BOROBUDUR : Masalah Puncak Stupa Induk
|
|
- Hadian Makmur
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 21 BOROBUDUR : Masalah Puncak Oleh : Mundardjito Departemen Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia KKita tidak tahu persis sudah berapa juta PENGANTAR pengunjung yang datang melihat Candi Borobudur sejak dulu hingga sekarang serta merekamnya dengan jepretan kamera, atau melihat hasil tarikan garis dan sapuan kwas para pelukis. Begitu banyak buku, karangan ilmiah, tulisan populer, brosur, atau tayangan di film dan televisi yang menggambarkan wujud Candi Borobudur sebagaimana kita lihat sekarang. Semua ini melahirkan persepsi dalam benak para pengunjung bahwa seperti itulah bentuk sesungguhnya bangunan Candi Borobudur yang digagas dan dibangun masyarakat masa lalu sekitar abad 8-9. Pada umumnya para pengunjung biasa tidak merasa perlu untuk mengetahui berapa tinggi candi ini sesungguhnya, apakah 31.5 m seperti kenyataannya sekarang atau 42 m seperti dihipotesiskan para peneliti (cf. Atmadi, 1979: ). Mereka juga tidak peduli bagaimana bentuk dan gaya arsitektur puncak candi yang asli, apakah seperti wujudnya sekarang atau memiliki puncak yang lebih tinggi dan berhiaskan ornamen payung tiga susun (threefold umbrella) sebagaimana pernah Puncak stupa induk yang terlihat sekarang
2 22 Borobudur : Masalah Puncak diperkirakan pemugar terdahulu, Ir. Th. van Erp. Van Erp pernah merekonstruksi yasti lengkap (spire) dan menempatkannya pada stupa induk Candi Borobudur sebagaimana dapat kita lihat pada foto dan gambar dalam bukunya: Barabudur, Architectural Description yang merupakan buku terakhir (1931) dari ketiga buku serial terbitan Martinus Nijhoff (The Hague). Namun, karena banyaknya batu baru yang digunakan untuk menggantikan batu-batu asli yang hilang, maka van Erp dengan kesadarannya sendiri menurunkan struktur yasti bagian tengah dan bagian atas, setelah merekamnya dengan foto dan gambar. Bagian yasti yang dipasang pada stupa induk hanyalah bagian bawahnya saja, yang wujudnya kini dapat kita saksikan bertengger di atas stupa induk. Dalam dua buku yang berjudul sama tetapi diterbitkan empat tahun sebelumnya (1927) susunan N.J. Krom: Barabudur, Archaeological Description (Volume I dan II) tidak dapat kita peroleh keterangan apa pun mengenai yasti stupa induk Candi Borobudur. Tulisan ini berusaha memberi gambaran mengapa hal itu terjadi, dan apa yang sebaiknya dilakukan para pemugar mengenai yasti yang tidak lengkap itu dan bagaimana masyarakat umum terhindar dari persepsi umum bahwa bentuk dan gaya yasti Candi Borobudur adalah seperti yang kita semua saksikan sekarang. PROSES-PROSES TRANSFORMASI Rekonstruksi puncak stupa induk oleh van Erp Masa Pra-Raffles Para peneliti arkeologi hingga kini berkesimpulan bahwa Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 842 dalam masa
3 Borobudur : Masalah Puncak pemerintahan Rakai Pikatan. Tidak ada Nagarakertagama susunan Prapanca tahun keterangan historis yang menjelaskan sampai 1365 hanya menyebutkan adanya biara di berapa lama bangunan keagamaan tersebut Budur, sedangkan naskah Babad Tanah Jawi difungsikan oleh masyarakat ketika itu. hanya menyebutkan redi Borobudur sebagai Demikian pula kita tidak tahu pasti kapan tempat ditangkapnya Mas Dana yang bangunan keagamaan itu sebenarnya memberontak tahun 1709 kepada raja Mataram, ditinggalkan oleh para penyungsungnya. Pakubuwono I. Sementara itu dalam Babad Keterangan Mataram tahun 1758 hanya ada keterangan dalam naskah kuno Candi Borobudur sebelum dipugar oleh Th. van Erp, terlihat stupa puncak yang masih rusak dan batu-batu berserakan di halaman 23
4 24 Borobudur : Masalah Puncak b a h w a p a n g e r a n d a r i Yo g y a k a r t a, p a d a m a s a l a l u p e r u b a h a n d e s a i n, Monconagoro, berkunjung ke Borobudur dan penambahan struktur bangunan dan ornamen menyaksikan arca terkurung dalam sangkar, arsitektural, tindakan perbaikan (pemugaran) yang dapat kita tafsirkan sebagai arca yang karena ancaman kerusakan seperti bencana terdapat di Candi Borobudur. Sekalipun alam dan sebagainya. Perubahan-perubahan dilarang, pangeran yang memaksakan semacam itu dibuktikan misalnya pada Candi berkunjung ke Borobudur itu mendadak jatuh Sewu, baik berdasarkan fisik bangunan maupun sakit dan akhirnya meninggal dunia. keterangan dari prasastinya. Begitu pula proses- Terlepas dari keterangan yang samar- proses transformasi seperti tersebut di atas samar tersebut di atas, kita dapat mengajukan dapat pula terjadi pada masa setelah Candi asumsi bahwa bukan tidak mungkin ketika Borobudur tidak difungsikan lagi oleh Candi Borobudur masih berfungsi, telah terjadi masyarakat penyungsungnya dan terus berlangsung hingga ke masa kegiatan Raffles. Kondisi Candi Borobudur sebelum dipugar oleh Th. van Erp Masa Raffles Keberadaan Candi Borobudur mulai terungkap pada tahun 1814, ketika dalam perjalanan dinasnya ke Semarang, Letnan Gubernur Jendral Sir Thomas Stamford Raffles mendapat laporan tentang keberadaan satu bangunan monumental bernama Candi Borobudur di Bumisegoro, Magelang. Berkat minatnya yang besar terhadap peninggalan masa lalu, Raffles dalam perjalanannya ke berbagai pulau di Indonesia (termasuk Jawa), senantiasa berusaha sedapat mungkin mengumpulkan informasi tentang hal itu. Cornelius, perwira berbangsa Belanda yang berpengalaman dalam eksplorasi peninggalan kuno di Jawa, ditugaskan Raffles untuk
5 25 menginvestigasi, membersihkan dan menampakkan kembali bangunan kuno itu. Dalam rangka kegiatan pembersihan Candi Borobudur itulah, Cornelius melakukan penebangan pohon-pohon yang menutupi bangunan itu, membakar semak belukar, dan mengeruk tanah dan sampah yang sudah lama terkubur. Ketika itu Candi Borobudur tampak sebagai bukit yang tertutup oleh pepohonan dan semak belukar. Tidak kurang dari 200 penduduk setempat melaksanakan pekerjaan itu selama hampir dua bulan. Soekmono (tanpa tahun) pernah menulis: Runtuhan-runtuhan batu yang memenuhi lorong-lorong disingkirkan dan ditimbun di sekitar kaki candi, sedangkan tanah yang menimbuninya dibuang ke lereng bukit. Setelah dibersihkan sudah tentu bentuk bangunan candi semakin jelas, namun pembersihan ketika itu tidak dapat dilaksanakan sepenuhnya, karena banyak dinding-dinding yang dikhawatirkan runtuh. Oleh sebab itu Residen Kedu pada tahun 1834 membersihkan kembali seluruh bangunan dengan cara menyingkirkan semua batu lepas yang bertebaran di sekeliling candi ke daerah kaki bukit, dan merapihkan stupa-stupa yang ada di bagian atas. Tahun 1844, stupa induk yang sudah dalam keadaan terbongkar, dibersihkan pula bagian dalamnya. Dari keterangan di atas jelaslah bawa proses-proses transformasi oleh kegiatan manusia telah terjadi tanpa memperhatikan kaidah arkeologi yang mendasar seperti perekaman data dengan metode 'three dimensional recording' atas sejumlah temuan lepas yang utuh maupun fragmentaris, sebelum disingkirkan ke tempat lain. Bukan tidak mungkin kegiatan pembersihan semacam itu menyebabkan hilangnya data yang sebenarnya diperlukan. Timbunan tanah yang dipindahkan ke lereng mungkin sekali mengandung Kondisi Candi Borobudur sebelum dipugar oleh Th. van Erp
6 26 Borobudur : Masalah Puncak sejumlah pecahan kecil batu candi yang jika menutupi bangunan candi itu (Soekmono digarap merupakan 'missing link' yang dicari. 1976:42). Bahkan dalam tahun 1882 ada usul yang ditujukan kepada pemerintah untuk Masa Van Erp merobohkan saja bangunan Candi Borobudur, Sebelum tahun 1900 semua pemikiran sementara relief-reliefnya dipindahkan dan dan kegiatan berkenaan dengan Candi disimpan ke museum. Sudah tentu pemerintah Borobudur dilakukan oleh para amatir atau ketika itu menolak proposal yang radikal peminat barang kuno (bukan arkeolog), bahkan tersebut. survei dan ekskavasi kebanyakan dilakukan Baru setelah IJzerman sebagai ketua atas dasar minat seseorang atau keingintahuan masyarakat arkeologi di Yogyakarta seseorang mengenai apa yang tersembunyi di menemukan rangkaian relief yang tersembunyi dalam timbunan tanah beserta sampah yang di kaki candi pada tahun 1885 dan menyelesaikan pemotretannya tahun , pemerintah pada tahun 1900 membentuk satu komisi untuk menangani masalah penyelamatan fisik Candi Borobudur, setelah Groeneveldt (arkeolog) ditunjuk pemerintah untuk meneliti dan menilai kondisi fisik sebenarnya dari bangunan itu. Komisi penyelamatan ini terdiri dari J.L.A. Brandes (ahli sejarah kuno) sebagai ketua, Th. Van Erp (insinyur perwira geni angkatan darat), dan van de Kamer (insinyur konstruksi dari departemen pekerjaan umum) sebagai anggota. Hal yang menarik disimak ialah van de Kamer mengajukan proposal untuk melindungi Candi Borobudur dari hujan dan panas dengan teknik membangun satu payung besar dari bahan plat besi yang didukung oleh 40 tiang besi, Relief yang tersembunyi pada kaki asli Candi Borobudur memayungi seluruh bangunan tersebut.
7 27 Belum rekomendasi itu dilaksanakan, dan pecah berkeping-keping menjadi pecahan- Brandes mendadak meninggal pada tahun pecahan besar, sedang dan kecil. Kemungkinan 1904, sehingga penanganan Candi Borobudur besar pecahan-pecahan yang kecil tidak dipercayakan sepenuhnya kepada van Erp atas terperhatikan, dan terpindahkan bersama tanah dasar hasil penelitian dan perhitungannya. Ir. Th. garukan, pepohonan dan semak yang dibakar. van Erp dalam bulan Agustus 1907 memulai Pembersihan sekitar stupa induk berkali-kali pekerjaannya, diawali dengan menggali di dilakukan terutama oleh Cornelius tahun 1814 halaman candi dan teras atas serta memilih dan Hartmann tahun 1835, sementara temuan-temuan batu candi beserta pecahan- konsentrasi para pemugar ketika itu terarah pecahannya dalam tanah galian untuk dijadikan kepada pekerjaan membangun kembali stupa pelengkap atau pengganti bagian-bagian candi induk dan bagian-bagian bangunan penting lain yang rusak. yang secara struktural akan runtuh. FAKTOR PENYEBAB KETIADAAN UNSUR STRUKTUR YASTI Setelah selesai pemugaran tahun 1911 van Erp tidak menyampaikan laporan lengkap tentang bagaimana proses-proses pemugaran dilaksanakan. Oleh sebab itu kita tidak tahu bagaimana fragmen yasti itu ditemukan, berapa banyak jumlahnya, bagian apa saja yang ditemukan, dalam konteks seperti apa pecahanpecahan itu ditemukan, dan bagaimana persebarannya. Beberapa pecahan yasti yang fotonya dimuat dalam bukunya van Erp tidak sepenuhnya dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti tersebut di atas. Mudah diduga bahwa yasti utuh dan lengkap itu jatuh dari kedudukannya yang tinggi Candi Borobudur tanpa chattra setelah dipugar oleh van Erp
8 28 Borobudur : Masalah Puncak Daerah sekitar stupa induk dengan demikian merupakan situs yang terganggu (disturbed site) yang memerlukan perhatian khusus jika himpunan temuan tersebut diharapkan mampu menghasilkan data yang bermanfaat bagi upaya rekonstruksi. Apalagi jika proses kegiatan pembersihan atau penggalian itu tidak diikuti dengan perekaman data secara verbal dan piktorial. HASIL REKONSTRUKSI YASTI BAGIAN ATAS Yasti rekonstruksi : (1) Yasti bawah, (2) Yasti Tengah, (3) Yasti Atas Foto van Erp menggambarkan pecahan fragmen Yasti Yasti yang direkonstruksi oleh van Erp dapat dibagi ke dalam tiga bagian yaitu bagian bawah, tengah dan atas. Yasti bagian atas kini terpasang di stupa induk, sementara yang tengah hanya ditemukan dua baris (sekarang di Museum Karmawibangga), dan yang bagian atas telah direkonstruksi (sebagian) tahun 1990 dan kini terdapat di Museum Karmawibangga, Borobudur. Rekonstruksi itu didasarkan atas kumpulan batu candi berukuran besar dan kecil yang terkumpul di daerah bawah Candi Borobudur bagian barat. Beberapa bentuk batu candi yang ada bentuknya serupa dengan batubatu dan pecahannya yang fotonya terdapat dalam buku van Erp Selain itu ada pula kumpulan batu candi yang berasal dari desa-desa sekitar, yang
9 29 semula ditempatkan di daerah bawah bagian yaitu batu yang dibentuk dan digunakan pada selatan, tetapi kemudian dipindahkan ke masa pemugaran van Erp; dan (3) batu baru, sebelah barat bersama dengan kumpulan yang yaitu batu isian candi (inner stone) yang ada sebelumnya. Hasil susunan percobaan ini dibentuk oleh pemugar tahun 1990 untuk diamati lagi sepuluh tahun kemudian (Kasiati et keperluan rekonstruksi ini. Dalam penjelasan al. 2000), dan menghasilkan data sebagai di bawah ini jelas bahwa sebagian besar berikut. merupakan batu asli (otentik), sedangkan Berdasarkan pengamatan atas garis-garis selebihnya adalah batu yang dibuat oleh van Erp pahatan dapat diketahui bahwa yasti bagian tahun dan pemugar tahun atas itu tersusun dari tiga macam batu: (1) batu Agaknya tidak perlu diragukan bahwa ketiga asli, yaitu batu yang digunakan pada bangunan payung (chattra) adalah bagian dari Candi Candi Borobudur sejak dulu; (2) batu van Erp, Borobudur karena dalam kenyataanya hingga 1 batu baru (batu isian yang dibentuk serupa; 1983) ½ bagian batu asli; ½ bagian batu baru batu asli (batu sebelum masa van Erp) batu asli batu asli batu asli batu asli batu asli batu Van Erp (batu dibuat pada masa van Erp) 2 blok batu asli; 4 blok batu baru 4 blok batu asli; 2 blok batu Van Erp Hasil rekonstruksi Yasti bagian atas tahun 1990 Klasifikasi Batu Candi (Kasiati, et al., 2000)
10 30 kini di situs ini hanya ada satu candi. induk Candi Borobudur, dan karenanya kedua Lalu, faktor apa yang menyebabkan yasti bagian yasti itu harus diturunkan (cf. Miksic et al. bagian tengah dan atas ini tidak dipasang sejak 1996; Kempers 1996). tahun 1911 hingga sekarang ini. Soekmono Meskipun van Erp telah menggunakan dalam salah satu tulisannya (1976:44) analogi dengan bentuk yasti berpayung menyatakannya dengan simpatik bahwa van sebagaimana dipahatkan pada bidang relief Erp menyadari sepenuhnya bahwa yasti bagian Candi Borobudur, namun van Erp merasa tidak tengah dan atas yang telah direkonstruksinya itu sesuai dengan temuan yang ada. Penggunaan terlalu banyak menggunakan batu baru. Oleh analogi dengan data yang ada pada tubuh sebab itu tidak tepat jika dipasangkan di stupa Candi Borobudur memang lebih masuk akal Dinding tingkat II sisi selatan No. 45 Seri cerita Ganda-wyuha Langkan rangkaian atas tingkat I sisi selatan bidang H
11 31 ketimbang menggunakan data dari stupa induk dan yasti-nya dari daerah lain. Pengalaman menggunakan metode analogi ketika memugar Gapura Wringinlawang mungkin dapat dijadikan contoh. Sebagaimana diketahui, bagian kanan dari bangunan gapura tersebut runtuh separuh bagian atasnya, sedangkan bagian kirinya masih utuh. Dengan kondisi semacam ini kita dapat menggunakan metode analogi untuk memugar bagian kirinya dengan prinsip bahwa gapura merupakan bangunan yang terbelah dua (split gate) secara simetris. Oleh sebab itu dengan meniru bagian kanan gapura, merekonstruksi bagian kirinya dapat dilakukan sejalan dengan kaidah arkeologi baku. Dinding tingkat I sisi utara No. 85 Seri cerita Awadana Dinding tingkat I sisi timur No. 120 Seri cerita Awadana
12 32 PENUTUP DAFTAR PUSTAKA Dari uraian di atas timbul satu keyakinan , Tanpa Tahun. Usaha Demi Usaha Menyelamatkan Candi Borobudur. PT. bahwa yasti bagian tengah dan atas tidak layak Taman Wisata Candi Borobudur dan untuk dipasangkan pada yasti bagian bawah, Prambanan, hlm : yang kini sudah lama ditempatkan pada stupa Atmadi, Parmono Study on the Height of induk (anda dan harmika), kecuali pada suatu Candi Borobudur. Pelita Borobudur Seri waktu kita menemukan batu-batunya yang CC No. 8. Jakarta : Proyek PELITA hilang. Kekurangan batu candi yang Restorasi Candi Borobudur, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hlm : 129- membentuk struktur yasti yang lengkap 138. disebabkan oleh proses-proses transformasi baik yang disebabkan oleh kegiatan manusia maupun alam yang berlangsung dalam jangka waktu amat panjang. P a r a p e m u g a r a g a k n y a p e r l u menyampaikan kepada masyarakat prinsipprinsip arkeologi yang tidak membenarkan merekonstruksi yasti tanpa data yang sahih, dan menempatkannya di stupa induk Candi Borobudur jika komponen-komponen penting dari strukturnya, tidak ada. Oleh sebab itu perlu kiranya kita menjelaskannya kepada masyarakat umum melalui berbagai media informasi di museum, brosur, atau mungkin di bagian belakang tiket masuk ke Candi Borobudur. Dengan demikian persepsi masyarakat yang selama ini tidak tepat, dapat kita luruskan. Kasiati et al Studi Isu Arkeologi pada Candi Borobudur. Kempers, A.J. Bernet Ageless Borobudur. Miksic, John et al Borobudur, Golden Tales of the Buddhas. Soekmono Chandi Borobudur, A Monument of Mankind. Paris : Unesco Press,
13 33 BIODATA PENULIS Prof. Dr. Mundardjito, lahir di Bogor pada tanggal 8 Hindu-Buddha di Daerah Yogyakarta : Kajian Arkeologi- Oktober Menyelesaikan SD, SMP dan SMA di kota Ruang Skala Makro. Mulai aktif sebagai pengajar di Jurusan Bogor dan kemudian berkuliah di Fakultas Sastra, Universitas Arkeologi Fakultas Sastra UI pada tahun Saat ini menjadi Indonesia sampai lulus sebagai Sarjana Muda pada tahun 1961 anggota Dewan Guru Besar Universitas Indonesia sejak tahun dan sebagai Sarjana pada Mendapatkan gelar Doktor dari Program Pascasarjana UI pada tahun 1993 dengan judul disertasi Pertimbangan Ekologi dalam Penempatan Situs Masa Candi Borobudur setelah pemugaran II dengan chattra di stupa induknya
14
KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II
233 KONDISI CANDI BOROBUDUR SEBELUM PEMUGARAN II Oleh : Tukidjan Wakil Kepala Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur CCandi Borobudur merupakan warisan dunia PENDAHULUAN (World Heritage)
Lebih terperinciBOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur BOROBUDUR: catatan restorasi candi terbesar dalam sejarah dunia Panggah Ardiyansyah panggah.ardiyansyah@kemdikbud.go.id
Lebih terperinciBAB II ISI. oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang
BAB II ISI 2.1 Sejarah Candi Borobudur Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama
Lebih terperinciSD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7
SD kelas 4 - BAHASA INDONESIA BAB 1. INDAHNYA KEBERSAMAANLatihan Soal 1.7 1. Sejarah Sunda Kata Sunda artinya Bagus/ Baik/ Putih/ Bersih/ Cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang
Lebih terperincilebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks
3 Relief menjadi media penyampaian pesan karena merupakan media yang lebih cepat dan mudah dikenal oleh masyarakat luas daripada teks. Membaca teks lebih sulit karena diperlukan pengetahuan tentang bahasa
Lebih terperinciBAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR. Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur
BAB II PERKEMBANGAN PEMUGARAN CANDI BOROBUDUR A. Sejarah Berdirinya Candi Borobudur Candi Borobudur adalah kuil nenek moyang sebagaimana didari sruktur bangunan sebutkan dalam prasasti Sri Kahulunan 842
Lebih terperinciRILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3 Februari 2018
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Konservasi Borobudur RILIS PERS: Rekomendasi FGD Pemasangan Kembali Chattra pada Stupa Induk Candi Borobudur, Yogyakarta, 2-3
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu daerah di Indonesia yang sangat kaya akan peninggalan kebudayaan pada jaman Hindu Budha. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa sansekerta
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Indonesia yang strategis terletak di antara benua Asia dan Australia, sehingga menyebabkan berbagai suku bangsa telah memasuki kepulauan nusantara mulai dari
Lebih terperinciBAB 3: TINJAUAN LOKASI
BAB 3: TINJAUAN LOKASI 3.1. Tinjauan Kantor PT. Taman Wisata Candi Prambanan Borobudur dan Ratu Boko Yogyakarta 2.1.1 Profil Kantor PT. Taman Wisata Candi Borobudur Prambanan dan Ratu Boko PT. Taman Wisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara yang sejarah kebudayaannya dipengaruhi oleh kebudayaan India. Salah satu pengaruh kebudayaan India ialah dalam aspek religi, yakni
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM. A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Sedangkan luas wilayah terendah adalah Kecamatan Ngeluwar sebesar 2.
63 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Letak Geografis Kabupaten Magelang Jawa Tengah Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Tengah yang terletak 110 0 01 51 dan 110 0 26 58 Bujur Timur
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN
BAB 5 KESIMPULAN PENELITIAN Para ahli yang mengemukakan pendapatnya mengenai pembagian gaya seni candi masa Majapahit maupun Jawa Timur antara lain adalah: Pitono Hardjowardojo (1981), Hariani Santiko
Lebih terperinciPERSIAPAN PEMUGARAN II CANDI BOROBUDUR
Persiapan Pemugaran II 207 PERSIAPAN PEMUGARAN II CANDI BOROBUDUR Oleh : Dukut Santoso Kepala Balai Konservasi Peninggalan Borobudur 1999-2006 TTidak dapat dipungkiri bahwa LATAR BELAKANG kelihatan utuh
Lebih terperinciANALISIS BATU BATA. A. Keletakan
ANALISIS BATU BATA Berdasarkan pada hasil penelitian ini dapat dipastikan bahwa di Situs Sitinggil terdapat struktur bangunan berciri masa prasejarah, yaitu punden berundak. Namun, berdasarkan pada hasil
Lebih terperinciBAB III IDENTIFIKASI DATA. A. Candi Cetho
BAB III IDENTIFIKASI DATA A. Candi Cetho 1. Lokasi Candi Cetho terletak di lereng barat Gunung Lawu, tepatnya di desa Cetho kelurahan Gumeng kecamatan Jenawi, kabupaten Karanganyar provinsi Jawa Tengah.
Lebih terperinciCagar Budaya Candi Cangkuang
Cagar Budaya Candi Cangkuang 1. Keadaan Umum Desa Cangkuang Desa Cangkuang terletak di Kecamatan Leles, Kabupaten Garut. Desa Cangkuang dikelilingi oleh empat gunung besar di Jawa Barat, yang antara lain
Lebih terperinciPersepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur
Persepsi Masyarakat Sekitar Terhadap Pemanfaatan dan Kelestarian Candi Borobudur Oleh : Panggah Ardiyansyah, S.S Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Pendahuluan Semenjak diresmikannya pada tanggal 23
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN A.
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)
RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Nama matakuliah Kode/SKS Status mata kuliah Deskripsi Singkat : ARKEOLOGI HINDU-BUDDHA : BDP 1107/ 2 SKS : Wajib : Pengenalan tinggalan arkeologi
Lebih terperinciMATERIAL KONSERVASI PADA PEMUGARAN VAN ERP
Material Konservasi 35 MATERIAL KONSERVASI PADA PEMUGARAN VAN ERP Oleh : Nahar Cahyandaru Koordinator Kelompok Kerja Pemeliharaan Balai Konservasi Peninggalan Borobudur Candi Borobudur yang saat ini bisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki keanekaragaman budaya dan adat istiadat yang sangat unik dan berbeda-beda, selain itu banyak sekali objek wisata yang menarik untuk dikunjungi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Pengertian Megalitik telah banyak disinggung oleh para ahli sebagai suatu tradisi yang menghasilkan batu-batu besar, mengacu pada etimologinya yaitu mega berarti
Lebih terperinciINTERAKSI KEBUDAYAAN
Pengertian Akulturasi Akulturasi adalah suatu proses sosial yang timbul manakala suatu kelompok manusia dengan kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur dari suatu kebudayaan asing. Kebudayaan asing
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Candi Borobudur merupakan sebuah candi Buddha terbesar di Indonesia yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Selain sebagai tempat ibadah umat Buddha, Candi
Lebih terperincidi JAW A TE N GAH S E LATAN
C AN D I C AN D I di JAW A TE N GAH S E LATAN CANDI MENDUT Letak : kec. Mungkid, kab. Magelang + 2 km dari Candi Borobudur Hubungan dengan Candi Borobudur Dari segi paleografis tulisan ada persamaan (tulisan-tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pulau Jawa kaya akan peninggalan-peninggalan purbakala, di antaranya ialah bangunan-bangunan purbakala yang biasa disebut candi. Candi-candi ini tersebar di
Lebih terperinciSitus Gunung Padang. Nopsi Marga Handayani Gregorian Anjar Prastawa
Situs Gunung Padang Nopsi Marga Handayani 14148118 Gregorian Anjar Prastawa - 14148136 Situs Gunung Padang terletak di kampung Gunung Padang dan Kampung Panggulan,Desa Karyamukti Kecamatan Cempakan, Cianjur.
Lebih terperinciSeri Terbitan Candi Borobudur - 5. TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur
ii Seri Terbitan Candi Borobudur - 5 TINJAUAN KEMBALI REKONSTRUKSI CANDI BOROBUDUR Sektor Tekno Arkeologi Proyek Pemugaran Candi Borobudur 1973-1983 Diterbitkan oleh : Balai Konservasi Borobudur Jalan
Lebih terperinciBAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang
BAB II METODE PERANCANGAN A. Analisis Permasalahan Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang muncul dalam mengembangkan relief candi menjadi sebuah motif. Pertama, permasalahan
Lebih terperinciSejumlah rumah sakit yang menggunakan kata tambahan internasional wajib melepaskan embelembel tersebut.
1. SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 9. MEMAHAMI INFORMASI DALAM BENTUK RANGKUMAN, TEKS BERITA, SLOGAN, DAN POSTERLatihan Soal 9.1 Perhatikan teks di bawah ini! Sejumlah rumah sakit yang menggunakan kata
Lebih terperinciKERUSAKAN PADA RELIEF LALITAVISTARA CANDI BOROBUDUR
KERUSAKAN PADA RELIEF LALITAVISTARA CANDI BOROBUDUR Belinda Natasya S. Hum. dan Dr. Wanny Rahardjo Wahyudi Program Studi Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, 16431, Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk bersemayam para dewa (Fontein, 1972: 14). Dalam kamus besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Candi adalah bangunan yang menggunakan batu sebagai bahan utamanya. Bangunan ini merupakan peninggalan masa kejayaan Hindu Budha di Indonesia. Candi dibangun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1. BAB I
BAB I PENDAHULUAN 1. BAB I 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota besar di Pulau Jawa yang memiliki kekayaan akan peninggalan kebudayaan. Bentuk dari peninggalan kebudayaan dibagi menjadi
Lebih terperinciPERCANDIAN PADANGLAWAS
PERCANDIAN PADANGLAWAS Di daerah Padanglawas yang merupakan dataran rendah yang kering, pada masa lampau mungkin tidak pernah menjadi pusat pemukiman, dan hanya berfungsi sebagai pusat upacara keagamaan.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN
PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 29 TAHUN 2003 T E N T A NG KEBERSIHAN, KEINDAHAN DAN KELESTARIAN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam upaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Jepang banyak menghasilkan berbagai macam karya. Baik berupa karya sastra, maupun entertainment/pertunjukan berupa film. Film adalah satu rangkaian gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah kebudayaan di Nusantara terus mengalami perkembangan dari masa ke masa. Seperti yang telah kita ketahui bahwa perkembangan kebudayaan tersebut secara kronologis
Lebih terperinciBalai Konservasi Peninggalan Borobudur
ISBN 978-979 - 19227-5 - 3 100 TAHUN PASCAPEMUGARAN CANDI BOROBUDUR Trilogi I Menyelamatkan Kembali Candi Borobudur Balai Konservasi Peninggalan Borobudur 100 TAHUN PASCAPEMUGARAN CANDI BOROBUDUR Trilogi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Plato 1 Dieng merupakan sebuah dataran tinggi yang berada di atas 2000 m.dpl. dan dikelilingi oleh Pergunungan Api Dieng. Secara administratif Plato Dieng berada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan istilah untuk menyebut bangunan monumental yang berlatar belakang Hindu atau Buddha di Indonesia, khususnya di Jawa. Orangorang di Jawa Timur menyebut
Lebih terperinciAPLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN. Absatrak
APLIKASI PETA TEMATIK UNTUK PARIWISATA (KASUS APLIKASI PETA LOKASI DAN WAKTU TEMPUH BAGI PELAKU JASA WISATA DI KOMPLEKS CANDI GEDONG SONGO KABUPATEN SEMARANG) Rahma Hayati Jurusan Geografi FIS UNNES Absatrak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam kebudayaan. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya peninggalan peninggalan sejarah yang tersebar luas hampir
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 147 /KPTS/013/2016 TENTANG PENETAPAN CANDI GUNUNG GANGSIR DI KABUPATEN PASURUAN SEBAGAI BANGUNAN CAGAR BUDAYA PERINGKAT PROVINSI GUBERNUR JAWA
Lebih terperinciPEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH *
PEMBERDAYAAN GURU-GURU IPS / SEJARAH DI BANTUL DALAM UPAYA PENINGKATAN KESADARAN MASYARAKAT TERHADAP PELESTARIAN BENDA-BENDA PENINGGALAN SEJARAH * OLEH : DANAR WIDIYANTA A. Latar Belakang Perjalanan sejarah
Lebih terperinciBAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN
BAB 3 KEPURBAKALAAN PADANG LAWAS: TINJAUAN GAYA SENI BANGUN, SENI ARCA DAN LATAR KEAAGAMAAN Tinjauan seni bangun (arsitektur) kepurbakalaan di Padang Lawas dilakukan terhadap biaro yang masih berdiri dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan. Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang
BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Wilayah Prambanan yang meliputi Kabupaten Sleman DIY dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah merupakan suatu wilayah yang kaya akan situs-situs arkeologi baik yang
Lebih terperinci1 Universitas Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu wilayah yang mendapat pengaruh kebudayaan India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia membawa pengaruh terhadap kehidupan keagamaan di
Lebih terperinciSTANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL KEBUDAYAAN STANDAR OPERASIONAL PERIZINAN DAN PEMANFAATAN CANDI BOROBUDUR, CANDI MENDUT, DAN CANDI PAWON 2015 Balai Konservasi Borobudur Jl. Badrawati
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya
I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Gagasan penelitian ini timbul karena suatu keinginan penulis untuk memahami kebudayaan Jawa dengan mengacu pada buku History Of Java dan membandingkannya dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wisatawan menuju daerah tujuan wisata. Terdapat dua fungsi dari atraksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Atraksi wisata merupakan salah satu komponen penting dalam pariwisata. Atraksi merupakan salah satu faktor inti tarikan pergerakan wisatawan menuju daerah tujuan wisata.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gejala Pariwisata telah ada semenjak adanya perjalanan manusia dari suatu tempat ke tempat yang lain. Selain itu tinggal secara tidak menetap. Semenjak itu pula
Lebih terperinciSALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG
1 SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN DI KABUPATEN BALANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pengelolaan terhadap tinggalan arkeologi yang ditemukan di berbagai pelosok tanah air termasuk daerah Bali, sesungguhnya sudah sejak lama dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA
BAB 3 KAJIAN TIPOMORFOLOGI ARSITEKTUR PERCANDIAN BATUJAYA 3.1. Tata letak Perletakan candi Batujaya menunjukkan adanya indikasi berkelompok-cluster dan berkomposisi secara solid void. Komposisi solid ditunjukkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. penggambaran proses budaya masa lalu (Binford, 1972: 78-79). 1 Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peninggalan hasil kebudayaan manusia di Indonesia sangat banyak tetapi yang dapat dijadikan sebagai data arkeologis sangat terbatas, salah satunya adalah relief yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Candi merupakan peninggalan arsitektural yang berasal dari masa klasik Indonesia, yaitu masa berkembangnya kebudayaan yang berlatar belakang agama Hindu-Budha, yang
Lebih terperinciBAB III TINJAUAN KHUSUS
BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Tinjauan Tema Berikut ini merupakan tinjauan dari tema yang akan diterapkan dalam desain perencanaan dan perancangan hotel dan konvensi. 3.1.1 Arsitektur Heritage Perencanaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1 Brosur resmi Istana Kepresidenan Bogor, 2012.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Istana Kepresidenan Bogor terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1,Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat, sekitar 60 Kilometer dari kota Jakarta dengan luas sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Buddhism atau yang biasa dikenal sebagai ajaran Agama Buddha, merupakan salah satu filsafat tua dari timur yang ikut berkembang di Indonesia sejak abad ke 5. Pada
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 50 responden yang mengunjungi Objek Wisata Candi Kalasan DIY. Serta masukan
BAB V PENUTUP Pada bab ini peneliti akan melakukan review dan menyimpulkan semua hal terkait dengan hasil jawaban dari 50 responden yang diteliti terkait penilaian responden terhadap atribut pengelolaan
Lebih terperinciLAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
LAMPIRAN KUESIONER PENILAIAN PENGUNJUNG TERHADAP ATRIBUT PENGELOLAAN 4A PADA OBJEK WISATA CANDI KALASAN, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Nama responden : Usia : Jenis Kelamin : Pria Wanita Pendidikan : SD SMP
Lebih terperinciPENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG Disempurnakan) PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG,
Lebih terperinciMITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006
MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 Rafki Imani Universitas Putra Indonesia YPTK Padang, Indonesia E-mail: rafimani17@yahoo.co.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PERANCANGAN Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya yang berisi tulisan atau gambar.buku sering dikatakan sebagai
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan serta menggalakan dunia kepariwisataan kini semakin giat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan terhadap dunia kepariwisataan di Indonesia menjadi salah satu komoditas dan sumber pendapatan devisa negara yang cukup besar dan usaha untuk mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan warisan budaya. Salah satu warisan budaya yang penting adalah bangunan-bangunan candi yang merupakan tinggalan dari
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Desa Cangkuang terletak diantara kota Bandung dan Garut. Di desa ini terdapat sebuah kampung yang bernama Kampung Pulo. Di kampung ini juga terdapat sebuah
Lebih terperinciBUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA
BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN WARISAN BUDAYA DAN CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara Kepulauan yang terdiri dari berbagai macam pulau-pulau besar dan Pulau Sumatera salah satunya. Pulau Sumatera memiliki kota-kota
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas, pariwisata telah menjadi bagian penting dari kebutuhan dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam arti luas, pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Sebagai suatu aktivitas,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN JUDUL Proyek yang direncanakan dalam Studio Konsep Perancangan Arsitektur (SKPA) berjudul Boyolali Historical Park sebagai Pengembangan Taman Sonokridanggo. Maksud dari
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak
BAB VI KESIMPULAN Berakhirnya Kerajaan Majapahit pada awal abad ke 16, rupanya tidak menghilangkan pamor kerajaan tersebut. Kejayaan yang pernah dicapai Kerajaan Majapahit terekam dari berbagai peninggalannya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1993 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1992 TENTANG BENDA CAGAR BUDAYA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa sebagai pelaksanaan
Lebih terperinciCermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya
Cermin Retak Pengelolaan Benda Cagar Budaya Oleh: Jajang Agus Sonjaya, M.Hum. (Dosen Arkeologi FIB UGM dan Staf Peneliti Sosial Budaya PSAP UGM) Tanggal 19 Februari 2005 Pusat Studi Asia Pasifik (PSAP)
Lebih terperinci'; Soekanto Soerjono, Prof, Dr, SH, MA, Sosiologi Suatu Ppngantar, CV Rajawali, Jakarta, 1982.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Indonesia mempunyai sejarah kebudayaan yang telah tua, berawal dari masa prasejarah (masa sebelum ada tulisan), masa sejarah (setelah mengenal tulisan)
Lebih terperincibiasa dari khalayak eropa. Sukses ini mendorong pemerintah kolonial Belanda untuk menggiatkan lagi komisi yang dulu. J.L.A. Brandes ditunjuk untuk
11 Salah satu warisan lembaga ini adalah Museum Sono Budoyo di dekat Kraton Yogyakarta. 8 Tahun 1900, benda-benda warisan budaya Indonesia dipamerkan dalam Pameran Kolonial Internasional di Paris dan mendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Potensi desa Tamanagung kecamatan Muntilan sebagai daerah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi desa Tamanagung kecamatan Muntilan sebagai daerah industri dan kerajinan seni pahat batu. Kekayaan alam merupakan salah satu potensi yang dimiliki oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada masa lalu, wilayah nusantara merupakan jalur perdagangan asing yang sangat strategis, yang terletak di tengah-tengah jalur perdagangan yang menghubungkan antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh
Lebih terperinciBUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN
BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN PEMAKAMAN DI KABUPATEN MADIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : a. bahwa dengan
Lebih terperinciPANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA
PANDANGAN CIVITAS AKADEMIA UII MENGENAI CANDI KIMPULAN DI KAMPUS TERPADU UII YOGYAKARTA Irfanuddin Wahid Marzuki (Balai Arkeologi Manado) Abstrak The slopes of Mount Merapi are found the remains of the
Lebih terperinciPelestarian Cagar Budaya
Pelestarian Cagar Budaya KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PELESTARIAN CAGAR BUDAYA JAWA TIMUR 2016 Sebelum kita bahas pelestarian cagar budaya, kita perlu tahu Apa itu Cagar Budaya? Pengertian
Lebih terperinciPertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur
Pertemuan X & XI Contoh Kasus candi-candi Periode Jawa Timur Universitas Gadjah Mada 1 X dan XI. Contoh Kasus Candi Periode Jawa Timur Candi Kidal Candi Kidal terletak di desa Rejokidul, Kecamatan Tumpang,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Museum Sejarah Jakarta merupakan museum sejarah yang diresmikan pada tanggal 4 April 1974. Nama lain dari museum ini adalah Museum Fatahillah. Sesuai dengan nama resminya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi rajaraja yang memerintah.
Lebih terperinciSumber : Gambar 1.2 Pantai Pangandaran
1.1 Latar Belakang BAB I Pendahuluan Pariwisata merupakan salah satu hal yang penting bagi suatu negara. Dengan adanya pariwisata, suatu negara atau lebih khusus lagi pemerintah daerah tempat obyek pariwisata
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tinggalan budaya masa lalu sebagai hasil kreativitas merupakan buah pikiran yang dapat berbentuk fisik (tangible) dan non-fisik (intangible). Tinggalan fisik
Lebih terperinciBAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang Pernyataan Masalah.
BAB I: PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Candi Prambanan atau Candi Rara Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi.kompleks Candi Prambanan telah tercatat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun merupakan masjid peninggalan Kesultanan Deli yang dibangun pada tahun 1906 M, pada masa pemerintahan sultan Maamun Al- Rasyid Perkasa Alamsjah.Masjid
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan
BAB I PENDAHULUAN Banyak hal yang diungkapkan melalui relief. Ada yang berhubungan langsung dengan keadaan yang kini dapat ditemukan di Jawa atau di tempat lain, tetapi sebagian lainnya hanya dapat ditelusuri
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG
BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN, PENGELOLAAN DAN PERIZINAN MEMBAWA CAGAR BUDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kraton Yogyakarta merupakan kompleks bangunan terdiri dari gugusan sejumlah bangunan antara lain; Alun alun Utara, Pagelaran, Sitihinggil Utara, Cepuri, Keputren, Keputran,
Lebih terperinciKONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Situs Candi Muara Takus
30 KONDISI UMUM Batas Geografis dan Administratif Wilayah perencanaan situs Candi Muara Takus terletak di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Koto Kampar, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Jarak kompleks candi
Lebih terperinci