BUDIDAYA DAN PANEN. Budidaya Pakchoi Baby. Persiapan Lahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUDIDAYA DAN PANEN. Budidaya Pakchoi Baby. Persiapan Lahan"

Transkripsi

1 BUDIDAYA DAN PANEN Budidaya Pakchoi Baby Persiapan Lahan Persiapan tanah sebelum penanaman dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan kelompok mitra tani. Pengolahan tanah di PT. Saung Mirwan dilakukan secara mekanik menggunakan mesin traktor (Gambar 1a), sedangkan mitra tani masih secara manual menggunakan cangkul. Pengolahan tanah yang pertama dilakukan adalah membalikkan tanah bekas pertanaman sebelumnya. Tanah-tanah yang masih berbentuk gumpalan perlu diremahkan agar lebih gembur dan halus. Setelah tanah menjadi gembur dilakukan perataan untuk selanjutnya dibuat bedengan. Bedengan yang dibuat oleh PT. Saung Mirwan memiliki kesamaan dalam ukuran lebar bedengan yaitu 1.2 m, sedangkan untuk ukuran panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan setempat. Pupuk kandang diberikan sebelumnya (Gambar 1b), sehingga saat pengolahan tanah dilakukan bersamaan dengan pemupukan dasar. Pemupukan dasar yang dilakukan oleh bidang produksi PT. Saung Mirwan dan mitra tani dengan menggunakan pupuk kandang dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Selain itu PT. Saung Mirwan juga menggunakan pupuk TSP dengan dosis 1 ton/ha. Gambar 1. Pengolahan Tanah dengan Traktor, Pemberian Pupuk Kandang Sebelum Pengolahan Tanah

2 28 Penanaman Penanaman pakchoi baby di PT. Saung Mirwan menggunakan metode tanam langsung, yaitu suatu metode dengan mengolah lahan terlebih dahulu lalu dibuat lubang tanam kemudian benih dimasukkan ke dalam lubang yang telah ditentukan (Gambar 2a). Namun, mitra tani menanam pakchoi baby berbeda dengan PT. Saung Mirwan, kebanyakan dari mereka menanam dengan metode tidak langsung. Benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Persemaian dilakukan di tanah dengan dibuat bedengan. Bibit pakchoi baby mulai dipindahtanam pada umur 3 minggu setelah semai (MSS). Sebelum dilakukan penanaman, baik PT. Saung Mirwan dan mitra petani menaburkan Furadan di lahan yang digunakan sebagai insektisida atau nematisida. Benih pakchoi baby yang digunakan dalam penanaman tidak diproduksi sendiri oleh perusahaan, melainkan benih dari perusahaan Takii & Co., Jepang (Gambar 2b). Benih yang digunakan oleh mitra tani sama dengan yang digunakan oleh PT. Saung Mirwan, sehingga tanaman yang dihasilkan seragam. Gambar 2. Penanaman Pakchoi Baby pada Lubang Tanam, Benih Pakchoi Baby yang Digunakan Pola penanaman yang diterapkan oleh PT. Saung Mirwan yaitu pola tanam monokultur, sedangkan mitra tani ada yang menerapkan pola tanam monokultur dan ada pula pola tanam tumpang sari. Tumpang sari yang dilakukan oleh mitra tani berbeda-beda, contohnya pakchoi baby dengan edamame atau pakchoi baby dengan cabai. Bidang produksi PT. Saung Mirwan menanam pakchoi baby dengan jarak tanam 10 cm x 10 cm, sedangkan mitra tani yang menerapkan pola tumpang sari menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penanaman menggunakan satu benih per lubang dan satu bibit per lubang di mitra tani.

3 29 Namun, terdapat pula petani yang menanam dengan cara benih ditabur pada alur. Kebutuhan benih dengan sistem tabur ini lebih besar dibandingkan dengan penanaman pada lubang. Selain itu tanaman yang dihasilkan lebih kecil karena tanaman yang tumbuh saling berhimpitan. Pemupukan yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan berbeda dengan mitra tani. Aplikasi pupuk kandang di bidang produksi ada yang sebelum tanam dan saat tanam, sedangkan kebanyakan mitra tani mengaplikasikan sebelum tanam. Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran kambing dan kotoran ayam. PT. Saung Mirwan mengaplikasikan pupuk dari kotoran kambing sebelum tanam, sehingga ikut tercampur saat pengolahan tanah. Pupuk dari kotoran ayam diaplikasikan saat tanam. Pupuk ini ditaburkan di atas bedengan sebagai penutup, karena setelah benih dimasukkan ke dalam lubang tidak ditutup dengan tanah lagi (Gambar 3a). Setelah itu dilakukan penyiraman dengan cara pengkabutan (mist irrigation) (Gambar 3b). Mitra tani menggunakan pupuk campuran dari kotoran kambing dan kotoran ayam. Pupuk diberikan saat pengolahan tanah. Pemeliharaan Gambar 3. Pemberian Pupuk Kotoran Ayam, Penyiraman dengan Irigasi Kabut Pemeliharaan tanaman pakchoi baby dilakukan dengan melakukan penyiraman, penjarangan, penyulaman, penyiangan gulma, dan pemupukan. Penyiraman dilakukan sejak awal penanaman. PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman untuk lahan sayuran dengan sistem irigasi kabut (mist irrigation), sedangkan mitra tani melakukan penyiramannya secara manual dengan menggunakan gembor. Bidang produksi PT. Saung Mirwan melakukan penyiraman tiga kali dalam sehari, tergantung cuaca dan kondisi tanah di lahan.

4 30 Jika cuaca panas, pengairan dilakukan tiga kali dalam sehari, sedangkan jika cuaca mendung atau hujan pengairan dilakukan hanya satu atau dua kali dalam sehari tergantung kondisi tanah masih basah atau tidak. Mitra tani melakukan penyiraman tiga kali dalam seminggu. Perbedaan intensitas penyiraman ini disebabkan oleh perbedaan lokasi penanamannya. PT. Saung Mirwan menanam di dalam greenhouse, sedangkan mitra tani menanam di lahan luar. Selain dari penyiraman yang dilakukan oleh mitra tani, kebutuhan air diperoleh dari air hujan yang masuk ke dalam tanah. Akibatnya intensitas penyiraman mitra tani lebih rendah dibandingkan penanaman di dalam greenhouse yang dilakukan PT. Saung Mirwan. Penggunaan greenhouse menyebabkan air hujan tidak dapat masuk ke dalam tanah di lahan penanaman, sehingga tidak terdapat cadangan air. Oleh karena itu, penyiraman PT. Saung Mirwan harus dilakukan lebih sering agar tanaman tidak kekeringan. Penjarangan tanaman hanya dilakukan oleh PT. Saung Mirwan karena penanaman langsung mungkin lebih dari satu benih per lubang tanam. Penjarangan dilakukan saat tanaman berumur 1 MST karena pada saat itu sudah muncul di permukaan tanah. Tujuan dari kegiatan ini adalah memelihara satu tanaman pada satu lubang tanam agar tanaman yang dihasilkan sesuai ukuran. Jika tidak dilakukan penjarangan maka tanaman yang tumbuh akan saling berhimpitan, sehingga dihasilkan tanaman yang ukurannya lebih kecil. Kegiatan penjarangan ini bersamaan dengan kegiatan penyulaman. Tanaman yang telah dicabut saat penjarangan, langsung dipindahkan secara hati-hati ke lubang yang tanamannya tidak tumbuh atau mati, sehingga tanaman tumbuh secara merata dan seragam. Kegiatan penjarangan dan penyulaman hanya dilakukan satu kali saat umur 1 MST tersebut. Mitra tani yang kebanyakan menanam dengan metode persemaian terlebih dahulu tidak melakukan kegiatan penjarangan, karena bibit yang ditanam hanya satu bibit per lubang tanam. Kegiatan pemeliharaan selanjutnya adalah penyiangan gulma. Baik PT. Saung Mirwan maupun mitra tani melakukan kegiatan ini saat tanaman mulai berumur 2 MST hingga panen. Penyiangan gulma dilakukan 2 kali dalam satu minggu untuk mencegah pertumbuhan gulma yang dapat menghambat petumbuhan tanaman. Setelah dilakukan penyiangan gulma yang pertama

5 31 dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan mitra tani sama. Pupuk susulan yang digunakan adalah pupuk urea dengan dosis 500 kg/ha. Perbedaan cara budidaya pakchoi baby yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dan mitra tani dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Perbedaan Budidaya Pakchoi Baby di PT. Saung Mirwan dan Mitra Tani Tahapan Budidaya PT. Saung Mirwan Mitra Tani Alat pengolahan tanah Traktor Cangkul Pengolahan tanah Pembalikan tanah Pembalikan tanah Metode penanaman Penanaman langsung Persemaian (pindah tanam 3 MSS) Jarak tanam 10 cm x 10 cm 20 cm x 20 cm Pola penanaman Monokultur Tumpang sari Pupuk dasar TSP (1 ton/ha); kotoran kambing (8.5 ton/ha); kotoran ayam (4.8 ton/ha) Ayam+kambing (20.8 ton/ha) Waktu aplikasi Sebelum tanam Sebelum tanam Cara aplikasi pupuk Diolah dengan tanah; Diolah dengan tanah disebar Pupuk susulan Urea (500 kg/ha) Urea (500 kg/ha) Waktu aplikasi 2 MST 2 MST Cara aplikasi pupuk Disebar Disebar Penjarangan 1 MST - Penyulaman 1 MST - Penyiangan 2 MST hingga panen 2 MST hingga panen Penyiraman 3 x sehari 3 x seminggu Sumber : Hasil Pengamatan dan Wawancara Keterangan : MSS : Minggu Setelah Semai MST : Minggu Setelah Tanam Pengendalian Hama dan Penyakit Hama utama yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah ulat grayak (Spodoptera litura). Ulat ini membuat lubang pada daun dan suka bersembunyi di tempat yang lembab. Pada siang hari ulat bersembunyi dalam tanah dan menyerang tanaman pada malam hari. Biasanya banyak ulat bersama-sama pindah dari tanaman yang telah habis daunnya menuju ke tanaman lainnya. Selain itu, ditemui ulat Crocidolomia binotalis yang hidup secara bergerombol dan menyerang bagian pucuk daun. Hama lain pada tanaman pakchoi baby adalah

6 kutu loncat. Kutu ini menghisap cairan pada pucuk daun yang menggakibatkan daun menjadi berkerut. Gejala serangan ulat grayak dapat dilihat pada Gambar Gambar 4. Gejala Serangan Ulat Grayak Penyakit yang menyerang tanaman pakchoi baby adalah semai roboh (Pythium sp.) dan busuk basah (Erwinia carotovora). Cendawan Pythium menyerang jaringan tanaman yang mengakibatkan semai akan roboh. Bila serangannya hebat, semai akan mati sebelum muncul di atas permukaan tanah. Timbulnya penyakit semai roboh akan lebih cepat terjadi bila temperatur dan kelembaban udara cukup tinggi. Penyakit busuk basah disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Tanaman yang terserang penyakit ini akan menjadi lunak, berlendir, baunya busuk, bila keadaan memungkinkan penyakit akan cepat sekali menjalar ke seluruh tubuh tanaman. Gambar 5. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Pakchoi Baby Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan dan mitra tani pada tanaman pakchoi baby adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 5). Penyemprotan pestisida pada pakchoi baby di PT. Saung Mirwan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Kamis. Waktu pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul WIB. Pestisida yang

7 digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaanya dapat dilihat pada Lampiran Pemanenan Pemanenan pakchoi baby yang dilakukan antara PT. Saung Mirwan dengan mitra tani tidak berbeda. Keduanya memanen pakchoi baby pada saat umur tanaman 5 minggu (Gambar 6a). Mitra tani yang melakukan penanaman dengan metode persemaian terlebih dahulu, melakukan panen saat tanaman berumur 2 minggu di lapangan. Hal ini dilakukan karena bibit semai yang ditanam berumur 3 minggu di persemaian, sehingga total umur tanaman pakchoi yang dipanen 5 minggu. Waktu pemanenan biasanya dilakukan pada pagi hari. Namun, ada kemungkinan panen dilakukan pada saat siang hari karena kegiatan panen yang dilakukan sejak pagi hari belum selesai sehingga tetap dilanjutkan pada siang harinya. Cara panen yang dilakukan oleh PT. Saung Mirwan dengan mitra tani sama, yaitu dengan memotong tanaman setinggi tanah (Gambar 6b). Alat yang digunakan untuk memotong adalah pisau. Perbedaan saat panen antara PT. Saung Mirwan dengan mitra tani adalah perlakuan terhadap tanaman sesaat setelah panen. Pekerja PT. Saung Mirwan langsung memasukkan hasil panen ke dalam kontainer plastik setelah dilakukan sortasi dan trimming, sedangkan mitra tani mengumpulkan hasil panen ke tempat yang teduh terlebih dahulu yang diangkut menggunakan karung (Gambar 7). Mitra tani juga melakukan trimming di lahan saat panen dilakukan. Setelah panen selesai dilakukan maka hasil panen siap diangkut ke divisi pengemasan. Gambar 6. Tanaman yang Siap Dipanen, Cara Panen Pakchoi Baby

8 34 Gambar 7. Kegiatan Panen oleh Mitra Tani : Pengangkutan Hasil Panen ke Tempat Teduh, Pengumpulan Hasil Panen di Tempat yang Teduh Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya pakchoi baby lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7. Budidaya Tomat Cherry Persiapan Bahan Tanam Benih merupakan salah satu pendukung keberhasilan produksi tomat, sehingga dalam pemilihan benih harus dilakukan dengan hati-hati. PT. Saung Mirwan tidak memproduksi benih tomat cherry yang digunakan dalam setiap penanamannya melainkan harus mengimpor dari luar negeri. Benih tomat cherry yang digunakan adalah varietas Cheresita yang merupakan benih hasil produksi perusahaan De Ruiter dari Belanda. Persentase tumbuh dari benih ini sebesar %. Benih ini memiliki keseragaman bentuk, permukaan kulit bersih, tidak keriput, tidak cacat, warna kulit cerah, daya tumbuh baik, serta bebas dari hama dan penyakit. Alasan perusahaan memilih benih ini karena buah yang dihasilkan mempunyai bentuk, rasa, dan warna yang diinginkan konsumen. Selain itu tanaman yang tumbuh memiliki sifat tahan terhadap hama dan penyakit, sehingga mampu berproduksi dengan baik.

9 35 (c) (d) Gambar 8. Bangunan Pembibitan, Tempat Penyemaian, (c) Kecambah yang Siap Dipindahkan ke Tray, (d) Pemindahan Kecambah Tomat Cherry Penanaman tomat cherry dilakukan dengan metode tidak langsung, yaitu benih tidak langsung ditanam di lapangan tetapi disemai terlebih dahulu. Tujuan penyemaian ini adalah untuk mengurangi risiko rendahnya daya tumbuh benih jika langsung ditanam di lapangan. Penyemaian dilakukan di lokasi pembibitan yang atapnya diberi paranet (Gambar 8a). Tujuan pengunaan paranet adalah untuk mengurangi intensitas sinar matahari pada tanaman muda. Awalnya benih tomat cherry disemai dalam baki berukuran 40 cm x 25 cm x 5 cm dengan media arang sekam (Gambar 8b). Arang sekam yang digunakan sebagai media persemaian ini melalui tahap pengayakan terlebih dahulu sehingga medianya halus. Tujuan persemaian dengan menggunakan baki adalah hanya untuk mengecambahkan benih. Kecambah berumur 9 hari (Gambar 8c), dipindahkan ke tray ukuran 36 (Gambar 8d) atau pot berdiameter 10 cm. Bibit tomat berada dalam tray atau pot selama 12 hari. Pemberian larutan nutrisi dimulai sejak pemindahan kecambah tersebut. Komposisi larutan nutrisi yang diberikan sama dengan tanaman tomat yang telah ditanam di lapangan, namun dengan nilai Electric Coductivity (EC) yang lebih rendah karena dilakukan

10 pengenceran 2 kali lipat dari nutrisi tanaman yang diberikan di lapangan (1:1:600). 36 Persiapan Lahan Lahan yang akan digunakan untuk pertanaman tomat cherry harus dibersihkan dan disterilkan terlebih dahulu. Persiapan lahan meliputi pembersihan dari sisa-sisa tanaman dan arang sekam bekas pertanaman sebelumnya dengan cara disapu hingga bersih. Setelah lantai bersih kemudian dicuci dengan cara menyikat lantai agar lumut dan sisa-sisa garam mineral yang melekat dapat dihilangkan. Kemudian lantai dibilas dengan air bersih menggunakan power sprayer. Kondisi lahan yang telah bersih tidak menjamin tanaman tomat cherry yang akan ditanam dapat terhindar dari serangan bibit penyakit yang tertinggal di lahan. Oleh karena itu, perlu dilakukan sterilisasi lantai. Bahan yang digunakan untuk sterilisasi lantai adalah formalin dengan konsentrasi 5 cc/l. Sterilisasi dilakukan dengan cara menyemprotkan larutan formalin tersebut ke lantai menggunakan power sprayer. Penyemprotan harus secara merata, dilakukan dengan berjalan mundur agar lantai yang telah steril tidak terinjak kembali oleh penyemprot. Persiapan selanjutnya adalah persiapan media tanam di lahan. Media tanam yang digunakan untuk tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah arang sekam. Arang sekam yang digunakan diproduksi sendiri oleh perusahaan di bagian rumah pembakaran sekam. Sekam mentah yang akan dijadikan arang sekam diperoleh dengan cara membeli dari penggilingan padi atau tempat-tempat lain yang menyediakan sekam mentah. Pembelian dilakukan oleh divisi pengadaan non-sayur. Rasio pembakaran dari sekam mentah menjadi arang sekam sekitar 100 : 40, yaitu dari 100 karung sekam mentah dapat menghasilkan 40 karung arang sekam. Proses pembakaran di rumah pembakaran sekam dilakukan mulai pukul WIB hingga keesokan harinya pukul WIB. Cara pembakarannya adalah dengan menyalakan tungku api terlebih dahulu dengan bantuan kayu bakar di dalamnya. Selanjutnya sekam mentah diletakkan mengelilingi tungku api secara merata (Gambar 9a) dan proses pembakaran akan

11 37 selesai keesokan paginya. Sekam yang telah terbakar merata (Gambar 9b) disiram dengan air agar tidak terjadi abu sekam. Air yang digunakan adalah air yang berasal dari bawah permukaan karena bebas dari kotoran atau biji-bijian tanaman yang dapat menyebabkan gulma pada saat pertanaman. (c) Gambar 9. Kegiatan Pembakaran Sekam di Rumah Pembakaran Sekam, Arang Sekam yang Sudah Jadi, (c) Pengisian Polibag dengan Arang Sekam Wadah tanam yang digunakan untuk penanaman tomat cherry adalah polibag. Polibag yang digunakan berwarna hitam dengan ukuran 35 cm x 40 cm yang memiliki daya tampung arang sekam sebanyak kg. Bagian bawah polibag diberi lubang yang berfungsi sebagai drainase. Sebelum polibag diisi dengan media terlebih dahulu direndam dalam larutan lysol agar wadah yang digunakan tersebut steril. Polibag diisi dengan arang sekam sebanyak 2/3 bagian (Gambar 9c). Polibag yang telah diisi kemudian disusun di lahan dengan jarak antar baris 120 cm dan jarak dalam baris 50 cm. Penanaman Penanaman tomat cherry ke polibag dilakukan saat bibit tomat telah berumur tiga minggu di persemaian (3 MSS). Bibit tomat yang telah siap

12 38 dipindahkan ke polibag dapat dilihat pada Gambar 10a. Tujuan pindah tanam ini adalah untuk pembesaran sehingga akan menghasilkan buah yang diharapkan baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Satu hari sebelum tanam, polibag diletakkan di greenhouse dan disiram dengan larutan pupuk dasar melalui irigasi tetes. Pemberian pupuk dasar bertujuan agar pada saat tanam media masih basah sehingga akar bibit tomat tidak mengalami stres kekeringan dan merangsang pertumbuhan akar agar tumbuh optimal. Komposisi pupuk dasar yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 9. Pemindahan bibit dari tray harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak merusak perakaran dan batang bibit yang masih muda tersebut. Sebelum bibit dikeluarkan dari tray, sebaiknya tray disiram terlebih dahulu dengan air agar akar bibit mudah diangkat dan tidak rusak. Pembuatan lubang tanam pada media arang sekam dilakukan sebelum bibit dikeluarkan dari tray. Lubang tanam yang dibuat dengan kedalaman sekitar 5-8 cm. Setelah dikeluarkan, bibit dimasukkan beserta medianya ke dalam lubang tanam yang telah dibuat dengan hati-hati agar batang dan akarnya tidak rusak. Selanjutnya lubang tanam ditutup dengan sedikit ditekan agar tanaman berdiri tegak. Jumlah bibit tomat yang ditanam dalam setiap polibag berjumlah dua bibit. Penanaman dilakukan jika lahan benar-benar telah disiapkan, yaitu meliputi sanitasi, pemasangan saluran irigasi, dan penyusunan polibag (Gambar 10b). Gambar 10. Bibit Tomat yang Siap Dipindah ke Polibag, Penanaman Tomat di Polibag

13 39 Tabel 9. Komposisi Pupuk Dasar per liter Komposisi Jumlah Satuan Stok A HNO 3 16 g CaNO g FeEDTA 7 g Stok B KH 2 PO g KNO g K 2 SO 4 13 g MgSO g MnSO 4 2 g ZnSO 4 1 g Borax 4 g Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman tomat cherry yang dilakukan meliputi penyiraman, pemasangan tali ajir, pewiwilan, penyerbukan bantuan, pemangkasan daun bawah, dan pemotongan titik tumbuh. Budidaya tomat cherry di PT. Saung Mirwan dilakukan dengan sistem hidroponik, sehingga penyiraman yang dilakukan tidak hanya memberikan air tetapi dengan larutan nutrisi. Komposisi larutan nutrisi yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 10. Komposisi pupuk tersebut dilarutkan dalam 90 liter air untuk mencukupi kebutuhan selama satu minggu (Gambar 11a). Gambar 11. Pembuatan Larutan Nutrisi Pekat, Irigasi Tetes pada Tomat Cherry

14 40 Tabel 10. Komposisi Larutan Nutrisi Pekat Tomat per liter Komposisi Jumlah Satuan Stok A CaNO kg FeEDTA 175 g Stok B MgSO kg KNO kg K2SO kg KH 2 PO kg Borax 77.0 g MNSO g ZnSO g Na 2 MoO g CuSO g Sumber : Bidang Produksi PT. Saung Mirwan Penyiraman dilakukan menggunakan sistem irigasi tetes (drip irrigation) (Gambar 11b) sebanyak empat kali dalam sehari, yaitu pada pukul 07.00, 11.00, 13.00, dan WIB. Namun, penyiraman tersebut juga disesuaikan dengan kondisi cuaca. Jika kondisi cuaca panas atau cerah, maka penyiraman dilakukan sesuai jadwal tersebut. Sebaliknya jika cuaca berawan, maka penyiraman hanya dilakukan dua kali dalam sehari, misalnya pukul dan WIB tergantung kondisi media. Lamanya waktu penyiraman tergantung dengan banyaknya larutan nutrisi yang diberikan pada saat penyiraman. Tujuan penyiraman adalah untuk mempertahankan kondisi ketersediaan air pada media sehingga dapat mengimbangi transpirasi yang cukup tinggi. Larutan nutrisi dialirkan dari nutrisi pusat yang bersumber dari tangki berkapasitas l air. Jumlah larutan stok A dan stok B yang dilarutkan dalam tangki tersebut masing-masing adalah 10 l, sehingga perbandingan antara stok A, stok B, dan air adalah 1:1:300. Pencampuran larutan stok pada tangki dilakukan pada saat bersamaan dengan pengisian air agar pencampurannya merata. Larutan nutrisi akan mengalir dari tangki ke jaringan nutrisi hingga masuk ke lahan pertanaman di dalam greenhouse. Awalnya larutan nutrisi akan mengalir melalui pipa primer (HDPE 32 mm) terlebih dahulu. Setelah itu masuk ke pipa sekunder (LDPE 13 mm), tetapi sebelumnya larutan akan melalui kran pengontrol yang berfungsi untuk mengatur volume larutan nutrisi yang sampai ke tanaman. Setelah

15 41 melalui pipa sekunder, larutan masuk ke pipa tersier (LDPE 5 mm) dan berujung pada regulation stick (emitter) yang tertancap pada media dalam polibag. Skema dan lay out jaringan irigasi tetes dapat dilihat pada Lampiran 8 dan 9. Jumlah larutan nutrisi yang diberikan pada tanaman perlu disesuaikan dengan umurnya. Tanaman tomat muda atau umur 0-2 MST diberi larutan sebanyak ml, umur 2-4 MST sebanyak ml, dan tanaman dewasa atau mulai berbunga sebanyak ml pada setiap aplikasinya. Pengukuran volume yang diperoleh tanaman dilakukan dengan menggunakan gelas ukur yang diletakkan di samping salah satu polibag yang dijadikan sampel (Gambar 12a). Emitter pada polibag sampel dimasukkan ke dalam gelas ukur sehingga larutan nutrisi yang keluar dapat diketahui jumlahnya. Setelah itu larutan nutrisi dimasukkan kembali ke dalam polibag sampel. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada tanaman dewasa diketahui bahwa tanaman mendapatkan larutan nutrisi sebanyak 400 ml dalam waktu lima menit, sehingga dapat diketahui debit larutan yang keluar dari emitter yaitu 1.33 ml/detik. Electrical Conductivity (EC) merupakan kemampuan media menghantarkan listrik dalam kaitannya dengan penyerapan unsur hara oleh tanaman. Tanaman menyerap unsur hara yang diberikan melalui larutan nutrisi dalam bentuk ion-ion. Ion tersebut akan saling berinteraksi membentuk garamgaram mineral. Pengukuran nilai EC dan ph dilakukan menggunakan EC meter (Gambar 12b). Nilai EC yang normal untuk tanaman tomat berkisar ms/m, sedangkan untuk nilai ph yang normal berkisar antara Pada kondisi tersebut tanaman dapat menyerap unsur hara yang diberikan melalui nutrisi secara optimal, sehingga nilainya harus tetap dipertahankan. Oleh karena itu pengukuran nilai EC dan ph pada larutan nutrisi tomat di bidang produksi seharusnya rutin dilakukan setiap satu minggu sekali. Namun, pada kenyataannya di lapangan tidak rutin dilaksanakan. Pengukuran nilai EC pada media tanaman tomat dilakukan terhadap EC masuk dan EC keluar. EC masuk merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang akan diberikan ke tanaman, sedangkan nilai EC keluar merupakan nilai EC dari larutan nutrisi yang tidak terserap akar tanaman sehingga keluar dari polibag dan telah melewati media arang sekam. Whipker dan Cavins dalam Arif (2008)

16 42 menyatakan bahwa nilai EC larutan yang terlalu tinggi akan mengakibatkan tanaman tumbuh lambat dan biaya produksi yang tinggi dalam proses budidaya. Sebaliknya, konsentrasi larutan nutrisi yang terlalu rendah akan menyebabkan produktivitas tanaman menurun. Oleh karena itu, pada larutan nutrisi dengan nilai EC yang tinggi perlu dilakukan pengenceran dengan penambahan volume air atau pengurangan larutan nutrisi pekat. Sebaliknya pada larutan nutrisi dengan nilai EC rendah perlu dilakukan pengurangan volume air atau penambahan larutan nutrisi pekat. Gambar 12. Pengukuran Debit Larutan pada Saat Penyiraman, EC meter Tomat cherry memiliki pertumbuhan yang bersifat indeterminate, yaitu pertumbuhan yang tidak terbatas. Oleh karena itu, tanaman tomat cherry memerlukan penyangga agar tanaman tetap dapat tumbuh dengan tegak. Penyangga yang diberikan pada tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan berupa tali ajir (Gambar 13). Tali ajir berfungsi untuk mempertahankan tanaman agar tidak rebah karena kelebihan beban saat berbuah, sehingga buah yang dihasilkan pun bersih karena tidak menyentuh lantai. Pemasangan tali ajir mulai dilakukan pada tanaman tomat berumur 2 MST hingga tanaman akan dibongkar. Tali ajir yang digunakan adalah benang kasur. Cara memasang tali ajir pada tanaman adalah dengan cara dililitkan pada batang tanaman dari kiri ke kanan. Tali ajir diikat pada batang dengan simpul hidup agar memudahkan pelepasan tali pada saat penaikan maupun penurunan tali tersebut. Pada saat tanaman berumur 5, 7, 9, dan 12 MST dilakukan penaikan tali ajir, kemudian saat tanaman berumur 14 MST tali ajir diturunkan kembali dan setiap satu minggu seterusnya hingga panen. Penaikan tali ajir dimaksudkan agar tanaman dan buah yang terbentuk tidak

17 43 sampai menyentuh tanah serta memudahkan saat pemeliharaan, sedangkan penurunan tali ajir dimaksudkan untuk memudahkan saat pemanenan dan pemotongan titik tumbuh. Gambar 13. Pemasangan Tali Ajir pada Tanaman Tomat Cherry Pewiwilan pada tomat cherry mulai dilakukan saat tanaman berumur 3 MST. Pewiwilan dilakukan dengan cara membuang tunas-tunas air, karena dapat mempengaruhi produksi buah pada tanaman tomat. Tunas air merupakan tunas yang bersifat tidak produktif dan banyak tumbuh di ketiak daun (Gambar 14). Pertumbuhan tunas air akan mengganggu pertumbuhan tanaman terutama pertumbuhan generatif karena sebagian besar hasil fotosintesis diserap oleh tunas air tersebut. Kegiatan ini dilakukan tiga kali dalam seminggu. Proses penyerbukan yang terjadi pada tanaman tomat cherry dapat berlangsung secara alami. Namun, penyerbukan tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dibantu dengan penyerbukan bantuan. Penyerbukan bantuan ini dilakukan karena pergerakan udara di dalam greenhouse umumnya terbatas dan kehadiran serangga penyerbuk juga jarang ada karena terisolasi dari udara luar. Jika penyerbukan bantuan ini tidak dilakukan, maka pembentukan buah sedikit terjadi. Penyerbukan bantuan dilakukan dengan cara memukul-mukul batang tanaman dengan menggunakan tongkat yang dilapisi dengan busa agar batang tidak terluka (Gambar 15). Kegiatan ini biasanya dilakukan setiap hari setelah ada cahaya matahari. Menurut Heddy et al. (1994) intensitas cahaya yang lemah atau suhu yang rendah pada tanaman tomat mengakibatkan tidak adanya penyerbukan. Kondisi ini mengubah struktur bunga, antera tidak mau membuka atau pecah pada

18 waktu stigma menerobos cincin antera. Penyerbukan bantuan biasanya dilakukan pada pukul WIB. 44 Gambar 14. Tunas Air pada Tanaman Tomat Cherry yang Harus Dibuang Gambar 15. Penyerbukan Bantuan dengan Cara Memukul-mukul Batang Tanaman Menggunakan Tongkat Dilapisi Busa Kegiatan pemangkasan dilakukan terhadap daun bagian bawah yang telah menguning karena tua, layu, atau terkena penyakit. Kondisi daun yang rimbun juga dapat memicu perkembangan hama dan penyakit sehingga perlu dilakukan pemangkasan. Selain itu kegiatan pemangkasan ini dapat mengurangi transpirasi tanaman dan memudahkan dalam pengendalian hama dan penyakit. Pemangkasan daun bawah dimulai setelah tanaman panen pertama kali, yaitu pada daun-daun yang telah menyentuh lantai setelah penurunan ajir. Jumlah daun yang dipangkas sebanyak dua pelepah daun atau lebih, namun tidak terlalu banyak karena dapat mengakibatkan tanaman stres. Tanaman tomat cherry yang belum dan sudah dipangkas padat dilihat pada Gambar 16.

19 45 Gambar 16. Kegiatan Pemangkasan Tanaman Tomat Cherry : Sebelum Pemangkasan Daun Bawah, Setelah Pemangkasan Daun Bawah Umur ekonomis tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan adalah 26 minggu. Setelah itu tanaman dibongkar untuk diganti lagi dengan tanaman yang baru. Sebelum tanaman dibongkar, pemotongan dilakukan pada titik tumbuh tanaman, sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman terhenti dan nutrisi yang diberikan pada tanaman digunakan untuk pertumbuhan generatif atau pembentukan dan pematangan buah. Pemotongan ini bertujuan untuk memelihara buah terakhir pada tanaman agar dapat dipanen mencapai ukuran normal. Pemotongan titik tumbuh dilakukan tiga minggu sebelum tanaman dibongkar. Pemotongan titik tumbuh minimal dua pelepah daun di atas buah terakhir (Gambar 17). Jika masih muncul bunga maka bunga tersebut dibuang, karena hanya buah terakhir yang dipelihara sampai panen. Gambar 17. Pemotongan Titik Tumbuh pada Umur 20 MST Pengendalian Hama dan Penyakit Hama yang menyerang tanaman tomat cherry adalah white fly (Bemisia tabaci), leafminer (Liriomyza trifolli), thrips, dan ulat buah (Heliotis armigera).

20 46 White fly menyerang tanaman dengan cara menghisap cairan daun dan menghasilkan embun madu yang menyebabkan daun menjadi keriput kecoklatan. Hama leafminer menyerang tanaman pada stadium larva dan dewasa dengan cara membuat alur gerakan pada bawah epidermis daun yang menyebabkan daun menjadi kering kuningan. Thrips menyerang tanaman pada bagian daun muda, bunga, dan buah. Hama ini biasanya menetap di bagian bawah daun. Ulat buah menyerang tanaman dengan cara memakan buah sehingga terbentuk lubang. Gejala pada tanaman yang disebabkan oleh hama dapat dilihat pada Gambar 18. (b Gambar 18. Gejala Serangan : Leafminer Berupa Corak Seperti Batik pada Daun, Ulat Buah Berupa Lubang pada Buah Tomat Cherry Penyakit yang menyerang tanaman tomat cherry dapat disebabkan oleh cendawan dan bakteri. Penyakit yang disebabkan oleh cendawan terdiri atas penyakit layu (Fusarium oxysporum), embun tepung (Peronospora parasitica), bercak daun (Cercospora sp.), dan busuk daun (Phytophthora infestans). Penyakit layu yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporium menyerang bibit di persemaian dan tanaman dewasa dengan gejala tanaman tampak layu. Bagian yang terserang akan lunak dan berair, tetapi tidak mengeluarkan cairan lendir berwarna putih dari bagian yang busuk tersebut. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit embun tepung adalah pada permukaan daun atas tampak bercak nekrotik berwarna kekuningan dan jika daun dibalik tampak tepung berwarna putih keabuabuan. Penyakit bercak daun memiliki gejala terjadi bercak klorosis berbentuk lingkaran, berwarna kuning dan terdapat bintik hitam pada bagian tengah lingkaran. Penyakit busuk daun menyerang semua tahap perkembangan tanaman. Gejala yang ditimbulkan yaitu adanya bercak hitam kecoklatan yang pada kondisi

21 47 lingkungan mendukung seperti kelembaban tinggi, dapat meluas dengan cepat sehingga menyebabkan kematian. Penyakit pada tanaman tomat yang disebabkan oleh bakteri adalah penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh Pseudomonas solanacearum. Patogen dari penyakit ini menyerang jaringan pengangkut air sehingga translokasi air dan hara terganggu. Akibatnya tanaman menjadi layu, kuning, kerdil, dan akhirnya mati. Bagian tanaman yang busuk karena patogen ini mengeluarkan cairan berwarna putih seperti lendir. Selain penyakit yang disebabkan oleh cendawan dan bakteri, terdapat penyakit lain yang disebabkan oleh defisiensi unsur hara, yaitu busuk ujung buah (Blossom end rot) akibat defisiensi unsur Ca. Gejala yang ditimbulkan yaitu terdapat bercak pada ujung buah dan warna kulit menjadi coklat tua. Bercak tersebut menandakan jaringan yang berada di bawahnya mati, sehingga bagian tersebut cenderung matang lebih cepat. Pengendalian penyakit Blossom end rot adalah dengan penyemprotan tanaman menggunakan CaNO 3 dengan konsentrasi 5-7 g/l. Pantastico dan Venter (1986) menyatakan bahwa selain pemberian Ca(NO 3 ) 2 untuk mengurangi penyakit ujung buah juga dapat dilakukan dengan pemberian gips atau penyemprotan CaCl 2. Penyakit ini juga dapat disebabkan oleh kelebihan unsur K yang mengakibatkan kekurangan Ca. Gejala serangan penyakit pada tanaman tomat cherry dapat dilihat pada Gambar 19. Gambar 19. Gejala Penyakit : Busuk Batang Akibat Bakteri Pseudomonas solanacearum, Penyakit Busuk Ujung Buah (blossom end rot)

22 48 Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan PT. Saung Mirwan pada tanaman tomat cherry adalah dengan cara penyemprotan pestisida (Gambar 20). Penyemprotan pestisida pada tanaman tomat di PT. Saung Mirwan dilakukan dua kali dalam seminggu, yaitu pada hari Selasa dan Jumat. Waktu pelaksanaannya adalah sore hari sekitar pukul WIB. Pestisida yang digunakan terdiri atas golongan insektisida, fungisida, dan bakterisida. Jenis-jenis pestisida yang digunakan, dosis, serta kegunaannya dapat dilihat pada Lampiran 6. Gambar 20. Penyemprotan Pestisida pada Tanaman Tomat Pemanenan Menurut Kader (1990) tujuan dari pemanenan adalah untuk mendapatkan komoditi dari kebun dengan tingkat kematangan yang baik agar kerusakan dan kehilangan hasil yang terjadi rendah. Tanaman tomat cherry di PT. Saung Mirwan biasanya mulai dipanen pada umur 8 MST. Namun, pada saat musim hujan biasanya umur panen lebih lama yaitu pada 9 MST. Buah yang dipanen saat berwarna kekuning-kuningan dengan tingkat kemasakan sekitar 80 % (Gambar 21a). Jika buah dipanen pada tingkat kemasakan 90 %, maka buah akan terlalu lunak pada saat pemasaran. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari atau dua hari sekali tergantung keadaan buah yang masak di lahan. Biasanya panen dilakukan pada pagi hari pukul WIB. Cara panen tomat cherry adalah dengan memetik buah secara hati-hati agar tidak rusak dengan disertakan tangkai atau gagang buahnya (Gambar 21b). Tujuan pemanenan tomat cherry menggunakan tangkai atau gagang buah adalah untuk mengindikasikan lama simpan buah di divisi pengemasan. Tomat cherry yang dipanen dimasukkan ke dalam ember, kemudian

23 dipindahkan ke dalam keranjang untuk pengangkutan ke divisi pengemasan (Gambar 21c). 49 (c) Gambar 21. Buah yang Siap Dipanen dengan Kriteria Warna Kekuning-kuningan, Cara Panen Tomat Cherry dengan Cara Dipetik Disertai Tangkai Buahnya, (c) Pengumpulan Tomat Cherry dalam Wadah Kontainer Plastik Sebelum Dibawa ke Divisi Pengemasan Prestasi kerja penulis secara keseluruhan dalam budidaya tomat cherry lebih rendah dibandingkan dengan prestasi kerja karyawan lapangan di PT. Saung Mirwan. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan keterampilan kerja antara penulis dan karyawan. Karyawan memiliki keterampilan kerja yang lebih tinggi karena telah memiliki pengalaman kerja rata-rata lebih dari 5 tahun kerja. Volume dan prestasi kerja karyawan lapang dan penulis dapat dilihat pada Lampiran 7.

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA

MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Nama : Sonia Tambunan Kelas : J NIM : 105040201111171 MANAJEMEN TANAMAN PAPRIKA Dengan lahan seluas 1500 m², saya akan mananam tanaman paprika (Capsicum annuum var. grossum L) dengan jarak tanam, pola

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby yang Ditumpangsarikan dengan Edamame (Mitra Tani)

Analisis Usaha Tani Pakchoi Baby yang Ditumpangsarikan dengan Edamame (Mitra Tani) ANALISIS USAHA TANI Analisis kelayakan usaha tani merupakan perkiraan biaya (pengeluaran) dan manfaat (penerimaan) dari suatu usaha pertanian yang dilakukan untuk membandingkan biaya-biaya dengan manfaatnya

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Unit Pelayanan Teknis (UPT), Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Riau. Pelaksanaannya dilakukan pada bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data

METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian. C. Rancangan Penelitian dan Analisis Data III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan ketinggian tempat 95 m dpl bulan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik

PEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik 38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag

Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Cara Menanam Tomat Dalam Polybag Pendahuluan Tomat dikategorikan sebagai sayuran, meskipun mempunyai struktur buah. Tanaman ini bisa tumbuh baik didataran rendah maupun tinggi mulai dari 0-1500 meter dpl,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur,

III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, 23 III. METODE KEGIATAN TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Selongisor RT 03 RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09

Oleh Administrator Kamis, 07 November :05 - Terakhir Diupdate Kamis, 07 November :09 Tanaman tomat (Lycopersicon lycopersicum L.) termasuk famili Solanaceae dan merupakan salah satu komoditas sayuran yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tanaman ini dapat ditanam secara luas di dataran

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

BAB III BAHAN DAN METODE. Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

Cara Menanam Cabe di Polybag

Cara Menanam Cabe di Polybag Cabe merupakan buah dan tumbuhan berasal dari anggota genus Capsicum. Buahnya dapat digolongkan sebagai sayuran maupun bumbu, tergantung bagaimana digunakan. Sebagai bumbu, buah cabai yang pedas sangat

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 20 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Dusun Kenteng Rt 08 Rw 02, Desa Sumberejo, Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT

TEKNIK BUDIDAYA TOMAT TEKNIK BUDIDAYA TOMAT 1. Syarat Tumbuh Budidaya tomat dapat dilakukan dari ketinggian 0 1.250 mdpl, dan tumbuh optimal di dataran tinggi >750 mdpl, sesuai dengan jenis/varietas yang diusahakan dg suhu

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di

TATA LAKSANA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu. Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di III. TATA LAKSANA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di daerah Minggir, Sleman, Yogyakarta dan di laboratorium fakultas pertanian UMY. Pengamatan pertumbuhan tanaman bawang merah dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO)

Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Bercocok Tanam Tomat dalam Pot/Polybag Oleh: Muhamad Ichsanudin (Produk Spesialis Terong dan Tomat PT EWINDO) Menanam tomat dalam pot atau polybag dapat menjadi salah satu solusi pemanfaatan lahan sempit

Lebih terperinci

III.TATA CARA PENELITIAN

III.TATA CARA PENELITIAN III.TATA CARA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan November 2015 sampai bulan Maret 2016 di Green House dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan B. Bahan Dan Peralatan C. Metodologi

III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan B. Bahan Dan Peralatan C. Metodologi III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari minggu kedua April 2009 sampai minggu awal Juli 2009 di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan

MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempatdan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, JalanH.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun

BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun 16 BAB III TATA PELAKSANAAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas akhir Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan pada lahan yang bertempat pada Di Dusun Kwojo Wetan Rt 15 Rw 3 Desa Jembungan Kecamatan Banyudono

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau yang beralamat di Jl. H.R.

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT

PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT PETUNJUK PELAKSANAAN GELAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TOMAT Ir.. SISWANI DWI DALIANI BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN BENGKULU 2012 PETUNJUK PELAKSANAAN NOMOR : 26/1801.18/011/A/JUKLAK/2012 1. JUDUL RDHP :

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA KEGIATAN TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) dilaksanakan di Desa Sidoharjo Rt 5 Rw 10 Kelurahan Banaran Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Jawa Tengah.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag

Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktorial dengan pola dua faktor. Faktor pertama adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi

TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi TEKNIK PENYEMAIAN CABAI DALAM KOKER DAUN PISANG Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP Widyaiswara Muda Balai Pelatihan Pertanian (BPP) Jambi Benih cabai hibrida sebenarnya dapat saja disemaikan dengan

Lebih terperinci

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.)

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) I. SYARAT PERTUMBUHAN 1.1. Iklim Lama penyinaran matahari rata rata 5 7 jam/hari. Curah hujan tahunan 1.500 4.000 mm. Temperatur optimal 24 280C. Ketinggian tempat

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH

TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH TEKNOLOGI PRODUKSI TSS SEBAGAI ALTERNATIF PENYEDIAAN BENIH BAWANG MERAH Budidaya bawang merah umumnya menggunakan umbi sebagai bahan tanam (benih). Pemanfaatan umbi sebagai benih memiliki beberapa kelemahan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca dan laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian. Waktu penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April hingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah

BAB III METODE PENELITIAN. Ciparay, pada ketinggian sekitar 625 m, di atas permukaan laut dengan jenis tanah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian, Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA)

III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) III. METODOLOGI TUGAS AKHIR (TA) A. Tempat Pelaksanaan Kegiatan Tugas Akhir (TA) akan dilaksanakan pada lahan kosong yang bertempat di Dusun Selongisor RT 03 / RW 15, Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 9 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Februari 2016. Bertempat di screen house B, rumah kaca B dan laboratorium ekologi dan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di 1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2016 sampai dengan Juli 2016 yang bertempat di Greenhouse Fakultas Pertanian dan Laboratorium Penelitian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area, Jalan Kolam No.1 Medan Estate kecamatan Percut Sei

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada periode Juli 2015 sampai dengan Januari 2016, bertempat di Screen House B, Rumah Kaca B, dan Laboratorium Ekologi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2015 sampai bulan Januari 2016 bertempat di Screen House B, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret,

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. B. Bahan dan Peralatan. C. Metodologi

III. METODOLOGI. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. B. Bahan dan Peralatan. C. Metodologi III. METODOLOGI A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung dari minggu pertama April 2010 sampai minggu kedua juni 2010 di Laboratorium Teknik Pengolahan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis

KATA PENGANTAR. Bumi Agung, September 2015 Penulis KATA PENGANTAR Buah terung ini cukup populer di masyarakat, bisa di dapatkan di warung, pasar tradisional, penjual pinggir jalan hingga swalayan. Cara pembudidayaan buah terung dari menanam bibit terung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT CHERRY 6.1 Identifikasi Sumber-Sumber Risiko PD Pacet Segar melakukan budidaya tomat cherry segara kontinu dari musim ke musim. Dalam satu kali musim tanam atau periode

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi

PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi 16 PELAKSANAAN MAGANG Penanaman Ulang Tanaman Stroberi Tanaman stroberi mampu berproduksi dengan baik sampai dengan dua tahun apabila dipelihara dengan baik. Tanaman stroberi di Vin s Berry Park umurnya

Lebih terperinci

MODUL BUDIDAYA MELON

MODUL BUDIDAYA MELON MODUL BUDIDAYA MELON PENDAHULUAN Agribisnis melon menunjukkan prospek menjanjikan. Tetapi jika faktor tanah yang semakin keras, miskin unsur hara terutama unsur hara mikro dan hormon alami, faktor iklim

Lebih terperinci

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row

Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row Teknologi Budidaya Tumpangsari Ubi Kayu - Kacang Tanah dengan Sistem Double Row PENDAHULUAN Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama tanaman lain

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium I I I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Percobaan dan Laboratorium penelitian Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Laboratorium

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN

TATA CARA PENELITIAN III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Tamantirto, Kasihan, Kabupaten Bantul, D.I.Y.

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran 14 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan di Screen House, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (BALITSA), Lembang, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan dari bulan September hingga November 2016.

Lebih terperinci

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi) Pengolahan Tanah Sebagai persiapan, lahan diolah seperti kebiasaan kita dalam mengolah tanah sebelum tanam, dengan urutan sebagai berikut.

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE

III. MATERI DAN METODE III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, Jalan H.R. Soebrantas No.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Paprika. Syarat Tumbuh 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Paprika Tanaman paprika (Capsicum annum var. grossum L.) termasuk ke dalam kelas Dicotyledonae, ordo Solanales, famili Solanaceae dan genus Capsicum. Tanaman paprika merupakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan mulai April sampai Juni 2010 di Vegetable Garden, Unit Lapangan Darmaga, University Farm, IPB Darmaga, Bogor. Lokasi penelitian berada pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan kebun Desa Pujon (1200 meter di atas permukaan laut) Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Pasirlangu Gambaran umum Desa Pasirlangu meliputi keadaan geografi dan administratif, kependudukan, serta sarana dan prasarana. 5.1.1. Keadaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan Kebun Percobaan BPTP Natar, Lampung Selatan mulai Maret 2013 sampai dengan Maret 2014. 3.2 Bahan dan

Lebih terperinci

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur

Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Menanam Sayuran Dengan Teknik Vertikultur Oleh : Elly Sarnis Pukesmawati, SP., MP. Menyempitnya lahan-lahan pertanian ternyata bukan suatu halangan untuk mengusahakan budidaya tanaman sayuran. Sistem vertikultur

Lebih terperinci

3. METODE DAN PELAKSANAAN

3. METODE DAN PELAKSANAAN 3. METODE DAN PELAKSANAAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UKSW Salaran, Desa Wates, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Persiapan hingga

Lebih terperinci