ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K"

Transkripsi

1 ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008

2 ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: ANA ARMALIA K G DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008

3 ABSTRAK ANA ARMALIA K. Analisis Kristal dan Morfologi Permukaan Komposit Partikel Marmer Kalsit. Dibimbing oleh HANEDI DARMASETIAWAN dan ABDUL DJAMIL HUSIN. Telah dibuat material yang berpeluang untuk menggantikan material logam, yaitu material yang berbasis partikel marmer menjadi komposit partikel dengan polimer sebagai matriksnya. Pembuatan komposit partikel ini dilakukan dengan metode sederhana yaitu mencampurkan matriks resin epoksi yang berpenguat partikel marmer. Komposisi partikel marmer yang diberikan bervariasi yakni 60%, 50%, dan 33%. Ukuran butiran (mesh) komposisi partikel marmer juga bervariasi yaitu 35 mesh, 60 mesh, dan 140 mesh. Sampel dicetak lalu dikarakterisasi sifat fisik kerapatan, struktur kristal dan struktur mikro. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa penambahan partikel marmer ke dalam resin epoksi menghasilkan nilai kerapatan komposit meningkat. Difraksi sinar-x dilakukan untuk mengidentifikasi kristal CaCO 3 (kalsium karbonat). Kalsium karbonat memiliki sistem kristal rombohedral dengan parameter kisi a = 6,194 Å dan α = 40,649. Pada analisis SEM sampel dengan komposisi partikel marmer 50% dan ukuran partikel 140 mesh (kode M140) menunjukkan kekristalan yang baik, yaitu ukuran butir yang relatif kecil dan morfologinya yang lebih homogen dibandingkan dengan sampel lainnya. Pada penelitian ini nilai komposit yang memenuhi persyaratan kerapatan tegel untuk sanitari yaitu berkisar antara 1,5,7 g/cm 3, ialah sampel dengan komposisi partikel marmer 60% dan ukuran partikel 140 mesh (kode M1401) dengan nilai kerapatannya 1,8 g/cm 3, walaupun struktur kekristalannya kurang baik. Kata kunci: Marmer, epoksi, kalsium karbonat, difraksi sinar-x, SEM.

4 Judul Nama NRP : Analisis Kristal dan Morfologi Permukaan Komposit Partikel Marmer Kalsit : Ana Armalia K : G Pembimbing I Menyetujui, Pembimbing II Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS NIP : Abdul Djamil Husin, M.Si NIP : Mengetahui, Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Dr. drh. Hasim, DEA NIP : Tanggal kelulusan :

5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Bandar Lampung, pada tanggal 16 April 1986, sebagai anak kelima dari lima bersaudara, anak dari pasangan Hi. Kamrus Zaman A, S.E. dan Hj. Darmalis. Penulis menyelesaikan pendidikannya dari SMU Negeri 3 Bandar Lampung pada tahun 004. Pada tahun yang sama, penulis masuk IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI), sebagai mahasiswi Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Semasa kuliah, penulis berperan aktif di Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) periode sebagai Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi (INFOKOM). Penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Agria Swara periode sebagai anggota.

6 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Penelitian ini berjudul Analisis Kristal dan Morfologi Permukaan Komposit Partikel Marmer. Penelitian ini dimulai dari bulan Juni 007 sampai Januari 008, bertempat di Laboratorium Fisika Terapan IPB, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Bahan (P3IB) BATAN, di Laboratorium Fisika Tanah Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan IPB, di PTBIN BATAN dan di Laboratorium Geologi Kuarter PPGL Bandung. Sumber dana penelitian ini berasal dari dana Hibah Pengajaran dan Penelitian PHK A Departemen Fisika IPB. Ucapan terima kasih yang mendalam untuk Kedua Orang Tua, Abang, Uni, One, Kakak, Bayu dan seluruh keluarga besar yang sudah memberikan doa dan dukungan baik secara moril maupun material. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penelitian ini, terutama Bapak Ir. Hanedi Darmasetiawan, MS dan Bapak Abd. Djamil Husin, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya dan menjadi teman diskusi dalam menyelesaikan penelitian. Kepada Bapak Dr. Irzaman yang telah memotivasi penulis dan dengan sabar mendengar keluhan penulis. Kepada PD. Mekar Jaya Alam, Citatah yang telah membantu dalam pengambilan marmer. Kepada Bapak Marzuki, Bapak Sulistyo Giat, Bapak Antonius, Bapak Wisnu dan Bapak Wikanda yang telah banyak memberi ide dan bantuan moril kepada penulis. Kepada seluruh dosen Departemen Fisika IPB yang sudah banyak membantu penelitian ini. Kepada seluruh staf Departemen Fisika IPB yang sudah membantu penulis dalam mengurus surat-surat sehingga memperlancar penelitian. Kepada kakak-kakak dan teman-teman Fisika IPB angkatan 39, 40, 41, 4 dan 43 serta penghuni Wisma Padasuka yang sudah mendoakan, memotivasi, dan membantu penulis dalam penyelesaian penelitian ini. Penulis sangat menghargai bantuan yang telah penulis peroleh dalam pelaksanaan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat menyumbangkan sesuatu bagi pengembangan teknologi fisika Indonesia. Bogor, Januari 008 Penulis

7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 1 Hipotesis... 1 TINJAUAN PUSTAKA... 1 Komposit... 1 Marmer... Resin Epoksi... 3 Difraksi Sinar-X... 3 Metode Cohen... 4 Morfologi Komposit Partikel Marmer dengan SEM-EDAX... 4 BAHAN DAN METODA... 5 Tempat dan Waktu... 5 Bahan dan Alat... 5 Metode Penelitian... 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 8 Pengukuran Kerapatan... 8 Analisis Hasil Difraksi Sinar-X... 9 Analisis Morfologi Komposit Partikel Marmer dengan SEM-EDAX SIMPULAN DAN SARAN... 1 Simpulan... 1 Saran... 1 DAFTAR PUSTAKA... 1 LAMPIRAN... 14

8 vii DAFTAR TABEL Halaman 1. Persyaratan fisik penggunaan batuan marmer sesuai SNI Sifat fisik dan mekanik marmer Citatah Sifat fisik dan mekanik epoksi Variasi komposisi komposit partikel marmer Data pengukuran kerapatan Persentase massa unsur yang terkandung di dalam sampel... 1

9 viii DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya.... Reaksi bisphenol A dan epiklorohidrin Skema difraksi sinar-x oleh atom-atom dalam kristal Skema EDAX Tahap pembuatan sampel Diagram alir kerja penelitian Difraktometer sinar-x tipe Philips Mesin ion sputter JFC JEOL JSM-6360LA analytical scanning electron microscope Kurva hubungan komposisi partikel marmer dan kerapatan komposit berdasarkan percobaan Kurva hubungan komposisi partikel marmer dan kerapatan komposit berdasarkan teori kaidah campuran Pola difraksi sinar-x Kurva hubungan ukuran butir dan sampel Morfologi komposit partikel marmer menggunakan perbesaran kali... 11

10 ix DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Data XRD kalsium karbonat pada PDF-ICDD Hasil akhir keluaran program menggunakan metode Cohen Hasil perhitungan ukuran kristal menggunakan program komputer Morfologi komposit marmer menggunakan perbesaran 500 kali Morfologi komposit marmer menggunakan perbesaran 1000 kali Morfologi komposit marmer menggunakan perbesaran kali Hasil pengukuran EDAX menggunakan perbesaran 1000 kali... 6

11 9 PENDAHULUAN Latar Belakang Penggunaan material teknik tidak hanya mencakup bahan-bahan konvensional, tetapi sudah pula memanfaatkan advanced materials, di mana teknologi pembuatan produk yang menggunakan material tersebut relatif berbeda. Salah satu jenis material yang termasuk kelompok advanced materials adalah material komposit. Kelebihan yang dimiliki komposit antara lain ringan dengan kekuatan yang dapat bersaing dengan material lain, terutama daya tahan terhadap tumbukan dan dapat menghasilkan penampilan yang spesifik, sesuai dengan kebutuhan. Gamping merupakan sumber bahan tambang yang bermanfaat untuk bahan bangunan, bahan baku semen, industri pengecoran baja, dan berbagai pemanfaatan lain. Pemanfaatan batu gamping sebagai bahan baku marmer komersil di Indonesia mempunyai prospek yang cerah dan dapat mendukung program pemerintah dalam kebijaksanaan peningkatan ekspor non-migas (Tabri 006). Dalam kondisi lingkungan usaha di Indonesia yang memburuk akibat krisis ekonomi, terdapat beberapa komoditas yang masih dapat bertahan di pasar dunia, salah satunya adalah marmer. Konsumen marmer di Indonesia tidak mempermasalahkan apakah batuan poles tersebut memang marmer dalam pengertian geologi atau bukan, yang terpenting batuan tersebut mempunyai kilap, warna dan corak yang menarik dan dapat dipergunakan untuk penutup dinding atau lantai bangunan (Tabri 006). Marmer dalam pengertian masyarakat awam adalah semua batuan alam yang tersusun dari batu gamping atau dolomit, yang dapat dipoles sampai mengkilap (Tabri 006). Marmer yang murni berwarna putih yang terutama tersusun dari mineral kalsit. Agar mendapatkan hasil marmer yang halus, putih atau bercorak warna tertentu, dilakukan proses penggosokkan (polishing), sehingga menghasilkan limbah berupa butiran halus, potongan atau pecahan marmer, sebagai partikel marmer (Nurhasanah 00). Partikel sebagai elemen penguat sangat menentukan sifat mekanik dari komposit. Partikel marmer yang dikombinasikan dengan resin sebagai matriks dapat menghasilkan komposit alternatif yang salah satunya berguna untuk perkembangan industri marmer. Pada pembuatan komposit partikel digunakan bahan penguat berupa partikel marmer kalsit dan matriks komposit berupa resin. Resin yang digunakan adalah resin epoksi. Resin tersebut digunakan dengan pertimbangan tahan terhadap panas, berwujud cair, sehingga bercampur baik dengan filler (pengisi), pengerasan pada suhu ruang dan teknik pengerjaan relatif mudah. Tujuan Membuat komposit partikel marmer dengan menggunakan matriks resin epoksi dan bahan penguat partikel marmer. Mempelajari karakteristik komposit partikel marmer, yang berupa kerapatan, struktur kristal dan struktur mikro. Hipotesis Perbedaan penambahan campuran resin (epoksi ditambah pengeras) terhadap perbedaan massa partikel marmer akan menghasilkan mutu komposit partikel marmer yang berbeda. TINJAUAN PUSTAKA Komposit Komposit merupakan campuran dari dua atau lebih material, yang sifatnya lebih unggul dari sifat-sifat bahan penyusunnya. Faktorfaktor yang mempengaruhi sifat komposit adalah matriks, penguat, dan perbandingan komposisi fraksi volum antara matriks dan penguat (Budiarto et al 004). Komposit mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dengan material-material pembentuknya. Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda yaitu, matriks yang berfungsi melindungi penguat dari efek lingkungan dan kerusakan akibat benturan (impact) dan penguat yang berfungsi memperkuat matriks (Yudhanto 007). Material yang mempunyai peluang untuk menggantikan material logam salah satunya adalah komposit, khususnya pada aplikasi yang membutuhkan material dengan berat yang rendah. Dalam hal ini material yang memiliki kerapatan rendah adalah polimer, sehingga banyak dikembangkan komposit dengan polimer sebagai matriksnya (Anonim 007). Oleh karena itu, komposit polimer adalah komposit dengan matriks dari bahan polimer dengan pengisi material lain yang fungsinya sebagai penguat (Sudirman et al 004). Secara garis besar ada 3 macam jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya (Kau 1997), yaitu:

12 matriks serat (a) (b) (c) Gambar 1 Jenis komposit berdasarkan penguat yang digunakannya (a). Komposit serat, (b). Komposit lapis, dan (c). Komposit partikel 1. Fibrous composites ( Komposit serat ) Komposit serat merupakan jenis komposit yang hanya terdiri dari satu lamina atau satu lapisan yang menggunakan penguat berupa fiber (serat).. Laminated composites (Komposit lapis) Komposit lapis merupakan jenis komposit yang terdiri dari dua lapis atau lebih yang digabung menjadi satu dan setiap lapisnya memiliki karakteristik sifat masingmasing. 3. Particulate composites (Komposit partikel) Komposit partikel merupakan komposit yang menggunakan partikel atau serbuk sebagai penguatnya dan terdistribusi secara merata di dalam matriksnya. Sifat komposit dipelajari dan dianalisis berdasarkan sifat material masing-masing. Maka berlaku kaidah campuran yang sifat tergantung pada jumlah dan distribusi geometrik masing-masing material. Kaidah campuran sederhana berlaku untuk sifat skalar kerapatan. Kerapatan campuran (ρ m ), adalah ρ + m = f1 ρ1 + f ρ +... f n ρ n... (1) Keterangan: f adalah fraksi massa, ρ adalah kerapatan material dan n adalah banyaknya sifat material dalam campuran (Vlack 1987). Marmer Marmer berasal dari komposisi mineral kalsium karbonat dominan dan terproses alami dalam suhu yang tinggi. Batu gamping dapat digunakan sebagai bahan baku marmer komersial dengan beberapa persyaratan fisik, antara lain: kuat tekan, daya serap air, keausan, kekekalan bentuk, warna, corak dan kilap. Pengujian sifat fisiknya harus sesuai dengan standarisasi penggunaan batuan marmer dalam bangunan yang dikeluarkan oleh Dewan Standarisasi Nasional (DSN), SNI (Tabel 1) (Tabri 006). Marmer Citatah berasal dari daerah Citatah-Padalarang, Kab. Bandung. Sifat fisis batuan marmer Citatah, pada umumnya padat, kompak dan keras. Warna batuan yang dominan adalah abu muda berbintik, abu merah cerah, krem muda agak putih dan coklat muda. Sifat fisik dan mekanik marmer Citatah tercantum pada Tabel (Damanik 1994 dalam Nurhasanah 00). Tabel 1 Persyaratan fisik penggunaan batuan marmer sesuai SNI Marmer batu tempel Marmer lantai atau hias Jenis pengujian Beban Beban Konstruksi Konstruksi > 50 kg/cm < 50 kg/cm luar dalam Penyerapan air maksimum, % 0,75 0,75 0,75 1,00 Kuat tekan minimum, (setara dengan kg) Ketahanan aus, maksimum, mm/menit 0,130 0, Kekekalan bentuk tidak cacat tidak cacat tidak cacat tidak cacat

13 3 Gambar Reaksi bisphenol A dan epiklorohidrin. Tabel Sifat fisik dan mekanik marmer Citatah (Nurhasanah 00) Sifat fisik Nilai Kerapatan, g/cm 3 1,98 Kekerasan, Skala Mosh (SM) 4,3 Kuat tekan, 10 5 N/m 880,63 Kuat tarik, 10 5 N/m 57,76 Marmer Citatah berasal dari daerah Citatah-Padalarang, Kab. Bandung. Sifat fisis batuan marmer Citatah, pada umumnya padat, kompak dan keras. Warna batuan yang dominan adalah abu muda berbintik, abu merah cerah, krem muda agak putih dan coklat muda. Sifat fisik dan mekanik marmer Citatah tercantum pada Tabel (Damanik 1994 dalam Nurhasanah 00). Resin Epoksi Resin merupakan suatu jenis bahan padat atau semi padat dari alam maupun sintesis, umumnya dengan berat molekul yang tinggi (Setiabudy 007). Fungsi utama resin dalam komposit adalah untuk mengikat partikel dan meneruskan beban dari partikel ke partikel (Srijono 1997 dalam Nurhasanah 00). Epoxy atau polyepoxide adalah sebuah polimer epoxide thermosetting yang bertambah bagus bila dicampur dengan agen katalis sebagai pengeras ("hardener"). Resin epoksi yang berasal dari epiklorohidrin merupakan reaksi epiklorohidrin dengan suatu campuran yang memiliki hidrogen aktif Tabel 3 Sifat fisik dan mekanik epoksi (Kirk 1987) Sifat fisik Nilai Young modulus, GPa 3,0 Tensile strength, MPa 85 Heat distorsion temperature, 0 C 110 Relative cost,3 Keterangan : 1 GPa = psi, 1 MPa = 145 psi, dan relative cost merupakan biaya relatif pada tahun Bisphenol A dan epiklorohidrin sering dipakai sebagai bahan dasar untuk pembuatan resin epoksi (Jatmiko 003). Reaksi resin epoksi dengan menambahkan NaOH sebagai katalisator terlihat pada Gambar 4 (Anonim 007). Epoksi memiliki sifat-sifat fisik dan mekanik seperti terlihat pada Tabel 3 (Kirk 1987). Difraksi Sinar-X Difraksi terjadi jika gelombang melewati suatu celah yang besarnya sama atau hampir sama (seorde) dengan panjang gelombang tersebut. Pada tahun 191, Von Laue berpendapat jika kristal tersusun oleh celah yang diakibatkan kisi atom dan sinar-x merupakan gelombang elektromagnet yang memiliki panjang gelombang dengan orde yang sama dengan celah tersebut, maka memungkinkan sebuah kristal dapat mendifraksikan sinar-x (Cullity 1978). λ d θ (a) (b) Gambar 3 Skema difraksi sinar-x oleh atom-atom dalam kristal (a). Berkas sinar-x yang dihamburkan dan (b). Sinar datang yang menumbuk atom

14 4 Jika material dikenai sinar-x, maka intensitas sinar yang ditransmisikan lebih rendah dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh material dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar-x yang dihamburkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya sama (Gambar 3a). Berkas sinar-x yang saling menguatkan itulah yang disebut sebagai berkas difraksi. Hukum Bragg merupakan perumusan matematika tentang persyaratan yang harus dipenuhi agar berkas sinar-x yang dihamburkan tersebut merupakan berkas difraksi (Anonymous 007). Tinjau sinar datang yang menumbuk pada titik pada bidang pertama dan dihamburkan oleh atom z (Gambar 3b). Sinar datang yang kedua menumbuk bidang berikutnya dan dihamburkan oleh atom B, sinar ini harus menempuh jarak AB + BC, bila dua sinar tersebut paralel dan satu fase (saling menguatkan). Jarak tempuh ini adalah merupakan kelipatan (n) panjang gelombang (λ), sehingga persamaan menjadi : n λ = AB + BC. Dari gambar terlihat : AB = d Sinθ, karena AB = BC, persamaan menjadi : n λ = AB. Substitusi persamaan menjadi : n λ = d sin θ... () Keterangan : d = jarak antar bidang atom (nm), λ = panjang gelombang sinar-x (Ǻ), n = orde dan θ = sudut difraksi sinar-x (derajat). Menurut literatur PDF-International Centre for Diffraktion Data 1997 (Lampiran 1) kalsium karbonat memiliki struktur kristal rombohedral, maka jarak antar bidang-bidang yang berdekatan (hkl) sistem tersebut dapat ditunjukkan pada persamaan (Culity 1978). 1 = d ( h + k + l ) sin α + ( hk + kl + hl)( cos α cos α) 3 a ( 1 3 cos α + cos α)... (3) Keterangan : d = jarak antar bidang atom (nm), a dan α = parameter kristal (Ǻ), satuan α = derajat, h, k, l = bidang pantulan atau indeks Miller. Metode Cohen Metode Cohen merupakan salah satu analisis parameter kisi struktur kristal. Untuk material yang memilki sistem kristal tetragonal, heksagonal dan rombohedral menggunakan persamaan 3 (Culity 1978). α sin γ sin δ sin θ = A α + B αγ + C αδ θ = A αγ + B γ + C γδ θ = A αδ + B γδ + C δ... (4) Keterangan : α = h + k ; γ = l ; δ = 10 sin θ; C = D/10; B = λ /(4c ); A = λ /(4a ). Untuk sistem heksagonal : α = h + hk + k ; γ = l ; δ = 10 sin θ; C = D/10; B = λ /(4c ); A = λ /(4a ). Pada kristal rombohedral digunakan prosedur yang sama seperti pada sistem kristal heksagonal, tetapi penentuan nilai parameter kisi untuk sistem rombohedral memenuhi persamaan 4 dan 5. a R 1 = 3 a + H c... (5) H α = sin ( )... (6) 3 + c H a H Keterangan : a R, α = parameter kisi rombohedral yang dihitung (Ǻ), dan a H, c H = parameter kisi heksagonal. Penentuan nilai pembilang A, B, C pada persamaan 3 digunakan metode Cramer, dimana ketiga persamaan pada persamaan 3 diubah menjadi persamaan 6. a A + a 1 b A + b 1 c A + c 1 B + a C = a B + b C = b 3 B + c C = c (7) Keterangan : a = ; 1 α a = b = αγ ; 1 a = c = αδ ; ; ; 3 1 a = α 4 sin θ b = γ c = ; 3 δ b = c = γδ ; ; 3 b γ 4 = sin θ c = δ. 4 sin θ Morfologi Komposit Partikel Marmer dengan SEM-EDAX Scanning electron microscop (SEM) adalah salah satu jenis mikroskop elektron yang dapat mengamati dan menganalisis karakteristik struktur mikro dari bahan padat yang konduktif maupun nonkonduktif. Teknik SEM pada hakekatnya merupakan

15 5 Gambar 4 Skema EDAX pemeriksaan dan analisis permukaan. Gambar permukaan yang diperoleh merupakan gambar topografi dengan segala tonjolan dan lekukan permukaan. Gambar topogorafi diperoleh dari penangkapan pengolahan elektron sekunder yang dipancarkan oleh sampel (Handayani 007). Kata kunci dari prinsip kerja SEM adalah scanning yang berarti bahwa berkas elektron menyapu permukaan sampel, titik demi titik dengan sapuan membentuk garis demi garis, mirip seperti gerakan mata yang membaca. Sinyal elektron sekunder yang dihasilkannyapun adalah dari titik pada permukaan, yang selanjutnya ditangkap oleh SE detektor dan kemudian diolah dan ditampilkan pada layar CRT (TV). Scanningcoil yang mengarahkan berkas elektron bekerja secara sinkron dengan pengarah berkas elektron pada tabung layar TV, sehingga didapatkan gambar permukaan sampel pada layar TV (Handayani 007). EDAX (energy dispersive x-ray spectrometer) yang lebih dikenal sebagai EDS merupakan salah satu alat yang dirangkai pada alat SEM. Untuk EDAX, radiasi yang penting adalah sinar-x karakteristik yang diemisikan sebagai akibat tumbukan elektron pada atom-atom bahan pada sampel (Gambar 4). Analisis dari energi terhadap cacah, puncak-puncak yang muncul dapat menghasilkan informasi kualitatif dan kuantitatif tentang komposisi dari lokasilokasi pada sampel dengan diameter beberapa mikrometer (Handayani 007). BAHAN DAN METODA Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Terapan IPB, di Pusat Penelitian dan Pengembangan Ilmu Bahan (P3IB) BATAN, di Laboratorium Fisika Tanah Departemen Manajemen Sumber Daya Lahan IPB, di PTBIN BATAN dan di Laboratorium Geologi Kuarter PPGL Bandung. Waktu pelaksanaan dimulai bulan Juni 007 sampai bulan Januari 008. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah marmer dari Citatah, Jawa Barat berupa partikel atau serbuk. Bahan ini digunakan sebagai penguatnya dan sebagai matriksnya digunakan resin epoksi. Katalis sebagai bahan pengeras, vaselin sebagai pelumas, aquades, alkohol dan pasta. Peralatan yang digunakan adalah kuas; palu; machine nur mit schutzring; ayakan 5, 40 dan 60 mesh; timbangan; gelas ukur; cetakan; Difraktometer sinar-x tipe Philips; mesin ion sputter JFC 1100; dan JEOL JSM-6360LA analytical scanning electron microscope. Metode Penelitian Tahap penelitian sesuai Gambar 6. Pembuatan Sampel Uji Tahap pembuatan sampel uji dapat dilihat pada Gambar 5. Tahap pertama adalah tahap pembuatan partikel marmer. Kepingan batu marmer dibersihkan dari kotoran, lalu dipecahkan menjadi kecil menggunakan palu dan dihaluskan dengan menggunakan maschine nur mit schutzring. Selanjutnya diayak dengan menggunakan ayakan yang masing-masing berukuran 35 (500 μm), 60 (50 μm) dan 140 (105 μm) mesh, sehingga menghasilkan tiga macam ukuran partikel marmer. Selanjutnya tahap kedua yaitu proses pencampuran. Partikel marmer dicampur dengan masing-masing resin yang telah diberi hardener (sebagai pemercepat pengerasan), berdasarkan perbandingan komposisi partikel marmer dan masing-masing resin serta berdasarkan distribusi besar partikel marmer, kemudian

16 6 diaduk sampai homogen. Variasi ukuran butiran; mesh, komposisi partikel marmer, resin epoksi dan pengeras dalam pembuatan komposit tersusun pada Tabel 4, sehingga dihasilkan sembilan macam sampel. Tahap ketiga adalah proses pencetakan. Sampel dicetak dalam wadah cetakan berukuran 8 cm 5 cm dengan ketebalan 1 cm di atas landasan acrilic yang telah dilapisi vaselin, untuk menghindari terjadinya pelekatan antara bahan dengan cetakan. Pada proses pencetakkan ini dilakukan tanpa ada perlakuan tekanan pada sampel Selanjutnya sampel dibiarkan mengering pada suhu kamar, lalu dikeluarkan dari cetakan setelah sekitar 4 jam. Sampel kemudian dipotong dengan ukuran yang sesuai dengan keperluan karakterisasi, selanjutnya sampel siap dikarakterisasi. Karakterisasi a. Uji kerapatan dengan menggunakan pengukuran sederhana, yaitu membagi nilai massa terhadap volum sampel. Sembilan sampel yang akan di uji kerapatannya masing-masing berukuran,5 cm 1 cm 1 cm. Karakterisasi ini dilakukan sampai lima kali pengulangan pada setiap sampel. b. Derajat kristalinitas diuji dengan alat difraksi sinar-x, tipe Philips (Gambar 7). Sumber yang digunakan adalah Cu. Sudut awal pada 10 dan sudut akhir pada 100 kecepatan baca di set per menit. Ukuran sampel yang diperlukan untuk karakterisasi ini adalah 1 cm 1 cm 0,3 cm. Tabel 4 Variasi komposisi komposit partikel marmer Kode Ukuran sampel Partikel marmer Epoksi + pengeras (mesh) (g) (ml) M M M M M M M M M Contoh pembacaan kode : M351 menunjukkan ukuran sampel 35 mesh dengan persentase komposisi marmer 60%. M35 menunjukkan ukuran sampel 35 mesh dengan persentase komposisi marmer 50%. M353 menunjukkan ukuran sampel 35 mesh dengan persentase komposisi marmer 33%. 1 3 Gambar 5 Tahap pembuatan sampel

17 7 Pecahan Dihancurkan Partikel marmer Persiapan sampel Resin Proses pencampuran Proses pencetakkan Gambar 7 Difraktometer sinar-x tipe Philips Karakterisasi sifat fisis sampel komposit partikel marmer Struktur kristal Kerapatan Morfologi permukaan Gambar 8 Mesin ion sputter JFC 1100 Analisis data Penulisan tugas akhir Selesai Gambar 6 Diagram alir kerja penelitian c. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan JEOL JSM- 6360LA analytical scanning electron microscope (Gambar 9). Sampel dilapisi oleh gold-paladium (ketebalan lapisan 400 Å) dengan menggunakan mesin ion sputter JFC 1100 (Gambar 8, kemudian diamati dengan tegangan 0 kv dan perbesaran 1000, 5000, dan kali. Karakterisasi EDAX yang merupakan satu perangkat dengan SEM JEOL dilakukan pada satu titik dengan perbesaran 1000 kali. Pengamatan ini menggunakan sampel yang berukuran 0,3 cm 0,1 cm 0,1 cm dan dilakukan pada tiga macam sampel yang diketahui komposisinya paling baik berdasarkan struktur kristalnya. Gambar 9 JEOL JSM-6360LA analytical scanning electron microscope HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran Kerapatan Hasil pengujian kerapatan dari komposit partikel marmer-resin epoksi, dapat dilihat pada Tabel 5 dan dalam kurva hubungan nilai kerapatan dengan komposisi partikel marmer (Gambar 10). Nilai yang ditunjukkan kurva ini merupakan nilai rata-rata dari pengukuran kerapatan 9 sampel yang terbagi menjadi 3 jenis ukuran partikel marmer. Kerapatan komposit meningkat ketika komposisi partikel marmer bertambah, yaitu berada pada nilai 1,076 1,8 g/cm 3. Nilai kerapatan ini dapat dikatakan sesuai kaidah campuran, yaitu nilai kerapatan komposit berbanding lurus

18 8 Tabel 5 Data pengukuran kerapatan Kode Pengulangan Kerapatan Rerata Deviasi Sampel (g/cm 3 ) M351 1,387 1,483 1,50 1,401 1,308 1,40 0,084 1,4 ± 0,08 M35 1,89 1,97 1,348 1,484 1,3 1,348 0,080 1,35 ± 0,08 M353 1,15 1,109 1,036 1,079 1,110 1,097 0,043 1, 09 ± 0,04 M601 1,530 1,48 1,363 1,414 0,331 1,4 0,503 1, ± 0,5 M60 1,413 1,31 1,311 1,66 1,46 1,310 0,065 1,31 ± 0,06 M603 1,194 1,6 1,61 1,49 1,51 1,43 0,08 1,4 ± 0,03 M1401 1,810 1,900 1,95 1,804 1,674 1,8 0,099 1,8 ± 0,1 M140 1,453 1,536 1,355 1,538 1,38 1,44 0,098 1,4 ± 0,1 M1403 1,08 1,081 0,886 1,038 1,169 1,076 0,16 1,1 ± 0,1 Kerapatan (g/cm 3 ) Komposisi partikel marmer (%) M35 M60 M140 Gambar 10 Kurva hubungan komposisi partikel marmer dan kerapatan komposit berdasarkan percobaan, dengan ukuran (a). 35 mesh, (b). 60 mesh, dan (c). 140 mesh Kerapatan (g/cm 3 ) ; ; ; Komposisi partikel marmer (%) Gambar 11 Kurva hubungan komposisi partikel marmer dan kerapatan komposit berdasarkan teori kaidah campuran dengan fraksi massa matriks dan penguatnya (Vlack 1983). Pada sampel M35 dan M140 secara umum dapat dikatakan kerapatannya meningkat dengan ditingkatkannya komposisi partikel marmer. Hal tersebut dihasilkan karena ikatan antara matriks dan penguatnya sudah terbentuk dengan baik Oleh karena itu semakin besar komposisi partikel marmer dalam sampel, maka nilai kerapatan kompositnya cenderung mendekati nilai kerapatan marmernya. Berbeda halnya dengan nilai kerapatan pada sampel M60, kerapatan yang didapat tidak memenuhi kaidah campuran, hal ini dimungkinkan karena ikatan antara matriks dan penguatnya belum terbentuk dengan baik. Perhitungan nilai kerapatan menurut kaidah campuran pada fraksi massa marmer 0,6; 0,5 dan 0,33 berturut-turut adalah 1,648; 1,565 dan 1,439 g/cm 3 (Gambar 11). Nilai kerapatan komposit berada antara nilai kerapatan epoksi dengan nilai kerapatan batu marmer, yaitu 1,15 1,98 g/cm 3, tetapi nilai yang didapat pada sampel kode M353 dan M1403 berada dibawah nilai kerapatan epoksi, karena pada permukaan kedua sampel terdapat pori yang cukup banyak yang disebabkan adanya gelembunggelembung udara yang keluar saat proses pengeringan. Tingkat kehomogenan dari sampel tersebut menurun, sehingga nilai kerapatannyapun akan menurun. Secara teori penghalusan butir dapat meningkatkan sifat mekanik dan kerapatan bahan, sehingga meningkatnya nilai kerapatan akan berbanding terbalik terhadap ukuran partikel (Spriggs 1996 dalam Nurhasanah 00). Hal ini menunjukkan bahwa semakin kecil ukuran partikel marmer maka proses pencampuran antar komponen pembentuknya semakin baik dan berarti semakin mudah matriks menyelimuti seluruh permukaan marmer dan memperkecil kemungkinan adanya pori pada komposit tersebut. Dari hasil penelitian yang didapat nilai kerapatannya berbeda dengan teori yang ada, hal ini dikarenakan pencampuran yang kurang homogen, sehingga distribusi partikel yang tidak merata di dalam sampel. Nilai kerapatan komposit yang memenuhi persyaratan kerapatan tegel untuk sanitari, yaitu berkisar antara 1,5,7 g/cm 3, sehingga komposit marmer yang memenuhi persayaratan tersebut adalah sampel dengan kode M1401 yang nilai kerapatannya 1,8 g/cm 3 (Budiarto 004).

19 9 Analisis Hasil Difraksi Sinar-X Difraksi sinar-x digunakan untuk mengidentifikasi kristal CaCO 3 (kalsium karbonat). Identifikasi struktur kristal pada sampel tidak berpengaruh pada besar partikel marmer, oleh karena itu sampel yang diidentifikasi adalah sampel yang sifat fisiknya baik. Hasil pengukuran X-Ray Diffraction (XRD) marmer, komposit partikel marmer kode M1401; M140 dan M1403 dan resin epoksi ditunjukkan pada Gambar 1. Pada Analisis parameter kisi digunakan metode Cohen, terlebih dahulu diketahui sistem kristal dan pasangan {θ, (hkl)} yang merupakan input bagi metode Cohen. Data XRD kalsium karbonat diperoleh dari literatur PDF-International Centre for Diffraction Data (Lampiran 1). Kalsium karbonat memiliki sistem kristal rombohedral dengan parameter kisi a = 6,194 Å dan α = 40,649. Indeks Miller (hkl) didapat dengan mencocokkan sudut difraksi dalam penelitian dengan literatur PDF-ICDD. Penentuan parameter kisi dengan metode Cohen dilakukan pada marmer dan sampel kode M1401; M140 dan M1403, sedangkan pengolahan data terhadap resin epoksi tidak dilakukan, karena epoksi merupakan polimer termoset yang memiliki fase amorf. Data hasil akhir keluaran program metode Cohen tersebut divalidasikan dengan data dari PDF- ICDD. Hasil perhitungan parameter kisi pada sampel M1401; M140 dan M1403 berturutturut adalah a = 6,0613 Å; α = 40,73, a = 6,0915 Å; α = 40,7065 dan a = 6,1434 Å; α = 40,6509. Terdapat perbedaan yang relatif kecil antara data keluaran program komputer dengan data dari PDF-ICDD, sehingga dapat dikatakan ketiga sampel memiliki sistem rombohedral. Spektrum XRD pada setiap sampel memunculkan peak-peak yang dapat dihitung FWHM (Full Width at Half Maximum) dan kemudian ukuran butirnya (grain size). Jika FWHM masing-masing peak relatif sempit, maka mengindikasikan bahwa kualitas struktur kristal yang baik. Dengan mengetahui nilai FWHM maka didapat ukuran butir pada setiap sampel. Dari hasil penelitian didapat bahwa semakin besar distribusi partikel menghasilkan ukuran butir yang semakin kecil (Lampiran 3). Intensitas (arb. unit) Sudut θ / o (a) Marmer Intensitas (arb. unit) M Sudut θ / o (b) Gambar 1 Pola difraksi sinar-x (a). Marmer dan (b). Sampel kode M1401.

20 10 Intensitas (arb. unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas (arb. unit) Sudut θ / o (c) Sudut θ / o (d) M140 M1403 Polimer Sudut θ / o (e) Gambar 1 Pola difraksi sinar-x (c). Sampel kode M140, (d). Sampel kode M1403 dan (e) Resin epoksi. 35 Ukuran Butir (nm) CaCOз M1401 M140 M1403 Sampel Gambar 13 Kurva hubungan ukuran butir dan sampel

21 11 Semakin banyak matriks yang menyelimuti seluruh permukaan marmer dapat menghasilkan ukuran butir yang besar, atau dapat dikatakan komposisi matriks berbanding lurus dengan ukuran butir sampel. Besarnya komposisi partikel marmer menjadikan kekristalan komposit lebih baik. Hal ini dapat dilihat dari kurva hubungan ukuran butir dengan sampelnya terlihat pada Gambar 13. Pada penelitian sampel kode M140 menunjukkan kekristalan yang baik, karena ukuran butir yang relatif kecil dibandingkan dengan sampel lainnya. Analisis Morfologi Komposit Partikel Marmer dengan SEM-EDAX Hasil observasi dengan SEM pada sampel kode M1401, M140 dan M1403 menggunakan perbesaran kali dapat dilihat pada Gambar 14. Adapun hasil morfologi setiap sampel menggunakan perbesaran 500, 1000 dan kali dapat dilihat pada Lampiran 4. Pengamatan morfologi ini dilakukan untuk mengamati distribusi partikel marmer di dalam matriksnya dan menganalisis karakteristik struktur mikro sampel. Karakterisasi EDAX juga dilakukan untuk mengetahui komposisi atom-atom Ca, C dan O berupa data kuantitatif dan kualitatif. Pada morfologi sampel kode M1401 terlihat lebih banyak rongga dibandingkan dengan sampel lainnya. Hal ini menyatakan bahwa kehomogenen matriks yang menyelimuti partikel kurang baik. Komposisi matriks yang lenih sedikit daripada penguatnya membuat distribusi partikel kurang merata, terlihat dengan gumpalangumpalan yang besar. Dengan kata lain, adanya penambahan persentase komposisi partikel marmer ke dalam komposit, membuat komposisi gumpalan yang ada semakin besar, pola distribusi gumpalan semakin kasar, tidak merata dan tidak kompak. Luas permukaan gumpalan yang kecil menunjukkan pembentukkan kristal yang baik. Hal ini ditunjang dengan data hasil XRD, dapat dilihat pada sampel kode M140 yang memiliki ukuran butir yang kecil. Pada morfologi sampel ini diperlihatkan adanya gumpalan yang relatif kecil dan juga terlihat kehomogenan yang baik antara matriks dengan penguatnya, sehingga membentuk kekristalan yang baik pula. Pada sampel kode M1403 masih terlihat adanya rongga antar gumpalan, tetapi distribusi gumpalannya lebih rapat dibandingkan M1401. (a) (b) (c) Gambar 14 Morfologi komposit partikel marmer menggunakan perbesaran kali (a). M1401, (b). M140 dan (c). M1403 Analisis EDAX dilakukan bersamaan dengan observasi SEM, hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Persentase massa unsur yang terkandung di dalam sampel, ditunjukkan pada Tabel 6. Analisis EDAX dilakukan pada satu titik, karena sampel dianggap homogen, sehingga komposisi atom-atomnya merata di dalam sampel. Dalam perhitungan teori massa dari setiap unsur CaCO 3 didapat persentase massa Ca, C dan O berturut-turut adalah 40%, 1%, dan 48%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase massa Ca dalam marmer yang cukup besar. Pada analisis ini menunjukkan bahwa terdapat persentase massa Ca yang

22 1 Tabel 6 Persentase massa unsur (pure) yang terkandung di dalam sampel Unsur % massa unsur di dalam sampel Ca C O M ,33 34,43 8,4 M140 37,99 7,4 33,59 M ,01 30,8 33,71 besar di dalam komposit partikel marmer. Dalam hasil EDAX didapatkan pula data kuantitatif dan kualitatif oxide. Data ini memunculkan senyawa oksida yang terdapat di dalam sampel. Terdapat persentase massa senyawa CaO sebanyak 4%, hal ini menyatakan adanya senyawa oksida yang muncul karena Ca terdistribusi pada matriks epoksi yang mengandung senyawa oksida. Perbedaan persentase massa pada setiap sampel menunjukkan karena adanya persentase massa unsur C dan O yang terkandung dari matriksnya yaitu epoksi. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Telah dilakukan pembuatan dan pengujian terhadap komposit dengan matriks resin epoksi dan penguat partikel marmer. Pada penelitian ini kerapatan komposit cenderung meningkat ketika komposisi partikel marmer bertambah. Komposisi terbaik yang memenuhi syarat tegel untuk sanitari yaitu berkisar antara 1,5,7 g/cm 3, diberikan oleh komposisi 60% partikel marmer dengan ukuran partikel 140 mesh yang memberikan kerapatan sebesar 1,8 g/cm 3. Hasil pengukuran X-Ray Diffracton (XRD) pada marmer menyatakan bahwa marmer mengandung CaCO 3 (kalsium karbonat) yang memiliki sistem kristal rombohedral dengan parameter kisi a = 6,194 Å dan α = 40,649. Kualitas struktur kristal komposit cenderung meningkat disebabkan bertambahnya komposisi partikel marmer. Hasil SEM menunjukkan morfologi komposit partikel marmer dengan gumpalan yang relatif lebih kecil menunjukkan campuran matriks dengan penguatnya yang homogen, sehingga membentuk kekristalan yang baik. Pada analisis EDAX, menunjukkan persentase massa Ca yang besar di dalam komposit partikel marmer. Hasil analisis XRD dan SEM menunjukkan bahwa komposit dengan komposisi partikel marmer 50% dan ukuran partikel 140 mesh (kode M140) menunjukkan kekristalan yang baik. Pada penelitian ini perbedaan penambahan matriks terhadap penguatnya menghasilkan mutu komposit partikel marmer yang berbeda. Saran Pada penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode sederhana sebaiknya pada tahap pengayakan diusahakan menghasilkan ukuran partikel yang sesuai dengan ukuran ayakan tersebut. Dalam pembuatan sampel disarankan untuk memberi perlakuan penekanan sehingga porositas dapat berkurang dan sifat fisiknya akan lebih baik. Pada analisis SEM, disarankan menganalisa crack (retak) sampel yang sebelumnya diberi perlakuan bending. DAFTAR PUSTAKA Anonim Analisa Fraksi Volume dan Ukuran Partikel CaCO 3 terhadap Struktur dan Sifat Mekanik Komposit Matriks Polimer - Polypropylene/CaCO 3. abstrakta/ta6/ [17 Juli 007] Hukum Bragg. gg [ Desember 007] Epoxy Resins. f [3 Juni 007] Teknik Pemeriksaan Material Menggunakan XRF, XRD dan SEM-EDS. [ Desember 007]. Budiarto, Parikin, Dani M Optimasi Ukuran Partikel dan Komposisi dalam Pembuatan Tegel Komposit Partikulat Granit, J. Sains Materi Indonesia, 6 (1), Culity B. D Element of X-ray Diffraction. Second Edition. Addison Wesley Publishing Company. Massachusetts. Darmasetiawan H Konversi Ukuran Saringan dari Mesh Ke Inci, Mikron dan Millimeter. Di dalam: Fluid Engineering. Mesh to Micron. Copyright 00. Property of TM Industrial Supply Inc. USA. Hadi S. N Ancaman Polimer Sintetik Bagi Kesehatan Manusia (Bagian I). [16 Juni 007]. Handayani A., Sumaryo, Sitompul A Pengamatan Struktur Mikro dengan

23 13 Mikroskop Optik dan Scanning Electron Microscope (SEM-EDAX). Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional. Serpong. Hasan M., Rahayu S.I., Radiman C.L., Arcana I M Sintesis Kopoliester dari ε- Kaprolakton dan,-dimetil-1,3- Propandiol: Prepolimer Alternatif untuk Sintesis Poliester Berat Molekul Tinggi, J. Matematika dan Sains, 10 (4), Irzaman, et al Analisis Struktur Kristal dan Full Width Half Maximum (FWHM) dengan Metode Rietveld (Studi Kasus : Kalsit (CaCO 3 )). KFI, 11 (), Jatmiko, Asy ari H Tegangan Flashover pada Bahan Isolasi Resin Epoksi (DGEBA) yang Terpengaruh oleh Polutan Garam Parangtritis. J. Teknik Elektro dan Komputer Emitor, 3 (). Jatmiko, Asy ari H., Hartoyo, Styani Tegangan Flashover pada Bahan Isolasi Resin Epoksi (DGEBA) yang Terkontaminasi oleh Polutan Standar. Jurnal Teknik Gelagar, 16 (1), Kau K Mechanics of Composite Materials. CRC Press, Boca Raton. Dalam: Taurista A. Y., Riani A. O., Putra K. H Komposit Laminat Bambu Serat Woven Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Fiber Glass Pada Kulit Kapal. Jurusan Teknik Material. Institut Teknologi Sepuluh Nopember. Surabaya. Kirk RE., Othmer DF Composite Materials in: Encyclopedia of Chemical Technology. 4 edition. Wiley- Interscience. Nurhasanah S. 00. Pembuatan dan Karakterisasi Komposit Partikel Marmer Sebagai Bahan Tegel Komposit. Skripsi S-1. Jurusan Fisika. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. PDF-ICDD International Centre for Diffraction Data. PCPDFWIN V Setiabudy R Material Teknik Listrik. UI-Press. Jakarta. Sudirman, et al Analisis Sifat Kekuatan Tarik, Derajat Kristalinitas dan Struktur Mikro Komposit Polimer Polipropilena- Pasir, J. Sains Materi Indonesia, 6 (1), Tabri K. N Studi Fasies dan Pola Kekar untuk Peningkatan Efisiensi Penambangan Batu Ornamen di Daerah Gunung Guha, Bojong Picung, Cianjur, J. Geoaplika, 1 (1), Vlack V., Djaprie S Ilmu dan Teknologi Bahan. Edisi keempat. Erlangga. Jakarta. Yudhanto A Aplikasi Material Komposit di Industri Migas. halamansatu. net [7 Maret 007] Zulirfan, Sustini E., Budiman M Studi Struktur Kristal Film Tipis Galliumantimony yang Ditumbuhkan dengan MOCVD Reaktor Vertikal. KFI, 1 (4),

24 LAMPIRAN

25 Lampiran 1 Data XRD kalsium karbonat pada PDF-ICDD 15

26 Lampiran Hasil akhir keluaran program menggunakan metode Cohen Material : CaCO 3 (kalsium karbonat) Jenis Radiasi : Cu (λ = 1,54056) Sistem Kristal : Rombohedral Parameter Kisi : a = 6,194 Å α = 40,649 Puncak h k l θ α α γ γ α.γ δ δ γ.δ α.δ α sin θ γ sin θ δ sin θ 1 0 1, ,517930, , , , , , , , , ,4775, , , , , , , , , , , , , ,9011 0, , , , , ,0900 1, , ,017 0, , , , , ,6576 0, , , , ,3995 9, ,7673 1, ,64399, , , , , ,9977 5, , ,3111 0, , , , ,503 16, , , , , , , , , , ,4104 1, , , , , , , , ,68757 Σ , , ,8683 5, ,431 7,

27 Lanjutan Lampiran Hasil akhir keluaran program menggunakan metode Cohen Material : Sampel kode M1401 Jenis Radiasi : Cu (λ = 1,54056) Sistem Kristal : Rombohedral Parameter Kisi : a = 6,0613 Å α = 40,73 Puncak h k l θ α α γ γ α.γ δ δ γ.δ α.δ α sin θ γ sin θ δ sin θ 1 0 1, ,50436, , , , , , , , , ,34307, , ,0419 0, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,1108 5, , ,3531 0, , , , ,646 16,8005 0, , , , , , , ,0010 1, ,6145 1, , , , ,407 49,7365 1, ,9399 1, Σ , , ,8569 5,13649,9744 6,

28 Lanjutan Lampiran Hasil akhir keluar program menggunakan metode Cohen Material : Sampel kode M140 Jenis Radiasi : Cu (λ = 1,54056) Sistem Kristal : Rombohedral Parameter Kisi : a = 6,0915 Å α = 40,7065 Puncak h k l θ α α γ γ α.γ δ δ γ.δ α.δ α sin θ γ sin θ δ sin θ 1 0 1, ,50546, , , , , , , ,3764 5, ,967,3764 0, ,0130 0, , , , , , , , , , ,4043 0, , , , , , , , ,0153 0, , , , , , , , , , , ,553 5, , ,9479 0, , , , ,000 16, , , , , , , , , , ,514 1, , , , ,309 49, , , ,61466 Σ , , ,9387 5,095414, ,

29 Lanjutan Lampiran Hasil akhir keluaran program menggunakan metode Cohen Material : Sampel kode M1403 Jenis Radiasi : Cu (λ = 1,54056) Sistem Kristal : Rombohedral Parameter Kisi : a = 6,1434 Å α = 40,6509 Puncak h k l θ α α γ γ α.γ δ δ γ.δ α.δ α sin θ γ sin θ δ sin θ 1 0 1, ,51043, , , , ,157 0, , , , ,08113, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,5561 0, , , , , , ,9460 1, ,63936, , , ,3995 9, ,1069 5,3995 0, ,7838 0, , , , ,000 16, , , , , , , , , , ,3668 1, , , , , , , , ,60934 Σ , , ,0655 5, ,696 7,

30 Lampiran 3 Hasil perhitungan ukuran butir menggunakan program komputer Material : CaCO 3 (kalsium karbonat) No.puncak B (deg) B (rad) θ θ cos θ sin θ sin θ B.cos θ (B cos θ) B.sin θ.cos θ x x y y xy 1 0, ,0068,93 11,465 0, , , , , , , , ,7 14,635 0, ,5535 0, , , , , , ,33 15,665 0, , , ,0668 0, , , , ,85 17,95 0, , , ,0077 7, , ,1639 0, ,9 19,645 0, , , , , , Σ 1, , , , , Σ 1, , rerata 0,7946 0, Menghitung grain size atau ukuran butir (σ) dari FWHM (B) sesuai persamaan berikut (Culity 1978): k. λ B cosθ = + n' sin θ.. (7) σ Keterangan : k = konstanta = 0,94; λ = panjang gelombang yang digunakan dalam XRD (1,5406 Å); θ = sudut difraksi (derajat); dan n = microstrain. Persamaan 7 setara dengan persamaan y = a + bx. Nilai a dan b dapat diketahui dengan menggunakan persamaan: k. λ ( n. xy x. y) a = = y n'. x... (8) dan b = n' =. (9) σ ( n. x ( x) ) Setelah didapat nilai a, maka dapat dihitung pula ukuran butir dengan menggunakan persamaaan 10: k. λ 0,94.1,5406 σ = = = 17,9581nm a 0,0081 0

31 Lanjutan Lampiran 3 Hasil perhitungan ukuran butir menggunakan program komputer Material : Sampel kode M1401 Ukuran butir (σ) = 7,1744 nm No. Puncak B (deg) B (rad) θ θ cos θ sin θ sin θ B.cos θ (B cos θ) B.sin θ.cos θ x x y y xy 1 0, , ,95 11,475 0, , , ,004696, , , , ,31 14,655 0, ,5873 0, , , , ,0390 0, ,63 15,815 0, ,7398 0, ,0034 1, , , , ,87 17,935 0, , , ,00494, , , , ,5 19,65 0, , , ,004486, , Σ 1, , , , , Σ 1, , rerata 0, , Material : Sampel kode M140 Ukuran butir (σ) = 4,7387 nm No. Puncak B (deg) B (rad) θ θ cos θ sin θ sin θ B.cos θ (B cos θ) B.sin θ.cos θ x x y y xy 1 0, , ,79 11,395 0, , , ,00595, , ,998 0, ,15 14,575 0, ,515 0, , , , ,6666 0, ,3 15,615 0, , ,0738 0,004474, , ,5386 0, ,75 17,875 0, , , , , , , , ,19 19,595 0, , , , , , Σ 1, , ,018 9, , Σ 1, ,00049 rerata 0,7006 0,

32 Lanjutan Lampiran 3 Hasil perhitungan ukuran butir menggunakan program komputer Material : Sampel kode M1403 Ukuran butir (σ) = 30,071 nm No. Puncak B (deg) B (rad) θ θ cos θ sin θ sin θ B.cos θ (B cos θ) B.sin θ.cos θ x x y y xy 1 0, , ,87 11,415 0, , , ,004781, , , , ,0 14,600 0, , , , , , , , ,05 15,55 0, ,6756 0, ,000460, , , , ,63 17,815 0, , , , , , , , ,07 19,535 0, ,3340 0, ,00451, , Σ 1, , , , , Σ 1,8463 0,00074 rerata 0, ,003309

33 3 Lampiran 4 Morfologi komposit marmer menggunakan perbesaran 500 kali Sampel kode M1401 Sampel kode M140 Sampel kode M1403

34 4 Lampiran 5 Morfologi komposit marmer menggunakan perbesaran 1000 kali Sampel kode M1401 Sampel kode M140 Sampel kode M1403

35 5 Lampiran 6 Morfologi komposit marmer menggunakan perbesaran kali Sampel kode M1401 Sampel dengan kode M140 Sampel kode M1403

ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K

ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K ANALISIS KRISTAL DAN MORFOLOGI PERMUKAAN KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT ANA ARMALIA K DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ANALISIS KRISTAL

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan 6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) 39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Untuk mempelajari sintesis geopolimer maka dibuat sampel yang selanjutnya akan dikarakterisasi dimana langkah pembuatan dan pengujiannya tertera pada

Lebih terperinci

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)

MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Program Studi Kimia FMIPA ITB sejak September 2007 sampai Juni 2008. III.1 Alat dan Bahan Peralatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. 10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan 20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape

Lebih terperinci

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)

Tabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g) 22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimental dan pembuatan keramik film tebal CuFe 2 O 4 dilakukan dengan metode srcreen

Lebih terperinci

UJI SIFAT MEKANIK DAN LISTRIK KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT

UJI SIFAT MEKANIK DAN LISTRIK KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT UJI SIFAT MEKANIK DAN LISTRIK KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 28 ABSTRAK RINA PRITRIA RINA PRITRIA. Uji Sifat Mekanik dan Listrik Komposit Marmer Kalsit. Dibimbing oleh HANEDI

Lebih terperinci

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar

Uji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar

Lebih terperinci

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei

III.METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 17 III.METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung pada bulan Februari Mei 2012. Adapun tempat pelaksanaan penelitian ini

Lebih terperinci

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

METODE X-RAY. Manfaat dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : METODE X-RAY Kristalografi X-ray adalah metode untuk menentukan susunan atom-atom dalam kristal, di mana seberkas sinar-x menyerang kristal dan diffracts ke arah tertentu. Dari sudut dan intensitas difraksi

Lebih terperinci

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu

dengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6

Lebih terperinci

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS

STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS STRUKTUR KRISTAL DAN MORFOLOGI TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) POWDER SEBAGAI MATERIAL FOTOKATALIS SKRIPSI Oleh : Ahsanal Holikin NIM 041810201063 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biomassa, Lembaga Penelitian Universitas Lampung. permukaan (SEM), dan Analisis difraksi sinar-x (XRD),

Lebih terperinci

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI

STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI STRUKTUR BAHAN Y 1-X Pr X Ba 2 Cu 3 O 7-δ KERAMIK SUPERKONDUKTOR HASIL SINTESIS DENGAN REAKSI PADATAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Penyelesaian Program Sarjana Sains Jurusan Fisika Fakultas

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan IV.1 Serbuk Awal Membran Keramik Material utama dalam penelitian ini adalah serbuk zirkonium silikat (ZrSiO 4 ) yang sudah ditapis dengan ayakan 400 mesh sehingga diharapkan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian 28 Bab III Metodologi Penelitian III.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terbagi dalam empat tahapan kerja, yaitu : Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan film tipis ZnO yang terdiri

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK BAHAN NANOKOMPOSIT EPOXY-TITANIUM DIOKSIDA Firmansyah, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau Manis, Padang, 25163 e-mail: firman_bond007@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni

Lebih terperinci

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis

3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis 7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat. 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat Penelitian Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 1. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung.

Lebih terperinci

OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI

OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO PADA SUHU 600 0 C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 OKSIDASI GAGALAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material

III. METODE PENELITIAN. preparsai sampel dan pembakaran di furnace di Laboratorium Fisika Material III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pelaksanaan penelitian terhitung sejak bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Tempat penelitian dilaksanakan dibeberapa tempat yang berbeda

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X IDENTIFIKASI KEMURNIAN BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X SAHRIAR NUR AULIA H 1105 100 026 PEMBIMBING : Drs. SUMINAR PRATAPA, M.Sc., P.hD. Page 2 PENDAHULUAN TUJUAN Mengetahui

Lebih terperinci

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X

UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X UJI KEMURNIAN KOMPOSISI BATU KAPUR TUBAN DENGAN ANALISIS RIETVELD DATA DIFRAKSI SINAR-X Sahriar Nur Aulia H Jurusan Fisika-FMIPA, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya 60111, Indonesia Email:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa, Laboratorium Kimia Instrumentasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis 41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS

IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN MENGGUNAKAN X-RAY FLUORESCENCE

Lebih terperinci

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA

ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2010 sampai dengan Mei tahun 2011. Pembuatan serat karbon dari sabut kelapa, karakterisasi XRD dan SEM dilakukan di

Lebih terperinci

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal 30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di lakukan di Laboratium Material Teknik, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pori HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA Universitas Lampung. Uji

Lebih terperinci

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM

Lebih terperinci

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modal utama yang harus dimiliki seorang dokter gigi dalam menjalankan praktek kedokteran giginya adalah keterampilan. Keterampilan menghasilkan restorasi yang sesuai

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas.

BAB 3 METODE PENELITIAN. 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Alat-alat Gelas. 18 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Alat Alat Adapun alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah: Nama Alat Merek Alat-alat Gelas Pyrex Gelas Ukur Pyrex Neraca Analitis OHaus Termometer Fisher Hot Plate

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 27 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan terhitung sejak bulan Desember 2014 sampai dengan Mei 2015. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisika Material FMIPA

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI SINTESIS DAN KARAKTERISASI KOMPOSIT APATIT-KITOSAN DENGAN METODE IN-SITU DAN EX-SITU ASTRI LESTARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 ABSTRAK

Lebih terperinci

UJI SIFAT MEKANIK DAN LISTRIK KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT

UJI SIFAT MEKANIK DAN LISTRIK KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT UJI SIFAT MEKANIK DAN LISTRIK KOMPOSIT PARTIKEL MARMER KALSIT INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 ABSTRAK RINA PRITRIA RINA PRITRIA. Uji Sifat Mekanik dan Listrik Komposit Marmer Kalsit. Dibimbing oleh

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM HASIL PROSES MILLING Yosef Sarwanto, Grace Tj.S., Mujamilah Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314.

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON) SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT (RESIN POLIESTER SERBUK GERGAJI KAYU SENGON) SKRIPSI Oleh Lia Ariani Ludfah NIM. 041810201047 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Bab III Metoda Penelitian

Bab III Metoda Penelitian 28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 7 Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 3. Sumber Cahaya (Polikromatis) 4. Fiber Optik 5. Holder 6. Samp 7. Gambar 7 Perangkat spektrofotometer UV-VIS. Karakterisasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi

Lebih terperinci

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)

Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas 29 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung. Analisis difraksi sinar-x dan analisis morfologi permukaan

Lebih terperinci

BAB IV DATA DAN ANALISIS

BAB IV DATA DAN ANALISIS BAB IV DATA DAN ANALISIS 4.1 Karakterisasi Abu Ampas Tebu ( Sugarcane Ash ) 4.1.1 Analisis Kimia Basah Analisis kimia basah abu ampas tebu (sugarcane ash) dilakukan di Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Lebih terperinci

Bab III Metodologi Penelitian

Bab III Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian III. 1. Tahap Penelitian Penelitian ini terbagai dalam empat tahapan kerja, yaitu: a. Tahapan kerja pertama adalah persiapan bahan dasar pembuatan LSFO dan LSCFO yang terdiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode eksperimen yang dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap pembuatan magnet barium ferit, tahap karakterisasi magnet

Lebih terperinci

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I DAFTAR ISI ABSTRAK... Error! Bookmark not ABSTRACT... Error! Bookmark not KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not DAFTAR ISI... i DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR ISTILAH... v DAFTAR SINGKATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen. 3.1 Tempat Penelitian Seluruh kegiatan dilakukan di Laboratorium pengembangan keramik Balai Besar Keramik, untuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metoda Penelitian Metoda yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen dan studi literatur. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan. Yaitu tahapan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN SINTESIS DAN KARAKTERISASI BAHAN KOMPOSIT RAMAH LINGKUNGAN DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH PERTANIAN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun Tempat penelitian 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 6 bulan dimulai pada bulan Agustus 2011 sampai bulan Januari tahun 2012. Tempat penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI

KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI KARAKTERISASI FISIK DAN ph PADA PEMBUATAN SERBUK TOMAT APEL LIRA BUDHIARTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK LIRA BUDHIARTI. Karakterisasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir

Lebih terperinci

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO

2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai

Lebih terperinci

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit III. METODE PENELITIAN A. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen portland komposit merek Holcim, didapatkan dari toko bahan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER

PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER Jurnal Mechanical, Volume 3, Nomor 1,Maret 212 PEMANFAATAN PARTIKEL TEMPURUNG KEMIRI SEBAGAI BAHAN PENGUAT PADA KOMPOSIT RESIN POLIESTER Harnowo Supriadi Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PROSEDUR DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 BAHAN DAN ALAT Bahan yang di gunakan dalam pembuatan sampel bata skala lab adalah : 1. Lumpur Sidoarjo yang sudah dipasahkan dan dikeringkan dari airnya, 2. Lempung

Lebih terperinci

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5%

KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5% KARAKTERISASI KOMPOSIT MATRIK RESIN EPOXY BERPENGUAT SERAT GLASS DAN SERAT PELEPAH SALAK DENGAN PERLAKUAN NaOH 5% Tugas Akhir Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat Memperoleh gelar Sarjana Strata-1 Teknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin, Laboratorium Mekanik Politeknik Negeri Sriwijaya. B. Bahan yang Digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini dilakukan analisis struktur kristal semen gigi seng oksida eugenol untuk mengetahui keterkaitan sifat mekanik dengan struktur kristalnya. Ada lima sampel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Proses penelitian dibagi menjadi dua bagian, yaitu; proses pengujian keadaan fisik bahan-bahan beton ( cth : specific gravity, absorpsi, dan kadar air ) serta preparasi benda

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan

Lebih terperinci

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI

PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI PEMANFAATAN CANGKANG TELUR AYAM UNTUK SINTESIS HIDROKSIAPATIT DENGAN REAKSI KERING FITRIANI PRASETYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menunjukan perkembangan, sarana dan prasarana pendukung yang terkait dengan kemajuan tersebut termasuk fasilitas peralatan

Lebih terperinci

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius)

SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) SINTESIS DAN KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK SERTA STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT RESIN YANG DIPERKUAT SERAT DAUN PANDAN ALAS (Pandanus dubius) Citra Mardatillah Taufik, Astuti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN 4.1. KARAKTERISTIK SERBUK 4.1.1. Serbuk Fe-50at.%Al Gambar 4.1. Hasil Uji XRD serbuk Fe-50at.%Al Berdasarkan gambar di atas, dapat diketahui bahwa secara keseluruhan

Lebih terperinci

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik-Fisik Universitas Lampung. Analisis XRD di Universitas Islam Negeri Jakarta Syarif

Lebih terperinci

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI 140310110018 JURUSAN FISIKA OUTLINES : Sinar X Difraksi sinar X pada suatu material Karakteristik Sinar-X Prinsip

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam pembuatan lapisan film tebal CuFe O 4 yaitu dengan menggunakan screen printing (penyablonan). Teknik screen printing merupakan salah satu metode

Lebih terperinci

MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR

MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR Jurnal Sains Kimia Vol. 10, No.1, 2006: 4 9 MODIFIKASI SERAT IJUK DENGAN RADIASI SINAR γ SUATU STUDI UNTUK PERISAI RADIASI NUKLIR Mimpin Sitepu 1, Evi Christiani S. 2 Manis Sembiring 1, Diana Barus 1,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan

III. METODOLOGI PENELITIAN. 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Pemilihan panjang serat rami di Laboratorium Material Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Lampung. 2. Pengujian Sifat Mekanik (Kekuatan

Lebih terperinci

4 Hasil dan pembahasan

4 Hasil dan pembahasan 4 Hasil dan pembahasan 4.1 Sintesis dan Pemurnian Polistiren Pada percobaan ini, polistiren dihasilkan dari polimerisasi adisi melalui reaksi radikal dengan inisiator benzoil peroksida (BPO). Sintesis

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut : - Hot Plate Stirer Coming PC 400 D - Beaker Glass Pyrex - Hot Press Gotech - Neraca Analitik Radwag

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus Penelitian 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Agustus 2012. Penelitian dilakukan di beberapa tempat yaitu preparasi sampel dan uji fisis

Lebih terperinci