Kata Pengantar. Mataram, November (Kelompok Tutorial VI) Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Pengantar. Mataram, November (Kelompok Tutorial VI) Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 1"

Transkripsi

1 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial pada skenario 3 yang berjudul Reward and Punishment Di dalam laporan ini, kami membahas mengenai apa saja bagian dari otak yang berhubungan dengan reward dan punishment serta bagaimana reward dan punishment dapat mempegaruhi pola perilaku, sifat dan motivasi seseorang. Demikian laporan ini kami susun dengan harapan semoga dapat bermanfaat bagi mahasiswa kedokteran untuk memotivasi diri. Terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu untuk menyelesaikan laporan ini.masukan dan kritikan sangat kami harapkan untuk menyempurnakan laporan-laporan selanjutnya. Mataram, November 2012 (Kelompok Tutorial VI) Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 1

2 DAFTAR ISI Kata Pengantar...1 Daftar Isi...2 I. Pendahuluan 1.1 Skenario 3 Blok Mind Map Learning Objective.5 II. Pembahasan.6 Kesimpulan 23 Daftar Pusaka 24 Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 2

3 BAB I PENDAHULUAN Skenario 3 Blok VIII Reward and Punishment Segala sesuatu yang dilakukan seseorang hampir selalu berkaitan dengan reward dan punishment. Reward dan punishment berperan penting dalam pembentukan perilaku anak. Begitu juga dengan motivasi belajar mereka. Coba perhatikan beberapa video tentang pemberian reward dan punishment di sekolah berikut ini. Menurut anda bagaimanakah pengaruh reward dan punishment terhadap pembentukan perilaku dan juga motivasi belajar anak. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 3

4 Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 4

5 Learning Objective : 1. Hubungan reward dan punishment dengan memori 2. Mekanisme reward dan punishment dapat saling menginhibisi 3. Hubungan pusat punishment ke zona periventrikular untuk menyebabklan marah 4. Jenis-jenis memori 5. Perubahan dari short term memori sampai menjadi long term memori 6. Neocortex Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 5

6 BAB II PEMBAHASAN II.1 Anatomi Reward dan Punishment Pusat Ganjaran ( Reward ) Pusat-pusat ganjaran utama terletak disepanjang rangkaian berkas bagian medial otak depan, khususnya pada nuclei lateral dan nuclei ventromedial hipotalamus. Pusat ganjaran yang kurang peka terdapat pada septum, amigdala, beberapa area tertentu dalam thalamus dan ganglia basalis, dan meluas ke bawah ke bagian tegmentum basal dari mesensefalon (Guyton, 2008). Terdapat 4 jalur besar dopaminergik di otak, yaitu: 1. jalur mesolimbik berkas dari serat dopaminergik dihubungkan dengan sirkuit reward. Jalur ini berawal dari ventral tegmental area dan menginervasi beberapa struktur sistem limbic, termasuk nucleus accumbens. Jalur mesolimbik penting dalam pembentukan memori dan motivasi seseorang. 2. Jalur mesokortikal juga berawal dari ventral tegmental area, tetapi diproyeksikan menuju kortex frontal dan struktur disekitarnya. Beberapa bukti mengindikasikan Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 6

7 bahwa malfungsi dari jalur ini diperkirakan sebagai penyebab timbulnya gejala schizophrenia, seperti halusinasi dan gengguan berfikir. 3. Jalur nigrostriatal memproyeksikan akson dari substansia nigra menuju striatum (nucleus kaudatus dan putamen), yang juga berperan dalam mengontrol gerakan motorik. Degenerasi neuron pada jalur ini dihubungkan dengan keadaan bergetar dan kekakuan otot yang merupakan symptom dari penyakit Parkinson. 4. Jalur tuberoinfundibular, yang menghubungkan hipotalamus dengan kelenjar pituitary, dimana ia mempengaruhi sekresi hormone seperti prolaktin. Pusat Hukuman ( Punishment) Area yang paling poten bagi rasa terhukum adalah di area kelabu sentral di sekeliling akuaduktus Sylvius dalam mesensefalon dan yang menyebar ke atas ke zona periventrikular hipotalamus dan thalamus. Area ras terhukum yang tidak begitu kuat ditemukan di beberapa lokasi amigdala dan hipokampus. Rasa terhukum dan rasa takut dapat terjadi mendahului rasa senang dan rasa ganjaran (Guyton, 2008). Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 7

8 Perangsangan pada area ini menyebabkan hewan tersebut menunjukkan gejalagejala tidak senang, takut, panik, rasa sakit, rasa terhukum, dan bahkan penyakit. Jaras reward dan punishment berawal dari impuls yang diterima oleh organ indera yang selajutnya akan dilanjutkan ke korteks serebri yang sesuai kecuali untuk indera penghidu yang tidak melewati korteks serebri. Dari korteks serebri, impuls dibawa ke area asosiasi korteks serebri yang lalu akan dibawa ke area Wernick dan selanjutnya dibawa ke area prefrontal. Impuls dari area prefrontal selanjutnya dibawa ke korteks entorhinal yang berperan dalam memori. Dari korteks entorhinal impuls dibawa ke dua tujuan yaitu amigdala dan gyrus dentatus yang berada pada lobus temporalis. Impuls yang berasal dari gyrus dentatus dilanjutkan ke hipokampus lalu ke area ventral tegmental yang lalu dibawa ke nucleus accumbens dan septum dengan bantuan dopamine. Jalur yang dilewati impuls dari hipokampus hingga mencapai nucleus accumbens dan septum merupakan jalur untuk Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 8

9 ganjaran atau reward. Dari hipokampus dilanjutkan ke subiculum lalu ke corpus mamillary dan dibawa ke medulla oblongata dan thalamus yang merupakan pusat hukuman atau punishment. II.2 Peran Reward Dan Punishment Terhadap Perilaku Pusat ganjaran Utamanya yang ternyata terletak di sepanjang rangkaian berkas bagian medial otak depan, khususnya pada nuklei lateral dan nuclei ventromedial hipotalamus. Anehnya nuclei lateral ini juga terlibat dalam area ganjaran, malahan, merupakan yang paling poten dari seluruhnya, karena bila era ini diberi rangsangan yang lebih kuat timbul rasa marah. Namun, keadaan ini memang berlaku untuk sebagian besar area, yang bila diberi rangsangan lebih lemah dapat menimbulkan rasa ganjaran dan bila diberi rangsangan lebih kuat akan timbul rasa hukuman. Pusat ganjaran yang kurang peka, yang mungkin merupakan pusat kedua dalam hipotalamus, dapat dijumpai pada septum, amygdale, beberapa area tertentu dalam thalamus dan ganglia basalis, dan meluas ke bawah ke bagian tegmentum basal dari mesensefalon. Pusat hukuman Ditemukan area yang paling poten bagi rasa terhukum dan kecendrungan untuk menghindar, yaitu terdapat pada area kelabu sentral disekeliling aquaduktus sylvius dalam mesensefalon dan menyebar ke atas ke zona periventrikular hipotalamus dan thalamus. Area rasa terhukum yang tak begitu kuat ditemukan di beberapa lokasi amygdale dan hippocampus. Sangatlah menarik terutama bahwa perangsangan pada pusat rasa tethukum ini seringkali dapat menghambat pusat-pusat ganjaran dan pusat rasa senang secara sempurna, yang menunjukkan bahwa rasa terhukum dan rasa takut dapat terjadi mendahului rasa senang dari rasa ganjaran. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 9

10 Perangsangan pada area ini menyebabkan hewan tersebut menunjukkan gejala-gejala tidak senang, takut, panic, rasa sakit, rasa terhukum, dan bahkan penyakit. Rasa marah hubungannya dengan pusat rasa terhukum Pola marah (rage pattern) merupakan suatu pola emosi yang melibatkan pusat rasa terhukum pada hipotalamus dan struktur limbic lain, pola ini juga mempunyai cirri-ciri tersendiri yang dapat diibaratkan sebagai berikut. Perangsangan yang kuat pada pusat rasa terhukum di otak, khusunya pada zona periventrikular hipotalamus dan hipotalamus lateral, menyebabkan hewan: (1) membangun sikap mempertahankan diri, (2) mengeluarkan cakarnya (3) mengangkat ekor, (4) mendesis, (5) meludah, (6) menggeram, dan (7) mendirikan bulu-bulu tubuh, membuka matanya lebar-lebar, dan melebarkan pupil. Selanjutnya, gangguan yang paling ringan saja sudah dapat menyebabkan hewan itu ingin menyerang dengan luas. Perilaku ini hamper selalu timbul pada hewan yang dihukum dengan begitu kejamnya, dan merupakan pola perilaku yang disebut rasa marah. Untungnya, pada hewan normal, phenomena rasa marah ini terutama dicegah oleh adanya sinya inhibisi dari nuclei ventromedial hipotalamus. Selain itu, bagian hippocampus dan kortex limbic anterior terutama pada gyrus cinguli anterior dan gyrus subcalosum membantu menekan phenomena rasa marah ini. o Makna Rasa Ganjaran dan Rasa Terhukum pada Prilaku Hampir segala sesuatu yang kita lakukan berkaitan dengan rasa ganjaran dan rasa terhukum. Bila melakukan tindakan yang ternya mendapat ganjaran, kita akan meneruskan tindakan tersebut, namun bila ternyata menyebabkan kita terhukum, kita akan menghentikan tindakan tersebut. Oleh karena itu, tak perlu lagi pusat rasa ganjaran dan pusat rasa terhukum merupaka suatu hal terpenting pada seluruh alat pengatur aktivitas tubuh, hasrat, rasa enggan, dan motivasi kita. Penelitian terhadap hewan telah menujukkan bahwa semua pengalaman sensorik yang menimbulkan rasa ganjaran dan rasa terhukum hamper tidak dapat diingat sama sekali. Rekaman listrik dari otak memperlihatkan bahwa stimulus sensorik yang baru saja dirasakan hampi selalu merangsang beragam area pada korteks serebri. Namun, bila pengalaman sensorik tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum, pengulangan stimulus yang terus-menerus cenderung memadamkan seluruh Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 10

11 resepon kortikal serebri. Yaitu, hewan tersebut menjadi terhabituasi terhadap stimulus sensorik spesifik tersebut, dan selanjutnya mengabaikannya. Bila stimulus ternyata menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum bukan sikap acuh tak acuh, dengan rangsangan berulang-ulang, respon kortikal serebri justru menjadi semakin kuat, dan respon itu dikatakan mengalami penguatan. Jadi, pada hewan itu lalu timbul jejak ingatan yang kuat terhadap sensasi ganjaran atau sensasi terhukum, namun, sebaliknya, membentuk rasa terbiasa terhadap berbagai stimulus sensorik. Jelaslah bahwa pusat-pusat rasa ganjaran dan rasa terhukum di system limbic sangat berperan untuk menyaring informasi-informasi yang kita pelajari, biasanya menyingkirakan lebih dari 99 persen dan memilih kurang dari 1 persen untuk disimpan. II.3 Perilaku a. Pengertian Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir, bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit). Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup (Soekidjo Notoatmodjo, 1987:1). Menurut Ensiklopedi Amerika, perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya, hal ini berarti bahwa perilaku baru akan terwujud bila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Robert Y. Kwick (1972) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. b. Tipe Perilaku Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 11

12 Pada dasarnya bentuk perilaku dapat diamati, melalui sikap dan tindakan, namun demikian tidak berarti bahwa bentuk perilaku itu hanya dapat dilihat dari sikap dan tindakannya saja, perilaku dapat pula bersifat potensial, yakni dalam bentuk pengetahuan, motivasi dan persepsi. Bloom (1956), membedakannya menjadi 3 macam bentuk perilaku, yakni Coqnitive, Affective dan Psikomotor. Ahli lain menyebut Pengetahuan, Sikap dan Tindakan, Sedangkan Ki Hajar Dewantara, menyebutnya Cipta, Rasa, Karsa atau Peri akal, Peri rasa, Peri tindakan. c. Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan perilaku Proses pembentukan perilaku dipengaruhi oleh beberapa faktor yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri, faktor-faktor tersebut antara lain : 1. Persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sebagainya. 2. Motivasi. Motivasi diartikan sebagai dorongan untuk bertindak untuk mencapai sutau tujuan tertentu, hasil dari pada dorongan dan gerakan ini diwujudkan dalam bentuk perilaku 3. Emosi. Perilaku juga dapat timbul karena emosi, Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi berhubungan erat dengan keadaan jasmani, sedangkan keadaan jasmani merupakan hasil keturunan (bawaan), Manusia dalam mencapai kedewasaan semua aspek yang berhubungan dengan keturunan dan emosi akan berkembang sesuai dengan hukum perkembangan, oleh karena itu perilaku yang timbul karena emosi merupakan perilaku bawaan. 4. Belajar. Belajar diartikan sebagai suatu pembentukan perilaku dihasilkan dari praktek-praktek dalam lingkungan kehidupan. Barelson (1964) mengatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan perilaku yang dihasilkan dari perilaku terdahulu. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 12

13 II.4 Kaitan Antara Motivasi dengan Hukuman dan Ganjaran Hampir segala sesuatu yang yang kita lakukan berkaitan dengan rasa ganjaran dan rasa terhukum. Bila melakukan tindakan yang ternyata mendapat ganjaran, kita akan meneruskan tindakan tersebut, namun bila ternyata menyebabkan kita terhukum, kita akan mengehentikan tindakan tersebut.oleh karena itu pusat rasa ganjaran dan pusat rasa terhukum merupakan salah satu hal penting merupakan salah satu hal terpenting pada seluruh alat pengatur tubuh, hasrat, rassa enggan dan motivasi kita. Motivasi merupakan hal yang penting untuk mendapatkan tujuan dimana melibatkan penentuan tujuan yang menjadi dasar nilai prediksi (hukuman dan ganjaran), mengawali perilaku yang dibutuhkan untuk mendapatkan tujuan, dan mempertahankan tindakan yang dilakukan agar tujuan tercapai. Beberapa peneliti mengajukan eksistensi dari dua sistem motivasional yaitu sistem motivasi pendekatan (motivasi yang berorientasi pada hasil yang diinginkan) dan sistem motivasi penghindaran (motivasi yang berorientasi pada hasil yang dibenci). Motivasi pendekatan dan penghindaran dianggap sebagai sistem yang sensitive pada stimulus positif maupun negative(elliot & Thrash, 2002). Berdasarkan teori sistem ini dianggap memberi pengaruh pada pemrosesan emosional dari stimulus ganjaran atau hukuman. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa korteks prefrontal dorsolateral dan area di sekelilingnya terlibat dalam integrasi motivasi dan pemrosesan fungsi eksekutif (e.g., Lee & Wang, 2009; Spielberg, Miller, etal., 2011). Sebagai contoh, peneliti telah menunjukkan bahwa terjadi peningkatan aktivasi area tersebut saat terjadi peningkatan kebutuhan memori kerja dan level ganjaran. Korteks area prefrontal dorsolatreral aktif hanya pada saat manipulasi ganjaran digunakan sedangkan pada daerah bilateral korteks prefrontal dorsolateral aktif saat terdapat manipulasi baik ganjaran maupun hukuman. Penelitian lainnya mengidentifikasi bahwa region korteks anterior cingulata memiliki hubungan yang kuat dengan korteks prefrontal dorsolateral yang diaktifkan oleh manipulasi ganjaran yang menunjukkan bahwa region ini menyediakan informasi motivasional berdasarkan pengaruhnya ke korteks prefrontal dorsolateral. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 13

14 II.5 Pembentukan Memori Secara fisiologis, ingatan tersimpan dalam otak dengan mengubah sensitivitas dasar penjalaran sinaptik diantara neuron-neuron sebagai akibat aktivitas neural sebelumnya. Jaras yang baru atau yang terfasilitasi disebut jejak ingatan (memory traces). Jaras-jaras ini penting, karena bila menetap/ada, akan diaktifkan secara selektif oleh benak pikiran untuk menimbulkan kembali ingatan yang ada. Ingatan adalah penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk dapat diingat kembali kemudian Ingatan positif dan negative Walaupun kita sering berpendapat bahwa ingatan adalah hasil dari pengumpulan kembali pikiran-pikiran atau pengalaman-pengalaman sebelumnya yang bersifat positif, tetapi tetap ada kemungkinan yang sama besar untuk ingatan negative. Otak memiliki kapasitas untuk belajar mengenali informasi yang tidak memberi akibat sebagai hasil dari inhibisi jaras sinaptik, ssehingga menimbulkan efek yang disebut habituasi. Pada indera hal tersebut merupan tipe ingatan negative. Sebaliknya untuk jenis-jenis informasi masuk dan menyebabkan akibat yang penting, seperti rasa nyeri atau rasa senang, otak memiliki kemampuan otomatis yang berbeda dalam hal penguatan dan penyimpanan jejak ingatan. Ingatan positif adalah hasil dari fasilitasi jaras-jaras sinaptik, dan prosesnya disebut sensitisasi ingatan. Daerah khusus pada region limbic basal otak mampu menentukan apakah suatu informasi bersifat penting atau tidak penting, dan membuat keputusan secara tidak sadar apakah informasi ini akan disimpan sebagai jejak ingatan yang di sensitisasi atau justru ditekannya. Klasifikasi ingatan: Berdasarkan jenis informasi yang disimpannya : a. Ingatan deklaratif Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 14

15 Pada dasarnya berarti ingatan terhadap beragam detil mengenai suatu pikiran terintegrasi, seperti ingatan suatu pengalaman penting yang meliputi (1)ingatan akan keadaan sekeliling, (2)ingatan akan hubuhngan waktu, (3)ingatan akan penyebab pengalaman tersebut, (4)ingatan akan makna pengalaman tersebut, dan (5)ingatan akan kesimpulan seseorang yang tertinggal pada pikiran seseorang. b. Ingatan keterampilan Seringkali dihubungkan dengan aktivitas motorik tubuh seseorang seperti keterampilan yang terbentuk untuk memukul bola tenis, termasuk ingatan otomatis pada: (1)pandangan ke bola, (2)menghitung hubungan dan kecepatan bola ke raket, dan (3) mengambil kesimpulan secara cepat pergerakan tubuh, lengan, dan raket yang dibutuhkan untuk memukul bola se3perti yang diinginkan. Berdasarkan lama waktu penyimpanan a. Ingatan jangka pendek Yaitu ingatan yang berlansung beberapa detik atau paling lama beberapa menit kecuali jika ingatan tersebtu menjadi ingatan jangka panjang. Kemungkinan penjelasan mengenai ingatan jangka pendek ini adalah fasilitasi (inhibisi presinaptik). Hal ini terjadi pada sinaps-sinaps yang terletak pada fibril-fibril saraf terminal segera sebelum fibril-fibril tersebut bersinaps dengan neuron berikutnya. Bahan-bahan kimiawi neurotransmitter yang disekresikan pada terminal seperti itu seringkali menyebabkan fasilitasi atau inhibisi yang berlansung selama beberapa detik samapi menit.lintasan seperti ini menimbulkan ingatan jangka pendek. Berbagai eksperimen cerdik pada sifut laut, Aplysia telah membuktikan bahwa ingatan jangka pendek memiliki 2 bentuk: - Habituasi (pembiasaan): penurunan responsivitas terhadap presentasi berulang suatu stimulus indiferen-yaitu ransangan yang tidak menghasilkan penghargaan. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 15

16 Mekanisme: Pada habituasi penutupan saluran Ca 2+ mengurangi masuknya Ca 2+ kedalam terminal prasinaps yang menyebabkan penurunan pelepasan neurotransmitter. Akibatnya, potensial pascasinaps berkurang dibandingkan dengan normal sehingga terjadi penurunan atau hilangnya respon perilaku yang dikontrol oleh neuron efferent pascasinaps. karena itu ingatan untuk habituasi pada aplysia disimpan dalam bentuk modifikasi saluran Ca 2+ spesifik. Tanpa latihan lebih lanjut, penurunan responsivitas ini bertahan beberapa jam. - Sensitisasi (pemekaan): peningkatan responsivitas terhadap ransangan ringan setelah ransangan kuat. Mekanisme: Sensitisasi pada aplysia juga melibatkan modifikasi saluran, tetapi dengan mekanisme dan saluran yang berbeda. Berbeda dari apa yang terjadi pada habituasi, masuknya Ca 2+ kedalam terminal presinaps meningkat pada sensitisasi. Sensitisasi tidak memiliki efek secara lansung pada saluran Ca 2+ prasinaps, namun secara tidak lansung meningkatkan pemasukan Ca 2+ melalui fasilitasi prasinaps (cara untuk meningkatkan efektivitas sinaps) b. Ingatan jangka menengah Yaitu ingatan yang berlansung beberapa hari sampai beberapa minggu tetapi kemudian menghilang. Ingatan ini kadang-kadang akan hilang, kecuali jika jejak ingatan memperoleh aktivasi secukupnya sehingga menjadi lebih permanen klasifikasi jangka panjang. Percobaan pada hewan primitive telah menunjukkan bahwa ingatan jenis jangka menengah ini dapat merupakan hasil dari perubahan fisik atau kimiawi yang bersifat sementara, atau keduanya, baik pada terminal sinaps presinaptik/postsinaptik, perubahan ini menetap selama bermenit-menit sampai beberapa minggu. Mekanisme: Pada tingkat molekuler, walaupun penyebabnya tidak seluruhnya diketahui, efek habituasi pada terminal sensorik terjadi akibat penutupan secara progresif kanal-kanal kalsium melalui membrane terminal. Meskipun demikian, Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 16

17 penutupan kanal kalsium tersebut tidak sepenuhnya dimengerti, ion kalsium dapat berdifusi kedalam terminal terhabituasi ini lebiih sedikit daripada jumlah normal, dan akan semakin sedikit transmitter sensoris terminal yang dilepaskan karena pemasukan ion kalsium merupakan stimulus utama bagi pelepasan transmitter. Jadi, dengan cara yang sangat tidak lansung efek asosiasi terminal fasilitator yang teransang pada saat bersamaan dengan teransangnya terminal sensorik menyebabkan peningkatan sensitivitas peransangan yang lama pada terminal sensorik, dan hal itu menimbulkan jejak ingatan. c. Ingatan jangka panjang Yaitu ingatan yang sekali disimpan, dapat diingat kembali selama bertahuntahun kemudian atau bahkan seumur hidup. Sementara ingatan jangka pendek berkaitan dengan penguatan transien sinaps sinaps yang sudah ada, ingatan jangka panjang memerlukan pengaktifan gengen spesifik yang mengontrol sintesis protein yang dibutuhkan untuk perubahan structural atau funsional jangka panjang disinaps-sinaps spesifik. Suatu protein regulatorik positif, CREB adalah tombol molekuler yang mengaktifkan (menyalakan) gen-gen yang penting dalam penyimpanan ingatan jangka panjang. Perubahan struktur fisik yang terjadi di sinaps-sinaps selama terbentuknya ingatan jangka panjang: 1. Peningkatan tempat-tempat pelepasan vesikel untuk menyekresikan bahanbahan transmitter. 2. Peningkatan jumlah vesikel-vesikel transmitter yang dilepaskan. 3. Peningkatan jumlah terminal presinaptik. 4. Perubahan pada struktur spina dendritik yang membolehkan terjadinya transmisi sinyal yang lebih kuat.. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 17

18 Jadi, dalam beberapa hal yang berbeda, kemampuan structural dari sinapssinaps untuk menjalarkan sinyal tampaknya menjadi meningkat selama adanya jejak ingatan jangka panjang yang sebenarnya. II.6 Hubungan Rasa Ganjaran atau Rasa Terhukum pada Proses Belajar dan Ingatan Penelitian terhadap hewan telah menunjukkan bahwa semua pengalaman sensorik yang menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum hampir tidak dapat diingat sama sekali. Rekaman listrik dari otak memeperlihatkan bahwa stimulis sensorik yang baru saja dirasakan hampir selalu merangsang beragam area pada korteks serebri. Namun, bila pengalaman sensorik tidak menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum, pengulangan stimulus yang terus-menerus cenderung memadamkan seluruh respons kortikal serebri. Yaitu hewan tersebut menjadi terhabituasi terhadap stimulus sensorik spesifik tersebut, dan selanjutnya mengabaikannya. Bila stimulus ternyata menimbulkan rasa ganjaran atau rasa terhukum bukan sikap acuh tak acuh, dengan rangsangan berulan-ulang, respon kortikal serebri justru semakin kuat, dan respon itu dikatakan mengalami penguatan. Jadi, pada hewan itu lalu timbul jejak ingatan yang kuat terhadap sensasi ganjaran atau sensasi terhukum, namun sebaliknya membentuk rasa terbiasa terhadap berbagai stimulus sensorik. Jelaslah bahwa pusat-pusat rasa ganjaran dan terhukum di sistem limbik sangat berperan untuk menyaring informasi-informasi yang kita pelajari, biasanya menyingkirkan lebih dari 99% dan memilih kurang dari 1% untuk disimpan. II.7 Neurotransmitter Pada Sistem Saraf Pusat Neurotransmiter Lokasi/Fungsi Implikasinya pada penyakit Jiwa Kolinergik: Sistem saraf otonom simpatis dan Meningkatkan Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 18

19 Asetil kolin Monoamin Norepinefrin Dopamin Serotonin Histamin Asam amino GABA (gamma Amino butyric acid Glisin Glutamat dan aspartat Neuropeptida Endorfin dan enkefalin Substansi P Somatostatin parasimpatis, terminal saraf presinapsis parasimpatik, terminal postsinapsis Sistem saraf pusat : korteks serebral hipokampus, struktur limbik, basal ganglia Fungsi : tidur, bangun persepsi nyeri, pergerakan memori Sistem syaraf otonom terminal saraf post sinapsis simpatis Sistem saraf pusat: talamus, sistem limbik, hipokampus, serebelum, korteks serebri Fungsi pernafasan, pikiran, persepsi, daya penggerak, fungsi kardiovaskuler, tidur dan bangun Frontal korteks, sistem limbik, basal ganglia, talamus, hipofisis posterior, medula spinalis Fungsi: pergerakan dan koordinasi, emosional, penilaian, pelepasan prolaktin Hipotalamus, talamus, sistem limbik, korteks serebral, serebelum, medula spinalis Fungsi : tidur, bangun, libido, nafsu makan, perasaan, agresi persepsi nyeri, koordinasi dan penilaian Hipotalamus Hipotalamus, hipocampus, korteks, serebelum, basal ganglia, medula spinalis, retina derajat depresi Menurunkan derajat penyakit alzeimer, korea hutington, penyakit parkinson. Menurunkan derajat depresi Meningkatkan derajat mania, keadaan kecemasan, skizofrenia. Menurunkan derajat penyakit parkinson dan depresi Meningkatkan derajat mania dan skizofrenia Menurunkan derajat depresi Meningkatkan derajat kecemasan Menurunkan derajat depresi Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 19

20 Fungsi kemunduran aktivitas tubuh Medula spinalis, batang otak Fungsi: menghambat motor neuron berulang Sel-sel piramid/kerucut dari korteks, serebelum dan sistem sensori aferen primer, hipocampus, talamus, hipotalamus, medula spinalis Fungsi: menilai informasi sensori, mengatur berbagai motor dan reflek spinal Hipotalamus, talamus, struktur limbik dan batang otak, enkedalin juga ditemukan pada traktus gastrointestinal Fungsi modulasi (mengatur) nyeri dan mengurangi peristaltik (enkefalin) Hipotalamus struktur limbik otak tengah, batang otak, talamus, basal ganglia, dan medula spinalis, juga ditemukan pada traktus gastrointestinal dan kelenjar saliva Fungsi: pengaturan nyeri Korteks serebral, hipokampus, talamus, basal ganglia, batang otak, medula spinalis Fungsi: menghambat pelepasan norepinefrin, merangsang pelepasan serotonin, dopamin dan asetil kolin Menurunkan derajat korea huntington, gangguan ansietas, skizofrenia, dan berbagai jenis epilepsi Derajat toksik/keracunan glycine encephalopaty Menurunkan tingkat derajat yang berhubungan dengan gerakan motor spastik Modulasi aktivitas dopamin oleh opiod peptida dapat menumpukkan berbagai ikatan terhadap gejala skizofrenia Menurunkan derajat korea hutington Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 20

21 Menurunkan derajat penyakit alzeimer Meningkatkan derajat korea hutington Fungsi Dopamin sebagai neururotransmiter kerja cepat disekresikan oleh neuronneuron yang berasal dari substansia nigra, neuron-neuron ini terutama berakhir pada regio striata ganglia basalis. Pengaruh dopamin biasanya sebagai inhibisi.(guyton). Dopamin bersifat inhibisi pada beberapa area tapi juga eksitasi pada beberapa area. Sistem norepinefrin yang bersifat eksitasi menyebar ke setiap area otak, sementara serotonin dan dopamin terutama ke regio ganglia basalis dan sistem serotonin ke struktur garis tengah (midline).(guyton) Serotonin disekresikan oleh nukleus yang berasal dari rafe medial batang otak dan berproyeksi disebahagian besar daerah otak, khususnya yang menuju radiks dorsalis medula spinalis dan menuju hipotalamus. Serotonin bekerja sebagai bahan penghambat jaras rasa sakit dalam medula spinalis, dan kerjanya di daerah sistem syaraf yang lebih tinggi diduga untuk membantu pengaturan kehendak seseorang, bahkan mungkin juga menyebabkan tidur Serotonin berasal dari dekarboksilasi triptofan, merupakan vasokontriksi kuat dan perangsang kontraksi otak polos. Produksi serotonin sangat meningkat pada karsinoid ganas penyakit yang ditandai sel-sel tumor penghasil serotonin yang tersebar luas didalam jaringan argentafin rongga abdomen Sistem respons fisiologik pada stress akut dan kronik, terdapat respon fight and flight dimana berperan hormon epinefrin, norepinefrin dan dopamin, respon terhadap ancaman meliputi penyesuaian perpaduan banyak proses kompleks dalam organ-organ vital seperti otak, sistem kardiovaskular, otot, hati dan terlihat sedikit pada organ kulit, gastrointestinal dan jaringan limfoid. Sistem norepinefrn dan sistem serotonin normalnya menimbulkan dorongan bagi sistem limbik untuk meningkatkan perasaan seseorang terhadap rasa nyaman, menciptakan rasa bahagia, rasa puas, nafsu makan yang baik, Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 21

22 dorongan seksual yang sesuai, dan keseimbangan psikomotor, tapi bila terlalu banyak akan menyebabkan serangan mania. Yang mendukung konsep ini adalah kenyataan bahwa pusat-pusat reward dan punishment di otak pada hipotalamus dan daerah sekitarnya menerima sejumlah besar ujung-ujung saraf dari sistem norepinefrin dan serotonin Pada pasien penyakit jiwa seperti skizofrenia terdapat berbagai keadaan yang diyakini disebabkan oleh salah satu atau lebih dari tiga kemungkinan berikut: (1) terjadi hambatan terhadap sinyal-sinyal saraf di berbagai area pada lobus prefrontalis atau disfungsi pada pengolahan sinyal-sinyal; (2) perangsangan yang berlebihan terhadap sekelompok neuron yang mensekresi dopamin dipusat-pusat perilaku otak, termasuk di lobus frontalis, dan atau; (3) abnormalitas fungsi dari bagian-bagian penting pada pusat-pusat sistem pengatur tingkah laku limbik di sekeliling hipokampus otak Dopamin telah diduga kemungkinan penyebab skizofrenia secara tidak langsung karena banyak pasien parkison yang mengalami gejala skizofrenia ketika diobati dengan obat yang disebut L-DOPA. Obat ini melepaskan dopamin dalam otak, yang sangat bermanfaat dalam mengobati parkinson, tetapi dalam waktu bersaman obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang berkaitan dengan lainnya. Telah diduga bahwa pada skizofrenia terjadi kelebihan dopamin yang disekresikan oleh sekelompok neuron yang mensekresikan dopamin yang badan selnya terletak tegmentum ventral dari mesensefalon, disebelah medial dan anterior dari sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior dan sebagian lobus frefrontalis ini semua pusat-pusat pengatur tingkah laku yang sangat kuat. Suatu alasan yang sangat kuat. Suatu alasan yang lebih meyakinkan untuk mempercayai skizofrenia mungkin disebabkan produksi dopamin yang berlebihan ialah bahwa obat-obat yang bersifat efektif mengobati skizofrenia seperti klorpromazin, haloperidol, dan tiotiksen semuanya menurunkan sekresi dopamin pada ujung-ujung syaraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada neuron yang selanjutnya. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 22

23 KESIMPULAN Adanya input sensorik yang diperoleh dari lingkungan akan memberikan isi emosi yang dapat merangsang salah satu sirkuit yang ada di otak, apakah reward sirkuit atau punishment sirkuit.minat adalah suatu dorongan keinginan terhadap sesuatu hal yang dirasa menarik dan mengeksitasi reward sirkuit. Eksitasi salah satu sirkuit ini akan memberikan input berupa suatu perilaku. Perilaku ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan. Jadi minat ini terbentuk bisa secara alami, yaitu memang sudah ada di dalam diri ataupun minat yang didapat yaitu berupa pengaruh lingkungan yang sampai akhirnya menimbulkan ketertarikan terhadap suatu hal. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 23

24 DAFTAR PUSTAKA Guyton & Hall Buku Ajar Fisiologi. Ed. 11. Jakarta: EGC. Maramis, Willy F, dkk. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya : Airlangga University Press Saladin, K.S., Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function 4th ed., New York: McGraw Hill Science/Engineering/Math. Seeley, S.T. 2004,. Anatomy and Physiology. Sixth Edition. McGraw-Hill: NewYork. Sherwood, L Fisiologi manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. Spielberg M. Jeffrey, et al. (2012). Trait motivation moderates neural activation associated with goal pursuit. Philadelphia: Psychonomic Society, Inc. Kelompok 6 Skenario 3 Blok 8 Page 24

Anesty Claresta

Anesty Claresta Anesty Claresta 102011223 Skenario Seorang perempuan berusia 55 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan berdebar sejak seminggu yang lalu. Keluhan berdebar ini terjadi ketika ia mengingat suaminya yang

Lebih terperinci

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf

BAB II. Struktur dan Fungsi Syaraf BAB II Struktur dan Fungsi Syaraf A. SISTEM SARAF Unit terkecil dari system saraf adalah neuron. Neuron terdiri dari dendrit dan badan sel sebagai penerima pesan, dilanjutkan oleh bagian yang berbentuk

Lebih terperinci

A. MEKANISME KOORDINASI DAN PENGENDALIAN

A. MEKANISME KOORDINASI DAN PENGENDALIAN BAB III Mekanisme Koordinasi dan Pengendalian Sistem Saraf A. MEKANISME KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PADA SEL SARAF Otak manusia mengatur dan mengkordinir, gerakan, perilaku dan fungsi tubuh, homeostasis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cara pandang dan emosi seseorang yang lebih mengarah kepada hal-hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah cara pandang dan emosi seseorang yang lebih mengarah kepada hal-hal yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Berpikir Positif 1. Definisi Berpikir Positif Menurut Elfiky, 2008 (dalam Dwitantyanov dan Sawitri, 2010) berpikir positif adalah cara pandang dan emosi seseorang yang lebih

Lebih terperinci

NEUROTRANSMITTER. Kurnia Eka Wijayanti

NEUROTRANSMITTER. Kurnia Eka Wijayanti NEUROTRANSMITTER Kurnia Eka Wijayanti Neurotransmitter Merupakan senyawa pengantar impuls dari sebuah saraf ke target organ Dilepaskan dari ujung axon dan masuk ke celah sinaps Jenis neurotransmitter Klas

Lebih terperinci

Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam

Fungsi Utama dari Serotonin (5HT) adalah dalam pengaturan tidur, persepsi nyeri, mengatur status mood dan temperatur tubuh serta berperan dalam Neurotransmiter Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disintesis didalam neuron dan berfungsi untuk meneruskan informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain dalam sel saraf. Sifat neurotransmiter

Lebih terperinci

menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan

menerima 20 % curah jantung dan memerlukan 20% pemakaian oksigen tubuh dan OTAK MANUSIA, NEUROTRANSMITER, DAN STRESS BY: dr. Liza (140.366.660) Dinkes Kab. Cirebon Otak manusia mempunyai berat 2% dari berat badan orang dewasa (3 pon), menerima 20 % curah jantung dan memerlukan

Lebih terperinci

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain

BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF. Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain BAB II PENJALARAN IMPULS SARAF 2.1 Ganglia basalis dan subthalamik nukleus Ganglia basalis merupakan bagian dari otak yang memiliki peranan penting antara lain dalam menghasilkan gerakan motorik terutama

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka

DAFTAR ISI. Definisi Traktus Spinotalamikus Anterior Traktus Spinotalamikus Lateral Daftar Pustaka DAFTAR ISI Definisi 2 Traktus Spinotalamikus Anterior 2 Traktus Spinotalamikus Lateral 4 Daftar Pustaka 8 1 A. Definisi Traktus Spinotalamikus adalah traktus yang menghubungkan antara reseptor tekanan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-hari tidak lepas dari kegiatan belajar, mengingat dan mengenal sesuatu. Belajar merupakan proses mendapatkan informasi yang memungkinkan

Lebih terperinci

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI

1.1PENGERTIAN NYERI 1.2 MEKANISME NYERI 1.1PENGERTIAN NYERI Nyeri merupakan sensasi yang terlokalisasi berupa ketidaknyamanan, kesedihan dan penderitaan yang dihasilkan oleh stimulasi pada akhiran saraf tertentu. Nyeri terjadi sebagai mekanisme

Lebih terperinci

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi

ANATOMI OTAK. BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi ANATOMI OTAK BIOPSIKOLOGI Unita Werdi Rahajeng, M.Psi www.unita.lecture.ub.ac.id Bagian Otak 1. Otak Bagian Belakang (hindbrain) 2. Otak Bagian Tengah (midbrain) 3. Otak Bagian Depan (forebrain) Hindbrain

Lebih terperinci

ANATOMI GANGLIA BASALIS

ANATOMI GANGLIA BASALIS ANATOMI GANGLIA BASALIS Basal Ganglia terdiri dari striatum (nukleus kaudatus dan putamen), globus palidus (eksterna dan interna), substansia nigra dan nukleus sub-thalamik. Nukleus pedunkulopontin tidak

Lebih terperinci

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal

Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Sistem syaraf otonom (ANS) merupakan divisi motorik dari PNS yang mengontrol aktivitas viseral, yang bertujuan mempertahankan homeostatis internal Perbandingan antara Sistem syaraf Somatik dan Otonom Sistem

Lebih terperinci

Sistem Syaraf dan Neuron

Sistem Syaraf dan Neuron Modul ke: Sistem Syaraf dan Neuron Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Macam-macam Neuron Neuron sensorik (afferent): berfungsi menerima rangsang

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA Bio Psikologi Modul ke: Konduksi Neural / Sinapsis: 1. Konsep sinapsis 2. Peristiwa kimiawi pada sinapsis 3. Obat-obatan dan sinapsis Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi Psikologi Konsep

Lebih terperinci

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur

Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur Sistem Saraf Otonom dan Fungsi Luhur Struktur Sistem Saraf Otonom Mengatur perilaku otomatis dari tubuh. Terbagi menjadi dua subsistem: Sistem saraf simpatetik. Sistem saraf parasimpatetik Sistem saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupan sehari-harinya tidak terlepas dari proses belajar, mengingat dan mengenal sesuatu. Semua proses tersebut akan berjalan dengan baik apabila melibatkan

Lebih terperinci

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes

Formatio Reticularis & Sistem Limbik. Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis & Sistem Limbik Oleh Prof dr Ahmad Effendi AAI dr Sufitni M.Kes Formatio Reticularis Jaring yang membentang sepanjang sumbu susunan saraf pusat dari medulla spinalis sampai cerebrum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Waktu reaksi adalah waktu yang diperlukan seseorang untuk menjawab sesuatu rangsangan secara sadar dan terkendali, dihitung mulai saat rangsangan diberikan sampai dengan

Lebih terperinci

A. Bagian-Bagian Otak

A. Bagian-Bagian Otak A. Bagian-Bagian Otak 1. Cerebrum (Otak Besar) Cerebrum adalah bagian terbesar dari otak manusia yang juga disebut dengan nama Cerebral Cortex, Forebrain atau Otak Depan. Cerebrum merupakan bagian otak

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia perkuliahan seringkali mahasiswa-mahasiswi mengalami stres saat mengerjakan banyak tugas dan memenuhi berbagai tuntutan. Terbukti dengan prevalensi

Lebih terperinci

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf

Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Dasar-dasar Farmakoterapi Sistem Saraf Pendahuluan Dasarnya : neurofarmakologi studi ttg obat yang berpengaruh terhadap jaringan saraf Ruang lingkup obat-obat SSP: analgetik, sedatif, antikonvulsan, antidepresan,

Lebih terperinci

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB

FUNGSI LUHUR. Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR Oleh : dr. Euis Heryati Mata Kuliah: ANATOMI OTAK; Pertemuan ke 9&10; Jurusan PLB FUNGSI LUHUR FUNGSI YANG MEMUNGKINKAN MANUSIA DAPAT MEMENUHI KEBUTUHAN JASMANI DAN ROHANI SESUAI DENGAN NILAI

Lebih terperinci

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Bio Psikologi. Firman Alamsyah, MA. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Bio Psikologi Modul ke: Fakultas Psikologi SISTEM SENSORI MOTOR 1. Tiga Prinsip Fungsi Sensorimotor 2. Korteks Asosiasi Sensorimotor 3. Korteks Motorik Sekunder 4. Korteks Motorik Primer 5. Serebelum dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memori disimpan di otak dengan mengubah sensitivitas dasar transmisi hipnotis antar neuron sebagai akibat dari aktivitas neuron sebelumnya. Jaras terbaru atau yang

Lebih terperinci

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) Bio Psikologi Modul ke: PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON) 1. Penemuan Transmisi Kimiawi pada Sinapsis 2. Urutan Peristiwa Kimiawi pada Sinaps 3. Hormon Fakultas Psikologi Firman Alamsyah, MA Program Studi

Lebih terperinci

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI

SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI SISTEM SARAF SEL SARAF MENURUT BENTUK DAN FUNGSI 1. SEL SARAF SENSORIK. 2. SEL SARAF MOTORIK. 3. SEL SARAF INTERMEDIET/ASOSIASI. Sel Saraf Sensorik Menghantarkan impuls (pesan) dari reseptor ke sistem

Lebih terperinci

Gambaran Umum Sistem Saraf Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output

Gambaran Umum Sistem Saraf Sistem saraf mempunyai tiga fungsi yang saling tumpang-tindih, yaitu input sensoris, integrasi, dan output SISTEM SARAF Gambar SEM kesepadanan antara sebuah sel saraf (neuron) dan mikroprossesor (chip) - 1 cm kubik otak > 50 juta sel saraf - sistem saraf dan sistem endokrin bekerjasama dan berinteraksi dalam

Lebih terperinci

Sering Lupa. Alitha Rachma Oktavia. Kelompok B-5. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Pendahuluan

Sering Lupa. Alitha Rachma Oktavia. Kelompok B-5. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Pendahuluan Sering Lupa Alitha Rachma Oktavia 102010278 Kelompok B-5 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana 2012 Pendahuluan Sistem saraf adalah salah satu dari dua sistem kontrol pada tubuh, yang lain

Lebih terperinci

Jaras Desenden oleh Evan Regar,

Jaras Desenden oleh Evan Regar, Jaras Desenden oleh Evan Regar, 0906508024 Pendahuluan Telah diketahui bahwa terdapat serabut saraf yang terletak di substansia alba medulla spinalis mengandung dua arah pembawaan informasi, yakni arah

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Akhir dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling luhur memiliki daya ingat (memori) untuk menunjang kehidupannya. Memori membantu manusia dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses belajar memerlukan proses memori (daya ingat), yang terdiri dari tiga tahap ; yaitu mendapatkan informasi (learning), menyimpannya (retention), dan mengingat

Lebih terperinci

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar.

Fungsi. Sistem saraf sebagai sistem koordinasi mempunyai 3 (tiga) fungsi utama yaitu: Pusat pengendali tanggapan, Alat komunikasi dengan dunia luar. Pengertian Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan aktivitas tubuh kita seperti berjalan, menggerakkan tangan, mengunyah makanan dan lainnya. Sistem Saraf tersusun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas motorik atau pergerakan yang normal sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari (Miller, 2011). Gerak adalah suatu proses

Lebih terperinci

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus

DIENCEPHALON. Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga. Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus DIENCEPHALON Letak: antara telencephalon dan midbrain, dan mengelilingi ventrikel ketiga Dua struktur utama: Thalamus Hipothalamus THALAMUS Thalamos = ruangan di dalam Letaknya di bagian dorsal diencephalon

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Memori serta Kaitan dengan Lemahnya Daya Ingat. Dessy Christina Noelik.

Tinjauan Pustaka. Memori serta Kaitan dengan Lemahnya Daya Ingat. Dessy Christina Noelik. Tinjauan Pustaka Memori serta Kaitan dengan Lemahnya Daya Ingat Dessy Christina Noelik dessy.noelik@yahoo.com Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No 6, JakartaTelp. (021)

Lebih terperinci

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF

biologi SET 17 SISTEM SARAF DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL A. PEMBAGIAN SUSUNAN SARAF 17 MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN ADVANCE AND TOP LEVEL biologi SET 17 SISTEM SARAF Segala aktivitas tubuh manusia dikoordinasi oleh sistem saraf dan sistem hormon (endokrin). Sistem saraf bekerja atas

Lebih terperinci

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF

DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF DASAR-DASAR SISTEM SYARAF DAN JARINGAN SYARAF Sistem syaraf bertanggung jawab dalam mempertahankan homeostasis tubuh (kesetimbangan tubuh, lingkungan internal tubuh stabil) Fungsi utamanya adalah untuk:

Lebih terperinci

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif

OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif Sistem Syaraf Pusat OTAK Otak berperan dalam gerakan sadar, interpretasi dan integrasi sensasi, kesadaran dan fungsi kognitif BAGIAN DAN ORGANISASI OTAK Otak orang dewasa dibagi menjadi: Hemisfere serebral

Lebih terperinci

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

TUGAS 3 SISTEM PORTAL TUGAS 3 SISTEM PORTAL Fasilitator : Drg. Agnes Frethernety, M.Biomed Nama : Ni Made Yogaswari NIM : FAA 113 032 Kelompok : III Modul Ginjal dan Cairan Tubuh Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN Kode dan nama mata kuliah : PG 422 (3 sks) Topik bahasan : Psikodiagnostik III Wawancara Tujuan pembelajaran umum : Mahasiswa memahami orientasi perkuliahan (membahas tentang silabus, peraturan kelas,

Lebih terperinci

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus

Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Reflex adalah rangkaian gerakan yang dilakukan secara cepat, involunter dan tidak direncanakan sebagai respon terhadap suatu stimulus Merupakan fungsi integratif Lengkung reflex (reflex arc) adalah jalur

Lebih terperinci

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni :

suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1. Hakekat Perilaku 1. Pengertian Perilaku suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi 2, yakni : 1) dalam bentuk pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit)

Lebih terperinci

SISTEM SARAF MANUSIA

SISTEM SARAF MANUSIA SISTEM SARAF MANUSIA skema sistem saraf manusia m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti m e li p u ti SEL SARAF Struktur sel saraf neuron: Badan sel, Dendrit Akson Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Media Sosial a. Pengertian Media Sosial Media sosial adalah sebuah sarana yang dibuat untuk memudahkan interaksi sosial dan komunikasi dua arah. Dengan semua

Lebih terperinci

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual

Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Komang Shary K., NPM 1206238633 Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia LTM Pemicu 1 Modul Penginderaan Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan Penyampaian Sinyal Visual Pendahuluan Fungsi utama mata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan aktivitas sehari-hari kita membutuhkan kontrol melalui otak. Otak membentuk pemikiran manusia, memahami peristiwa, dan menyimpan kenangan dalam memori.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nyeri adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran terhadap kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan (Sherwood, 2014). Selain itu, nyeri

Lebih terperinci

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI

Modul ke: Anatomi Sistem Saraf. Fakultas PSIKOLOGI. Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI Modul ke: Anatomi Sistem Saraf Fakultas PSIKOLOGI Ellen Prima, S.Psi., M.A. Program Studi PSIKOLOGI http://www.mercubuana.ac.id Susunan Umum Sistem Saraf Sistem saraf terdiri atas 2 bagian yaitu central

Lebih terperinci

SISTEM SARAF. Sel Saraf

SISTEM SARAF. Sel Saraf SISTEM SARAF Sel Saraf Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistemn ini meliputi sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Dalam kegiatannya, saraf mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran adalah sebuah proses dimana kita menghasilkan atau mendapatkan pengetahuan dan keterampilan baru. Memori adalah proses menyimpan pengetahuan tersebut,

Lebih terperinci

BAB IX SISTEM KOORDINASI SISTEM SYARAF SISTEM ENDOKRIN

BAB IX SISTEM KOORDINASI SISTEM SYARAF SISTEM ENDOKRIN BAB IX SISTEM KOORDINASI SISTEM SYARAF SISTEM ENDOKRIN A. SISTEM SARAF Otak Besar Otak Otak kecil Sistem saraf S.S Pusat Medula Spinalis Saraf Penghubung S.Cranial S.S. Tepi S. Spinal S. Otonom Saraf simpatis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada (kurangnya aktivitas fisik), merupakan faktor resiko independen. menyebabkan kematian secara global (WHO, 2010) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. Aktivitas Fisik a. Definisi Aktivitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan pengeluaran energi. Aktivitas fisik

Lebih terperinci

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014

SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 SISTEM SARAF OTONOM KELAS IIID FORMU14SI 014 PENGERTIAN SISTEM SARAF Merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh Merupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan masyarakat yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan definisi

Lebih terperinci

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik

Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik. 1. Motorik Menjelaskan Jaras Motorik dan Sensorik 1. Motorik Sistem motorik merupakan sistem yang mengatur segala gerakan pada manusia. Gerakan diatur oleh pusat gerakan yang terdapat di otak, diantaranya yaitu area

Lebih terperinci

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF)

BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) BAB III SISTEM KOORDINASI (SARAF) Standar Kompetensi : Sistem koordinasi meliputi sistem saraf, alat indera dan endokrin mengendalikan aktivitas berbagai bagian tubuh. Sistem saraf yang meliputi saraf

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan era modern seperti sekarang ini adalah gaya kehidupan yang sibuk dan membutuhkan konsentrasi tinggi. Pekerjaan manusia sebagian besar diharapkan dapat dikerjakan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor

PSIKOLOGI. Sistem Sensorimotor MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh. Mampu menjelaskan sistem sensorimotor MODUL PERKULIAHAN Sistem Sensorimotor Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh PSIKOLOGI PSIKOLOGI 11 MK61045 Abstract Membahas tentang sistem sensorimotor Kompetensi Mampu menjelaskan sistem

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus

Sistem Saraf. Dr. Hernadi Hermanus Sistem Saraf Dr. Hernadi Hermanus Neuron Neuron adalah unit dasar sistem saraf. Neuron terdiri dari sel saraf dan seratnya. Sel saraf memiliki variasi dalam bentuk dan ukurannya. Setiap sel saraf terdiri

Lebih terperinci

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya.

1) Menghubungkan bagian tubuh satu dengan lainnya. Pembahasan Akupresur a. Pengertian Akupresur merupakan terapi menggunakan pijatan dengan jari tangan, akupresur dilakukan dengan cara memberikan rangsangan penekanan oleh ujung-ujung jari tangan pada titik

Lebih terperinci

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018

FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018 FISIOLOGI VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN 2018 Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat

Lebih terperinci

TUGAS FARMAKOLOGI OBAT OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT

TUGAS FARMAKOLOGI OBAT OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT TUGAS FARMAKOLOGI OBAT OBAT OTONOM DAN SUSUNAN SARAF PUSAT DISUSUN OLEH: KELOMPOK 1 1.AAM CITRIDA PRAMITA 2.ARI KUNCORO 3.AGNES THERESIA 4.AULIA DWI NATALIA 5.DELLA ROSALIA 6.. 7.. 8... 9... 10. DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan

Sistem Saraf. Sumsum. Sumsum Lanjutan Sistem Saraf Sistem Saraf Pusat Sistem Saraf Tepi Otak Sumsum Sistem Saraf Aferen Sistem Saraf Eferen Lobus Frontalis Lobus Temporalis Otak Besar Lobus Oksipitalis Lobus Parietalis Otak Kecil Sumsum Lanjutan

Lebih terperinci

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional

Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional Pengertian Nyeri. Suatu gejala dalam merasakan subyek dan pengalaman emosional termasuk suatu komponen sensori, komponen diskriminatri, responrespon yang mengantarkan atau reaksi-reaksi yang ditimbulkan

Lebih terperinci

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012

PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 PENELITIAN PENGARUH TERAPI MUSIK RELIGI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG BEDAH RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG TAHUN 2012 Penelitian Keperawatan Jiwa SITI FATIMAH ZUCHRA BP. 1010324031

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Musik merupakan salah satu hal yang tidak dapat lepas dari kehidupan kita sehari-hari. Musik dan pengobatan mempunyai hubungan yang erat sejak dahulu kala, ini dapat

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri

BAB II PEMBAHASAN. Manifestasi fisiologi nyeri BAB II PEMBAHASAN 1. PROSES TERJADINYA NYERI DAN MANIFESTASI FISIOLOGIS NYERI Pengertian nyeri, menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah merupakan pengalaman sensoris subyektif

Lebih terperinci

SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta

SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF. by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta SISTEM KOORDINASI 1 : SISTEM SARAF by Ms. Evy Anggraeny SMA Regina Pacis Jakarta ea/sistem saraf/sma/2013 1 Sistem Koordinasi 1. Sistem saraf 2. Sistem hormon 3. Sistem indera ea/sistem saraf/sma/2013

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk anionik dari asam glutamat 7. Sebagai flavour enhancer bahan ini banyak ditemukan di negara maju 8, seperti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk anionik dari asam glutamat 7. Sebagai flavour enhancer bahan ini banyak ditemukan di negara maju 8, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Monosodium glutamat atau yang lebih dikenal dengan sebutan MSG adalah garam natrium yang berasal dari asam glutamat merupakan asam amino non esensial yang dapat dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya

BAB I PENDAHULUAN. remote control, komputer, lift, escalator dan peralatan canggih lainnya 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi yang semakin berkembang dan peningkatan berbagai macam teknologi yang memudahkan semua kegiatan, seperti diciptakannya remote control, komputer,

Lebih terperinci

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf

Sel fungsional yang bekerja pada sistem saraf FISIOLOGI VETERINER Sistem Saraf merupakan serangkaian mekanisme kerja yang kompleks dan berkesinambungan, yang bertugas menghantarkan impuls listrik yang terbentuk akibat adanya suatu stimulus (rangsang).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengingat informasi dari pengalaman masa lalu pada otak manusia. Memori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengingat informasi dari pengalaman masa lalu pada otak manusia. Memori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Memori 2.1.1 Definisi Memori Memori adalah kemampuan untuk menyimpan, mempertahankan, dan mengingat informasi dari pengalaman masa lalu pada otak manusia. Memori merupakan kumpulan

Lebih terperinci

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

PATOFISIOLOGI ANSIETAS PATOFISIOLOGI ANSIETAS Faktor Predisposisi (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa : 1. Peristiwa traumatik 2. Konflik emosional 3. Konsep diri terganggu 4. Frustasi 5. Gangguan

Lebih terperinci

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti

Sistem saraf. Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf Kurnia Eka Wijayanti Sistem saraf SSP SST Otak Medula spinalis Saraf somatik Saraf Otonom Batang otak Otak kecil Otak besar Diencephalon Mesencephalon Pons Varolii Medulla Oblongata Saraf

Lebih terperinci

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMP IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM SARAF Sistem saraf adalah sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul saraf ke susunan

Lebih terperinci

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons.

REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan. Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. REGULASI PERNAPASAN Pusat Pernapasan Pusat pernapasan adalah beberapa kelompok neuron yang terletak di sebelah bilateral medula oblongata dan pons. Organisasi pusat pernapasan Daerah ini dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL. 4.1 Koleksi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB 4 HASIL. 4.1 Koleksi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB 4 HASIL 4.1 Koleksi Data Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Mean Dan Standar Deviasi Berat Jumlah Makanan Yang DikonsumsiTikus (dalam Gram) Perlakuan Mean dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health, Rice (1992) BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stres 2.1.1 Definisi Stres dan Jenis Stres Menurut WHO (2003) stres adalah reaksi atau respon tubuh terhadap tekanan mental atau beban kehidupan. Dalam buku Stress and Health,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar kegiatan manusia berhubungan dengan proses belajar dan mengingat, yang erat hubungannya dengan memori. Memori memungkinkan seseorang melakukan tindakan

Lebih terperinci

BAB 2. masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU No. 38 tahun 2014 tentang. klien dalam merawat dirinya (UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, pasal

BAB 2. masyarakat, baik sehat maupun sakit (UU No. 38 tahun 2014 tentang. klien dalam merawat dirinya (UU No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, pasal BAB 2 A. Konsep Pelayanan Asuhan Keperawatan 1. Defenisi Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi

EMOSI, STRES DAN KESEHATAN. Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi EMOSI, STRES DAN KESEHATAN Unita Werdi Rahajeng, M.Psi., psi unita@ub.ac.id http://www.youtube.com/watch?v=4kbsrxp0wik JW Papez mengajukan ide bahwa respon emosional tergantung oleh sistem di forebrain

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM. Indera Rasa Kulit LAPORAN PRAKTIKUM Indera Rasa Kulit OLEH : ANGGUN OCTAVIEARLY P. 121610101042 LABORATORIUM FISIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2012 BAB I DASAR TEORI INDERA RASA KULIT Pada kulit kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The

BAB I PENDAHULUAN. modalitas sensorik tetapi adalah suatu pengalaman 1. The BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya Nyeri bukan hanya suatu modalitas

Lebih terperinci

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA

ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA ANATOMI SISTEM SARAF DAN PERANANNYA DALAM REGULASI KONTRAKSI OTOT RANGKA Dr. LITA FERIYAWATI NIP. 132295736 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PENDAHULUAN Sistim saraf manusia adalah suatu

Lebih terperinci

LEARNING AND MEMORY. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara

LEARNING AND MEMORY. Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara LEARNING AND MEMORY Dr ISKANDAR JAPARDI Fakultas Kedokteran Bagian Bedah Universitas Sumatera Utara Pendahuluan Manusia dewasa mempunyai lebih dari 100 milyar neuron, yang satu sama lain berhubungan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Remaja adalah suatu periode dalam tumbuh kembang manusia yang terjadi setelah fase anak anak dan sebelum fase dewasa. Periode ini biasanya ditentukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstasi 2.1.1. Definisi ekstasi Ekstasi dapat didefinisikan sebagai suatu zat bersifat stimulan yang merupakan analogis dari amfetamin (Goldman, 1994). Ekstasi juga didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Musik BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Musik merupakan gelombang suara yang harmonis. Sedangkan suara adalah energi mekanis berupa gelombang yang dihasilkan suatu sumber vibrasi dan mengakibatkan perubahan tekanan

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL COKLAT HITAM (Theobroma cacao L.) DAN OLAHRAGA TREADMILL TERHADAP KOORDINASI MOTORIK MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL COKLAT HITAM (Theobroma cacao L.) DAN OLAHRAGA TREADMILL TERHADAP KOORDINASI MOTORIK MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL COKLAT HITAM (Theobroma cacao L.) DAN OLAHRAGA TREADMILL TERHADAP KOORDINASI MOTORIK MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Brigita De Vega, 2013. Pembimbing I: Dr. Sugiarto Puradisastra,

Lebih terperinci

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF

A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF A. SEL-SEL PADA SISTEM SARAF 1. Neuron Neuron adalah unit fungsional sistem syaraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma, dengan komponen-komponennya antara lain: a. Badan sel Berfungsi

Lebih terperinci

Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls

Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls Sistem Koordinasi Neuron dan Impuls Sebelum mempelajari tentang neuron secara tersendiri mari kita amati secara garis besar aliran informasi pada tubuh hewan. Di sini akan digunakan contoh pada gurita

Lebih terperinci

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 Neuromuskulator Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015 STRUKTUR SARAF 3/12/2015 2 SIFAT DASAR SARAF 1. Iritabilitas/eksisitaas : kemampuan memberikan respon bila mendapat rangsangan. Umumnya berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan belajar (learning) dan mengingat (memory) termasuk salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan belajar (learning) dan mengingat (memory) termasuk salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan belajar (learning) dan mengingat (memory) termasuk salah satu proses mental yang penting. Tanpa kemampuan mengingat, makhluk hidup hanya dapat melakukan gerak

Lebih terperinci

BESAR/ CEREBRUM KECIL / CEREBELLUM OTAK DIENCEPHALON, MESENCEPHALON, PONS, MEDDULLA OBLONGATA BATANG OTAK SSP STB/ MEDULLA SPINALIS LCS

BESAR/ CEREBRUM KECIL / CEREBELLUM OTAK DIENCEPHALON, MESENCEPHALON, PONS, MEDDULLA OBLONGATA BATANG OTAK SSP STB/ MEDULLA SPINALIS LCS BESAR/ CEREBRUM OTAK KECIL / CEREBELLUM SSP BATANG OTAK DIENCEPHALON, MESENCEPHALON, PONS, MEDDULLA OBLONGATA STB/ MEDULLA SPINALIS LCS NERVI CRANIALIS = 12 PASANG SST SOMATIS NERVI SPINALIS = 31 PASANG

Lebih terperinci

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan

GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI. Pendahuluan GANGGUAN KESADARAN PADA EPILEPSI Pendahuluan Epilepsy dapat menyebabkan gangguan kesadaran yang transient mulai dari gannguan kesiagaan ringan sampai hilangnya kesadaran. hal ini disebabkan terdapatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arus globalisasi telah melanda setiap bangsa di seluruh penjuru dunia, tidak terkecuali Indonesia. Arus ini membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia

Lebih terperinci