BAB V. PRAKTEK PEMELIHARAAN TANAMAN
|
|
- Ida Devi Kurnia
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V. PRAKTEK PEMELIHARAAN TANAMAN Deskripsi Singkat Pokok Bahasan : Praktek Pemeliharaan Tanaman Waktu : 4 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan dan mempraktekkan Pemeliharaan Tanaman Paprika Metode : Ceramah, peragaan dan praktek A. BAHAN DAN ALAT : 1. Penyulaman - Bibit paprika - Cethok - Media tanam (arang sekam) 2. Pemupukan - Paket pupuk - Tangki air - Paket peralatan irigasi tetes 3. Pengajiran - Bibit paprika - Cethok - Media tanam (arang sekam) 4. Pemangkasan cabang, tunas dan penjarangan buah - Tanaman paprka - Gunting tanaman 5. Pengendalian Hama dan Penyakit 125
2 - Sprayer - Pestisida/Insektisida B. CARA KERJA Pemeliharaan tanaman paprika meliputi penyulaman, pemupukan, pengajiran, pemangkasan, penjarangan buah, serta pengendalian hama dan penyakit. Penyulaman dilakukan apabila bibit yang ditanam saat transplanting mengalami kematian atau tumbuh tidak sehat (kerdil, menguning dsb). Penyulaman dilakukan dengan mengganti tanaman yang telah mati/tumbuh tidak sehat dengan bibit baru yang tumbuh sehat. Selanjutnya, pemupukan dilakukan bersamaan dengan penyiramaan/irigasi. Pupuk dilarutkan dalam air kemudian ditampung di dalam tangki air untuk irigasi tetes. Frekuensi pemberian pupuk ini tergantung pada kondisi cuaca dan umur tanaman. Pada kondisi cuaca panas, pemberian pupuk dilakukan lebih sering untuk menjaga supaya tanaman tidak layu. Waktu pemberian pupuk dilakukan pada pukul 8:00, 10:00, 12:00, 14:00, dan 16:00 dengan lama tiap pemberian selama 2 menit. Terdapat 2 sistem irigasi yang dapat digunakan. Sistem irigasi pertama menggunakan metode penyiraman tanaman satu per satu menggunakan selang. Sistem irigasi kedua menggunakan irigasi tetes dimana pada masing-masing polybag tanaman dipasang pipa kecil yang terhubung dengan tangki penyimpanan air. Dengan irigasi tetes penyiraman tanaman dilakukan sekaligus pada seluruh tanaman pada waktu yang bersamaan. Skema irigasi tetes dapat dilihat pada Gambar 5. Pada tanaman yang masih muda larutan pupuk diberikan sebanyak 0,5 liter per pohon dan pada tanaman dewasa diberikan sebanyak 1,2 liter per pohon. Pada sistem irigasi tetes ini, selain seluruh polybag tanaman mendapat penyiraman yang bersamaan, volume penyiraman lebih terkontrol sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan volume penyiraman. 126
3 Gambar 1. Skema Irigasi Tetes pada Sistem Hidroponik Sumber : http// Adapun pengajiran dilakukan dengan melilitkan benang pada tanaman paprika untuk menopang tanaman paprika. Dengan penopangan tanaman akan diperoleh bentuk tanaman yang sesuai dengan kegiatan produksi secara maksimal, terutama dalam efisiensi lahan. Pengajiran dilakukan pada tanaman yang berumur 2 minggu setelah tanam. Gambar 2. Pemupukan dengan mencampur pupuk dengan air Sumber : http// Gambar 2. Cara Pengajiran 127
4 Sumber : http//www. hebatdesaku.com Pemangkasan dilakukan untuk membentuk tanaman sehingga pertumbuhan dan produksi tanaman maksimal. Pemangkasan ini meliputi pemangkasan cabang dan tunas (pewiwilan), pemangkasan daun dan pemangkasan bunga. Pemangkasan cabang dan tunas dilakukan dengan mengatur dan mengurangi cabang dan tunas di ketiak daun sehingga hanya ada 2 cabang utama. Pemangkasan ini dilakukan sampai bunga yang dipelihara tumbuh dan mekar. Pemangkasan daun dilakukan dengan membuang semua daun pada batang utama, daun yang tua dan sakit serta daun yang terlalu rimbun. Pemangkasan bunga dilakukan sampai tanaman berusia 4 minggu setelah tanam. Bunga yang muncul sebelum 4 minggu setelah tanam dibuang. Dari satu ketiak daun sebaiknya hanya dipelihara 1 bunga agar buah yang dihasilkan besar dan berkualitas. 128
5 Gambar 3. Skema Tanaman Paprika yang akan Dilakukan Pemangkasan Sumber : http// Gambar 4. Tanaman Paprika Hasil Pemangkasan Sumber : http//www. hebatdesaku.com 129
6 Salah satu kendala dalam pertanian yang menggunakan sistem monokultur adalah penyebaran penyakit dan hama yang sangat cepat jika tidak segera ditangani. Untuk mencegah penyebaran penyakit dan hama, dilakukan tindakan seperti pengamatan dini pada serangan hama dan penyakit, membuang dan membakar tanaman yang terkena serangan dan penyemprotan pestisida. Keberhasilan produksi paprika ditentukan oleh beberapa faktor, salah satu di antaranya adalah serangan hama dan penyakit. Akibat serangannya adalah kualitas dan kuantitas hasil panen paprika menurun. Menurut Prabaningrum et al. (2002), hama dan penyakit yang umum menyerang tanaman paprika adalah trips (Thrips parvispinus), ulat grayak (Spodoptera litura), tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus), kutu daun persik (Myzus persicae), lalat pengorok daun (Liriomyza sp.), penyakit tepung, penyakit bercak daun serkospora, penyakit layu bakteri, penyakit layu fusarium, dan penyakit virus. Penyakit yang menyerang tanaman tidak hanya disebabkan oleh patogen saja, tetapi dapat pula disebabkan oleh faktor lingkungan seperti suhu, kelembaban, sinar matahari, air, nutrisi, penggunaan pestisida, dan lain-lain. Penyakit yang disebabkan oleh faktor lingkungan disebut penyakit fisiologis. Penyakit fisiologis yang umum dijumpai pada tanaman paprika di Indonesia disebabkan oleh defisiensi unsur hara. Menurut Prabaningrum dan Moekasan (2006), penyakit fisiologis yang disebabkan oleh unsur hara pada tanaman paprika adalah defisiensi unsur Fe (Besi), Mn (Mangan), Mg (Magnesium) dan Ca (Kalsium). HAMA TANAMAN 1. Trips (Thrips parvispinus) Trips (Gambar 5) menyerang daun-daun muda, dengan cara menggaruk dan mengisap cairan daun. Gejala serangan ditandai dengan bagian bawah daun yang terserang berwarna keperakan, selanjutnya berubah menjadi kecoklatan. Daun tampak keriput, mengeriting dan 130
7 melengkung ke atas. Di samping menyerang daun, hama trips dapat pula menyerang buah paprika sehingga dapat menurunkan kualitas buah. Gambar 5 (a) Trips pada bunga paprika, (b) imago trips, (c) serangan trips pada buah, dan (d) serangan trips pada daun (Foto: L. Prabaningrum) Pengendalian trips pada tanaman paprika yang dilakukan dengan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) adalah sebagai berikut: a. Penggunaan mulsa plastik perak Pada lantai rumah plastik dipasang mulsa plastik hitam perak (Gambar 2) Pemasangan mulsa plastik warna perak mampu menghalau trips, sehingga diharapkan tidak menyerang tanaman paprika. Selain itu, mulsa plastik akan menghalangi trips mencapai tanah pada saat akan menjadi pupa. 131
8 Gambar 6. Pemasangan mulsa plastik perak di atas lantai rumah plastik 2) Pemasangan perangkap lekat warna biru, putih atau kuning Sejak penanaman, di atas kanopi tanaman dipasang perangkap lekat warna biru, putih, atau kuning (Gambar 3) sebanyak 1 buah per 2 m 2. Gambar 7. Pemasangan perangkap lekat warna kuning (kiri) dan biru (kanan) b. Pemanfaatan musuh alami Musuh alami potensial yang dapat digunakan untuk mengendalikan trips adalah predator kumbang macan Menochilus sexmaculatus (1 ekor/tanaman) dan jamur patogen Verticillium lecanii (konsentrasi 3 x 10 8 spora/ml) (Gambar 4). Pelepasan kumbang predator dan penyemprotan jamur patogen V. lecanii dilakukan mulai tanaman paprika berumur satu 132
9 minggu setelah tanam. Penyemprotan jamur patogen V. lecanii dilakukan pada sore hari sekitar pukul Di luar negeri, musuh alami trips sudah diperdagangkan seperti kepik Orius sp., tungau predator Amblyseius sp. dan jamur patogen V. lecanii. Gambar 8. Penggunaan predator M. sexmaculatus (kiri) dan jamur patogen V. lecanii (kanan) c. Pembuangan mahkota bunga dan penjarangan buah Mahkota bunga dan buah yang berdempetan merupakan tempat persembunyian trips. Oleh karena itu, mahkota bunga pada buah yang telah terbentuk harus segera dibuang (Gambar 5a). Penjarangan buah dilakukan agar buah tidak tumbuh berdempetan sebagai upaya untuk mengurangi serangan trips pada tanaman paprika (Gambar 5b) (Moekasan 2002). Gambar 9. Pembuangan mahkota bunga (a) dan penjarangan buah (b) 133
10 d. Penyemprotan insektisida Penyemprotan insektisida untuk mengendalikan trips pada tanaman paprika merupakan upaya terakhir. Insektisida yang dianjurkan adalah insektisida yang selektif yaitu yang berbahan aktif Spinosad (Tracer 120 EC) dan Abamektin (Agrimec 18 EC). Penggunaan insektisida dilakukan jika populasi hama tersebut telah mencapai ambang pengendalian. Menurut Moekasan et al (2005), nilai ambang pengendalian trips pada tanaman paprika adalah : - Fase vegetatif (0 5 minggu setelah tanam) adalah 2,7 ekor trips/daun atas. - Fase berbunga (6 11 minggu setelah tanam) adalah 0,3 ekor trips/daun pucuk dan 0,8 ekor trips/bunga. - Fase berbuah (> 11 minggu setelah tanam) adalah 0,3 ekor trips/daun atas. 2. Ulat grayak (Spodoptera litura F.) Ulat muda makan daun dengan menyisakan epidermis, sehingga daun menjadi transparan. Ulat tua memakan seluruh bagian daun dan yang ditinggalkan hanya tulang daunnya saja. Ulat mempunyai warna yang bervariasi, tetapi ada ciri utama, yaitu adanya garis menyerupai kalung berwarna hitam yang melingkar pada ruas ketiga. Kepompongnya berwarna coklat tua dan terdapat di permukaan tanah (Kalshoven 1981). Gambar 10. Larva S. litura (a), serangan S. litura pada daun paprika (b), imago S. litura (c), dan kelompok telur S. litura (d) (Foto : a, b, dan d oleh Tonny K. Moekasan; c oleh van Vreden dan A.L. Ahmadzabidi 1986) 134
11 Pengendalian ulat grayak pada tanaman paprika yang dilakukan dengan sistem PHT adalah sebagai berikut : - Pengumpulan kelompok telur dan larva Kelompok telur dan larva S. litura yang terdapat pada tanaman paprika dikumpulkan lalu dimusnahkan. - Pemasangan feromonoid seks atau perangkap lampu Untuk menekan populasi awal S. litura di dalam rumah plastik dipasang perangkap feromonoid seks atau perangkap lampu (Gambar 7) mulai saat tanam. Tujuannya adalah untuk menangkap imago atau ngengat S. litura. Untuk rumah kasa yang berukuran ± 500 m2 dipasang 2 buah perangkap. Gambar 11. Perangkap lampu untuk menangkap ngengat S. litura - Pemanfaatan musuh alami Musuh alami yang potensial mengendalikan ulat grayak adalah virus patogen SlNPV (Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus). Di pasaran musuh alami ini sudah dijual dengan nama Vir-X yang diproduksi oleh Perusahaan Dompet Duafa Republika. Penyemprotan virus patogen ini dilakukan mulai umur tanaman 1 minggu setelah tanam dengan interval 1 minggu. 135
12 - Penggunaan insektisida Jika serangan ulat grayak sudah mencapai ambang pengendalian, yaitu 5% kerusakan daun baru boleh digunakan insektisida. Insektisida yang dianjurkan adalah insektisida selektif seperti Amamektin (Proclaim 5 SG) dan Spinosad (Tracer 120 EC) (Moekasan, 2002). 3. Tungau teh kuning (Polyphagotarsonemus latus) dan tungau merah (Tetranychus sp.) Hama tungau sering disebut pula tengu (bahasa Jawa), tongo (bahasa Sunda) atau mite (bahasa Inggris). Tungau dewasa berkaki delapan, sedangkan larvanya berkaki enam (Kalshoben, 1981). Tungau teh kuning berwarna kuning transparan, dengan ukuran tubuh ± 0,25 mm. Tungau jantan berukuran lebih kecil. Tungau Tetranychus sp. disebut pula red spider mite karena tungau ini berwarna merah dan membuat jaringjaring seperti laba-laba. Tungau merah betina berukuran panjang ± 0,45 mm, sedangkan yang jantan 0,3 mm (Hussey et al. 1953). Gejala serangan ditandai dengan timbulnya warna seperti tembaga pada permukaan bawah daun, tepi daun mengeriting, daun menjadi kaku dan melengkung ke bawah (seperti sendok terbalik). Pada serangan berat, tunas dan bunga gugur (Gambar 12). Gambar 12. Tanaman paprika yang terserang tungau 136
13 Pengendalian hama tungau pada tanaman paprika yang dilakukan dengan sistem PHT adalah sebagai berikut : - Pemanfaatan musuh alami Di luar negeri, musuh alami tungau teh kuning yang potensial dan telah digunakan sebagai agens pengendali hayati adalah tungau predator Amblyseius sp., sedangkan musuh alami tungau merah adalah Phytoseiulus persimilis. - Penggunaan akarisida Akarisida yang efektif untuk mengendalikan kedua jenis tungau tersebut adalah akarisida selektif seperti Propargit (Omite 570 EC) dan Dikofol (Kelthane 200 EC). 4. Kutu Daun persik (Myzus persicae) Kutu daun persik sering pula disebut sebagai kutu daun tembakau. Nimfa dan serangga dewasa menyerang daun-daun muda, dengan cara menusuk dan mengisap cairan daun. Gejala serangan ditandai dengan perubahan tekstur daun menjadi keriput, terpuntir, berwarna kekuningan, pertumbuhan tanaman kerdil, daun menjadi layu dan akhirnya mati. Di samping itu, kutu daun merupakan vektor penyakit virus PLRV dan PVY. Tubuhnya berwarna kuning kehijauan (Gambar 13), dengan panjang tubuh berkisar antara 0,8 1,2 mm. Pengendalian kutu daun persik pada tanaman paprika yang dilakukan dengan sistem PHT adalah sebagai berikut : - Pemanfaatan musuh alami Di alam, kutu daun persik mempunyai musuh alami yang potensial yaitu parasitoid Aphidius sp., kumbang macan M. sexmaculatus, dan larva lalat Syrphidae. Pelepasan kumbang macan M. sexmaculatus dilakukan sejak tanaman paprika berumur 1 minggu setelah tanam dan diulang setiap minggu. 137
14 - Penggunaan insektisida Jika populasi kutu daun persik telah mencapai ambang pengendalian, yaitu 7 ekor/10 daun, maka pertanaman disemprot dengan insektisida Fipronil (Regent 50 EC) atau Alfametrin (Fastac 15 EC). Gambar 13. Kutu daun persik pada tanaman paprika 5. Lalat pengorok daun (Liriomyza sp.) Di Indonesia spesies yang menyerang adalah Liriomyza huidobrensis, lalat tersebut tersebar sejak dataran tinggi sampai dataran rendah. Hama ini menyerang sejak dari persemaian sampai tanaman dewasa. Serangan serangga dewasa pada daun ditandai oleh bercakbercak putih bekas tusukan ovipositor. Serangan berat akan mengakibatkan daun mengering seperti terbakar. Gejala serangan oleh larva berupa alur-alur putih pada permukaan daun paprika (Gambar 14). Pengendalian lalat pengorok daun pada tanaman paprika yang dilakukan dengan system PHT adalah sebagai berikut : - Pemasangan perangkap lekat warna kuning Pada saat tanam dipasang perangkap lekat warna kuning di atas kanopi tanaman sebanyak 1 buah per 2 m 2. - Penggunaan insektisida 138
15 Insektisida yang selektif dan efektif yang dianjurkan untuk mengendalikan lalat pengorok daun adalah Kartap hidroklorida (Padan 50 SP) atau Siromazin (Trigard 75 WP). Gambar 14. Imago (a), larva (b), pupa (c), dan gejala kerusakan oleh serangan Liriomyza sp. pada tanaman cabai (d) Penyakit Tanaman PENYAKIT TANAMAN 1. Penyakit tepung Penyakit tepung disebabkan oleh cendawan Oidiopsis capsici. Gejala serangan ditandai dengan adanya lapisan tepung berwarna putih terutama menempel pada sisi bawah daun (Gambar 15). Daun yang terserang menjadi pucat dan cepat rontok (Semangun 1989). Pengendalian penyakit tepung pada tanaman paprika dapat dilakukan sebagai berikut : a. Pemasangan dan pengasapan dengan pembakaran serbuk belerang Untuk mencegah serangan penyakit tepung pada pertanaman paprika dipasang serbuk belerang yang diletakkan dalam belahan bambu sebanyak 1 belahan bambu per 2 m 2. Pengasapan dengan pembakaran serbuk belerang seminggu sekali. Alat yang digunakan adalah yang biasa 139
16 digunakan untuk pengemposan tikus. Pengasapan dilakukan pada sore hari setelah pukul (Gambar 15), ketika suhu udara sudah menurun. Gambar 15. Daun tanaman paprika yang terserang penyakit tepung Gambar 16. Pemasangan belerang (kiri) dan pengasapan dengan pembakaran serbuk belerang (kanan) untuk mencegah serangan penyakit tepung b. Penyemprotan fungisida Jika serangan penyakit tepung rata-rata telah mencapai 5% luas daun, maka pertanaman paprika disemprot dengan fungisida selektif Fenarimol (Rubigan 120 EC) atau Heksakonazol (Anvil 50 SC) (Moekasan 2002). 2. Penyakit layu fusarium Penyakit layu fusarium disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum (Semangun, 1989). Infeksi awal terjadi pada leher batang 140
17 tanaman bagian bawah yang bersinggungan dengan tanah. Selanjutnya infeksi menjalar ke perakaran sehingga akar mengalami busuk basah. Gejala pada bagian tanaman di atas tanah adalah terjadinya kelayuan daun bagian bawah, yang selanjutnya menjalar ke atas, ke ranting-ranting muda dan akhirnya tanaman mati (Gambar 17) (Suryaningsih et al. 1996). Cendawan berada di dalam pembuluh kayu dan menyebabkan jaringan ini berwarna coklat (Semangun 1989). Gambar 17. Tanaman paprika yang terserang penyakit layu fusarium Pengendalian penyakit layu fusarium pada tanaman paprika dapat dilakukan sebagai berikut: a. Eradikasi selektif Jika dijumpai tanaman paprika yang terserang penyakit layu fusarium dilakukan eradikasi selektif, yaitu dengan cara menyingkirkan tanaman dan media tanamnya lalu memusnahkannya. b. Penggunaan fungisida Fungisida yang selektif dan efektif dan dianjurkan adalah Benomil (Benlate) atau Klorotalonil (Daconil 75 WP). Larutan fungisida dengan 141
18 konsentrasi yang dianjurkan disiramkan ke perakaran paprika dengan dosis 100 ml per polybag (Moekasan 2002). 3. Penyakit layu bakteri Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Ralstonia (Pseudomonas) solanacearum. Bakteri ini termasuk mikroorganisme patogen tular tanah atau dikenal dengan nama soil borne disease, dapat hidup bertahan dalam tanah dalam waktu yang relatif sangat lama (3-5 tahun) (Kelman, 1953). Serangan penyakit ini menyebabkan layunya daun-daun tanaman yang dimulai dari daun bagian atas. Tanaman tampak seolah-olah seperti kekurangan air. Setelah beberapa hari gejala kelayuan diikuti oleh layu yang tiba-tiba dan layu permanen seluruh tanaman, tetapi daun tetap berwarna hijau atau sedikit menguning (Gambar 18). Pengendalian penyakit layu bakteri pada tanaman paprika dapat dilakukan sebagai berikut: a. Perlakuan air penyiraman Untuk mencegah serangan layu bakteri, pada air penyiraman ditambahkan kaporit sebanyak 1 ppm (Moekasan 2002). b. Penggunaan musuh alami Musuh alami yang potensial untuk mengendalikan penyakit layu bakteri adalah bakteri antagonis Pseudomonas fluorescens. Larutan bakteri P. fluorescens sebanyak 50 ml/polybag disiramkan ke dalam media tanam mulai umur 1 minggu setelah tanam dan diulang seminggu sekali (Moekasan 2002). c. Eradikasi selektif Jika dijumpai tanaman paprika yang terserang penyakit layu bakteri dilakukan eradikasi selektif, yaitu dengan cara mencabut dan memusnahkannya. 142
19 d. Penggunaan bakterisida Bakterisida yang efektif untuk mengendalikan penyakit layu bakteri adalah Bactocine L. dengan konsentrasi formulasi 1 ml/l. Bakterisida tersebut secara bergantian disemprotkan pada tanaman atau disiramkan ke dalam media tanam sebanyak 50 ml/polybag dengan frekuensi seminggu sekali (Moekasan 2002). Gambar 18. Tanaman paprika yang terserang penyakit layu bakteri 4. Penyakit bercak serkospora Penyakit bercak serkospora disebabkan oleh cendawan Cercospora capsici yang dapat menyerang daun, tunas, bunga, batang, dan bakal buah. Serangan yang terjadi pada pedisel dapat menimbulkan malformasi buah, yaitu buah tidak dapat berkembang, melainkan menjadi kerdil. Bercak berbentuk bulat melingkar dan bagian tengahnya berwarna abu-abu tua sedangkan bagian luarnya coklat tua (Gambar 15). Pada kelembaban tinggi, cendawan tumbuh seperti bintikbintik, kemudian melebar dan berwarna abu-abu. Penyakit ini dikenal sebagai penyakit bintik mata kodok, karena bintik tersebut berbentuk seperti mata kodok. Pada saat sudah berukuran lebih besar, bercak mengering dan retak, yang akhirnya bagian buah ini akan jatuh ke tanah. 143
20 Daun dan buah yang terinfeksi dapat berubah menjadi berwarna kuning dan gugur ke tanah (Suryaningsih et al. 1996). Gambar 19. Daun paprika yang terserang penyakit bercak serkospora Pengendalian penyakit bercak serkospora pada tanaman paprika dapat dilakukan sebagai berikut: a. Perlakuan benih Pencegahan serangan penyakit bercak serkospora dapat dilakukan dengan cara perendaman benih paprika sebelum disemai pada larutan Propamocarb (Previcur N) dengan konsentrasi formulasi 1 ml/ l selama 24 jam (Moekasan 2002). b. Penggunaan mulsa plastik Penggunaan mulsa plastik dapat menghambat penyebaran infeksi cendawan ini, baik dari buah, daun atau batang ke media tanam, maupun dari media tanam ke bagian tanaman (Suryaningsih et al. 1996). c. Penggunaan fungisida Jika serangan penyakit bercak serkospora telah mencapai 5% luas daun, maka tanaman paprika disemprot dengan fungisida. Fungisida yang dianjurkan untuk cendawan golongan Oomycetes, yaitu fungisida kontak Klorotalonil (Daconil 70 WP) dengan interval 4-7 hari dan fungisida 144
21 sistemik Metalaxyl (Ridomil Gold MZ) atau Difenakonazol (Score 250 EC) dengan interval 7-10 hari. Penggunaan fungisida kontak dan sistemik dilakukan secara bergiliran untuk menghindari timbulnya resistensi cendawan tersebut terhadap fungisida. Pola pergiliran adalah 3-4 kali aplikasi fungisida kontak dan satu kali apalikasi fungisida sistemik, kemudian diulang kembali dengan pola yang sama (Suryaningsih et al., 1996). 5. Penyakit mosaik (virus kompleks) Penyakit mosaik pada tanaman paprika dapat disebabkan oleh salah satu atau gabungan berbagai jenis virus seperti virus tomat mosaik (tomato mosaic virus = ToMV), virus mosaik tembakau (tobacco mosaic virus = TMV), virus mosaik mentimun (cucumber mosaic virus = CMV), virus kentang Y (potato virus Y = PVY) dan virus X kentang (potato virus X = PVX) (Suryaningsih et al. 1996) Pertumbuhan tanaman yang terserang virus relatif lebih kerdil. Mula-mula tulang daun menguning atau terjadi jalur kuning sepanjang tulang daun. Daun menjadi belang hijau tua dan hijau muda, ukuran daun lebih kecil dan lebih sempit dari ukuran daun yang normal, atau menjadi seperti tali sepatu karena lembaran daun menghilang yang tinggal hanya tulang daun saja. Virus mosaik mentimun sering menyebabkan gejala bisul atau kutil pada buah (Semangun 1989). Virus masuk ke dalam jaringan melalui luka lalu memperbanyak diri dan menyebar ke seluruh jaringan tanaman secara sistemik. Jenis virus di atas dapat menular melalui persinggungan secara mekanik seperti TMV, ToMV dan PVX; melalui biji seperti ToMV dan TMV (Suryaningsih et al. 1996) atau disebarkan oleh kutu daun seperti CMV dan PVY (Noordam 1973). 145
22 Gambar 20. Beberapa gejala serangan penyakit mosaik pada tanaman paprika Pengendalian penyakit mosaik pada tanaman paprika dapat dilakukan sebagai berikut: a. Infeksi virus mosaik lewat vektornya (kutu daun) yang datang dari luar dapat dicegah dengan melakukan penyemaian benih paprika pada rumah plastik yang dindingnya terbuat dari kasa (Gambar 20). b. Menjaga kebersihan tangan pekerja dan peralatan yang digunakan untuk pemeliharaan tanaman menggunakan larutan alkohol 70% untuk mencegah penyebaran penyakit ini. c. Pada saat melakukan pewiwilan, tangan pekerja disterilkan dengan menggunakan susu skim atau alkohol 70% (Moekasan, 2002) d. Lakukan eradikasi selektif jika ada tanaman yang menunjukkan gejala terserang penyakit mosaik, yaitu dengan cara mencabut dan memusnahkannya. 146
23 Gambar 21. Tempat persemaian paprika yang terlindung untuk mencegah serangan penyakit mosaik (Foto: T. K. Moekasan) 1. PENYULAMAN Hasil Pengamatan : 147
24 Pembahasan : 2. PEMUPUKAN Hasil Pengamatan : 148
25 Pembahasan : 2. PENGAJIRAN Hasil Pengamatan : 149
26 Pembahasan : 3. PEMANGKASAN CABANG, TUNAS DAN PENJARANGAN BUAH Hasil Pengamatan : 150
27 Pembahasan : 2. PEMBERANTASAN HAMA DAN PENYAKIT Hasil Pengamatan : 151
28 Pembahasan : 152
MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA
Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola
Lebih terperinciOrganisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman Paprika dan Teknik Pengendalian
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) pada Tanaman Paprika dan Teknik Pengendalian Salah satu komoditas sayuran berpotensi diantaranya paprika dengan jumlah produksi pada yang cukup tinggi. Tingginya pertumbuhan
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA TOMAT
TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu
Lebih terperinciJawa Barat, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan lain-lain.
PENDAHULUAN Paprika (Capsicum annuum var. grossum) merupakan tanaman sayuran yang relatif baru dikenal di Indonesia, yaitu sejak tahun 1990-an. Pada umumnya paprika digunakan sebagai penyedap bahan masakan,
Lebih terperinciPENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT CABAI Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan
Lebih terperinciPENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.)
PENYAKIT PENYAKIT YANG SERING MENYERANG CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Masalah yang sering dihadapi dan cukup meresahkan petani adalah adanya serangan hama
Lebih terperinciMENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) BAWANG MERAH DAN MUSUH ALAMINYA PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Mengapa harus mengenal OPT yang menyerang? Keberhasilan pengendalian OPT sangat
Lebih terperinciPENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA. Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT SEMANGKA Dr. M. SYUKUR, SP, MSi INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 Hama Penting Semangka Hama penting pada semangka: 1. Thrips (Thrips parvispinus Karny) 2. Ulat perusak daun
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :
KEMENTERIAN PERTANIAN ISBN :978-979-8304-70-5 ISBN : 978-979-8304-70-5 Modul Pelatihan Budidaya Kentang Berdasarkan Konsepsi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) Modul 1 : Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada
Lebih terperinciBUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI
BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Eli Korlina PENDEKATAN PHT
PENDAHULUAN Eli Korlina Salah satu masalah dalam usahatani bawang putih adalah gangguan hama dan penyakit. Keberadaan hama dan penyakit dalam usahatani mendorong petani untuk menggu-nakan pestisida pada
Lebih terperinciMENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) DAN MUSUH ALAMINYA PADA TANAMAN CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
MENGENAL ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) DAN MUSUH ALAMINYA PADA TANAMAN CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Mengapa harus mengenal OPT yang menyerang? Keberhasilan pengendalian OPT
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas
24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan
Lebih terperinciOleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09
Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciPELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
15 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANGG Penyemaian Penyemaian tanaman paprika dann tomat dilakukan minimal 40 hari sebelum tanam (Lampiran 5). Arang sekam dan benih paprika atau tomat t direndam menggunakan larutan
Lebih terperinciIDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH
IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciPengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang
1 Pengenalan Penyakit yang Menyerang Pada Tanaman Kentang Kelompok penyakit tanaman adalah organisme pengganggu tumbuhan yang penyebabnya tidak dapat dilihat dengan mata telanjang seperti : cendawan, bakteri,
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis
KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung
Lebih terperinciBAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING
Deskripsi Singkat BAB IV. PRAKTEK PEMBIBITAN DAN TRANSPLANTING Pokok Bahasan : Praktek Pembibitan dan Transplanting Waktu : 2 (satu) kali tatap muka pelatihan Tujuan : Agar Praja mampu menjelaskan dan
Lebih terperinciIdentifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang
Identifikasi dan Klasifikasi Hama Aphid (Kutu Daun) pada tanaman Kentang Kehilangan hasil yang disebabkan gangguan oleh serangga hama pada usaha tani komoditas hortikultura khususnya kentang, merupakan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Arthropoda : Insecta : Lepidoptera : Noctuidae :
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lahan Kecamatan Pangalengan berada pada ketinggian sekitar 1500 m di atas permukaan laut (dpl). Keadaan iklim di lokasi ini adalah sebagai berikut meliputi curah hujan rata-rata
Lebih terperinciHama Kedelai dan Kacang Hijau
Hama Kedelai dan Kacang Hijau Dr. Akhmad Rizali Hama Penting Kedelai dan Kacang Hijau Lalat bibit atau lalat kacang (Ophiomyia phaseoli) Ulat grayak (Spodoptera litura) Ulat penggulung daun (Lamprosema
Lebih terperinciOleh Kiki Yolanda,SP Jumat, 29 November :13 - Terakhir Diupdate Jumat, 29 November :27
Lada (Piper nigrum L.) merupakan tanaman rempah yang menjadi komoditas ekspor penting di Indonesia. Propinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi salah satu sentra produksi utama lada di Indonesia dan dikenal
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI. B. FASE PRATANAM 1. Pengolahan Lahan
BUDIDAYA CABAI A. PENDAHULUAN Cabai dapat ditanam di dataran tinggi maupun rendah, ph 5-6. Bertanam cabai dihadapkan dengan berbagai masalah (resiko), diantaranya, teknis budidaya, kekurangan unsur, serangan
Lebih terperinciBudidaya Bawang Putih di Dataran Rendah
Budidaya Bawang Putih di Dataran Rendah Bawang putih (allium sativum) termasuk genus afflum dan termasuk klasifikasi tumbuhan terna berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2
Lebih terperinciPENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PENGENDALIAN OPT BAWANG MERAH Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT)
Lebih terperinciPENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI MERAH, TOMAT, DAN MENTIMUN
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (OPT) PADA BUDIDAYA CABAI MERAH, TOMAT, DAN MENTIMUN Pengendalian organisme pengganggu tumbuhan (OPT) atau hama dan penyakit berdasarkan konsepsi Pengendalian
Lebih terperinciStatus Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama
Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama Embriani BBPPTP Surabaya Pendahuluan Adanya suatu hewan dalam suatu pertanaman sebelum menimbulkan kerugian secara ekonomis maka dalam pengertian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT
HASIL DAN PEMBAHASAN Budidaya Cabai Keriting Hibrida TM 999 secara Konvensional dan PHT Budidaya konvensional merupakan budidaya cabai yang menggunakan pestisida kimia secara intensif dalam mengendalikan
Lebih terperinciPara Perusak. Daun N. adrianii berlubang karena ulat. Pangkas daun yang terserang penyakit. Kebun bersih kurangi serangan hama
1 Para Perusak Sangat sedikit hama dan penyakit yang menyerang nepenthes. Tanaman itu memang bandel. Toh, biarpun sedikit ada saja musuhnya yang menyerang ketika peluang muncul. Musuhnya kebanyakan sama
Lebih terperinciTeknik Budidaya Anggur
Teknik Budidaya Anggur A. SYARAT TUMBUH Ketinggian 25-300 m dpl, suhu 25-310 C, kelembaban udara 75-80 %, intensitas penyinaran 50% 80%, 3-4 bulan kering, curah hujan 800 mm/tahun dan ph tanah 6-7. Tipe
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Bioekologi Menochilus sexmaculatus
TINJAUAN PUSTAKA Serangga predator Serangga predator adalah jenis serangga yang memangsa serangga hama atau serangga lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pemanfaatan serangga predator sudah dikenal
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan
Lebih terperinciPengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati
Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan
21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT
PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :
Lebih terperinciPENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA
PENYAKIT-PENYAKIT PENTING PADA TANAMAN HUTAN RAKYAT DAN ALTERNATIF PENGENDALIANNYA NUR HIDAYATI BALAI BESAR PENELITIAN BIOTEKNOLOGI DAN PEMULIAAN TANAMAN HUTAN KONSEP PENYAKIT TANAMAN Penyakit tumbuhan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas
III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober
Lebih terperinciMODUL BUDIDAYA KACANG TANAH
MODUL BUDIDAYA KACANG TANAH I. PENDAHULUAN Produksi komoditi kacang tanah per hektarnya belum mencapai hasil yang maksimum. Hal ini tidak terlepas dari pengaruh faktor tanah yang makin keras (rusak) dan
Lebih terperinciPELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi
16 PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi Tanaman stroberi mampu berproduksi dengan baik sampai dengan dua tahun apabila dipelihara dengan baik. Tanaman stroberi di Vin s Berry Park umurnya
Lebih terperinciMODUL BUDIDAYA SEMANGKA
MODUL BUDIDAYA SEMANGKA I. PENDAHULUAN Tingkat dan kualitas produksi semangka di Indonesia masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan antara lain karena tanah yang keras, miskin unsur hara dan hormon,
Lebih terperinciBUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN
BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum
16 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Keadaan tanaman cabai selama di persemaian secara umum tergolong cukup baik. Serangan hama dan penyakit pada tanaman di semaian tidak terlalu banyak. Hanya ada beberapa
Lebih terperinciBAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan
BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut
Lebih terperinciIII. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Risiko Produksi Fluktuasi yang terjadi pada suatu usaha, baik fluktuasi hasil produksi, harga dan jumlah permintaan yang berada dibawah standar yang ditetapkan merupakan indikasi
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,
Lebih terperinciPenanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk
Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciMENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI. Oleh : M Mundir BP3KK Nglegok
MENGIDENTIFIKASI dan MENGENDALIAN HAMA WERENG PADA PADI Oleh : M Mundir BPKK Nglegok I LATAR BELAKANG Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah semua organisme yang menggangu pertumbuhan tanaman pokok
Lebih terperinciBAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR
13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei
Lebih terperinciHAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA
HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI DAN CARA PENGENDALIANNYA Yurista Sulistyawati BPTP Balitbangtan NTB Disampaikan dalam Workshop Pendampingan UPSUS Pajale, 18 April 2017 PENDAHULUAN Provinsi NTB: Luas panen padi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan
TINJAUAN PUSTAKA Biologi Hama Spodoptera litura F. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Filum Kelas Ordo Famili Subfamili Genus : Arthropoda : Insecta
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. utama (primer) dan akar lateral (sekunder). Dari akar lateral keluar serabut-serabut
TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Cabai dalam: Menurut Setiadi (2006) klasifikasi tanaman cabai merah termasuk ke Kingdom Diviso Sub divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta : Angiospermae
Lebih terperinciOleh : Nur Fariqah Haneda
7 MODULE PELATIHAN HAMA DAN PENYAKIT HUTAN Oleh : Nur Fariqah Haneda ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev.
Lebih terperinciMATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan
III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155
Lebih terperinciIII BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.
III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan
Lebih terperinciPenyakit Layu Bakteri pada Kentang
Penyakit Layu Bakteri pada Kentang Penyakit layu bakteri dapat mengurangi kehilangan hasil pada tanaman kentang, terutama pada fase pembibitan. Penyakit layu bakteri disebabkan oleh bakteri Ralstonia solanacearum
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium
13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari
Lebih terperinciBudidaya Cabai. Potensi hasil 9 ton/ha. Warna buah merah Panjang buah 10 cm Cocok untuk dataran rendah Toleran terhadap hama pengisap daun
Budidaya Cabai Pendahuluan Cabe (Capsicum Annum varlongum) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi penting di Indonesia. Cabe merupakan tanaman perdu dari famili terong
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
23 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Usaha Tani PT JORO merupakan sebuah perusahaan agribisnis hortikultura yang meliputi budidaya, sarana budidaya, distributor benih, produsen pupuk dan konsultan pertanian..
Lebih terperinciCARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2)
CARA CARA PENGENDALIAN OPT DAN APLIKASI PHESTISIDA YANG AMAN BAGI KESEHATAN 1) SUHARNO 2) 1) Judul karya ilmiah di Website 2) Lektor Kepala/Pembina TK.I. Dosen STPP Yogyakarta. I. PENDAHULUAN Penurunan
Lebih terperinciMENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU
PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO DINAS PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN JL. RAYA DRINGU 81 TELPON 0335-420517 PROBOLINGGO 67271 MENGENAL LEBIH DEKAT PENYAKIT LAYU BEKTERI Ralstonia solanacearum PADA TEMBAKAU Oleh
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Serangan O. furnacalis pada Tanaman Jagung Larva O. furnacalis merusak daun, bunga jantan dan menggerek batang jagung. Gejala serangan larva pada batang adalah ditandai dengan
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabai?
Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai
Lebih terperinciPeluang Usaha Budidaya Cabe Merah
KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS Peluang Usaha Budidaya Cabe Merah NAMA : HERRY WICOYO NIM : 11.12.5939 KELAS : 11-SI-SI-08 STIMIK AMIKOM YOGYAKARTA KATA PENGANTAR Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah SWT
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA Lalat penggorok daun, Liriomyza sp, termasuk serangga polifag yang dikenal sebagai hama utama pada tanaman sayuran dan hias di berbagai negara. Serangga tersebut menjadi hama baru
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,
Lebih terperinciCara Menanam Tomat Dalam Polybag
Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,
Lebih terperinciCara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru
Cara Menanam atau Budidaya Gambas Terbaru. Gambas dalam bahasa latin Gambas memiliki nama Luffa acutangula di malaysia dikenal dengan nama Ketola sedangkan di filipina dikenal dengan nama Patola. Gambas
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Limbah Cair Industri Tempe. pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karna tidak
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Cair Industri Tempe Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses industri maupun domestik (rumah tangga), yang lebih di kenal sebagai sampah, yang kehadiranya
Lebih terperinciBUDIDAYA TOMAT. 2. Pola Tanam
BUDIDAYA TOMAT Tomat adalah komoditas hortikultura yang penting, tetapi produksinya baik kuantitas dan kualitas masih rendah. Hal ini disebabkan antara lain tanah yang keras, miskin unsur hara mikro serta
Lebih terperinciTUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI
TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia
Lebih terperinciHama Patogen Gulma (tumbuhan pengganggu)
KOMPONEN OPT Hama adalah binatang yang merusak tanaman sehingga mengakibatkan kerugian secara ekonomi. Patogen adalah jasad renik (mikroorganisme) yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman Gulma (tumbuhan
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Tanaman jarak pagar berupa perdu dengan tinggi 1 7 m, daun tanaman
TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Tanaman Jarak Pagar Tanaman jarak pagar termasuk famili Euphorbiaceae, satu famili dengan karet dan ubi kayu. Klasifikasi tanaman jarak pagar sebagai berikut (Hambali, dkk.,
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah ( S. coarctata
15 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Populasi Kepinding Tanah (S. coarctata) Secara umum tampak bahwa perkembangan populasi kepinding tanah terutama nimfa dan imago mengalami peningkatan dengan bertambahnya
Lebih terperinci1. Survey Lahan 2. Penyediaan Benih 3. Persiapan Lahan 4. Penanaman 5. Pemasangan Ajir 6. Perempelan 7. Pengairan 8. Pemupukan 9.
1. Survey Lahan 2. Penyediaan Benih 3. Persiapan Lahan 4. Penanaman 5. Pemasangan Ajir 6. Perempelan 7. Pengairan 8. Pemupukan 9. Pengendalian OPT 10. Panen 11. Pasca Panen Definisi Penyediaan benih merupakan
Lebih terperinciBUDIDAYA DAN PANEN. Budidaya Pakchoi Baby. Persiapan Lahan
BUDIDAYA DAN PANEN Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung Mirwan
Lebih terperinciIII. BAHAN DAN METODE
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada
Lebih terperinciMonograf No. 10 ISBN : PESTISIDA SELEKTIF. untuk Mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada Tanaman Cabai.
Monograf No. 10 ISBN : 979-8304-20-9 PESTISIDA SELEKTIF untuk Mengendalikan Oleh : Laksminiwati Prabaningrum BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BADAN PENELITIAN
Lebih terperinciAGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)
AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN) HAMA Hama utama tanaman kedelai adalah: 1. Perusak bibit 2. Perusak daun 3. Perusak polong 4.
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT. Oleh: YULFINA HAYATI
BUDIDAYA CABAI KERITING DALAM POT Oleh: YULFINA HAYATI PENDAHULUAN Tanaman cabai (Capsicum annum) dalam klasifikasi tumbuhan termasuk ke dalam family Solanaceae. Tanaman ini berasal dari Amerika Tengah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium
14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan
Lebih terperinciHAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati
HAMA DAN PENYAKIT BENIH Oleh: Eny Widajati SERANGGA HAMA Di lapang Di gudang Menyerang benih dengan kadar air masih tinggi Mampu menyerang benih berkadar air rendah Serangga hama di penyimpanan dibedakan
Lebih terperinciTeknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk
Teknologi Perbanyakan Benih Mangga melalui Sambung Pucuk Berkebun buah-buahan yang perlu diperhatikan adalah mutu dan ketersediaan akan benih/ bibit tanaman. Pelaku usahatani/ pekebun bisa menyiapkan pembibitan
Lebih terperinciCara Menanam Cabe di Polybag
Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat
Lebih terperinciTATA CARA PENELITIAN
III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam
TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Cylindrocladium sp. Menurut Dwidjoseputro (1978), Cylindrocladium sp. masuk ke dalam subdivisi Eumycotina, kelas Deuteromycetes (fungi imperfect/fungi tidak sempurna), Ordo Moniliales,
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR PERLINDUNGAN HUTAN ACARA 1 PENGENALAN GEJALA DAN TANDA PENYAKIT PADA HUTAN DISUSUN OLEH : NAMA NIM SIFT CO.ASS : SIWI PURWANINGSIH : 10/301241/KT/06729 : Rabu,15.30 : Hudiya
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan pada bulan Mei sampai bulan Desember 2015 di kebun salak Tapansari, Pakem, Sleman, Yogyakarta. Salak yang
Lebih terperinciV GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN
V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Pasirlangu Gambaran umum Desa Pasirlangu meliputi keadaan geografi dan administratif, kependudukan, serta sarana dan prasarana. 5.1.1. Keadaan
Lebih terperinci