Isorevenue 3 Isorevenue 2 Isorevenue 1 Gambar 4 Kurva Kemungkinan Produksi (KKP) dan Garis Isorevenue Sumber : Diacu dari Lipsey, 1995 Pada gambar 4 garis isorevenue diturunkan dari rumus penerimaan total (TR 1 = P 1 Q 1 + P 2 Q 2 ), atau secara matematis dinyatakan sebagai : Q 2 = Q 1 P 1 melambangkan harga jual dari Q 1 dan P 2 melambangkan harga jual untuk Q 2. Lambang Q 1 melambangkan jumlah produk pertama yang dijual perusahaan, sedangkan Q 2 melambangkan jumlah produk kedua yang dijual perusahaan. Pada harga P 1 dan P 2 akan diperoleh kombinasi optimum di titik A dimana pada titik tersebut terjadi persinggungan antara KKP dan isorevenue. Kombinasi produk selain pada titik A akan membuat perusahaan tidak memperoleh penerimaan maksimum dengan tingkat harga yang sama. Kondisi yang digambarkan pada titik B dan C adalah perusahaan tidak berproduksi sesuai dengan kapasitas sumberdaya yang dimiliki sehingga menyebabkan penerimaan lebih rendah dari penerimaan pada kondisi optimum. Penerimaan akan lebih rendah lagi jika perusahaan

29 15 berproduksi di titik D yang berarti perusahaan berproduksi tidak memaksimalkan sumberdaya yang dimiliki. Pada batas kemungkinan produksi terdapat tiga konsep (Lipsey, 1995) antara lain : 1. Kelangkaan (scarcity), yaitu kombinasi yang tidak dapat dicapai melebihi batas 2. Pilihan (choice), yaitu berdasarkan kebutuhan memilih dari sejumlah titik-titik alternatif yang dapat dicapai batas. 3. Biaya peluang (oppurtunity cost), yaitu nilai yang hilang jika memilih alternatif produk lain berdasarkan kemiringan batas ke kanan kebawah (bentuk kurva cembung). Tujuan perusahaan adalah memperoleh keuntungan yang maksimal. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan tidak hanya perlu memperhatikan tingkat keuntungan yang diharapkan tetapi harus memperhatikan juga sumberdaya yang terbatas. Pada tiga konsep Lipsey dapat disimpulkan bahwa sumberdaya yang terbatas dapat mengakibatkan kelangkaan, kondisi ini menunjukkan tingkat produksi yang diharapkan tidak dapat melebihi keterbatasan sumberdaya yang ada. Perusahaan mengalami kelangkaan akan memilih beberapa alternatif pilihan yang dapat dicapai sepanjang batas kemungkinan produksi. Pemilihan yang terjadi ini akan menimbulkan biaya peluang, artinya seberapa besar biaya yang hilang atas pemilihan salah satu alternatif yang dibandingkan dengan alternatif lain. Optimalisasi Optimalisasi adalah serangkaian proses untuk mendapatkan gugus kondisi yang diperlukan untuk mendapatkan hasil terbaik dalam situasi tertentu. Dengan pendekatan normatif dapat diketahui bahwa optimalisasi mengidentifikasikan penyelesaian terbaik suatu masalah yang diarahkan pada maksimisasi atau minimisasi melalui fungsi tujuan (Nasendi dan Anwar, 1985). Optimalisasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam menentukan variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan itu biasanya meliputi faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi seperti bahan baku, modal, tenaga kerja, dan mesin yang merupakan input serta ruang dan waktu (Supranto, 1998). Memaksimumkan keuntungan yang dihasilkan dari proses produksi atau untuk meminimumkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dengan memperhatikan kendala-kendala yang berada di luar jangkauan pelaku kegiatan merupakan tujuan dilakukannya optimalisasi. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian tersebut, proses produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Sarin, 1996). Program Linier (Linier Programming) Program linier adalah salah satu metode dalam ilmu manajemen untuk mengelola sumberdaya yang terbatas untuk mencapai tujuan yang diinginkan (Prawirosentono, 2007). Linier programming merupakan teknik untuk menghitung kombinasi optimum dari sumber-sumber tertentu agar dapat tercapai tujuan yang semaksimal mungkin sebagaimana telah ditetapkan sebelumnya. Agar

30 16 kombinasi optimum tercapai, linier programming ini harus diperhitungkan faktor-faktor pembatasnya (Syamsi, 2000). Menurut Muslich (2010), tujuan dari penggunaan program linier adalah untuk menyusun suatu model yang dapat dipergunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam menentukan alokasi yang optimal dari sumberdaya perusahaan ke berbagai alternatif. Ada empat kondisi utama yang diperlukan bagi penerapan program linier yaitu : 1. Harus ada sumber daya yang terbatas mencakup tenaga kerja, peralatan, keuangan, bahan, dan sebagainya. Tanpa batasan ini, tidak akan timbul masalah. 2. Ada suatu fungsi tujuan seperti memaksimalkan laba atau meminimalkan biaya. 3. Harus ada linearitas. 4. Harus ada keseragaman misalnya barang-barang yang diproduksi suatu mesin adalah identik, atau semua jam kerja yang tersedia dari seorang pekerja adalah sama produktifnya. Perusahaan sering dihadapkan pada keterbatasan fasilitas produksi dalam mencapai tujuan perusahaan untuk memaksimumkan keuntungan. Oleh karena itu dalam program linier diformulasikan dua fungsi yaitu fungsi tujuan dan fungsi kendala. Program linier merupakan cara menanggulangi masalah yang mempunyai variabel-variabel yang bergantung satu sama lain dan berhubungan secara linier. Penggunaan program linier didasari oleh berbagai asumsi, untuk memudahkan perumusan model tanpa mengurangi kedekatannya dengan keadaan nyata atau sebenarnya. Asumsi-asumsi yang digunakan yaitu : 1. Linearitas Perbandingan antara input yang satu dengan input lainnya atau suatu input dengan output besarnya tetap dan tidak bergantung tingkat produksi. 2. Proporsionalitas Jika peubah pengambil keputusan berubah maka dampak perubahannya akan menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan dan juga pada kendalanya (Taha, 1993). 3. Aditivitas Nilai parameter suatu kriteria optimalisasi (koefisien peubah pengambilan keputusan dalam fungsi tujuan) merupakan jumlah dari nilai individu dalam model program linier tersebut (Taha, 1993). 4. Divisibilitas Peubah-peubah pengambil keputusan jika diperlukan dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan, yaitu bahwa nilai-nilai tidak perlu integer (hanya 0 dan 1 atau bilangan bulat), tetapi boleh non integer (Nasendi dan Anwar, 1985). 5. Deterministik Semua parameter yang terdapat dalam model program linier adalah tetap, diketahui, dan dapat diperkirakan dengan pasti (Nasendi dan Anwar, 1985). Secara umum model linier programming yang memaksimisasi keuntungan adalah sebagai berikut : Maksimisasi Z = Dengan batasan :

31 17 Keterangan : Z : fungsi tujuan Ci : koefien peubah pengambil keputusan ke-i dalam fungsi tujuan Xi : tingkat kegiatan ke-i ai : koefisien pengambilan keputusan ke-i bi : kapasitas sumberdaya i yang tersedia untuk dialokasikan ke setiap unit kegiatan. Setelah permasalahan dirumuskan ke dalam model linier programming, selanjutnya dilakukan analisis terhadap hasil olahan model linier programming yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal. Kerangka Operasional Penelitian Kerangka pemikiran operasional diawali dengan melakukan identifikasi terhadap kondisi perusahaan yang kemudian diikuti dengan bagaimana hubungan (keterkaitan) antar variabel-variabelnya. Berdasarkan hubungan tersebut maka kita dapat menentukan metode atau alat analisis yang akan digunakan. Tujuan suatu perusahaan dalam melakukan usahanya adalah untuk memaksimalkan keuntungan. Untuk mencapai tujuan tersebut suatu perusahaan dihadapkan pada kenyataan mengenai keterbatasan sumberdaya. Sumberdaya yang terbatas mengakibatkan penambahan suatu jenis output yang akan mengurangi output jenis yang lainnya. Pemakaian sumberdaya yang berlebihan dapat menyebabkan inefisiensi biaya yang akan membuat keuntungan tidak maksimal. Untuk itu diperlukan perencanaan produksi yang tepat agar sumberdaya yang tersedia dapat digunakan secara optimal. Perencanaan produksi yang optimal diperoleh dengan menggunakan linier programming. Program linier dipilih karena memberikan penyelesaian atas permasalahan mengenai pengoptimalan alokasi sumberdaya berupa bahan baku, jam kerja mesin, tenaga kerja, dan adanya kendala permintaan. Hasil output dari pengolahan data dengan menggunakan LINDO akan memberikan kombinasi produk yang optimal sehingga keuntungan maksimal dapat dicapai. Mr. BrownCo perlu melakukan analisis optimalisasi produksi dengan menggunakan metode linier programming yang telah tersusun. Kondisi optimal perusahaan yang dihasilkan dengan linier programming akan dianalisis dengan analisis primal, dual, sensitivitas dan post optimal. Hasil output dari pengolahan data yang memberikan kombinasi optimal selanjutnya akan dibandingkan dengan kondisi aktual yang terjadi di perusahaan dan dilakukan evaluasi apakah kegiatan produksi yang dilakukan selama ini sudah optimal atau belum. Faktor-faktor yang menyebabkan perusahaan belum mencapai hasil optimal akan dievaluasi. Hasil perbandingan yang optimal akan direkomendasikan pada perusahaan, pada tingkat produksi berapa sebaiknya perusahaan beroperasi sehingga dapat menghasilkan keuntungan maksimum

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi adalah suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) yang berupa

Lebih terperinci

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Produksi Produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasi masukan (input) menjadi hasil keluaran

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2001), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Puyuh Bintang Tiga (PPBT) yang berlokasi di Jalan KH Abdul Hamid Km 3, Desa Situ Ilir Kecamatan Cibungbulang,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Salvatore (2002), produksi merujuk pada transformasi dari berbagai input atau sumberdaya menjadi output berupa barang atau

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rinadya Yoghurt yang berlokasi di Bukit Asri Ciomas Blok A5 No. 9, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI PRODUKSI KAIN TENUN SUTERA PADA CV BATU GEDE DI KECAMATAN TAMANSARI KABUPATEN BOGOR SKRIPSI MAULANA YUSUP H34066080 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ

OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 2 No.1 ; Juni 2015 OPTIMASI PROFIT PADA PRODUKSI GULA SEMUT FORTIFIKASI VITAMIN A DENGAN TIGA TINGKATAN KUALITAS GRADE DI PT. XYZ NINA HAIRIYAH Jurusan Teknologi Industri

Lebih terperinci

Tabel 1.1 Daftar Impor Bahan Pangan Indonesia Tahun

Tabel 1.1 Daftar Impor Bahan Pangan Indonesia Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu produk pertanian yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Indonesia adalah tepung terigu. Tepung terigu merupakan salah satu bahan dasar kebutuhan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah Dalam perekonomian Indonesia Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT

OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT 1 OPTIMALISASI PRODUKSI OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : NUR HAYATI ZAENAL A14104112 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Pengusahaan Yoghurt di Indonesia Industri pengolahan susu baik berskala kecil maupun berskala besar memiliki peranan penting dan strategis bagi perkembangan agribisnis

Lebih terperinci

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU

OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU OPTIMALISASI USAHA AGROINDUSTRI TAHU DI KOTA PEKANBARU Akhmad Sarifudin, Djaimi Bakce, Evy Maharani Fakultas Pertanian Universitas Riau Hp: 085271968335; Email: akhmad_agb08@yahoo.com ABSTRACT The purpose

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 23 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan Marbella Bakery merupakan salah satu produsen roti di Jakarta Timur khususnya di sekitar kelurahan Pekayon. Usaha ini didirikan oleh Bapak J. Hoeru

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kelangkaan merupakan hal yang tidak bisa dihindari. Hal ini menjadi masalah utama ketika keinginan manusia yang tidak terbatas berhadapan dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Usaha Kecil Menengah Pengertian Usaha Kecil Menengah (UKM) menurut Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998, yaitu kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Meningkatnya persaingan perusahaan tepung terigu baik secara lokal maupun global akhir-akhir ini mengharuskan perusahaan memiliki keunggulan kompetitif. Di Indonesia persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepariwisataan di indonesia kini telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu sumber pendapatan negara karena kekayaan indonesia dalam dunia wisata sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Dalam setiap perusahaan berusaha untuk menghasilkan nilai yang optimal dengan biaya tertentu yang dikeluarkannya. Proses penciptaan nilai yang optimal dapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan

I. PENDAHULUAN ton (US$ 3,6 juta) (Jefriando, 2014). Salah satu alternatif pemecahan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tepung terigu sangat dibutuhkan dalam industri pangan di Indonesia. Rata-rata kebutuhan terigu perusahaan roti, dan kue kering terbesar di Indonesia mencapai 20 ton/tahun,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Biaya Pengeluaran Rata-rata Per Hari Masyarakat Perkotaan dan Pedesaan di Jawa Barat Tahun 2006 dan 2008 I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia mengalami banyak proses modernisasi yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan, antara lain pada aspek sosial, budaya, teknologi, dan ekonomi. Aspek sosial,

Lebih terperinci

Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Kota Bandung. Wisatawan Tahun mancanegara domestik jumlah

Tabel 1. 1 Jumlah Wisatawan Kota Bandung. Wisatawan Tahun mancanegara domestik jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung memiliki banyak tempat wisata oleh karena itu banyak wisatawan yang datang mengunjungi kota Bandung, baik dari luar kota, luar pulau bahkan dari luar negeri.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Ketela pohon atau ubi kayu dengan nama latin Manihot utilissima merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, kacang

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. = tujuan atau target yang ingin dicapai. = jumlah unit deviasi yang kekurangan ( - ) terhadap tujuan (b m )

BAB III PEMBAHASAN. = tujuan atau target yang ingin dicapai. = jumlah unit deviasi yang kekurangan ( - ) terhadap tujuan (b m ) BAB III PEMBAHASAN A. Penyelesaian Perencanaan Produksi dengan Model Goal Programming Dalam industri makanan khususnya kue dan bakery, perencanaan produksi merupakan hasil dari optimisasi sumber-sumber

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat)

OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) OPTIMALISASI PRODUKSI SUSU OLAHAN (Studi Kasus : Unit Usaha Sapi Perah KUD Mitrayasa, Kecamatan Pagerageung, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat) Oleh : SIESKA RIDYAWATI A14103047 PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Fungsi Produksi Produksi dan operasi dalam ekonomi menurut Assauri (2008) dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang berhubungan dengan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan industri yang berkembang sangat pesat saat ini. Selain menjadi sorotan dunia, pariwisata juga mampu menjadi andalan dalam menghasilkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem perekonomian suatu negara merupakan satu kesatuan yang dicirikan oleh adanya hubungan sektor ekonomi yang satu dengan sektor ekonomi yang lain. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola konsumsi makanan pada masyarakat memberikan dampak positif bagi upaya penganekaragaman pangan. Perkembangan makanan olahan yang berbasis tepung semakin

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT

ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT Irawan, Analisis Biaya Produksi Mie Non Gandum ANALISIS BIAYA PRODUKSI MIE NON GANDUM SKALA UMKM DI SUBANG JAWA BARAT Berlian Irawan 1) Rima Kumalasari 2) Muhammad Zaini 3) Bina Unteawati 4) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA INDUSTRI KECIL OLAHAN CARICA (Studi Kasus pada Industri Kecil Olahan Carica di Kecamatan Mojotengah, Kabupaten Wonosobo) SKRIPSI SHINTA KARTIKA DEWI H34050442 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Usaha Untung Besar, Dari Cookies Aneka Rasa

Usaha Untung Besar, Dari Cookies Aneka Rasa Usaha Untung Besar, Dari Cookies Aneka Rasa Imut, lezat, dan renyah!!! Paduan inilah yang berhasil membuat camilan cookies aneka rasa diminati konsumen di berbagai belahan dunia. Bila dulunya cookies diciptakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Operation Research (OR) digunakan dalam penyelesaian masalahmasalah manajemen untuk meningkatkan produktivitas, atau efisiensi. Metode dalam Teknik

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Optimalisasi Distribusi Sistem distribusi adalah cara yang ditempuh atau digunakan untuk menyalurkan barang dan jasa dari produsen

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian

I PENDAHULUAN. dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan segala sesuatu yang bersumber dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah. Pangan diperuntukan bagi konsumsi manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Snack telah menjadi salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat. Hampir seluruh masyarakat di dunia mengonsumsi snack karena kepraktisan dan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan agroindustri merupakan bagian integral dari sektor pertanian mempunyai kontribusi penting dalam proses industrialisasi terutama di wilayah pedesaan. Efek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. apa yang dibutuhkan untuk mendapatkan produk yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan produksi adalah suatu kegiatan yang berkenaan dengan penentuan apa yang harus diproduksi, berapa banyak diproduksi dan sumber daya apa yang dibutuhkan

Lebih terperinci

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI Qanytah dan Trie Reni Prastuti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegalepek,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2010. Lokasi penelitian berada di PT Perikanan Nusantara Cabang Benoa, Bali (Peta lokasi kantor PT Perikanan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di milk treatment (MT) Koperasi Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan, jalan Raya Koperasi No.1 Pangalengan, Kab.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara berkembang yang kaya akan sumber daya alam, baik di darat maupun di laut. Kekayaan alam yang dimiliki Indonesia berupa hasil pertanian, perkebunan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hasil pembangunan selama ini berdampak pada modernisasi di banyak bidang, selain juga peningkatan pendapatan masyarakat. Modernisasi yang diikuti oleh peningkatan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009.

BAB I. PENDAHULUAN.  [Januari, 2010] Jumlah Penduduk Indonesia 2009. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan peternakan merupakan bagian integral dari pembangunan pertanian di Indonesia. Subsektor peternakan sebagai bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT

ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT ANALISIS RISIKO PRODUKSI DAUN POTONG Di PT PESONA DAUN MAS ASRI, CIAWI KABUPATEN BOGOR, JAWABARAT SKRIPSI NUR AMALIA SAFITRI H 34066094 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA

SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA SUBSTITUSI TEPUNG BIJI NANGKA PADA PEMBUATAN KUE BOLU KUKUS DITINJAU DARI KADAR KALSIUM, TINGKAT PENGEMBANGAN DAN DAYA TERIMA Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi

Lebih terperinci

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengembangan agribisnis nasional diarahkan untuk meningkatkan kemandirian perekonomian dan pemantapan struktur industri nasional terutama untuk mendukung berkembangnya

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran, Bab 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Permasalahan Pangan tradisional adalah makanan yang dikonsumsi masyarakat golongan etnik dan wilayah spesifik, diolah dari resep yang dikenal masyarakat, bahanbahannya

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan wingko pada tahun 2016. BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Pengolahan Data Untuk menganalisi permasalahan pengoptimalan produksi, diperlukan data dari UD. Wingko Babat Pak Moel sebagai berikut: a. Data permintaan

Lebih terperinci

OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL

OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL OPTIMIZATION PRODUCTION SYSTEM CATCHING AND FISH PROCESSING AT KUB (KELOMPOK USAHA BERSAMA) SINAR ROHIL Ciary Jannah Mangkay, Fajar Restuhadi, Jum atri Yusri Fakultas Pertanian Universitas Riau Ciary_agb09pbud@yahoo.com

Lebih terperinci

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi

Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan. mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan agroindustri atau industri hasil pertanian maupun perikanan mempunyai peranan yang sangat besar dalam meningkatka pertumbuhan ekonomi negara. Pengaruh agroindustri

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Sub Terminal Agribisnis (STA) Rancamaya yang berlokasi di Jl. Raya Rancamaya Rt 01/01, Kampung Rancamaya Kidul, Desa Rancamaya,

Lebih terperinci

2015 PENGEMBANGAN PRODUK BROWNIES BAKAR BERBASIS TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN

2015 PENGEMBANGAN PRODUK BROWNIES BAKAR BERBASIS TEPUNG KACANG MERAH TERHADAP DAYA TERIMA KONSUMEN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dunia pariwisata di Indonesia pada saat ini sudah maju dan berkembang dengan baik, karena ditunjang oleh berbagai komponen yang saling bekerja sama. Oleh

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong)

OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) OPTIMALISASI PRODUKSI MENGGUNAKAN MODEL LINEAR PROGRAMMING (Studi Kasus : Usaha Kecil Menengah Kue Semprong) Ai Nurhayati 1, Sri Setyaningsih 2,dan Embay Rohaeti 2. Program Studi Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan

I. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Koperasi Dalam Perkembangan Agribisnis Persusuan Koperasi memiliki peran penting bagi perkembangan agribisnis persusuan di beberapa negara di dunia termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perekonomian Indonesia menghadapi perdagangan bebas dituntut untuk lebih giat dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perekonomian Indonesia menghadapi perdagangan bebas dituntut untuk lebih giat dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia menghadapi perdagangan bebas dituntut untuk lebih giat dan berusaha semaksimal mungkin dalam melaksanakan program-program pembangunan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi. 1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN DENGAN PENDEKATAN METODE SIMPLEKS Kasus pada Pabrik Sosis SM

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN DENGAN PENDEKATAN METODE SIMPLEKS Kasus pada Pabrik Sosis SM Jurnal Liquidity Vol., No., Januari-Juni 3, hlm. 59-65 MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN DENGAN PENDEKATAN METODE SIMPLEKS Kasus pada Pabrik Sosis SM Yanti Budiasih STIE Ahmad Dahlan Jakarta Jl. Ciputat Raya No.

Lebih terperinci

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT

PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT PROPOSAL BISNIS USAHA KUE BROWNIES COKLAT 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar belakang Perkembangan pada bidang ekonomi dan teknologi yang begitu pesat di dunia dan masyarakat kita saat ini telah merubah pola

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat sekarang ini, perkembangan perusahaan baik dalam bidang jasa atau produksi dapat dikatakan maju secara signifikan. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Pemikiran, Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk bakery dengan kombinasi bahan pangan lokal Indonesia. diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal.

BAB I PENDAHULUAN. produk bakery dengan kombinasi bahan pangan lokal Indonesia. diversifikasi pangan dengan memanfaatkan sumber daya pangan lokal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri bakery di tanah air terus berkembang, mulai dari industri roti rumahan hingga outlet modern yang berstatus waralaba dari luar negeri ketat bersaing

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai PENDAHULUAN Latar Belakang Umbi-umbian di Indonesia masih kurang mendapat perhatian, karena komoditi ini dianggap sebagai makanan kelas rendahan yang dihubungkan dengan kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) Adolina PTPN IV Medan, Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah membuat bisnis di Indonesia sangat berkembang pesat. Setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menemukan sebuah solusi yang tepat agar dapat bertahan

Lebih terperinci

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU

XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU XI. PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI UBI KAYU Ubi kayu menjadi salah satu fokus kebijakan pembangunan pertanian 2015 2019, karena memiliki beragam produk turunan yang sangat prospektif dan berkelanjutan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk menopang perekonomian nasional dan daerah, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi yang dialami

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun

I PENDAHULUAN. Industri Minuman Tahun I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri merupakan suatu kelompok perusahaan yang memproduksi barang dan jasa untuk pasar yang sama. Industri pengolahan merupakan salah satu sektor ekonomi yang mampu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 DATA WISATAWAN MANCANEGARA KE JAWA BARAT TAHUN

BAB I PENDAHULUAN TABEL 1.1 DATA WISATAWAN MANCANEGARA KE JAWA BARAT TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara kepulauan, dimana hal tersebut menjadikan Indonesia memiliki banyak daerah menarik untuk dijadikan sebagai daerah tujuan wisata

Lebih terperinci

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga

RINGKASAN. masyarakat dalam berkesehatan. Instansi ini berfungsi sebagai lembaga RINGKASAN EJEN MUHAMADJEN. Analisis Kelayakan Usaha Rumah Jamu di Taman Sringanis, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh Ir. Netty Tinaprilla,MM Taman Sringanis merupakan wujud kepedulian terhadap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, I. PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan lokal umbi-umbian, namun sampai saat ini pemanfaatan. Tanaman talas merupakan tumbuhan asli daerah tropis. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang beriklim tropis. Negara Indonesia ini mempunyai kekayaan alam yang melimpah terutama pada jenis tanaman pangan lokal

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI

ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI ANALISIS BIAYA KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, SERTA TINGKAT KECUKUPAN GIZI SISWI SMA DI PESANTREN LA TANSA, BANTEN SYIFA PUJIANTI DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Proyeksi Permintaan, Optimasi, Integer Linear Programming.

ABSTRAK. Kata Kunci: Proyeksi Permintaan, Optimasi, Integer Linear Programming. ABSTRAK Saat ini terdapat banyak UMKM yang berkembang di Yogyakarta. Salah satunya adalah usaha Phia Deva yang memproduksi penganan phia dengan berbagai macam varian rasa. Phia Deva adalah industri kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmiati Tsaniah, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Industri pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menyumbang devisa yang tinggi bagi suatu Negara. Sektor inipun dimanfaatkan dalam meningkatkan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata Indonesia dengan berbagai macam budayanya menjadikan suatu nilai budaya dan kekayaan negara ini, objek wisata yang beragam seperti wisata alam, wisata air,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tepung terigu dari waktu ke waktu semakin menjadi komoditi pangan penting di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tepung terigu semakin menguasai kebutuhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6-12,0%.

I. PENDAHULUAN. jagung mengandung pati 54,1-71,7%, sedangkan kandungan gulanya 2,6-12,0%. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung adalah salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat terpenting di dunia, selain gandum dan padi. Jagung dapat menjadi bahan baku berbagai produk industri pangan,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Untuk mengetahui dampak kenaikan harga kedelai sebagai bahan baku (input) dalam industri tempe, akan digunakan beberapa teori yang berkaitan dengan hal tersebut.

Lebih terperinci

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM.

Matematika Bisnis (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. (Linear Programming-Metode Grafik Minimisasi) Dosen Febriyanto, SE, MM. www.febriyanto79.wordpress.com - Linear Programming Linear programing (LP) adalah salah satu metode matematis yang digunakan untuk

Lebih terperinci

PEMROGRAMAN LINIER: FORMULASI DAN PEMECAHAN GRAFIS

PEMROGRAMAN LINIER: FORMULASI DAN PEMECAHAN GRAFIS RISET OPERASIONAL Riset operasi adalah metode yang digunakan untuk memformulasikan dan merumuskan permasalahan sehari hari ke dalam pemodelan matematis untuk memperoleh solusi yang optimal. Bagian terpenting

Lebih terperinci

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR

STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR STRATEGI PEMASARAN PRODUK JUS JAMBU MERAH JJM KELOMPOK WANITA TANI TURI, KELURAHAN SUKARESMI, KECAMATAN TANAH SAREAL, KOTA BOGOR Oleh PITRI YULIAN SARI H 34066100 PROGRAM SARJANA AGRIBISNIS PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU e-j. Agrotekbis 4 (2) :217-226, April 216 ISSN : 2338-311 MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU Maximization

Lebih terperinci

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU

MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU e-j. Agrotekbis 5 (1) : 36-45, Februari 217 ISSN : 2338-311 MAKSIMALISASI KEUNTUNGAN USAHA ROTI DAN BROWNIS PADA INDUSTRI SYARIAH BAKERY DI KELURAHAN TANAMODINDI KECAMATAN PALU SELATAN KOTA PALU Maximization

Lebih terperinci

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS]

MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT / 2 SKS] MATA KULIAH MATEMATIKA SISTEM INFORMASI 2 [KODE/SKS : IT011215 / 2 SKS] LINIER PROGRAMMING Formulasi Masalah dan Pemodelan Pengertian Linear Programming Linear Programming (LP) adalah salah satu teknik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN Aktivitas usahatani sangat terkait dengan kegiatan produksi yang dilakukan petani, yaitu kegiatan memanfaatkan sejumlah faktor produksi yang dimiliki petani dengan jumlah yang terbatas.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya sumberdaya alam dan mempunyai ketersediaan lahan yang luas untuk menunjang kegiatan pertanian.sektor pertanian merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor perikanan penting bagi pembangunan nasional. Peranan sub sektor perikanan dalam pembangunan nasional terutama adalah menghasilkan bahan pangan protein hewani,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pariwisata kini sudah menjadi bagian dari kehidupan di seluruh dunia, setiap orang memiliki tujuan tertentu di dalam melakukan pariwisata. Pariwisata memiliki

Lebih terperinci