TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN

Transkripsi

1 ARTIKEL Judul PEMERTAHANAN TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN BAYUNG GEDE, KINTAMANI, BANGLI (STUDI TENTANG REPRESENTASI NILAI KEAGAMAAN PADA RITUAL DALAM MASYARAKAT PRA AKSARA DAN POTENSINYA SEBAGAI SUMBER BELAJAR IPS DI SMP) Oleh NI LUH GEDE LISIANA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

2 PEMERTAHANAN TRADISI PENGUBURAN ARI-ARI PADA MASYARAKAT BALI AGA DI DESA PEKRAMAN BAYUNG GEDE, KINTAMANI, BANGLI (studi tentang representasi nilai keagamaan pada ritual dalam masyarakat pra aksara dan potensinya sebagai sumber belajar IPS di SMP) Oleh Ni Luh Gede Lisiana, (NIM ), ( Desak Made Oka Purnawati *) Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja ABSTRAK Penelitian ini bertujuan mengetahui (1) Masyarakat di Desa Pekraman Bayung Gede mempertahankan tradisi penguburan ari-ari (2). Sistem ritual penguburan ari-ari di Desa Pekraman Bayung Gede, Kintamani Bangli dan (3). Nilainilai yang ada pada tradisi penguburan ari-ari yang dapat di implementasikan sebagai sumber pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sesuai dengan Kurikulum Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) teknik penentuan lokasi penelitian; (2) teknik penentuan informan; (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen ); (4) teknik validitas data); ( 5) teknik analisis data; dan (6) penulisan hasil penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa asal mula masyarakat Desa Bayung Gede mempertahankan tradisi penguburan ariari karena adanya keyakinan bahwa masyarakat Desa Bayung Gede merupakan keturunan dari tued kayu (pangkal kayu) yang dihidupkan dengan tirta kamandalu yang dibawa dari Pulau Jawa oleh titisan Bhatara Bayu. Sistem ritual penguburan ari-ari yaitu ari-ari dibersihkan dan dimasukkan ke dalam kelapa yang dibelah menjadi dua, memasukkan ari-ari dalam kelapa menggunakan sepit dan ngad kemudian diberi abu dapur, setelah itu diberi kunyit, lemon, tengeh, dan angetanget, kemudian kelapa disatukan dan direkatkan dengan kapur sirih dan diikat dengan tali lalu dibawa ke Setra Ari-Ari. Nilai-nilai yang terdapat pada tradisi penguburan ari-ari adalah nilai keagamaan, nilai kehidupan sosial, nilai tanggung jawab, nilai cinta damai dan nilai penghormatan kepada leluhur. Implementasi nilainilai pada tradisi penguburan ari-ari sebagai sumber pembelajaran IPS berdasarkan kurikulum 2013; (1) Kompetensi inti yaitu memahami pengetahuan (faktual, konseptual, prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak nyata; (2) Kompetensi Dasar yaitu memahami perubahan masyarakat Indonesia pada masa praaksara, dalam aspek budaya; (3)Materi pokok pola kehidupan dan kebudayaan pada masa pra aksara. Kata Kunci: Mempertahankan, sistem ritual, implementasi nilai keagamaan dan sumber pembelajaran IPS ABSTRACT 2

3 This study aimed to (1) People in the village of Pekraman Bayung Gede maintaining tradition burial ari-ari (2). Burial ritual system ari-ari Pekraman Bayung Gede village, Kintamani Bangli and (3). The values that exist in ari-ari burial tradition can implement as a source of learning in social sciences (IPS) in accordance with the 2013 curriculum this study used a qualitative approach, namely: (1) Determining the location of research techniques; (2) Determination techniques informants; (3) Data collection techniques (observation, interviews, studies of documents); (4) Technical validity of the data); (5) Data analysis techniques; and (6) Writing research. The results showed that the origin of the village community Bayung Gede retain placenta burial traditions because of the belief that the villagers are descendants of Bayung Gede tued wood (wood base) is turned on by tirta kamandalu brought from Java by the incarnation of lord Bayu. Burial ritual system placenta placenta is cleaned and put in coconut split in two, put the placenta in a coconut using tongs and ash kitchen ngad then given, after it was given turmeric, lemon, tengeh, and anget- anget, coconut then put together and glued with whiting and tied with ropes and taken to Setra Ari-Ari. The values contained in the placenta burial traditions are religious values, social values, the value of responsibility, the value of peace and value love respects to ancestors. Implementation of the values in the placenta burial tradition as a source of learning social studies based curriculum, 2013; (1) Basic competence is to understand changes in the praaksara Indonesian society, the cultural aspects; (2) The subject matter of life and cultural patterns in the pre script. Keywords: Maintain, ritual system, the implementation of religious values and social studies learning resource. 3

4 Bali sangat kaya akan tradisi. Tradisi ini berakar kuat karena didukung oleh keyakinan dan kepercayaan Agama Hindu. Walaupun mayoritas penduduk dipengaruhi oleh Agama Hindu namun ritual dan pelaksanaan tradisi masyarakat di Bali yang beragama Hindu menunjukkan dua ciri besar. Yakni masyarakat Hindu Bali pegunungan yang sering disebut Bali Aga dan masyarakat Hindu Bali dataran yang dipengaruhi oleh tradisi Hindu Majapahit. Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecendrungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan (Pendit, 2001:23). Tradisi adalah produk dari suatu masyarakat tradisional yang terbentuk melalui proses yang panjang, melalui kebiasaan turun temurun sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya. Tradisi memperlihatkan bagaimana anggota masyarakat bertingkah laku baik dalam kehidupan 4 yang bersifat duniawi maupun terhadap hal-hal yang bersifat gaib atau keagamaan (Esten, 1999:154). Dari keseluruhan kabupaten dan kota di Bali, Bangli memiliki beberapa desa tradisional yang sering di sebut dengan Desa Bali Aga, seperti Desa Penglipuran, Desa Bayung Gede, Desa Pinggan, Desa Pengotan, Desa Terunyan dan desa-desa Bali Aga lainnya di Kecamatan Kintamani. Masyarakat Bali Aga ini memiliki berbagai keunikan baik itu dari segi pola hunian, tradisi, budaya, maupun kesenian. Masyarakat Bali Aga sering juga disebut dengan Wong Bali Mula yaitu orang-orang Bali asli (Bali Mula), yang mendiami Pulau Bali lebih awal dari penduduk Bali dataran. Salah satu tradisi masyarakat Bali Aga yang saat ini masih dipertahankan adalah mengenai tradisi penguburan ari-ari. Sebagai implementasi dari nilai religius yang tinggi dapat dilihat pada pelaksanaan berbagai upacara ritual disepanjang dinamika kehidupan masyarakat dan bahkan dihampir setiap sisi kehidupan masyarakatnya

5 tidak akan terlewatkan tanpa melalui sebuah upacara. Dalam masyarakat Hindu di Bali, melaksanakan ritual upacara keagamaan dikenal dengan Panca Yadnya. Panca Yadnya merupakan lima macam korban suci dengan tulus ikhlas yang wajib dilakukan oleh umat Hindu. Panca Yadnya terdiri dari Dewa Yadnya, Butha Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, dan Rsi Yadnya. Membahas tentang Manusa Yadnya yang merupakan suatu korban suci atau pengorbanan suci demi kesempurnaan hidup manusia. Tahapan dalam upacara Manusa Yadnya dilakukan mulai dari manusia dalam kandungan, dilahirkan sampai meninggal. Sebelum manusia itu dilahirkan dan masuk pada jenjangjenjang kehidupan, ada beberapa proses upacara Manusa Yadnya seperti Magedong- gedongan, upacara kelahiran, tiga bulanan, otonan, menek kelih, metatah, pewiwahan dan kematian. Upacara kelahiran dilaksanakan pada waktu bayi baru dilahirkan, sebagai ungkapan kebahagiaan atas kehadiran bayi di dunia. Kelahiran bayi didunia ini tidak sendiri, mereka lahir dengan membawa ari-ari (tali pusar). Jika pada umumnya bagi masyarakat Bali, ari-ari (tali pusar) bayi ditanam di pekarangan atau dihanyutkan ke laut. Namun hal ini berbeda dengan tradisi yang ada di Desa Bayung Gede, Kintamani, Bangli. Ari-ari (tali pusar) bayi penguburannya dilakukan dengan cara digantung pada tempat dan pohon yang dikeramatkan dan ditempatkan dalam batok kelapa. Tradisi menggantung ari-ari ini sudah berlangsung secara turun temurun dan tetap dipertahankan masyarakat di Desa Bayung Gede. Tak seperti di tempat lain ari-ari tidak dikubur dipekarangan rumah, melainkan penguburan ari-ari itu dilakukan dengan cara digantung di kuburan. Disinilah timbul suatu makna yang tersirat dari cara penguburan ariari dengan cara digantung. Di era globalisasi ini untuk dapat mempertahankan tradisi diperlukan penanaman nilai-nilai kepercayaan kepada masyarakat agar suatu tradisi yang memiliki nilai religius dapat tetap 5

6 dipertahankan. Sebagai sebuah tradisi yang berlangsung di Desa Bali Aga hal ini dapat dijadikan sebagai sumber belajar pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Sebab dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dengan pendekatan scientific memanfaatkan lingkungan dengan mengajak siswa menemukenali, menganalisis, memaparkan dan mengomonikasikan maka memanfaatkan tradisi sebagai sumber pembelajaran IPS dapat dijadikan satu pilihan model pembelajaran. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu: (1) Teknik penentuan lokasi penelitian yakni di Desa Bayung Gede; ( 2) Teknik penentuan informan pada penelitian ini yakni purposive sampling. Informan kunci dalam penelitian ini yaitu, I Wayan Sumarjaya (45 Tahun), I Wayan Sandi (94 Tahun) selaku Peduluan, I Nengah Tangkir (45 Tahun) selaku Kelian Banjar Desa Bayung Gede, Jro Kubayan Mangku Mucuk (70 Tahun) dan Suseni, S.Pd (34 6 Tahun) selaku guru IPS di SMP N 6 Kintamani (3) Teknik pengumpulan data diantaranya; wawancara, observasi, dan studi dokumen; (4) teknik validitas data); ( 5) Teknik analisis data; dan metode terakhir yaitu (6) Penulisan hasil penelitian. PEMBAHASAN Masyarakat di Desa Pekraman Bayung Gede Mempertahankan Tradisi Penguburkan Ari-ari Tradisi penguburan ari-ari adalah kebiasaan atau tradisi yang diwariskan oleh Krama Desa Bayung Gede secara turun temurun. Secara historis masyarakat Desa Bayung Gede meyakini bahwa awal mula nenek moyang masyarakat Desa Bayung Gede merupakan keturunan dari tued kayu (pangkal kayu) yang dihidupkan dengan tirta kamandalu yang dibawa dari Pulau Jawa oleh titisan Bhatara Bayu. Dengan mengasumsikan diri yang berasal dari kayu, maka masyarakat Desa Bayung Gede menganggap bahwa asal mula mereka adalah kayu yang mendapatkan restu dari Bhatara Bayu untuk menjelma menjadi manusia. Oleh karena asal

7 mereka dari kayu, maka ketika bayi baru lahir dari rahim ibunya dia harus dikembalikan kepada asalnya, yaitu kepada kayu. Dalam kehidupan nyata, bayi yang baru dilahirkan akan dijaga dan dirawat oleh ibu maupun keluarganya, namun masyarakat di Desa Bayung Gede meyakini bahwa saudara sang bayi yang baru dilahirkan yaitu ari-ari atau plasenta juga memerlukan suatu perlindungan. Perlindungan diperlukan untuk menghindarkan dari segala macam ganguan yang bersifat sekala maupun niskala. Oleh karena itu ari-ari bayi atau saudara dari sang bayi digantungkan di sebuah pohon yang diyakini secara turun temurun sebagai ibu yang akan mengasuhnya secara magis. Pohon yang digunakan sebagai tempat mengantungkan ari-ari disebut dengan pohon Bukak yang terletak di Setra Ari-ari. Sistem Ritual Penguburan Ari-ari di Desa Pekraman Bayung Gede Upacara kelahiran dalam Agama Hindu sering disebut dengan upacara Jatakarma Samskara. Rangkaian upacara Jatakarma Samskara disertai dengan bebantenan 7 sesuai dengan fungsi atau peruntukannya. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia Bali Hindu secara tradisi penuh dengan ritual agama. Seolah-olah tiada hidup tanpa ritual agama baik pada dunia maya maupun pada dunia akhirat (sekala dan niskala). Begitu halnya masyarakat Desa Bayung Gede memaknai suatu upacara kelahiran bayi di dunia dengan melaksanakan ritual penguburan ari-ari dan juga merupakan bentuk penghormatan kepada nenek moyang, dalam upacara ritual ini diharapkan bayi yang baru lahir dapat terhindar dari hal-hal yang bersifat negatif. Sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang maka sumber hidup pertama bayi yakni plazenta atau ari-ari harus diperlakukan dengan baik adapun sarana prasarana yang di butuhkan dalam tradisi penguburan ari-ari dan fungsinya sebagai berikut : 1. Kelapa, kelapa yang sudah dihilangkan sabutnya dibelah menjadi dua bagian dan diusahakan ukuranya sama besar sehingga mudah untuk disatukan kembali. Kelapa ini

8 berfungsi untuk membungkus ari-ari bayi. 2. Sepit (alat penjepit yang dibuat dari bambu), sepit ini digunakan untuk memegang ari-ari pada saat dipotong. 3. Ngad (pisau yang terbuat dari bambu), berfungsi untuk memotong ari-ari bayi. 4. Kunyit dan masem (kunyit dan jeruk lemon) kunyit berfungsi untuk memberikan warna pada ari-ari agar kuning dan jeruk lemon meredam bau busuk yang ditimbulkan ketika ari-ari digantung. 5. Tengeh (kunyit yang diparut kemudian dicampur dengan pamor ( kapur sirih) dan lemon), tengeh berfungsi sebagai lulur plasenta atau ariari tersebut. Fungsi dari tengeh ini adalah untuk menghilangkan bau amis dan busuk ari-ari yang ditimbulkan oleh proses biologis. 6. Anget-anget (penghangat) terdiri dari merica, digunakan supaya ari-ari bayi yang digantung dalam pohon tidak kedinginan. 7. Abu dapur, abu dapur digunakan untuk meresapkan ari-ari sehingga tidak berbau. 8. Pamor (kapur sirih) digunakan untuk merekatkan tempurung kelapa yang sudah berisi ariari. 9. Tali, merupakan tali yang dibuat dari bambu yang mempunyai bentuk ikatan khusus yang digunakan untuk mengikat tempurung kelapa sekaligus sebagi penggantungan ari-ari dipohon. 10. Golok, yang berfungsi untuk memotong ranting pohon yang akan digunakan sebagai tempat menggantung ari-ari. Adapun proses penempatan sarana atau alat-alat dalam upacara penguburan ari-ari bayi yang baru lahir yaitu ; 1. Kelapa dibelah menjadi dua bagian. 2. Ari-ari yang sudah dibersihkan dimasukkan kedalam tempurung kelapa. 8

9 3. Di atas ari-ari yang sudah ditaruh dalam tempurung kelapa di beri abu dapur. 4. Kemudian diatasnya ditaruh kunyit, lemon, ngad, sepit, tengeh dan anget- anget. 5. Setelah semua sarana atau alatalat yang digunakan ditaruh dalam tempurung kelapa, kemudian ditutup dengan belahan tempurung kelapa yang bagian atasnya. 6. Tempurung kelapa yang disatukan dan direkatkan dengan kapur sirih. 7. Selanjutnya yang terakhir diikat dengan tali (tali khususnya yang terbuat dari bambu) Upacara penguburan ari-ari adalah suatu upacara yang ada di Desa Pakraman Bayung Gede, upacara ini dilaksanakan pada dua tempat yakni di paon/dapur merupakan tempat yang digunakan dalam mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam penguburan ari-ari. Semua tahap persiapan dilakukan di paon/dapur. Berikutnya masyarakat Desa Pakraman Bayung Gede memilih 9 tempat di Setra ari-ari. Setra ari-ari merupakan tempat yang disediakan untuk melakukan penguburan ari-ari, namun ari-ari tersebut tidak dikubur dalam tanah melainkan di gantung pada pohon yang dikeramatkan, pohon tersebut bernama pohon Bukak, yang tingginya mencapai hingga 3 meter. Pohon Bukak merupakan pohon yang bercabang kembar sehingga disanalah digantung ari-ari bayi tersebut. Upacara penguburan ari-ari yang ada di Desa Bayung Gede hanya melibatkan Sang Widya/Tukang Banten dan Sang Yajamana/umat yang menyelenggarakan penguburan ari-ari. Tugas Sang Widya/Tukang Banten ini adalah mempersiapkan atau membuat segala keperluan yang diperlukan dalam upacara penguburan ari-ari. Hal-hal yang di perlukan seperti membuat canang yang akan dihaturkan di Setra Ari-ari, dan menyiapkan saranan dan prasarana dalam penguburan ari-ari. Untuk Sang Yajamana/umat yang menyelenggarakan upacara penguburan ari-ari biasanya adalah orang yang dituakan dalam keluarga yang memiliki bayi tersebut, seperti

10 ayah dari sang bayi yang baru dilahirkan. Nilai-nilai pada tradisi penguburan ari-ari yang bisa di implementasikan sebagai sumber pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sesuai dengan kurikulum 2013 Pelaksanaan tradisi penguburan ari-ari di Desa Bayung Gede mengandung nilai-nilai keagamaan dalam setiap pelaksaannya yang dapat digunakan sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat, tidak hanya sebagai pedoman hidup dalam bermasyarakat nilai- nilai keagamaan yang terdapat pada tradisi penguburan ari-ari juga dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran bagi peserta didik. Adapun nilai- nilai yang terdapat dalam tradisi penguburan ariari di Desa Pakraman Bayung Gede yang dapat dipakai sebagai sumber belajar IPS sebagai berikut: 1. Nilai keagamaan, dalam ritual penguburan ari-ari masyarakat Desa Bayung Gede sangat percaya akan hubungan antara bayi dan ari-ari yang saling menjaga, walaupun berada 10 pada alam yang berbeda. Kepercayaan masyarakat Desa Bayung Gede meyakini bahwa manusia yang lahir ke dunia dibantu oleh empat saudaranya yaitu ari - ari, lamas, darah dan yeh nyom yang sering disebut dengan Kanda Pat. Bentukbentuk Kanda Pat dapat dilihat dan diraba secara nyata adalah ari-ari, lamas, getih, dan yehnyom. Setelah Kanda Pat dikuburkan (segera setelah bayi lahir) maka perubahan selanjutnya adalah abstrak (tak berwujud) namun dapat dirasakan oleh manusia yang meyakininya. Keempat saudara yang abstrak/tidak terlihat ini menyertai terus sampai manusia mati dan rohnya menghadap ke Ida Sang Hyang Widhi. Keempat saudara ini juga menjaga dan melindungi roh, serta mencatat sejauh mana atman (roh) terpengaruh oleh indria keduniawian. Semua pengalaman hidup di rekam oleh Sang Suratman yang dahulu berbentuk ari-ari.

11 Inilah catatan subha dan asubha karma yang menjadi penilaian dan pertimbangan kesucian roh untuk menentukan tercapainya moksa (bersatunya atman-brahman) ataukah samsara (menjelma kembali). 2. Nilai kehidupan sosial, nilai sosial yang terdapat dalam tradisi penguburan ari-ari yaitu, dengan melaksanakan tradisi penguburan ari-ari, krama atau warga lain yang ada di Desa Bayung Gede mengetahui adanya kelahiran bayi di Desa Bayung Gede. Melalui hal ini dapat mempererat pasewitran di antara krama adat. 3. Nilai tanggung jawab, dalam pelaksanaan upacara kagamaan nilai tanggung jawab sangat penting untuk ditanamkan dalam setiap pelaksanaannya seperi halnya nilai tanggung jawab yang merupakan nilai yang menekankan pada sikap dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya yang seharusnya 11 dia lakukan terhadap dirinya sendiri, lingkungan (alam) dan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam pelaksanaan tradisi penguburan ari-ari nilai tanggung jawab ini dapat dilihat dari kegiatankegiatan ritual yang dilakukan oleh masyarakat Desa Bayung Gede, yang mana upacara yang dilaksanakan merupakan segala yang disakralkan dan diwariskan dari masa lalu hingga masa kini dan menjadi bagian dari kehidupan masayarakat Desa Bayung Gede dalam memohon keselamatan kepada Ida Sang Hyang Widhi. Dalam pelaksanaan tradisi penguburan ari-ari nilai tanggung jawab juga terlihat dari rentetanrentetan upacara yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya seperti sebelum melaksanakan tradisi pertamatama mempersiapkan alat-alat yang digunakan, setelah itu selesai barulah melaksanakan ritual tersebut sampai upacara selesai. Nilai tanggung jawab

12 ini sangat penting untuk diketahui oleh masyarakat sehingga nantinya dapat digunakan sebagai pedoman dalam penghormatan kepada leluhur. 4. Nilai cinta damai, dalam pelaksanaan tradisi oleh masyarakat tentunya yang ingin dicapai adalah kedamaian, tidak hanya kedamaian tetapi juga kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat, begitupun dalam pelaksanaan tradisi penguburan ari-ari di Desa Bayung Gede. Dalam setiap pelaksanaan tradisi tidak hanya mementingkan apa yang ingin dicapai akan tetapi yang paling penting adalah memahami nilai- nilai yang terdapat dalam tradisi tersebut seperti halnya dalam pelaksanaan tradisi penguburan ari-ari. Tradisi penguburan ari-ari dilaksanakan oleh masyarakat Desa Bayung Gede merupakan tradisi sakral yang sampai saat ini masih dipertahankan. Hal 12 ini dikarenakan kepercayaan masyarakat Desa Bayung Gede untuk selalu menjaga keseimbangan alam, untuk mencapai kedamaian dan ketenangan jiwa dimulai saat melaksanakan upacara penguburan ari-ari. 5. Nilai penghormatan kepada leluhur, dengan mempertahankan tradisi penguburan ari-ari sebagai wujud penghormatan masyarakat Desa Bayung Gede kepada nenek moyang. Dimana masyarakat Desa Bayung Gede mempercayai bahwa mereka keturunan dari tued/pangkal kayu sehingga saudara sang bayi atau ari-ari digantung pada sebuah pohon Bukak. Pohon Bukak diyakini sebagai ibu yang dapat mengasuhnya secara magis. Mengimplementasikan nilainilai yang terkandung pada tradisi penguburan ari-ari dalam suatu pembelajaran IPS dapat dilakukan melalui lembaga sekolah yaitu menjabarkan dalam indikator

13 pencapaian pembelajaran sehingga tradisi penguburan ari-ari di Desa Bayung Gede dapat dipakai sebagai sumber belajar di dalam kelas, sehingga nilai-nilai yang terkandung pada tradisi penguburan ari-ari dapat diwariskan dan diterima secara turun temurun serta diaplikasikan dalam kehidupan dunia nyata siswa. Sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur maka tradisi penguburan ari-ari ini merupakan suatu sistem budaya prasejarah yang masih bertahan sampai saat ini. SIMPULAN Masyarakat di Desa Pekraman Bayung Gede tetap mempertahankan tradisi penguburkan ari-ari karena masyarakat percaya bahwa berasal dari keturunan tued kayu (pangkal kayu) yang dihidupkan dengan tirta kamandalu yang dibawa dari Pulau Jawa oleh titisan Bhatara Bayu. Oleh karena meyakini asal mereka dari kayu, maka ketika bayi baru lahir dari rahim ibunya dia harus dikembalikan kepada asalnya, yaitu kepada kayu. Ritual penguburan ari-ari dapat dimasukkan dalam upacara Manusa Yadnya, Upacara Manusa Yadnya adalah upacara persembahan suci yang tulus ikhlas dalam rangka pemeliharaan, pendidikan serta penyucian secara spiritual terhadap seseorang sejak terwujudnya jasmani di dalam kandungan sampai akhir kehidupan, masyarakat Desa Bayung Gede memaknai suatu upacara kelahiran bayi di dunia dengan melaksanakan ritual penguburan ari-ari dan juga merupakan bentuk penghormatan kepada nenek moyang. Dalam ritual ini diharapkan bayi yang baru lahir dapat terhindar dari hal-hal yang bersifat negatif. Nilai-nilai yang terdapat pada tradisi penguburan ari-ari di Desa Bayung Gede dapat di implementasikan pada proses pembelajaran yang berlangsung disekolah. Guru merupakan aktor utama dalam mengimplementasikan berbagai hal kepada peserta didik, sehingga guru dikatakan sebagai pemegang kunci pada proses pembelajaran. Dengan memanfaatkan 13

14 berbagai sumber belajar yang ada dilingkungan sekitar dapat dipermudah dalam proses pembelajaran sekaligus dapat membuat pembelajaran menjadi menyenangkan tanpa terpaku pada buku. Cara yang digunakan untuk mengimplementasikan nilai-nilai yang terdapat pada tradisi penguburan ariari di Desa Bayung Gede melalui pembelajaran IPS di dalam kelas dengan memanfaatkan tradisi penguburan ari-ari dapat pula diselipkan ke dalam rencana pembelajaran dengan kompetensi dasar yaitu Memahami perubahan masyarakat Indonesia pada masa praaksara, masa Hindu Buddha dan masa Islam dalam aspek geografis, ekonomi, budaya, pendidikan, dan politik. Dan menggunakan pendekatan ilmiah ( sceintifik) dalam Kurikulum Ucapan terima kasih ditujukan kepada: 1. Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum sebagai Pembimbing I yang telah memberikan saran dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel ini. 2. Dr. Tuty Maryati, M.Pd sebagai Pembimbing II yang telah memberikan saran dan membimbing penulis dalam penyusunan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Esten, Mursal Desentralisasi Kebudayaan. Bandung: Percetakan Angkasa Anggota IKAPI. Pendit, Nyoman S Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta:PT. Pradnya Paramita 14