PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN)
|
|
- Hadi Lesmono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PENGARUH ASAM ASKORBAT DARI EKSTRAK NANAS TERHADAP KOAGULASI LATEKS (STUDI PENGARUH VOLUME DAN WAKTU PENCAMPURAN) Septriani Laoli, Imelda Magdalena S *, Farida Ali Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 3 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 3 Imeldamagdalena@ymail.com, Septrianilaoli@ymail.com Abstrak Lateks adalah cairan berwarna putih menyerupai susu yang keluar dari tanaman yang dilukai yang berasal dari tanaman Hevea brasiliensi. Lateks Hevea brasiliensi dapat diolah menjadi karet karena memiliki sifat yang baik yang memiliki kandungan partikel karet berupa hidrokarbon poli isopropena yang merupakan komponen utama karet. Pada penelitian ini koagulasi lateks menggunakan ekstrak nanas. Variabel yang digunakan adalah jenis koagulan, volume ekstrak nanas, dan waktu. Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini adalah lateks dengan koagulan ekstrak nanas. Kondisi optimal berat karet yang didapatkan adalah pada saat volume ekstrak ml dengan volume lateks ml yaitu sebesar, gram. Waktu menggumpal terbaik yaitu selama 97 detik. Kata kunci : lateks, karet, koagulasi, nanas. Abstract Latex is a white colored that resembles milk out derived from plant a wounded Hevea Brasiliensi. Hevea Brasiliensi latex can be processed into rubber because it has a good nature that has the content of rubber particles in the form of hydrocarbon poly-isopropena which is the main component of the rubber. Manufacture of rubber can be done to dense of latex with a coagulant called coagulation with coagulation materials. In research, the coagulation latex used pineapple extract. The variables are used type of coagulant, volume of pineapple s extract, and time. The material used for this research is latex with pineapple s extract. The optimum condition obtained when volume extract of pineapple skin ml with volume latex ml is. gram. The best time of latex dense is 97 seconds. Keywords: latex, rubber, coagulation, pineapple. 1. PENDAHULUAN Koagulasi lateks yang biasa dilakukan petani di Sumatera Selatan dengan cara menambahkan cuka asam (asam asetat) dan asam formiat kedalam lateks. Harga asam formiat yang cukup mahal dipasaran dan ketersedian yang langka sehingga sangat membebanin petani karet. Selain itu pengunaaan asam formiat sebagai koagulan lateks menyebabkan bau yang tidak sedap. Fakta diatas membuka peluang untuk pengembangan bahan penggumpal alternatif. Bahan alternatif yang digunakan berupa ekstrak nanas yang umumnya memiliki ph 3-. Hal ini mendorong kami untuk meneliti ekstrak nanas sebagai bahan alternatif penggumpal lateks kebun sebagai perlakuan variasi volume dan waktu pencampuran yang akhirnya dapat digunakan sebagai pengganti asam formiat. Lateks Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusunan (dikenal sebagai lateks) atau getah pada beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintetis. Lateks karet adalah suspensi koloid poliisopren yang diperoleh dari tumbuhan Havea Brasiliensi. Lateks merupakan sistem koloid, yaitu sistem Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13 Page 9
2 yang terdiri dari zat pendispersi dari zat terdispersi. Tabel 1. Komposisi Havea Brasiliensis Komposisi Persentase (%) hidrokarbon 37,9 air 9, Protein 1, Lipid,3 Garam-garam, Mineral, Ammonia,3 Sumber : Arta Sihombing, 1 dikutip Syntia Rahutami, 9 Koagulasi lateks adalah peristiwa terjadinya perubahan fase sol menjadi gel dengan bantuan koagulan. Koagulasi lateks dapat terjadi karena: a. Dehidrasi Koagualasi lateks secara dehidrasi deilakukan dengan menambah bahan atau zat menyerap lapisan molekul air disekeliling partikel karet yang bersifat sebagai pelindung pada lateks, zat yang dapat digunakan misalnya alcohol, aseton, dan sebagainya. b. Penurunan ph lateks Penurunan ph terjadi karena terbentuknya asam hasil penguraian oleh bakteri. Apabila lateks ditambahkan dengan asam akan terjadi penurunan ph sampai pada titik isoelektrik sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan. Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi sehingga selubung protein yang berfungsi melindungi partikel karet akan terjadi tumbukan yang menyebabkan terjadinya koagulasi. c. Penambahan Elektrolit Penambahan larutan elektrolit yang mengandung kation berlawanan dengan partikel karet akan menurunkan potensial elektro kinetik sehingga lateks menjadi koagulasi. Kation dari logam alkali dapat juga digunakan sebagai koagulan. d. Pengaruh Enzim Enzim yang terdapat didalam lateks, terutama enzim proteolitik akan menghidrolisa ikatan peptida dari protein menjadi asam amino akibatnya partikel karet kehilangan selubung sehingga partikel karet menjadi tidak bermuatan maka lateks menjadi tidak stabil atau mengalami koagulasi (Arta Sihombing, 1 dikutip Syntia Rahutami, 9). Nanas Nanas, nenas, atau ananas (Anenas comosus (L.) Merr.) adalah sejenis tumbuhan tropis yang berasal dari Brazil, Bolivia, dan Paraguay. (Martyasari Aziya,1 dikutip di Rukmana, 199). Tabel. Komposisi Buah Nanas Mentah per 1 gram. (Vitamins) Vitamins Unit Per 1 gr Vitaminc C, Total asam mg 7, ascorbat Thiamin mg,79 Riboflavin mg,3 Niacin mg, Pantothenic acid mg,13 Vitamin B- mg,11 Folate, total mcg 1 Folate, food mcg 1 Folate, DFE mcg_dfe 1 Choline, total mg, Betaine mg,1 Vitamin A, RAE mcg_rae 3 Carotene, beta mcg 3 Vitamin A, IU IU VitaminE(alphatocopherol) mg, Vitamin K (phylloquinone) mcg,7 Sumber : USDA National Nutrient Database for Standard Reference, Release 3 (1).. METODOLOGI Bahan baku dan tak berkulit. Nanas dipotong kecil-kecil dan diblender kemudian disaring menggunakan kain, lalu hasil dari penyaringan tersebut diperas. Lalu nanas itu diukur ph-nya. Lateks segar disiapkan dalam wadah. Lateks disaring menggunakan saringan kawat. Setelah penyaringan, lataks tersebut diukur ph-nya. Setelah persiapan bahan, yaitu ekstrak nanas dan lateks, lalu bahan tersebut diletakkan dalam masing-masing beker gelas ml. Kemudian volume ekstrak nanas divariasikan dengan berbagai volume lateks, yaitu; ml, 1 ml, ml, dan ml. Begitu juga dengan lateks, divariasikan dengan berbagai volume, yaitu; ml, 1 ml, ml dan ml. Masukkan lateks dengan volume ml kedalam erlenmeyer kemudian tambahkan volume ekstrak nanas yang telah ditentukan yaitu: ml, 1 ml, ml, dan ml. Catat waktu pertama lateks menggumpal. Setelah lateks benar-benar menggumpal, pindahkan dalam wadah dengan posisi wadah mempunyai kemiringan yang tepat. Timbang berat karet yang diperoleh dengan variasi waktu, Page Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13
3 yaitu ; 1 jam, jam, 3 jam, jam, dan jam. Selanjutnya proses tersebut di atas diulang dengan variasi volume lateks 1 ml, ml, dan ml. Pada gambar terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks 1 ml dengan volume ml jam ke- adalah,39 gram. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Pengaruh Volume Ekstrak Nanas Berkulit Terhadap Berat Karet Yang Dihasilkan Gambar 1. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada Gambar 1 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml jam ke- adalah,11 gram. Berat karet yang dihasilkan Berat karet yang dihasilkan ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs 1ml ekstak ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs ml ekstak 1ml lateks vs ml ekstak 1ml lateks vs 1ml ekstak 1ml lateks vs ml ekstak 1ml lateks vs ml ekstak Gambar. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 1 ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Berat karet yang dihasilkan Gambar 3. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada gambar 3 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml jam ke- adalah,11 gram ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs 1ml ekstak ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs 1ml ekstak ml lateks vs ml ekstak ml lateks vs ml ekstak Gambar. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada Gambar terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml adalah,97 gram. Pada Gambar diatas secara keseluruhan terlihat bahwa pada jam ke-1, berat karet masih Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13 Page 1
4 besar, hal ini dikarenakan pada pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak. Pada jam ke- berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, hal imi dikarenakan air yang ada didalam molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-3 dan jam ke-, penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya sudah stabil. Pada jam ke- sudah optimum. Penyusut berat karet tiap jam dikarenakan bila suatu asam dimasukkan ke dalam sistem emulsi lateks, maka akan menyebabkan partikel partikel koloid menjadi tidak stabil sehingga menyebabkan struktur protein pada lateks akan terganggu. Pada kondisi ini semua emulgator telah pecah, karet sehingga untuk waktu pencampuran yang lebih lama jumlah karet yang dihasilkan cenderung menurun. Pada gambar keseluruhan menunjukkan berat karet paling besar diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml jam ke- adalah, gram. 3.. Pengaruh Volume Ekstrak Nanas Tidak Berkulit Terhadap Berat Karet Yang Dihasilkan ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs 1ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit Gambar. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada Gambar terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml jam ke- adalah,9 gram. Gambar. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks 1 ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada gambar terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks 1 ml dengan volume ml jam ke- adalah 1, gram ml lateks vs ml ekstak nanastak berkulit 1ml lateks vs 1ml ekstak nanas tak berkulit 1ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit 1ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs 1ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit Gambar 7. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada gambar 7 terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml jam ke- adalah,3 gram. Page Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13
5 ) ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs 1ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit ml lateks vs ml ekstak nanas tak berkulit Gambar. Waktu pencampuran terhadap berat karet pada volume lateks ml dengan volume ( ml,1ml,ml,ml) Pada gambar. terlihat bahwa berat karet yang optimun diperoleh pada volume lateks ml dengan volume ml jam ke- adalah,17 gram. Secara keseluruhan gambar diatas menunjukkan pada jam ke-1, berat karet masih besar, dikarenakan pada kondisi ini kandungan air pada lateks masih banyak. Pada jam ke- berat karet mengalami penurunan yang sangat tajam, dikarenakan air yang ada didalam molekul lateks keluar dan proses koagulasi hampir sempurna. Pada jam ke-3 dan jam ke-, penurunan berat karet tidak terlalu besar dan beratnya sudah stabil. Pada jam ke- berat karet yang dihasilkan sudah optimum. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya asam yang digunakan akan mempercepat penurunan muatan listrik molekul lateks. penurunan ph lateks terjadi pada titik isoelektrik. Protein pada lateks yang kehilangan muatan akan mengalami denaturasi sehingga selubung protein yang berfungsi melindungi partikel lateks akan terjadi tumbukan yang menyebabkan koagulasi. Pada kondisi ini ekstrak nanas tidak berkulit cukup stabil dan sesuai yang dibutuhkan sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat. Oleh karena itu partikel-partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih besar sehingga menyebabkan emulsi pecah berat karet yang dihasilkan meningkat. Sehingga diperoleh berat karet yang optimum pada volume nanas tidak berkulit ml dengan volume lateks ml adalah,17 gram Perbandingan antara dengan Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas ml Gambar 9. Perbandingan antara volume nanas berkulit ( ml) dan volume (ml) pada lateks ml 1 1 Gambar 1. Perbandingan antara volume nanas berkulit (1 ml) dan volume (1 ml) pada lateks ml Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13 Page 3
6 Gambar 11. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks ml Gambar 1. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks ml Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume ml dengan berat karet,191 gram sedangkan pada nanas tidak berkulit ml diperoleh berat karet,9 gram Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas 1 ml 1 1 Gambar 13. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks 1ml Gambar 1. Perbandingan antara volume nanas berkulit (1ml) dan volume (1ml) pada lateks 1ml Gambar. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks 1ml Page Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13
7 1 1 Gambar 1. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks 1ml Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume ml dengan berat karet,39 gram sedangkan dengan nanas tidak berkulit ml diperoleh berat karet 1, gram Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas ml 19 1, 1 17, 17 1, 1, 1, 1 Gambar 17. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateksml Gambar 1. Perbandingan antara volume nanas berkulit (1ml) dan volume (1ml) pada lateksml 3 1 Gambar 19. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateksml Gambar. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks ml Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13 Page
8 Perbedaan berat karet yang signifikan terlihat pada volume ml dengan berat karet,11 gram sedangkan nanas tidak berkulit diperoleh berat karet, gram Perbandingan antara berat karet yang dihasilkan dengan volume ekstrak nanas ml Gambar 1. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks ml Gambar. Perbandingan antara volume nanas berkulit (1ml) dan volume (1ml) pada lateks ml Gambar 3. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks ml Gambar. Perbandingan antara volume nanas berkulit (ml) dan volume (ml) pada lateks ml Perbedaan berat karet signifikan terlihat pada volume ml dengan berat karet, gram sedangkan nanas tidak berkulit diperoleh berat karet,17 gram. Gambar secara keseluruhan menunjukkan pada berat karet yang diperoleh dengan mengunakan ekstrak lebih berat dibandingkan dengan mengunakan ekstrak nanas tidak berkulit. Perbedaan berat paling besar dapat dilihat pada volume ekstrak ml. Hal ini dikarenakan semakin besar volume asam yang dimasukkan kedalam lateks akan menghasilkan berat karet yang semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak asam akan mempercepat proses penurunan ph lateks ke titik isoelektrik (ph,7) yang menyebabkan pecahnya emulsi lateks. Page Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13
9 Pada waktu terjadinya pemecahan emulsi lateks, ada dua gaya yang mempengaruhi proses pemecahan emulsi lateks tersebut yaitu gaya tarik menarik yang dikenal dengan gaya Van Der Walls, dimana gaya ini menyebabkan partikel partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap. Kemudian gaya tolak menolak yang disebabkan oleh pertumpangtindihan lapisan ganda elektrik yang bermuatan sama. Semakin lama waktu koagulasi dilakukan maka akan semakin baik proses koagulasi berjalan. Pada kondisi ini ekstrak cukup stabil dan sesuai yang dibutuhkan sehingga interaksi antara air dengan asam meningkat. Oleh karena itu partikel-partikel terdispersi akan lebih mudah bergabung untuk membentuk agregat yang lebih besar sehingga menyebabkan emulsi pecah berat karet yang dihasilkan meningkat. Berat karet yang diperoleh meningkat bersamaan dengan semakin besarnya volume ekstrak nanas yang digunakan. Hal ini dikarenakan adanya ekstrak nanas yang bergabung dengan lateks sehingga menambah berat karet yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat pada volume ekstrak ml dengan volume lateks ml dapat diperoleh berat karet sebesar, gram 3. Hubungan antara waktu penggumpalan pertama dengan volume ekstrak nanas. Waktu Penggumpalan Pertama (detik) volume lateks ml volume lateks 1 ml volume lateks ml volume lateks ml 1 Volume ekstrak (ml) Gambar. Hubungan waktu penggumpalan pertama pada volume lateks (ml, 1ml, ml, ml) terhadap volume ekstrak (ml, 1ml, ml, ml) Waktu penggumpalan pertama (detik) 1 volume lateks ml volume lateks 1 ml volume lateks ml volume lateks ml 1 volume lateks (ml) Gambar. Hubungan waktu penggumpalan pertama pada volume lateks (ml, 1ml, ml, ml) terhadap volume ekstrak nanas tidak berkulit (ml, 1ml, ml, ml) Dari gambar diatas secara keseluruhan terlihat bahwa terjadi peningkatan waktu penggumpalan pertama berbanding lurus dengan semakin banyaknya volume ekstrak nanas yang diberikan. Sehingga waktu penggumpalan pertama paling cepat adalah 97 detik yang ditunjukkan pada volume ekstrak ml dengan volume lateks ml.waktu penggumpalan pertama yang meningkat bersamaan dengan bertambahnya volume ekstrak nanas, dikarenakan pada kondisi awal atau jam ke- kandungan air pada koagulan masih banyak. Kondisi ini menyebabkan proses koagulasi lateks menjadi terhambat, sehinggga butuh waktu hingga jam ke - agar koagulasi menjadi stabil. Hal dikarenakan semakin lama waktu pencampuran maka struktur protein pada lateks akan terganggu yang menyebabkan pecahnya emulsi lateks dan mengeluarkan molekul air. Pada kondisi ini akan dihasilkan berat karet cenderung menurun bersamaan dengan semakin banyaknya molekul air yang keluar. Penggumpalan lateks dapat disebabkan oleh penurunan ph. Ekstrak nanas dapat menggumpalkan lateks dikarenakan adanya kandungan asam askorbat maka lateks akan mengalami penurunan ph sampai titik isolistrik (ph,7). Hal ini akan menyebabkan protein lateks (lapisan pelindungan) kehilangan muatan atau menjadi netral sehingga tidak terdapat lagi daya tolak partikel yang selanjutnya mengakibatkan terjadinya pengumpalan. Protein tersusun atas asam-asam amino yang Karet alam yang dihasilkan dengan penambahan ekstrak nanas memiliki kadar Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13 Page 7
10 nitrogen yang bervariasi, tergantung dari aktivitas enzim dan adanya bahan pengawet yang ditambahkan. Menurut Johnsons dan Peterson (19), cara efisien untuk hidrolisis protein dengan menggunakan enzim protease. Kerja enzim proptease sebagai katalis hidrolisis protein digantikan oleh enzim bromelin yang ada pada ekstrak nanas. Pada proses hirdrolisis protein akan mengalami pemutusan ikatan peptida, hal ini akan menyebabkan terjadi denaturasi protein.. Penurunan kadar nitrogen pada penggunaan ekstrak lebih besar dari pada ekstrak. Hal ini dikarenakan komposisi enzim bromelin lebih besar pada ekstrak, sehingga reaksi hidrolisis protein lebih efisien. Pada kondisi ini denaturasi protein lateks akan semakin cepat dan mengakibatkan semakin banyaknya kandungan air yang keluar dari partikel lateks.. KESIMPULAN 1) Asam askorbat yang terdapat pada ekstrak nanas dapat digunakan sebagai penggumpal lateks. ) Semakin besar volume ekstrak nanas berkulit dan tidak berkulit maka semakin besar berat karet. 3) Variasi waktu mempengaruhi berat akhir karet yang diperoleh. Dimana semakin lama waktu koagulasi, maka semakin menurun berat karet yang diperoleh. ) Kandungan asam askorbat pada ekstrak sebesar,1% sedangkan pada ekstrak sebesar,7%. ) Koagulan ekstrak menghasilkan karet yang lebih berat dari pada ekstrak pada variasi volume lateks (ml, 1ml, ml, ml). ) Waktu penggumpalan pertama yang paling cepat adalah 97 detik pada ekstrak nanas berkulit ml dengan lateks ml. DAFTAR PUSTAKA Aziya, Martyasari, 1. Pemakaian Resin Deulite A-7 untuk Dekolorisasi pada Clarified Pineaplle Juice Concentrate (CPC). Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor. Muis, Yugia,. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik Tahu sebagai Pengumpal Lateks. Mipa Kimia Universitas Sumatera Utara. Rahutami, Syntia, 9. Koagulasi Lateks dengan menggunakan ekstrak Jeruk Nipis. Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Sihombing, Arta dan Ahmad Fauzi, 1. Koagulasi Lateks dengan menggunakan ekstrak gadung. Teknik Kimia Universitas Sriwijaya. Solichin, M dan A. Anwar,. Deorub K Pembeku Lateks dan Pencegah Bau Busuk Karet. Pusat Penelitian Karet Sembawa. USDA National Nutrient Database for Standard Reference Home Page, ndb.nal.usda.gov (akses pada 31 Mei 11) Page Jurnal Teknik Kimia No., Vol. 19, April 13
KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS)
KOAGULASI LATEKS DENGAN EKSTRAK GADUNG (DIOSCOREA HISPIDA DENNTS) Farida Ali, Arta Sihombing, dan Ahmad Fauzi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Abstrak Lateks adalah cairan berwarna
Lebih terperinciPengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis])
Jurnal Agro Industri Perkebunan Pengaruh Dosis Serum Lateks terhadap Koagulasi Lateks (Hevea brasiliensis) (The Effect of Dose Latex Serum to Latex Coagulation [Hevea brasiliensis]) Maryanti 1)* dan Rachmad
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks adalah cairan koloid yang berwarna putih susu yang diperoleh dari pohon karet (Havea Brasiliensis) dengan partikel-partikel karet terdispersi air. Lateks dikenal
Lebih terperinciPENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN)
PENGGUNAAN EKSTRAK BUAH RAMBUTAN SEBAGAI PENGGUMPAL LATEKS PASCA PANEN (STUDI PENGARUH VOLUME,WAKTU DAN PH PENCAMPURAN) Farida Ali, Merry Helina, Yulia Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciPEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS
PEMANFAATAN SARI MENGKUDU SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL LATEKS Rizka Hardiyanty, Ade Heri Suheri, Farida Ali * Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET
PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI KAYU KARET DAN KULIT KAYU KARET Farida Ali*, Wulan Novi Astuti, Nahdia Chairani *) Dosen Jurusan Teknik Kimia Universitas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Cangkang Kelapa Sawit Kelapa Sawit (Elleis Guinensis) merupakan salah satu sumber minyak nabati yang penting di Indonesia. Kelapa minyak sawit mengandung kurang lebih 80% pericarp
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
30 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Alat dan Bahan 3.1.1. Alat Adapun alat alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Beaker glass 250 ml Blender Cawan platina Gelas ukur 200 ml Gunting Kertas saring
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tanaman kelapa (Cocos nucifera L) sering disebut tanaman kehidupan karena bermanfaat bagi kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK PERCOBAAN H-3 SOL LIOFIL Nama : Winda Amelia NIM : 90516008 Kelompok : 02 Tanggal Praktikum : 11 Oktober 2017 Tanggal Pengumpulan : 18 Oktober 2017 Asisten : LABORATORIUM
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR
PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Karakterisasi Bahan Baku Karet Crepe
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakterisasi Bahan Baku 4.1.2 Karet Crepe Lateks kebun yang digunakan berasal dari kebun percobaan Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Ciomas-Bogor. Lateks kebun merupakan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran,(6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciPENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR
PENGARUH VOLUME KOAGULAN, WAKTU KONTAK DAN TEMPERATUR PADA KOAGULASI LATEKS DARI ASAM GELUGUR Farida Ali*, Euniwati Situmeang, Vinsensia O *Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl.
Lebih terperinciPengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob
Pengendapan Timbal Balik Sol Hidrofob I. TUJUAN PERCOBAAN Menentukan konsentrasi relatif sol hidrofob Fe 2 O 3 dan As 2 O 3 pada saat terjadi pengendapan timbal balik sempurna. II. TEORI DASAR Sol adalah
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI
85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS
Prosiding Seminar Nasional Kulit, Karet dan Plastik Ke-5 ISSN : 2477-3298 PENGARUH WAKTU TERHADAP KESTABILAN INTENSITAS BERKAS CAHAYA PADA LATEKS Januar Arif Fatkhurrahman 1 dan Ikha Rasti Julia Sari 1
Lebih terperinciUJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI
UJI KADAR PROTEIN DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI REBUS YANG DILUNAKKAN DENGAN SARI BUAH NANAS (Ananas comosus) NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: DIAN WIJAYANTI A 420 100 074 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dilakukan determinasi tanaman.
49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Determinasi Tanaman Bahan baku utama dalam pembuatan VC pada penelitian ini adalah buah kelapa tua dan buah nanas muda. Untuk mengetahui bahan baku
Lebih terperinciPETANI DI BABEL MASIH MENGGUNAKAN TAWAS SEBAGAI KOAGULAN LATEKS
Anjloknya harga karet Indonesia akhir-akhir ini berkaitan erat dengan kualitas bokar (bahan olah karet) yang diproduksi oleh petani, dimana dalam pengolahan bokar-nya masih banyak petani karet yang mempergunakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia modern saat ini banyak peralatan peralatan yang menggunakan bahan yang sifatnya elastis tidak mudah pecah bila jatuh dari suatu tempat. Peningkatan
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperincikimia KTSP & K-13 KOLOID K e l a s A. Sistem Dispersi dan Koloid Tujuan Pembelajaran
KTSP & K-13 kimia K e l a s XI KOLOID Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi koloid serta perbedaannya dengan larutan dan suspensi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia,yang termasuk keluarga kacang-kacangan dari famili Papilionaceae. Kacang turi adalah salah satu jenis kacang-kacangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi hasil pertanian yang keberadaannya sangat penting dan dibutuhkan di Indonesia. Tanaman karet sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan makanan pada umumnya sangat sensitif dan mudah mengalami penurunan kualitas karena faktor lingkungan, kimia, biokimia, dan mikrobiologi. Penurunan kualitas bahan
Lebih terperinci4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi enzim fibrinolitik Cacing tanah P. excavatus merupakan jenis cacing tanah yang agresif dan tahan akan kondisi pemeliharaan yang ekstrim. Pemeliharaan P. excavatus dilakukan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Susu Kambing Susu segar menurut Dewan Standardisasi Nasional (1998) dalam Standar Nasional Indonesia nomor 01-3141-1998 didefinisikan sebagai cairan yang berasal dari ambing ternak
Lebih terperinciPENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT
PENGARUH PENGGUNAAN NANAS DAN UMBI POHON GADUNG SEBAGAI KOAGULAN TERHADAP KUALITAS BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT Praharnata, Joko Sulistyo, Hesti Wijayanti*) Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciKAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH
Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis)
Serambi Saintia, Vol. IV, No. 2, Oktober 2016 ISSN : 2337-9952 26 PENGARUH PENAMBAHAN NATRIUM KARBONAT SEBAGAI ANTIKOAGULAN LATEKS (Havea bracileansis) Ratu Fazlia Inda Rahmayani 1, Abdul Mujala 2 Fakultas
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. s n. Pengujian Fitokimia Biji Kelor dan Biji. Kelor Berkulit
8 s n i1 n 1 x x i 2 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit s RSD (%) 100% x Pengujian Fitokimia Kelor dan Kelor Berkulit Pengujian Alkaloid Satu gram contoh dimasukkan ke dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejumlah kecil bagian bukan karet, seperti lemak, glikolipid, fosfolid, protein,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lateks alam adalah subtansi yang diperoleh dari getah karet (Hevea Brasilliensis). Lateks alam tersusun dari hidrokarbon dan mengandung sejumlah kecil bagian bukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Turi (Sesbania grandiflora) merupakan tanaman asli Indonesia, yang termasuk kedalam jenis kacang-kacangan. Kacang turi merupakan jenis kacang-kacangan dari pohon turi
Lebih terperinciBab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
Bab IV asil Penelitian dan Pembahasan IV.1 Isolasi Kitin dari Limbah Udang Sampel limbah udang kering diproses dalam beberapa tahap yaitu penghilangan protein, penghilangan mineral, dan deasetilasi untuk
Lebih terperinciKOLOID. 26 April 2013 Linda Windia Sundarti
KOLOID 26 April 2013 Koloid merupakan suatu bentuk campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi, yang dilihat secara makroskopis tampak bersifat homogen namun secara mikroskopis tampak
Lebih terperinciPENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN
Vol 10, No.1, 06: 26 PENGUJIAN STABILITAS ENZIM BROMELIN YANG DIISOLASI DARI BONGGOL NANAS SERTA IMOBILISASI MENGGUNAKAN KAPPA KARAGENAN Firman Sebayang Departemen Kimia FMIPA Universitas Sumatera Utara
Lebih terperincimerupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh pembangun, dan zat pengatur dalam tubuh (Diana, 2009). Protein sangat penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Protein merupakan zat yang sangat penting bagi setiap organisme serta merupakan komponen terbesar dari semua sel hidup. Protein dalam tubuh berfungsi sebagai sumber
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia.
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara produsen karet alam terbesar dunia. Khususnya Indonesia kontribusi sebesar 26 persen dan total produksi karet alam dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciPENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5
PENJABARAN RENCANA KEGIATAN PEMBELAJARAN MINGGUAN Mingguke-5 Teknologi Pengawetan dan Produk Susu Cair (Lanjutan). Pengaruh Pasteurisasi (pemanasan) terhadap sifat fisik dan kimia susu Pemanasan dapat
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) Banyumas 53171
PEMERINTAH KABUPATEN BANYUMAS DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI PATIKRAJA Jalan Adipura 3 Patikraja Telp (0281) 6844576 Banyumas 53171 ULANGAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011 Mata Pelajaran : Kimia
Lebih terperinciPembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami
Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa, dan (7) Waktu
Lebih terperinciPENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS
M-2 PENGARUH BEBERAPA JENIS BAHAN PENGGUMPAL LATEKS DAN HUBUNGANNYA DENGAN SUSUT BOBOT, KADAR KARET KERING DAN PLASTISITAS Mili Purbaya 1), Tuti Indah Sari 2), Chessa Ayu Saputri 2), Mutia Tama Fajriaty
Lebih terperinciLAMPIRAN. Lampiran 1. Data Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia, Tahun Tahun Ekspor Impor
LAMPIRAN Lampiran 1. Data Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor dan Impor Anggrek Indonesia, Tahun 2006 2010 Tahun Ekspor Impor Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$) 2006 362 705 1 232 199 309
Lebih terperinciPENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat,
PENDAHULUAN 1. Tujuan Percobaan 1.1 Menguji daya hantar listrik berbagai macam larutan. 1.2 Mengetahui dan mengidentifikasi larutan elektrolit kuat, elektrolit lemah, dan non elektrolit. 2. Dasar teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
18 BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Air bersih merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang diperoleh dari berbagai sumber, tergantung pada kondisi daerah setempat. Kondisi sumber air pada setiap
Lebih terperinciputri Anjarsari, S.Si., M.Pd
NATA putri Anjarsari, S.Si., M.Pd putri_anjarsari@uny.ac.id Nata adalah kumpulan sel bakteri (selulosa) yang mempunyai tekstur kenyal, putih, menyerupai gel dan terapung pada bagian permukaan cairan (nata
Lebih terperinciAnalisa Protein. Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc.
Analisa Protein Adelya Desi Kurniawati, STP., MP., M.Sc. Tujuan Pembelajaran Mahasiswa mampu memahami prinsip dasar berbagai metode analisa protein Mahasiswa mampu memilih metode yang tepat untuk mengukur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat beragam dan tergolong ke dalam jenis buah tropis seperti rambutan, nanas,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buah-buahan merupakan salah satu produk pertanian unggulan yang banyak dihasilkan di Indonesia sebagai negara agraris. Jenis buah yang dihasilkan sangat beragam dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan enzim protease, yaitu pada produksi keju. tinggi sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi pada tubuh manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, pemanfaatan enzim protease dalam berbagai industri semakin meningkat. Beberapa industri yang memanfaatkan enzim protease diantaranya industri
Lebih terperinciSkala ph dan Penggunaan Indikator
Skala ph dan Penggunaan Indikator NAMA : ENDRI BAMBANG SUPRAJA MANURUNG NIM : 4113111011 KELAS PRODI : DIK A : PENDIDIKAN JURUSAN : MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Onggok Sebelum Pretreatment Onggok yang digunakan dalam penelitian ini, didapatkan langsung dari pabrik tepung tapioka di daerah Tanah Baru, kota Bogor. Onggok
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Indonesia merupakan produsen karet nomor dua terbesar di dunia dengan produksi sebesar 2,55 juta ton pada tahun 2007 setelah Thailand (2,97 juta ton).
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tampilan dan teksturnya mirip dengan tahu yang berwarna putih bersih
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dangke adalah sebutan keju dari daerah Enrekang, Sulawesi selatan. Merupakan makanan tradisional yang rasanya mirip dengan keju, namun tampilan dan teksturnya mirip
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Optimasi pembuatan mikrokapsul alginat kosong sebagai uji pendahuluan Mikrokapsul memberikan hasil yang optimum pada kondisi percobaan dengan
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL
LAPORAN KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI LIMBAH ALUMUNIUM FOIL KELOMPOK : 3 NAMA NIM APRIANSYAH 06111010020 FERI SETIAWAN 06111010018 ZULKANDRI 06111010019 AMALIAH AGUSTINA 06111010021 BERLY DWIKARYANI
Lebih terperinciPEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS
PEMANFAATAN BIJI TURI SEBAGAI PENGGANTI KEDELAI DALAM BAHAN BAKU PEMBUATAN KECAP SECARA HIDROLISIS DENGAN MENGGUNAKAN EKSTRAK PEPAYA DAN NANAS NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: VANDA FIKOERITRINA WIDYA PRIMERIKA
Lebih terperinciKISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID. Prediksi Andre jika filtrasi dikenakan cahaya
Lampiran B.1 KISI-KISI TES KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISTEM KOLOID Tujuan Siswa mampu menganalisis sifat efek Tyndall melalui latihan prediksi 1 Andre melakukan percobaan
Lebih terperinciPROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH
Laboratorium Teknologi Bioproses Semester IV 2013/2014 LAPORAN PRAKTIKUM PROSES PRODUKSI ALKOHOL MELALUI FERMENTASI BUAH Pembimbing : Dr. Pirman Kelompok : I Tgl. Praktikum : 21 Mei 2013 Nama : Muh. Rezki
Lebih terperinciPENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI. Salmyah *) ABSTRAK
PENGGUNAAN IE KULOH SIRA SEBAGAI BAHAN PENGGUMPAL DAN PENGENDAP SUSU KEDELAI Salmyah *) ABSTRAK Ie kuloh sira merupakan larutan yang diperoleh dari limbah industri garam rakyat. Ie kuloh sira dapat dipakai
Lebih terperinciPEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT. Abstrak
PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAGULANT Eli Yulita (1), (2), (2) Balai Riset dan Standardisasi Industri Palembang (1) Fakultas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet (Hevea brasiliensis M.) merupakan salah satu komoditi penting dan terbesar di Indonesia. Lampung adalah salah satu sentra perkebunan karet di Indonesia. Luas areal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. penyamakan kulit dengan menggunakan Spektrofotometer UV-VIS Mini
43 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Proses elektrokoagulasi terhadap sampel air limbah penyamakan kulit dilakukan dengan bertahap, yaitu pengukuran treatment pada sampel air limbah penyamakan kulit dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman tanaman terutama hasil pertanian dan rempah-rempah. Hal ini didukung oleh keadaan geografis
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN
PENGARUH PENAMBAHAN BITTERN PADA LIMBAH CAIR DARI PROSES PENCUCIAN INDUSTRI PENGOLAHAN IKAN ABSTRACT Dian Yanuarita P 1, Shofiyya Julaika 2, Abdul Malik 3, Jose Londa Goa 4 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waktu sekitar sehari semalam. Dalam SII Nomor , brem padat. dalam pembuatan brem padat adalah ketan putih.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Brem Padat merupakan salah satu makanan khas daerah Madiun. Brem padat terbuat dari sari ketan yang dimasak dan dikeringkan, yang merupakan hasil dari fermentasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan masyarakat terhadap pangan asal hewan terus meningkat sejalan dengan pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran masyarakat
Lebih terperinciPemanfaatan Sari Buah Ceremai (Phyllanthus Acidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks
Pemanfaatan Sari Buah Ceremai (Phyllanthus Acidus) Sebagai Alternatif Koagulan Lateks Selpiana *, Aprila Ulfa, Mona Maryam * JurusanTeknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl. Raya Palembang
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Lama Perendaman Daging Ayam Kampung Dalam Larutan Ekstrak Nanas Terhadap ph Hasil penelitian pengaruh perendaman daging ayam kampung dalam larutan ekstrak nanas dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan devisa Indonesia. Pada dasarnya karet berasal dari alam yaitu dari getah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet alam terbesar di dunia. Awal mulanya karet hanya ada di Amerika Selatan, namun sekarang sudah berhasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Lateks karet alam didapat dari pohon Hevea Brasiliensis yang berasal dari famili Euphorbia ceae ditemukan dikawasan tropikal Amazon, Amerika Selatan. Lateks karet
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. juga produksi kayu yang tinggi. Penelitian untuk menghasilkan klon-klon karet
TINJAUAN PUSTAKA Klon Tanaman Karet PB 260 dan IRR 118 Klon unggul merupakan salah satu komponen teknologi terpenting yang secara langsung berperan dalam meningkatkan potensi hasil tanaman. Sejalan dengan
Lebih terperinciPOTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET
JURNAL TEKNOLOGI & INDUSTRI Vol. 3 No. 1; Juni 2014 ISSN 2087-6920 POTENSI BIJI KARET (HAVEA BRASILIENSIS) SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN SABUN CUCI TANGAN PENGHILANG BAU KARET *FATIMAH 1, SUSI SUSANTI 1, AULIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Protease dari Penicillium sp. Enzim merupakan suatu protein yang memiliki aktivitas biokimia sebagai katalis suatu reaksi. Enzim sangat
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3)
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, (7)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai tahun 2004, produksi karet alam Indonesia 1,905 juta ton, masih menempati nomor 2 setelah Thailand sebesar 2,848 juta ton dari produksi karet alam dunia 8,307
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM DISUSUN OLEH FITRI RAMADHIANI KELOMPOK 4 1. DITA KHOERUNNISA 2. DINI WULANDARI 3. AISAH 4. AHMAD YANDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
Lebih terperinciUJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI
UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Strata S-1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciMn 2+ + O 2 + H 2 O ====> MnO2 + 2 H + tak larut
Pengolahan Aerasi Aerasi adalah salah satu pengolahan air dengan cara penambahan oksigen kedalam air. Penambahan oksigen dilakukan sebagai salah satu usaha pengambilan zat pencemar yang tergantung di dalam
Lebih terperinciLAPORAN KIMIA FISIK KI-3141
LAPORAN KIMIA FISIK KI3141 Percobaan H1 PENGENDAPAN SOL HIDROFOB OLEH ELEKTROLIT Percobaan H2 PENGENDAPAN TIMBAL BALIK SOL HIDROFOB Nama : Nisrina Rizkia NIM : 10510002 Kelompok :1 Tanggal Percobaan :
Lebih terperinciBuku Saku. Sistem Koloid. Nungki Shahna Ashari
Buku Saku 1 Sistem Koloid Nungki Shahna Ashari 2 Daftar Isi Pengertian koloid... 3 Pengelompokan koloid... 4 Sifat-sifat koloid... 5 Pembuatan koloid... 12 Kegunaan koloid... 13 3 A Pengertian & Pengelompokan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Ekstrak Buah Tomat (Solanum lycopersicum L.) Ekstark buah tomat memiliki organoleptis dengan warna kuning kecoklatan, bau khas tomat, rasa manis agak asam, dan bentuk
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PEMBUATAN CAT BESI DARI GETAH KARET MENGGUNAKAN PELARUT SOLAR DAN CPO DENGAN WARNA ALAMI DARI EKSTRAK PANDAN
LAPORAN AKHIR PEMBUATAN CAT BESI DARI GETAH KARET MENGGUNAKAN PELARUT SOLAR DAN CPO DENGAN WARNA ALAMI DARI EKSTRAK PANDAN Diajukan Sebagai Persyaratan untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Jurusan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium
24 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Percobaan yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penggunaan amonium sulfat dalam menghasilkan enzim bromelin dan aplikasinya sebagai koagulan pada produksi keju. 3.1
Lebih terperinciPEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT
Jurnal Dinamika Penelitian Industri Vol. 22 No. 1 Tahun 2011 Hal. 35-40 PEMANFAATAN ASAP CAIR SERBUK KAYU SEBAGAI KOAGULAN BOKAR THE UTILIZATION OF LIQUID SMOKE FROM SAWDUST AS BOKAR COAQULANT Eli Yulita
Lebih terperinciFAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR
No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 7 BAB IX SISTEM KOLOID Koloid adalah campuran yang keadaannya terletak antara larutan dan suspensi. Perbandingan sifat larutan, koloid dan suspensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kulit jadi merupakan kulit hewan yang disamak (diawetkan) atau kulit bebas bulu dan urat di bawah kulit. Pekerjaan penyamakan kulit mempergunakan air dalam jumlah
Lebih terperinciApa itu Darah? Plasma Vs. serum
Anda pasti sudah sering mendengar istilah plasma dan serum, ketika sedang melakukan tes darah. Kedua cairan mungkin tampak membingungkan, karena mereka sangat mirip dan memiliki penampilan yang sama, yaitu,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Air Air adalah: zat organik yang terdiri dari 1 atom oksigen dengan 2 atomhidrogen berikatan dengan sebuah atom oksigen melalui ikatan kovalen tersebut, sebesar 11,02
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar. Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Perubahan Protein Kasar Hasil penelitian pengaruh penambahan asam propionat dan formiat dengan berbagai perlakuan, terhadap perubahan kandungan protein
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. BAHAN 1. Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah santan segar. Sedangkan sumber papain diambil dari perasan daun pepaya yang mengandung getah pepaya dan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).
0.45 µm, ph meter HM-20S, spektrofotometer serapan atom (AAS) Analytic Jena Nova 300, spektrofotometer DR 2000 Hach, SEM-EDS EVO 50, oven, neraca analitik, corong, pompa vakum, dan peralatan kaca yang
Lebih terperinciZat makanan yang ada dalam susu
Zat makanan yang ada dalam susu Zat makanan yang ada dalam susu berada dalam tiga bentuk yaitu 1.larutan sejati (karbohidrat, garam anorganik dan vitamin) 2.larutan koloidal (protein dan enzim) 3.emulsi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen, dimana uji coba dilakukan dengan membuat proporsi antara ekstrak kulit nanas muda dan masak
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan
7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pupuk Organik Cair Pupuk adalah bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk menyediakan sebagian unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman. Peran pupuk sangat dibutuhkan oleh tanaman
Lebih terperinci