Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo"

Transkripsi

1 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten Bogor. Kota Bogor memiliki suhu rata-rata tiap bulan 26 C dengan suhu terendah 21,8 C dan tertinggi 30,4 C. Kelembaban udara 70%, curah hujan rata-rata setiap tahun sekitar mm dengan curah hujan terbesar pada bulan Desember dan Januari (BMKG, 2010). Nusantara Polo Club (NPC) memiliki dua bangunan kandang. Kandang pertama disebut dengan kandang Alfa, merupakan kandang bagi kuda yang masih aktif digunakan sebagai atlet polo. Kandang kedua disebut dengan kandang Bravo, di kandang inilah ditempatkan kuda tua pasca atlet yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga dan sebagian untuk kuda kawin, terdapat juga beberapa kuda muda yang sedang dilatih untuk nantinya menjadi kuda polo. Letak kandang Alfa dan kandang Bravo berjarak sekitar 200 meter, dapat dilihat pada Gambar 2. Selain bangunan kandang, NPC juga memiliki lapangan polo, lapangan untuk berkuda (riding), beberapa pastura, ladang rumput untuk pakan, dan bangunan lain yang menunjang kegiatan di NPC, seperti kantor, pos satpam, gudang pakan, ruang peralatan (tack room), mess, dapur, dan lounge bar. Gambar 2. Foto Udara Nusantara Polo Club (Google Earth), A. Kandang Alfa dan B. Kandang Bravo

2 Kuda yang diamati dalam penelitian ini yaitu kelompok kuda non-atlet yang berada di kandang Bravo. Rataan suhu di kandang pengamatan adalah 26 C dengan kisaran C, dan rataan kelembabannya 68% dengan kisaran 50 79%. Data tersebut diperoleh dari hasil pengukuran suhu dan kelembaban dengan menggunakan termo-hygrometer yang ditempatkan di tengah-tengah kandang. Menurut Ensminger (2010), suhu yang nyaman untuk kuda yaitu berkisar antara 7,22-23,88 C, namun yang paling baik pada suhu 12,77 C. Kelembaban yang dapat diterima pada kisaran 50-75%, namun yang paling baik yaitu pada kelembaban 60%. Kepulauan Indonesia termasuk daerah Cibinong, Jawa Barat beriklim tropis, sehingga kisaran suhunya diatas kisaran suhu yang nyaman untuk kuda. NPC memiliki kuda lokal, kuda impor, dan kuda hasil persilangan. Kuda lokal tentunya sudah terbiasa dengan suhu daerah tropis yang cukup tinggi, sehingga cepat untuk beradaptasi. Kuda hasil persilangan kuda lokal dengan kuda impor juga mudah beradaptasi dengan suhu di kandang NPC, karena lahir di Indonesia sehingga sejak awal terbiasa dengan iklim tropis. Kuda impor, yang kebanyakan berasal dari Argentina (negara subtropis), cukup sulit beradaptasi dengan suhu di kandang NPC. Efek negatif bagi kuda impor yang disebabkan karena tingginya suhu, yaitu konsumsi pakannya rendah, sehingga kualitas pakan yang diberikan harus baik. Pemakaian kipas di kandang, memandikan kuda, atau pemberian air minum secara ad libitum merupakan cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi suhu lingkungan yang tinggi. Pengaturan bangunan kandang yang sebagian terbuka juga merupakan cara untuk menjaga kuda tetap nyaman. Dinding kandang yang sebagian terbuka membuat aliran udara mengalir lancar dan mempercepat evaporasi atau pengeluaran panas pada tubuh melalui kulit. Bangunan Kandang Kandang Bravo memiliki dua jenis bangunan kandang, perbedaannya dapat dilihat pada Gambar 3. Kandang pertama (Gambar 3a) ditempati 33 ekor kuda, bangunannya berupa stall individu berukuran 3 x 3 m 2. Materialnya terdiri dari kayu gelondongan, beratapkan kirai bambu, dan berlantai semen dengan alas (bedding) untuk kuda adalah serut gergaji. Wadah pakan berupa drum besar yang dibelah menjadi dua, begitu juga dengan wadah air minum. Air disalurkan dari kran air ke 27

3 drum melalui selang. Bagian atas kandang dilengkapi dengan beberapa kipas angin, yang dinyalakan pada siang hari atau saat suhu lingkungan panas, dan juga dilengkapi dengan beberapa lampu bohlam, yang dinyalakan pada waktu hari gelap. Kondisi kandang ini sudah tidak baik lagi, karena sebagian atapnya bocor, dan kayunya juga sebagian sudah melapuk. (a) (b) Gambar 3. Bangunan Kandang Bravo, (a) Kandang Pertama Bermaterial Kayu, (b) Kandang Kedua Berupa Bangunan Permanen. Kandang pertama ditempati kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir. Kandang individu berukuran 3 x 3 m 2 sudah cukup nyaman bagi jenis kuda yang telah disebutkan sebelumnya, karena sistem kandang di NPC merupakan sistem kombinasi. Sistem kombinasi yaitu pemeliharaan kuda tidak terusmenerus di kandang, tetapi kuda juga dibiarkan beraktivitas diluar kandang, seperti di pastura (McBane, 1994). Pemeliharaan kuda di kandang untuk kuda tua pasca atlet, kuda betina breeding, kuda lokal, dan kuda afkir tidak jauh berbeda. Kuda di kandang hanya untuk berlindung, beristirahat, makan, dan minum. Kuda tua pasca atlet dan sebagian kuda lokal beraktivitas di lapangan atau di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, sedangkan kuda betina breeding, kuda lokal lainnya, dan kuda afkir beraktivitas dengan ditempatkan di umbaran pada pagi hari selama beberapa jam. Pembahasan lebih lanjut mengenai aktivitas kuda dijelaskan pada sub bab berikutnya. Kekurangan pada bangunan kandang pertama yaitu, atap kandang yang bocor menyebabkan lantai tergenang air dan serut gergaji untuk alas lantai kuda (bedding) basah. Alas lantai yang basah dapat menyebabkan kuku kuda menjadi lapuk, sehingga mudah terkikis. Hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan pada 28

4 kuku kuda. Kelebihannya yaitu tiap stall individu hanya dibatasi kayu gelondongan, sehingga kuda tetap dapat berinteraksi dengan kuda lain di sampingnya. Kandang kedua (Gambar 3b) yang ditempati 10 ekor kuda juga berupa stall individu, berukuran 4 x 4 m 2, merupakan bangunan permanen terdiri dari batu bata dan semen, beratapkan seng, berlantai semen dan alasnya serut gergaji. Wadah pakan dan minum juga menggunakan drum, namun beberapa stall memiliki bak air di sudutnya. Kandang kedua ini ditempati kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang dilatih, kuda pejantan breeding, kuda laktasi, dan anak kuda berumur tiga bulan. Setiap stall individu ditempati satu ekor kuda, kecuali kuda laktasi ditempatkan bersama anaknya yang masih menyusu. Pemeliharaan tiap-tiap kuda juga tidak terusmenerus di kandang. Kuda muda dilatih di umbaran setiap pagi atau sore hari, kuda pejantan breeding beraktivitas di jalan sekitar kandang setiap pagi dan sore hari, dan kuda laktasi beserta anaknya ditempatkan di umbaran setiap pagi hari. Ukuran stall individu bangunan kandang kedua lebih luas dibanding kandang pertama. Hal ini cukup baik bagi kuda muda, karena kuda muda lebih suka bergerakgerak didalam kandang. Hal terpenting pada pemeliharaan kuda laktasi dan anaknya, yaitu penyediaan air bersih untuk minum yang selalu tersedia, dan juga alas lantai kandang dijaga agar selalu kering dan pemberiannya lebih banyak. Alas lantai kandang yang tebal diperlukan anak kuda untuk alas tidur dan agar anak kuda merasa hangat. Kondisi bangunan kedua yaitu atapnya tidak bocor, sehingga serut gergaji untuk alas lantai kandang selalu kering, berbeda dengan kandang pertama. Kekurangan pada kandang kedua yaitu, tiap stall dibatasi oleh dinding yang cukup tinggi, sehingga kuda tidak dapat berinteraksi dengan kuda disampingnya. Bangunan kandang di NPC pada umumnya dapat dikatakan baik, karena menurut Suharjono (1990) material untuk membangun kandang kuda sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat, misalnya dari batu dengan campuran bahan beton, kayu yang kuat atau kayu gelondongan (bulat). Pengaturan dinding yang sebagian terbuka juga membuat bangunan kandang memiliki ventilasi yang sempurna. Ventilasi yang sempurna sangat menguntungkan bagi kuda sebab ventilasi berguna untuk mengeluarkan udara kotor (CO 2 ) dari dalam kandang dan menggantikan udara segar (O 2 ) dari luar (Tim Karya Tani Mandiri, 2010). 29

5 Identitas Kuda Jumlah kuda yang diamati selama penelitian adalah 43 ekor yang terdiri dari 21 ekor kuda jantan dan 22 ekor kuda betina. Kuda jantan termuda berumur empat tahun dan yang tertua berumur 30 tahun. Kuda betina termuda berumur tiga bulan, sedangkan kuda betina tertua berumur 30 tahun. Data umur kuda ini, didapat dari perkiraan umur oleh penanggungjawab stable di NPC, bukan dari sertifikat (sertifikat kuda non-atlet di NPC tidak ada, kecuali pejantan breeding poni Argentina). Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi (Bogart dan Taylor, 1977), namun keakuratannya hanya sampai umur 10 tahun, selebihnya sulit menentukan umurnya (Edwards, 2002). Jumlah kuda yang dikelompokkan berdasarkan rentang umur dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Kuda Menurut Rentang Umur dan Jenis Kelamin Umur (tahun) Jumlah kuda (ekor) Jantan Betina Total (ekor) < Total Umur kuda non-atlet di NPC beragam dan tidak merata. Jumlah kuda paling banyak yaitu pada rentang umur 15 tahun yang berjumlah 22 ekor (51,16%), terlihat bahwa lebih daripada setengah jumlah kuda non-atlet merupakan kuda tua. Penggolongan umur kuda di NPC terdiri dari anak kuda, kuda muda, kuda dewasa, dan kuda tua. Kuda yang berumur kurang dari dua tahun masih disebut sebagai anak kuda (foal), dikarenakan kuda belum dewasa kelamin. Kuda biasanya telah mencapai kematangan seksual pada umur dua tahun. Kuda umur dua hingga enam tahun disebut sebagai kuda muda (middle years) yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan, kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995). Umur tujuh hingga 14 tahun, sudah dapat dikatakan kuda dewasa, kuda dewasa di NPC berjumlah 11 ekor. Seekor kuda mulai menjadi tua ketika telah berumur sekitar 15 tahun (Kidd, 1995). 30

6 Aktivitas dominan dari kuda tua (umur 15 tahun) yaitu disewakan ke pengunjung, dalam sehari kuda ini dapat beraktivitas selama menit. Hal ini membuat postur tubuh kuda tua berbeda dengan kuda dengan umur di bawah 15 tahun. Kuda tua yang sudah lama menjadi kuda polo atau kuda olahraga, seluruh tubuhnya (tulang, otot, kaki, dan tulang belakang) dapat bergerak dengan lentur dan dinamis, karena latihan rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun (Pilliner, 1993). Kuda olahraga tua saat ditunggangi, gerakannya tidak kaku, dan lebih mudah dikendalikan. Otot-otot pada kuda olahraga tua lebih terlihat dan telah terbentuk sepenuhnya, berbeda dengan kuda yang masih bertumbuh (umur 2-6 tahun). Perototan pada kuda muda belum terlihat dengan jelas, postur tubuhnya juga lebih kecil dari kuda tua. Kuda yang sedang bertumbuh baru boleh dilatih pada umur tiga tahun (Suharjono, 1990), pada awal latihan kuda muda sulit untuk dikendalikan, setelah bisa ditunggangi pun gerakannya masih kaku. Hal ini membuat penunggang yang menaiki kuda olahraga muda harus lebih berhati-hati dibandingkan dengan yang menaiki kuda olahraga tua. Salah satu hal yang harus dihindari saat menunggangi kuda olahraga muda yaitu dengan tidak membuat gerakan tiba-tiba (mendadak), apabila kuda terkejut maka dapat membahayakan penunggang dan kuda itu sendiri. Bangsa kuda non-atlet juga lebih beragam, namun bangsa yang dominan adalah poni Argentina. Jumlah kuda non-atlet menurut pengelompokan bangsanya dapat dilihat pada Tabel 3. Bangsa kuda yang paling banyak dipelihara adalah poni Argentina sejumlah 25 ekor, yang terdiri dari kuda jantan sebanyak 12 ekor dan betina 13 ekor. Kuda ini didatangkan dari Brunei Darusallam pada tahun 2007, setelah mengikuti SEA GAMES di Thailand. Kuda ini tidak lagi dijadikan kuda atlet, karena umurnya sudah tua. Menurut beberapa petugas, kuda poni Argentina ini kualitasnya sangat baik, walaupun sudah tua namun stamina dan kemampuannya bermain polo tidak kalah dengan kuda atlet yang masih muda. Kualitasnya dikatakan sangat baik karena kuda tersebut murni keturunan poni Argentina, atau kedua tetuanya merupakan bangsa poni Argentina. 31

7 Tabel 3. Jumlah Kuda Menurut Bangsa dan Jenis Kelamin Bangsa Jantan (ekor) Jenis Kelamin Betina (ekor) Jumlah (ekor) Poni Argentina G Thoroughbred 2-2 Poni lokal (sumba) G Sandelwood G2-1 1 G4 1-1 Poni polo Total Keterangan : G1= persilangan betina poni lokal dengan pejantan Thoroughbred, G2= persilangan betina G1 dengan pejantan Thoroughbred, G3= persilangan betina G2 dengan pejantan Thoroughbred, G4= persilangan betina G3 dengan pejantan Thoroughbred, poni polo= persilangan betina Sandelwood dengan pejantan poni Argentina. Karakteristik kuda poni Argentina yaitu kepala lebar dengan mata yang lebar dan telinga tegak. Otot leher dan dada lebar, punggungnya pendek dan dalam. Paha relatif pendek namun kuat, dan kakinya kecil namun keras. Warna bulu biasanya solid dan kebanyakan berwarna coklat keabuan. Karakteristik kuda Thoroughbred yaitu umumnya kepala tampak elegan dan cerdas. Leher melengkung dan bahu miring mengarah ke belakang. Dada yang dalam dan tampak kuat (Kidd, 1995). Kuda hasil persilangan kuda poni lokal dengan Thoroughbred memiliki karakteristik menyerupai Thoroughbred namun proporsi tubuhnya sedikit lebih kecil daripada Thoroughbred. Karakteristik kuda poni lokal, yaitu kepala kecil, telinga tegak, dan mata yang terlihat cerdas. Leher yang pendek berotot, dada yang dalam dan panjang, punggung lurus, dan croup yang menonjol (Equinekingdom, 2007). Salah satu alasan dibangunnya peternakan kuda ini karena pemilik sangat menyukai kuda dan olahraga polo. Kuda yang diamati memang tidak lagi digunakan sebagai kuda atlet, namun kuda masih dipelihara dan dimanfaatkan. Pemilik tidak berminat menjual kuda yang dipeliharanya, apabila ada kuda yang mati maka yang dilakukan adalah mengautopsi kemudian mengubur kuda tersebut. 32

8 Kuda tua pasca atlet dimanfaatkan sebagai kuda olahraga, disewakan kepada pengunjung yang datang untuk berlatih berkuda (riding) atau bermain polo. Kuda betina olahraga juga dimanfaatkan sebagai kuda breeding. Hampir semua kuda olahraga berbangsa Poni Argentina dan termasuk kuda tua, karena umurnya lebih dari 14 tahun. Sebelumnya telah disebutkan bahwa semua kuda betina poni Argentina yang disewakan kepada pengunjung juga dimanfaatkan sebagai kuda breeding, kuda dikawinkan dengan pejantan poni Argentina. Kegiatan ini diharapkan dapat menghasilkan anak-anak kuda bangsa Poni Argentina yang nantinya akan menjadi kuda polo berkualitas baik, namun hal ini tidak terjadi di NPC. Penyebabnya adalah karena kuda betina poni Argentina masih melakukan aktivitas rutinnya sebagai kuda olahraga. Aktivitas rutin yang dilakukan ternyata mengganggu siklus birahi kuda. Menurut Suharjono (1990), sebaiknya kuda betina bekas kuda pacu atau olahraga harus diistirahatkan dahulu selama enam bulan sebelum dipersiapkan untuk kawin. Selain kuda olahraga dan breeding, terdapat pula kuda muda berumur 4-5 tahun yang sedang dilatih menjadi kuda polo. Kuda tersebut berbangsa G1, G2, G3, dan G4. Kuda ini memiliki darah Thoroughbred dan bagus dijadikan kuda pacu, namun karena pemilik ingin kuda miliknya menjadi kuda polo, maka latihan yang diberikan merupakan latihan untuk kuda polo. Kualitas permainan kuda muda ini belum diketahui, karena selama pengamatan kuda masih dalam proses pelatihan. Terdapat juga kuda yang tidak dimanfaatkan, hanya dipelihara saja (kuda afkir). Pemeliharaan yang dilakukan tentu berbeda sesuai dengan kegunaan dan kondisi fisiologis masing-masing kuda. Pemeliharaan dan pemanfaatan kuda akan dibahas dalam sub bab tersendiri. Tidak semua kuda di NPC merupakan milik Prabowo Subianto (pendiri NPC). Dari 43 ekor kuda, sebanyak 28 ekor adalah milik pribadi dan 15 ekor lagi merupakan kuda yang dititipkan untuk dirawat di NPC. Pemilik kuda tersebut antara lain, pengunjung (guest) yang biasa menyewa kuda di NPC, ajudan Prabowo, pemilik Jagorawi Golf Country Club (JGCC), dokter hewan, dan salah satu atlet. Pemeliharaan Kuda Urutan kegiatan pemeliharaan kuda olahraga pada pagi hari adalah sebagai berikut: kegiatan dimulai pukul WIB, pertama kuda disikat (brushing) atau 33

9 diroskam, kemudian exercise yaitu walking selama kira-kira 45 menit, apabila pada saat itu merupakan jadwal kuda untuk disewakan maka kegiatan walking diganti dengan kegiatan bersama pengunjung (guest), bisa berupa riding, stick and ball atau pertandingan polo. Kegiatan bersama pengunjung biasanya selama 45 menit hingga satu jam. Selesai melakukan kegiatan tersebut tentu kuda berkeringat, kuda diistirahatkan sebentar lalu dimandikan, kemudian kuda dikeringkan diluar kandang, sambil menunggu kuda kering petugas akan membersihkan kandang kuda, setelah itu kuda kembali dimasukkan ke kandang, dan diberi pakan. Kegiatan pada sore hari yang dimulai pukul WIB sama dengan kegiatan pada pagi hari. Kuda yang telah disewakan pada pagi hari dapat disewakan kembali pada sore hari, dan apabila kuda tidak dipergunakan pengunjung maka kegiatan yang dilakukan kuda adalah exercise. Jadi, dalam sehari kuda melakukan kegiatan walking atau bersama pengunjung selama 90 hingga 120 menit, dan diusahakan tidak lebih dari 120 menit karena kuda akan kelelahan dan menyebabkan turunnya stamina. Kuda olahraga betina, kegiatannya juga sama seperti yang telah diuraikan diatas, walaupun dimanfaatkan juga sebagai kuda breeding. Kegiatan kuda pejantan breeding sama dengan kegiatan kuda olahraga, namun perbedaannya kuda pejantan tidak disewakan kepada pengunjung. Untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan, kegiatan pemeliharaannya yaitu kuda ditempatkan di umbaran (paddock) dari pukul WIB. Sementara itu, petugas akan membersihkan kandang kuda. Pukul WIB, kuda dimandikan, setelah kering dimasukkan ke kandang, kemudian diberi pakan. Pemeliharaan pada sore hari, hanya pembersihan kandang dan pemberian pakan. Kuda laktasi dan anak kuda juga ditempatkan di umbaran pada pukul WIB selama menit. Induk kuda dan anaknya memerlukan tempat umbaran yang agak luas, karena anaknya harus membiasakan diri berlari. Anak kuda sampai usia dua tahun memerlukan tempat umbaran cukup luas, karena di tempat itulah proses pertumbuhannya dibentuk (Suharjono, 1990). Pemeliharaan kuda muda yang sedang dilatih (training) juga sama dengan kuda olahraga, namun kegiatan exercise pada kuda training berbeda. Pola latihan kuda termasuk kuda training akan dibahas dalam sub bab tersendiri. 34

10 Perawatan kuda seperti menyikat (brushing) bulu kuda, biasanya disebut roskam atau grooming, dilakukan agar bulu kuda tidak cepat rontok. Kuda yang harus rutin diroskam adalah kuda impor (poni Argentina dan Thoroughbred), karena kuda impor memang lebih rentan mengalami kerontokan bulu dibanding kuda lokal. Terlebih kuda impor tua, jika tidak dirawat dengan baik bulunya mudah rontok dan menjadi kasar. Grooming lebih dari sekedar menjaga kebersihan kuda, melainkan merangsang sirkulasi darah dan getah bening dan memberikan kilau pada bulu kuda dengan membawa minyak alami ke permukaan (Pilliner, 1994). Kegiatan untuk menjaga kebersihan kuda dapat dilihat pada Gambar 4. (a) (b) Gambar 4. Kebersihan Kuda, (a) Alat Roskam dan Sikat, (b) Petugas Memandikan Kuda Penyikatan dilakukan dengan alat roskam dan sikat seperti diperlihatkan pada Gambar 4(a). Pemandian kuda meliputi pembersihan tubuh kuda dan pencungkilan kotoran pada kaki atau tapal kuda. Petugas memakai sabun cuci piring untuk membersihkan kuda saat mandi. Menurut petugas, seharusnya surai (rambut pada tengkuk kuda) dan ekor kuda dibersihkan dengan sampo yang biasa dipakai manusia untuk melembutkan, namun hanya kuda atlet yang menggunakan sampo, sedangkan kuda non-atlet tidak. Kegiatan memandikan kuda dapat dilihat pada Gambar 4(b). Kegiatan rutin yang lain untuk pemeliharaan kuda, yaitu penapalan dan pencukuran kuda. Tapal yang dipasang akan melindungi kaki kuda dari batu dan kerikil atau benda tajam yang terinjak, benda-benda tersebut dapat menyebabkan luka pada kaki, kerusakan kuku, bahkan menimbulkan penyakit kuku pada kuda. Pemasangan sepatu kuda (tapal) atau penggantian tapal kuda dilakukan sebulan 35

11 sekali, sedangkan untuk kuda betina breeding dan kuda yang tidak dimanfaatkan tidak dilakukan pemasangan tapal, anak kuda (foal) juga belum dipasang tapal. Kegiatan penapalan kuda beserta peralatan yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 5. (a) (b) (c) Gambar 5. Kegiatan Penapalan Kuda, (a) Alat-alat penapalan, (b) Sepatu Kuda (Tapal), (c) Pemasangan Tapal Kuda Pencukuran surai dan rambut pada pangkal ekor kuda dilakukan dua minggu sekali atau ketika bulu surai dan rambut ekor terlihat mulai memanjang. Pencukuran tidak dilakukan pada kuda betina breeding, untuk kuda betina olahraga tetap dilakukan penapalan dan pencukuran, walaupun sesekali dikawinkan. Kuda betina yang hanya dimanfaatkan untuk breeding tidak dicukur karena untuk membantu proses pengawinan kuda. Menurut petugas apabila surai kuda betina breeding dicukur, maka tidak ada pegangan kuda pejantan untuk menaikinya, kuda pejantan tidak bisa bertahan lama saat menaiki kuda betina karena licin. Namun untuk kuda pejantan sendiri dilakukan pencukuran, karena surai yang dicukur merupakan ciri khas pejantan poni polo. Pencukuran dilakukan dengan alat cukur elektrik berukuran besar. Pada saat kuda olahraga melakukan kegiatan bersama pengunjung, maka rambut ekornya akan dipilin rapi kemudian diikat agar ekornya tidak mengganggu penunggangnya selama beraktivitas. Kegiatan penapalan dan pencukuran pada masing-masing jenis kuda dapat dilihat pada Tabel 4. Pembersihan kandang yaitu mengambil kotoran kuda dan serut gergaji yang kotor dan basah karena tercampur kotoran atau urine kuda, kemudian diganti dengan serut gergaji yang bersih. Kotoran dikumpulkan didalam karung, kemudian ditumpuk di suatu tempat terbuka, dibiarkan terkena hujan dan panas matahari agar melapuk. 36

12 Biasanya kotoran kuda tersebut digunakan oleh petugas yang bekerja di tempat golf, untuk menyuburkan rumput di lapangan golf. Selain itu kotoran kuda juga disebar di ladang rumput untuk pakan kuda. Tabel 4. Kegiatan Penapalan dan Pencukuran Kuda Jenis Kuda Penapalan Kuda Pencukuran Kuda Keterangan Kuda olahraga Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Kuda pejantan breeding Kuda betina breeding, afkir, laktasi, dan anak kuda Tapal dilepas saat dikawinkan (betina) Rutin 1x/bulan Rutin 1x/2 minggu Tapal dilepas saat dikawinkan Tidak dilakukan Tidak dilakukan Kuda training Rutin 1x/bulan Belum rutin dilakukan - Pemasangan tapal sejak kuda mulai dilatih Pakan Kuda Pemberian pakan merupakan salah satu kegiatan penting dalam pemeliharaan kuda. Kegiatan ini dilakukan setiap pagi dan sore hari, pakan kuda berupa rumput, konsentrat, dan tambahan makanan lain, seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Rumput yang diberikan yaitu jenis Brachiaria mutica yang sudah dilayukan selama sekitar setengah hari di bawah matahari. Tiap ekor kuda diberi 20 kg rumput dalam sehari, masing-masing 10 kg pada pagi dan sore hari. Kuda laktasi diberi 40 kg rumput, setiap pagi dan sore hari masing-masing 20 kg. Anak kuda hanya mengkonsumsi susu, tetapi sedikit-sedikit mulai mengkonsumsi rumput. Kuda yang ditempatkan di umbaran sebenarnya mengkonsumsi lebih daripada 20 kg rumput dalam sehari, karena kuda bebas mengkonsumsi atau merumput. Kuda laktasi pun mengkonsumsi rumput lebih daripada 40 kg dalam sehari dengan alasan yang sama. Rumput di umbaran yang dikonsumsi kuda berjenis Cynodon dactylon. Konsentrat yang diberikan merupakan produksi Royal Horse dengan merk FRINGAN. Pemberian konsentrat berbeda-beda takarannya untuk setiap ekor sesuai dengan kegunaan kuda tersebut dan juga fungsi fisiologisnya. Perbedaan pemberian konsentrat dan mineral pada kuda dengan pemanfaatan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 5. 37

13 Tabel 5. Pemberian Pakan Konsentrat dan Mineral pada Kuda Jenis Kuda Konsentrat (kg) Mineral (gram) Jumlah Pagi Sore (kg) Pagi Sore Jumlah (gram) Kuda olahraga Kuda pejantan 2,5 2, Kuda lokal Kuda laktasi 0,5 0, Kuda lokal diberi pakan konsentrat lebih sedikit, karena bobot badannya lebih kecil dibanding kuda impor atau keturunannya. Konsentrat yang diberikan sudah dicampur dengan mineral (Ca, elektrolit) dan garam masing-masing sebanyak lima gram untuk setiap pemberian konsentrat, jadi dalam sehari kuda diberi tambahan mineral 10 gram dan juga garam 10 gram. Untuk kuda laktasi sendiri, mineral yang diberikan jumlahnya dua kali lipat kuda biasa, jadi dalam sehari diberikan 20 gram mineral. Kebutuhan kalsium tambahan terjadi pada akhir kebuntingan dan selama laktasi (NRC, 1989). Menurut Suharjono (1990), pemberian pakan kuda bentuk pellet (konsentrat) untuk kuda olahraga sebanyak 3,75 kg pada pagi hari dan 4,5 kg pada sore hari. Pemberian konsentrat untuk kuda istirahat sebanyak 3,75 kg pada pagi dan sore hari. Kuda istirahat meliputi kuda betina yang tidak bunting, pejantan sesudah masa kawin, kuda pacu dan olahraga yang tidak dilatih karena cedera atau sedang memperbaiki kondisi. Jumlah konsentrat yang diberikan untuk kuda di NPC, takarannya lebih sedikit dibandingkan dengan menurut Suharjono (1990). Selisih jumlah konsentrat yang diberikan untuk kuda olahraga sebesar 2,25 kg. Kuda lokal dianggap sebagai kuda istirahat, selisih jumlah konsentrat yang diberikan sebesar 3,5 kg. Kuda di NPC diberikan mineral tambahan berupa kalsium, karena konsentrat dan dedak mengandung sedikit kalsium, sehingga kuda membutuhkan tambahan kalsium. Menurut Pilliner (1992), kuda dewasa dalam sehari dapat diberi tambahan kalsium sebanyak 23 gram, kuda laktasi sebanyak 33 gram, dan anak kuda berumur tiga bulan sebanyak 37 gram. Pemberian kalsium untuk kuda dewasa di NPC lebih sedikit, dan anak kuda berumur tiga bulan belum diberikan kalsium. 38

14 (a) (b) Gambar 6. Pakan Kuda, (a) Rumput Brachiaria mutica, (b) Konsentrat Royal Horse FRINGAN Pemberian wheat bran untuk semua kuda dilakukan tiga kali dalam seminggu, yaitu pada setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat masing-masing kuda sebanyak 0,5 kg. Wheat bran atau dedak gandum merupakan by-product dari penggilingan gandum, seratnya tidak mudah dicerna (Pilliner, 1992). Pemberiannya dicampur terlebih dahulu dengan konsentrat, setiap pagi dan sore hari masing-masing sebanyak 0,25 kg. Pejantan breeding diberi tambahan oat sebanyak 0,25 kg, setiap pagi dan sore hari masing-masing sebanyak 0,125 kg. Oats adalah biji-bijian yang dijadikan pakan kuda dan biasa ditambahkan pada semua ransum konsentrat, tinggi kandungan serat, namun energi yang tercerna (digestible energy) rendah (Pilliner, 1992). Oat adalah biji-bijian yang merupakan sumber energi dari ransum konsentrat (Pilliner, 1993). Selain itu, konsentrat untuk pejantan juga suka dicampur dengan sebutir telur dan satu sendok madu untuk menambah energi saat musim kawin. Analisis Zat Makanan Pakan yang diberikan pada ternak kuda, yaitu rumput, konsentrat, wheat bran, dan oat. Sampel dari masing-masing pakan diteliti di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB, untuk diketahui analisa zat makanannya dan kandungan gross energy (GE). Hasil analisis proksimat (berdasarkan bahan kering) pada kelima jenis pakan yang diberikan pada kuda diperlihatkan pada Tabel 6. Nilai protein kasar (PK) yang didapat dari hasil analisis dapat digunakan untuk mengetahui besarnya konsumsi PK masing-masing kuda. 39

15 Tabel 6. Analisis Proksimat Pakan Kuda (Berdasarkan Bahan Kering) Pakan Hasil Analisa Kimiawi (%) BK* Abu PK* SK* LK* Bet-N* GE* (Kcal/kg) Rumput 65,24 9,99 7,36 44,03 1,16 37, Konsentrat 88,17 9,87 14,69 18,67 4,39 52, Wheat bran 86,64 4,81 19,94 15,20 3,60 56, Oat 89,56 2,81 15,45 10,67 2,78 68, Keterangan: *BK= Bahan Kering, PK= Protein Kasar, SK= Serat Kasar, LK= Lemak Kasar, Bet-N= Bahan Extrak Tanpa Nitrogen, dan GE= Gross Energy (Energi Bruto) Sumber: Hasil Analisa Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pakan IPB (2010) Berdasarkan perhitungan total pakan yang dikonsumsi dengan kandungan PK berdasarkan BK dari masing-masing pakan, didapat konsumsi PK untuk masingmasing kuda seperti diperlihatkan pada Tabel 7. Tabel 7. Konsumsi PK Berdasarkan Jenis Kuda Jenis Kuda Konsumsi PK (gram/ekor/hari) Tanpa Wheat Bran Dengan Wheat Bran NRC (1989) Kuda olahraga 1739,1 1824, Kuda pejantan poni Argentina 1640,9 1726,6 820 Kuda laktasi* 2050, Kuda lokal* 1479,1 1564,8 536 Keterangan: * Ditempatkan di umbaran pada pagi hari Tabel 7 menunjukkan jumlah konsumsi PK masing-masing kuda dengan wheat bran serta tanpa wheat bran, karena wheat bran hanya diberikan setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Konsumsi PK yang dihitung tidak termasuk rumput yang dikonsumsi kuda di umbaran. Menurut NRC (1989), kebutuhan PK masing-masing kuda dalam sehari sebagai berikut: kuda pekerja intensif atau dapat dikatakan kuda olahraga (seperti kuda pacu dan polo) sebesar 1312 gram per ekor, kuda pejantan 820 gram per ekor, kuda laktasi 1427 gram per ekor, dan kuda poni lokal (kuda istirahat) 536 gram per ekor. Kuda pekerja intensif membutuhkan PK yang lebih tinggi dibanding kuda pejantan, karena energi dari makanan yang digunakan oleh kuda pekerja lebih tinggi dibanding kuda pejantan. Aktivitas kuda pekerja intensif dalam sehari lebih berat dan 40

16 lebih lama dibandingkan dengan kuda pejantan. Kebutuhan PK kuda laktasi juga tinggi karena produksi susu pada kuda laktasi menambah kebutuhan nutrien protein dan kalsium (Ca). Berdasarkan Tabel 7, kebutuhan PK masing-masing kuda sudah terpenuhi. Jumlah protein yang terkandung dalam ransum yang diberikan melebihi kebutuhan PK kuda menurut NRC (1989). Apabila kebutuhan potein bagi kuda yang sedang bertumbuh terpenuhi, maka pertumbuhan badan, otot, dan tulangnya akan baik. Bulunya bagus (mengkilat dan tidak mudah rontok) dan energi yang diperlukan untuk beraktivitas juga tercukupi. Hal ini dibuktikan di NPC, kuda yang sedang bertumbuh mengalami peningkatan bobot badan per hari yang cukup tinggi, pertumbuhannya otot dan tulangnya baik (tidak mudah cidera), dan bulu kuda muda terlihat mengkilat dan tidak mudah rontok. Konsumsi PK kuda pejantan poni Argentina dua kali lebih banyak dari kebutuhan PK menurut NRC (1989), hal ini menyebabkan pertambahan bobot kuda pejantan per hari cukup tinggi, padahal kuda melakukan exercise selama 60 menit setiap hari dan setiap bulan dikawinkan sebanyak 4-8 kali. Pemberian zat makanan yang melebihi kebutuhan dapat menyebabkan kegemukan dan tingkat birahi pada kuda pejantan menjadi rendah. Hal ini dapat diatasi dengan mengurangi pemberian rumput, karena setengah dari jumlah protein berasal dari rumput. Rumput yang diberikan sebanyak 13,05 kg bobot kering. Menurut Pilliner (1992), kuda pejantan breeding diberikan pakan rumput sebanyak tujuh kilogram dalam sehari. Kuda tua yang diberikan protein melebihi kebutuhannya, akan menyimpan zat makanan tersebut dalam bentuk daging atau lemak. Kebanyakan kuda tua di NPC merupakan kuda olahraga yang melakukan aktivitas rutin seperti berlari atau bermain polo setiap harinya. Aktivitas tersebut membutuhkan energi yang cukup tinggi. Apabila jumlah protein dalam pakan yang diberikan kurang, maka tidak ada kelebihan zat makanan yang dapat disimpan sebagai cadangan, dan kuda dapat mengalami penurunan bobot badan. Hal ini tidak terjadi di NPC, kuda tua masih dapat dimanfaatkan untuk berkuda di NPC, walaupun umur kuda mencapai 30 tahun. Penampakan tubuh kuda terlihat baik, stamina tetap terjaga, dan tidak terjadi kasus kematian pada kuda tua selama pengamatan. 41

17 Pertambahan Bobot Badan Bobot badan (BB) kuda didapat melalui pengukuran panjang badan (PB) dan lingkar dada (LD) yang selanjutnya diestimasi dengan rumus (Pilliner, 1992): BB (kg) = (LD (cm)) 2 x PB (cm) 8717 Walaupun nilai bobot badan yang didapat tidak begitu akurat, namun metode ini cukup cepat dan mudah dilakukan untuk membantu pengamatan terhadap kondisi kuda. Pengukuran bagian tubuh kuda untuk mengestimasi bobot badannya dilakukan pada awal dan akhir penelitian, atau selama dua bulan. Perubahan bobot badan kuda yang diamati hanya pada kuda yang masih bertumbuh atau yang berumur kurang daripada sembilan tahun. Menurut Bogart dan Taylor (1977), gigi permanen kuda berhenti bertumbuh pada umur delapan tahun. Hal ini menandakan pertumbuhan fisik kuda juga tidak lagi bertumbuh setelah kuda berumur delapan tahun. Identitas kuda dan hasil yang didapat dari perubahan bobot badan kuda (umur 8 tahun) yang terukur selama dua bulan pengamatan (61 hari) diperlihatkan pada Tabel 8. Tabel 8. Perubahan Bobot Badan Kuda (Umur 8 Tahun) Berdasarkan Identitas dan Konsumsi Pakan No. Nama Kuda Umur (tahun) Bangsa Kuda Konsumsi Pakan (kg/ekor/hari) PBB (kg/ekor/hari) R* K* WB* O* 1 Blase 4 G ,5-0,14 2 Nona Rambo 4 G ,5-0,52 3 Turangga 4 G ,5-0,21 4 Buttercup 4 G ,5-0,71 5 Tiffany 4 Kuda sumba ,5-0,00 6 Tuama 5 G ,5-0,09 7 Gayatri 5 G ,5-0,13 8 Trillionare 6 Poni Argentina ,5 0,25 0,25 9 Thypon West 7 Poni Argentina ,5 0,25 0,33 10 Happy Road 8 Poni Argentina ,5 0,25 0,30 11 Jenggo** 8 G ,5 - -0,06 Keterangan: * R = Rumput, K = Konsentrat, WB = Wheat bran (pemberian hanya setiap hari Senin, Rabu, dan Jumat), O = Oat ** ditempatkan di umbaran (pukul ) 42

18 Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa kuda yang mengalami peningkatan bobot badan jumlahnya lebih banyak dibanding kuda yang mengalami penurunan bobot badan. Kuda yang mengalami peningkatan bobot sebanyak sembilan ekor dari 11 ekor kuda atau 81,82%, sedangkan kuda yang mengalami penurunan bobot badan sebanyak satu ekor atau 9,09%. Sementara satu ekor kuda atau 9,09% tidak mengalami penurunan atau peningkatan bobot badan. Nilai pertambahan bobot badan (PBB) kuda yang berumur empat tahun ratarata cukup tinggi dibanding nilai PBB kuda yang berumur di atas empat tahun. Hal ini dikarenakan hewan muda memiliki tingkat metabolisme yang lebih tinggi dibandingkan kuda dewasa dan kuda tua (Hogan, 1996). Aktivitas kuda muda hanya exercise selama 20 menit setiap hari, sehingga pakan yang dikonsumsi tidak banyak digunakan untuk aktivitas, melainkan menambah bobot badan kuda muda. Rataan PBB kuda bernama Blase tidak setinggi kuda lain yang berumur empat tahun, dikarenakan Blase mengalami masalah pencernaan. Pakan yang dikonsumsi tidak tercerna dengan baik, sehingga fesesnya agak cair (mencret). Kuda yang masih bertumbuh seharusnya mengalami peningkatan bobot badan, terlebih kuda muda. Pakan yang diberikan juga memenuhi kebutuhan PK kuda, namun salah satu kuda muda berumur empat tahun, yaitu Tiffany tidak mengalami pertambahan bobot badan, dan ternyata Tiffany merupakan kuda sumba. Kuda poni lokal yang berukuran kecil pertumbuhan badannya lebih lambat dibanding kuda impor atau keturunannya. Masalah kesehatan juga dapat menyebabkan kuda tidak mengalami pertambahan bobot badan. Kuda pada umumnya dewasa pada umur enam tahun (Kidd, 1995). Tiga kuda poni Argentina yang berumur 6-8 tahun (Trillionare, Thypon West, Happy Road), memiliki nilai PBB yang juga cukup tinggi, walaupun termasuk kuda dewasa. Hal ini dapat disebabkan pejantan poni Argentina diberi pakan oat sebanyak 0,25 kg per hari, pemberian oat dapat menambah asupan gizi pada kuda pejantan poni Argentina. Selain itu, seekor kuda G1 berumur delapan tahun (Jenggo) mengalami penurunan bobot badan sebanyak 0,06 kg per hari, padahal Jenggo juga ditempatkan di umbaran setiap pagi hari selama kurang lebih tiga jam. Kuda yang mengalami penurunan bobot badan dapat disebabkan beberapa hal, seperti masalah kesehatan yang membuat nafsu makan berkurang. Salah satu gejala pertama dari masalah 43

19 apapun biasanya adalah rendahnya nafsu makan atau bahkan tidak mau makan sama sekali (Blakely dan Blade, 1994). Dengan mengetahui informasi pertumbuhan bobot badan kuda, maka kondisi atau kesehatan kuda secara umum dapat diketahui. Ketidakdisiplinan petugas yang memberi pakan juga dapat menjadi salah satu penyebabnya. Namun, nilai pendugaan bobot badan yang didapat juga sangat dipengaruhi oleh keakuratan pengukuran panjang badan dan lingkar dada, karena posisi tubuh kuda yang tidak tegak dapat menurunkan atau menaikkan ukuran panjang badan kuda. Pemanfaatan Kuda Kuda non-atlet di NPC dimanfaatkan untuk berbagai hal, seperti yang telah diuraikan pada sub bab sebelumnya. Jumlah kuda menurut penggunaannya dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jumlah Kuda Menurut Penggunaannya Penggunaan Jantan (ekor) Betina (ekor) Jumlah (ekor) Riding Guest+Chukka Athlete+Chukka Guest Breeding Training Riding Guest+Chukka Guest Riding Guest+Breeding Riding Guest+Chukka Athlete+Chukka Guest+Breeding Riding Guest+Chukka Guest+Breeding Riding Guest Tidak/belum digunakan Total Satu ekor kuda dapat digunakan untuk sejumlah hal, misalnya kuda yang digunakan untuk riding guest dapat juga digunakan sebagai kuda breeding. Riding guest yaitu kuda yang disewakan kepada pengunjung untuk dipakai berlatih menunggang kuda. Kedua, kuda dimanfaatkan untuk chukka athlete, yaitu kuda dipakai untuk berlatih polo oleh para atlet. Selanjutnya, kuda dimanfaatkan untuk chukka guest, yaitu kuda disewakan kepada pengunjung atau tim yang ingin bertanding polo, atau yang ingin berlatih stick and ball dalam permainan polo. 44

20 Chukka yaitu permainan polo yang berlangsung dalam periode tujuh menit (Npclub, 2009). Kuda yang dipakai atlet untuk berlatih polo, pasti dipakai juga untuk riding dan chukka guest. Sebagian kuda digunakan sebagai kuda breeding atau untuk dikawinkan. Beberapa kuda juga dipelihara sebagai kuda training, yaitu kuda yang sedang dilatih untuk menjadi kuda polo. Beberapa ekor kuda tidak digunakan untuk apapun, karena menurut petugas, kuda tidak bisa ditunggangi atau sulit dikendalikan sehingga tidak bisa dimanfaatkan sebagai kuda olahraga.sebanyak 17 ekor kuda atau 39,53% dari total kuda, murni dimanfaatkan sebagai kuda olahraga. Sebelas ekor kuda atau 25,58% dari total kuda digunakan untuk riding guest, chukka athlete, dan chukka guest. Lima ekor kuda atau 11,63% dari total kuda digunakan untuk riding dan chukka guest, serta satu ekor kuda atau 2,33% dari total kuda untuk riding guest saja. Kuda olahraga yang juga digunakan sebagai kuda breeding ada enam ekor. Kuda yang digunakan khusus untuk breeding sebanyak sembilan ekor, terdiri dari empat ekor kuda jantan dan lima ekor kuda betina. Kuda training terdiri dari lima ekor kuda jantan dan satu ekor kuda betina. Sebanyak lima ekor kuda tidak dimanfaatkan, satu ekor diantaranya merupakan anak kuda. Kuda yang masih dimanfaatkan sebagai kuda olahraga juga digunakan untuk terapi anak-anak yang menderita autisme. Kegiatan yang dilakukan para siswa Spectrum dapat dilihat pada Gambar 7. (a) Gambar 7. Aktivitas Para Siswa Spectrum, (a) Siswi memberikan pakan ke kuda, (b) Siswa berkuda didampingi pelatih dan pengasuhnya Selama kurang lebih satu tahun NPC bekerjasama dengan Spectrum. Spectrum merupakan sekolah khusus untuk anak penderita autis, Asperger, disleksia, dan semacamnya. Aktivitas yang dilakukan para siswa Spectrum yaitu mengenal (b) 45

21 jenis pakan ternak serta praktek memberikan pakan ke ternak, selain itu berkuda mengelilingi lapangan satu kali putaran. Kegiatan ini tentunya didampingi oleh pelatih. Manfaat dari kegiatan berkuda ini, yaitu untuk meningkatkan keberanian dan membuat siswa bisa lebih berkonsentrasi. Autisme adalah suatu gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak. Akibatnya, anak tidak mampu berinteraksi dengan dunia luar secara efektif. Anak penderita autis seolah sibuk dengan dunianya sendiri.. Anak autis dilatih konsentrasi, keseimbangan, perasaan, kepekaan, dan emosi dengan menunggang kuda (Republikaonline, 2010). Penderita autisme atau biasa disebut Autism Spectrum Disorders (ASD) mengalami gangguan yang mempengaruhi tiga bidang utama perkembangan: komunikasi (verbal dan nonverbal), interaksi sosial dan kebiasaan, serta minat dan kegiatan. Bagi komunitas profesional yang telah sejak lama meneliti ASD, metode pengobatan non-tradisional seperti terapi hewan mungkin sulit untuk diterima. Tidak ada studi penelitian yang mempelajari bahwa terapi hewan mendukung kesembuhan penderita ASD, namun beberapa orang melaporkan bahwa terjadi perubahan positif pada pasien yang mengikuti terapi. Tidak ada yang mengklaim bahwa terapi hewan merupakan obat bagi penderita ASD, juga tidak ada yang tahu secara pasti mengapa terapi hewan bisa memiliki dampak positif pada beberapa individual. Ada yang berhipotesis bahwa mungkin ada pengaruh input sensorik dari hewan, stimulasi motorik dari aktivitas, kontak sosial dengan penerimaan kondisi yang tidak biasa, dan sejumlah alasan lainnya. Terapi menunggang kuda disebut Hippotherapy. North American Riding for the Handicapped Association (NARHA) atau Asosiasi Berkuda Amerika Utara untuk Penyandang Cacat adalah badan pusat yang menilai dan mensertifikasi instruktur Hippotherapy (Yapko, 2003). Penggunaan Kuda Olahraga Kegiatan latihan berkuda oleh pengunjung atau sebutannya di NPC yaitu riding lessons, mulai diresmikan sejak Januari Frekuensi pemakaian kuda olahraga selama bulan Juni, Juli, dan Agustus tahun 2010 dapat dilihat pada Tabel 10. Seekor kuda yang telah dipakai pada pagi hari dapat dipakai kembali pada sore harinya. Setiap kegiatan riding lessons baik latihan berkuda maupun stick & 46

22 ball, kuda yang digunakan adalah dua ekor. Satu ekor kuda ditunggangi pengunjung, sedangkan kuda lain ditunggangi oleh pelatih (trainer). Latihan berkuda untuk anak kecil berumur 4-10 tahun disebut pony ride, kegiatan ini hanya membutuhkan satu kuda karena pelatih tidak menunggang kuda, melainkan menuntun kuda yang ditunggangi oleh anak. Frekuensi pemakaian kuda yang tertera pada Tabel 8 juga meliputi kuda yang dipakai baik oleh pengunjung ataupun pelatih. Pengamatan frekuensi pemakaian kuda olahraga selama penelitian yaitu pada bulan Juni, Juli, dan Agustus 2010 masing-masing 110, 146, dan 145 kali oleh 22 ekor kuda yang digunakan dengan frekuensi penggunaan tiap ekor kuda yang tidak sama. Tabel 10. Frekuensi Pemakaian Kuda Selama Tiga Bulan No Nama Kuda Frekuensi Pemakaian (Kali) Juni 2010 Juli 2010 Agustus Surdo Titan Pepe Comadreja Luisa Black Via L Cappilla Massita Bintang Jack Reggie Laloja Penny Benvinida Aldonondo Shinta Pato Mechita Gayatri* Tuama* Turangga* Jumlah Keterangan: * kuda training Tabel 8 memperlihatkan bahwa frekuensi pemakaian kuda terbanyak yaitu pada bulan Juli (146 kali). Kuda yang paling sering digunakan pada bulan Juni dan Juli yaitu Luisa, sedangkan pada bulan Agustus yaitu Comadreja. Luisa dan 47

23 Comadreja sering digunakan karena staminanya bagus, mudah dikendalikan, dan sedang tidak mengalami cidera. Kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Juni, yaitu Jack, Penny, Shinta, dan Mechita. Jack hanya dipakai satu kali karena setelah pemakaian terakhir kakinya cidera sehingga jalannya terpincang-pincang. Penny merupakan kuda poni yang hanya boleh ditunggangi anak kecil, pemakaiannya satu kali karena pada bulan Juni belum libur sekolah sehingga anak kecil yang datang tidak banyak, dan yang menunggangi Penny hanya satu anak. Shinta dipakai hanya satu kali karena staminanya kurang bagus dibanding kuda lain, begitu juga dengan Mechita yang tidak dipakai pada bulan Juni. Kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Juli, yaitu Shinta dan Mechita, pemakaian masing-masing hanya satu kali. Jack tidak lagi menjadi kuda yang paling sedikit dipakai, dikarenakan cidera kakinya telah pulih. Penny juga lebih banyak dipakai pada bulan Juli, karena sudah mulai libur sekolah, sehingga banyak anak kecil yang melakukan kegiatan pony ride. Shinta dan Black merupakan kuda yang paling sedikit digunakan pada bulan Agustus, Black hanya dipakai dua kali karena pada pemakaian terakhir Black terjatuh dan hidungnya terluka hingga mengeluarkan darah. Mechita pada bulan Agustus lebih banyak dipakai dibanding bulan-bulan sebelumnya dikarenakan Black kuda yang biasa dipakai terluka, sedangkan permintaan pemakaian kuda oleh pengunjung banyak, sehingga Mechita dipakai untuk menggantikan Black. Pada bulan Agustus 2010, terdapat tiga kuda training (Gayatri, Tuama, dan Turangga) yang dipakai. Kuda tersebut tidak untuk dipakai pengunjung, namun ditunggangi oleh pelatih. Kuda training diikutkan dalam kegiatan riding lessons sebagai bagian dari pola latihan yang diberikan. Urutan total frekuensi pemakaian kuda dari yang tertinggi hingga yang terendah, yaitu bulan Juli sebanyak 146 kali, bulan Agustus sebanyak 145 kali, dan bulan Juni sebanyak 110 kali. Tingginya frekuensi pemakaian kuda pada bulan tertentu menunjukkan banyaknya kegiatan riding lessons di bulan tersebut. Publikasi tentang penggunaan kuda olahraga di NPC hanya dari mulut ke mulut, karena pemilik tidak mau terlalu terbuka untuk umum. Kuda yang dipakai untuk kegiatan riding lessons tentu kuda olahraga. Kegiatan ini meliputi berlatih riding, pony ride untuk anak kecil, berlatih stick and ball, dan bermain polo, lebih jelasnya bagaimana kegiatan berlangsung dapat dilihat pada Gambar 8. 48

24 Nusantara Polo Club (NPC) memiliki pencatatan kegiatan riding lessons setiap bulannya. Kegiatan riding lessons ini dibagi menjadi dua sesi, pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB. Lokasi kegiatan ini berlangsung di lapangan polo yang terdapat di NPC, baik didalam lapangan maupun di sekelilingnya. (a) (b) (c) Gambar 8. Kegiatan Riding Lessons, (a) Latihan Berkuda oleh Pengunjung, (b) Latihan Stick&Ball oleh Pengunjung, (c) Olahraga Polo Intensitas curah hujan pada bulan Juni, Juli, Agustus 2010, dan rataannya dapat dilihat pada Tabel 11. Intensitas curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Agustus 2010, yaitu sebanyak 226 mm. Rataan curah hujan selama tiga bulan yaitu sebesar 185,33 mm. Apabila total frekuensi pemakaian kuda dikaitkan dengan intensitas curah hujan, dengan asumsi semakin rendah intensitas curah hujan maka semakin tinggi frekuensi pemakaian kuda. Hasil yang didapat ternyata intensitas curah hujan tidak berbanding terbalik dengan frekuensi pemakaian kuda. Frekuensi pemakaian kuda yang paling tinggi terjadi di bulan Juli 2010, sebanyak 146 kali, pada bulan itu intensitas curah hujannya paling rendah. Bulan Agustus 2010, intensitas curah hujan paling tinggi, namun ternyata frekuensi pemakaian kuda 49

25 sebanyak 145 kali, hanya berbeda satu kali dengan bulan Juli Pada bulan Juni 2010, walaupun intensitas curah hujan lebih rendah daripada bulan Agustus yaitu sebesar 167 mm, namun frekuensi pemakaian kudanya lebih rendah. Tabel 11. Curah Hujan dan Frekuensi Penggunaan Kuda Selama Tiga Bulan Pengamatan Bulan Frekuensi (kali) Curah Hujan (mm) Juni Juli Agustus Total Rataan 133,67 185,33 Sumber: Stasiun Klimatologi Darmaga, Bogor (2010) Masa liburan terutama sekolah dapat menjadi hal yang mempengaruhi frekuensi pemakaian kuda setiap bulan di NPC. Liburan sekolah pada bulan Juli dan Agustus bersamaan dengan libur hari raya Idul Fitri, itulah mengapa frekuensi pemakaian kuda bulan Juli dan Agustus meningkat dibanding bulan Juni. Selain itu, jumlah hari hujan per bulan atau waktunya (pagi, siang, sore, malam) juga sangat mempengaruhi frekuensi pemakaian kuda per bulan. Bulan Agustus, walaupun curah hujannya paling tinggi, namun kebanyakan hujan turun pada siang ( WIB) dan malam hari, sehingga tidak mengganggu kegiatan riding lessons. Pemilihan kuda yang akan dipakai ditentukan oleh penanggungjawab stable di NPC. Kuda yang dipilih tentu kuda yang sehat, tidak sedang cidera pada pinggang atau kaki, karena akan membahayakan pengunjung yang menungganginya. Penanggungjawab stable juga mengetahui mana kuda yang bersifat tenang atau yang agresif. Penanggungjawab stable akan memberikan kuda yang tenang dan mudah diatur untuk pengunjung yang baru pertama kali latihan berkuda, bagi pengunjung yang sudah terbiasa maka akan diberikan kuda yang agresif dan lincah. Pola Latihan Kuda olahraga selalu melakukan exercise berupa walking setiap pagi dan sore hari masing-masing 45 menit, namun tidak dilakukan apabila ada pengunjung yang menggunakan kuda tersebut untuk riding lessons. Menurut Bogart dan Taylor 50

26 (1977), walk adalah gaya berjalan empat irama dimana setiap kaki menyentuh tanah secara terpisah satu sama lain. Pengaruh dari walk khususnya pada permukaan jalan yang kasar adalah menjadikan tulang kuat dan strukurnya baik (Hammer, 1993). Exercise ini dilakukan di jalan beraspal sekitar wilayah NPC, seperti diperlihatkan pada Gambar 9(a). Selama 45 menit exercise, kuda tidak hanya melakukan gaya berjalan walk, namun juga diselingi trot selama kurang lebih satu menit. Trot adalah gaya berjalan dua irama diagonal dimana kaki kanan depan dan kaki kiri belakang menginjak permukaan dataran dengan serentak, dan kaki kiri depan dan kaki kanan belakang menginjak tanah dengan serentak (Bogart dan Taylor, 1977). Exercise perlu dilakukan agar kuda tidak lupa isyarat dari penunggangnya untuk melakukan gaya berjalan tertentu atau gerakan lainnya dan juga agar stamina tetap terjaga. Sebagai contoh, menghentakkan kaki kanan ke bagian perut kuda saat posisi kuda diam akan membuat kuda mulai berjalan, dan menghentakkan kaki ke bagian perut kuda saat kuda berjalan maka akan membuat kuda berjalan lebih cepat. Membelokkan kuda ke kanan dapat dilakukan dengan menarik tali kekang kuda ke kanan, apabila ingin membelokkan ke kiri maka tali kekang ditarik ke kiri. Melakukan gerakan berdiri, duduk, kemudian berdiri lagi, begitu seterusnya diatas kuda, akan membuat kuda berjalan atau berlari trot. Memberhentikan kuda dapat dilakukan dengan menarik tali kekang kuda kearah belakang. Gerakan canter tidak dapat dilakukan di jalan beraspal karena licin. Menurut Bogart dan Taylor (1977), canter adalah gaya berjalan tiga irama, kaki belakang menginjak permukaan dengan serentak, lalu kedua kaki depan menginjak permukaan secara terpisah. Apabila hujan deras, maka kegiatan exercise tidak dilakukan karena berbahaya bagi kuda dan juga penunggangnya. Jika hujan tidak terlalu deras, kegiatan ini tetap dilakukan, namun hanya berputar-putar di paddock. Pola latihan kuda atlet lebih teratur dan rutin dibanding kuda olahraga pasca atlet. Kuda pasca atlet tidak lagi berlatih stick and ball dan schooling seperti yang dilakukan kuda atlet. Enam ekor kuda training telah berada di NPC selama kira-kira 3,5 bulan dihitung dari pertengahan Juni hingga akhir September Pemiliknya menginginkan kudanya menjadi kuda polo. Kisaran umur kuda adalah 4-5 tahun, sehingga kuda sudah boleh dilatih. Menurut Suharjono (1990), kuda pada umur tiga tahun baru mulai dilatih. Kuda olahraga tidak boleh terlalu dini dilatih karena 51

Lampiran 1. Contoh Lembar Kuisioner 1. Identitas petugas : groomer/ tack room/ pelatih/ penanggungjawab stable/ pengunjung (langsung ke nomor (10))/

Lampiran 1. Contoh Lembar Kuisioner 1. Identitas petugas : groomer/ tack room/ pelatih/ penanggungjawab stable/ pengunjung (langsung ke nomor (10))/ LAMPIRAN Lampiran 1. Contoh Lembar Kuisioner 1. Identitas petugas : groomer/ tack room/ pelatih/ penanggungjawab stable/ pengunjung (langsung ke nomor (10))/ lainnya... (lingkari salah satu) - Nama petugas

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN 20 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Sumber :Nusantara-Polo.com Ilustrasi 1. Nusantara Polo Club Nusantara Polo Club adalah sebuah club olahraga kuda polo satu satunya berada di

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan 24 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji

Lebih terperinci

DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian. Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di

DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian. Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di 21 DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian Lokasi penelitian adalah di Nusantara Polo Club bertempat di kawasan Jagorawi Golf & Country Club, Jalan Karanggan Raya, Kampung Kranji Timur, Kelurahan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Kondisi Lingkungan Kelinci dipelihara dalam kandang individu ini ditempatkan dalam kandang besar dengan model atap kandang monitor yang atapnya terbuat dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. alat transportasi aktivitas sehari-hari, bahkan sejauh ini kuda dijadikan hewan

PENDAHULUAN. alat transportasi aktivitas sehari-hari, bahkan sejauh ini kuda dijadikan hewan 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda merupakan hewan yang memiliki cukup banyak manfaat untuk kehidupan manusia. Kuda sebagai sumber pangan daging dan susu, rekreasi dan alat transportasi aktivitas

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring

I PENDAHULUAN. dijadikan sebagai simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Seiring 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kuda Equus caballus telah dikenal banyak orang sebagai hewan yang memiliki banyak fungsi. Hubungan kuda dengan manusia sangat erat kaitannya seperti peranan kuda sebagai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Peternakan Domba CV. Mitra Tani Farm, Desa Tegal Waru RT 04 RW 05, Ciampea-Bogor. Waktu penelitian dimulai pada tanggal 24 Agustus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN Ternak kambing sudah lama diusahakan oleh petani atau masyarakat sebagai usaha sampingan atau tabungan karena pemeliharaan dan pemasaran hasil produksi (baik daging, susu,

Lebih terperinci

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011) METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di kandang domba Integrated Farming System, Cibinong Science Center - LIPI, Cibinong. Analisis zat-zat makanan ampas kurma dilakukan di Laboratorium Pengujian

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan di

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi MATERI DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan di Kandang B, Laboratorium Biologi Hewan, Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi, Laboratorium Terpadu Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian Suhu dan Kelembaban HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Suhu dalam kandang saat penelitian berlangsung berkisar antara 26,9-30,2 o C. Pagi 26,9 o C, siang 30,2 o C, dan sore 29,5 o C. Kelembaban

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di usaha peternakan rakyat yang terletak di Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pelaksanaan penelitian

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

BAB III MATERI DAN METODE. dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak 8 BAB III MATERI DAN METODE 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian keluaran kreatinin pada urin sapi Madura yang mendapat pakan dengan kuantitas berbeda dilaksanakan di kandang Laboratorium Produksi Ternak

Lebih terperinci

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja (kandang B) pada bulan Mei sampai dengan bulan November 2010. Analisis sampel dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Boer Jawa (Borja) Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan antara kambing Afrika lokal tipe kaki panjang dengan kambing yang berasal

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ternak disamping manajemen pemeliharaan dan pemberian pakan adalah faktor manajemen lingkungan. Suhu dan kelembaban yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Kandang adalah salah satu kebutuhan penting dalam peternakan. Fungsi utama kandang adalah untuk menjaga supaya ternak tidak berkeliaran dan memudahkan pemantauan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Faktor manajemen lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ternak. Suhu dan kelembaban yang sesuai dengan kondisi fisiologis ternak akan membuat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf dan Country Club.

PENDAHULUAN. dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf dan Country Club. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang NPC adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia yang dibangun oleh Prabowo Subianto di kawasan Jagorawi Golf dan Country Club. NPC membina tim nasional polo

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilaksanakan selama 45 hari mulai pada Desember 2014 hingga Januari 2015 di kandang peternakan Koperasi Gunung Madu Plantation,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3. Bahan Penelitian 3.. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan bobot badan 300-900 gram per ekor sebanyak 40 ekor (34 ekor

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Metode

MATERI DAN METODE. Metode MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Peternakan Kambing Perah Bangun Karso Farm yang terletak di Babakan Palasari, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Analisis pakan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur 25 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Daerah Penelitian Kabupaten Sumba Timur terletak di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Kabupaten Sumba Timur terletak di antara 119 45 120 52 Bujur

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang dan Laboratorium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pelaksanaan penelitian dimulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Terrarium II Taman Margasatwa Ragunan (TMR), DKI Jakarta selama 2 bulan dari bulan September November 2011. 3.2 Materi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA NON-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR

MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA NON-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMANFAATAN KUDA NON-ATLET DI NUSANTARA POLO CLUB, JAGORAWI GOLF COUNTRY CLUB, CIBINONG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI DEBORA ARNY WIDOWATI DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura memiliki ciri-ciri antara lain berwana kecoklatan hingga merah bata dan kaki bagian bawah berwarna putih (Gunawan, 1993). Menurut Sugeng(2005) sapi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking TINJAUAN PUSTAKA Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah berada di Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor. KUNAK didirikan berdasarkan keputusan presiden

Lebih terperinci

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tatap muka ke 7 POKOK BAHASAN : PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI Tujuan Instruksional Umum : Mengetahui program pemberian pakan pada penggemukan sapi dan cara pemberian pakan agar diperoleh tingkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Pemeliharaan sapi perah bertujuan utama untuk memperoleh produksi susu yang tinggi dan efisien pakan yang baik serta mendapatkan hasil samping berupa anak. Peningkatan produksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dengan melakukan persiapan dan pembuatan ransum di Laboratorium Industri Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pellet dilakukan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Bagian Kelinci, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu pada bulan Agustus 2012 sampai

Lebih terperinci

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Karakteristik Sapi perah Sapi perah (Bos sp.) merupakan ternak penghasil susu yang sangat dominan dibanding ternak perah lainnya dan sangat besar kontribusinya dalam memenuhi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan (UP3) Jonggol, Laboratorium Biologi Hewan Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya protein hewani untuk memenuhi kebutuhan gizi, permintaan masyarakat akan produkproduk peternakan

Lebih terperinci

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat.

METODE. Materi. Pakan Pakan yang diberikan selama pemeliharaan yaitu rumput Brachiaria humidicola, kulit ubi jalar dan konsentrat. METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapangan IPT Ruminansia Kecil serta Laboratorium IPT Ruminansia Besar, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Pelaksanaan penelitian mulai bulan Februari 2012 sampai dengan bulan April 2012. Pembuatan pakan dilaksanakan di CV. Indofeed. Analisis Laboratorium dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga tahap, yaitu : tahap pendahuluan dan tahap perlakuan dilaksanakan di Desa Cepokokuning, Kecamatan Batang,

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Percobaan Kandang Bahan dan Alat Prosedur Persiapan Bahan Pakan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei sampai September 2011. Pemeliharaan domba dilakukan di kandang percobaan Laboratorium Ternak Ruminansia Kecil sedangkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Friesian Holstien Sapi FH telah banyak tersebar luas di seluruh dunia. Sapi FH sebagian besar dipelihara setiap negara sebagai sapi perahan (Muljana, 2010). Sapi FH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Kampung Ayam kampung dikenal sebagai jenis unggas yang mempunyai sifat dwi fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong. Wahju (2004) yang menyatakan bahwa Ayam

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20 HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Bahan Kering (BK) Konsumsi adalah jumlah pakan yang dimakan oleh ternak yang akan digunakan untuk mencukupi kebutuhan hidup pokok, produksi, dan reproduksi. Ratarata konsumsi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Desa Cibeureum Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor pada Bulan Maret sampai Agustus. Pemilihan daerah Desa Cibeureum sebagai tempat penelitian

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4. PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Rata-rata suhu lingkungan dan kelembaban kandang Laboratotium Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja sekitar 26,99 0 C dan 80,46%. Suhu yang nyaman untuk domba di daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Potong Sapi potong pada umumnya digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu sapi lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi potong merupakan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak 24 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian 3.1.1 Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Ternak Penelitian, Ternak yang digunakan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Penambahan daun Som Jawa pada ransum menurunkan kandungan serat kasar dan bahan kering ransum, namun meningkatkan protein kasar ransum. Peningkatan protein disebabkan

Lebih terperinci

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*)

PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) PEMILIHAN DAN PENILAIAN TERNAK SAPI POTONG CALON BIBIT Lambe Todingan*) I. PENDAHULUAN Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (IPTEKS) dalam bidang peternakan, maka pengembangan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penelitian Nusantara Polo Club (NPC) adalah klub polo berkuda eksklusif pertama di Indonesia, letaknya di kawasan Jagorawi Golf Country Club, Cibinong, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal Domba pada umumnya dipelihara sebagai penghasil daging (Edey, 1983). Domba Lokal yang terdapat di Indonesia adalah Domba Ekor Tipis, Priangan dan Domba Ekor Gemuk.

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakasanakan di Laboratorium Produksi Ternak Potong dan Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas Peternakan Universitas

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan 16 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan kadar protein dan energi berbeda pada kambing Peranakan Etawa bunting dilaksanakan pada bulan Mei sampai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Secara umum penelitian ini sudah berjalan dengan cukup baik. Terdapat sedikit hambatan saat akan memulai penelitian untuk mencari ternak percobaan dengan umur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Madura Sapi Madura adalah salah satu plasma nutfah yang berasal dari Indonesia, tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan sebagai ternak

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan dari bulan Juli 2010 hingga April 2011 di peternakan sapi rakyat Desa Tanjung, Kecamatan Sulang, Kabupaten Rembang, dan di Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1 Sapi Potong Sapi potong adalah jenis sapi yang khusus dipelihara untuk digemukkan karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup baik. Sapi

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

MATERI. Lokasi dan Waktu

MATERI. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Lapang Ilmu Produksi Ternak Ruminansia Kecil Blok B, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Pembuatan pelet ransum komplit

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011) MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Ternak Ruminansia Kecil (Kandang B), Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut

Lebih terperinci

METODE. Lokasi dan Waktu

METODE. Lokasi dan Waktu METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di peternakan domba PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. yang berada di desa Tajur Kecamatan Citeureup, Bogor. Penelitian dilakukan selama 9 minggu mulai

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2011. Lokasi penelitian di Kelompok Peternak Kambing Simpay Tampomas, berlokasi di lereng Gunung Tampomas,

Lebih terperinci

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah :

1. Jenis-jenis Sapi Potong. Beberapa jenis sapi yang digunakan untuk bakalan dalam usaha penggemukan sapi potong di Indonesia adalah : BUDIDAYA SAPI POTONG I. Pendahuluan. Usaha peternakan sapi potong mayoritas masih dengan pola tradisional dan skala usaha sambilan. Hal ini disebabkan oleh besarnya investasi jika dilakukan secara besar

Lebih terperinci

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Pemeliharaan ternak percobaan dilakukan dari bulan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016.

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016. 21 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada 4 Juli sampai dengan 21 Agustus 2016. Penelitian dilaksanakan di Peternakan Sapi Perah Unit Pelaksanaan Teknis Daerah Pembibitan Ternak Unggul

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati )

TINJAUAN PUSTAKA Merpati Karakteristik Merpati ) TINJAUAN PUSTAKA Merpati Menurut Yonathan (2003), penyebaran merpati hampir merata di seluruh bagian bumi kecuali di daerah kutub. Merpati lokal di Indonesia merupakan burung merpati yang asal penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kuda memegang peranan yang penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Terdapat lima (5) macam hubungan yang penting antar a kuda dengan manusia yaitu: 1) Daging

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kambing Jawarandu Kambing Jawarandu merupakan bangsa kambing hasil persilangan kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil persilangan pejantan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Kelinci merupakan ternak mamalia yang mempunyai banyak kegunaan. Kelinci dipelihara sebagai penghasil daging, wool, fur, hewan penelitian, hewan tontonan, dan hewan kesenangan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung Madu Plantation Kecamatan Terusan Nunyai Kabupaten Lampung Tengah pada

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian mengenai pengaruh frekuensi dan periode pemberian pakan terhadap potongan komersial karkas ayam buras super (persilangan ayam Bangkok dengan ayam ras petelur Lohman)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelinci New Zealand White Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk. (2015) kelinci dapat mengubah dan memanfaatkan bahan pakan kualitas rendah

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh

Tugas Mata Kuliah Agribisnis Ternak Potong (Peralatan Untuk Perawatan Ternak Potong, Pemotongan Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh Kuku, Memilih Sapi Bibit Peranakan Ongole) Oleh Junaidi Pangeran Saputra. 0 I. PERALATAN UNTUK PERAWATAN TERNAK POTONG (SAPI, KAMBING DAN DOMBA) 1. Timbangan - Elektrik, Kubus ternak. A. Macam-Macam Peralatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sapi Perah Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu sebanyak-banyaknya, disamping hasil lainnya. Macam - macam sapi perah yang ada di dunia adalah

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi 22 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi Madura Jantan yang Mendapat Kuantitas Pakan Berbeda dilaksanakan pada bulan Juni September 2015. Lokasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang 9 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dengan judul Evaluasi Panjang Potongan Hijauan yang Berbeda dalam Ransum Kering Terhadap Konsumsi dan Kecernaan Kambing Lokal dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 16 III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September 2012 yang bertempat di Kecamatan Gisting, Kabupaten Tanggamus. Analisis

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor

HASIL DAN PEMBAHASAN. Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Telur Tetas Itik Rambon Total jumlah itik yang dipelihara secara minim air sebanyak 48 ekor dengan jumlah itik betina 42 ekor dan itik jantan 6 ekor. Sex ratio

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh perbedaan sumber energi pakan (jagung dan pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2016. Tempat penelitian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Nutrien Pellet Kandungan nutrien suatu pakan yang diberikan ke ternak merupakan hal penting untuk diketahui agar dapat ditentukan kebutuhan nutrien seekor ternak sesuai status

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN 14 III. MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 8 September sampai 20 Oktober 2015 di Desa Gledeg, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten, Jawa

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km

PEMBAHASAN. Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km 23 IV PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Tempat Penelitian 4.1.1 Kondisi Geografis Pulau Sumba terletak di Barat-Daya Propinsi NTT, berjarak sekitar 96 km di sebelah selatan Pulau Flores, 295 km di sebelah Barat-Daya

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan 14 METODE PENELITIAN Penelitian ini dibagi menjadi dua percobaan yaitu 1) Percobaan mengenai evaluasi kualitas nutrisi ransum komplit yang mengandung limbah taoge kacang hijau pada ternak domba dan 2)

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Daging dan Kerja untuk tahap pemeliharaaan serta analisis sampel di Laboratorium Ilmu dan Teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan bulan April 2010 di Laboratorium Lapang Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor dan Balai Penelitian

Lebih terperinci

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu MATERI DA METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Daging dan Kerja, Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

MANAJEMEN PEMELIHARAAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN PERKANDANGAN KANDANG TERNAK LEBIH NYAMAN MEMUDAHKAN TATALAKSANA PEMELIHARAAN LEBIH EFISIEN KANDANG - KONTRUKSI KANDANG SESUAI - MANAJEMEN KESEHATAN BAIK - KONTRUKSI KANDANG TIDAK

Lebih terperinci

PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB

PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB PENYIMPANGAN BOBOT BADAN MENURUT RUMUS SCHOORL TERHADAP BOBOT BADAN AKTUAL PADA KUDA POLO DI NUSANTARA POLO CLUB THE DIVERGENCE OF BODY WEIGHT USING THE SCHOORL FORMULA TO ACTUAL BODY WEIGHT OF POLO PONY

Lebih terperinci