TEORI DASAR STRUKTUR SESAR DAN INTERPRETASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI DASAR STRUKTUR SESAR DAN INTERPRETASI"

Transkripsi

1 5 BAB II TEORI DASAR STRUKTUR SESAR DAN INTERPRETASI PADA DATA SEISMIK REFLEKSI 3D 2.1 Struktur Sesar Sesar atau patahan merupakan zona rekahan pada lapisan batuan yang telah mengalami pergeseran baik secara garis lurus maupun terputar, sehingga terjadi perpindahan antara bagian-bagian yang berhadapan. Pergeseran/perpindahan batuan tersebut terjadi di sepanjang suatu permukaan disebut bidang sesar (fault plane). Sesar terjadi akibat tekanan yang tidak seimbang pada suatu lapisan batuan. Sebagaimana dijelaskan pada teori elastisitas, batuan tersebut akan mengalami deformasi, yang apabila melewati ambang batas kekuatan elastisitasnya batuan tersebut akan mengalami patahan/sesar. Dalam pemahaman sederhana, sesar terdiri atas dua bagian non-vertikal yang disebut hanging-wall dan footwall. Dari definisi, hanging-wall merupakan bagian sesar yang berada di atas bidang patahan. Sedangkan footwall merupakan bagian yang berada di bawah bidang sesar.

2 6 Gambar 2.1 Tatanama struktur sesar (Sheriff, 2002) Sheriff (2002) dalam kumpulan kamus geofisikanya menjelaskan bahwa komponen sesar antara lain terdiri atas (1) Slip, yaitu jarak pergerakan relatif salah satu sisi terhadap sisi lainnya, (2) Throw, adalah komponen vertikal pada bidang separasi sesar, (3) Heave, yaitu komponen horizontal pada bidang separasi sesar, (4) Dip, merupakan sudut antara bidang/permukaan sesar dengan bidang horizontal, (5) Hade, yaitu sudut antara bidang/permukaan sesar dengan bidang vertikal, (6) Trace sesar, merupakan garis sesar pada suatu permukaan. Gambaran tentang komponen sesar tersebut diberikan pada Gambar 2.1.

3 7 TIPE SESAR NORMAL RELATED TERM Tension Fault Gravity Fault Slip Fault Listric Fault (Curved Fault Plane) MINIMUM Horizontal (Tension) ARAH STRESS MAXIMUM Vertikal (Gravity) KARAKTERISTIK Dip biasanya 75 0 to 40 0 REVERSE Thrust Fault Low Angle (dip < 45 0 ) High angle (dip > 45 0 ) Vertikal Horizontal (Compression) Bidang sesar dapat hilang di sepanjang lapisan STRIKE-SLIP ROTATIONAL Transcurrent Fault Tear Fault Wrench Fault Right Lateral (Dextral) Left Lateral (Sinistral) Horizontal Horizontal Trace sesar pada umumnya 30 0 terhadap stress maximum Scissors Fault Hinge Fault Throw bervariasi di sepanjang strike; dari normal throw sampai reverse TRANSFORM Dextral Horizontal Sinistral Tabel 2.1 Tipe sesar dan karakteristiknya (Sheriff, 1995) Sesar yang terkait dengan pergerakan; pemisahan ataupun tumbukan lempeng tektonik Jika yang terjadi adalah separasi, maka rif yang terbentuk akan diisi oleh material baru. Jika yang terjadi adalah tumbukan, maka salah satu lempeng akan naik berada di atas lempeng yang lain. Berdasarkan model pergerakan relatif di sepanjang bidang sesar, maka terdapat tiga kategori utama sesar, yaitu: sesar normal, sesar naik, dan sesar mendatar/geser. Hal ini sebagaimana digambarkan dalam Tabel 2.1.

4 8 Adapun tipe sesar yang lain adalah sesar transform dan sesar rotasional. Sesar transform adalah sesar geser yang terjadi berkaitan dengan pergerakan lempeng tektonik. Sedangkan sesar rotasional adalah sesar terjadi akibat rotasi blok sesar dengan arah sumbu hampir tegak lurus terhadap bidang sesar, sehingga variasi throw terjadi di sepanjang trace sesar. Pada prinsipnya, adanya sesar pada data seismik ditunjukkan oleh: (a) putusnya event (b) difraksi (c) perubahan dip, baik itu flattening atau steepening (d) distorsi penampakan dip yang melewati sesar, sebagai konsekuensi dari pembelokan arah gelombang akibat perubahan kecepatan gelombang yang melewati sesar (e) perubahan pola pada event yang melewati sesar (f) dan adakalanya terlihat dari refleksi dari bidang patahan 2.2 Konsep Interpretasi Seismik 3D Interpretasi, menurut Sheriff (1995), mengandung pengertian determinasi atau penerjemahan makna geologi yang diturunkan dari dati seismik. Secara umum, interpretasi data seismik tersebut diasumsikan sebagai: (1) determinasi adanya reflektor/even yang terlihat pada rekaman data seismik, atau adanya kontras acoustic impedance dari hasil prosesing data seismik, yang merupakan hasil refleksi di bawah permukaan; (2) Kontras acoustic impedance tersebut berasosiasi

5 9 dengan kondisi lapisan yang merepresentasikan struktur geologi di bawah permukaan tersebut. Generasi awal dari sistem interpretasi seismik 3-D berbasis pada prinsip interpretasi line-by-line. Namun pada perkembangan selanjutnya, teknik interpretasi ini berkembang dan berbasis pada visualisasi volume dan berbagai manipulasi amplitudo yang kemudian ditampilkan dalam bentuk volume, sehingga dapat membantu meningkatkan interpretasi komponen-komponen struktur dan staratigrafi pada daerah interest (Yilmaz, 2001). Metode seismik 3-D pada intinya merupakan perihal pengumpulan data seismik beserta pemrosesan dan interpretasi volum data yang sangat rapat. Metode ini menghasilkan dapat pemahaman yang lebih baik mengenai gambaran geologi bawah pemukaan, karena pada prinsipnya pula, objek geologi merupakan objek tiga dimensi. Dikarenakan konsep ini terkait dengan suatu volum data yang besar dan rapat, maka proses interpretasi yang dilakukan umumnya memerlukan workstation yang memadai dan interaktif. Mayoritas proses interpretasi 3-D dilakukan melalui potongan-potongan dari volume data tersebut. Volume 3-D itu sendiri mengandung susunan orthogonal berspasi teratur dari titik data yang didefinisikan dari geometri pengambilan data. Tiga arah utama susunan tersebut menentukan tiga set potongan orthogonal yang dapat dicuplik dari data volum tersebut (Gambar 2.2)

6 10 DATA VOLUME SEISCROP SECTION Y X Z CROSSLINE LINE Gambar 2.2. Tiga set slice orthogonal dari sebuah data volume yang merupakan dasar utama untuk interpretasi seismik 3D (After Brown, 2002) Potongan vertikal pada arah pergerakan kapal atau lintasan kabel, dalam akuisisi data, disebut sebagai inline. Sedangkan potongan vertikal yang tegak lurus dengan lintasan tersebut didefinisikan sebagai crossline atau xline. Dan potongan horisontal disebut sebagai time slice atau potongan horizontal. Menurut Brown (2004), produk dari interpretasi seismik dengan data volume ini dapat menampilkan berbagai tampilan sesuai yang dikehendaki oleh interpreter agar evaluasi interpretasi dapat dilakukan secara optimal. Lihat Gambar 2.3.

7 11 DATA VOLUME Vertical Sections Horizontal Sections Surface Tracking Arbitrary line Line Crossline Horizon Slice Time Slice Depth Slice Horizon Attribute display Fault Slice Composite Display Gambar 2.3. Produk tampilan yang dapat diperoleh berdasarkan data volume seismik 3-D (After Brown, 2004). Dalam kaitannya dengan interpretasi struktur, terdapat hubungan konseptual antara volume batuan di bawah permukaan dengan volume data. Hubungan tersebut ditunjukkan dalam Gambar 2.4.

8 12 T N azimut Dip Gambar 2.4. Konsep dip Azimuth (Sukmono, 2001) Perpotongan bidang perlapisan dengan ketiga sisi orthogonal kotak segiempat menunjukkan dua komponen kemiringan dan jurus bidang perlapisan target. Oleh karenanya, arah refleksi pada potongan horizontal secara langsung mengindikasikan jurus dari permukaan refleksi tersebut. Untuk memahami dan mendapatkan hasil interpretasi dengan baik, maka (tetap) diperlukan beberapa pemahaman dasar sebagaimana dijelaskan pada sub-bab berikut: Konsep dasar gelombang seismik Metode seismik memanfaatkan perambatan gelombang yang melewati bumi. Karena perambatan tersebut bergantung pada elastisitas batuan maka gelombang

9 13 tersebut akan membawa informasi yang ada dibawah permukaan yang direpresentasikan dengan besaran fisis berupa kecepatan. Bahkan benda padat yang ada dibawah permukaan dapat berubah bentuk dan ukurannya hanya dengan memberikan gaya dipermukaan luar benda tersebut. Akan tetapi karena memiliki sifat elastis maka bentuk dan ukuran benda akan kembali ke keadaan semula ketika pengaruh gaya tersebut hilang. (Telford, 1990) Teori elastisitas Ketika suatu benda padat dikenai gaya luar, maka benda tersebut akan mengalami perubahan ukuran dan bentuk. Jika benda tersebut bersifat elastik berarti benda tersebut akan kembali ke bentuk dan ukuran aslinya setelah pengaruh gaya eksternalnya hilang. Untuk kategori perubahan bentuk dan ukuran yang kecil dan dalam jangka waktu yang pendek, batuan dapat diklasifikasikan bersifat elastik. Secara umum modulus elastik yang biasa digunakan dalam perhitungan elastik batuan diberikan dalam skema (Gambar 2.5) berikut:

10 14 Modulus Elastik: (a) Modulus Bulk, κ : Rasio/perbandingan antara peningkatan tekanan dengan perubahan volum yang diakibatkan oleh peningkatan tekanan tersebut. P κ = V / V Dimana P=perubahan tekanan, V=volume, V=perubahan volume. Dan V/V disebut dilatasi (b) Modulus Shear, µ : Rasio antara gaya pada setiap unit luasan dengan perubahan geseran material. F / A µ = L / L (c) Dimana F=gaya geseran, A=area cross section, L=jarak antara bidang geseran, dan L=jarak perpindahan yang terjadi akibat geseran. Modulus Young, E: rasio antara stress dan regangan ketika suatu ditarik atau ditekan. F / A E = L / L Dimana F/A=Stress(Gaya per unit area), L=panjang awal, dan L=perubahan panjang (d) Poisson s ratio, σ: rasio antara regangan transversal dengan regangan longitudinal; ketika suatu material ditarik, akan mengalami perubahan panjang L dan mengalami perubahan lebar W. W / W σ = L / L Nilai Rasio Poissons bervariasi dari nol sampai dengan ½. Nilai σ untuk fluida adalah ½ sedangkan untuk solid Gambar2.5. Skema modulus elastik (After Sheriff, 2002)

11 Gelombang Badan Gelombang badan (body wave) adalah gelombang sinyal yang diprioritaskan dalam eksplorasi seismik. Gelombang ini merambat dalam batuan bawah permukaan dari hasil sumber energi (pukulan, ledakan, vibroseis, dan lain-lain), kemudian merambat ke bawah permukaan dan terpantul saat gelombang menyentuh lapisan dengan kontras impedansi yang berbeda. Jika bumi dianggap homogen isotropis maka hanya ada dua tipe gelombang yang dapat mejalar yakni gelombang badan yang terdiri dari gelombang P dan S. Apabila gelombang P ini merambat tanpa ada gelombang S, disebut juga dengan gelombang akustik. Jika kedua gelombang P dan S merambat (diperhitungkan) maka gelombang ini disebut sebagai gelombang elastik. Gelombang P dapat diartikan sebagai primary wave karena datang paling awal yang juga selalu terekam lebih dahulu pada receiver gelombang seismik dibanding gelombang S. P juga berarti pressure wave yakni gelombang yang cara bergeraknya dengan mendasarkan pada efek tekanan yaitu terjadinya kompresi dan ekspansi pada partikel-partikel dalam medium bergerak. Gelombang ini analog dengan gelombang longitudinal dimana arah getar partikel-partikel medium yang dilewatinya searah dengan arah perambatan gelombang.

12 16 Gambar 2.6. Gelombang P (Lawrence, 2005). Sedangkan gelombang S berarti secondary wave, datang setelah P. S juga berarti shear wave karena gelombang ini cara bergeraknya mendasarkan pada proses geseran (shear). Partikel-partikel dari medium yang dilewati bergerak ke arah propagasi dari gelombang dan bergetar tegak lurus terhadap arah propagasi dari gelombang tersebut. Gelombang ini analog dengan gelombang transversal.

13 17 Gambar 2.7. Gelombang S (Lawrence, 2005). Diberikan untuk persamaan gelombang kompresi: t 2 φ = α φ (2.1) dimana φ adalah skalar potensial displacement dan α adalah kecepatan rambat gelombang dilatasi. Dan untuk persamaan gelombang rotasional: 2 ψ 2 t 2 2 = β ψ (2.1) dimana ψ adalah vektor potensial displacement dan β adalah kecepatan rambat gelombang rotasional.

14 18 Adapun displacement u oleh suatu gelombang pada suatu medium diberikan: u = φ + ψ (2.3) Dari penurunan rumus, maka akan didapatkan persamaan kecepatan rambat untuk gelombang P dan S sebagai berikut: 4 κ + µ α = 3 (2.4) ρ β = µ ρ dimana α adalah kecepatan gelombang P dan β adalah kecpatan gelombang S. Κ adalah modulus bulk atau inkompresibilitas, µ adalah modulus geser/shear, dan ρ adalah densitas/kerapatan medium. Hal ini menunjukkan bahwa kecepatan gelombang elastik bergantung pada sifat elastik dan densitas material Pergerakan gelombang Prinsip Huygens Prinsip huygen merupakan suatu kondisi dimana setiap titik muka gelombang dapat dianggap sebagai sumber gelombang. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

15 19 Gambar 2.8. Prinsip Huygens secara umum (support.svi.nl/wikiimg & Aturan refraksi menggunakan prinsip Huygens dideskripsikan pada gambar(2.9) sebagai berikut: Gambar 2.9. Prinsip Huygens dalamn refraksi (physics.tamuk.edu) Aturan refleksi menggunakan prinsip Huygens dideskripsikan pada gambar(2.10) sebagai berikut: Gambar Prinsip Huygens dalam refleksi (physics.tamuk.edu)

16 20 Prinsip Fermat Prinsip Fermat merupakan prinsip penjalaran sinar yang menyatakan bahwa penjalaran sinar antara dua titik akan melalui jalur dengan waktu tempuh terkecil. Prinsip ini digunakan dalam prinsip penjalaran gelombang seismik yang analog dengan penjalaran sinar. Jika media yang dilewati memiliki kecepatan yang berbeda-beda, maka jalur yang dilalui sinar tidak akan lurus, tetapi akan memilih jalur berbeda yang dapat memberikan waktu tempuh total yang paling kecil. Hukum Snell tentang penjalaran gelombang mengikuti/ dapat diturunkan dari prinsip Fermat ini. Prinsip Fermat ini juga dapat dideduksi dari prinsip Huygen. Hukum Snells Dalam perambatan gelombangnya berlaku hukum Snells yang menyatakan perbandingan antara sudut datang dan pantul/bias dengan kecepatan jejak saat melewati lapisan. Untuk Gelombang pantul α 1 = α 2, sehingga berlaku sebagaimana diiliustrasikan pada Gambar Gambar Jejak sinar seismik pantul

17 21 Sedangkan untuk gelombang bias, (Gambar 2.12) Gambar Jejak sinar seismik yang terbias kecepatan gelombang P lebih besar dari pada gelombang S maka kita hanya memperhatikan gelombang P. Dengan demikian antara sudut datang dan sudut bias untuk gelombang bias secara umum berlaku : sin sin α1 = α 2 nn 1 vn 1 = n n v n (2.5) Gambar Jejak seismik terbias kritis Dan pada pembiasan kritis (Gambar 2.13) sudut α 2 = 90 sehingga persamaan pada gelombang terbias kritis berlaku: vn 1 sinα 1 = (2.6) v n Fasa dan Polaritas Data Polaritas normal merupakan: 1. Sinyal seismik positif menghasilkan tekanan akustik positif pada hidrophone di air atau pergerakan awal ke atas pada geophone di darat.

18 22 2. Sinyal seismik negatif terekam sebagai nilai negatif pada rekaman, defleksi negatif pada monitor dan trough pada penampang seismik. Oleh karena itu, dengan menggunakan konvensi ini, maka pada penampang seismik yang menggunakan konvensi SEG akan didapatkan: 1. Pada bidang batas refleksi dimana IA2 > IA1 akan berupa through. 2. Pada bidang batas refleksi dimana IA2 < IA1 akan berupa peak. Gambar Konvensi polaritas menurut SEG (Sheriff, 2002) Untuk refleksi positif, wavelet dengan fasa minimum (gambar atas) dimulai dengan down-kick Resolusi Resolusi seismik adalah kemampuan dari akuisisi seismik untuk memisahkan dua lapisan batuan. Resolusi menggambarkan jarak minimum antara dua reflektor yang dalam hal ini berupa batas perlapisan yang dapat dibedakan oleh gelombang seismik. Dalam interpretasi seismik resolusi terbagi menjadi dua arah resolusi yaitu resolusi vertikal dan resolusi horizontal. Resolusi horizontal memegang peranan penting dalam menentukan baik buruknya hasil interpretasi khususnya dalam hal identifikasi lapisan-lapisan batuan yang cukup tipis. Lapisan-lapisan tipis

19 23 tersebut hanya dapat diamati secara akurat dengan resolusi seismik yang tinggi. - Resolusi Vertikal Ketebalan tuning adalah suatu ketebalan tertentu dari suatu batuan yang disyaratkan agar dapat dibedakan pada penampang seismik refleksi bidang batas atas dan batas bawahnya. Besar ketebalan tuning yang masih dapat dilihat adalah ¼ dari panjang gelombang atau ¼ λ (dimana v = λf ). Dengan bertambahnya kedalaman, dimana kecepatan bertambah tinggi, dan frekuensi bertambah kecil, maka ketebalan tuning juga akan bertambah besar. Gambar Refleksi dari tubuh batuan yang mempunyai IA diantara batuan atas dan dibawahnya (a) model (b) penampang seismik (Sukmono, 1999)

20 24 - Resolusi Horizontal Gambar Zona Fresnel. (a) untuk sumber dan reciver yang bersamaan, radius zona fresnel pertama adalah R 1 (tegak lurus terhadap h). Zona fresnel kedua adalah zona cincinnya. Begitu pula untuk zona fresnel pada orde yang lebih tinggi, juga berbentuk zona cincin. Panjang gelombang dominan adalah λ. Cara lain membayangkan zona fresnel ini adalah bahwa titik refleksi di bawah permukaan mempengaruhi suatu zona fresnel yang sama di permukaan. (b) gambaran keseluruhan energi yang keluar dari titik refleksi (After Sheriff, 2002) Titik-titik refleksi secara normal berada pada daerah-daerah dimana terjadi interaksi antara muka gelombang dan muka reflektor. Daerah yang menghasilkan refleksi tersebut disebut sebagai zona Fresnel yaitu bagian dari reflektor dimana energi dipantulkan ke geophone atau hidropon setelah terjadinya refleksi pertama. Magnitudo zona Fresnel dapat diperkirakan dari : V r f = 2 t f dengan: r f = radius zona Fresnel (meter) V = kecepatan rata-rata (m/detik) t = TWT (detik) f = frekuensi dominan (Hz)

21 25 Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwa resolusi horisontal akan berkurang dengan bertambahnya kedalaman, bertambahnya kecepatan dan berkurangnya frekuensi. 2.3 Atribut Seismik Definisi dan klasifikasi atribut seismik Banyak definisi diberikan tentang atribut seismik. Chien dan Sidney (2001) mendefinisikan atribut seismik sebagai pengukuran spesifik mengenai sifat geometri, kinematik, dinamik atau statistikal hasil turunan data seismik. Barnes (1999) mendefinisikan atribut seismik sebagai sifat kuantitatif dan deskriptif dari data seismik yang dapat ditampilkan pada skala yang sama dengan data orisinil. Brown (2000) mendefinisikan suatu atribut sebagai derivatif suatu pengukuran seismik dasar. Pengukuran seismik dasar itu sendiri adalah waktu, amplitudo, frekuensi dan atenuasi, yang kemudian digunakan sebagai dasar klasifikasi atribut oleh Brown (Gambar 2.17) Pada umumnya, atribut turunan waktu digunakan untuk deteksi atau penentuan struktur geologi, dan turunan amplitudo untuk penentuan stratigrafi dan karakterisasi reservoar. Sedangkan turunan frekuensi dan atenuasi belum begitu difahami atau belum banyak dimanfaatkan, namun diindikasikan bahwa atribut turunan frekuensi akan bermanfaat untuk memberikan informasi terkait stratigrafi dan karakterisasi reservoir, dan turunan atenuasi diharapkan dapat memberikan informasi tentang permeabilitas.

22 26 Gambar Klasifikasi atribut berdasarkan informasi dasar seismik (Brown, 1999) Atribut seismik merupakan perangkat yang terbuka (open set) dikarenakan terdapat banyak cara untuk melakukan pengaturan perhitungan data. Dan karena berdasarkan pada tipe pengukuran yang terbatas, atribut seismik pada umumnya tidak independent. Atribut sangat berguna karena memiliki hubungan yang luas dengan berbagai besaran fisis, dan besaran fisis tersebut biasa sangat membantu untuk melihat fitur, pola ataupun hubungan yang tidak mudah tersingkap dari data seismik.

23 Atribut kovarian, semblans dan koherensi Atribut koherensi, continuity dan kovarian merupakan atribut yang hampir sama. Kesemuanya bertujuan untuk mengkonversi dari volume berbasis kontinyu (refleksi normal) menjadi volume berbasis diskontinyu (sesar dan berbagai bidang batas yang lain). Atribut ini dioperasikan dalam suatu window temporal dan menggunakan berbagai algoritma pendekatan matematis yang mirip dengan perhitungan korelasi. Karena atribut ini dihitung langsung dari data seismik yang diproses, maka hasilnya dapat terhindar dari bias interpretasi yang biasa terjadi jika dilakukan langsung pada interpretasi manual. Gambar Metode perhitungan atribut semblance (after Landmark, 1999).

24 28 Semblance merupakan sebuah atribut turunan waktu yang dimanfaatkan untuk mengukur similaritas antar tras seismik yang dapat dimanfaatkan untuk menonjolkan perubahan lateral seismik akibat adanya perbedaan kondisi geologi. Pada cube yang dihasilkan, ukuran utama similaritas adalah korelasi-silang yang membandingkan tras pusat dengan tras tetangganya dengan cara mengalikan sampel-sampel dari tras pusat dengan tras-tras tetangganya dalam suatu jendela analisis, dan dinormalisasi dengan melakukan autokorelasi kedua tras ini. Outputnya merupakan kombinasi statistik dari tras pusat ini dengan nilai korelasi silang tetangganya. Gambar Prinsip dasar atribut koherensi (

25 Spectral Decomposition Spectral decomposition merupakan metode untuk menggambarkan dan memetakan ketebalan temporal lapisan dan ketidak-kontinyuan geologi pada survei seismik 3D, dengan memanfaatkan data seismik dan transformasi Fourier diskrit (TFD) (Partyka and Gridley, 1997). Pada metode ini, data seismik ditransformasi ke dalam domain frekuensi dengan TFD ehingga bisa didapatkan tampilan spektrum amplitude dan/atau spektrum fasa. Konsep dasar dari spectral decomposition ini sendiri adalah bahwa refleksi dari suatu lapisan tipis memiliki karakteristik ekspresi di dalam domain frekuensi yang merupakan indikasi dari ketebalan lapisan temporal. Pada respon frekuensi tersebut, terdapat perbedaan yang signifikan jika ukuran window data yang digunakan lebar dengan penggunaan window yang pendek. Hasil transformasi dari trace seismik yang panjang (window lebar) kira-kira sebagaimana spektrum wavelet (Gambar 2.20)

26 30 Gambar Transformasi Fourier pada window lebar (Partyka, 1999) Gambar Transformasi Fourier pada window kecil (Partyka, 1999)

27 31 Pada window data (yang pendek) tersebut, spektrum amplitudo bukan lagi hanya approksimasi dari wavelet, tetapi juga model perlapisan lokal (Gambar 2.23). Secara fisis, kondisi geologi berperan sebagai filter lokal yang beraksi pada wavelet terefleksi, sehingga mengatenuasi spektrum wavelet tersebut. Sehingga spektrum amplitudo yang dihasilkan merepresentasikan pola interferensi yang terjadi. Adapun pada spektrum fasa, karena fasa sensitif terhadap perturbation yang halus pada karakter seismik, hasilnya akan dapat memberikan deteksi diskontinuitas akustik lateral dengan baik. Jika batuan yang ditinjau secara lateral stabil, maka respon fasenya akan stabil pula. Dan apabila, terjadi ketidakkontinyuan, respon fase yang terbentang pada daerah yang tidak kontinyu tersebut juga akan tidak stabil. Spectral decomposition dan fenomena thin bed tuning dapat diiliustrasikan dengan model pembajian sederhana (Gambar2.22)

28 32 Gambar Model pembajian sederhana (Partyka, 1999) Respon temporal dari sinyal terdiri atas dua buah reflektivitas spike dengan magnitudo yang sama namun arahnya berlawanan. Bagian atas lapisan ditandai dengan koefisien refleksi negatif, sedangkan lapisan bagian bawah ditandai dengan koefisien refleksi negatif. Adapun ketebalan lapisan adalah dari 0 ms, sebagaimana tampak pada bagian kiri, sampai dengan 50 ms pada bagian kanan. Dengan melakukan filtering sinyal, dapat terlihat efek tuning yang terjadi akibat perubahan/perbedaan ketebalan. Lapisan atas dan lapisan bawah terlihat terpisah pada ketebalan yang cukup lebar, tetapi akan menjadi satu event refleksi seiring menipisnya lapisan tersebut.

29 33 Selanjutnya pada masing-masing trace reflektivitas dilakukan perhitungan window kecil dari spektrum amplitudo dan didapatkan suatu plot dengan komponen frekuensi pada sumbu vertikalnya. Dan ketebalan temporal dari lapisan akan menentukan periode notch pada spektrum amplitudo terhadap frekuensi (Gambar 2.23.a). Gambar 2.23 Periode notch spektrum (Partyka, 1999) Pf = 1/t Dimana, o Pf : periode notch pada spektrum amplitudo terhadap frekuensi (Hz), dan o t : ketebalan lapisan tipis (seconds)

30 34 Hal ini dapat pula diilustrasikan dari sudut pandang lain dimana nilai komponen frekuensi menentukan periode notch pada spektrum amplitudo terhadap ketebalan lapisan tipis (Gambar.b), dengan rumusan sebagai berikut, Pt = 1/ f Dimana, o Pt : periode notch spektrum amplitudo terhadap perubahan ketebalan lapisan tipis (seconds), dan o f : frekuensi Fourier diskrit Gambar Prinsip dasar Spectral decomposition (

METODE KOHERENSI STRUKTUR-EIGEN DAN SEMBLANCE UNTUK DETEKSI SESAR PADA DATA SEISMIK 3-D TUGAS AKHIR

METODE KOHERENSI STRUKTUR-EIGEN DAN SEMBLANCE UNTUK DETEKSI SESAR PADA DATA SEISMIK 3-D TUGAS AKHIR METODE KOHERENSI STRUKTUR-EIGEN DAN SEMBLANCE UNTUK DETEKSI SESAR PADA DATA SEISMIK 3-D TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana pada Program Studi Fisika Institut Teknologi

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel

III. TEORI DASAR. seismik juga disebut gelombang elastik karena osilasi partikel-partikel III. TEORI DASAR A. Konsep Dasar Seismik Gelombang seismik merupakan gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Pengertian gelombang secara umum ialah fenomena perambatan gangguan atau (usikan)

Lebih terperinci

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK

BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK BAB II PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIK.1 Teori Perambatan Gelombang Seismik Metode seismik adalah sebuah metode yang memanfaatkan perambatan gelombang elastik dengan bumi sebagai medium rambatnya. Perambatan

Lebih terperinci

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga

Bab 2. Teori Gelombang Elastik. sumber getar ke segala arah dengan sumber getar sebagai pusat, sehingga Bab Teori Gelombang Elastik Metode seismik secara refleksi didasarkan pada perambatan gelombang seismik dari sumber getar ke dalam lapisan-lapisan bumi kemudian menerima kembali pantulan atau refleksi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi

BAB III TEORI DASAR Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi BAB III TEORI DASAR 3. 1. Tinjauan Umum Seismik Eksplorasi Metode seismik merupakan metode eksplorasi yang menggunakan prinsip penjalaran gelombang seismik untuk tujuan penyelidikan bawah permukaan bumi.

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima

BAB III TEORI DASAR. Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Refleksi Gelombang Seismik Prinsip dasar metodee seismik, yaitu menempatkan geophone sebagai penerima getaran pada lokasi penelitian. Sumber getaran dapat ditimbulkan oleh

Lebih terperinci

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M

GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M GELOMBANG SEISMIK Oleh : Retno Juanita/M0208050 Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permukaan bumi mempunyai beberapa lapisan pada bagian bawahnya, masing masing lapisan memiliki perbedaan densitas antara lapisan yang satu dengan yang lainnya, sehingga

Lebih terperinci

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan

BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan BAB III STUDI KASUS 1 : Model Geologi dengan Struktur Lipatan Dalam suatu eksplorasi sumber daya alam khususnya gas alam dan minyak bumi, para eksplorasionis umumnya mencari suatu cekungan yang berisi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Penerapan Cadzow Filtering Cadzow filtering adalah salah satu cara untuk menghilangkan bising dan meningkatkan strength tras seismik yang dapat dilakukan setelah koreksi NMO

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa

III. TEORI DASAR. gelombang akustik yang dihasilkan oleh sumber gelombang (dapat berupa III. TEORI DASAR 3.1 Konsep Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik

Lebih terperinci

matematis dari tegangan ( σ σ = F A

matematis dari tegangan ( σ σ = F A TEORI PERAMBATAN GELOMBANG SEISMIk Gelombang seismik merupakan gelombang yang merambat melalui bumi. Perambatan gelombang ini bergantung pada sifat elastisitas batuan. Gelombang seismik dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar

BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar BAB IV STUDI KASUS II : Model Geologi dengan Stuktur Sesar Dalam suatu kegiatan eksplorasi minyak bumi perangkap merupakan suatu hal yang sangat penting. Perangkap berfungsi untuk menjebak minyak bumi

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar

III. TEORI DASAR. melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free wave karena dapat menjalar III. TEORI DASAR 3.1. Jenis-jenis Gelombang Seismik 3.1.1. Gelombang Badan (Body Waves) Gelombang badan (body wave) yang merupakan gelombang yang menjalar melalui bagian dalam bumi dan biasa disebut free

Lebih terperinci

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk

BAB 3 TEORI DASAR. Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk BAB 3 TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mengetahui keadaan di bawah permukaan bumi. Metode ini menggunakan gelombang akustik yang

Lebih terperinci

Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab

Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab Komputasi Geofisika 1: Pemodelan dan Prosesing Geofisika dengan Octave/Matlab Editor: Agus Abdullah Mohammad Heriyanto Hardianto Rizky Prabusetyo Judul Artikel: Putu Pasek Wirantara, Jeremy Adi Padma Nagara,

Lebih terperinci

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR

Laporan Tugas Akhir Studi analisa sekatan sesar dalam menentukan aliran injeksi pada lapangan Kotabatak, Cekungan Sumatera Tengah. BAB III TEORI DASAR BAB III TEORI DASAR 3.1 INTERPRETASI PENAMPANG SEISMIK 3.1.1 Metoda seismik Prinsip dasar metoda seismik adalah perambatan energi gelombang seismik yang ditimbulkan oleh sumber getaran di permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2

BAB II TEORI DASAR (2.1) sin. Gambar 2.1 Prinsip Huygen. Gambar 2.2 Prinsip Snellius yang menggambarkan suatu yang merambat dari medium 1 ke medium 2 BAB II TEORI DASAR.1 Identifikasi Bentuk Gelombang Perambatan gelombang pada media bawah permukaan mengikuti beberapa prinsip fisika sebagai berikut : a. Prinsip Huygen menyatakan bahwa setiap titik yang

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan V. HASIL DAN PEMBAHASAN V.1. Hasil Penelitian V.1.1. Interpretasi Horizon Pengolahan data pada Pre-Stack Depth Migration (PSDM) merupakan tahapan lanjutan setelah dilakukannya pengolahan data awal, sehingga

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan 16 BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi adalah metoda geofisika dengan menggunakan gelombang elastik yang dipancarkan oleh suatu sumber getar yang biasanya berupa ledakan dinamit

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D

BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA. Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D BAB IV DATA DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Data 4.1.1. Data Seismik Pada penelitian ini data seismik yang digunakan adalah data migrasi poststack 3D (seismic cube) sebagai input untuk proses multiatribut. Data

Lebih terperinci

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK

BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK BAB 10 GELOMBANG BUNYI DALAM ZAT PADAT ISOTROPIK Sepertinya bunyi dalam padatan hanya berperan kecil dibandingkan bunyi dalam zat alir, terutama, di udara. Kesan ini mungkin timbul karena kita tidak dapat

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi,

III. TEORI DASAR. A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa terjadi, 1 III. TEORI DASAR A. Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Gempa bumi umumnya menggambarkan proses dinamis yang melibatkan akumulasi stress (tekanan) dan pelepasan strain (regangan). Ketika gempa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Maksud dan Tujuan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Metode seismik merupakan salah satu bagian dari metode geofisika aktif, yang memanfaatkan pergerakan gelombang dalam suatu medium dimana dalam penyelidikannnya di

Lebih terperinci

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010

Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Analisis Mekanisme Sumber Gempa Vulkanik Gunung Merapi di Yogyakarta September 2010 Emilia Kurniawati 1 dan Supriyanto 2,* 1 Laboratorium Geofisika Program Studi Fisika FMIPA Universitas Mulawarman 2 Program

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK

BAB IV INTERPRETASI SEISMIK BAB IV INTERPRETASI SEISMIK Analisa dan interpretasi struktur dengan menggunakan data seismik pada dasarnya adalah menginterpretasi keberadaan struktur sesar pada penampang seismik dengan menggunakan bantuan

Lebih terperinci

PROPOSAL KERJA PRAKTIK PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMAX 2003

PROPOSAL KERJA PRAKTIK PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMAX 2003 PROPOSAL KERJA PRAKTIK PENGOLAHAN DATA SEISMIK 2D MARINE DAERAH X MENGGUNAKAN SOFTWARE PROMAX 2003 Oleh ALMAS GEDIANA H1E012020 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS SAINS

Lebih terperinci

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut :

Untuk mengetahui klasifikasi sesar, maka kita harus mengenal unsur-unsur struktur (Gambar 2.1) sebagai berikut : Landasan Teori Geologi Struktur Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk (arsitektur) batuan akibat proses deformasi serta menjelaskan proses pembentukannya. Proses

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium

PENDEKATAN TEORITIK. Elastisitas Medium PENDEKATAN TEORITIK Elastisitas Medium Untuk mengetahui secara sempurna kelakuan atau sifat dari suatu medium adalah dengan mengetahui hubungan antara tegangan yang bekerja () dan regangan yang diakibatkan

Lebih terperinci

5.1. Perbandingan Parameter Pada Output Coherence Cube. Setelah dilakukan prosesing Coherence Cube, maka akan didapatkan suatu volume

5.1. Perbandingan Parameter Pada Output Coherence Cube. Setelah dilakukan prosesing Coherence Cube, maka akan didapatkan suatu volume 57 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Perbandingan Parameter Pada Output Coherence Cube Setelah dilakukan prosesing Coherence Cube, maka akan didapatkan suatu volume data (cube) tiga dimensi yang menunjukkan

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan. Ukuran pergerakan ini adalah bersifat relatif

Lebih terperinci

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN

DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN DISKRIPSI GEOLOGI STRUKTUR SESAR DAN LIPATAN Mekanisme Sesar 1. Pengenalan a) Sesar merupakan retakan yang mempunyai pergerakan searah dengan arah retakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2008 Indonesia keluar dari anggota Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan menjadi net importir minyak. Hal tersebut disebabkan oleh

Lebih terperinci

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2.

IV.1 Aplikasi S-Transform sebagai Indikasi Langsung Hidrokarbon (DHI) Pada Data Sintetik Model Marmousi-2 2. Stack Time Migration (PSTM) dengan sampling interval 4 ms. Panjang line FD-1 lebih kurang 653 trace, sedangkan line FD-2 lebih kurang 645 trace dengan masing-masing memiliki kedalaman 3000 m dan sampling

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan Data

Bab III Pengolahan Data S U U S Gambar 3.15. Contoh interpretasi patahan dan horizon batas atas dan bawah Interval Main pada penampang berarah timurlaut-barat daya. Warna hijau muda merupakan batas atas dan warna ungu tua merupakan

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan

III. TEORI DASAR. menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan III. TEORI DASAR 3.1 Karakterisasi Reservoar Analisis / karakteristik reservoar seismik didefinisikan sebagai sutau proses untuk menjelaskan karakter reservoar secara kualitatif dan atau kuantitatif menggunakan

Lebih terperinci

Data input yang digunakan dalam penelitian ini adalah data (real) seismik post stack

Data input yang digunakan dalam penelitian ini adalah data (real) seismik post stack 46 BAB IV PROSEDUR PENELITIAN 4.1. Data Penelitian Data input yang digunakan dalam penelitian ini adalah data (real) seismik post stack time migration (PSTM) tiga dimensi (3-D). Data tersebut dimulai dari

Lebih terperinci

TEORI DASAR. gelombang ini dinamakan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.bumi

TEORI DASAR. gelombang ini dinamakan gelombang seismik. Gelombang seismik adalah gelombang elastik yang merambat dalam bumi.bumi 10 III. TEORI DASAR 3.1 Gelombang Seismik Menurut Tristiyoherni dkk (2009), gelombang merupakan getaran yang merambat dalam suatu medium. Medium disini yang dimaksudkan adalah bumi. Sehingga gelombang

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA

BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA BAB III DATA DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Data 3.1.1 Data Seismik Data yang dimiliki adalah data seismik hasil migrasi post stack 3-D pada skala waktu / time dari Lapangan X dengan polaritas normal, fasa nol,

Lebih terperinci

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI

BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI BAB II GELOMBANG ELASTIK DAN EFEK VIBRASI 2. 1 Gelombang Elastik Gelombang elastik adalah gelombang yang merambat pada medium elastik. Vibroseismik merupakan metoda baru dikembangkan dalam EOR maupun IOR

Lebih terperinci

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani

GEOLOGI STRUKTUR. PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi. By : Asri Oktaviani GEOLOGI STRUKTUR PENDAHULUAN Gaya/ tegasan Hasil tegasan Peta geologi By : Asri Oktaviani http://pelatihan-osn.com Lembaga Pelatihan OSN PEDAHULUAN Geologi : Ilmu yang mempelajari bumi yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam

BAB III TEORI DASAR. Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam BAB III TEORI DASAR 3.1 Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan suatu metode yang banyak digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon. Telah diketahui bahwa dalam eksplorasi geofisika, metode seismik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara,

BAB I PENDAHULUAN. banyak dieksplorasi adalah sumber daya alam di darat, baik itu emas, batu bara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dengan 2/3 wilayahnya adalah lautan dan memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah baik di darat

Lebih terperinci

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding

BAB III. TEORI DASAR. benda adalah sebanding dengan massa kedua benda tersebut dan berbanding 14 BAB III. TEORI DASAR 3.1. Prinsip Dasar Metode Gayaberat 3.1.1. Teori Gayaberat Newton Teori gayaberat didasarkan oleh hukum Newton tentang gravitasi. Hukum gravitasi Newton yang menyatakan bahwa gaya

Lebih terperinci

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh

BAB III TEORI FISIKA BATUAN. Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh BAB III TEORI FISIA BATUAN III.1. Teori Elastisitas Proses perambatan gelombang yang terjadi didalam lapisan batuan dikontrol oleh sifat elastisitas batuan, yang berarti bahwa bagaimana suatu batuan terdeformasi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun demikian penjalaran

BAB III TEORI DASAR. dimensi pergerakan partikel batuan tersebut. Meskipun demikian penjalaran BAB III TEORI DASAR 3.. Seismologi Refleksi 3... Konsep Seismik Refleksi Metoda seismik memanfaatkan perambatan gelombang elastis kedalam bumi yang mentransfer energi gelombang menjadi pergerakan partikel

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. direfleksikan kembali ke permukaan, sehingga dapat menggambarkan lapisan

BAB III TEORI DASAR. direfleksikan kembali ke permukaan, sehingga dapat menggambarkan lapisan BAB III TEORI DASAR 3.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. Metode seismik refleksi merupakan metode seismik mengenai penjalaran gelombang elastik

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik. Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi 20 BAB III TEORI DASAR 3.1 Tinjauan Teori Perambatan Gelombang Seismik Seismologi adalah ilmu yang mempelajari gempa bumi dan struktur dalam bumi dengan menggunakan gelombang seismik yang dapat ditimbulkan

Lebih terperinci

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF

BAB III MIGRASI KIRCHHOFF BAB III MIGRASI KIRCHHOFF Migrasi didefinisikan sebagai suatu teknik memindahkan reflektor miring kembali ke posisi subsurface sebenarnya dan menghilangkan pengaruh difraksi, sehingga dapat menggambarkan

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA APLIKASI METODE SEISMIK REFRAKSI UNTUK ANALISA LITOLOGI BAWAH PERMUKAAN PADA DAERAH BABARSARI, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA Kevin Gardo Bangkit Ekaristi 115.130.094 Program Studi Teknik Geofisika, Universitas

Lebih terperinci

Gelombang Transversal Dan Longitudinal

Gelombang Transversal Dan Longitudinal Gelombang Transversal Dan Longitudinal Pada gelombang yang merambat di atas permukaan air, air bergerak naik dan turun pada saat gelombang merambat, tetapi partikel air pada umumnya tidak bergerak maju

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data seismik 3D PSTM Non Preserve. Data sumur acuan yang digunakan untuk inversi adalah sumur

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. pada permukaan kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian

III. TEORI DASAR. pada permukaan kemudian berpropagasi ke bawah permukaan dan sebagian III. TEORI DASAR III.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik refleksi merupakan salah satu metode geofisika yang menggunakan perambatan gelombang elastik yang dihasilkan oleh suatu sumber pada permukaan

Lebih terperinci

ADVANCE SEISMIC PROCESSING

ADVANCE SEISMIC PROCESSING ADVANCE SEISMIC PROCESSING TUGAS MATA KULIAH PENGOLAHAN DATA SEISMIK LANJUT DEWI TIRTASARI 1306421954 PROGRAM MAGISTER GEOFISIKA RESERVOAR FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS INDONESIA

Lebih terperinci

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik

IV.5. Interpretasi Paleogeografi Sub-Cekungan Aman Utara Menggunakan Dekomposisi Spektral dan Ekstraksi Atribut Seismik persiapan data, analisis awal (observasi, reconnaissance) untuk mencari zone of interest (zona menarik), penentuan parameter dekomposisi spektral yang tetap berdasarkan analisis awal, pemrosesan dekomposisi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Penelitian dunia yang berkenaan dengan gelombang ultrasonik bukan hal yang baru melainkan sudah berlangsung cukup lama sehingga pemahaman ilmuwan mengenai sifat dan interaksinya

Lebih terperinci

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan

Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor. Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Pemodelan Sintetik Gaya Berat Mikro Selang Waktu Lubang Bor Menggunakan BHGM AP2009 Sebagai Studi Kelayakan Untuk Keperluan Monitoring dan Eksplorasi Hidrokarbon Oleh : Andika Perbawa 1), Indah Hermansyah

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi.

III. TEORI DASAR. Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. III. TEORI DASAR 3.1. Konsep Seismik Refleksi Metode seismik memanfaatkan penjalaran gelombang seismik ke dalam bumi. Metode seismik refleksi merupakan metode seismik mengenai penjalaran gelombang elastik

Lebih terperinci

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Dasar Seismik BAB III DASAR TEORI 3.1 Dasar Seismik 3.1.1 Pendahuluan Metode seismik adalah metode pemetaan struktur geologi bawah permukaan dengan menggunakan energi gelombang akustik yang diinjeksikan ke dalam bumi

Lebih terperinci

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity)

Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) Keselarasan dan Ketidakselarasan (Conformity dan Unconformity) a) Keselarasan (Conformity): adalah hubungan antara satu lapis batuan dengan lapis batuan lainnya diatas atau dibawahnya yang kontinyu (menerus),

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH KATA PENGANTAR ABSTRAK ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH i ii iii iv vi vii viii xi xv xvi BAB I.

Lebih terperinci

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT)

SESAR MENDATAR (STRIKE SLIP) DAN SESAR MENURUN (NORMAL FAULT) SESAR MENDATAR Pergerakan strike-slip/ pergeseran dapat terjadi berupa adanya pelepasan tegasan secara lateral pada arah sumbu tegasan normal terkecil dan terdapat pemendekan pada arah sumbu tegasan normal

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

V. PEMBAHASAN. dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada V. PEMBAHASAN 5.1 Tuning Thickness Analysis Analisis tuning thickness dilakukan untuk mengetahui ketebalan reservoar yang dapat teresolusi dengan baik oleh wavelet secara perhitungan teoritis, dimana pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dengan judul Aplikasi Metode Common Reflection Surface Stack Untuk Perbaikan Kualitas Penampang Seismik Darat 2D Dan 3D Pada Lapangan

Lebih terperinci

Bab III Pengolahan dan Analisis Data

Bab III Pengolahan dan Analisis Data Bab III Pengolahan dan Analisis Data Dalam bab pengolahan dan analisis data akan diuraikan berbagai hal yang dilakukan peneliti untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan. Data yang diolah dan dianalisis

Lebih terperinci

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun

Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun Sebaran Jenis Patahan Di Sekitar Gunungapi Merapi Berdasarkan Data Gempabumi Tektonik Tahun 1977 2010 Fitri Puspasari 1, Wahyudi 2 1 Metrologi dan Instrumentasi Departemen Teknik Elektro dan Informatika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Penggunaan program PLAXIS untuk simulasi Low Strain Integrity Testing pada dinding penahan tanah akan dijelaskan pada bab ini, tentunya dengan acuan tahap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015

BAB IV METODE PENELITIAN. Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 53 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Tugas Akhir ini dilaksanakan selama 3 (tiga) bulan pada 13 April 10 Juli 2015 di PT. Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore, TB. Simatupang

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor

Gambar 3.1 Peta lintasan akuisisi data seismik Perairan Alor BAB III METODE PENELITIAN Pada penelitian ini dibahas mengenai proses pengolahan data seismik dengan menggunakan perangkat lunak ProMAX 2D sehingga diperoleh penampang seismik yang merepresentasikan penampang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Gelombang dan klasifikasinya. Gelombang adalah suatu gangguan menjalar dalam suatu medium ataupun tanpa medium. Dalam klasifikasinya gelombang terbagi menjadi yaitu :. Gelombang

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Konsep Dasar Seismik. Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Konsep Dasar Seismik. Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya 24 BAB III TEORI DASAR 3.1 Konsep Dasar Seismik Gelombang seismik adalah gelombang mekanis yang muncul akibat adanya gempa bumi. Sedangkan gelombang secara umum adalah fenomena perambatan gangguan (usikan)

Lebih terperinci

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Tabak, Kabupaten Barito Selatan, Provinsi Kalimantan Tengah Wawang Sri Purnomo dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN :

Jurnal OFFSHORE, Volume 1 No. 1 Juni 2017 : ; e -ISSN : Metode Inversi Avo Simultan Untuk Mengetahui Sebaran Hidrokarbon Formasi Baturaja, Lapangan Wine, Cekungan Sumatra Selatan Simultaneous Avo Inversion Method For Estimating Hydrocarbon Distribution Of Baturaja

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli September 2014 dan 52 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitan dilaksanakan mulai tanggal 7 Juli 2014-7 September 2014 dan bertempat d Fungsi Geologi dan Geofisika (G&G) Sumbagsel, PT Pertamina

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengambilan Contoh Dasar Gambar 16 merupakan hasil dari plot bottom sampling dari beberapa titik yang dilakukan secara acak untuk mengetahui dimana posisi target yang

Lebih terperinci

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan

menentukan sudut optimum dibawah sudut kritis yang masih relevan digunakan Gambar 4.15 Data seismic CDP gather yang telah dilakukan supergather pada crossline 504-508. 4.2.4.3 Angle Gather Angle Gather dilakukan untuk melihat variasi amplitudo terhadap sudut dan menentukan sudut

Lebih terperinci

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Brawijaya 2) Pertamina Asset 3 ANALISIS AVO MENGGUNAKAN GRAFIK RESPON AVO (AVO SIGNATURE) DAN CROSSPLOT INTERCEPT DAN GRADIENT DALAM PENENTUAN KELAS AVO STUDI KASUS : LAPISAN TAF-5 FORMASI TALANG AKAR LAPANGAN LMG CEKUNGAN JAWA BARAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. meruntuhkan bangunan-bangunan dan fasilitas umum lainnya. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gempa bumi merupakan fenomena alam yang sudah tidak asing lagi bagi kita semua, karena seringkali diberitakan adanya suatu wilayah dilanda gempa bumi, baik yang ringan

Lebih terperinci

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik

Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Estimasi Porositas pada Reservoir KarbonatMenggunakan Multi Atribut Seismik Bambang Hari Mei 1), Eka Husni Hayati 1) 1) Program Studi Geofisika, Jurusan Fisika FMIPA Unhas bambang_harimei2004@yahoo.com

Lebih terperinci

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS

V. INTERPRETASI DAN ANALISIS V. INTERPRETASI DAN ANALISIS 5.1.Penentuan Jenis Sesar Dengan Metode Gradien Interpretasi struktur geologi bawah permukaan berdasarkan anomali gayaberat akan memberikan hasil yang beragam. Oleh karena

Lebih terperinci

Analisis dan Pembahasan

Analisis dan Pembahasan Bab V Analisis dan Pembahasan V.1 Analisis Peta Struktur Waktu Dari Gambar V.3 memperlihatkan 2 closure struktur tinggian dan rendahan yang diantara keduanya dibatasi oleh kontur-kontur yang rapat. Disini

Lebih terperinci

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah

Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Survei Seismik Refleksi Untuk Identifikasi Formasi Pembawa Batubara Daerah Ampah, Kabupaten Barito Timur, Provinsi Kalimantan Tengah Priyono, Tony Rahadinata, dan Muhammad Rizki Ramdhani Kelompok Penyelidikan

Lebih terperinci

INTERPRETASI DATA METODE EKSPLORASI GEOFISIKA : SEISMIK DOWNHOLE

INTERPRETASI DATA METODE EKSPLORASI GEOFISIKA : SEISMIK DOWNHOLE INTERPRETASI DATA METODE EKSPLORASI GEOFISIKA : SEISMIK DOWNHOLE 1, a) Mohammad Heriyanto 1) Program Studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penegetahuan Alam, Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Akuisisi Data Seismik Akuisisi data seismik dilaksanakan pada bulan April 2013 dengan menggunakan Kapal Riset Geomarin III di kawasan batas laut dan Zona Ekonomi Eksklusif

Lebih terperinci

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i

Sifat gelombang elektromagnetik. Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Sifat gelombang elektromagnetik Pantulan (Refleksi) Pembiasan (Refraksi) Pembelokan (Difraksi) Hamburan (Scattering) P o l a r i s a s i Pantulan (Refleksi) Pemantulan gelombang terjadi ketika gelombang

Lebih terperinci

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara.

mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara. mangkubumi, serta adanya perubahan kemiringangn lapisan satuan konglomerat batupasir dimana semakin melandai ke utara. Foto 4.16 Indikasi Sesar Normal mangkubuni (CLT12) 4.3. Mekanisme Pembentukan Struktur

Lebih terperinci

BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK. Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau

BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK. Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau BAB III ALAT PENGUKUR ALIRAN BERDASARKAN WAKTU TEMPUH GELOMBANG ULTRASONIK 3.1 Gelombang Ultrasonik Gelombang ultrasonik adalah salah satu jenis gelombang akustik atau gelombang bunyi dengan persamaan

Lebih terperinci

BAB III COMMON-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (CO CRS) STACK

BAB III COMMON-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (CO CRS) STACK BAB III COMMON-OFFSET COMMON-REFLECTION-SURFACE (CO CRS) STACK Simulasi penampang ZO stack dari data prestack multi-coverage adalah proses standar dalam pemrosesan seismik. Hal ini meningkatkan rasio sinyal

Lebih terperinci

EKSPERIMEN RIPPLE TANK. Kusnanto Mukti W M Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK

EKSPERIMEN RIPPLE TANK. Kusnanto Mukti W M Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK EKSPERIMEN RIPPLE TANK Kusnanto Mukti W M0209031 Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperimen ripple tank ini dilakukan dengan mengamati bentuk-bentuk gelombang

Lebih terperinci

BAB 2. TEORI DASAR DAN METODE PENELITIAN

BAB 2. TEORI DASAR DAN METODE PENELITIAN 4 BAB 2. TEORI DASAR DAN METODE PENELITIAN Dalam kegiatan eksplorasi hidrokarbon, berbagai cara dilakukan untuk mencari hidrokarbon dibawah permukaan, diantaranya melalui metoda seismik. Prinsip dasar

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 52 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Distribusi Hiposenter Gempa dan Mekanisme Vulkanik Pada persebaran hiposenter Gunung Sinabung (gambar 31), persebaran hiposenter untuk gempa vulkanik sangat terlihat adanya

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Batimetri Selat Sunda Peta batimetri adalah peta yang menggambarkan bentuk konfigurasi dasar laut dinyatakan dengan angka-angka suatu kedalaman dan garis-garis yang mewakili

Lebih terperinci

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi

Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi Jurnal radien Vol No Juli : - Studi Lapisan Batuan Bawah Permukaan Kawasan Kampus Unsyiah Menggunakan Metoda Seismik Refraksi Muhammad Isa, Nuriza Yani, Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Indonesia

Lebih terperinci

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold).

Struktur geologi terutama mempelajari struktur-struktur sekunder yang meliputi kekar (joint), sesar (fault) dan lipatan (fold). 9. Struktur Geologi 9.1. Struktur geologi Struktur geologi adalah gambaran bentuk arsitektur batuan-batuan penyusunan kerak bumi. Akibat sedimentasi dan deformasi. berdasarkan kejadiannya, struktur geologi

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Gelombang Seismik. Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat BAB III TEORI DASAR 3.1 Gelombang Seismik Suatu gelombang yang datang pada bidang batas dua media yang sifat fisiknya berbeda akan dibiaskan, jika sudut datang lebih kecil atau sama dengan sudut kritisnya

Lebih terperinci

Strain, Stress, dan Diagram Mohr

Strain, Stress, dan Diagram Mohr TUGAS GL-2212 GEOLOGI STRUKTUR Strain, Stress, dan Diagram Mohr Oleh: Hafidha Dwi Putri Aristien NIM 12111003 Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi

Lebih terperinci

Sesar (Pendahuluan, Unsur, Klasifikasi) Arie Noor Rakhman, S.T., M.T.

Sesar (Pendahuluan, Unsur, Klasifikasi) Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Sesar (Pendahuluan, Unsur, Klasifikasi) Arie Noor Rakhman, S.T., M.T. Pendahuluan Permasalahan teknik di tambang pada masa lampau bagaimana cara menemukan sambungan dari bahan cebakan atau lapisan batubara

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT...

Lebih terperinci

a) b) Frekuensi Dominan ~22 hz

a) b) Frekuensi Dominan ~22 hz Pada tahap akhir pembentukan sistem trak post-rift ini diendapkan Formasi Menggala yang merupakan endapan transgresif yang melampar di atas Kelompok Pematang. Formasi Menggala di dominasi oleh endapan

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat

BAB III TEORI DASAR. 3.1 Metode Gayaberat BAB III TEORI DASAR 3.1 Metode Gayaberat Metode gayaberat adalah metode dalam geofisika yang dilakukan untuk menyelidiki keadaan bawah permukaan berdasarkan perbedaan rapat massa cebakan mineral dari daerah

Lebih terperinci