TUMOR ODONTOGENIK. Lira Masri NPM Dosen Pembimbing : Agung Dinasti Permana,dr.,M.Kes.,Sp.THT-KL. Disusun Oleh :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUMOR ODONTOGENIK. Lira Masri NPM Dosen Pembimbing : Agung Dinasti Permana,dr.,M.Kes.,Sp.THT-KL. Disusun Oleh :"

Transkripsi

1 TUMOR ODONTOGENIK Disusun Oleh : Lira Masri NPM Dosen Pembimbing : Agung Dinasti Permana,dr.,M.Kes.,Sp.THT-KL PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER GIGI SPESIALIS BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJAJARAN 2015

2 Daftar Isi I. Pendahuluan 2 II. Pembahasan Tahap Pembentukan Gigi Tumor Odontogenik Odontoma Keratocystic Odontogenic Tumor Nevoid Basal Cell Carcinoma Syndrome ( Basal Cell Nevus Syndrome, Gorlin Syndrome) Ameloblastoma Tumor Adenomatoid Odontogenik Calcifyng Epithalial Odontogenik Tumor Odontogenic Myxoma Ameloblastic Fibroma 24 III. Kesimpulan 27 IV. Daftar Pustaka 28

3 BAB I PENDAHULUAN Tumor odontogenik merupakan suatu kelainan yang terjadi pada rongga mulut dan asalnya berhubungan dengan jaringan yang berasal dari perkembangan gigi. Jaringan abnormal dari masing-masing tumor sering dihubungkan dengan jaringan yang sama pada odontogen normal dari pembentukan hingga erupsi gigi. 1,2 Tumor odontogenik merupakan neoplasma pada rahang yang berdiferensiasi dari struktur gigi. Lesi ini sering ditemukan pada mandibula dan maksila sedangkan pada gingiva jarang. Etiologi dan patogenesisnya tidak jelas. Secara klinis, tumor odontogenik merupakan tipe asimptomatik, namun dapat menyebabkan ekspansi rahang, bergesernya gigi, dan resorbsi tulang. 2 Seperti neoplasma lain di dalam tubuh, tumor odontogenik cenderung untuk mirip secara mikroskopik dengan sel atau jaringan asalnya. Secara histologis, tumor odontogenik ini dapat mirip dengan jaringan lunak enamel organ atau pulpa gigi atau mengandung jaringan keras seperti enamel, dentin, cementum atau campuran bahan bahan tersebut. Lesi odontogenik ini dapat berproliferasi secara jinak sampai ganas dengan kemampuan metastase. 3 Tumor odontogenik adalah kelompok tumor yang jarang terjadi tapi termasuk kelompok yang berbeda dan kompleks dari kelompok tumor yang ada. Jenis tumor ini berasal dari dari jaringan epitel atau mesenkim, atau keduanya,dan berhubungan dengan struktur gigi. Kebanyakan dari tumor odontogenik adalah tumor ganas, tapi beberapa ada juga yang tumbuh sebagai hamartomatous. Tumor odontogenik biasanya muncul sebagai suatu pembengkakan tanpa nyeri, yang dapat mengakibatkan hilangnya struktur tulang, pergeseran gigi dan pembesaran rahang. Tumor ini jarang menyebabkan disfungsi saraf sensoris. Dengan memahami

4 latar belakang biologis dari kelompok lesi ini akan membantu kita menentukan perawatan yang tepat dengan hasil yang memuaskan. 8

5 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Tahap Pembentukan Gigi Pembentukan gigi sejak proses embriogenesis, berasal dari epitel rongga mulut yang menutup prosesus alveolar maksila dan mandibula. Berawal sebagai suatu penonjolan dari lapisan sel basal pada maing-masing lokasi dimana gigi tersebut tumbuh. Penonjolan tersebut membentuk suatu struktur yang solid seperti pipa yang kemudian berpenetrasi ke jaringan koneksi (invagination). Pemanjangan dari epitel tersebut disebut sebagai suatu lamina dental dan ini merupakan sumber dari difrensiasi dan pembentukan dari gigi. Ketika kedalaman tepat telah tercapai, lapisan basal sel pada ujung lamina dental membentuk suatu konkafitas (cup stage). Selama prosedur odontogenesis, struktur yeng berbentuk mangkuk (cap) meluas dan lapisan terdalam dari epitelium memisah dari lapisan atasnya (terluar). Daerah yang terpisah tersebut tersusun atas sel epitel berbentuk bintang (retikulum stellate). Bersamaan dengan pemanjangan dari keseluruhan sel epitel yang nantinya akan membentuk mahkota gigi. Kejadian ini disebut sebagai early bell stage. 1 Epitel tertentu merangsang jaringan konektif yang berdekatan untuk berubah menjadi suatu daerah embrionik yang terbatas dan jaringan konektif mixomatous yang mungkin ke depannya akan membentuk jaringan pulpa dan dentin. Perubahan jaringan konektif disekitar daerah yang nantinya akan membentuk akar gigi disebut sebagai papilla dental. Pembentukan jaringan konektif pada daerah bagian dalam dari struktur embrio gigi juga terjadi pada tahap odontogenesis ini. Daerah terluar jaringan konektif yang membungkus perkembangan dari gigi tebal dan fibrous (dental follicle). Dental folikel ini yang tersisa pada saat gigi erupsi, folikel pada bagian mahkota akan menjadi jaringan konektif dari free margin gingiva dan pada bagian akar menjadi ligamentum periodontal yang memisahkan sementum dari tulang. 1

6 Gambar 1 Tahap awal odontogenesis A. Invaginasi B. Cap Stage C. Early Bell Stage D. Late Bell Stage 1 Sejak tahap late bell stage, sel epitel bagian dalam menjadi panjang dan berderet. Bersamaan dengan terjadinya migrasi dari nukleus menjauhi membrane basalis, proses ini disebut sebagai reverse polarization. Kejadian ini mengindikasikan perubahan sel menjadi presecretory ameloblast. Reverse polarization menyebabkan sel yang tidak berdifrensiasi pada papila dental berdifrensiasi menjadi presecretory odontoblas. Pada saat ameloblas matang (mature). Odontoblas terstimulasi untuk menghsilkan matriks dentin yang memulai deposit dari matriks yang berlawanan dengan membran dasar. Sejak tahap ini pada proses odontogenesis, dental lamina memutuskan dan membentuk suatu tonjolan kecil pada jaringan konektif. Penonjolam dari sisa epitel menjadi tidak aktif sehingga disebut rest of the dental lamina rest of Serres. 1 Setelah bentuk spesifik dari mahkota gigi selesai, epitel tersebut membentuk lingkaran luar dari organ bell-shaped memanjang membentuk akar gigi. Epitel ini membentuk suatu lapisan membran yang tipis disebut hartwigh root sheath. Pada daerah ini odontoblast menghasilkan dentin untuk pembentukan akar. Selanjutnya sel jaringan konektif dari folikel dental yang berbatasan dengan akar bertemu dan membentuk suatu dentin baru. Dentin tersebut menstimulasi sel untuk berdifrensiasi menjadi sementoblas yang akan membrntuk sementum.

7 Setelah pembentukan sementum selesai, epitel Hertwigh root sheath yang tersisa pada ligamentum periodontal disebut sebagai rest of Malassez. Gambar 2 Later Stages of Odontogenesis A. Pembentukan mahkota dan lamina dental B. Pembentukan Akar C. Pembentukan lengkap gigi preerupsi dan rests of Malassez (titik-titik merah) 1 Tumor odontogenik terjadi akibat adanya gangguan (interupsi) pada sekuens normal odontogenesis atau adanya reaktifasi jaringan yang terlibat dalam sekuens normal odontogenesis. Neoplasma apa yang terjadi tergantung pada tahap perkembangan apa gangguan itu terjadi. Gambar 3 Rest of malassez

8 2.1.2 Klasifikasi Tumor Odontogenik Tumor odontogenik merupakan kelompok lesi yang komplek dan berbeda dalam tipe histopatologi dan sifat klinisnya. Sebagian merupakan neoplasma sebenarnya dan terkadang bersifat ganas. Lainnya dapat merupakan malformasi serupa tumor (hamartoma). Tumor odontogenik, seperti halnya odontogenesis normas, menampakkan vairasi induktif interaksi antara epitel odontogenik dan ecromesenkim odontogenik. Ektomesenkim sebelumnya disebut mesenkim karena diduga merupakan lapisan embrio mesodermal. Namun saat ini diketahui bahwa jaringan ini berdiferensiasi dari lapisan ektodermal pada porsio sephalic embrio. Tumor odontogenik epitel terdiri dari epitel odontogenik tanpa adanya ectomesenkim. Neoplasma odontogenik lain terkadang menunjukkan tumor odontogenik campuran, terdiri dari elemen epitel dan ektomesenkim odontogenik. Berdasarkan klasifikasi WHO 1992, tumor odontogenik diklasifikasikan sebagai berikut : Klasifikasi tumor odontogenik didasarkan pada gejala klinis dan gambaran histologisnya, oleh Pinborg dan Clausen. Klasifikasi itu mengklasifikasikan tumor odontogenik menjadi : 2,3 1. Tumor Jinak a. Adenomatoid odontogenik tumor (adenoameloblastoma) b. Calcifying epitelial odontogenik tumor (Pindborg s tumor) c. Squamous odontogenik tumor d. Ameloblastik fibroma e. Odontoma f. Cementoblastoma g. Odontogenik myxoma, fibroma dan myxofibroma

9 2. Tumor Intermediate a. Ameloblastoma folikular b. Ameloblastoma pleksiform c. Ameloblastoma akantomatous d. Ameloblastoma sel granular e. Ameloblastoma desmoplastik f. Ameloblastoma sel bas 3. Tumor Ganas Ameloblastik carsinoma Ameloblastik fibrosarcoma Clear cell odontogenic carcinoma 2.2 Tumor Odontogenik Odontoma Odontoma bukan tumor ganas, tapi tumbuhnya mengarah pada hamartoma karena terbentuk dari pertumbuhan gigi yang normal dan kemudian mencapai ukuran yang tetap. Lesi ini terdiri dari elemen enamel, dentin, sementum dan jaringan pulpa. Tergantung dari derajat perubahan secara morfologinya, odontoma dapat diklasifikasikan menjadi compound jika lesi memiliki struktur seperti struktur gigi atau kompleks jika lesi memperlihatkan gambaran massa yang berkilat seperti gelas atau kristal. 8

10 Gambaran Klinis dan Radiografis Odontoma merupakan tumor odontogenik yang sering terjadi. Sifat dari lesi ini asimptomatik, secara radiografi baik odontoma tipe kompon dan kompleks adalah massa yang radioopak dan memiliki batas yang jelas. Pada tipe kompon memperlihatkan struktur gigi kecil kecil dan banyak, sementara tipe kompleks memperlihatkan massa padat yang irregular. Gambar 4: Gambaran radiografi kompon odontoma Gambar 5 Gambaran Kompleks odontoma Gambaran Histopatologis Walaupun terjadi gambaran pengurangan dari epitel enamel, odontoma pada prinsipnya tetap tersusun atas enamel, dentin, sementum dan jaringan pulpa. Jaringan fibrosa yang sedikit.

11 Gambar 6 gambaran histopatologis kompleks odontoma Penatalaksanaan dan Prognosis Pengangkatan lesi merupakan penataaksanaan yang utama. Enukleasi dan kuretase bisa menjadi pertimbangan dan lesi diketahui tidak muncul kembali Keratocystic Odontogenic Tumor Keratocystic Odontogenik Tumor merupakan tumor dengan lobus tunggal atau lebih, lesi yang berasal dari tulang maupun gigi. Berasal dari sisa sisa lamina dental dan dapat terjadi pada semua daerah di rahang. Sebelumnya dikenal sebagai odontogenic keratocyst (OKC), yang lebih menekankan sifat-sifat jinak pada lesi ini. Pada tahun 2005 WHO merekomendasikan istilah baru KCOT karena lebih akurat menerangkan tentang sifat-sifat yang berhubungan dengan keganasan, pada gambaran radiografinya lesi ini tidak terlalu jelas menggambarkan mengenai kista odontogenik dan beberapa tumor odontogenik. Lokasi tersering terkenanya tumor ini adalah pada ramus dan corpus mandibula bagian posterior. Pada maksila terjadi di bagian posterior atau region kaninus. 8

12 Gambaran Klinis dan Radiografis KCOT berasal dari lesi odontogenik lainnya dengan perhatian khusus pada pertumbuhannya dan kemampuannya untuk rekuren,tumor ini dapat memperlihatkan pertumbuhan yang agresif, meyebabkan keterlibatan tulang dan destruksi, suatu laporan kasus memperlihatkan angka rekurensi antara 5%-60%. KCOT terjadi pada semua kelompok umur, puncak insidensi terjadi pada dekade kedua dan ketiga. Jika terjadi multiple KCOT pada pasien maka kita harus pertimbangkan apakah itu termasuk dalam Nevoid Basal Cell Carcinoma (NBCCS). Umur rata-rata pasien dengan multiple KCOT dengan atau tanpa NBCCS lebih rendah dari pada yang tunggal, KCOT yang tidak rekuren. Secara radiografi KCOT memperlihatkan gambaran radiolusen yang mengelilingi massa dengan batas jelas, dan beberapa menyebabkan kerusakan tulang atau erosi dari korteks, tapi jarang terjadi resorbsi akar. 8 Gambar 7 gambaran panoramik dari Keratocystic Odontogenik Tumor laki-laki usia 18 tahun, tumor mengenai mandibular bilateral dan maksila dengan NBCCS

13 Gambar 8 gambaran CT scan dari pasien yang sama Gambaran Histopatologi KCOT memiliki gambaran mikroskopis yang tidak sama, ada yang dengan lapisan parakeratosis, epitel squamosal berlapis, dengan lapisan 6-8 sel yang tebal, permukaan yang terang yang diselubungi oleh lapisan parakeratin yang bergelombang, lapisan basal yang seperti pagar dan kuboid dengan tonjolan,dengan inti yang hiperkromatik dan berkurangnya papilla epidermis. Hubungan epitel gepeng dengan jaringan ikat meghasilkan batas dari epitel. Pengelupasan dari parakeratin biasanya mengisi lumen kista dan terlihat pada saat operasi seperti krim. Pulau-pulau epitel yang lainnya dan kista dapat terlihat mengelilingi jaringan ikat dan dapat menjadi indicator dari adanya NBCCS. 8

14 Penatalaksanaan dan Prognosis Penatalaksanaan KCOT adalah enukleasi dan kuretase tulang. Penatalaksanaan dari sisasisa kavitas tulang yang tidak diangkat dengan bersih dan tertinggal secara mikroskopis dapat menyebabkan rekurensi. menghindari rekurensi. Beberapa ahli meyarankan untuk dilakukan reseksi marginal untuk Jika lesi besar maka marsupialisasi dapat dilakukan untuk mengurangi tekanan udara dari KCOT dan memudahkan untuk pengangkatan tumor pada operasi selanjutnya. Infeksi sekunder, pasien dengan kebutuhan khusus dan beberapa kekurangan lainnya menyebabkan marsupialisasi digunakan secara terbatas. Banyak terjadi rekurensi dalam 5 tahun, tetapi beberapa laporan menyebutkan rekurensi dapat terjadi sepnajang 10 tahun setelah operasi. Dengan demikian, kontrol perawatan dilakukan dengan rutin. Tingkat kekambuhan dari KCOT telah menjadi perdebatan pada beberapa teori, yaitu: pada pembuangan tumor yang tidak lengkap disebabkan oleh membrane yang tipis dan rapuh dan melekat pada jaringan disekitarnya, sisa kista berikutnya dengan enukleasi, dan sisa-sisa lamina dental tidak berhubungan dengan KCOT dalam menyebabkan pembentukan kista de novo. Kista odontogenik ortokeratosis merupakan kista yang unik dan merupakan jenis yang lain dari KCOT. Kista jenis ini jarang terjadi daripada KCOT dan memiliki tingkat kekambuhan yang kebih rendah. Tidak seperti KCOT kista odontogenik ortokeratosis dikelilingi oleh lapisan epitel squamous ortokeratosis. Terdapat lapisan penonjolan granular dibawah permukaan yang tidak bergelombang, dan lapisan basal yang sedikit mengalami penonjolan. 8

15 2.2.3 Nevoid Basal Cell Carcinoma Syndrome ( Basal Cell Nevus Syndrome, Gorlin Syndrome) NBCCS merupakan kondisi autosomal dominan yang diwariskan. Tumor ini merupakan hasil dari mutasi dari PTCH gen penghambat tumor yang terletak di kromosom 9q22.3-q31. Pada pasien dapat terlihat berbagai kombinasi dari gambaran klinis dan radiogrfis barikut : multiple KCOT di rahang, multiple carcinoma sell bsal pada daerah yang terkena sinar matahari maupun yang tidak terkena, frontal bossing, prognati mandibula, palmar and plantar pitting, bifid ribs, dan kalsifikasi dari falk cerebri. KCOT yang berhubungan dengan NBCCS penatalaksanaannya sama dengan KCOT yang terisolasi. Bagaimanapun juga, meningkatkan kewaspadaan dengan kontrol setiap 6 bulan atau 1 tahun dan melakukan foto panoramik atau CT scan dapat membantu kita untuk mendeteksi dini adanya lesi baru yang muncul. Baik pada anakanak maupun dewasa. Jika mencapai usia dewasa maka kemungkinan KCOT menjadi berkurang, tapi resiko terjadinya basal sel karsinoma menjadi meningkat. Dibandingkan dengan lesi kulit dan beberapa kondisi yang dapat diterapi, beberapa dari kelainan ini tidak membutuhkan intervensi bedah. Konseling dapat direkomendasikan kepada pasien dan keluarga sehubungan dengan kelainan autosomal dominan ini Ameloblastoma Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yamg sering terjadi. Tumor ini berasal dari beberapa sisa-sisa elemen epitel dari pertumbuhan gigi : epitel enamel yang berkurang, sisasisa dari Serres, sisa-sisa Malassez, atau lapisan basal dari mukosa oral. Lesi ini juga bisa tumbuh dan berasal folikel dental atau kista dentigerous. Banyak referensi memberikan kategori pembagian dari ameloblastoma kedalam satu atau tiga kelompok : unikistik, solid atau

16 multikistik atau peripheral ameloblastoma. Pengertian yang tidak tepat dan tumpang tindih dapat menyebabkan ketidaktepatan pengambilan keputusan untuk perawatan, sehingga menyebabkan kekambuhan. Salah satu contoh adalah unicystic ameloblastoma. Penatalaksanaan ameloblastoma secara umum adalah enukleasi dan kuretase. Ameloblastoma yang invasif dapat berupa unicystic, mempunyai hanya satu ruang kista. 8 Gambaran Klinis dan Radiografis Tumor jinak, tumor agresif yang menekan secara local dngan sifat pola pertumbuhan yang lambat dan dapat tumbuh dengan berbagai perbedaan yang nyata, memyebabkan perubahan bentuk wajah. Biasanya asimptomatik dan tidak menyebabkan kelainan pada saraf sensoris. Bangian posterior dari mandibular terlihat berbeda. Lesi bisa menjadi sangat besar dengan pucak insidensi terjadi pada dekade kedua dan ketiga, dan tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Pada gambaran radiografis, lesi dapat terlihat gambaran radiolusen unilokuler atau multilokular berbatas tidak tegas sehingga sulit untuk menentukan ukuran tepatnya. Bisa menyebabkan ekspansi tulang kortikal bukal dan lingual, bahkan bisa menyebabkan perforasi tulang kortikal. Bisa terjadi pergeseran gigi dan resorsbsi akar meskipun jarang. Jenis ameloblastoma yang desmoplastik ameloblastoma dapat ditemukan di anterior maksila atau mandibular. Lesi ini berisi jaringan ikat yang padat, yang terlihat lebih opak. Jenis yang lain yaitu peripheral ameloblastoma, biasanya pada gingiva dan tidak terlihat pada foto rontgen, kecuali bila terdapat kehilangan tulang alveolar. 8

17 Gambar 9 gambaran foto panoramik dari pasien perempuan 17 tahun dengan unilokular ameloblastoma pada mandibular kanan. Terlihat adanya resorpsi akar pada mandibula kanan. Gambar 10 gambaran CT scan dari pasien yang sama terlihat adanya perluasan tulang kortikal bukal dan lingual pada mandibula kanan. Gambaran Histopatologis Gambaran histopatologis ameloblastoma bermacam-macam, sehinggga pengambilan sampel jaringan yang adekuat sangat diperlukan. Ameloblastoma yang tidak berkapsul biasanya

18 memperlihatkan pertumbuhan yang infiltratuf ke jaringan disekitarnya. Sel basal di epitel terdiri dari sel kolumnar dan hiperkromatik. Inti sel terletak menjauh dari membrane basalis. Dua jenis ameloblastoma yang sering ditemukan adalah folikular dan plexiform. 8 Gambar 11 gambaran dari ameloblastoma tipe folikular. Gambar 12 gambaran dari ameloblastoma tipe folikular.

19 Penatalaksanaan dan Prognosis Pada prinsipnya penatalaksanaan ameloblastoma adalah pengangkatan tumor secara total,tanpa melupakan tekhnik, penatalaksanaannya tergantung pada kemungkinan untuk merusak tulang dan terjadinya kekambuhan. Untuk jenis unikistik ameloblastoma penatalaksanaan yang dianjurkan adalah enukleasi dan kuretase. Tetapi, kuretase pada tulang yang terkena ameloblastoma saat ini tidak dianjurkan karena resiko untuk menemukan benih ameloblastoma yang lebih dalam didalam tulang atau dalam jaringan didekatnya. Sementara enukleasi saja juga harus dihindari untuk lesi yang sangat besar karena fraktur patologis dapat terjadi. Tingkat kekambuhan antara 15%-35% telah dilaporkan untuk ameblastoma tipe unikistik yang diterapi dengan enukleasi dan kuretase saja. Lebar tepi tulang yang ditinggalkan yang direkomendasikan adalah antara cm untuk tipe unikistik ameblastoma. Pada saat ameloblastoma tumbuh melewati atau tumbuh didalam jaringan ikat yang mengelilingi lesi, maka penatalaksanaan yang radikal dibutuhkan. 8 Gambar 13 gambaran klinis intra oral ameloblastoma

20 Gambar 14 gambaran hasl pemotongan mandibula Adenomatoid Odontogenik Tumor Merupakan tumor yang tidak umum. Timbul pada dekade kedua dan ketiga (12-20 tahun). Dua pertiga kasus terjadi pada anterior maksila, sepertiga muncul pada anterior mandibula dan jarang ditemukan pada bagian posterior dari premolar, lebih sering terjadi pada wanita. Tumor ini timbul dari epitelium enamel yang berkurang pada dental folikel. Umumnya asimptomatik tetapi dapat timbul dengan pembengkakan ringan atau berhubungan dengan gigi yang tidak erupsi. Gambaran Radiologis Lesi ini secara umum timbul sebagai gambaran radiolusen yang berbatas jelas. Unilokular radilousensi biasanya melibatkan mahkota atau suatu gigi yang tidak erupsi, kira-kira 75 % (terutama gigi kaninus). Dapat memberikan gambaran bercak radiopak yang menunjukkan material yang terkalsifikasi. Jika berhubungan dengan gigi, umumnya mengenai bagian yang lebih jauh dari apikal gigi.

21 Gambar 15 Gambaran radiografi adenomatoid odontogenik tumor Gambaran Histopatologi Secara teknis, lebih menunjukkan kepada hemartoma daripada neoplasma yang sebenarnya karena memiliki kapsul fibrosa yang tebal dengan proliferasi elemen epitel yang membentuk nodul dan struktur seperti duktus (nodul organoid dari dalam atau sel kolumnar rendah yang dipisahkan oleh epitelium spindle.) Karena jaringan penghubung yang membentuk tidak ada, maka produksi dari sel yaitu matriks preenamel, berdegenarasi dan meninggalkan daerah kalsifikasi distrofi dan amyloid. Gambar 16 Gambaran histopatologi adenomatoid odontogenik tumor Penatalaksanaan dan Prognosa Tumor ini merupakan tumor jinak, perawatan yang dikombinasikan untuk lesi ini adalah pengambilan sederhana, atau konservatif (enukleasi) pada seluruh daerah lesi. Karena adanya

22 kapsul sehingga memudahkan untuk mengangkat tumor dari tulang. Perkembangan yang agresife tidak di pernah dilaporkan dan rekurensi setelah enukleasi jarang ditemukan Calcifying Epitelial Odontogenik Tumor Tumor ini biasanya juga disebut Pindborg tumor. Lesi ini sangat jarang ditemukan dibandingkan semua jenis tumor odontogenik. Gambaran Klinis Tumor ini ditemukan pada pasien dengan usia sekitar 30 dan 50 tahun, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, sekitar 2/3 ditemukan pada mandibula pada bagian posterior, tidak sakit, pembengkakan yang tidak sakit dan pertumbuhan yang lambat merupakan gejala yang peling sering. Gambaran Radiologi Tumor tampak unilokular tapi lebih sering multilokular radiolusen. Tepi yang mengalami kerusakan akibat lisis sering berlekuk-lekuk. Lesi mungkin menjadi radiolusen di bagian dalamnya, tetapi mungkin terdapat struktur yang terkalsifikasi dengan bentuk dan densitas bervariasi. Lesi ini biasanya dihubungkan dengan gigi impaksi terutama molar tiga. Daerah yang mengalami kalsifikasi biasanya di sekeliling mahkota dari gigi. Gambar 17. Gambaran radiografi calcifying epitelial odontogenik tumor

23 Gambaran Histopatologi Tumor ini memiliki gambaran pulau dengan ciri tersendiri, tampak sel epitel polihedral pada stroma fibrous. Nukleus memperlihatkan berbagai macam variasi dan biasanya tampak nukleus raksasa. Daerah amarphous, eosinophylik, material ekstraseluler terhyalinasi juga sering tampak. Tumor ini sering tertutup massa dari material hyalin ini. Kalsifikasi tertentu yang ditemukan pada tumor, berkembang di dalam material seperti amyloid dan membentuk cincin konsentrik (Liesegang ring calcification). Gambar 18. Gambaran histopatologi calcifying epithelial odontogenik tumor Penatalaksanaan dan Prognosa Reseksi lokal konservatif pada daerah tertentu disekeliling tulang yang tampak. Tingkatan rekurensi telah dilaporkan kira-kira 15%. Tumor yang dirawat dengan kuretase memliki tingkat rekurensi yang lebih tinggi Odontogenik Myxoma Merupakan lesi jinak infiltratif yang secara klinis sulit dibedakan dengan ameloblastoma. Ditemukan pada daerah penyangga dari gigi dan lebih sering ditemukan pada mandibula.

24 Umumnya ditemukan pada awal dekade ketiga dan keempat sebagai lesi yang pertumbuhannya lambat. Jika tidak dirawat maka dapat menjadi invasif dan destruktif. Berasal dari dental masenkim (papila) dan folikel. Gambaran Radiografi Secara radiografi tumor ini tampak radiolusen unilokuler atau multilokular yang dapat menggeser atau menyebabkan resorpsi dari gigi. Tepi dari daerah radiolusen sering tidak teratur dan bergelombang. Gambar 19. Gambaran radiografi odontogenik myxoma Gambaran Histopatologi Secara mikroskopik tumor tersusun atas sel stellate, bentuk spindle, sel bulat, stroma myxoid yang bertebaran tersusun atas beberapa fibrilis kolagen.

25 Gambar 20. Gambaran histopatologi myxoma odontogenic Penatalaksanaan dan Prognosis Mixoma dengan ukuran kecil dirawat dengan kuretase tetapi perlu dievaluasi secara periodik. Untuk lesi yang besar reseksi yang ekstensif mungkin diperlukan karena tumor ini tidak berkapsul dan cenderung berinfiltrasi ke tulang. Rekurensi rata rata ditemukan sekitar 25 % dari beberapa kasus dan prognosis keseluruhannya baik Ameloblastik Fibroma Tumor ini merupakan gabungan dari dua macam jaringan yaitu epitel dan mesenkim, yang keduanya merupakan neoplasma. Ini merupakan tumor yang tidak umum ditemukan. Gambaran Klinis Merupakan tumor yang jarang ditemukan pada usia muda ( usia 5 20 tahun). Tumor ini sedikit lebih sering ditemukan pada laki laiki dibandingkan perempuan. Sekitar 75 % ditemukan pada mandibula bagian posterior. Asimptomatik, pembesaran tumor dihubungkan dengan pembengkakan rahang. Bersifat jinak dan ekspansif.

26 Gambaran Radiologis Lesi ini tampak sebagai gambaran radiolusent unilokular dan multilokular, dengan lesi yang lebih kecil cenderung unilokular. Radigrafi margin tampak jelas dan mungkin sklerotik. Lesi ini dihubungkan dengan gigi yang tidak erupsi sekitar 75%. Gambar 21. Gambaran radiografi Ameloblastik fibroma Gambaran Histopatologi Tumor ini tampak sebagai massa jaringan lunak dengan permukaan luar yang halus dan tampak solid. Kapsul definitif dapat tampak dan tidak. Secara mikroskopi lesi initampak tersususn sel yang memiliki banyak jaringan mesenkimal mirip dengan papilla dental primitif bercampur dengan epitel odontogenik proliferatif.

27 Gambar 22. Gambaran histopatologi ameloblastik fibroma Perawatan dan Prognosa Hal ini masih diperdebatkan karena kadang ditemukan lesi ini dirawat dengan eksisi sederhana dan kuretase tidak rekuren lagi, kadang juga terjadi rekurensi setelah tindakan eksisi konservatif seperti yang dilaporkan oleh Armed institut of Patology sekitar 43,5 %. Pada beberapa kasus tingkat rekurensinya sekitar 0 18 % setelah perawatan konservatif dan follow up yang adekuat. Pembedahan eksisi yang agresif kemungkinan dapat dilakukan untuk lesi yang rekuren.

28 BAB III KESIMPULAN Tumor odontogenik merupakan suatu kelainan yang terjadi pada rongga mulut dan asalnya berhubungan dengan jaringan yang berasal dari perkembangan gigi. Jaringan abnormal dari masing masing tumor sering dihubungkan dengan jaringan yang sama pada odontogen normal dari pembentukan hingga erupsi gigi. Klasifikasi tumor odontogenik berdasarkan gejala klinis dan histogenesisnya, terdiri dari kelompok tumor jinak, tumor borderline, dan kelompok tumor ganas. Pengetahuan dan keterampilan dokter gigi spesialis bedah mulut dalam mendeteksi dan mendiagnosis awal tumor odontogenik sangat diperlukan dalam praktek sehari hari, sehingga dapat dilakukan terapi yang dini dan adekuat untuk mencegah perluasan penyakit yang memperburuk prognosis.

29 DAFTAR PUSTAKA 1. Sapp, Eversole, Wysocki. Contemporary Oral and Maxilofasial pathology. Second Edition. Mosby Smith, R.M, Turner J, Robbins LM, Atlas Oral Pathology. C.V Mosby. St. Louis Neville, Damm, Allen, Bouquot. Oral and Maxilofacial Pathology. Second Edition. Saunders Elsevier http// Diakses tanggl 17 maret http// diakses tanggal 17 maret Regezi. J. A, Sciubba. J.J, 1999, Oral pathology clinical phatologic correlation, 3ed, Philadelphia: Saunders. 7. Rosai, Juan MD., 2004, Rosai and Ackerman s : Surgical Pathology, 9 th ed, New York : Mosby. 8. Johnson Jonas T et Rosen Clark A. Bailey s Head & Neck Surgery Otolaryngology., fifth edition. Wolters Kluwer.

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1

Pendahuluan. Harmas Yazid Yusuf 1 Pendahuluan Ameloblastoma (berasal dari bahasa Inggris yaitu amel berarti email dan bahasa Yunani blastos yang berarti benih ), merupakan tumor jinak yang berasal dari epitel odontogenik. Tumor ini pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tumor odontogenik memiliki kelompok-kelompok lesi yang kompleks

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tumor odontogenik memiliki kelompok-kelompok lesi yang kompleks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tumor odontogenik memiliki kelompok-kelompok lesi yang kompleks dengan tipe histopatologis dan sifat klinis yang bermacam-macam. Sembilan persen dari seluruh pembengkakan

Lebih terperinci

4 Universitas Indonesia

4 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KISTA RAHANG 2.1.1 Definisi Kista adalah rongga patologik yang dibatasi oleh epitelium. (1-6) Kista berisi cairan atau setengah cairan yang bukan berasal dari akumulasi pus maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karakteristik sebagai tumor jinak, bersifat lokal invasif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karakteristik sebagai tumor jinak, bersifat lokal invasif 1 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ameloblastoma berasal dari epitel odontogenik yang mempunyai karakteristik sebagai tumor jinak, bersifat lokal invasif serta agresif (White, 2004). Ameloblastoma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Terminologi Ameloblastoma menurut Gorlin (1970), merupakan tumor yang berasal dari epithelial odontogenik yang sering terjadi. Cusack mendeskripsikan ameloblastoma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Gigi Gigi merupakan organ tubuh yang turut berperan dalam proses pencernaan, pengunyahan, dan terutama sebagai estetis dalam pembentukan profil wajah. Gigi terbentuk

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KISTA RAHANG 2.1.1 Definisi Kista didefinisikan sebagai rongga patologik yang dibatasi oleh epithelium. 8,5,13,18 Kista berisi cairan atau setengah cairan yang bukan berasal

Lebih terperinci

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR. 2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi

BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR. 2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi BAB 2 DEFINISI, ETIOLOGI, HISTOPATOLOGIS DARI PINDBORG TUMOR 2.1 Definisi Tumor Odontogenik Epitelial Berkalsifikasi Tumor odontogenik epitelial berkalsifikasi, adalah tumor odontogenik yang jarang terjadi,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang. 2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setiap individu terdapat 20 gigi desidui dan 32 gigi permanen yang berkembang dari interaksi antara sel epitel rongga mulut dan sel bawah mesenkim. Setiap gigi berbeda secara anatomi,

Lebih terperinci

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA

GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA GAMBARAN RADIOGRAFI CEMENTO OSSIFYING FIBROMA PADA MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : CHANDRA PH PANDIANGAN 080600113

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 18 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi

Lebih terperinci

ADENOMATOID ODONTOGENIC TUMOR

ADENOMATOID ODONTOGENIC TUMOR 200 Vol. 2, No. 2, Juli-Desember 2010 ADENOMATOID ODONTOGENIC TUMOR Adenomatoid Odontogenic Tumor Sumarno 1* ABSTRACT Adenomatoid odontogenic tumor (AOT) is a rare odontogenic tumor which is often misdiagnosed

Lebih terperinci

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG

OSTEOSARCOMA PADA RAHANG OSTEOSARCOMA PADA RAHANG SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi Oleh : AFRINA ARIA NINGSIH NIM : 040600056 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Pertumbuhan dan perkembangan mempunyai hubungan yang sangat erat, namun masing-masing dari keduanya merupakan proses yang

Lebih terperinci

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma

NEOPLASMA TULANG. Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma NEOPLASMA TULANG Neoplasma : Berasal dari Tulang : Jinak : Osteoma, Osteoid osteoma, osteoblastoma Ganas : Osteosarkoma, parosteal osteosarkoma Berasal dari Tulang rawan : Jinak : Kondroma, Osteokondroma,

Lebih terperinci

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak

umumnya, termasuk kesehatan gigi dan mulut, mengakibatkan meningkatnya jumlah anak-anak Penatalaksanaan Dentinogenesis Imperfecta pada Gigi Anak Abstract Winny Yohana Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran Dentinogenesis imperfecta adalah suatu kelainan

Lebih terperinci

4 Universitas Indonesia

4 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KISTA RAHANG 2.1.1 Definisi Kista merupakan rongga patologis yang berisi cairan atau semicairan, tidak disebabkan oleh akumulasi pus. 1-5 Bisa dibatasi oleh epitel, namun bisa

Lebih terperinci

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus.

BAB 2 KANINUS IMPAKSI. individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. BAB 2 KANINUS IMPAKSI Gigi permanen umumnya erupsi ke dalam lengkungnya, tetapi pada beberapa individu gigi permanen dapat gagal erupsi dan menjadi impaksi di dalam alveolus. Salah satunya yaitu gigi kaninus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ameloblastoma Shafer menyatakan bahwa ameloblastoma adalah neoplasma sejati dari suatu jaringan dengan tipe organ enamel yang tidak mengalami diferensiasi sampai ke

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Radiografi Sinar x ditemukan oleh Wilhem Conrad Roentgen, seorang profesor fisika dari Universitas Wurzburg, di Jerman. Hasil radiografi terbentuk karena perbedaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tumor odontogenik adalah tumor yang berasal dari jaringan pembentuk gigi (Sherlin, 2013). Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang paling sering ditemukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menembus gingiva sampai akhirnya mencapai dataran oklusal. 5-7 Pada manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Proses erupsi gigi adalah suatu proses fisiologis berupa proses pergerakan gigi yang dimulai dari tempat pembentukkan gigi di dalam tulang alveolar kemudian gigi menembus gingiva

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari jaringan organ yang tidak mengalami diferensiasi membentuk .

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari jaringan organ  yang tidak mengalami diferensiasi membentuk  . I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ameloblastoma merupakan tumor odontogenik yang sering terjadi berasal dari jaringan organ email yang tidak mengalami diferensiasi membentuk email. Prosentase ameloblastoma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Erupsi gigi merupakan suatu perubahan posisi gigi yang diawali dengan pertumbuhan dalam tulang rahang melalui beberapa tahap berturut-turut hingga mencapai posisi fungsional di dalam

Lebih terperinci

PREVALENSI KISTA ODONTOGENIK RONGGA MULUT DI RUMAH SAKIT IBNU SINA DAN RUMAH SAKIT SAYANG RAKYAT PERIODE TAHUN

PREVALENSI KISTA ODONTOGENIK RONGGA MULUT DI RUMAH SAKIT IBNU SINA DAN RUMAH SAKIT SAYANG RAKYAT PERIODE TAHUN PREVALENSI KISTA ODONTOGENIK RONGGA MULUT DI RUMAH SAKIT IBNU SINA DAN RUMAH SAKIT SAYANG RAKYAT PERIODE TAHUN 2011-2015 SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas Hasanuddin Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menilai usia skeletal karena setiap individu berbeda-beda (Bhanat & Patel, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Usia Kronologis Usia kronologis adalah usia berdasarkan periode waktu lahir (Dorland, 2012). Usia kronologis menjadi indikator yang lemah untuk menilai usia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Pedersen, 1966). Selama melakukan prosedur pencabutan gigi sering ditemukan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Odontektomi atau pencabutan gigi dengan pembedahan merupakan tindakan pembedahan yang sering dilakukan oleh spesialis bedah mulut (Rahayu, 2014). Pencabutan gigi

Lebih terperinci

26 Universitas Indonesia

26 Universitas Indonesia BAB 4 HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian mengenai distribusi dan frekuensi Kista Dentigerous menurut elemen gigi penyebab dan lokasi kelainan yang dilakukan di Poli Gigi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Molar Dua Mandibula Fungsi molar dua mandibula permanen adalah melengkapi molar satu mandibula. Seluruh bagian molar dua mandibula lebih kecil sekitar 1mm daripada molar satu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. sempurna jika tubuh mampu mengeliminasi penyebabnya, tetapi jika tubuh tidak

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. sempurna jika tubuh mampu mengeliminasi penyebabnya, tetapi jika tubuh tidak I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Inflamasi merupakan respon fisiologis tubuh terhadap iritasi maupun stimuli yang mengubah homeostasis jaringan. Inflamasi akut dapat mengalami pemulihan sempurna

Lebih terperinci

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal

Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Diagnosis Penyakit Pulpa dan Kelainan Periapikal Penyakit pulpa dan periapikal Kondisi normal Sebuah gigi yang normal bersifat (a) asimptomatik dan menunjukkan (b) respon ringan sampai moderat yang bersifat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA xvii BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Akar Gigi Pembentukan akar gigi terjadi setelah pembentukan mahkota gigi selesai dengan sempurna dan gigi mulai erupsi. Pembentukan akar dimulai dari proliferasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi klinis keberhasilan perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida tipe hard setting.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tulang Alveolar Prosesus alveolaris merupakan bagian dari tulang rahang yang menopang gigi geligi. Tulang dari prosesus alveolaris ini tidak berbeda dengan tulang pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik merupakan suatu faktor penting dalam pemeliharaan gigi, mulut, kesehatan umum, fungsi pengunyahan, dan estetik wajah.1 Tujuan umum perawatan ortodontik

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Gigi Gigi merupakan struktur keras yang terkalsifikasi, biasanya terletak pada jalan masuk traktus alimentarius dan fungsi utamanya adalah untuk menghancurkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis,

BAB 1 PENDAHULUAN. mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejumlah penyakit penting dan serius dapat bermanifestasi sebagai ulser di mukosa rongga mulut. Beberapa merupakan penyakit infeksius seperti sifilis, tuberkulosis,

Lebih terperinci

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai

BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK. endodontik. Pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan untuk mencapai BAB II KEADAAN JARINGAN GIGI SETELAH PERAWATAN ENDODONTIK Dokter gigi saat merawat endodontik membutuhkan pengetahuan tentang anatomi dari gigi yang akan dirawat dan kondisi jaringan gigi setelah perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Foramen ini dilalui saraf mental, arteri dan vena. Nervus mentalis adalah cabang terkecil

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN KLINIS, GAMBARAN HISTOPATOLOGI, MANIFESTASI DAN GAMBARAN RADIOGRAFI NOONAN SYNDROME DI RONGGA MULUT

BAB 3 GAMBARAN KLINIS, GAMBARAN HISTOPATOLOGI, MANIFESTASI DAN GAMBARAN RADIOGRAFI NOONAN SYNDROME DI RONGGA MULUT BAB 3 GAMBARAN KLINIS, GAMBARAN HISTOPATOLOGI, MANIFESTASI DAN GAMBARAN RADIOGRAFI NOONAN SYNDROME DI RONGGA MULUT 3.1 Gambaran Klinis Pada pasien Noonan syndrome mempunyai gambaran klinis seperti bertubuh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Impaksi Kaninus Gigi impaksi dapat didefinisikan sebagai gigi permanen yang terhambat untuk erupsi keposisi fungsional normalnya oleh karena adanya hambatan fisik dalam

Lebih terperinci

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari

ANATOMI GIGI. Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Drg Gemini Sari ANATOMI GIGI Ilmu yg mempelajari susunan / struktur dan bentuk / konfigurasi gigi, hubungan antara gigi dgn gigi yang lain dan hubungan antara gigi dengan jaringan sekitarnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada tinjauan pustaka akan diuraikan mengenai suku Batak, foramen mentalis, radiografi panoramik, kerangka teori dan kerangka konsep. 2.1 Suku Batak Penduduk Indonesia termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat

BAB I PENDAHULUAN. di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Karsinoma rongga mulut merupakan ancaman besar bagi kesehatan masyarakat di negara maju terlebih lagi bagi negara berkembang. Angka kematian akibat kanker terus meningkat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Karies gigi adalah penyakit multifaktorial dengan interaksi antara tiga faktor, yaitu gigi, mikroflora, dan diet. Bakteri akan menumpuk di lokasi gigi kemudian membentuk

Lebih terperinci

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut

BAB I. dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk. untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Penyakit gigi dan mulut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap insan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Kesehatan pada dasarnya ditunjukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi dan Etiologi Trauma gigi sulung anterior merupakan suatu kerusakan pada struktur gigi anak yang dapat mempengaruhi emosional anak dan orang tuanya. Jika anak mengalami

Lebih terperinci

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR

CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR CROSSBITE ANTERIOR DAN CROSSBITE POSTERIOR 1. Crossbite anterior Crossbite anterior disebut juga gigitan silang, merupakan kelainan posisi gigi anterior rahang atas yang lebih ke lingual daripada gigi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Maturitas adalah proses pematangan yang dihasilkan oleh pertumbuhan dan perkembangan. 11 Evaluasi status maturitas seseorang berperan penting dalam rencana perawatan ortodonti, khususnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN Penelitian telah dilakukan di RSGM UMY mengenai evaluasi keberhasilan perawatan kaping pulpa direk dengan bahan kalsium hidroksida hard setting

Lebih terperinci

Ameloblastoma. Triana Dyah Cahyawati. 1. Pendahuluan

Ameloblastoma. Triana Dyah Cahyawati. 1. Pendahuluan 2018, 7 (1): 19-25 ISSN 2301-5977, e-issn 2527-7154 Ameloblastoma Triana Dyah Cahyawati Abstrak Ameloblastoma merupakan suatu neoplasma epitelial jinak dan berkisar 10% dari keseluruhan tumor odontogenik.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawatan orthodonti cekat pada periode gigi bercampur bertujuan untuk memperbaiki maloklusi sebelum seluruh gigi permanen erupsi sehingga perawatan orthodonti

Lebih terperinci

TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT

TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT TEKNIK DAN TRIK PENCABUTAN GIGI DENGAN PENYULIT Dipresentasikan pada Prosiding Temu Ilmiah Bandung Dentistry 6 Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Cabang Kota Bandung Oleh : Lucky Riawan, drg., Sp BM

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Ameloblastoma Ameloblastoma ialah tumor yang berasal dari jaringan organ enamel yang tidak menjalani diferensiasi membentuk enamel. Hal ini telah dijelaskan sangat tepat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kanalis Mandibularis Kanalis mandibularis adalah saluran yang memanjang dari foramen mandibularis yang terletak pada permukaan medial ramus. Kanalis ini dialiri oleh inferior

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi

I. PENDAHULUAN. Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalsium merupakan kation dengan fosfat sebagai anionnya, absorbsi keduanya tergantung pada konsentrasi dalam plasma darah. Metabolisme ion kalsium dan fosfat dalam tubuh

Lebih terperinci

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI

MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI MEKANISME ERUPSI DAN RESORPSI GIGI 1. Mekanisme sel-sel dalam erupsi gigi desidui Erupsi gigi desidui dimulai setelah mahkota terbentuk. Arah erupsi adalah vertikal. Secara klinis ditandai dengan munculnya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Ras India Penduduk ras India Malaysia merupakan suatu kaum yang berasal dari India selatan. Mereka telah datang ke Malaysia sejak dua ribu tahun lalu.kelompokkelompok seperti

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia

DAFTAR PUSTAKA. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Universitas Indonesia DAFTAR PUSTAKA 1. Gorlin, RJ, Goldman HM. Thoma s Oral Pathology. 6 th ed. Vol.1. St. Louis: The CV Mosby Co; 1970: p. 481-500. 2. Regezi, Joseph A, Sciubba, James J, Jordan, Richard CK. Oral Pathology,

Lebih terperinci

Hanna H. Bachtiar Iskandar Menik Priaminiarti. Dipresentasikan di forum ilmiah PDGI Jakarta Timur - Juni 2008

Hanna H. Bachtiar Iskandar Menik Priaminiarti. Dipresentasikan di forum ilmiah PDGI Jakarta Timur - Juni 2008 Hanna H. Bachtiar Iskandar Menik Priaminiarti Dipresentasikan di forum ilmiah PDGI Jakarta Timur - Juni 2008 Pemeriksaan radiografik Pemeriksaan lanjutan non interventif untuk memperoleh informasi diagnostik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningioma merupakan neoplasma intracranial extraaxial yang paling banyak ditemukan. Pada populasi dewasa sekitar 30% dari tumor sistem saraf pusat, sedangkan

Lebih terperinci

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak.

BAB 2 TUMOR. semua jaringan tubuh manusia pada berbagai keadaan sel untuk berkembang biak. BAB 2 TUMOR 2.1 Definisi Tumor Sel mempunyai tugas utama yaitu bekerja dan berkembang biak. Bekerja bergantung kepada aktivitas sitoplasma sedangkan berkembang biak bergantung pada aktivitas intinya. Proliferasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili

BAB 1 PENDAHULUAN. Papilloma sinonasal diperkenalkan oleh Ward sejak tahun 1854, hanya mewakili 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumor rongga hidung dan sinus paranasal atau disebut juga tumor sinonasal adalah tumor yang dimulai dari dalam rongga hidung atau sinus paranasal di sekitar hidung.

Lebih terperinci

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL

PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Prognosis PROGNOSIS PENYAKIT GINGIVA DAN PERIODONTAL Ramalan perkembangan,perjalanan dan akhir suatu penyakit Prognosis Penyakit Gingiva dan Periodontal Ramalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang

BAB I PENDAHULUAN. dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Periodontitis merupakan inflamasi jaringan periodontal yang ditandai dengan migrasi epitel jungsional ke arah apikal, kehilangan perlekatan tulang dan resorpsi tulang

Lebih terperinci

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8

Grafik 1. Distribusi TDI berdasarkan gigi permanen yang terlibat 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi dan Distribusi Trauma Gigi Trauma gigi atau yang dikenal dengan Traumatic Dental Injury (TDI) adalah kerusakan yang mengenai jaringan keras dan atau periodontal karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory

BAB 1 PENDAHULUAN. tumor dengan bentuk dan susunan serabut-serabut yang bervariasi, dan oleh Mallory 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fibrosarkoma atau fibroblastic sarcoma 1,2,3 atau malignant mesenchymal tumor 1,4 adalah tumor ganas yang berasal dari sel-sel mesenkim, yang terdiri dari sel-sel

Lebih terperinci

FUNGSI JARINGAN PULPA DALAM MENJAGA VITALITAS GIGI. Sartika Puspita *

FUNGSI JARINGAN PULPA DALAM MENJAGA VITALITAS GIGI. Sartika Puspita * FUNGSI JARINGAN PULPA DALAM MENJAGA VITALITAS GIGI Sartika Puspita * * Pogram Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ABSTRAK Pulpa memiliki

Lebih terperinci

Penggunaan Dental Laser Pada Eksisi Irritation Fibroma

Penggunaan Dental Laser Pada Eksisi Irritation Fibroma Penggunaan Dental Laser Pada Eksisi Irritation Fibroma I Gusti Ayu Ari Widiastuti Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana ABSTRAK: Pemanfaatan teknologi laser saat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Radiografi Periapikal Nama periapical berasal dari bahasa latin peri, yang berarti sekeliling, dan apical yang berarti ujung. Radiogafi periapikal dapat menunjukkan secara

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A. Preliminary Study of Histamine Skin Test : : Does Dimenhydrinate Suppress Skin Prick Test (SPT) Response? A Preliminary Study of Histamine Skin Test : anti histamine oral akan menekan respon kulit pada uji tusuk kulit (UTK). Dimenhidrinat, yang

Lebih terperinci

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan

KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan KEHILANGAN TULANG DAN POLA PERUSAKAN TULANG Kehilangan tulang dan cacat tulang yang diakibatkan penyakit periodontal membahayakan bagi gigi, bahkan bisa menyebabkan hilangnya gigi. Faktor-faktor yang memelihara

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN RADIK)

PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN RADIK) PENATALAKSANAAN PENCABUTAN GIGI DENGAN KONDISI SISA AKAR (GANGREN RADIK) Budi Yuwono Bagian Ilmu Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember Abstract One of dental treatments on gangrene radix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit. tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit. tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Karsinoma sel basal merupakan keganasan kulit tersering, menempati kira-kira 70% dari semua keganasan kulit (Weedon et. al., 2010). Karsinoma sel basal terutama terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendalaman sulkus gingiva ini bisa terjadi oleh karena pergerakan margin gingiva BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Poket periodontal didefinisikan sebagai pendalaman sulkus gingiva secara patologis, merupakan gejala klinis paling penting dari penyakit periodontal. Pendalaman sulkus

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Gigi berjejal merupakan jenis maloklusi yang paling sering ditemukan. Gigi berjejal juga sering dikeluhkan oleh pasien dan merupakan alasan utama pasien datang untuk melakukan perawatan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembentukan Gigi Gigi-geligi merupakan suatu sistem fungsional efektif yang tersusun atas kelompok gigi dalam jumlah, ukuran dan bentuk yang berbeda. Tiap kelompok gigi memberikan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Menurut American Dental Association (ADA), fraktur dapat diartikan sebagai pecahnya satu bagian, terutama dari struktur tulang, atau patahnya gigi. Akar merupakan bagian

Lebih terperinci

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA

ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA ARVEOLAR SOFT PART SARCOMA OLEH: Dr.FITRIANI LUMONGGA DEPARTEMEN PATOLOGI ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2007 PENDAHULUAN Alveolar soft part sarcoma merupakan neoplasma ganas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur

BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK. (Mansjoer, 2000). Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka fraktur BAB II TINJAUAN UMUM FRAKTUR DENTOALVEOLAR PADA ANAK 2.1 Definisi Fraktur Dentoalveolar Definisi fraktur secara umum adalah pemecahan atau kerusakan suatu bagian terutama tulang (Kamus Kedokteran Dorland

Lebih terperinci

Reseksi segmental dan rekonstruksi mandibula dengan mandibular positioner guidance sebagai perawatan ameloblastoma pada pasien edentulus total

Reseksi segmental dan rekonstruksi mandibula dengan mandibular positioner guidance sebagai perawatan ameloblastoma pada pasien edentulus total Reseksi segmental dan rekonstruksi mandibula dengan mandibular positioner guidance sebagai perawatan ameloblastoma pada pasien edentulus total 1 Benny Widianto, 2 Masykur Rahmat, 2 Rahardjo 1 Resident

Lebih terperinci

BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA. Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai

BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA. Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai BAB 2 PENGERTIAN, ETIOLOGI, TANDA DAN GEJALA OSTEOSARKOMA 2.1 Definisi dan Etiologi Osteosarkoma 2.1.1 Definisi Osteosarkoma adalah suatu lesi ganas pada sel mesenkim yang mempunyai kemampuan untuk membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter

BAB 1 PENDAHULUAN. ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Besarnya pengaruh erupsi gigi dan banyaknya kelainan yang mungkin ditimbulkan oleh gangguan erupsi gigi di rongga mulut, sudah selayaknya bagi dokter gigi mengetahui

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

LAPORAN PRAKTIKUM. Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J Dosen Pembimbing : Drg. Nilasary Rochmanita FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI LAPORAN PRAKTIKUM Oral Infection by Staphylococcus Aureus in Patients Affected by White Sponge Nevus: A Description of Two Cases Occurred in the Same Family Oleh : Ichda Nabiela Amiria Asykarie J 52010

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1.

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan rasio antara laki-laki dan perempuan berkisar 2:1 hingga 4:1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Data dari GLOBOCAN memperkirakan, terdapat sekitar 14,1 juta ditemukan kasus kanker baru dan tercatat 8,2 juta jiwa meninggal akibat kanker pada tahun 2012 di seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Mukokel dan ranula merupakan dua contoh dari beberapa penyakit mulut yang melibatkan glandula saliva. Sebelum membahas mengenai kedua penyakit mulut tersebut, akan dibahas mengenai

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan terhadap 540 kasus perawatan kaping pulpa indirek dengan bahan kalsium hidroksida melalui hasil radiografi periapikal pasien yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi.

ABSTRAK. Kata kunci : karsinoma sel skuamosa, rongga mulut, prevalensi. ABSTRAK Karsinoma sel skuamosa rongga mulut merupakan karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng dan menunjukkan gambaran morfologi yang sama dengan karsinoma sel skuamosa di bagian tubuh lain.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan. satu atau lebih gigi asli, tetapi tidak seluruh gigi asli dan atau struktur 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Gigi Tiruan Sebagian Lepasan a. Definisi Gigi Tiruan Sebagian Lepasan Gigi tiruan sebagian lepasan adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN KISTA RADIKULERPADA MAKSILA ANTERIOR SECARA ENUKLEASI

PENATALAKSANAAN KISTA RADIKULERPADA MAKSILA ANTERIOR SECARA ENUKLEASI PENATALAKSANAAN KISTA RADIKULERPADA MAKSILA ANTERIOR SECARA ENUKLEASI H. Mawardi, M. Hendra Chandha Bagian Dmu Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin Abstract A radiculer cyst is an

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periodontitis adalah peradangan pada jaringan pendukung gigi yang dapat menyebabkan hilangnya perlekatan epitel gingiva, hilangnya tulang alveolar, dan ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan secara observasional deskriptif dengan cara pengamatan terhadap hasil radiografi pasien yang telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Maloklusi Klas I Angle Pada tahun 1899, Angle mengklasifikasikan maloklusi berdasarkan relasi molar satu permanen rahang bawah terhadap rahang atas karena menurut Angle, yang

Lebih terperinci

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi

BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG. infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi BAB 2 OSTEOMIELITIS KRONIS PADA RAHANG Osteomielitis adalah inflamasi yang terjadi pada tulang dan sumsum tulang, infeksi yang terjadi dapat disebabkan oleh infeksi odontogenik. Osteomielitis dibagi menjadi

Lebih terperinci

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien

Odontektomi. Evaluasi data radiografi dan klinis dari kondisi pasien Odontektomi Odontektomi menurut Archer adalah pengambilan gigi dengan prosedur bedah dengan pengangkatan mukoperiosterial flap dan membuang tulang yang ada diatas gigi dan juga tulang disekitar akar bukal

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PENDAHULUAN

DAFTAR ISI PENDAHULUAN DAFTAR ISI PENDAHULUAN -------------------------------------------------------------------------------- DAFTAR ISI --------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci