BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Kutai, dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 dan diresmikan pada tanggal 12 Oktober Sebagai daerah otonom yang relatif masih baru di Provinsi Kalimantan Timur, pada awalnya Kabupaten Kutai Timur meliputi 5 wilayah kecamatan dengan ibukotanya Sangatta. Seiring dengan kebijakan pemerintah daerah dalam hal pemerataan pelayanan dan pembangunan maka 5 kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 11 Kecamatan berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 16 Tahun Pada tahun 2005 melalui Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur Nomor 12 Tahun 2005 dimekarkan menjadi 18 kecamatan dengan 135 desa. Secara administratif Kabupaten Kutai Timur memiliki luas wilayah ,50 km 2 atau 17% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Timur dan merupakan daerah terluas kedua setelah Kabupaten Malinau. Sebagaimana daerah lainnya di Provinsi Kalimantan Timur, Kabupaten Kutai Timur memiliki beberapa keunggulan komparatif yaitu lahan yang luas, sumber daya alam potensial yang beraneka ragam dan didukung oleh posisi geografis yang strategis. Kedudukan dan peranan Kabupaten Kutai Timur memiliki arti yang sangat penting baik dalam lingkup nasional dan provinsi maupun internasional. Dalam konteks peranan ini, maka Kabupaten Kutai Timur harus dipersiapkan baik secara fisik, sosial dan ekonomi untuk dapat menampung aktivitas standar yang memadai sehingga dapat menjadi magnet bagi tumbuh kembangnya iklim investasi dalam pengembangan sumber daya alam dan lahan yang begitu besar. Secara umum kedudukan dan peran Kabupaten Kutai Timur dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Lingkup Nasional dan Provinsi Dalam lingkup nasional, kedudukan dan peran Kabupaten Kutai Timur berdasarkan potensi yang dimilikinya antara lain: Berada dalam posisi geografis yang strategis sebagai jalur lalu lintas transportasi Kawasan Timur Indonesia. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

2 Berpotensi sebagai wilayah penampung limpahan penduduk atau daerah tujuan transmigrasi dari Pulau Jawa. Lahan yang luas dan kondisi fisik geologis yang berpotensi untuk pengembangan sektor pertambangan umum, kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan, kelautan dan pariwisata. Penyumbang devisa negara yang cukup besar, khususnya sektor migas, batu bara, dan kehutanan. Dalam lingkup provinsi, keberadaan Kabupaten Kutai Timur pada jalur poros regional lintas Trans-Kalimantan yang menghubungkan jalur Tarakan (Kota Orde II) Tanjung Selor Tanjung Redeb ke Samarinda (Kota Orde I Ibukota Provinsi) Balikpapan (Kota Orde I) Kabupaten Pasir Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat, sehingga posisi strategis ini berpotensi untuk : Menjadikan Ibukota Kabupaten Kutai Timur yaitu Kota Sangatta berfungsi sebagai Kota Transit. Akses keluar wilayah cukup terbuka sehingga membuka peluang pemasaran hasil sumber daya alam dari Kutai Timur. 2. Lingkup Internasional Dalam lingkup internasional, Kabupaten Kutai Timur memiliki potensi besar untuk berkembang karena : Secara geografis menghadap Selat Makassar yang berfungsi sebagai jalur pelayaran internasional dan terletak pada wilayah yang berbatasan dengan negara tetangga yaitu Malaysia, Brunei Darussalam, dan Philipina, serta berada dalam kawasan kerjasama BIMP-EAGA dan Sosek Malindo. Dapat mengekspor sumber daya alam potensial yang memiliki peluang pasar internasional dan masih menjadi primadona seperti batubara, minyak dan gas. Disamping itu juga terdapat kandungan emas, pasir kwarsa dan gips serta bahan galian lainnya. Potensial sebagai pengekspor komoditi perkebunan seperti lada, cokelat, karet, kelapa sawit dan komoditi eksklusif sektor perikanan seperti udang, kepiting, ikan kerapu, rumput laut, dan lain-lain. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

3 Disamping potensi yang disebutkan di atas, Kabupaten Kutai Timur juga mempunyai beberapa permasalahan yang dihadapi oleh daerah, antara lain kelemahan di dalam sumber daya manusia yang memiliki skill, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Dengan terbatasnya sumber daya manusia, maka pemanfaatan potensi yang ada belum dapat optimal, hal ini tercermin dalam persoalan-persoalan yang dihadapi oleh wilayah, terutama berkenaan dengan adanya kesenjangan antar wilayah, sektor, pendapatan dan persoalan lingkungan. Disisi lain, permasalahan infrastruktur masih menjadi kendala utama dalam pengembangan wilayah. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kabupaten Kutai Timur merupakan suatu keharusan bagi Pemerintah Daerah yang mempunyai nilai sangat penting karena untuk pertama kalinya dilakukan sebagai akibat dari perubahan paradigma dan format perencanaan pembangunan secara nasional. Sebelumnya telah dikeluarkan beberapa produk perencanaan daerah yang menjadi dasar kebijakan pengelolaan pembangunan antara lain Pola Dasar (POLDAS), Program Pembangunan Daerah (PROPEDA) dan Rencana Strategis (RENSTRA) Kabupaten Kutai Timur Sebagai dasar kebijakan pembangunan jangka panjang periode 20 tahunan dan pengganti POLDAS, maka penyusunan RPJP juga mempertimbangkan dan memperhatikan produk-produk perencanaan yang telah ada tersebut. Dengan demikian RPJP yang dibuat bukan hanya sekedar ganti kulit namun juga memiliki beberapa perbedaan yang substansial. Salah satu instrumen paling penting dalam upaya mencapai keberhasilan sasaran pembangunan Kabupaten Kutai Timur adalah adanya suatu perencanaan yang baik dan diacu sebagai starting point dalam siklus pengelolaan pembangunan daerah. Dalam kaitan ini penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kutai Timur mempunyai peranan yang sangat strategis sehingga perlu dilakukan secara sistematis, terarah, terpadu, dan menyeluruh melalui kajian mendalam dengan melibatkan berbagai pihak yang berkepentingan serta mempertimbangkan isu-isu strategis yang berkembang baik di level lokal, regional, nasional maupun global. Terdapat beberapa terminologi yang berkaitan dengan pengertian Rencana Pembangunan Jangka panjang Daerah dan menurut Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, terminologi tersebut dapat dirinci sebagai berikut: R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

4 1. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 tahun. 2. RPJP Daerah memuat visi, misi, dan arah pembangunan daerah yang mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi. 3. RPJP Daerah digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah untuk jangka waktu 5 tahunan. Dalam rangka memenuhi semua ketentuan normatif aturan perundangundangan mengenai perencanaan nasional dan daerah, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur berupaya menyusun RPJP Daerah Kabupaten Kutai Timur dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Proses Penyusunan RPJP Kabupaten Kutai Timur dilakukan secara partisipatif, melalui berbagai tahapan musyawarah perencanaan partisipatif, yang melibatkan seluruh unsur pelaku pembangunan daerah. 2. RPJP Kabupaten Kutai Timur merupakan Dokumen Perencanaan Makro Politis dan Teknis berwawasan dua puluh tahunan. 3. RPJP Kabupaten Kutai Timur sebagai arahan terselenggaranya pembangunan daerah yang demokratis dengan prinsip-prinsip kebersamaan, berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan, kemajuan, persatuan dan kesatuan yang berorientasi ke masa depan. 4. RPJP Kabupaten Kutai Timur disusun secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan fleksibel guna membangun Kutai Timur lebih baik ke depan MAKSUD DAN TUJUAN RPJP Kabupaten Kutai Timur disusun dengan maksud : 1. Menyediakan Visi, Misi, dan Arah Kebijakan Pembangunan Jangka Panjang Pemerintah Kabupaten Kutai Timur untuk diajukan ke legislatif agar dapat ditetapkan sebagai Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Timur, yang didasarkan pada RPJP Nasional dan RPJM Nasional serta RPJP dan RPJM Provinsi Kalimantan Timur. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

5 2. Menata keberlanjutan pembangunan yang telah dilaksanakan sebagai bagian upaya pembangunan daerah yang lalu (tahun ) untuk masa 20 tahun mendatang. 3. Memberi arah bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) dalam penyelenggaraan pembangunan daerah guna mewujudkan Visi Kabupaten Kutai Timur 20 tahun ke depan. 4. Sebagai acuan dalam penyusunan RPJM Kabupaten Kutai Timur Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka RPJP Kabupaten Kutai Timur ini disusun dengan tujuan sebagai berikut : 1. Mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan Kabupaten Kutai Timur. 2. Menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi baik antar daerah, antar waktu, antarfungsi, antara pemerintah daerah dan pusat. 3. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat Kabupaten Kutai Timur. 4. Menjamin tercapainya penggunaan sumber daya Kabupaten Kutai Timur yang efisien,efektif,berkeadilan dan berkelanjutan. 5. Menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan LANDASAN HUKUM Penyusunan RPJP Kabupaten Kutai Timur , dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dari KKN; 2. Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Nunukan, Kabupaten Malinau, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur Dan Kota Bontang; 3. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Keuangan Negara; 5. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara; 6. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional; 7. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah; R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

6 8. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. 9. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; 12. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 13. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM-Nas) ; 14. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 1995 tentang Perbaikan dan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur Pemerintah kepada Masyarakat; 15. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 16. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum; 17. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD; 18. Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2004 tentang Renstra Pembangunan Dan Pengembangan Infrastruktur, Pertanian dan Sumber Daya Manusia Kabupaten Kutai Timur Tahun ; 19. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Gerdabangagri Kabupaten Kutai Timur; 20. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2004 tentang Program Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Timur; 21. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Daerah Kabupaten Kutai Timur; 22. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2004 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kutai Timur;. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

7 1.4. HUBUNGAN RPJP DAERAH DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA Keterkaitan antar dokumen perencanaan dalam RPJP Kabupaten Kutai Timur mengacu pada UU Nomor 25 Tahun 2004 pasal 5 dengan ketentuan sebagai berikut : 1. RPJP Kabupaten Kutai Timur mengacu pada RPJP Nasional dan RPJP Provinsi. 2. RPJM Kabupaten Kutai timur merupakan penjabaran dari Visi, Misi dan Program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Kabupaten Kutai Timur dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pembangunan daerah, kebijakan umum dan program satuan kerja perangkat daerah, program lintas satuan kerja daerah dan program kewilayahan. 3. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) merupakan penjabaran dari RPJM daerah dan mengacu pada Rencana Kerja Pemerintah (RKP), memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh pemerintah maupun yang ditempuh dengan mendorong partisipasi masyarakat. Secara lebih jelas hubungan antar dokumen perencanaan tersebut dapat dilihat pada Diagram 1.1. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya. Gambar 1.1. Hubungan RPJP Daerah dengan Dokumen Perencanaan Lainnya R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

8 1.5. METODE PERENCANAAN Metode kerja yang digunakan agar penyusunan RPJP Kabupaten Kutai Timur Tahun ini bersifat partisipatif, transparan dan akuntabel serta sistematis, maka proses dan mekanisme disusun dengan tahapan sebagai berikut: 1. Langkah Pertama, persiapan awal dilakukan dengan a) mengkaji peraturan perundang-undangan yang terkait dengan dokumen perencanaan jangka panjang daerah, b) melakukan serangkaian konsultasi untuk menentukan inisiatif baru, c) mempersiapkan kerangka konseptual, d) mempersiapkan sumber daya manusia, material dan finansial. 2. Langkah kedua, menghimpun berbagai data pendukung yang berasal dari dokumen-dokumen perencanaan maupun hasil temu pemangku kepentingan (stakeholders). 3. Langkah ketiga, membangun kesepakatan bersama untuk menyusun RPJP Kabupaten Kutai Timur yang komprehensif, aspiratif dan berwawasan masa depan, dengan menggabungkan Top Down Planning dan Bottom Up Planning serta kondisi existing daerah untuk menentukan titik awal perencanaan. 4. Langkah keempat, menyelenggarakan temu konsultasi atau workshop penyusunan RPJP Kabupaten Kutai Timur yang melibatkan pemerintah, DPRD dan Perguruan Tinggi setempat. 5. Langkah kelima, Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Jangka Panjang Daerah, dilaksanakan berdasarkan bahan Rancangan Awal RPJP Daerah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk mendapat masukan dan komitmen dalam penyempurnaan rancangan RPJP Daerah. 6. Langkah keenam, penetapan peraturan daerah tentang RPJP Kabupaten Kutai Timur Pendekatan perencanaan yang dipergunakan dalam penyusunan RPJP Kabupaten Kutai Timur ini adalah metode kualitatif deskriptif dan kuantitatif berupa analisis regresi dan proyeksi. Prosedur yang digunakan dalam menganalisis data adalah dengan menggunakan teknik statistika Peramalan (Forecasting) dengan metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method). Pertimbangan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secara bersama-sama adalah apabila salah satu hasil metode kurang memuaskan, maka dapat dijustifikasi dengan data dari metode lainnya atau bersifat saling melengkapi. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

9 Gambar 1.2. Tata Cara Penyusunan RPJPD Rancangan Visi & Misi Saran, Tanggapan, Rekomendasi stakeholders Rumusan hasil kesepakatan & komitmen Prediksi Kondisi Umum Daerah - Geomorfologi & lingkungan - Ekonomi & SDA - Demografi - Prasarana dan sarana - dll Rancangan RPJP Merumuskan gambaran awal - Visi - Misi - Arah Pembangunan Sosialisasi, Konsultasi Publik, dan jaring asmara Musrenbang Jangka Panjang Daerah Rancangan Akhir RPJPD - Visi - Misi - Arah Pembangunan Arahan Umum Fungsi & peran sub wilayah/ kawasan Penetapan Perda ttg RPJPD Peraturan Daerah ttg RPJP Daerah Rancangan Arah Pembangunan Rencana Tata Ruang Membentuk Tim Fasilitasi RPJPD Menyusun Renja penyiapan dokumen RPJPD Menyiapkan Daftar Isi RPJPD Menyusun data kondisi umum daerah (analisis dan prediksi) Menyusun rancangan Visi dan Misi Daerah Menyusun rancangan Arah Pembangunan Daerah Melakukan sosialisasi atas rancangan RPJPD TAHAP I TAHAP II TAHAP III TAHAP IV Penyiapan dokumen Persiapan Pelaksanaan Pelaksanaan Keluaran Peserta Nara Sumber Menyusun rancangan akhir RPJPD Menyusun naskah akademis Raperda tentang RPJPD Menyampaikan 2 point di atas kepada Bupati Menyiapkan Surat Bupati, hal naskah Raperda RPJD sbg inisiatif Pemda Melakukan konsultasi dg Gubernur cq. Bappeda Provinsi R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

10 Gambar 1.3. Alur Pikir Penyusunan RPJPD Kabupaten Kutai Timur PENGKAJIAN RPJP-N/P - ISU GLOBAL PENYUSUNAN SKALA PRIORITAS DATA EXISTING KOMPILASI DATA TOP DOWN PLANNING ISU-ISU STRATEGI RAPERDA RPJPD KAB.KUTAI TIMUR FAKTA DAN ANALISIS VISI / MISI SKENARIO PJP/PJM SASARAN JP/JM RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH ANALISIS POTENSI DAN MASALAH BOTTOM UP PLANNING PENENTUAN INDIKATOR TUJUAN - RPJM DAERAH - RENSTRA SKPD - RENJA SKPD JARING ASMARA/PRA NOTE: LANGKAH KERJA DUKUNGAN/KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN UNTUK MENDUKUNG LANGKAH KERJA R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

11 1.6. SISTEMATIKA PENULISAN Buku RPJP Kabupaten Kutai Timur ini terdiri dari empat bagian. Bagian pertama berisi pendahuluan yang menguraikan tentang latar belakang pembentukan daerah, beberapa terminologi yang berkaitan dengan pengertian RPJP Daerah dan proses penyusunannya. Di pendahuluan ini juga dijabarkan maksud dan tujuan penyusunan RPJP Daerah, aturan perundangan yang melandasinya, dan keterkaitannya dengan dokumen perencanaan yang lainnya. Bagian kedua menguraikan kondisi, analisis dan prediksi kondisi umum daerah. Prediksi kondisi dilakukan dengan analisis proyeksi fisik, ekonomi dan sosial budaya. Pada bagian ketiga diuraikan visi, misi, dan arah pembangunan daerah. Buku ini ditutup dengan bagian keempat yang menguraikan tentang RPJP Daerah sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pedoman dalam penyusunan RPJM Kabupaten Kutai Timur R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

12 BAB II KONDISI UMUM DAERAH: ANALISIS, PREDIKSI DAN ISU STRATEGIS 2.1. KONDISI UMUM DAERAH: ANALISIS DAN PREDIKSI Geografi dan Lingkungan Hidup Secara geografis letaknya berada pada Bujur Timur dan Lintang Selatan Lintang Utara Bujur Timur dan Lintang Selatan Lintang Utara dengan batas wilayah Kabupaten Kutai Timur sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Talisayan dan Kecamatan Kelay (Kabupaten Berau) b. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan Bontang Utara (Kota Bontang) dan Kecamatan Marang Kayu (Kabupaten Kutai Kartanegara) c. Sebelah Timur : Berbatasan dengan Selat Makasar dan Laut Sulawesi d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Kembang Janggut dan Kecamatan Tabang (Kabupaten Kutai Kartanegara) Letak geografis wilayahnya merupakan suatu potensi yang cukup strategis untuk mendukung interaksi wilayah Kabupaten Kutai Timur dengan wilayah luar, baik dalam skala regional, nasional maupun internasional, terutama dengan adanya dukungan fasilitas transportasi darat, laut dan udara. Potensi posisi strategis tersebut terlihat dari posisinya dikaitkan dengan wilayah yang lebih luas antara lain sebagai berikut : Kabupaten Kutai Timur berada pada jalur poros regional lintas Trans Kalimantan yang menghubungkan jalur Tarakan (Kota Orde II) - Tanjung Redeb Ke Samarinda (Kota Orde I - Ibukota Propinsi) - Balikpapan (Kota Orde I) - Kabupaten Pasir - Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat Kabupaten Kutai Timur berada pada poros segitiga pertumbuhan BONSA SEMAWA (Bontang - Samarinda - Sebulu dan Muara Wahau), TANRE MAWA (Tanjung Redeb - Muara Wahau) dan PANDARONG (Balikpapan - Samarinda -Tenggarong) Wilayah perairan Kabupaten Kutai Timur, terletak dalam wilayah perairan Selat Makasar dan Laut Sulawesi yang merupakan Alur Laut Kepulauan Indonesian II (ALKI II), sehingga posisi Kutai Timur menjadi strategis karena berada pada jalur transportasi laut internasional dengan panjang garis pantai 152 Km. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

13 Topografi Kabupaten Kutai Timur bervariasi berupa dataran landai, bergelombang hingga berbukit-bukit dan pegunungan serta pantai dengan ketinggian tanah bervariasi antara 0-7 m hingga lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Kawasan yang relatif datar dan landai hanya terdapat di Kecamatan Sangatta, Muara Bengkal, Muara Ancalong dan sebagian Muara Wahau dan Sangkulirang. Daerah yang berbatasan dengan Kabupaten Berau merupakan daerah pegunungan kapur terletak di Kecamatan Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Ancalong. Wilayah pegunungan mempunyai luasan paling besar yakni ha dan perbukitan mempunyai areal seluas yaitu ,5 ha, sedangkan daerah dataran/landai seluas ,5 ha yang terdiri dari daratan, rawa dan perairan berupa sungai dan danau. Jaringan sungai terdapat di seluruh kecamatan sedangkan danau hanya di Kecamatan Muara Bengkal yaitu Danau Ngayau dan Danau Karang. Wilayah pantai berada disebelah timur, yang mempunyai ketinggian antara 0-7 m diatas permukaan laut, wilayah ini mempunyai sifat kelerengan yang datar, mudah tergenang, rawa dan merupakan daerah endapan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Kutai Timur mempunyai kelerengan di atas 15% yang tersebar di seluruh wilayah, wilayah dengan kelerengan di atas 40% khususnya terkonsentrasi di bagian barat laut, dimana wilayahnya mempunyai ketinggian lebih dari 500 m diatas permukaan laut. Wilayah tersebut mempunyai sifat berbukit sampai bergunung dan berpotensi terjadi erosi. Kabupaten Kutai Timur beriklim hutan tropika humida dengan suhu rata-rata 26 C, dimana perbedaan suhu terendah dengan suhu tertinggi mencapai 5 C-7 C, jumlah curah hujan antara mm/tahun, dengan jumlah hari hujan rata-rata adalah hari/tahun. Potensi Hidrologi cukup besar, terutama adanya aliran beberapa sungai antara lain Sungai Sangatta, Sungai Marah dan Sungai Wahau. Peranan sungai di daerah ini sangat penting, yaitu sebagai sarana transportasi air antara daerah pantai dan daerah pedalaman, dimanfaatkan sebagai sumber air minum penduduk di sepanjang wilayah yang dilaluinya. Seiring dengan pengembangan kegiatan daerah yang ramah lingkungan, maka pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah menetapkan kegiatan-kegiatan yang wajib melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Namun demikian masih terdapat permasalahan lingkungan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup antara lain: R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

14 Maraknya penebangan liar (illegal logging) di kawasan hutan serta Taman Nasional Kutai, yang merupakan ancaman serius dalam ekosistem dan sumber daya hutan. Kebakaran hutan yang terjadi pada tahun 1997/1998 telah memusnahkan ha hutan di Kutai Timur (IFFM 1999), yang menyebabkan kerugian ekologis berupa rusaknya habitat satwa langka serta berkurangnya keanekaragaman hayati. Kerusakan kawasan pesisir yang menyebabkan perubahan ekosistem hutan mangrove. Masih lemahnya penanganan lahan kritis yang berpotensi menyebabkan banjir, pendangkalan sungai, tanah longsor serta dampak negatif lainnya. Kegiatan penambangan liar galian C, mengakibatkan kerusakan ekosistem didaerah sekitarnya. Peraturan Perencanaan Tata Ruang yang belum tersosialisasi berdampak timbulnya tumpang tindih penggunaan lahan yang berakibat konflik berkepanjangan dengan masyarakat Demografi Kabupaten Kutai Timur memiliki sumber daya alam melimpah dan wilayahnya sangat luas, beragam etnis bermukim di Kutai Timur. Pertambahan jumlah penduduk yang terjadi selain karena faktor kelahiran juga disebabkan oleh dua faktor: Pertama, terbukanya daerah ini sebagai tempat yang baik untuk mencari kerja atau mengembangkan usaha yang didorong oleh sektor industri batubara, maupun pengelolaan kayu yang keduanya mendatangkan banyak tenaga kerja dari luar daerah. Kedua, karena program transmigrasi yang dilaksanakan pemerintah. Kuatnya asumsi tersebut terutama sekali terlihat dari daerah asal pendatang yang mendiami Kutai Timur, berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 sebagian besar pendatang yang kini bermukim di Kutai Timur berasal dari pulau Jawa dan Sulawesi. Dengan tambahan penduduk itu berdasarkan etnis, pada tahun 2000 etnis Jawa yang tinggal di Kutai Timur menjadi yang terbesar, yaitu 25,63% atau sebanyak jiwa, disusul etnis Kutai 25,24%, etnis Bugis 16,53%, etnis Banjar 7,78%, etnis Dayak Kenyah 4,73% dan etnis lainnya 20,10%, dari jumlah penduduk jiwa. Dari tahun ke tahun jumlah penduduk terus mengalami peningkatan sehingga pada tahun 2004 berjumlah jiwa dengan kepadatan rata-rata 4,71 jiwa/km², laju pertumbuhan rata-rata 1,85% lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk nasional yaitu sebesar 1,5%, R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

15 penyebaran penduduk tertinggi terdapat Kecamatan Sangatta yaitu sebesar 37,85%. Perkembangan penduduk tersebut jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.1. dan 2.2. No Kecamatan Tabel 2.1 Perkembangan Jumlah Penduduk tiap Kecamatan Jumlah Penduduk (Tahun/Jiwa) (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang Sandaran Muara Wahau Muara Ancalong Muara Bengkal Kongbeng Telen Busang Jumlah Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka Tahun 2005 Tabel 2.2 Wilayah dan Kepadatan Penduduk tiap Kecamatan Kecamatan Luas Wilayah Kepadatan Penduduk per km 2 km 2 % (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Ma. Ancalong ,02 2. Busang ,06 3. Ma. Wahau ,87 4. Telen ,34 5. Kongbeng ,71 6. Ma. Bengkal ,02 7. Sangatta ,36 8. Bengalon ,21 9. Kaliorang , Sangkulirang , Sandaran ,49 Jumlah ,71 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka Tahun 2005 Rasio ketergantungan penduduk merupakan rasio antara jumlah penduduk non produktif (usia 0-14 tahun dan usia 65 tahun keatas) terhadap penduduk usia produktif (usia tahun). Kabupaten Kutai Timur mempunyai rasio ketergantungan penduduk sebesar 63%, artinya setiap 100 jumlah penduduk usia produktif R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

16 menanggung beban sejumlah 63 orang usia non produktif, namun demikian rasio ketergantungan penduduk ini tidak dapat diartikan secara penuh sebagai beban tanggungan, karena banyak penduduk usia produktif terutama yang masih usia sekolah tidak terlibat sama sekali dalam kegiatan ekonomi. Demikian pula sebaliknya masih ditemukan penduduk usia anak-anak yang telah bekerja terutama di daerah pedesaan dalam rangka meringankan beban orang tuanya. Perkembangan angkatan kerja di Kabupaten Kutai Timur mengalami fluktuasi, walaupun jumlah penduduk mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya angkatan kerja pada tahun 2000 adalah sebanyak jiwa, tetapi pada tahun 2002 jumlah angkatan kerja menurun menjadi jiwa, setelah tahun angkatan kerja di Kabupaten Kutai Timur terus mengalami peningkatan, pada tahun 2003 angkatan kerja adalah jiwa, pada tahun 2004 angkatan kerja adalah jiwa. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga mengalami fluktuasi, pada tahun 2000 Tingkat Partisipasi Angkatan kerja 71,75% artinya penduduk usia kerja yang bekerja 71,75%, pada tahun 2002 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 52,17%, tahun 2003 Tingkat Partisipasi angkatan kerja 62,05% dan pada tahun 2004 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja turun menjadi 60,21%. Dilihat dari lapangan pekerjaan, sektor pertambangan memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebanyak jiwa (41,38%), selanjutnya sektor kehutanan mampu menyerap tenaga kerja jiwa (24,22 %) Prosedur yang digunakan dalam menganalisa data adalah dengan menggunakan teknik statistik peramalan (Forecasting) dengan menggunakan Kuadrat Terkecil (Least Square Method). Metode ini menggunakan persamaan matematik berbentuk linier sederhana. Peramalan digunakan untuk memperkirakan sesuatu dimasa datang, yang dilakukan umumnya berdasar pada data kuantitatif yang didapat dari masa lampau dari variabel yang dianalisis Tabel 2.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Timur Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) (1) (2) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

17 Jiwa Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa) P r o y e k s i Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka Tahun 2005 Tabel 2.4 Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Kutai Timur , , , , , , , , , , , , , , ,60 - Tahun Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam Angka Tahun 2005 Proyeksi perkembangan jumlah penduduk Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2010 sebesar jiwa atau meningkat sebesar 20% dari tahun 2004, dan bertambah pada tahun 2015 menjadi jiwa atau meningkat sebesar 13% dari tahun 2010, kemudian menjadi jiwa pada tahun 2020 dan pada tahun 2025 jumlah penduduk mencapai jiwa. Asumsi tersebut adalah perkiraan perkembangan secara alami tanpa pengaruh dari faktor-faktor lain Ekonomi dan Sumber Daya Alam Perekonomian Makro Daerah A. Kebijakan Makro Pemerintah (Otonomi Daerah) ikut memacu pergerakan ekonomi menuju kondisi perekonomian daerah yang semakin baik. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Perkembangan PDRB mulai tahun cenderung mengalami fluktuasi, dengan Migas atas dasar harga berlaku pada tahun 2000 sebesar Rp.5,493 trilyun, tahun 2001 sebesar Rp. 7,069 trilyun, tahun 2002 sebesar Rp. 6,991 triyun, tahun 2003 sebesar R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

18 Rp. 6,385 trilyun, pada tahun 2004 kembali meningkat menjadi Rp. 9,644 trilyun. Perekonomian daerah masih didominasi sektor pertambangan dengan kontribusi berkisar antara 74% sampai dengan 82% terhadap total PDRB. Terjadinya penurunan PDRB tahun 2002 dan tahun 2003 dikarenakan penurunan produksi batu bara. Laju pertumbuhan ekonomi periode tahun menunjukkan kenaikan yang signifikan seperti dilihat dari tabel Laju Pertumbuhan PDRB (Tabel 2.5). Berdasarkan harga konstan tahun 2000 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Kutai Timur tahun 2000 sebesar 3,21%, pada tahun 2004 meningkat menjadi 23,02%, namun demikian pada tahun 2003 mengalami pertumbuhan sebesar 3,02%, hal ini disebabkan karena sektor pertanian dan pertambangan mengalami perkembangan negatif. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat adalah nilai pendapatan perkapita, dengan jumlah penduduk pada tahun 2000 sebanyak jiwa, pendapatan perkapita atas dasar harga berlaku tanpa minyak, gas, dan hasil-hasilnya adalah sebesar Rp dan pada tahun 2004 dengan jumlah penduduk jiwa pendapatan perkapita meningkat menjadi Rp Tabel 2.5 Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 menurut Lapangan Usaha Tahun No Lapangan usaha (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 2,19 2,26 75,13 (7,03) 3,69 2 Pertambangan dan 2,68 17,88 13,04 (2,62) 26,74 Penggalian 3 Industri Pengolahan 2,79 2,76 66,95 8,94 11,97 4 Listrik, Gas dan Air bersih 18,36 15,91 29,44 24,04 13,43 5 Bangunan 149,37 318,81 84,87 (18,85) 2,23 6 Perdagangan, Hotel dan 3,67 15,76 26,61 0,89 17,98 Restoran 7 Pengangkutan dan (8,43) 23,96 1,95 0,90 3,78 Komunikasi 8 Keuangan, Persewaan dan 12,93 13,13 10,24 5,76 5,18 Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa 54,10 11,82 76,46 18,32 1,72 PDRB 3,21 18,91 18,30 (3,02) 23,02 Sumber :PDRB Kabupaten Kutai Timur Menurut Lapangan Usaha (BPS,2005) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

19 Tabel 2.6 Distribusi Persentase PDRB dengan Migas atas dasar Harga berlaku menurut Lapangan Usaha No Lapangan usaha Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian 5,23 4,29 8,30 8,90 6,34 2 Pertambangan dan Penggalian 86,20 85,49 76,78 74,69 81,09 3 Industri Pengolahan 0,36 0,32 0,60 0,75 0,59 4 Listrik, Gas dan Air bersih 0,07 0,08 0,13 0,21 0,17 5 Bangunan 0,65 2,42 5,10 4,94 3,44 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,71 3,58 4,08 4,33 3,94 7 Pengangkutan dan Komunikasi 1,84 1,96 2,30 2,63 1,89 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 1,27 1,26 1,58 2,00 1,48 9 Jasa-jasa 0,65 0,60 1,13 1,56 1,06 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber: PDRB Kabupaten Kutai Timur Menurut Lapangan Usaha (BPS, 2005) No Tabel 2.7 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (Juta Rupiah) Lapangan usaha Tahun (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) 1 Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9 Jasa-jasa PDRB Tanpa Minyak,Gas dan Hasil-hasilnya Sumber: PDRB Kab. Kutai Timur Menurut Lapangan Usaha (BPS, 2005) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

20 Dilihat dari angka-angka tersebut diatas, tampak bahwa baik dalam nilai absolut maupun tingkat pertumbuhannya sektor pertambangan dan penggalian cukup dominan dan efisien memberikan kontribusi PDRB Kabupaten Kutai Timur Tabel 2.5, namun hal ini berkaitan dengan eksploitasi sumber daya alam yang tak dapat diperbaharui (unrenewable resources based), sehingga perlu dihitung depresiasi sumber daya alam tersebut dan diprediksi akan menyisakan persoalan lingkungan yang semakin kritis dimasa mendatang, masalah sustainabilitas lingkungan dan indikator ekologi belum terakomodir didalam konsep perhitungan PDRB. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

21 B. Proyeksi PDRB Tabel 2.8 Produk Domestik Regional Bruto dan Laju Pertumbuhan serta Proyeksi T a h u n P r o y e k s i No Lapangan usaha Pertanian 287, , , , ,618 1,200, ,657, ,113, ,570, % 91% -2% 8% 96% 38% 28% 22% 2 Pertambangan 4,735,702 6,044,023 5,367,508 4,769,293 7,821,352 9,664, ,113, ,561, ,009, % -11% -11% 64% 24% 25% 20% 17% 3 Industri Pengolahan 20,009 22,848 41,575 47,608 56, , , , , % 82% 15% 19% 105% 42% 30% 23% 4 Listrik, Gas & Air 3,942 5,363 9,332 13,259 16,167 35, , , , Bersih 36% 74% 42% 22% 120% 46% 31% 24% 5 Bangunan 35, , , , , , ,200, ,568, ,937, Perdagangan, hotel dan restoran 7 Pengangkutan dan Komunikasi 384% 108% -11% 5% 151% 44% 31% 23% 203, , , , , , , , ,142, % 13% -3% 37% 53% 32% 24% 20% 101, , , , , , , , , % 16% 4% 9% 66% 32% 24% 19% 8 Keuangan, 69,658 89, , , , , , , , Persewaan dan Jasa Perusahaan 28% 24% 16% 12% 79% 36% 27% 21% 9 Jasa-jasa 35,814 42,219 79,110 99, , , , , , PDRB 18% 87% 26% 3% 119% 42% 30% 23% 5,493,583 7,069,721 6,991,177 6,385,508 9,644,904 13,211, ,020, ,830, ,639, % -1% -9% 51% 37% 29% 22% 18% R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

22 Rp ( ) Gambar 2.2. Proyeksi PDRB , , , , , , , , , , , , , , , Tahun Peningkatan PDRB sektor Pertanian paling besar terjadi pada tahun 2002 yaitu sebesar 91%, sedangkan proyeksi pada tahun 2010 meningkat sebesar 96% dari tahun 2004, pada tahun 2015 meningkat 38% dari tahun 2010, pada tahun 2020 meningkat 28% dari tahun 2015 dan pada tahun 2025 meningkat sebesar 22% dari tahun PDRB sektor Pertambangan pada tahun 2002 dan 2003 mengalami penurunan dengan rata-rata sebesar 11%, tapi pada tahun 2004 peningkatan terjadi sebesar 64%, kemudian proyeksi pada tahun 2010 meningkat sebesar 24%. Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 25%, 20% dan 17%. Peningkatan paling besar PDRB sektor Industri Pengolahan terjadi pada tahun 2002 sebesar 82%, untuk proyeksi pada tahun 2010 sebesar 105% dari tahun Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 42%, 30% dan 23%. Proyeksi PDRB sektor Listrik, Gas dan Air Bersih pada tahun 2010 meningkat sebesar 120% dari tahun 2004, dan selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 46%, 31% dan 24%. Pada PDRB sektor Bangunan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2001 yaitu sebesar 384%, tetapi mengalami penurunan sebesar 11% pada tahun Proyeksi pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 151% dari tahun R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

23 Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 44%, 31% dan 23%. Untuk PDRB sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran penurunan terjadi pada tahun 2003 sebesar 3%, sedangkan proyeksi pada tahun 2010 terjadi peningkatan sebesar 53% dari tahun Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 32%, 24% dan 20%. Proyeksi PDRB sektor Pengangkutan dan Komunikasi pada tahun 2010 meningkat sebesar 66% dari tahun 2004, Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 32%, 24% dan 19%. Untuk PDRB sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan proyeksi pada tahun 2010 meningkat sebesar 79% dari tahun Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 36%, 27% dan 21%. Perkembangan PDRB sektor Jasa-jasa peningkatan yang signifikan terjadi pada tahun 2002 sebesar 87%, proyeksi pada tahun 2010 mencapai 119% dari tahun Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masingmasing sebesar 42%, 30% dan 23%. Sedangkan proyeksi PDRB untuk semua sektor di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2010 meningkat sebesar 37% dari tahun Selanjutnya laju pertumbuhan pada tahun 2015, 2020 dan 2025, masing-masing sebesar 29%, 22% dan 18%. Secara umum pada semua sektor PDRB secara berangsur-angsur akan terjadi pemerataan pertumbuhan antar sektor Pertanian Dalam Arti Luas A. Pertanian dan Perkebunan Sektor Pertanian dan Perkebunan merupakan sektor yang mampu diharapkan menggerakkan perekonomian wilayah Kabupaten Kutai Timur, hal ini tidak bisa lepas dari kemampuan lahan yang tersedia untuk berbagai komoditas. Adapun kemampuan lahan di Kabupaten Kutai Timur yang ada didalam kawasan Budidaya Non Kehutanan adalah hektar dengan rincian sebagaimana disajikan pada tabel berikut ini : R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

24 Tabel 2.8. Kemampuan Lahan untuk berbagai komoditas di Kabupaten Kutai Timur No Peruntukan Luas (Ha) Komoditas (1) (2) (3) (4) 1. Perikanan Tambak 2. Padi Sawah Padi Sawah, Kenaf 3. Padi dan Palawija Padi Lahan kering, kacang kedelai, Kacang tanah, Kacang Hijau, jagung, jahe. 4. Perkebunan dan hortikultura Jambu mete, jeruk, pisang,kelapa sawit,kakao 5. Perkebunan Kelapa Sawit, Karet 6. Palawija dan Hortikultura 7. Tidak Sesuai Jagung, Padi, Lahan kering,kacangkacangan,vanili,pisang, Salak, Alpokat Sumber : Studi Perwilayahan komoditas pertanian di kabupaten Kutai Timur Adapun sifat dan karakteristik kemampuan lahan untuk berbagai komoditas adalah sebagai berikut : 1) Lahan perikanan ( ha) Lahan yang direkomendasikan untuk perikanan merupakan daerah yang memiliki fisiografi pasang surut. Daerah ini memiliki bentuk wilayah datar dengan lereng berkisar 0-2%. Sebagian besar lahan ini telah dibuka untuk pembuatan tambak, khususnya di muara Bengalon, sepanjang pantai Bontang-Sangatta dan Sangkulirang. Lahan ini disusun oleh tanah gleisol (Tropaquents, Hydraquents) yang bertekstur halus/lempung berpasir hingga lempung, masam di lapisan atas dan agak masam di lapisan bawahnya dan drainase tanah umumnya jelek. 2) Lahan Budi daya padi Sawah ( ha) Lahan ini relatif datar dengan lereng sekitar 0-2% tetapi sebagian besar selalu tergenang sepanjang tahun. Jenis tanah yang menyusun lahan ini sangat bervariasi. Tekstur tanah umumnya halus dengan solum tanah dalam, drainase jelek hingga terhambat dan bersifat masam. 3) Lahan padi dan palawija ( ha) Lahan ini memiliki topografi landai hingga berombak dengan kelas lereng 2-8 %. Sebagian daerah ini disusun oleh batuan kapur dengan bentuk lahan datar dengan teras yang bergelombang sedikit drainase permukaan dan kerapatan dari humus yang bervariasi. Bertekstur lempung berdebu hingga liat berdebu, solum R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

25 tanah dangkal hingga dalam, drainase sedang hingga baik, masam hingga agak masam. 4) Lahan perkebunan, hortikultura dan palawija ( ha) Lahan palawija dan hortikultura ini memiliki bentuk wilayah bergelombang hingga berbukit dengan kelas lereng berkisar antara %, bersolum tanah sedangdalam, drainase baik dan bersifat masam hingga agak masam 5) Lahan Perkebunan ( ha) Lahan yang tidak direkomendasikan untuk perkebunan memiliki bentuk wilayah berbukit hingga berbukit agak curam dengan lereng berkisar 41-60%. Memiliki tekstur lempung berdebu hingga berliat, solum tanah dalam drainase baik dan bersifat masam. 6) Lahan yang tidak direkomendasikan ( ha) Lahan ini umumnya memiliki lereng yang sangat curam (Slope lebih besar dari 60%) atau daerah batu kapur yang memiliki ketebalan tanah hanya beberapa sentimeter sehingga sangat sulit untuk dimanfaatkan usaha pertanian. Pengaruh dan rendahnya tingkat penerapan teknologi, maka mengakibatkan hasil produksi sektor pertanian dan perkebunan belum optimal. Kemampuan produksi pertanian dan perkebunan dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.9. Kemampuan Produksi Komoditas Pertanian dan Perkebunan No Komoditas Rata-Rata Produksi (Ton/Ha) I. Padi 2,09 II. Palawija : Kacang Tanah 0,92 Kedelai 0,45 Jagung 1,52 Kacang Hijau 0,27 Ubi Jalar 0,06 Ubi Kayu 0,16 III. Hortikultura Kacang Panjang 0,50 Sawi 0,56 Bayam 0,51 Terong 0,15 Lombok 0,02 Kangkung 0,02 R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

26 No Komoditas Rata-Rata Produksi (Ton/Ha) Tomat 0,07 Labu 0,42 Jeruk 0,14 Rambutan 0,05 Pisang 0,85 IV Perkebunan Kopi 0,6-1 Kakao 0,8 1,2 Kelapa 0,42 Kemiri 0,38 Kelapa Sawit (CPO) 6 Sumber :Studi Perwilayahan Komoditas Pertanian Tabel Produksi/Luas Areal Sektor Pertanian dan Perkebunan No Komoditi Produkasi (Ton)/Luas Areal (Ha) PADI SAWAH PADI LADANG JAGUNG UBI KAYU UBI JALAR KACANG TANAH KEDELAI KACANG HIJAU KARET 78, , , LADA 22, , , KOPI 109, , , CENGKEH 0, , , KELAPA 3.047, , , KAKAO 2.807, , , KAPUK , KEMIRI 19, , , AREN , JAMBU METE 0,3 26 0,3 26 0, VANILI - 12,20 1,34 17,20 4,05 100,6 20. KELAPA SAWIT KENAF Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

27 Program pembangunan kelapa sawit satu juta hektar di Propinsi Kalimantan Timur seluas ha pengembangannya ada di Kabupaten Kutai Timur, bahkan lebih dari itu sampai dengan tahun 2004 luas luas perkebunan Kelapa Sawit ,08 ha, terdiri dari perkebunan rakyat 6.379,08 ha, perkebunan besar swasta dan koperasi seluas ha, sehingga masih terbuka peluang bagi investor untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit baik dilihat dari potensi lokasi maupun program pengembangan satu juta hektar sawit dari propinsi. Beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pelaksanaan pengembangan sektor perkebunan komoditi Kelapa sawit antara lain : Kurangnya pasokan (supply) bibit kelapa sawit + kecambah skala besar untuk memenuhi permintaan investor kelapa sawit Adanya perusahaan pemegang ijin lokasi tidak menunjukkan kinerja yang baik Komoditas pertanian dan perkebunan lainnya yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan adalah padi, kelapa dan kakao. Peluang untuk mengembangkan komoditas ini selain karena masih sangat luasnya lahan potensial yang belum dimanfaatkan dan hasil produksi rata-rata tiap tahun cukup menggembirakan, juga didukung permintaan pasar yang masih tinggi. Tabel 2.11 Proyeksi Hasil - hasil Produksi Sektor Pertanian dan Perkebunan Tahun Jumlah Produksi (Ton) , , ,6 P r o y e k s i , , , ,4 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

28 Ton Gambar 2.3. Proyeksi hasil-hasil Produksi Sektor Pertanian dan Perkebunan , , , , , , , ,0, , , , , , , , Tahun Pada tahun 2010 proyeksi untuk hasil-hasil produksi sektor pertanian dan perkebunan meningkat sebesar 236% dari hasil produksi pada tahun Selanjutnya pada tahun 2015 meningkat sebesar 55% dari tahun 2010, pada tahun 2020 meningkat sebesar 35,5% dari tahun 2015 dan pada tahun 2025 meningkat sebesar 26,2% dari tahun B. Perikanan Potensi Perikanan laut terdapat dalam kawasan pesisir yaitu Sangatta Sangkulirang Bengalon - Sandaran dengan bentang pantai sepanjang 152 Km, sedangkan perikanan darat terdiri dari sungai, danau, rawa, waduk untuk perairan budi daya meliputi tambak dan kolam, produk dan nilai produksi perikanan dapat dilihat pada tabel 2.12.: Tabel Produksi dan Nilai Produksi Perikanan No. Tahun Produksi Nilai Produksi (ton) (juta rupiah) , , , Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Sedangkan jumlah rumah tangga perikanan pada tahun 2001 berjumlah 3,318 rumah tangga, tahun 2002 berjumlah rumah tangga, tahun 2003 berjumlah rumah tangga. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

29 C. Peternakan Sampai dengan akhir 2003, populasi jumlah ternak besar yang terbesar jumlahnya di Kabupaten Kutai Timur adalah sapi yaitu ekor atau (76,2%) dari seluruh jumlah ternak yang terdiri dari 3 jenis ternak yaitu Sapi, Kambing, Babi. Ternak yang dipotong pada tahun 2003 adalah 2259, sehingga masih ada ketergantungan ternak potong dari daerah luar sebesar 51%, hal ini menjadikan peluang pasar yang besar untuk kebutuhan lokal. Sedangkan untuk jenis unggas pada akhir tahun 2003 adalah sebesar ekor terdiri dari empat jenis unggas yang dikembangkan yaitu Ayam kampung, Ayam Ras Pedaging, Ayam Ras, itik, produksi daging dan telur yang dihasilkan dari keempat jenis unggas tersebut adalah 386,09 ton. Sementara produksi telur yang dihasilkan adalah butir (setara dengan 6405 Kg), dengan asumsi konsumsi telur 2,87 kg/kapita/tahun kemampuan daerah memasok kebutuhan telur lokal mencapai 1,33%. D. Kehutanan Luas Hutan secara keseluruhan adalah ha, yang merupakan 77,8% dari total wilayah Kabupaten Kutai Timur. Menurut fungsinya hutan di Kabupaten Kutai Timur dibagi seperti tertera pada tabel 2.13 Tabel Luas Hutan di Kabupaten Kutai Timur No Fungsi Hutan Luas (ha) 1. Hutan Produksi Hutan Lindung Hutan Wisata Hutan Konversi Total Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Luas Kawasan hutan di Kabupaten Kutai Timur seluruhnya adalah ,50 Ha atau 89,8% dari seluruh luas Kutai Timur, terdiri dari: Kawasan Budidaya Kehutanan (KBK) seluas ha, Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) ,5 ha, Hutan Lindung seluas ,25 ha, Cagar Alam seluas ,75 ha dan Taman Nasional seluas Ha dan tercatat sejumlah perusahaan perkayuan yang telah menanamkan modalnya di Kabupaten Kutai Timur terdiri dari 19 buah HPH, 3 buah IUPHHK, 8 buah HTI, 17 industri perkayuan ditambah 33 badan usaha telah mendapatkan Ijin Pemanfaatan Kayu (IPK) sebagai akibat dari R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

30 kegiatan Land Clearing yang mayoritas adalah Koperasi yang nota bene bekerja sama dengan para investor. Kawasan hutan produksi sekitar ha, menghasilkan kayu olahan untuk perniagaan antara lain: jenis kayu Kapur, Meranti, Ulin, Bangkirai dan Keruing. Sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut ini : No Jenis Kayu Olahan Tabel Produksi Kayu Olahan Menurut Jenisnya Tahun Plywood (m³) SawnTimber(m³) Bloc Board (m³) Moulding (m³) Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Potensi Sumber Daya Mineral A. Pertambangan Batubara Batubara di wilayah Kabupaten Kutai Timur mulai dieksplorasi tahun 1982 dan mulai dieksplotasi pada tahun Produksi batubara hingga tahun 2005 secara total keseluruhan mencapai 55 juta ton pertahunnya. Adapun potensi sumberdaya batubara tersebar meliputi wilayah: a. Sangatta Wilayah penyebaran meliputi daerah Sungai Santan, Tandung Mayang, Sungai Benumuda, Taman Nasional Kutai hingga ke daerah Sangatta sendiri. Sumberdaya berkisar kurang lebih dari 2 milyar ton. b. Bengalon, Kaliorang dan Sangkulirang Wilayah penyebaran ini meliputi daerah Batutak, Sepaso, Gunung Padang, Pangadan dan sekitar Sungai Rapak. Sumberdaya berkisar kurang lebih 1 milyar ton. c. Muara Wahau dan Telen Wilayah penyebaran meliputi Sungai Telen, Sungai Marah, Sungai Pesab dan Sungai Wahau. Sumberdaya berkisar kurang lebih 5 milyar ton. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

31 d. Busang dan Muara Ancalong Wilayah penyebaran meliputi hulu Sungai Senyiur, Sungai Kelinjau, Sungai Atan dan Sungai Long Nyelong. Sumberdaya berkisar kurang dari 1 milyar ton. Emas Indikasi keberadaan emas dapat ditemukan pada daerah Busang yaitu sekitar hulu Sungai Atan, Hulu Sungai Kelinjau, daerah Telen meliputi hulu Sungai Marah dan daerah Muara Wahau meliputi sekitar hulu Sungai Telen. Potensi sumberdaya belum dapat dihitung karena masih dalam status penelitian. B e s i Indikasi keberadaan potensi besi ditemukan pada sekitar daerah Muara Ancalong dan Busang dengan potensi semberdaya belum dapat dihitung karena masih dalam penyelidikan. Batu Gamping Potensi sumberdaya batu gamping ditemukan hampir merata pada di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Kutai Timur. Dalam jumlah besar potensi sumberdaya dapat ditemukan pada wilayah sekerat, wilayah tandehatu (Sandaran), selain itu dapat juga ditemukan pada wilayah gunung gergaji (Hambur batu) dan sekitar wilayah Pangadan dan Perondongan. Sumberdaya berjumlah lebih dari 50 milyar ton. Gipsum Indikasi keterdapatan gipsum ditemukan pada daerah Sungai Narut (Perbatasan Kaliorang dan Bengalon) dengan cadangan relatif sedikit. Pasir Kuarsa Pasir Kuarsa dapat ditemukan di wilayah sekitar Batutak dan Berium (Bengalon). Selain itu ditemukan pada wilayah Kaliorang dan Pasir Putih (Sandaran). Sumberdaya berjumlah lebih dari 20 milyar ton. Clay Clay hampir ditemukan relatif merata diseluruh Kabupaten Kutai Timur dengan jumlah sumberdaya yang melimpah. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

32 Batu Beku Batu Beku yang ditemukan di Kabupaten Kutai Timur meliputi Andesit, Basal dan Diorit. Andesit dan Basal ditemukan pada daerah Pangadan, Busang dan Perondongan. Sedangkan Diorit ditemukan pada daerah Busang. Sirtu Potensi keterdapatan Sirtu (Pasir dan Batu) ditemukan sangat melimpah di semua kecamatan. Biasanya terdapat pada daerah sekitar sungai-sungai besar, seperti Sungai Kelinjau, Sungai Bengalon, Sungai Sangatta, Sungai Telen dan lain-lain. B. Minyak Bumi dan Gas Mulai dieksplorasi sejak tahun 1972 pada 2 lokasi potensial di Sangatta dan Sangkimah dengan jumlah cadangan minyak sekitar 243,4 juta barrel, pada tahun , jumlah produksi mencapai barrel. Untuk Lebih jelasnya pruduksi minyak dan gas alam dapat dilihat pada Tabel No Tahun Tabel 2.15 Produksi Minyak dan gas Produksi Minyak Mentah (000 Barrel) Produksi Gas Alam (000 MSCF) , , , , , , , , , , ,62 300, , ,08 - JUMLAH , ,75 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Perbankan/Kelembagaan Keuangan Keberadaan lembaga keuangan di Kabupaten Kutai Timur sampai dengan tahun 2005 masih terbatas dalam lingkup perbankan baik berupa bank-bank umum dan bank perkreditan (BPR) maupun Koperasi Unit Desa (KUD). Bank-bank umum yang ada umumnya bank pemerintah yaitu BRI, BNI dan Bank Mandiri yang masih dalam skala kecil (anak cabang) serta Bank Pembangunan Daerah (BPD) Cabang dari BPD Propinsi Kalimantan Timur. BPR yang ada sejumlah 3 unit dan jumlah KUD dari tahun 2001 R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

33 sampai tahun 2004 mengalami peningkatan yaitu sejumlah 188 buah, 266 buah, 314 buah dan 385 buah. Masih kecilnya nilai transaksi keuangan daerah secara umum yang menggunakan jasa lembaga keuangan yang ada menunjukkan bahwa sektor produksi belum berkembang secara optimal atau gairah investasi belum menggembirakan. Kondisi ini sangat kontradiktif dengan nilai ekspor-impor di Kabupaten Kutai Timur yang mencapai nilai ekspor sekitar USD 431,5 juta dan impor sekitar USD 50 juta Usaha Kecil Menengah dan Koperasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Koperasi merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang diharapkan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan peran UKM dan Koperasi, maka telah dilakukan beberapa program antara lain : - Penyederhanaan perijinan layanan publik dan insentif - Meningkatkan Akses Usaha Kecil Menengah dan Koperasi pada berbagai bidang usaha. - Pengembangan sentra /klaster bisnis melalui potensi sektor unggulan - Pengembangan kemitraan usaha dengan pelaku usaha lainnya - Menciptakan iklim usaha yang kondusif dan dukungan perkuatan bagi UKM dan Koperasi. A. Usaha Kecil Menengah Usaha kecil menengah di Kabupaten Kutai Timur berjumlah UKM, yang bergerak pada sektor Industri Kecil, Perdagangan & Jasa dibeberapa sektor usaha, namun demikian masih didapat permasalahan dalam pengembangan UKM, yaitu permodalan, managemen dan peluang pasar, untuk menjawab permasalahan tersebut maka telah dilakukan kegiatan peningkatan SDM dan peningkatan akses keuangan, sehingga dapat diproyeksikan penumbuhan UKM dapat dilihat pada tabel 2.16 No Kecamatan Tabel 2.16 Penumbuhan UKM Baru Jumlah UKM (Tahun) Sangatta Bengalon Kaliorang R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

34 No Kecamatan Jumlah UKM (Tahun) Sangkulirang Sandaran Muara Wahau Muara Ancalong Muara Bengkal Kongbeng Telen Busang Jumlah Sumber: Dinas Koperasi Kabupaten Kutai Timur B. Koperasi Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kepedulian/minat berorganisasi masyarakat antara lain adalah dengan jumlah koperasi. Jumlah koperasi di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2004 tercatat sebanyak 434 buah dan tersebar di seluruh kecamatan, dengan proyeksi penumbuhan koperasi dapat dilihat pada tabel 2.17 Tabel 2.17 Proyeksi Pertumbuhan Koperasi Jumlah Koperasi (Tahun) No Kecamatan Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang k5. Sandaran Muara Wahau Muara Ancalong Muara Bengkal Kongbeng Telen Busang Jumlah Sumber: Dinas Koperasi Kabupaten Kutai Timur Koperasi berfungsi sebagai usaha ekonomi rakyat masih sering diwarnai dengan persoalan keterbatasan modal, pengelolaan dan manajemen yang kurang profesional dalam melakukan pengembangan usaha, akses terhadap perolehan informasi dan pemberian informasi dinilai masih sangat lambat, sehingga mempengaruhi tingkat pemasaran hasil produksi, sehingga dalam rangka peningkatan kualitas koperasi telah dilakukan kegiatan: Pemberdayaan kelembagaan koperasi, Pemberdayaan usaha R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

35 koperasi, peningkatan akses pasar koperasi, sehingga dapat diproyeksikan koperasi yang berkualitas pada tabel 2.18 No Tabel 2.18 Proyeksi pertumbuhan koperasi berkulitas Kecamatan Jumlah Koperasi Kwalitas (Tahun) Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang Sandaran Muara Wahau Muara Ancalong Muara Bengkal Kongbeng Telen Busang Jumlah Sumber: Dinas Koperasi Kabupaten Kutai Timur Pariwisata Potensi Pariwisata Kabupaten Kutai Timur berupa obyek wisata alam, wisata budaya, wisata pelayaran sungai tersebar di 6 wilayah Kecamatan. Sebaran obyek wisata kabupaten Kutai timur dapat dilihat pada tabel Tabel Potensi Obyek Wisata Kabupaten Kutai Timur Kecamatan Obyek Wisata Keterangan Sangatta 1. Pantai Sangkima Akan dikembangkan 2. Taman Nasional Kutai Akan dikembangkan 3. Pantai Teluk lombok Akan dikembangkan 4. Pantai Teluk Perancis Akan dikembangkan Sangkulirang 5. Sumber Air Panas Akan dikembangkan 6. Goa Pengadan (Stalaktit dan Stalakmit) Akan dikembangkan 7. Pulau Birah-birahan (taman laut,ikan hias, jenis pohon langka) Akan dikembangkan 8. Goa Mardua Akan dikembangkan 9. Pantai cepu-cepu 10. Sungai Narut 11. Pulau Miang Besar 12. Pulau Lepok 13. Teluk Nepa R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

36 Kecamatan Obyek Wisata Keterangan Muara Wahau Kongbeng Telen Muara Ancalong 14. Danau Desa Juk Ayak 15. Goa Kongbeng (Burung walet, patung-patung eks peninggalan kerajaan) 16. Lamin adat dan seni budaya Suku Dayak Kenyah Lepo Kulit 17. Lamin adat dan seni budaya suku dayak Modang 18. Lamin adat dan seni budaya suku kayan 19. Lamin Adat dan Seni budaya Suku Dayak kenyah Lepo Tau Sumber : Studi Pariwisata Kabupaten Kutai Timur Akan dikembangkan Akan dikembangkan Perkembangan sektor pariwisata perlu dukungan ketersediaan sarana dan prasarana yang memberikan kenyamanan bagi wisatawan, antara lain adalah kemudahan aksesibilitas, tersedianya hotel dan penginapan Sosial Budaya dan Politik A. Umum Kondisi sosial budaya masyarakat Kabupaten Kutai Timur dapat diamati dari tingkat apresiasi masyarakat terhadap pendidikan, kesehatan dan kebudayaan masyarakat yang pada akhirnya merupakan cermin dari tingkat kesejahteraan rakyat Kabupaten Kutai Timur. Mengamati dari tingkat pendidikan pada umumnya penduduk Kabupaten Kutai Tumur memiliki tingkat pendidikan yang masih rendah. Penduduk dengan jenjang SD masih mendominasi tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kutai Timur, yakni sebesar jiwa dan tidak tamat SD adalah jiwa, Sementara penduduk yang berpendidikan setingkat sarjana jiwa atau 2,2% dari jumlah penduduk usia 10 tahun keatas. Rendahnya tingkat pendidikan tersebut mengisyaratkan rendahnya kwalitas Sumber Daya Manusia, indikator lainnya kita gunakan adalah Indeks Pembangunan Manusia yang duperkenalkan oleh United Nation Develpoment Program untuk IPM Kabupaten Kutai Timur, pada tahun 2002 adalah 66,10 berada pada peringkat 164 Nasional dan pada tahun 2004 mengalami peningkatan menjadi 69,1 tetapi mengalami penurunan peringkat menjadi 177 Naional dengan kisaran masih pada 66 IPM < 80 yang menurut standar UNDP berada pada tingkat Menengah Atas. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

37 B. Pendidikan Untuk mengetahui perkembangan pendidikan dapat dilhat pada tabel tabel 2.28, Sedangkan untuk angka melek huruf pada tahun 2002 adalah 94,5 % dengan jumlah penduduk jiwa berarti yang buta huruf adalah jiwa dan pada tahun 2004 mengalami penurunan angka melek huruf adalah 93,2 % dari jumlah penduduk jiwa berarti yang buta huruf adalah jiwa. Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Tanam Kanak-Kanak No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Sekolah Dasar Negeri No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Sekolah Dasar Swasta No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

38 Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP ) Negeri No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP ) Swasta No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Sekolah Menengah Umum ( SMU ) Negeri No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru Tabel Jumlah Sekolah Murid dan Rata-Rata Murid dan Guru Sekolah Menengah Umum ( SMU ) Swasta No Tahun Sekolah Murid Guru Rata-Rata Tiap Sekolah Murid / / / / Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Guru R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

39 No. Tabel Banyaknya Siswa dan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan 2001 (siswa) 2002 (siswa) 2003 (siswa) 2004 (siswa) 1. Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) 4. Perguruan Tinggi Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) No Tingkat Pendidikan Sekolah Dasar (SD) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Sekolah Menengah Umum (SMU) Tabel Rasio Murid terhadap Guru SD,SLTP,SMU Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) C. Kesehatan Derajat kesehatan atau tingkat kesehatan masyarakat Kutai Timur dapat dilihat dari beberapa hal yang mempengaruhi keberhasilannya, yakni lingkungan sehat, pelayanan kesehatan, faktor turunan dan perilaku sehat. Tingkat perkembangan aspekaspek diatas sangat menentukan kesehatan masyarakat, diantara empat faktor tersebut, pelayanan kesehatan memiliki peranan yang sangat strategis karena melalui pelayanan kesehatan ini tidak saja dapat dilakukan pelayanan kesehatan, tetapi juga upaya kesehatan bersifat preventif, rehabilitasi, edukatif yang sangat luas termasuk informasi kesehatan. Permasalahan yang muncul pada sektor kesehatan secara umum mencakup : (1) dana kesehatan yang terbatas, (2) terbatasnya dan rendahnya profesionalisme tenaga medis dan paramedis, (3) rendahnya mutu layanan medis, (4) sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki sangat terbatas, (5) belum terpenuhinya mutu gizi masyarakat yang layak, (6) wilayah yang harus dilayani sangat luas sebarannya. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

40 Pembangunan dibidang kesehatan bertujuan untuk memberikan pelayanan kesehatan secara mudah, merata dan murah. Meningkatnya pelayanan kesehatan berarti meningkatnya derajat kesehatan masyarakat. Salah satu upaya pemerintah dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan pada masyarakat adalah dengan menyediakan fasilitas kesehatan yang menjangkau semua lapisan masyarakat di berbagai daerah wilayah Kabupaten Kutai Timur. Kecamatan Tabel Jumlah Penduduk, Prasarana Dan SDM Kesehatan Jumlah Penduduk Rumah Sakit Puskesmas Pustu Klinik Dokter Bidan Swasta (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1. Ma. Ancalong Busang Ma. Wahau Telen Kongbeng Ma. Bengkal Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang Sandaran Jumlah Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Fasilitas kesehatan yang tersedia di Kabupaten Kutai Timur masih relatif kurang dalam kualitas maupun kuantitas. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang baik selain dengan menyediakan berbagai fasilitas kesehatan, juga melalui penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat berperilaku hidup sehat. Dari hasil pengamatan terhadap sekelompok penduduk di Kabupaten Kutai Timur, masih banyak dari mereka yang belum memiliki kesadaran memadai untuk hidup sehat yang disebabkan rendahnya pengetahuan dan pemahaman mereka tentang kesehatan. Indikator lain berkaitan denga derajat kesehatan masyarakat adalah angka harapan hidup (AHH) yang mengalami peningkatan pada tahun 2002 sebesar 67,1 tahun menjadi 67,6 tahun pada tahun D. Masyarakat Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar memiliki kemampuan untuk memanfaatkan dan mengembangkan potensi sumber daya yang R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

41 dimiliki. Pemberdayaan pada hakekatnya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, pemberdayaan masyarakat kemungkinan besar akan terhambat oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan masyarakat yang relatif masih rendah. Kondisi tersebut ini diperparah lagi dengan kenyataan bahwa mekanisme pemberdayaan masyarakat yang diterapkan selama ini masih belum optimal di semua lini. E. Perempuan Pemberdayaan perempuan terutama ditujukan pada peningkatan peran serta kaum wanita dan perlindungan kaum wanita serta kesetaraan gender dalam proses pembangunan. Dewasa ini pemberdayaan perempuan di Kabupaten Kutai timur masih kurang, terutama dalam peran sertanya pada bidang ekonomi dan politik, salah satu upaya untuk meningkatkan pendidikan dan keterampilan perempuan dilakukan dengan program PKK serta keluarga berencana. F. Kemiskinan Dalam hal kemiskinan dapat kita lihat dengan salah satu indikator untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah yaitu dengan pendapatan perkapita, pendapatan perkapita, Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2004 adalah Rp juta, kemudian sudah dilakukan beberapa program penanggulangan kemiskinan melalui penyediaan pangan, layanan kesehatan, pendidikan, perluasan kesempatan kerja, pembangunan pertanian, pemberian dana bergulir. Dalam kenyataannya masih terdapat rumah tangga miskin dengan dari jumlah rumah tangga sesuai dengan pendataan Rumah Tangga miskin tahun 2003, untuk jumlah jiwa penduduk miskin adalah jiwa, dari jiwa penduduk Kabupaten Kutai Timur berarti sekitar 13,38 %, jumlah penduduk miskin. Luas wilayah dan beragamnya kondisi sosial budaya masyarakat menyebabkan permasalahan kemiskinan di kabupaten Kutai Timur menjadi sangat beragam dengan sifat-sifat lokal yang sangat kuat. Masalah kemiskinan bersifat multidimensi, bukan hanya menyangkut ukuran pendapatan tetapi juga kerentanan atau kerawanan orang untuk menjadi miskin. Hal ini dapat dilihat dari pendataan kemiskinan tahun 2003, bahwa ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kemiskinan yaitu, : (1) Kurang pangan; (2) kurang sandang; (3) kurang papan rumah (4) miskin sosial ; 5) miskin kesehatan 6) miskin pendidikan. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

42 G. Agama Kehidupan beragama bagi masyarakat Kabupaten Kutai Timur telah berkembang dengan baik. Telah tumbuh kesadaran yang kuat di kalangan pemuka agama untuk membangun harmoni sosial dan hubungan antar umat beragama yang aman damai dan saling menghargai. Penduduk Kabupaten Kutai timur mayoritas beragama Islam jiwa, Protestan jiwa, Katolik jiwa, Hindu 1,911 jiwa, Budha 40 jiwa. (tabel ). Tabel Banyaknya Pemeluk Agama menurut Golongan Agama Per Kecamatan Tahun 2004 A g a m a No Kecamatan Lainlain Islam Katholik Protestan Hindu Budha (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) 1 Ma. Ancalong Busang Ma. Wahau Telen Kongbeng Ma. Bengkal Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang Sandaran Jumlah Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Tabel Banyaknya Tempat Ibadah Menurut Jenis Dan Kecamatan Tahun 2004 No Kecamatan A g a m a Masjid Gereja Pura Vihara (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Ma. Ancalong Busang Ma. Wahau Telen Kongbeng Ma. Bengkal Sangatta Bengalon Kaliorang Sangkulirang Sandaran Jumlah Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

43 H. skebudayaan Dalam aspek kebudayaan, masyarakat yang tinggal di Kabupaten Kutai Timur, merupakan masyarakat heterogen yang berasal dari berbagai etnis yakni Dayak, Kutai, Bugis, Banjar, Melayu dan Jawa. Dari segi tempat tinggal penduduk di Kabupaten Kutai Timur dapat dibedakan menjadi penduduk pedalaman, pesisir, perkotaan. Penduduk yang menetap di daerah perkotaan dan sepanjang jalur transportasi adalah suku Bugis, Kutai, Banjar, etnis Dayak banyak tinggal di daerah pedalaman. Sementara itu suku Jawa dan Bugis pada umumnya mendiami wilayah yang terletak di perkotaan, pesisir maupun desa yang terbuka. I. Politik. Berkenaan dengan Pemilu, keberhasilan penting yang telah diraih adalah telah dilaksanakannya pemilu langsung anggota DPRD, DPD, DPR serta pemilihan Presiden dan Wakil Presiden secara langsung dengan aman dan demokratis pada tahun Untuk pertama kalinya juga telah dilaksanakan Pemilihan Kepala Daerah (PILKADA) langsung pada tahun 2005 yang merupakan babak baru dalam sejarah demokratisasi di daerah. Hal ini merupakan modal awal yang penting bagi lebih berkembangnya demokrasi pada masa selanjutnya. Situasi politik di Kabupaten Kutai Timur merupakan resonansi dari konsolidasi demokrasi di Indonesia. Sejak Indonesia menempuh jalur transisi demokrasi, kegiatan masyarakat sipil semakin meningkat. Iklim baru reformasi politik telah mendorong bertumbuhnya organisasi kemasyarakatan baru, yayasan-yayasan, perkumpulanperkumpulan warga dan organisasi non partai. Di Kabupaten Kutai timur pada akhir tahun 2004 tercatat ada sekitar 53 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan 14 organisasi kemasyarakatan. Pertumbuhan kekuatan masyarakat sipil di Kabupaten Kutai Timur jika dikelola dengan benar akan menjadi komponen strategis dalam rangka (1) memobilisasi dan menyatukan kepentingan, perhatian dan kebutuhan masyarakat atau bagian - bagiannya untuk menyampaikan pada pemegang kekuasaan atau partai politik; (2) membantu pemantauan dan pengendalian lembaga-lembaga publik dan pelaksanaan undangundang dan peraturan; (3) menjembatani antar kepentingan-kepentingan sosial, agama dan budaya yang bertentangan; (4) Pendidikan, penelitian dan kegiatan-kegiatan yang bisa mengurangi konflik dan menemukan cara untuk mengatasi konflik. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

44 Masyarakat sipil di Kabupaten Kutai Timur merupakan modal dasar bagi upaya penciptaan mekanisme yang seimbang distribusi kekuasaan secara sehat dan fair serta struktur budaya politik yang adil dan berorientasi pada masyarakat luas Prasarana dan Sarana Penyediaan (jumlah dan kondisi) sarana dan prasarana di Kabupaten Kutai Timur masih jauh dari mencukupi untuk mendukung ekonomi wilayah, yaitu meliputi prasarana jalan, listrik, air bersih, telekomunikasi yang merupakan fasilitas dasar untuk kehidupan masyarakat. A. Jalan Prasarana jalan sebagai penghubung di bidang transportasi darat merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Prasarana jalan pada hakikatnya menyangkut berbagai aspek kehidupan, baik aspek sosial ekonomi, budaya maupun ketahanan dan keamanan. Memperhatikan luas wilayah Kabupaten Kutai Timur dan jumlah penduduk yang tersebar tidak merata, maka sangat dibutuhkan adanya prasarana jalan yang berperan sebagai pendorong pengembangan dan pembangunan di berbagai sektor. Untuk mewujudkan maksud tersebut maka perlu pembangunan dan pemeliharaan jalan, baik jalan negara, jalan propinsi maupun jalan kabupaten. Panjang jalan di Kabupaten Kutai Timur, saat ini baik yang pembangunannya dari Pemerintah Pusat, Propinsi maupun jalan Kabupaten Kutai Timur sendiri adalah sebagai berikut : o Panjang Jalan Negara : 439 Km o Panjang Jalan Propinsi : 245 Km o Panjang Jalan Kabupaten : 820 Km Rasio panjang jalan terhadap luas wilayah di Kabupaten Kutai Timur adalah 42/1000 Km², Propinsi Kalimantan Timur 52,53 Km/1000 Km², Nasional adalah 115 Km/1000 Km². Sebagaimana dikemukakan pada tabel dan gambar berikut: R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

45 Status Jalan Tabel 2.32 Panjang Jalan Negara, Propinsi dan Kabupaten menurut Jenis Permukaan Tahun 2004 Jenis Permukaan Jalan (km) Aspal Kerikil Tanah Lainnya Negara Propinsi Kabupaten ,5 400,5 Jumlah ,5 503,5 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Tabel Perkembangan Panjang Jalan dan Jenis Permukaan Di Wilayah Kabupaten Kutai Timur Status Jalan Panjang Jalan (km) Aspal , ,51 Kerikil 345,80 587,30 660,12 732,42 Tanah 221,00 696,12 503,50 348,36 Jumlah 621, , , ,29 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) Tahun Tabel Proyeksi Panjang Jalan Panjang Jalan Aspal Kerikil Tanah Jumlah ,27 219,67 186,52 455, ,04 345,80 221,00 621, ,60 587,30 696, , ,00 696,12 503, , ,51 732,42 348, ,29 Proyeksi , ,92 593, , , ,83 755, , , ,74 917, , , , , ,81 Jumlah 8.624, , , ,64 Sumber: Kabupaten Kutai Timur Dalam angka 2004/2005 (BPS, 2005) R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

46 KM Km Gambar 2.4. Proyeksi Panjang Jalan (Per Jenis Jalan) 4000, , , , , , , , Tahun ASPAL KERIKIL TANAH Gambar 2.5. Proyeksi Panjang Jalan 8000,0 7000,0 6000,0 5000,0 4000,0 3000,0 2000,0 1000,0-1493, , , , , , , , , Tahun Proyeksi Panjang Jalan Aspal di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2010 meningkat menjadi 143% dari tahun 2004, tahun 2015 meningkat sebesar 50% dari tahun 2010, tahun 2020 meningkat 33% dari tahun 2015 dan pada tahun 2025 meningkat sebesar 25% dari tahun R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

47 Panjang Jalan Kerikil pada tahun 2010 diproyeksikan meningkat 121% dari tahun Selanjutnya peningkatan panjang jalan kerikil pada tahun 2015, tahun 2020 dan tahun 2025 meningkat masing-masing sebesar 42%, 30% dan 30%. Proyeksi panjang jalan tanah pada tahun 2010 meningkat sebesar 70% dari tahun 2004, selanjutnya pada tahun 2015, tahun 2020 dan tahun 2025 meningkat masing-masing sebesar 27%, 21% dan 18%. Proyeksi Panjang Jalan keseluruhan di Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2010 meningkat sebesar 116% dari panjang jalan pada tahun Selanjutnya peningkatan panjang jalan kerikil pada tahun 2015, tahun 2020 dan tahun 2025 meningkat masing-masing sebesar 42%, 30% dan 22%. B. Listrik Kebutuhan Listrik penduduk Kabupaten Kutai Timur dilayani oleh Perusahaan Listrik Negara (PLN), dipasok dari PLTD yang terdapat di setiap kecamatan, dengan kapasitas terpasang 5,4 MW. C. Air Bersih Air bersih tersedia di setiap kecamatan, untuk Kecamatan Sangatta mempunyai debit 40 Liter / detik, sedangkan Kecamatan lainnya rata-rata 20 liter / detik. D. Telekomunikasi Telekomunikasi di Ibu Kota Kabupaten, telah terpasang Sentral Telepon Otomat untuk melayani kebutuhan dasar Telekomunikasi, bisnis dan aktivitas lainnya, selain itu juga dapat dilakukan komunikasi dengan jaringan komunikasi selular (Telkomsel, Satelindo, ProXL). Untuk wilayah pedesaan, jaringan telekomunikasi tersebut sebagian ada yang sudah operasional dan sebagian wilayah pedesaan lainnya sedang dalam taraf persiapan E. Pelabuhan Prasarana perhubungan lainnya untuk transportasi udara dan air, adalah pelabuhan udara dan dermaga, untuk pelabuhan udara yang dapat digunakan yaitu Pelabuhan udara KPC di Tanjung bara dan Pelabuhan udara Pertamina di Sangkimah, jarak tempuh 1 jam dari Pelabuhan udara Sepinggan Balikpapan dengan menggunakan pesawat ukuran jenis cassa, sedangkan untuk dermaga sebagai sarana pendaratan penumpang dan barang, berada di Muara Sungai Sangatta dan di Kecamatan R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

48 Sangkulirang, khusus untuk barang produksi dan pengangkutan batubara digunakan pelabuhan besar yang berada di lingkungan PT. Kaltim Prima Coal. Sementara itu masih terdapat beberapa masalah pengembangan sistem jaringan transportasi di Kabupaten Kutai Timur diantaranya adalah : Belum tersedianya acuan / arahan dalam mengembangkan sistem jaringan transportasi, sehingga terkesan pengembangan sistem jaringan yang ada hanya dilakukan tidak terfokus kepada satu tujuan yang terintegrasi, bahkan ada diantaranya counter productive. Belum jelasnya pola hirarki dan keterkaitan antara sistem jaringan transportasi Kabupaten baik dengan Kabupaten lain dalam satu propinsi maupun dengan sistem jaringan transportasi propinsi. Belum terpadunya penyelenggaraan dan perencanaan antara beberapa sistem transportasi dalam kerangka sistem transportasi antar moda. F. Wilayah dan Tata Ruang Struktur Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Timur mencakup pengembangan pusat-pusat pertumbuhan dan pelayanan dan pengembangan sistem prasarana wilayah. Sistem Pusat Pelayanan diterjemahkan dalam hirarki kota-kota sebagai tabel berikut ini : Tabel 2.35 Klasifikasi Fungsi Hirarki Kota-Kota No Hirarki Nama Kecamatan Fungsi Hirarki 1. Hirarki I Sangatta Pusat Pengembangan wilayah 2. Hirarki II Sangkulirang, Muara Wahau dan Muara Bengkal Pusat Pengembangan Antar Sub-Wilayah (PPAS- W) 3. Hirarki III Muara Ancalong dan Bengalon Pusat Pelayanan Lokal (satu atau beberapa kecamatan) 4. Hirarki IV Kaliorang, Sandaran, Busang, Telen dan kongbeng Sumber : RTRW Kecamatan Berbasis Masyarakat. Sistem Pusat Transportasi dibagi menjadi dua yaitu : o Sistem Pusat Transportasi Darat Pusat Pelayanan Lokal (satu kecamatan) Dengan pengembangan jaringan jalan yang diutamakan adalah jaringan jalan utara - selatan dan timur barat R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

49 o Sistem Pusat Transportasi Air (Sungai) Transportasi Sungai memegang peranan penting untuk menghubungkan wilayah dibagian barat Kabupaten Pola pemanfaatan ruang dapat dilihat berdasarkan keberadaan kawasan lindung dan budidaya yang ada di Kabupaten Kutai Timur. Kawasan lindung merupakan suatu kawasan yang dikarenakan mempunyai sifat tertentu sehingga mampu memberikan perlindungan pada kawasan sekitarnya atau bawahnya sebagai pengatur atau pencegahan terhadap kerusakan alam dan dapat mempertahankan kelestarian alam, kawasan lindung mempunyai fungsi khusus sebagai kawasan yang harus dapat perhatian serius dari semua pihak terhadap kegiatan budidaya. Perincian kawasan lindung di Kabupaten Kutai Timur dapat dijelaskan sebagai berikut : Hutan Lindung Sebaran hutan lindung di wilayah Kabupaten Kutai Timur terutama berada pada bagian barat, yaitu Kecamatan Muara Wahau, Telen dan Kecamatan Busang karena pada kawasan tersebut banyak terdapat daerah dengan kemiringan lebih dari 40%. Persentase luas keseluruhan kawasan lindung adalah 39,37 % dari luas seluruh wilayah. Kawasan Resapan air Adanya kawasan ini terutama bertujuan untuk meresapkan air hujan yang merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Sebaran kawasan ini terutama berada pada Kecamatan Sangkulirang (daerah pegunungan kapur), selain itu juga pada wilayah pegunungan dekat sungai-sungai yang ada diwilayah Kabupaten Kutai Timur. Kawasan Sempadan Sungai Manfaat dari kawasan ini adalah untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kabupaten Kutai Timur yang dialiri banyak sungai perlu memperhatikan keberadaan kawasan sepandan sungai, karena sungai mempunyai banyak fungsi terutama bagi penduduk di wilayah pedalaman. Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan Sempandan sungai sekurang-kurangnya 100 m di kanan kiri sungai besar dan 50m anak sungai. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

50 Kawasan Sempadan Pantai Kawasan pantai di Kabupaten Kutai Timur terletak di bagian timur yaitu di Kecamatan Sangatta, Bengalon, Kaliorang, Sangkulirang dan Kecamatan Sandaran. Yang termasuk kawasan sempadan pantai yaitu daratan sepanjang tepian pantai yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 m dari titik pasang tertinggi wilayah laut. Kawasan Sekitar Mata Air Mata air mempunyai manfaat yang sangat penting sebagai sumber air selain sungai, untuk itu keberadaannya sangat perlu dijaga. Sumber mata air banyak ditemukan disekitar pegunungan kapur yang mempunyai sifat peresapan air. Daerah yang harus dilindungi untuk menjaga kelestarian mata air sekurangkurangnya berjari-jari 200 m disekitar mata air. Kawasan Cagar Alam dan Taman Nasional Kawasan cagar alam yang ada di Kabupaten Kutai timur didominasi oleh hutan rawa (84%) yang sebarannya terutama didaerah Muara Bengkal, Taman Nasional Kutai merupakan aset yang dimiliki Kabupaten dan perlu dijaga kelestariannya karena manfaat dari keberadaan taman nasional tersebut sangat besar. Pemanfaatan ruang untuk kawasan budidaya dapat dilihat dari penggunaan lahannya. Penggunaan lahan daerah terbangun meliputi lahan untuk permukiman, pertanian, perkebunan dan pertambangan. Beberapa kendala yang dihadapi dalam pengembangan wilayah : Terbatasnya akses transportasi yang menghubungkan wilayah - wilayah tertinggal dengan wilayah yang relatif lebih maju. Kepadatan penduduk wilayah tertinggal relatif rendah dan tersebar Belum optimalnya dukungan sektor terkait untuk pengembangan wilayah tertinggal, Masih lemahnya koordinasi, sinergi dan kerja sama diantara pelaku-pelaku pengembangan kawasan, baik pemerintah swasta lembaga non pemerintah dan masyarakat, serta antara pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan daya saing produk unggulan, Belum optimalnya pemanfaatan kerangka kerja sama antar wilayah untuk mendukung peningkatan daya saing kawasan dan produk unggulan. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

51 Pembangunan yang dilakukan disuatu wilayah saat ini masih sering dilakukan tanpa mempertimbangkan keberlanjutannya. Keinginan untuk memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek seringkali menimbulkan keinginan untuk mengeksploitasi Sumber Daya Alam secara berlebihan sehingga menurunkan kualitas dan kuantitas SDA dan lingkungan hidup. Selain itu, seringkali pula terjadi konflik pemanfaatan ruang antar sektor Pemerintahan Proses penyelenggaraan pemerintahan daerah idealnya dilakukan dengan melibatkan tiga kekuatan stakeholders kabupaten yaitu masyarakat, pemerintah dan swasta. Seiring dengan deklarasi otonomi daerah tahun 1999 dan berlaku efektif sejak tahun 2001, telah meletakkan landasan bagi proses kemandirian Kabupaten Kutai Timur. Kebijakan desentralisasi yang telah mengeluarkan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 dan Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999, yang memberikan tanggung jawab lebih besar kepada daerah (Kabupaten) dalam pengembangan daerahnya. Gerak pembangunan pemerintahan Kabupaten Kutai Timur dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan dibagi menjadi dua kekuasaan yang saling berkoordinasi yaitu kekuasaan eksekutif dan kekuasaan legislatif. Kekuasaan eksekutif salah satu potensi pembangunan dan mempunyai posisi strategis dalam pemerintahan untuk memberikan pelayanan prima kepada masyarakat, oleh karena itu pengembangan kapasitas kelembagaan bagi pemerintah daerah untuk memenuhi fungsi mereka dalam kerangka desentralisasi secara transparan, bertanggung jawab dan profesional adalah hal yang mutlak untuk dipenuhi. Begitu juga dengan peningkatan kualitas pelayanan publik yang menjadi tugas utama pemerintah hendaknya terus menerus dilakukan, karena masih banyak aspek-aspek lain yang perlu diperbaiki dalam konteks pelayanan publik seperti kesehatan, pendidikan, telekomunikasi, transportasi dan lainnya. Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dalam menjalankan roda pemerintahan didukung oleh 16 dinas dan 6 Badan yang secara kelembagaan telah diatur tugas pokok dan fungsi masing-masing lembaga tersebut melalui Peraturan Daerah, beberapa hal yang sudah dilakukan eksekutif dalam sistem perencanaan dan pelaksanaan pembangunan : R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

52 Musyawarah perencanaan pembangunan tingkat Kabupaten yang diikuti oleh desa dan kecamatan dalam upaya mendapatkan kesepakan usulan kegiatan untuk tahun berikutnya selanjutnya hasilnya menjadi pedoman kegiatan pembangunan dan juga menjadi bahan koordinasi ke tingkat propinsi maupun pusat. Penajaman kegiatan pembangunan untuk menentukan skala prioritas pembangunan. Kemudian dalam penentuan plafon anggaran dibentuk panitia anggaran eksekutif. Dalam hal pengendalian internal dilakukan monitoring kegiatan dan pengawasan kegiatan yang bersifat rutin. Dengan berlangsungnya proses desentralisasi maka kekuasaan legislatif dalam hal ini lembaga DPRD akan lebih banyak aktif dalam mengeluarkan Peraturan - Peraturan Daerah yang akan digunakan sebagai salah satu pedoman pelaksanaan kegiatan pembangunan di Kabupaten Kutai Timur. Selanjutnya dalam sistem koordinasi pemerintahan untuk pengawasan eksternal yaitu adanya kekuasaan Yudikatif dalam hal ini implementasinya adanya lembaga hukum, yaitu Pengadilan Negeri Kutai Timur. Namun demikian masih ditemukan kelemahan dalam Manajemen Pemerintahan Kutai Timur yang belum sepenuhnya mampu menjawab kebutuhan terhadap penyediaan pelayanan dasar bagi masyarakat. Fenomena ini dapat terlihat dari rendahnya daya tanggap, keterbukaan, akuntabilitas, profesionalisme dan kompetensi, penegakan hukum efisiensi dan efektivitas dalam penanganan berbagai permasalahan publik. Pemberian pelayanan publik yang bermutu dan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dari unsur-unsur penyalahgunaan kekuasaan masih perlu diupayakan secara insentif. Ketidakefektifan dan rendahnya mutu pelayanan publik juga berkaitan dengan belum memadainya kapasitas aparatur pemerintah daerah, kelembagaan, mekanisme prosedur kerja, termasuk pendelegasian kewenangan yang belum mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Dalam hal pelaksanaan otonomi daerah Kabupaten Kutai Timur memang harus berbenah. Model birokrasi yang panjang yang menyebabkan ekonomi biaya tinggi, terjadinya penyalahgunaan wewenang, praktek KKN dan perlakuan diskriminatif merupakan sebuah tantangan dalam peningkatan pembangunan Kabupaten Kutai Timur di masa mendatang. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

53 Keuangan Daerah A. Fiskal Daerah Stabilitas makro ekonomi daerah dapat dilihat dari stabilitas fiskal yang ada, semakin kecil nilai kesenjangan fiskal menunjukkan semakin baiknya kondisi keuangan/ekonomi daerah. Kesenjangan fiskal (fiscal gap) tersebut dapat dilihat dari besarnya kebutuhan fiskal (fiscal needs) terhadap kapasitas fiskal (fiscal capacity). Dari tahun 2001 sampai tahun 2005 kebutuhan fiskal daerah cenderung meningkat terutama dari indikator jumlah penduduk, jumlah penduduk miskin, Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang cenderung bertambah. Sementara itu kapasitas fiskal daerah sangat tergantung dari kebijakan desentralisasi fiskal pemerintah pusat khususnya dana perimbangan dan kemampuan kebijakan pemerintah daerah melalui regulasi tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kapasitas fiskal daerah dari tahun 2001 sampai 2005 masih fluktuatif dan masih didominasi oleh dana-dana perimbangan (lebih dari 90%). Untuk lebih jelasnya Kondisi fiskal di Kabupaten Kutai Timur dapat dilihat pada tabel R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

54 Tabel DATA KEBUTUHAN FISKAL DAN KAPASITAS FISKAL No D a t a TA TA TA. 2OO3 TA TA I. KEBUTUHAN FISKAL 1. Luas Wilayah (Km2) , , , , ,50 - Luas Laut/Perairan 2692, , , , ,27 - Luas Darat , , , , ,23 2. Jumlah Penduduk (Jiwa) Jumlah Penduduk Miskin (Jiwa) Indeks Kemahalan Konstruksi (IKK) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) - 66, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Juta Rp.) , , , ,11 - II. KAPASITAS FISKAL 1. Bagi Hasil SDA , , , , ,00 0 a. Sektor Pertambangan Umum , , , , ,00 0 b. Sektor Migas , , , , ,00 0 c. Sektor Kehutanan , , , , ,00 d. Sektor Perikanan , , , ,00 2. Bagi Hasil Pajak , , , , ,00 a. PPh , , , , ,00 b. PBB , , , , ,00 c. BPHTB , , , , ,00 R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

55 No D a t a TA TA TA. 2OO3 TA TA Pendapatan Asli Daerah (PAD) , , , , ,00 - Pajak Daerah , , , , ,00 - Retribusi Daerah , , , , ,00 - Bagian Laba Usaha Daerah , , , ,00 - Lain-lain PAD , , , , ,00 4. Pendapatan Daerah Lainnya Yang Sah ,00 R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

56 B. Kemandirian dan Kinerja Keuangan Daerah Kemampuan daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pelayanan publik dengan menghitung : Derajat desentralisasi fiskal antara pemerintah pusat dan daerah yaitu : a. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Total Penerimaan Daerah (TPD) b. Bagi Hasil Pajak & Bukan Pajak untuk Daerah (BHPBP) Total Penerimaan Daerah (TPD) c. Sumbangan Daerah (SB) Total Penerimaan Daerah (TPD) dengan TPD = PAD+BHPBP+SB, hasil perhitungan tinggi maka desentralisasinya tinggi (mandiri). Kebutuhan fiskal (fiscal need) dengan menghitung Indeks Pelayanan Publik per Kapita (IPPP) dengan formula : IPPP = Pengeluaran Aktual per Kapita untuk jasa-jasa Publik (PPP) Standarts Kebutuhan Fiskal Daerah (SKF) PPP = Jumlah pengeluaran rutin dan pembangunan per Kapita masing daerah SKF = Jumlah pengeluaran Daerah Jumlah Kabupaten / Kota Semakin tinggi hasilnya, maka kebutuhan fiskal suatu daerah semakin tinggi. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

57 Kapasitas fiskal (fiscal capacity) dengan formula : FC = Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) / Jumlah Penduduk Kapasitas (Fiskal Standart (KFs) X 100% KFs = Jumlah PDRB / Jumlah Penduduk Jumlah Kabupaten / Kota Semakin tinggi hasilnya, maka kapasitas fiskal suatu daerah semakin tinggi. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

58 Tabel KEMANDIRIAN DAN KINERJA KEUANGAN DAERAH No Data TA TA TA. 2OO3 TA TA I. Derajat Desentralisasi Fiskal a. Rasio PAD terhadap total APBD 0,51 % 0,70 % 0,72 % 2,82 % 3,59 % b. Rasio PAD dan bagi hasil terhadap total APBD 71,02 % 45,68 % 43,58 % 72,93 % 54,85 % c. Rasio PAD terhadap Rutin 1,81 % 2,16 % 2,33 % 14,4 % 5,0 % d. Rasio PAD dan bagi hasil terhadap Rutin 39,29 % 70,20 % 68,63 % 44,33 % 56,26 % II. Kebutuhan Fiskal a. SKF (Standar Kebutuhan Fiskal) - Rp ,75 Rp ,88 Rp ,61 - b. IPPP (Indeks Pelayanan Publik Per Kapita) - 19,60 15,54 14,22 - III. Kapasitas Fiskal a. KFS (Kapasitas Fiskal Standar) - Rp Rp Rp b. FC (Fiscal Capality) - 14,15 12,35 15,53 - R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

59 Dari hasil analisis, rata-rata kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap APBD sebesar 1,69 % sedangkan proporsi PAD + Bagi Hasil terhadap APBD sebesar 57,61%, hal ini menunjukan ketergantungan terhadap Pemerintah Pusat sangat tinggi dan untuk mencapai kemandirian hanya mengandalkan PAD diperlukan waktu 50 tahun, kemampuan rata-rata PAD dalam membiayai Belanja Rutin sebesr 5,14% mengindikasikan bahwa dalam pembiayaan rutin masih memerlukan bantuan pemerintah pusat. Kapasitas fiskal Kabupaten Kutai Timur relatif lebih baik dibandingkan dengan standar rata-rata Kabupaten/Kota Se Kalimantan Timur dan bila dibandingkan dengan kebutuhan fiskalnya maka terdapat kesenjangan yang relatif kecil kurang dari pada 2002 dan Selama kurun waktu 5 (lima) tahun, Pemerintah Kabupaten Kutai Timur telah melakukan kegiatan pembangunan yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Kutai Timur. Adapun rencana dan realisasi APBD dapat dilihat pada tabel No Tahun Anggaran Tabel Target dan realisasi APBD Target (dalam Milyar) Realisasi (dalam Milyar) ,71 584, ,17 628, ,37 828, ,63 614, ,89 - Untuk mengetahui hubungan antara Anggaran Rutin/Belanja Aparatur dan Anggaran Pembangunan/Belanja Modal didalam APBD terhadap Pertumbuhan Ekonomi Regional Kabupaten Kutai Timur dapat dilakukan melalui analisis regresi. Hal ini untuk melihat pos-pos pengeluaran tertentu terhadap pertumbuhan regional. Untuk model regresi pengeluaran daerah akan dibagi dua, yaitu pengeluaran rutin/belanja aparatur dan pengeluaran pembangunan/belanja modal dan kemudian variabel variabel tersebut disajikan dalam angka logaritma terlebih dahulu. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

60 Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan data APBD tahun dapat dilihat bahwa ada hubungan positif dan signifikan secara statistik antara anggaran rutin/belanja aparatur dan PDRB. Angka koefisien 0,325 berarti bahwa kenaikan anggaran rutin/belanja aparatur sebesar 1% akan menyebabkan naiknya PDRB sebesar 0,325%. Disisi lain anggaran pembangunan belum dapat mempengaruhi PDRB bahkan cenderung kontra produktif. Sebagaimana diuraikan pada tabel berikut ini : Variabel Tabel Analisis Regresi Berganda Coef beta Std. Error t-statistic Prob. Log PDRB 10,021 1,261 7,947 0,015 Log A. R 0,325 0,168 1,933 0,193 Log. A. P. -0,075 0,114-0,659 0,578 R-squared 0,721 Mean dependent var 12,8447 Adjusted R-squared 0,443 S.D. dependent var 0,0895 S.E. of regression 0,0668 Sum squared resid 0,0089 F-statistic 2,591 Durbin-Watson stat 2,731 Prob (F- statistic) 0,279 Dimana : Log PDRB : Log Produk Domestik Regional Bruto Log AR : Logaritma Anggaran Rutin Log AP : Logaritma Anggaran Pembangunan R- square : Koefisien Determinasi β coef : Koefisien Regresi Berdasarkan hasil analisis tersebut bahwa anggaran rutin / belanja aparatur ternyata dianggap sebagai akselerator pertumbuhan dibandingkan anggaran pembangunan, hal ini bertentangan dengan teori ekonomi dimana seharusnya anggaran pembangunan yang lebih berperan dalam menstimulir PDRB, sehingga dimasa depan diharapkan alokasi pengeluaran daerah lebih terfokus ke pada pengeluaran pembangunan yang dipandang dapat memberikan kontribusi dalam memacu pertumbuhan PDRB. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

61 2.2. ISU-ISU STRATEGIS Geomorfologis dan Lingkungan Hidup Berdasarkan latar belakang geomorfologi dan lingkungan hidup menunjukkan bahwa kondisi lahan di Kabupaten Kutai Timur masih berpeluang besar untuk pengembangan Pertambangan, Budidaya Hutan, Perkebunan dan Pertanian. - Keunggulan komparatif ini karena : Memiliki areal yang masih sangat luas yaitu sekitar 1,46 juta hektar Kawasan Budidaya Non Kehutanan (KBNK) dan KBK. Beberapa daerah memiliki areal yang terdapat bahan tambang terutama batu bara, minyak yang cukup besar. - Permasalahan yang dihadapi yaitu antara lain : Di beberapa daerah akan terkena dampak negatif akibat eksploitasi tambang yang berupa menurunya kualitas air sungai, banjir, pencemaran udara dan getaran akibat blasting dan fluktuasi debit air, sungai yang sangat tinggi pada musim penghujan dan kemarau. Ancaman adanya kebakaran hutan/lahan dari akibat pembukaan lahan untuk pertanian dan perkebunan. Ancaman timbulnya bencana banjir akibat pembukaan lahan yang besar-besaran untuk perkebunan. Menurunnya kualitas air sungai dari hulu sampai hilir akibat adanya kegiatan perkebunan dan pertambangan Tantangan yang dihadapi dalam pembangunan daerah khususnya bidang infrastruktur adalah beban biaya pembangunan dan biaya pemeliharaan yang mahal terutama yang berhadapan dengan medan pegunungan dan rawa-rawa. Disamping itu pembangunan jalan yang melalui kawasan lindung dan konservasi memberi peluang timbulnya kegiatan ekploitasi illegal baik illegal logging maupun illegal mining yang umumnya kurang memperhatikan kelestarian lingkungan. Disisi lain semakin mengemukanya isu lingkungan hidup baik ditingkat lokal, nasional maupun internasional menjadikan hutan lindung beserta habitatnya di Kabupaten Kutai Timur menjadi salah satu sorotan internasional. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

62 Demografi Keinginan kuat dan semangat besar penduduk Kabupaten Kutai Timur untuk menuju kehidupan yang lebih baik dalam nuansa otonomi daerah merupakan suatu potensi/kekuatan dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Permasalahan kependudukan/sdm yang dihadapi antara lain: Jumlah penduduk yang sedikit disamping kualitas SDM yang relatif masih rendah sementara wilayah sangat luas dengan sumber daya alam berlimpah Pertumbuhan penduduk alami di wilayah kecamatan-kecamatan relatif rendah dengan penyebaran yang sangat tidak merata sementara migrasi masuk cukup tinggi yang sebagian besar karena alasan ekonomi dan terkonsentrasi pada daerah perkotaan khususnya disekitar pusat pelayanan pemerintahan dan industri besar (pusat produksi) yang berimplikasi pada disparitas antar wilayah kecamatan Kurangnya aksesibilitas penduduk di daerah-daerah pedalaman dan pulau-pulau terpencil terhadap jangkauan pelayanan berimplikasi pada peningkatan kualitas SDM jadi lamban Masih terdapatnya suku-suku terasing/terbelakang yang belum tersentuh teknologi dan modernisasi menunjukkan keterisolasian sebagian wilayah Ancaman yang akan dihadapi yaitu diperkirakan pada periode-periode tertentu akan terjadi lonjakan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi karena migrasi yang terkonsentrasi pada kawasan-kawasan kegiatan ekonomi skala besar atau pusat-pusat produksi. Potensi yang cukup besar untuk tumbuh kembangnya kegiatan investasi skala besar (khususnya sektor pertambangan dan perkebunan) di daerah ini akan menyerap banyak tenaga kerja dan sebagian besar masih didominasi oleh tenaga kerja dari luar. Hal ini dikarenakan penduduk pendatang umumnya memiliki skill dan penguasaan teknologi yang jauh lebih baik dari penduduk lokal. Tantangan ke depan adalah pada upaya menghadapi tingkat kompetensi dalam dunia global yang semakin tinggi sehingga penduduk asli/lokal dapat berperan agar tidak semakin termarginal Ekonomi dan Sumber Daya Alam Dikaitkan dengan kekayaan sumber daya alam beraneka ragam yang dimiliki dimana banyak alternatif untuk upaya pengembangan wilayah, Kabupaten Kutai Timur memiliki potensi besar dalam pengembangan ekonomi daerah. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

63 Masalah krusial dalam perkembangan ekonomi regional di Kabupaten Kutai Timur adalah pada upaya mempertahankan stabilitas ekonomi daerah agar pembangunan ekonomi dapat terus berlangsung secara berkesinambungan. Hal ini mengingat perkembangan ekonomi daerah yang terjadi selama ini simultan dengan kegiatan eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui oleh perusahaanperusahaan pertambangan, yang implikasinya pada: Kegiatan ekonomi masyarakat yang bersifat subsistem memiliki ketergantungan tinggi terhadap kegiatan ekonomi pemerintah dan kegiatan ekonomi perusahaan pertambangan, sementara pendapatan pemerintah sendiri juga sangat tergantung dari hasil produksi perusahaan pertambangan tersebut Kapasitas/nilai produksi sektor pertambangan tersebut sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah/total nilai PDRB Dominasi kegiatan ekonomi seperti ini mengakibatkan terjadinya biaya tinggi yang diindikasikan timbulnya inflasi lokal sehingga berdampak kurang sehat bagi kegiatan ekonomi rumah tangga (household economics) secara umum Perilaku ekonomi masyarakat lambat laun akan terpengaruh oleh karakter ekonomi yang berorientasi pada keuntungan semata dan kurang memihak pada kebijakan lingkungan (ecological wisdom) Perkembangan ekonomi masyarakat di sektor primer kurang bergairah dan berkembang terutama yang masih bersifat agraris tradisional. Ancaman yang dihadapi adalah masih sangat besarnya peluang untuk melakukan investasi di sektor pertambangan karena masih sangat besarnya potensi sumberdaya alam di sektor pertambangan yang belum tereksploitasi dan semakin diperkuat oleh semakin tingginya permintaan pasar dunia akan hasil tambang khususnya energi dan sumberdaya mineral serta semakin mahalnya harga pasar akan hasil produksi tambang tersebut. Tantangan kedepan bagi Pemerintah Kabupaten Kutai Timur adalah pada upaya lebih menyeimbangkan tingkat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dan upaya memberdayakan sektor-sektor ekonomi yang menjadi economic base, yaitu sektor pertanian dan sektor industri pengolahan hasil pertanian serta sektor-sektor lainnya yang dapat dijadikan unggulan. Yang terpenting lagi adalah bagaimana masyarakat dan atau pemerintah daerah memiliki sharing atau hak investasi terhadap sektor-sektor ekonomi unggulan sehingga ekonomi lokal menjadi semakin kuat. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

64 Sosial Budaya dan Politik Kondisi sosial kultural masyarakat Kabupaten Kutai Timur yang sangat beragam, disatu sisi merupakan potensi yang besar karena dinamikanya sehingga berimplikasi pada kehidupan masyarakat yang dinamis dan potensi pengembangan nilai-nilai budaya dalam rangka pembangunan karakter (character building). Disisi lain keheterogenan masyarakat tersebut memiliki beberapa permasalahan antara lain: Adanya fenomena sosial yang diindikasikan timbulnya strata-strata sosial yang cukup tajam dalam masyarakat yang dapat berdampak pada terjadinya kecemburuan sosial dan rawan stabilitas keamanan Munculnya isu-isu primordial yang mengemuka ditengah-tengah masyarakat dapat semakin memperdalam jurang perbedaan yang sudah ada Rentan terhadap gejolak-gejolak sosial, terlebih kalau dikaitkan dengan masalah politik dimana isu-isu masalah pendidikan, kesehatan, lapangan kerja dan masalah sosial lainnya dapat dijadikan komoditas untuk political interest yang diindikasi oleh mulai nampaknya gejala-gejala yang timbul yang antara lain sangat mudahnya orang atau sekelompok orang lebih suka melakukan unjuk rasa untuk menyampaikan keinginannya. Atensi masyarakat saat ini terhadap masalah-masalah sosial dan politik cukup tinggi. Kondisi ini kalau tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan kerawanan sosial ditengah-tengah masyarakat. Kecenderungan yang terjadi adalanya kelompok-kelompok etnis yang semestinya berpotensi untuk pengembangan nilai-nilai budaya justru lebih terarah pada timbulnya sekat-sekat dalam masyarakat yang berarti merupakan ancaman dalam persatuan, kesatuan dan keutuhan wilayah. Tantangan kedepan adalah pada upaya mengantisipasi masuknya budaya asing yang bertentangan dengan karakter budaya lokal, mengurangi kesenjangan sosial, dan pembelajaran politik (political learning) kepada masyarakat serta menciptakan iklim yang kondusif dalam kehidupan berdemokrasi Prasarana dan Sarana Kondisi prasarana dan sarana pendukung kegiatan wilayah adalah masih belum sebandingnya antara kapasitas yang ada dengan kebutuhan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas, baik prasarana dan sarana sosial, prasarana dan sarana perekonomian maupun prasarana dan sarana perhubungan. Permasalahannya adalah: R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

65 Kebutuhan masyarakat akan pemenuhan fasilitas pelayanan dasar masih cukup tinggi dan cenderung meningkat seiring dengan perkembangan penduduk sementara kapasitas yang ada masih terbatas Kurangnya aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana yang ada antara lain transportasi, air bersih, listrik dan komunikasi serta infrastruktur pendidikan dan kesehatan masih menjadi masalah klasik daerah dalam pembangunan daerah Dalam konteks pengembangan wilayah, pendekatan pembangunan yang dilakukan masih berorientasi pada basis satuan wilayah administratif, yang merupakan basis kewenangan pemerintahan atau pengelolaan pembangunan, sebagai contoh adanya pemekaran wilayah kecamatan dan desa sebagai strategi pemerataan pelayanan dan pembangunan Pendekatan pembangunan pada satuan wilayah ekologi, ekonomi dan permukiman masih belum mendapat porsi yang memuaskan Pola pemanfaatan ruang yang ada berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) masih belum effektif sepenuhnya dilaksanakan bahkan cenderung terjadi overlapping antar fungsi peruntukan lahan Ego sektoral dalam pemanfaatan ruang masih terjadi dikarenakan kurangnya koordinasi dan pengendalian pemanfaatan ruang Tantangan kedepan dalam pengembangan wilayah adalah bagaimana menselaraskan dan mengharmonisakan asas-asas pembangunan seperti keberlanjutan (sustainability), keadilan (fairness), keseimbangan (equality) dan pertumbuhan (growth). Artinya faktor ekonomi, lingkungan dan manusia menjadi faktor utama yang harus dirumuskan kembali mana yang di depan dan mana yang mendukung sehingga ketigatiganya berjalan harmonis Pemerintahan Dalam bidang penyelenggaraan pemerintahan, kebijakan desentralisasi melalui Undang-Undang tentang Pemerintahan Daerah memberikan beberapa keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam pengembangan daerahnya. Didukung oleh aparat yang kebanyakan relatif masih muda, memiliki etos kerja yang cukup baik, dan semangat yang tinggi merupakan potensi besar untuk menata pemerintahan kearah yang lebih baik lagi. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

66 Sebagai daerah yang relatif baru, penyelenggaraan pemerintahan di Kabupaten Kutai Timur terbilang cukup unik dimana dalam periode pertama pemerintahan definitif telah terjadi dua kali pergantian Kepala Daerah. Kondisi ini sedikit banyaknya berpengaruh terhadap praktek penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya bagi aparatur pelaksana karena adanya perubahan beberapa kebijakan pembangunan daerah dan penyesuaian terhadap pola kepemimpinan Kepala Daerah. Ditambah lagi dengan munculnya beberapa peraturan perundangan yang baru dari pemerintah pusat yang berkaitan dengan praktek penyelenggaraaan pemerintahan di daerah semakin menuntut aparatur untuk lebih adaptable. Permasalahannya adalah: Perubahan kebijakan pemerintah yang berimplikasi pada adanya penyesuaian kembali program pemerintah daerah sangat tergantung dengan kesiapan aparatur dan dukungan perangkat kelembagaan pemerintahan di daerah Tidak tercapainya beberapa sasaran program pembangunan menunjukkan masih lemahnya kinerja aparatur baik dari sisi profesionalisme maupun koordinasi antar lembaga, hal ini berdampak pada ketidakpuasan masyarakat sebagai konstituen dimana tuntutan masyarakat akan pelayanan semakin meningkat. Tantangan pemerintah daerah ke depan bukan hanya terhadap pemberian layanan publik yang lebih baik lagi, namun juga terhadap kompetensi dengan daerahdaerah lain sehingga pemerintahan dapat exist. Dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Kutai Timur dituntut untuk memiliki daya saing agar tidak ketinggalan jauh dengan daerah lainnya Keuangan Daerah Adanya kebijakan desentralisasi fiskal merupakan salah potensi dalam pengembangan pengelolaan keuangan daerah untuk melaksanakan kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan daerah. Permasalahan keuangan daerah yang dihadapi adalah: Kesenjangan fiskal (fiscal gap) daerah dari tahun ke tahun cenderung meningkat dikarenakan kapasitas fiskal (fiscal capacity) sebagai faktor pengurang relatif tidak mengalami peningkatan yang signifikan, sementara kebutuhan fiskal (fiscal needs) cenderung meningkat Semakin senjangnya fiskal daerah tersebut berdampak pada pembiayaan pembangunan yang semakin terbatas atau ruang gerak pembangunan juga semakin terbatas R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

67 Ratio Kemandirian daerah yang sangat kecil menunjukkan bahwa ketergantungan keuangan pemerintah daerah masih sangat tinggi terhadap kebijakan desentralisasi fiskal Anggaran pemerintah belum sepenuhnya dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi daerah Perangkat dan lembaga keuangan di daerah masih terbatas. Tantangan kedepan adalah daerah tidak dapat selamanya mengandalkan sumber-sumber dana pembangunan dari besarnya keuangan pemerintah saja dan keuangan pemerintah daerah sendiri tidak hanya mengandalkan dari dana perimbangan saja. Disisi lain schedule transfer keuangan dari pemerintah pusat ke daerah yang tidak teratur dan tidak pernah sejalan dengan kalender anggaran di daerah mengakibatkan mekanisme transfer keuangan di daerah jadi kurang lancar sehingga menimbulkan produktifitas yang menurun. Krisis ekonomi yang ditandai dengan lajunya tingkat inflasi secara nasional merupakan ancaman dalam efektivitas pengelolaan keuangan daerah. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

68 BAB III VISI, MISI DAN ARAH PEMBANGUNAN KABUPATEN KUTAI TIMUR 3.1. TINJAUAN TERHADAP VISI Rencana Strategis Kabupaten Kutai Timur tahun telah ditetapkan visi yakni: Pembangunan daerah yang bertumpu pada pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan pada tahun 2010 menjadikan daerah Kabupaten Kutai Timur sebagai pusat agribisnis / agroindustri di Kalimantan Timur Lebih lanjut diuraikan makna dari visi pembangunan daerah tersebut sebagai berikut: a. Potensi sumberdaya alam yang sangat menonjol dapat dimanfaatkan sebagai tumpuan dasar gerak pembangunan dengan mempertimbangkan sumberdaya alam yang dapat diperbaharui. b. Potensi pertanian dalam arti luas dibinakembangkan sebagai acuan utama pengembangan kehidupan masyarakat Kabupaten Kutai Timur yang berfokus pada upaya agribisnis/agroindustri. c. Gerak pembangunan yang berfokus pada upaya agribisnis/agroindustri ini, diharapkan mendorong Kabupaten Kutai Timur pada tahun 2010 menjadi pusat kegiatan tersebut di wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Berdasarkan analisis faktor internal terhadap visi yang ada, dengan asumsi hasil pelaksanaan tahun , maka indentifikasi dan evaluasi variable internal berdasarkan pendekatan fungsional diilustrasikan antara lain sebagai berikut : 1. Kekuatan / strengths Lokasi Kabupaten Kutai Timur yang strategis Panjang garis pantai 152 kilometer Perluasan lahan pertanian dan perkebunan menjadi andalan pada masa yang akan datang. Banyak alternatif model transportasi, sebagai out let pemasaran Air sungai berpotensi untuk dijadikan sumber air baku R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

69 Komitmen aparatur pemerintah dalam mewujudkan kemandirian daerah (swasembada) Perencanaan daerah secara partisipatif (mengikut sertakan warga, stakeholders dalam seluruh proses pembangunan) sehingga warga merasa memiliki dan ikut bertanggung jawab atas kemajuan daerahnya. Pengelolaan Keuangan Daerah, lebih transparan dan akuntabel Struktur organisasi/lembaga yang saling mengisi dan melengkapi antara Pemerintah Kabupaten (Eksekutif), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Legislatif), Masyarakat Sipil dan Swasta 2. Kelemahan/weakness Masih harus mengimpor produk pangan Produksi ternak dan ikan masih lebih kecil daripada kebutuhan konsumsinya. Pasar komoditi masih bersifat monopoli dan oligopoli (masih dikuasai oleh pemodal besar) Pengolahan lahan maupun produk pertanian masih menggunakan teknologi sederhana Pengorganisasian produksi sektor pertanian dirasa belum efektif sehingga produktifitasnya rendah. Alokasi dana untuk pembangunan yang kurang memadai Terbentur masalah modal/investasi (capital investment) Belum maksimalnya pelaksanaan program terutama pada sasaran yang akan dicapai pada setiap program. Sinkronisasi kerja antar lembaga tidak berjalan. Kemampuan pegawai tidak sesuai dengan kebutuhan (supply demand) Pembinaan tidak mengarah kepada pemberdayaan. Posisi bergaining masyarakat sipil berpihak pada kepentingan personal. Kegiatan masih mengandalkan Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui. (unrenewable resources) Jumlah penduduk sedikit dengan pendidikan rata-rata yang rendah Sistem transportasi belum memadai R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

70 Sarana dan prasarana kabupaten belum memadai (khususnya dalam hal pemasaran) Belum ada koordinasi dinas/badan/unit kerja dalam pengelolaan data/informasi. Renstra dibuat masing-masing pilar pembangunan sehingga dalam implementasinya mengalami kesulitan dalam koordinasi, dan kurang melibatkan secara langsung aparatur penentu kebijakan. Pengembangan skill level medium (fungsi PPL, Balai latihan Kerja) tidak berjalan dan kurang diminati. Kebijakan penyusunan tupoksi belum partisipatif, koordinatif antar dinas atau unit kerja. Struktur organisasi kelembagaan pemerintah daerah masih berdasarkan kemauan. Tupoksi perangkat daerah belum dibuat sesuai dengan kebutuhan dan tidak tegas dilaksanakan. Sinkronisasi kerja antar lembaga tidak berjalan. Keterbatasan melakukan Wasdal. Disiplin individu pegawai rendah. Kemampuan pegawai tidak sesuai dengan kebutuhan. Pembinaan tidak mengarah kepada pemberdayaan. Orientasi dan penempatan pegawai baru tidak berdasarkan placement test. Belum ada koordinasi dinas/badan/unit kerja dalam pengelolaan data/informasi. SDM yang ada belum cukup memadai dari segi kualitasnya. Informasi tidak dapat dikomunikasikan dengan baik untuk manfaat yang lebih besar. Kondisi geografis yang kurang mendukung untuk akses informasi dan komunikasi antar stakeholder. Mekanisme pelaksanaan proyek dengan dasar MoU menjadi beban APBD, dan menyulitkan dari sisi administrasi pertanggung jawabannya. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

71 3. Matriks Evaluasi Faktor Internal Kabupaten Kutai Timur sebagai Pusat Agrobisnis dan Agroindustri tahun 2010 Hasil identifikasi dan evaluasi variabel internal secara kualitatif dapat diketahui, dan tercermin dalam beberapa keunggulan (strengths) maupun kelemahannya (weakness). Untuk memberi gambaran secara jelas tentang profil Kabupaten maka secara kuantitatif dapat dilihat pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Matriks Evaluasi Faktor Internal Kabupaten Kutai Timur sebagai Pusat Agrobisnis/Agroindustri No Faktor- Faktor Internal Utama Bobot Nilai Nilai Tertimbang 1. Lokasi Kabupaten Kutai Timur yang strategis 0,20 4 0,80 2. Perluasan lahan pertanian dan perkebunan menjadi andalan masa depan 0,10 3 0,30 3. Komitmen aparatur pemerintah dalam mewujudkan kemandirian daerah 0,10 3 0,30 (swasembada) 4. Alokasi dana pembangunan yang kurang memadai. 0,10 2 0,20 5. Belum ada koordinasi dinas/badan dalam pengelolaan data /informasi. 0,05 2 0,10 6. Pengembangan skill level medium (fungsi PPL, Balai latihan Kerja) tidak berjalan dan kurang diminati 0,15 2 0,30 7. Belum maksimalnya pelaksanaan program terutama pada sasaran yang akan dicapai 0,10 1 0,10 pada setiap program 8. Terbentur masalah modal/investasi (capital investment) 0,05 2 0,10 9. Sarana dan prasarana kabupaten belum memadai 10. Pengorganisasian produksi sektor pertanian dirasa belum efektif sehingga produktifitasnya rendah. 0,10 1 0,10 0,05 2 0,10 1,0 2,30 R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

72 Masing-masing variabel/faktor diberikan bobot (weight) antara 0,00 (yang paling tidak penting) sampai dengan 1,00 (terpenting), bobot ini mencerminkan seberapa penting peran dari variabel tersebut terhadap keberhasilan kinerja organisasi. Sedangkan nilai (rating) variable dengan rentangan berkisar antara peringkat : 1 (menunujukan symbol dari kelemahan besar), peringkat : 2 menunjukan kelemahan kecil, peringkat : 3 menunjukan kekuatan kecil sampai dengan peringkat : 4 menunjukan kekuatan besar. Hasil akhir matriks ditunjukkan oleh hasil kali bobot dengan nilai (nilai tertimbang = weighted score) sebesar : 2,30 dimana jumlah tersebut masih dibawah nilai rata-rata sebesar : 2,50 dan merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal, sehingga menjadikan kabupaten Kutai Timur sebagai pusat agrobisnis dan agroindustri pada tahun 2010 masih kurang menggembirakan. Berdasarkan review terhadap pelaksanaan visi yang ada dan analisis dari berbagai sektor, serta mempertimbangkan trend yang diprediksi maka dapat ditarik hipotesa sementara bahwa : 1. Hal tersebut diatas dapat dipahami bahwa waktu pelaksanaan untuk merealisasikan visi yang ada, dirasakan terlalu singkat jika dibanding program-program yang harus dijalankan, disamping itu struktur pilar penyangga program prioritas (infrastruktur, pertanian dan sumber daya manusia) masih berjalan secara simultan. Sehingga bila dilihat dari sisi program, sisi pendanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah maupun pelaksanaannya, realisasi visi pada tahun 2010 diprediksi tidak dapat tercapai atau diperlukan periode waktu dan finansial yang mencukupi (privat capital investment). 2. Namun bila dilihat dari konteks kemasyarakatan, orientasi agribisnis dan agroindustri dinilai paling dekat secara khusus pada upaya mewujudkan pemberdayaan masyarakat lapisan bawah, sedangkan bila dilihat dari konteks struktur tata pemerintahan, kebijakan tersebut dapat mewujudkan pemberdayaan pemerintah daerah untuk meningkatkan peran dalam perluasan akses pelayanan dari berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat, mendayagunakan sumber daya produktif agar memiliki nilai tambah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 3. Ditinjau dari konteks kewilayahan (territorial), Kabupaten Kutai Timur memiliki modal sumber daya alam, pemanfaatan sumber daya alam yang dapat diperbaharui dipandang sebagai rekomendasi yang bermanfaat untuk menghitung depresiasi R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

73 sumber daya alam. Penerimaan tahunan dari eksploitasi sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable resources) harus dikonversikan menjadi pendapatan yang tidak terbatas (infinite series of earnings). 4. Membangun ekonomi kerakyatan berbasis pertanian diprioritaskan pada awal pelaksanaan Rencana Jangka panjang Daerah Kutai Timur ( Tahap Pembekalan Dasar) V I S I D A N M I S I VISI Agar seluruh perangkat eksekutif, legislatif, para pemangku kepentingan (stakeholders) dan para pelaku pembangunan, menyepakati suatu konsep tentang karya organisasi publik sebagai dasar keyakinan, bahwa dimasa sekarang dan masa mendatang daerah ini menjadi lebih baik sesuai dengan kehendaknya, dalam bab ini direkomendasikan dalam pernyataan visi Kabupaten Kutai Timur Visi ini merupakan cerminan pemahaman bersama, yang berisi pernyataan tentang maksud, harapan, dan penantian. Pernyataan visi ini dapat diartikan sebagai gambaran umum dari kondisi yang diharapkan dan kemungkinan dapat dilaksanakan, serta diharapkan menjadi dasar dan mampu menjawab pertanyaan dasar ingin menjadi apakah kita Sesuai dengan kebijakan pemberian otonomi daerah yakni agar dimasa yang akan datang daerah otonom mampu mengurusi rumah tangganya sendiri tanpa campur tangan dari pihak eksternal manapun, tanpa mengabaikan kerangka kesatuan dan persatuan di seluruh wilayah Republik Indonesia, maka mewujudkan kemandirian daerah memberikan makna bahwa Kabupaten Kutai Timur sebagai daerah independent atau tidak memiliki ketergantungan yang besar dalam membangunan daerahnya. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator utama keberhasilan pembangunan, namun bukan merupakan indikasi tingkat kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tidak ramah lingkungan, menjadikan masyarakat apatis terhadap seluruh proses pembangunan maupun hasil pembangunan. Di sisi lain menggali potensi sumber daya alam tanpa memikirkan masalah sustainabilitas lingkungan, mengakibatkan potensi kekuatan daerah semakin melemah dan kian terdegradasi, R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

74 sehingga perlu redefinisi terhadap indikator-indikator pengukuran pertumbuhan ekonomi, pola pembangunan berkelanjutan perlu didorong dan dijadikan kajian serta direkomendasikan dalam pernyataan visi. Pada Pembangunan Jangka Panjang Tahap I (PJPT I) telah diupayakan untuk memantapkan pembangunan ekonomi nasional melalui suatu perekonomian yang digerakkan oleh rakyat dan untuk kepentingan rakyat banyak, namun kenyataannya bahwa sistem ekonomi yang ada selama ini belum mencerminkan seperti yang dicita-citakan. Dengan demikian pada era Pembangunan jangka Panjang Tahap II diharapkan makin mewujudkan keadilan dan pemerataan. Pengembangan model ekonomi kerakyatan didasarkan pada pemikiran bahwa sektor usaha swasta cenderung akan mementingkan kepentingan kelompoknya dibanding dengan kepentingan rakyat banyak. Meskipun mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun kurang mampu mencapai sasaran pemerataan, sehingga perlu didorong agar peran ekonomi rakyat yang melibatkan semua pihak berjalan sebagaimana mestinya. Berdasarkan sintesa hasil analisis yang memunculkan isu-isu strategis terhadap prediksi kondisi daerah pada periode 20 tahun dengan selang waktu 5 tahunan, maka dapat ditarik hipotesa sementara bahwa: 1. Kecenderungan/trend PDRB seluruh sektor dari tahun ke tahun menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan sehingga daerah Kutai Timur dipandang cukup potensial untuk berkembang. 2. Pengembangan agribisnis maupun agroindustri akan efektif bila didukung dengan outlet pemasaran serta perangkat sarana dan prasarana serta dukungan pembiayaan yang memadai. 3. Konversi terhadap statement sumber daya alam yang dapat diperbarui masih perlu dikaji ulang mengingat karakteristik terhadap agregat sumber daya tidak dapat dijustifikasi rata. 4. Memperkuat perekonomian melalui pencapaian pemerataan pertumbuhan diseluruh sektor ekonomi dan mempertahankan stabilitas ekonomi akan memperkuat ekonomi lokal. 5. Asumsi bahwa ketersediaan sumber daya alam akan parallel dengan dana perimbangan, sehingga dapat diasumsikan bahwa pada suatu waktu Pemerintah Kabupaten tidak lagi mendapatkan dana untuk pembiayaan pembangunan, sehingga R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

75 perlu kemandirian dalam pembiayaan pembangunan dengan modal perekonomian yang kuat. Berdasarkan asumsi tersebut diatas maka dapat ditarik tiga kata kunci (keywords) dalam merumuskan visi daerah yaitu mandiri, ekonomi dan sumberdaya, sehingga direkomendasikan visi Kabupaten Kutai Timur yakni: Terwujudnya Ekonomi Daerah yang Berdaya Saing dan bertumpu pada Pemanfaatan Sumber Daya Lokal menuju Kemandirian Daerah Penjabaran terhadap rekomendasi visi tersebut antara lain: a. Terwujudnya Ekonomi Daerah yang Berdaya Saing artinya daerah memiliki beberapa komoditas unggulan yang mempunyai kemampuan untuk berkompetisi baik ditingkat regional, nasional maupun global. b. Bertumpu pada Pemanfaatan Sumber Daya Lokal,memberikan arti mampu mengelola potensi sumber daya lokal (SDA dan SDM) secara tepat (bijaksana, lestari dan berkelanjutan) merupakan jaminan terhadap keberlanjutan kegiatan pembangunan serta bagi kehidupan generasi sekarang dan akan datang. c. Membangun kemandirian daerah memberikan makna bahwa Kabupaten Kutai Timur sebagai daerah mandiri (independent region) memiliki kemampuan sendiri atau tidak memiliki ketergantungan besar dalam membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan di daerah. d. Kemandirian daerah bukan hanya terbatas pada kemandirian keuangan pemerintah daerah namun meliputi semua komponen pelakunya termasuk masyarakat luas dan dunia usaha Misi Untuk mewujudkan visi pembangunan daerah Kabupaten kutai Timur masa depan ditetapkan misi pembangunan pembangunan daerah sebagai berikut: 1. Mewujudkan kehidupan masyarakat/sdm yang berkualitas yang ditandai oleh meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui pemenuhan kebutuhan dasar. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

76 2. Mewujudkan perbaikan sistem pemerintahan, pelaksanaan pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat yang berbudaya, berkeadilan, berwawasan kebangsaan dan berbasis pengetahuan. 3. Mewujudkan pengembangan wilayah dalam konteks kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dalam rangka mengurangi disparitas antar wilayah dan sektor pembangunan. 4. Memberdayakan seluruh kekuatan ekonomi daerah terutama sektor economic base yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan hasilnya serta bertumpu pada masyarakat dengan memiliki standar kompetensi pasar/berdaya saing. 5. Mewujudkan sistem dan iklim daerah yang aman,demokratis berdasarkan nilai-nilai budaya lokal serta berketerampilan dan menguasai IPTEK Tujuan dan Sasaran Tujuan pembangunan jangka panjang tahun adalah melaksanakan pembangunan daerah di Kabupaten Kutai Timur selama periode waktu , dalam rangka mewujudkan visi dan misi pembangunan daerah yang hendak dicapai yaitu Terwujudnya Ekonomi Daerah yang Berdaya Saing dan bertumpu pada Pemanfaatan Sumber Daya Lokal menuju Kemandirian Daerah. Sebagai ukuran tercapainya visi dan misi jangka panjang tersebut serta mengacu pada tujuan yang diusulkan, maka pembangunan daerah dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok sesuai sasaran pembangunan bidang/sektor-sektor pembangunan yang berpijak pada isu-isu strategis. Sasaran yang diusulkan adalah: 1. Terwujudnya kehidupan masyarakat/sdm yang berkualitas yang ditandai oleh meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui pemenuhan kebutuhan dasar, ditunjukkan oleh: a. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap sarana dan prasarana fasilitas pelayanan publik yang berkualitas bidang infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan. b. Peningkatan aksesibilitas masyarakat terhadap lapangan kerja, meliputi perluasan dan pengembangan kesempatan kerja, peningkatan kualitas dan R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

77 produktivitas tenaga kerja, serta perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja. 2. Terwujudnya perbaikan sistem pemerintahan, pelaksanaan pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat yang berbudaya, berkeadilan, berwawasan kebangsaan dan berbasis pengetahuan, yang ditandai oleh: a. Penyelenggarakan pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa melalui penerapan prinsip pokok good and clean governance. b. Pembangunan daerah yang berkelanjutan (sustainability), berkesimbangan (equality), dan berkeadilan (fairness) disertai pertumbuhan (growth) ekonomi dan stabilitas fiskal. c. Pembangunan masyarakat (community development) melalui model pemberdayaan (empowerment) dan partisipasi (participatory d. Pembangunan karakter dan kapasitas (character and capacity building) pemerintahan daerah. e. Pengembangan produk perencanaan daerah f. Pengembangan peraturan daerah g. Peningkatan pembiayaan pembangunan h. Pengembangan sistem informasi yang berbasis teknologi mutakhir sesuai kebutuhan daerah 3. Mewujudkan pengembangan wilayah dalam konteks kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal dalam rangka mengurangi disparitas antar wilayah dan sektor pembangunan, yang ditandai oleh: a. Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana pendukung kegiatan wilayah yang selaras dan seimbang dengan peningkatan volume dan aktivitas daerah berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM). b. Peningkatan kerja sama dengan daerah-daerah khususnya daerah hinterland kabupaten kutai timur. 4. Memberdayakan seluruh kekuatan ekonomi daerah terutama sektor economic base yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan hasilnya serta bertumpu pada masyarakat dengan memiliki standar kompetensi pasar/berdaya saing, yang ditunjukkan oleh: R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

78 a. Penciptaan, pengembangan dan peningkatan ekonomi kerakyatan, ekonomi lokal, dan ekonomi masyarakat pesisir. b. Pengembangan sumberdaya lokal (SDA, SDM, dan budaya) secara optimal dan berdaya saing. c. Peningkatan kerja sama dengan investor dan lembaga keuangan pemerintah dan swasta baik dari dalam maupun luar negeri d. Pengembangan pengelolaan perusahaan daerah. e. Pemberian insentif regulasi untuk kemudahan berinvestasi. f. Pemberdayaan potensi ekonomi melalui peningkatan kinerja Forum Koordinasi lembaga pelayanan publik dalam mengoptimalkan sumberdaya ekonomi secara produktif. 6. Terwujudnya sistem dan iklim daerah yang aman,demokratis berdasarkan nilai-nilai budaya lokal serta berketerampilan dan menguasai IPTEK. yang ditandai oleh: a. Perwujudan jaminan sosial dan stabilitas keamanan. b. Pengembangan nilai-nilai budaya dan spiritual. c. Penguasaan teknologi mutakhir sesuai kebutuhan daerah SKENARIO PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG KABUPATEN KUTAI TIMUR Sebagai upaya membuat skenario pengembangan jangka panjang Kabupaten Kutai Timur untuk 20 tahun mendatang dapat diungkapkan sebagai berikut: a. Skenario adalah suatu perkiraan mengenai sesuatu yang akan terjadi dimasa depan, juga suatu rancangan rekayasa suatu tindakan untuk mencapai suatu keadaan yang diinginkan terjadi dimasa depan, atau merupakan suatu garis besar dramatika yang memberikan gambaran karakter dan situasi serta tindakan didalam urutan dimana peristiwa itu terjadi. b. Pengembangan jangka panjang adalah suatu alat yang memberikan/menggunakan skenario untuk merangsang pemikiran kritis dan (kemungkinan) perdebatan publik tentang keadaan di masa depan. c. Skenario pengembangan jangka panjang diberi arti sebagai suatu cerita naratif yang menantang/merangsang pemikiran kritis dan perdebatan publik dan masuk akal yang menggambarkan lorong-lorong pilihan yang mungkin/bisa terjadi menuju kearah suatu kondisi masa depan. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

79 Unsur-unsur skenario dapat diungkapkan sebagai berikut: a. Suatu tafsiran atas situasi kini b. Suatu bayangan/citra tentang situasi masa depan c. Suatu cerita naratif yang secara internal-konsisten tentang lorong-lorong dari kini ke masa depan. Tujuan perencanaan skenario: a. Mengidentifikasi isu/masalah/tantangan b. Mengidentifikasikan isu utama c. Mengembangkan skenario, yang: 1. Memiliki daya tarik/rangsangan kritis 2. Mempunyai kemungkinan terjadi 3. Memusatkan perhatian ke masa depan. Kegunaan perencanaan skenario: a. Menghindari keterkejutan dan menyiapkan diri (masyarakat dan kota) untuk menghadapi berbagai kemungkinan. b. Merancang strategi yang sehat dan masuk akal c. Merangsang pemikiran kritis dan perdebatan publik dalam hal: 1. Memusatkan perhatian pada masa depan, bukannya pada masa kini dan masa lampau. 2. Memusatkan perhatian pada apa yang bisa/mungkin terjadi, bukannya pada apa yang harus atau diharapkan terjadi. Langkah penyusunan skenario a. Menciptakan suasana dan pemikiran terbuka untuk proses pembelajaran bersama membayangkan situasi masa depan. b. Menentukan pusat kepedulian (focal concern) c. Mengidentifikasikan faktor/kekuatan pendorong (driving forces) d. Menganalisis faktor kunci dan menentukan mana yang paling penting dan sangat tidak tertentu (uncertain) e. Memilih kekuatan pendorong yang kritikal untuk menyusun kerangka skenario yang logis. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

80 Jabaran Skenario Kabupaten Kutai Timur a. Skenario Kutai Timur Membangun Secara umum, instrumen pendukung dalam mendorong percepatan pembangunan daerah dalam konteks pengembangan wilayah masih terbatas kuantitas dan kualitasnya, baik yang bersifat fisik maupun non fisik terutama bidang infrastruktur dan sumberdaya manusia. Kebijakan Kutai Timur Membangun dimaksudkan sebagai langkah awal mempersiapkan diri ke masa depan dengan melengkapi berbagai perangkat pendukung yang masih diperlukan sehingga dapat menimbulkan gairah kepada semua komponen daerah untuk melaksanakan pembangunan disegala bidang. Dengan demikian Kabupaten Kutai Timur dipandang representatif sebagai daerah otonom ditinjau dari aspek instrumental, struktural dan kultural, dan pada gilirannya dapat menumbuh kembangkan roda perekonomian daerah karena adanya trust dari masyarakat lokal, nasional dan internasional. b. Skenario Kutai Timur Produksi Segala potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Kutai Timur akan dirasakan manfaatnya oleh semua pemangku kepentingan daerah setelah potensi tersebut memberikan hasil atau nilai tambah terutama bagi masyarakat setempat. Dalam rangka mengoptimalkan potensi sumberdaya lokal yang dimiliki maka diperlukan kinerja investasi yang lebih baik dan meningkat. Untuk itu upaya-upaya good governance kiranya perlu dikorelasikan dengan reinventing government dengan dukungan semua pihak agar Kabupaten Kutai Timur dapat melakukan positioning dan diffrensiasi baik di tingkat regional, nasional maupun internasional karena memiliki keunggulan komparatif yang berdaya saing. Kebijakan Kutai Timur Produksi dengan pengertian bahwa daerah bisa usaha produksi atau bisnis dengan sasaran pada produk daerah yang dapat dijadikan unggulan dalam kompetisi pasar, mampu bertahan terhadap pengaruh negatif krisis ekonomi, dan dapat memacu pengembangan ekonomi lokal disemua sektor. Pembangunan yang dilakukan sebelumnya pada dasarnya merupakan modal investasi yang dapat didayagunakan untuk meningkatkan produktifitas semua sektor. Implikasi dari kebijakan ini dapat memberikan rangsangan positif untuk tumbuh kembangnya kegiatan investasi di daerah sehingga kegiatan ekonomi daerah menjadi lebih dinamis dan berkembang. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

81 c. Skenario Kutai Timur Tumbuh Perkembangan dan pertumbuhan daerah pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan dan pertumbuhan penduduk disertai perubahan dan perkembangan kegiatan kehidupannya. Pesatnya perkembangan dan pertumbuhan daerah tersebut umumnya simultan dengan perkembangan dan pertumbuhan ekonomi daerah, selanjutnya berakibat pada perubahan sosial budaya, sosial ekonomi dan lingkungan fisik yang dapat berdampak positif atau negatif. Kebijakan Kutai Timur Tumbuh dimaksudkan sebagai usaha untuk menanggapi perkembangan dan pertumbuhan daerah agar dapat terkendali sehingga semua bidang pembangunan dapat tumbuh secara harmonis, serasi, selaras dan seimbang serta berkeadilan. Dengan demikian perkembangan dan pertumbuhan tidak hanya terjadi pada wilayah dan sektor tertentu saja namun meliputi semua bidang pembangunan. d. Skenario Kutai Timur Stabil Sebagai upaya untuk menjaga kesinambungan dan keberlanjutan pembangunan diberbagai bidang, stabilitas merupakan faktor utama yang perlu dipertahankan terutama stabilitas ekonomi daerah. Hal tersebut cukup beralasan karena dampak dari tidak stabilnya ekonomi daerah sangat mempengaruhi ruang gerak pembangunan yang menjadi terbatas termasuk berbagai aspek kehidupan dan kegiatan masyarakat lainnya menjadi tidak harmonis. Kebijakan Kutai Timur stabil berarti terjadi keseimbangan antara kapasitas dan kebutuhan sehingga dapat menjadi jaminan bahwa proses pembangunan dapat terus berlanjut. Untuk itu diperlukan upaya-upaya dalam mempertahankan stabilitas ekonomi daerah sehingga daerah tetap exist dan survive dalam berbagai kondisi karena pengaruh internal dan eksternal yang pada gilirannya kemandirian daerah dapat terwujud. R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

82 Gambar 3.1. SKENARIO PENGEMBANGAN JANGKA PANJANG KABUPATEN KUTAI TIMUR R P J P D K a b u p a t e n K u t a i T i m u r

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah 2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah Provinsi Kalimantan Timur dengan ibukota Samarinda berdiri pada tanggal 7 Desember 1956, dengan dasar hukum Undang-Undang

Lebih terperinci

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur

Gambar 22. Peta Kabupaten Kutai Timur 71 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Kabupaten Kutai Timur Kabupaten Kutai Timur terdiri atas 18 Kecamatan dengan luas wilayah 3.877.21 ha. Luas wilayah tersebut

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU 4.1 Kondisi Geografis Secara geografis Provinsi Riau membentang dari lereng Bukit Barisan sampai ke Laut China Selatan, berada antara 1 0 15 LS dan 4 0 45 LU atau antara

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang

GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR. 119º00 Bujur Timur serta diantara 4º24 Lintang Utara dan 2º25 Lintang IV. GAMBARAN UMUM PROPINSI KALIMANTAN TIMUR Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah daratan 198.441,17 km 2 dan luas pengelolaan laut 10.216,57 km 2 terletak antara 113º44 Bujur Timur dan 119º00

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan yang dititikberatkan pada pertumbuhan ekonomi berimplikasi pada pemusatan perhatian pembangunan pada sektor-sektor pembangunan yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan

Lebih terperinci

4.1. Letak dan Luas Wilayah

4.1. Letak dan Luas Wilayah 4.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Lamandau merupakan salah satu Kabupaten hasil pemekaran Kabupaten Kotawaringin Barat. Secara geografis Kabupaten Lamandau terletak pada 1 9-3 36 Lintang Selatan dan

Lebih terperinci

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar

Bupati Murung Raya. Kata Pengantar Bupati Murung Raya Kata Pengantar Perkembangan daerah yang begitu cepat yang disebabkan oleh semakin meningkatnya kegiatan pambangunan daerah dan perkembangan wilayah serta dinamisasi masyarakat, senantiasa

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kota Tasikmalaya dibentuk berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Tasikmalaya nomor 8 tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1. Geografi Lampung Selatan adalah salah satu dari 14 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Lampung. Kabupaten Lampung Selatan terletak di ujung selatan Pulau Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN L aporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj.IP) Kabupaten Kutai Timur ini merupakan perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran strategis pada Tahun Anggaran 2015. LKj.IP Kabupaten

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

5 GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 27 Secara rinci indikator-indikator penilaian pada penetapan sentra pengembangan komoditas unggulan dapat dijelaskan sebagai berikut: Lokasi/jarak ekonomi: Jarak yang dimaksud disini adalah jarak produksi

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 5.1. Letak dan Luas Wilayah Kabupaten Seluma Kabupaten Seluma merupakan salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Lebih terperinci

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN

Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 ABSTRAK BAB I. PENDAHULUAN Magrobis Journal 41 EVALUASI PEMBANGUNAN BIDANG PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2013 Oleh : Thamrin 1), Sabran 2) dan Ince Raden 3) ABSTRAK Kegiatan pembangunan bidang pertanian di Kabupaten

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian dan sektor basis baik tingkat Provinsi Sulawsi Selatan maupun Kabupaten Bulukumba. Kontribusi sektor

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis 3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan regional memiliki peran utama dalam menangani secara langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional. Peranan perencanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi 69 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi Lampung yang letak daerahnya hampir dekat dengan daerah sumatra selatan.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 63 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Berdasarkan Badan Pusat Statistik (2011) Provinsi Lampung meliputi areal dataran seluas 35.288,35 km 2 termasuk pulau-pulau yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang DINAS PETERNAKAN PROV.KALTIM 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah Administratif Provinsi Kalimantan Timur terdiri atas 14 Kabupaten/Kota, namun sejak tgl 25 April 2013 telah dikukuhkan Daerah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang 43 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Umum Kecamatan Sragi a. Letak Geografis Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang ada di

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara

GAMBARAN UMUM. Wilayah Sulawesi Tenggara GAMBARAN UMUM Wilayah Sulawesi Tenggara Letak dan Administrasi Wilayah Sulawesi Tenggara terdiri atas Jazirah dan kepulauan terletak antara 3 o - 6 o Lintang selatan dan 12 45' bujur timur, dengan total

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN 2005-2025 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat

IV. GAMBARAN UMUM Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Wilayah, Iklim dan Penggunaan Lahan Provinsi Sumatera Barat Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pesisir barat Pulau Sumatera dengan ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian

Perekonomian Daerah. 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian 1. KEGIATAN PRODUKSI 1.1. Pertanian Perekonomian Daerah Kegiatan pertanian sampai saat ini masih memberikan peran yang besar terhadap perekonomian Kabupaten Murung Raya. Kegiatan pertanian masih didominasi

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jumlah petani di Indonesia menurut data BPS mencapai 45% dari total angkatan kerja di Indonesia, atau sekitar 42,47 juta jiwa. Sebagai negara dengan sebagian besar penduduk

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Situasi Wilayah Letak Geografi Secara geografis Kabupaten Tapin terletak antara 2 o 11 40 LS 3 o 11 50 LS dan 114 o 4 27 BT 115 o 3 20 BT. Dengan tinggi dari permukaan laut

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN 5.1. Lokasi dan Topografi Kabupaten Donggala memiliki 21 kecamatan dan 278 desa, dengan luas wilayah 10 471.71 kilometerpersegi. Wilayah ini

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional mengamanatkan bahwa setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah secara

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Batang adalah salah satu kabupaten yang tercatat pada wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah. Letak wilayah berada diantara koordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi

BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM A. Gambaran Umum Daerah 1. Kondisi Geografis Daerah 2. Kondisi Demografi BAB I PENDAHULUAN A. DASAR HUKUM Perkembangan Sejarah menunjukkan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblad Nomor : 378). Provinsi Jawa Barat dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI 16 KONDISI UMUM WILAYAH STUDI Kondisi Geografis dan Administratif Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006

KATA PENGANTAR. Atas dukungan dari semua pihak, khususnya Bappeda Kabupaten Serdang Bedagai kami sampaikan terima kasih. Sei Rampah, Desember 2006 KATA PENGANTAR Untuk mencapai pembangunan yang lebih terarah dan terpadu guna meningkatkan pembangunan melalui pemanfaatan sumberdaya secara maksimal, efektif dan efisien perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG (RPJP) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi Kepulauan Riau merupakan provinsi ke-32 yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2002 tanggal 24 September 2002. Secara de jure Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI

4 GAMBARAN UMUM LOKASI 21 4 GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Keadaan Geografis Kabupaten Bulukumba merupakan salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan yang terletak terletak di bagian selatan dengan jarak kurang lebih 153 kilometer dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

Profil Kabupaten Aceh Singkil

Profil Kabupaten Aceh Singkil Ibukota Batas Daerah Luas Letak Koordinat Profil Kabupaten Aceh Singkil : Singkil : Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Subulussalam Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia Sebelah Barat

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 31 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Geografis Wilayah Secara astronomis, wilayah Provinsi Banten terletak pada 507 50-701 1 Lintang Selatan dan 10501 11-10607 12 Bujur Timur, dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

[Type the company name]

[Type the company name] [Type the company name] user [Pick the date] KATA PENGANTAR R PJM Daerah Kota Pontianak Tahun 2010 2014 merupakan penjabaran dari visi, misi dan program prioritas Walikota Pontianak yang akan dilaksanakan

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT.

STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT. STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Statistik Daerah Kecamatan Air Dikit 214 Halaman ii STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 STATISTIK DAERAH KECAMATAN AIR DIKIT 214 Nomor ISSN : - Nomor Publikasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 15 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT DENGAN MENGHARAP

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G Design by (BAPPEDA) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Martapura, 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2011 T E N T A N G RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dititikberatkan pada pertumbuhan sektor-sektor yang dapat memberikan kontribusi pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tujuan pembangunan pada dasarnya mencakup beberapa

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

Pembendaharaan Negara (Lembaran Negara tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355); PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Jangka Panjang tahun 2005 2025 merupakan kelanjutan perencanaan dari tahap pembangunan sebelumnya untuk mempercepat capaian tujuan pembangunan sebagaimana

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah

Lebih terperinci

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 BAB I PENDAHULUAN Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik. Konsekuensi logis sebagai negara kesatuan

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16

Ditulis oleh Administrator Senin, 11 November :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 29 November :16 KOMODITAS DAN SEKTOR UNGGULAN KABUPATEN MALUKU TENGAH Pembangunan ketahanan pangan dan pertanian di Indonesia merupakan focus dari arus utama pembangunan nasional. Secara perlahan diarahkan secara umum

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 34 IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK 4.1 Gambaran Umum Provinsi Lampung Lintang Selatan. Disebelah utara berbatasan dengann Provinsi Sumatera Selatan dan Bengkulu, sebelah Selatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN

BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 24 BAB III DESKRIPSI WILAYAH KAJIAN 3.1. Gambaran Umum Kabupaten Serdang Bedagai Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU - ISU STRATEGIS Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar Pemerintah Daerah senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO 4.1. Keadaan Geografis Kabupaten Karo terletak diantara 02o50 s/d 03o19 LU dan 97o55 s/d 98 o 38 BT. Dengan luas wilayah 2.127,25 Km2 atau 212.725 Ha terletak pada ketinggian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris memiliki potensi pertanian yang cukup besar dan dapat berkontribusi terhadap pembangunan dan ekonomi nasional. Penduduk di Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI TIMUR,

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015 Pada Kamis dan Jumat, Tanggal Lima dan Enam Bulan Maret Tahun Dua Ribu Lima Belas bertempat di Samarinda, telah diselenggarakan Rapat Koordinasi

Lebih terperinci

A. Gambaran Umum Daerah

A. Gambaran Umum Daerah Pemerintah Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Daerah K ota Bandung terletak di wilayah Jawa Barat dan merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat, terletak di antara 107º Bujur Timur dan 6,55 º

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN YAHUKIMO, TAHUN 2013 Nomor Katalog : 9302001.9416 Ukuran Buku : 14,80 cm x 21,00 cm Jumlah Halaman

Lebih terperinci

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG 11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 1/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA TAHUN 2014

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH

BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Nilai (Rp) BAB II KERANGKA EKONOMI DAERAH Penyusunan kerangka ekonomi daerah dalam RKPD ditujukan untuk memberikan gambaran kondisi perekonomian daerah Kabupaten Lebak pada tahun 2006, perkiraan kondisi

Lebih terperinci

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI

KL 4099 Tugas Akhir. Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari. Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau Mansinam Kabupaten Manokwari Bab 2 GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Bab GAMBARAN UMUM LOKASI STUDI Desain Pengamananan Pantai Manokwari dan Pantai Pulau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim) merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia. Deposit batubara di Kalimantan Timur mencapai sekitar 19,5 miliar ton

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN -1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. Kota Semarang terletak LS dan BT, dengan. sebelah selatan : Kabupaten Semarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kota Semarang terletak 6 55-7 6 LS dan 110 15-110 31 BT, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : sebelah utara : Laut Jawa sebelah selatan : Kabupaten

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Amandemen keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat (2) menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Lokasi dan Kondisi Fisik Kecamatan Berbah 1. Lokasi Kecamatan Berbah Kecamatan Berbah secara administratif menjadi wilayah Kabupaten Sleman Provinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi dunia, harga pangan dan energi meningkat, sehingga negara-negara

Lebih terperinci