PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI FORMULASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI FORMULASI"

Transkripsi

1 1 PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI FORMULASI Pseudomonas fluorescens TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) EKO PRASETYO A DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 009

2 ABSTRAK EKO PRASETYO. Pengaruh trasi dan Frekuensi Aplikasi Formulasi Pseudomonas fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Dibimbing oleh GIYANTO dan MEMEN SURAHMAN. Padi merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, karena sekitar 95% penduduk yang jumlahnya saat ini mencapai 0 juta jiwa, masih mengandalkan beras sebagai bahan makanan pokok. Kehadiran Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dirasa semakin merugikan pada pertanaman di daerah-daerah sumber penghasil padi nasional. Penggunaan pestisida dianggap sebagai solusi utama permasalah ini oleh sebagian besar petani. Namun penggunaan secara tidak bijaksana dan terus-menerus mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan. Penggunaan agens pengendali hayati untuk mengendalikan OPT semakin berkembang sebagai alternatif pengendalian pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat keefektifan frekuensi dan konsentrasi aplikasi formulasi agens antagonis P. fluorescens dalam menekan intensitas penyakit hawar daun padi (Xanthomonas campestris pv oryzae) dan hawar pelepah daun padi (Rhizoctonia solani) serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan, percobaan pertama yaitu uji pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap perkecambahan benih padi, dan percobaan kedua yaitu uji pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi terhadap pertumbuhan tanaman padi di lapangan. Rancangan percobaan pertama menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan perlakuan konsentrasi formulasi P. fluorescens. trasi yang digunakan meliputi konsentrasi 0%,,5%, 5%, dan 10%. Percobaan kedua menggunakan Rancangan Faktorial dalam Acak Kelompok dua faktor yaitu frekuensi dan konsentrasi aplikasi. Frekuensi aplikasi yang digunakan meliputi frekuensi aplikasi satu minggu sekali, dua minggu sekali dan empat minggu sekali. trasi yang digunakan meliputi konsentrasi 0% (kontrol),,5%, 5%, dan 10%. Hasil percobaan pertama, perlakuan konsentrasi memberikan pengaruh nyata terhadap daya kecambah benih (>90%) dan tidak berpengaruh terhadap bobot kering kecambah. Hasil percobaan kedua, secara keseluruhan perlakuan konsentrasi formulasi P. fluorescens memberikan pengaruh nyata terhadap peubah yang diamati. Perlakuan formulasi P. fluorescens terbukti efektif menekan intensitas penyakit hawar daun padi (55%) dan hawar pelepah daun padi (50%), meningkatkan jumlah anakan produktif (-4 batang/rumpun), gabah kering panen (GKP) (10-15 gram/rumpun), gabah kering giling (GKG) (5-10 gram/rumpun), serta menurunkan jumlah anakan tidak produktif (-4 batang/rumpun). Pada fase generatif menimbulkan penghambatan pertumbuhan tanaman padi. Perlakuan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens tidak memberikan pengaruh secara nyata terhadap peubah yang diamati, serta tidak ada interaksi antara perlakuan konsentrasi dengan frekuensi aplikasi.

3 PENGARUH KONSENTRASI DAN FREKUENSI APLIKASI FORMULASI Pseudomonas fluorescens TERHADAP INTENSITAS PENYAKIT, PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Eko Prasetyo A Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Proteksi Tanaman DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 009

4 4 HALAMAN PENGESAHAN Judul : Pengaruh trasi dan Frekuensi Aplikasi Formulasi Pseudomonas fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) Nama NRP : Eko Prasetyo : A Menyetujui, Pembimbing skripsi 1 Pembimbing skripsi Dr. Ir. Giyanto, MSi NIP: Dr. Ir. Memen Surahman, MSc NIP: Mengetahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Dadang, MSc NIP Tanggal lulus:

5 5 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Purworejo, Jawa Tengah pada tanggal 11 Oktober Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sarimin, SPd dan Ibu Sulistiyani, SPd. Pada tahun 00 penulis menempuh studi di SMU Negeri Purworejo dan lulus tahun 005. Tahun 005 penulis berhasil diterima sebagai mahasisiwa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Selama menempuh kuliah di IPB penulis bergabung dan aktif dalam beberapa organisasi kemahasiswaan dan masyarakat. Dimulai pada tahun 005, penulis tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Pramuka IPB, kemudian diangkat menjadi kepala divisi sumber daya manusia pada tahun dan menjadi bendahara II pada tahun Selain itu juga, dimulai pada tahun yang sama yaitu tahun 005, penulis tergabung menjadi anggota UKM Seroja Putih (Seni Gerak Raga dan Rasa) dan menjadi pengurus sejak tahun 00 hingga 009. Penulis aktif juga dalam organisasi kemasyarakatan yaitu Organisasi Masyarakat Daerah (OMDA) Keluarga Mahasiswa Purworejo di IPB (GAMAPURI). Penulis pernah menjadi asisten Dasar Proteksi Tanaman pada semester genap tahun 009.

6 PRAKATA Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini berjudul Pengaruh trasi dan Frekuensi Aplikasi Formulasi Pseudomonas fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.). Penyelesaian penelitian dan penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan semua pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua, Bapak Sarimin dan Ibu Sulistiyani, adik Widiyantoro Cahyo Setiawan, yang memberikan dukungan baik moril dan materi. Selain itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Ir. Giyanto, MSi sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, membiayai dana penelitian serta pengarahan kepada penulis.. Dr. Ir. Memen Surahman, MSc sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan.. Dra. Endang Sri Ratna, PHd yang telah bersedia menjadi dosen penguji tamu dalam seminar tugas akhir dan ujian sarjana. 4. Aris, Bapak Boni, Bapak Dadang Surahman yang telah bekerja keras turut membantu dalam proses penyelesaian penelitian. 5. Ade saputra, Sulistiyani, Khoirunisa, Ratdiana, Anisa, Dyah Dewi Setyowati dan teman-teman lab.bakteriologi serta teman-teman angkatan 4 Departemen Proteksi Tanaman yang secara langsung maupun tidak langsung telah memberikan dukungan dan bantuan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat di kemudian hari bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Bogor, 17 September 009 Eko Prasetyo

7 7 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x PENDAHULUAN... Latar Belakang.... Tujuan TINJAUAN PUSTAKA... Padi (Oryza sativa)... Penyakit Hawar Daun Padi... Penyakit Hawar Pelepah Daun Padi... Pseudomonas fluorescens BAHAN DAN METODE... Tempat dan Waktu Percobaan... Metode Penelitian... Penyiapan Agens Antagonis... I: Uji Pengaruh trasi Formulasi P. fluorescens terhadap Perkecambahan Benih Padi... II: Uji Pengaruh trasi dan Frekuensi Aplikasi Formulasi P. fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Padi di Lapangan.... Persiapan Lahan... Penanaman Padi... Pemeliharaan... Pengamatan Tanaman Padi... Analisis data HASIL DAN PEMBAHASAN... Kondisi Umum... I: Pengaruh trasi Formulasi P. fluorescens terhadap Perkecambahan Benih Padi... II: Pengaruh trasi dan Frekuensi Aplikasi Formulasi P.fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Padi di Lapangan KESIMPULAN DAN SARAN... Kesimpulan... Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

8 8 DAFTAR TABEL Halaman 1. Penentuan kategori serangan penyakit hawar daun padi Penentuan kategori serangan penyakit hawar pelepah daun padi Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap persentase daya berkecambah benih dan bobot kering kecambah... 1 Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi di lapangan Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi di lapang Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas penyakit hawar daun padi (X. campestris pv.oryzae)... 0 Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas penyakit hawar daun padi (X. campestris pv.oryzae)... 0 Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas hawar pelepah daun padi (R. solani)... 1 Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas hawar pelepah daun padi (R. solani) Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap jumlah anakan produktif dan anakan tidak produktif tanaman padi Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap jumlah anakan produktif dan anakan tidak produktif tanaman padi Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap gabah kering panen dan gabah kering giling Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap gabah kering panen dan gabah kering giling

9 9 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Kemasan formulasi P. fluorescens Skema penanaman bibit padi pada petak perlakuan Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan kecambah benih padi... 17

10 10 DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1. Skema pengacakan petak perlakuan Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap daya kecambah benih.... Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap bobot kering kecambah Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi 1 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi 4 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi 5 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi 7 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi 8 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tanaman padi 9 MST... 9

11 11 1. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi 5 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi 7 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi 8 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi 9 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi 10 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar daun padi (X.campestris pv oryzae) pada tanaman padi 11 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi 5 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi 7 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi 8 MST... 4

12 1 4. Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi 9 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi 10 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap keparahan penyakit hawar pelepah padi (R. solani) pada tanaman padi 11 MST Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap jumlah anakan produktif Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap jumlah anakan tidak produktif Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap gabah kering panen Hasil analisis ragam pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap gabah kering giling... 45

13 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, karena sekitar 95% penduduk yang jumlahnya saat ini hampir mencapai 0 juta jiwa, masih mengandalkan beras sebagai komoditas pangan utama. Meskipun padi dapat digantikan oleh makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Balitbangtan 1995). Sejalan dengan kebutuhan pangan yang terus bertambah, peningkatan produksi pangan khususnya, padi terus diupayakan untuk mempertahankan ketahanan pangan nasional. Upaya peningkatan produksi padi yang telah ditempuh lebih diarahkan pada penggunaan varietas unggul yang beranakan banyak, perluasan areal tanam, peningkatan intensitas tanam, pemakaian pupuk dan pengendalian organisme pengganggu (BBPTP 001). Kebutuhan beras sebagai bahan pangan utama terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan dan peningkatan konsumsi perkapita. Peningkatan jumlah penduduk ditandai dengan adanya laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,49% per tahun dan konsumsi beras penduduk di Indonesia mencapai 15 kg/kapita/tahun (Deptan 007). Adanya laju pertumbuhan penduduk juga diimbangi dengan peningkatan produksi pangan nasional. Berdasarkan data Balai Pusat Statistik, selama periode pertumbuhan produksi tanaman pangan secara konsisten mengalami peningkatan yang signifikan. Produksi padi meningkat ratarata,78% per tahun (dari 54,09 juta ton GKG (Gabah Kering Giling) tahun 004 menjadi 0,8 juta ton GKG tahun 008), bahkan bila dibanding produksi tahun 007, produksi padi tahun 008 meningkat,1 juta ton (5,4%). Pencapaian angka produksi padi tersebut merupakan angka tertinggi yang pernah dicapai selama ini, sehingga tahun 008 Indonesia kembali dapat mencapai swasembada beras, bahkan terdapat surplus padi untuk ekspor sebesar juta ton (Baehaki 00 & BPS 009). Keberhasilan bangsa Indonesia dalam peningkatan produksi padi tidak lepas dari kerja keras dalam mengatasi gangguan-gangguan dalam budidaya

14 14 pertanian. Salah satunya disebabkan oleh adanya gangguan penyakit yang dirasakan semakin serius mengganggu pertanaman di daerah-daerah sumber penghasil padi nasional. Chang dan Yang (00) melaporkan bahwa gangguan penyakit penting pada pertanaman padi antara lain seperti hawar daun bakteri (Xanthomonas campestris pv oryzae), busuk batang (Helminthosporium sigmodeum), bercak belah ketupat (Pyricularia oryzae), dan hawar pelepah daun (Rhizoctonia solani) berpengaruh nyata menurunkan produksi padi secara kuantitatif maupun kualitatif. Kesadaran petani terhadap pentingnya pengendalian penyakit pada pertanaman padi umumnya masih rendah karena faktor keterbatasan pengetahuan tentang penyakit serta belum adanya teknik pengendalian yang efektif dan efisien. Hawar daun dan hawar pelepah pada padi umumnya dikendalikan dengan cara sanitasi dan fungisida, namun cara ini tidak efektif sehingga penyakit masih berkembang pada tiap musim tanam. Sedangkan penggunaan fungisida yang terus menerus dan kurang bijaksana dapat menyebabkan patogen menjadi lebih resisten. disamping itu, fungisida yang sesuai untuk mengendalikan penyakit ini jarang tersedia dan harganya mahal, sehingga perlu dikaji cara lain untuk mengendalikan penyakit hawar daun dan hawar pelepah misalnya dengan memanfaatkan agens antagonis (Cook & Baker 198). Penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan penyakit pada tanaman semakin berkembang. Salah satu agens antagonis yang telah banyak digunakan yaitu bakteri dari kelompok Pseudomonas yaitu P. fluorescens. Widodo (199) menyatakan bahwa isolat Pseudomonas kelompok flourescens mampu menekan perkembangan penyakit akar gada, juga mampu menekan perkembangan penyakit layu fusarium pada mentimun. Ratdiana (007) melaporkan P. fluorescens P-4 dapat menekan penyakit layu pada cabai secara in vivo. Phytuim ultinum dan Rhizoctonia solani dapat dihambat pertumbuhannya oleh P. fluorescens yang diisolasi dari rizosfer pertanaman gula baik secara in-vitro maupn in-vivo (Nielsen 1988 dalam Kusumawardani 008). Penggunaan bakteri P. fluorescens sebagai agens antagonis merupakan agens yang ideal kerena pertumbuhannya yang cepat serta mudah ditangani juga tidak berbahaya bagi manusia, musuh alami dan dan organisme bukan sasaran,

15 15 tidak menimbulkan resistensi dan resurgensi, serta pada lingkungan sesuai, agens antagonis yang diintroduksi mampu bertahan hidup lama sehingga dapat menekan pertumbuhan dan penyebaran inokulum secara berkesinambungan, walaupun tidak menekan secara mutlak. Penggunaan agens pengendali hayati secara tepat dapat mencegah timbulnya ledakan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT), hasil panen terhindar dari bahaya residu pestisida, juga akan menurunkan biaya produksi (BPTH 007). Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap tingkat perkecambahan benih padi, pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi P. fluorescens dalam menekan intensitas penyakit hawar daun padi (X. campestris pv oryzae) dan hawar pelepah daun padi (R. solani) serta pengaruhnya terhadap pertumbuhan serta produksi tanaman padi sawah (Oryza sativa).

16 1 TINJAUAN PUSTAKA Padi (Oryza sativa) Tanaman padi (Oryza sativa L.) termasuk ke dalam family Graminae yang ditandai dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Bagian generatif padi berupa malai yang tersusun atas bunga tunggal yang disebut spikelet (Siregar 1981). Tanaman ini memiliki tiga stadia pertumbuhan yaitu fase vegetatif yang meliputi pertumbuhan tanaman dari mulai berkecambah hingga inisiasi primordial malai kemudian dilanjutkan dengan fase reproduktif yang dimulai dari fase inisiasi primordial hingga berbunga (heading) dan fase pemasakan dimulai dari berbunga hingga masak panen (Manurung & Ismunadji 1998, Taslim & Fagi 1998). Bunga padi umumnya menyerbuk sendiri dan kemungkinan menyerbuk silang tidak lebih dari %. Budidaya padi sawah dilakukan pada lahan yang dibatasi dengan pematang untuk menghindari air keluar dari lahan. air dapat berasal dari irigasi dan hujan (Poehlman & Sleper 199). Varietas yang umumnya ditanam oleh petani Indonesia di 14 kabupaten sentra produksi padi adalah IR 4 dan Ciherang (Deptan 007). Varietas ciherang merupakan tipe tanaman yang pendek, mempunyai anakan banyak dan berdaun lebat. Varietas padi ini telah banyak digunakan petani di berbagai tempat. Varietas ini dilepas pada tahun 000. Bentuk gabah padi varietas Ciherang panjang ramping dan warna gabah kuning bersih dengan anakan produktif batang. Tinggi tanaman cm dan umur tanaman hari. Potensial hasil panen 5-8,5 ton/ha dan tekstur nasi yang dihasilkan adalah pulen. Varietas ini cocok ditanam di musim hujan maupun kemarau di dataran sedang pada ketinggian mencapai 500 meter dibawah permukaan laut (BBPTP 007). Penyakit Hawar Daun Padi Hawar daun padi (Bacterial leaf blight, BLB) sudah dikenal di Jepang sejak tahun Penyakit ini tersebar luas di berbagai negara penghasil padi, seperti Cina, Taiwan, Korea, Thailand, Filipina, Srilangka, India, Australia dan Amerika Selatan. Penyakit ini belum terdapat di Eropa dan Amerika utara (Ou 1985). Penyakit ini tersebar luas di seluruh Indonesia (Ramlan 1985).

17 17 Penyakit kresek/blb (bacterial leaf blight) pada padi oleh Xanthomonas oryzae pv. oryza menjadi penyakit terpenting dalam tiga tahun terakhir. Sepuluh tahun yang lalu penyakit ini tidak pernah dianggap sebagai penyakit penting sehingga penelitian terhadapnya pun juga kurang. Suhu optimum utuk perkembangan penyakit adalah 0oC. Penularan utamanya melalui percikan air, hujan, dan angin akan memperberat serangan penyakit ini. Apabila terjadi peningkatan suhu rata-rata akan mendorong perkembangan penyakit ini (Wiyono 007). Bakteri X. campestris pv oryzae merupakan bakteri berbentuk batang dan berkapsul. Pada medium buatan bakteri berukuran 1,-, x 0,5-0,8 µm. Sel bakteri kadang-kadang tunggal dengan flagella monotrichous polar dengan panjang lebih dari 8,75 µm (Esya 001). Suhu optimum untuk perkembangan penyakit adalah 5-0oC. Pada suhu 5oC bakteri akan mati. Bakteri ini bersifat aerob, gram negatif dan tidak berspora. Gejala penyakit terlihat pada 4- MST (Minggu Setelah Tanam) dengan kejadian penyakit %. Penularan utama melalui percikan air, angin dan hujan. Apabila terjadi peningkatan suhu rata-rata akan mendorong perkembangan penyakit oleh bakteri ini (Schaad et al 001). Gejala yang ditemukan di lapangan berupa helaian daun yang melengkung ke atas dan diikuti oleh melipatnya helaian daun sepanjang tulang daun. Potongan permukaan bawah daun terlihat adanya bercak berwarna hijau kelabu. Tulang daun menjadi berwarna kuning. Gejala ini dapat menjalar ke pelepah daun. Bakteri terutama terdapat pada berkas-berkas pembuluh (Ekawati 00). Kalau daun yang sakit dipotong dan diletakkan di dalam ruangan yang lembab, dari berkas pembuluhnya akan mengalir lendir kekuningan yang mengandung jutaan bakteri (Semangun 004). Penyakit Hawar Pelepah Daun Padi Penyakit hawar pelepah daun disebabkan oleh R. solani. Benang-benang miseliumnya mempunyai lebar -10 µm dengan percabangan membentuk sudut runcing. Hifa bersel pendek mempunyai percabangan (Semangun 004) dan didekatnya terdapat sekat. Cendawan R. solani berkembang baik pada kelembaban optimum 9% dan suhu optimum 0-oC. Sebagian dari benang-benang inti

18 18 membentuk benang yang tebal dan pendek. Jamur membentuk sklerotium yang bentuknya tidak teratur. Badan inti berwarna coklat atau coklat kehitaman. Gejala penyekit hawar pelepah daun padi yang ditemukan di lapang berupa bercak terutama terdapat pada seludang daun dan daun. Bercak berbentuk lonjong, berwarna kelabu kehijau-hijauan yang kemudian menjadi kelabu. Ukuran bercak dapat mencapai panjang - cm (Ekawati 00). Varietas tanaman padi yang terlalu subur lebih rentan terhadap penyakit ini. Jenis yang berbatang pendek dan mempunyai anakan banyak yang sekarang cenderung banyak ditanam, ternyata lebih rentan terhadap R. solani (Sudir & Suparyono 000). Selain itu, faktor penggunaan pupuk sintetik yang berlebihan menyebabkan tanaman padi menjadi lebih sukulen, sehingga memudahkan patogen melakukan penetrasi. Dampak lain dari pemupukan yang berlebihan yaitu memacu kondisi stres lingkungan, meyebabkan matinya mikroorganisme bermanfaat dan menstimulus munculnya ras patogen yang lebih virulen. Pseudomonas fluorescens Bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens termasuk dalam ordo Pseudomodales, famili Pseudomonaceae dan Genus Pseudomonas. Ciri bakteri ini berbentuk batang kebanyakan semuanya motil, memiliki flagella monotrikus, politrikus dan lofotrikus, Gram negatif, dan beberapa diketahui berifat aerob fakultatif, bersel satu dengan ukuran x µm, dan memiliki ciri khas yaitu mampu memproduksi pigmen fluorescens pada media selektif seperti King s B (Hallmann et al 1997, Schaad et al 001). Bakteri Pseudomonas kelompok fluorescens terdapat pada bagian rizosfer dan juga pada bagian tajuk tanaman (filosfer) terutama pada awal pertumbuhan tanaman (Agrios 1997). P. fluorescens telah banyak digunakan dalam pengendalian penyakit tanaman. Widodo (199) menyatakan bahwa isolat Pseudomonas kelompok flourescens mampu menekan perkembangan penyakit akar gada, juga mampu menekan perkembangan penyakit layu fusarium pada mentimun (Park 1988 dalam Widodo 199). Ratdiana (007) melaporkan bahwa bakteri P. fluorescens P-4 dapat menekan penyakit layu pada cabai secara in vivo. Phytuim ultinum dan Rhizoctonia solani dapat dihambat pertumbuhannya

19 19 oleh P. fluorescens yang diisolasi dari rizosfer pertanaman gula bit baik secara invitro maupn in-vivo (Nielsen 1988 dalam Kusumawardani 008). Bakteri P. fluorescens P-4 dapat tumbuh dengan baik pada media air kelapa, Pertumbuhan Pf P-4 pada air kelapa memiliki fase lag yang cepat dan fase logaritmik yang lebih lama. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh nutrisinutrisi seperti carbon (C), nitrogen (N), fosfat (P), dan lainnya. Ratdiana (007) melaporkan bahwa di dalam air kelapa sumber carbon yang tersedia lebih banyak dalam bentuk senyawa gula sederhana seperti fruktosa, sukrosa dan glukosa yang dapat langsung digunakan untuk metabolism sel sehingga pertumbuhan bakteri Pf P-4 pada air kelapa lebih cepat. Pada percobaan yang telah dilakukan sebelumnya, (Kusumowardani 008) P. fluorescens yang disimpan dalam air kelapa dapat bertahan hingga 11 minggu dan masih menunjukkan daya antagonistik terhadap patogen.

20 0 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan pada musim hujan yang dimulai pada bulan Februari hingga Juni 009. Penelitian lapang dilaksanakan di Desa Situ Gede, Kecamatan Bogor Barat, Kotamadya Bogor dan pengujian laboratorium dilakukan di Laboratorium Bakteri, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Metode Penelitian Penyiapan formulasi P. fluorescens Isolat agens antagonis P. fluorescens P-4 didapatkan dari Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Peremajaan agens antagonis dilakukan pada media King s B Agar (Protease pepton no 0,0 g; K HPO4 1,5 gr; MgSO4.7HO 1,5gr; Glyserol 15 ml; Agar 15,0 mg; dan aquadest 1 liter). Bakteri kemudian dipindahkan pada media cair Luria Broth (LB) (Tryptone 10 gr; NaCl 5 gr; Yeast Extract 5 gr; dan aquadest 1 liter) yaitu dengan mengambil satu lup P.fluorescens menggunakan jarum ose, kemudian diinokulasikan pada media LB dan dishaker kecepatan 100 rpm selama 1 jam. Media yang digunakan sebagai media perbanyakan dan pertumbuhan bakteri adalah air kelapa murni pada ph 7.0. Bakteri P. fluorescens dari media LB diinokulasikan pada media air kelapa kemudian dishaker pada kecepatan 100 rpm selama 1 jam dan formulasi telah siap digunakan. Formulasi P.fluorescens yang telah dikemas dan siap digunakan tampak pada gambar dibawah ini.

21 1 Gambar 1 Kemasan formulasi P. fluorescens Penelitian ini terdiri atas dua percobaan yang dilakukan pada waktu dan tempat yang berbeda. Percobaan pertama yaitu uji pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap perkecambahan benih padi, dan percobaan kedua yaitu uji pengaruh konsentrasi dan frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas penyakit, pertumbuhan, dan produksi tanaman padi di lapangan. Percobaan pertama dilakukan di laboratorium bakteriologi sedangkan percobaan kedua dilakukan di lapang. Hasil dari percobaan pertama digunakan sebagai rekomendasi terhadap percobaan kedua. 1. Uji Pengaruh trasi Perkecambahan Benih Padi Formulasi P. fluorescens terhadap Benih padi yang digunakan adalah varietas Ciherang. Rancangan percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan empat perlakuan, yaitu: 1. P0 = konsentrasi 0% (kontrol). P1 = konsentrasi,5%. P = konsentrasi 5% 4. P = konsentrasi 10% Masing-masing perlakuan dilakukan dalam tiga ulangan, setiap ulangan berisi seratus benih dengan parameter pengamatan persentase daya kecambah benih dan bobot kering kecambah setelah sepuluh hari.

22 Keseluruhan benih yang digunakan dalam perlakuan ini direndam secara sempurna pada masing-masing konsentrasi formulasi tersebut selama 1 jam (overnight). Selanjutnya, benih ditumbuhkan dengan teknik Blotter test. Benih yang telah direndam dibungkus menggunakan kertas basah sebanyak empat lapis kemudian digulung secara rapi. Setiap hari, gulungan dibuka dan dibasahi secara merata untuk menjaga kelembaban. Setelah sepuluh hari, dilakukan penghitungan jumlah benih yang tumbuh untuk mengetahui persentase daya kecambah benih. Kecambah yang telah dihitung, kemudian dipotong bagian bijinya lalu dikeringkan didalam oven selama 4 jam. Kecambah tersebut kemudian ditimbang untuk diketahui bobot kering kecambah.. Uji Pengaruh trasi dan Frekuensi Aplikasi Formulasi P. fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Padi di Lapangan.1. Persiapan Lahan Penelitian ini menggunakan lahan dengan luas 1440 m dengan ukuran panjang 0 m dan lebar 1 m. Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan ini adalah rancangan faktorial dalam acak kelompok dengan dua faktor. Faktor pertama adalah konsentrasi formulasi dengan empat taraf faktor meliputi : K0 = konsentrasi 0% (kontrol), K1 = konsentrasi,5%, K = konsentrasi 5%, K = konsentrasi 10%. Faktor ke dua yaitu frekuensi aplikasi dengan tiga taraf faktor meliputi : F1 = frekuensi aplikasi satu minggu sekali, F = frekuensi aplikasi dua minggu sekali, F = frekuensi aplikasi empat minggu sekali. Jumlah keseluruhan petak percobaan berdasarkan 1 kombinasi perlakuan diatas dengan masing-masing tiga ulangan adalah petak percobaan. Oleh karena itu, luasan lahan diatas dibagi menjadi tiga blok sebagai ulangan. Masingmasing blok dibagi kedalam 1 petak perlakuan. Setiap petak perlakuan mempunyai ukuran 10 m ( m x 5 m). Jarak antar petak perlakuan adalah 5 cm.

23 Adapun skema pengacakan petak perlakuan pada masing-masing blok terdapat pada lampiran 1... Penanaman padi Berdasarkan hasil percobaan pertama yang telah dilakukan didapatkan bahwa perlakuan konsentrasi formulasi P. fluorescens mampu meningkatkan daya kecambah benih bila dibandingkan dengan kontrol, akan tetapi belum ada pengaruh yang nyata diantara konsentrasi yang digunakan. Oleh karena itu digunakan rekomendasi konsentrasi terkecil pada percobaan kedua yaitu konsentrasi,5%. Benih padi varietas Ciherang direndam menggunakan formulasi P. fluorescens pada konsentrasi,5% selama satu malam kemudian disemai pada bagian areal lahan percobaan (mx 1m). Persemaian ini dilakukan selama dua minggu untuk menghasilkan bibit padi yang cukup kuat untuk ditanam. Sistem penanaman yang digunakan adalah sistem tanam jajar Legowo 1, artinya setiap dua baris tanaman diberi selang satu baris dengan kata lain setiap baris ke tiga dalam pertanaman tidak dipakai sebagi selang antar tanaman. Setiap dua bibit padi ditanam dengan jarak 5x1 cm ditanam pada satu lubang. 1 cm XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX m XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX 5 cm Baris ke kosong XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX 5m Gambar. Skema penanaman bibit padi pada petak perlakuan

24 4.. Pemeliharaan Pemberian pupuk pada percobaan ini dilakukan mengikuti kebiasaan petani setempat yaitu dengan perlakuan pupuk organik dan non organik. Pupuk organik (pupuk kandang) diberikan satu minggu sebelum tanam. Pupuk non organik yang digunakan antara lain pupuk Urea 00 kg/ha, SP 100 kg/ha dan KCl 100 kg/ha. Pemberian pupuk ini dilakukan dua kali yaitu pada saat umur tanaman 14 MST dan 40 MST. Pengairan lahan dilakukan setiap hari untuk mencukupi kebutuhan air bagi tanaman, namun air selalu dijaga agar hanya berada di sekitar petak perlakuan. Penyiangan gulma dilakukan setiap minggu secara manual dengan mencabut secara langsung atau menggunakan sabit. Penyemprotan pestisida digunakan sebatas untuk mengendalikan hama. Populasi hama yang dikendalikan pada percobaan ini yaitu keong mas, belalang dan wereng hijau..4. Pengamatan Tanaman Padi Penentuan tanaman contoh dilakukan dengan metode sampling terpilih, dengan jumlah sampel yang diamati relatif sedikit. Tanaman sampel harus mewakili keadaan secara umum, sehingga hasil pendugaan tersebut terwujud pada sampel pengamatan Pengamatan pada setiap petak perlakuan dilakukan dengan mengambil 10 rumpun tanaman sampel secara acak pada setiap petak perlakuan. Parameter yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah anakan, bobot panen dan keparahan penyakit yang difokuskan pada penyakit hawar daun padi (X. campestris pv oryzae) serta penyakit hawar pelepah daun padi (R. solani). Pengamatan tinggi tanaman dilakukan dengan interval pengamatan satu minggu sekali. Pengamatan dimulai pada umur tanaman padi 1 MST hingga 9 MST. Pengamatan dilakukan secara langsung dengan mengukur tinggi tanaman dimulai dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi. Pengamatan keparahan penyakit diamati pada setiap stadia pertumbuhan tanaman padi dimulai dari stadia anakan maksimum sampai masak fisiologi ( minggu sebelum panen) (Ahn et al 198, IRRI 199). Bagian tanaman yang diamati adalah keseluruhan bagian tanaman yang terserang penyakit. Pengamatan

25 5 keparahan penyakit menggunakan rumus Towsend & Heuberger (194) dalam IRRI (199) : (ni.vi) x 100 N.Z I = keparahan penyakit (%) ni = jumlah contoh pada kategori ke-i vi= nilai numeric masing-masing kategori Z = nilai skala tertinggi N= jumlah tanaman contoh yang diamati. I = Tabel 1. Penentuan kategori serangan penyakit hawar daun padi (Balitbangtan 00) NO Scoring Persentase Keparahan Penyakit 1 0 Tidak ada serangan 1 Serangan >1-5% Serangan -1% 4 5 Serangan 1-5% 5 7 Serangan -50% 9 Serangan % Tabel. Penentuan kategori serangan penyakit hawar pelepah daun padi (Balitbangtan 00) NO Scoring Persentase Keparahan Penyakit 1 0 Tidak ada serangan 1 Serangan >1-19% Serangan 0-1% 4 5 Serangan -44% 5 7 Serangan 45-9% 9 Serangan % Panen dilakukan secara manual pada umur tanaman 1 MST. Pada setiap petak perlakuan diambil 0 rumpun tanaman yang terdiri dari 10 rumpun tanaman contoh ditambah 10 rumpun tanaman yang diambil secara acak kemudian ditimbang untuk mendapatkan Gabah Kering Panen (GKP). Gabah kemudian dikeringkan dan ditimbang untuk mendapatkan Gabah Kering Giling (GKG).

26 Analisis data Setiap data peubah yang diamati dilakukan analisis ragam (Uji F), selanjutnya tiap perlakuan yang menunjukkan pengaruh nyata maka dilanjutkan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) untuk melihat perbedaan tiap perlakuan pada tingkat kepercayaan 95% (α=0,05). Analisis data percobaan ini dibantu dengan menggunakan software Microsoft Exel 007, SPSS Statistic v17 dan SAS v.1.

27 7 HASIL dan PEMBAHASAN Kondisi umum Desa Situ Gede merupakan salah satu desa penghasil tanaman pangan di Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Jenis tanaman yang dibudidayakan di daerah ini meliputi padi, jagung, singkong, cabai, mentimun, ubi jalar, kacang panjang, dan beberapa petani menanam talas. Sebagian besar petani melakukan sistem pertanian monokultur, namun ada beberapa petani yang melakukan sistem tumpangsari dan polikultur. Pada umur 1- MST tanaman diserang oleh keong mas (Pomacea caniculata). Hama ini menyerang dan memotong bagian tajuk tanaman, sehingga menyebabkan tanaman mati. Penyulaman intensif dilakukan selama 1- MST untuk mengurangi jumlah kematian tanaman karena serangan hama ini. Upaya untuk mengatasi serangan hama ini dilakukan dengan pengurangan jumlah air, pemungutan secara manual dan penyemprotan moluskisida di petakan lahan. Teknik pengendalian hama yang petani lakukan di daerah ini pada umumnya menggunakan pestisida sintetik, yang diaplikasikan untuk mengendalikan serangan hama saja, sedangkan untuk pengendalian penyakit, terutama penyakit penting pada pertanaman padi seperti hawar daun padi dan hawar pelepah padi para petani belum mengetahui teknik pengendalian yang tepat. 1. Pengaruh konsentrasi P. fluorescens terhadap tingkat perkecambahan benih padi Berdasarkan pengamatan terhadap daya kecambah benih, secara nyata perlakuan perendaman benih dengan agens hayati P. fluorescens terbukti efektif dalam meningkatkan persentase daya berkecambah benih. Berdasarkan data analisis ragam (Lampiran ) nilai F perlakuan konsentrasi (0,0) lebih kecil daripada nilai F pada α = 0,05. Hasil ini memberikan gambaran bahwa pada perlakuan konsentrasi memberikan pengaruh berbeda nyata pada taraf faktor perlakuan yang diujikan. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada Tabel bahwa semua konsentrasi perlakuan formulasi P. fluorescens memberikan pengaruh

28 8 berbeda nyata dengan kontrol (konsentrasi 0%). Persentase daya kecambah tertinggi pada perlakuan konsentrasi 5% (94,%). Tabel Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap persentase daya berkecambah benih dan bobot kering kecambah (per 100 benih) trasi Daya berkecambah benih (%) Bobot kering kecambah (gram) 0% 87,0a 74,7a,5% 9,b 80,9a 5% 94,0b 7,a 10% 9,b 8,0a Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, rendahnya persentase daya berkecambah benih pada perlakuan konsentrasi 0% (kontrol) dipengaruhi antara lain oleh banyaknya benih yang tidak tumbuh, benih terserang cendawan sehingga busuk dan mati, serta terdapatnya beberapa benih yang tumbuh namun tidak mencapai syarat yang telah ditentukan. Benih dikatakan tumbuh baik apabila panjang kecambahnya empat kali panjang dari benih itu sendiri dan akar tumbuh normal. Berbeda halnya dengan daya berkecambah benih, perlakuan benih dengan P. fluorescens belum mampu memberikan pengaruh secara nyata dalam meningkatkan bobot kering kecambah (Tabel ) terbukti pada hasil analisis ragam pada Lampiran nilai F perlakuan konsentrasi (0,04) lebih besar daripada nilai F pada α = 0,05. Berdasarkan pengamatan fisik kecambah yang diberi perlakuan dengan tidak diberi perlakuan memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda. Kecambah benih padi perlakuan kontrol (gambar ) memiliki bentukan kecambah ramping dan panjang, akar tumbuh memanjang, serabut akar banyak. Kecambah benih padi perlakuan konsentrasi,5% (gambar ) berbentuk ramping memanjang dan sebagian besar lebih tinggi dari kontrol, akar panjang dengan serabut akar banyak, diameter kecambah sedang. Kecambah benih padi perlakuan konsentrasi 5% (gambar 4) berbentuk ramping memanjang, panjang akar sedang, kecambah panjangnya sedang, dan akar serabutnya sedikit. Kecambah benih padi perlakuan konsentrasi 10% (gambar 5) rata-rata memiliki panjang kecambah dan akar yang pendek,

29 9 serabut akar sedikit namun memiliki diameter kecambah tebal. Pertumbuhan kecambah benih padi setelah 10 hari perlakuan tampak pada gambar di bawah ini. A B C D Gambar. Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan kecambah benih padi pada konsentrasi 0% (gbr. A);,5% (gbr. B); 5% (gbr. C); dan konsentrasi 10% (gbr. D). II: Pengaruh Frekuensi dan trasi Aplikasi Formulasi P. fluorescens terhadap Intensitas Penyakit, Pertumbuhan, dan Produksi Tanaman Padi di Lapangan Pertumbuhan vegetatif tanaman, yaitu tinggi tanaman mengalami peningkatan dari minggu ke minggu. Perlakuan kombinasi frekuensi aplikasi dan konsentrasi secara umum memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi dari awal hingga akhir pengamatan. Menurut Dey (004) dalam Rahmini (005), P. flourescens selain memproduksi siderofor juga menghasilkan IAA (Indol Acetic Acid), ammonia, dan fosfat organik yang berperan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman dan vigoritas tanaman. Pengamatan peningkatan tinggi tanaman dilakukan setiap minggu dimulai dari 1 MST hingga 9 MST. Pengamatan hanya dilakukan sampai 9 MST, hal ini dikarenakan tanaman padi sudah tidak mengalami pertambahan tinggi. Perlakuan konsentrasi aplikasi P. fluorescens mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tinggi tanaman pada 1 MST hingga 4 MST. Hasil analisis ragam pada Lampiran 4, 5,, dan 7 masing-masing menunjukan bahwa nilai F hitung perlakuan konsentrasi lebih kecil daripada nilai F pada α = 0,05. Hasil analisis ragam pada Lampiran 8, 9, 10, 11, dan 1 menunjukkan hasil yang berbeda dimana masing-masing memiliki nilai F hitung yang lebih besar daripada nilai F tabel pada α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa pada pertumbuhan tanaman padi 5 MST hingga 9 MST perlakuan konsentrasi P. fluorescens tidak

30 0 memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman (Tabel 4). Hal ini mengindikasikan bahwa perlakuan konsentrasi formulasi bakteri dapat menghambat pertumbuhan pada masa vegetatif tanaman, namun Tuzun dan Kuc (1991) dalam Rahmini (005), melaporkan bahwa imunisasi tanaman tidak menghambat pertumbuhan tanaman. Bakteri kelompok Pseudomonas banyak dilaporkan sebagai penghasil fitohormon dalam jumlah yang besar khususnya IAA untuk merangsang pertumbuhan. IAA merupakan hormon pertumbuhan kelompok auksin yang sangat besar peranannya dalam pertumbuhan tanaman. Dilaporkan bahwa pengaruh auksin antara lain : memanjangkan dan memperbesar sel batang, menghambat proses absisi yaitu pengguguran daun, merangsang pembentukan buah, penghambat pucuk lateral yaitu menghambat pertumbuhan tunas ketiak dan merangsang pertumbuhan kambium serta pembuluh floem dan silem sekunder (Watanabe 1987, Tjondronegoro 1989 dalam Marwoso 005). Aryantha et al (004) melaporkan bahwa IAA pada konsentrasi rendah menyebabkan pemanjangan baik pada pucuk dan akar, namun jika konsentrasi IAA lebih tinggi efeknya menjadi berlawanan, sehingga pemanjangan pucuk dan akar menjadi terhambat. Berdasarkan hasil analisis ragam terhadap pertumbuhan tanaman padi dengan faktor perlakuan frekuensi aplikasi (Lampiran 4 hingga 1) yang disajikan pada Tabel 5, menunjukkan bahwa secara keseluruhan perlakuan frekuensi aplikasi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan tanaman padi. Namun apabila dilihat dari nilai hasil analisis ragam, pada frekuensi aplikasi satu minggu sekali mempunyai nilai paling tinggi pada 1,,, 4, serta 5 MST. Hasil pengamatan pada, 7, 8, dan 9 MST nilai tertinggi didominasi oleh frekuensi aplikasi minggu sekali. Tidak adanya pengaruh faktor konsentrasi aplikasi dan frekuensi aplikasi secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman, diduga disebabkan oleh terganggunya metabolisme tanaman oleh toksin dan enzim yang dihasilkan oleh patogen tanaman dan kemampuan P. fluorescens yang lebih terfokus untuk menginduksi ketahanan tanaman padi terhadap serangan patogen tersebut.

31 1 Tabel 4. Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi di lapangan. Minggu Setelah Tanam (MST) trasi cm.. 0,8b 1,1b 41,4b 50,5b 1,0a 7,7b 75,05a 8,91a 95,0a,5% 19,55a,1a 7,45a 4,7a 58,8a 4,0a 7,18a 80,40a 90,9a 5% 19,8a,70a 7,88a 45,9a 57,15a 4,77ab 7,08a 81,5a 90,85a 10% 0,a 7,7a 8,41a 47,0a 57,57a 5,7ab 7,99a 81,97a 9,0a Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Tabel 5. Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap pertumbuhan tinggi tanaman padi di lapang Minggu Setelah Tanam (MST) Frekuensi cm.. 1 1,55a 8,55a 9,0a 48,1a 58,97a 5,79a 7,8a 81,87a 9,5a 0,8a 7,5a 8,54a 47,54a 58,a,11a 74,07a 8,4a 9,10a 4 0,5a 7,5a 8,4a 4,81a 58,5a 4,50a 7,54a 81,1a 91,7a Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

32 Tabel. Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas penyakit hawar daun padi (X. campestris pv.oryzae) Minggu Setelah Tanam (MST) trasi %.. 0% 10,b 17,40b 1,9a 4,b 47,41b 54,81b 55,9c,5%,7ab 8,7a 11,11a,95a 7,1a 45,4a 54,9ab 5% 5,55a 10,00a 1,71a 4,9a,17a 45,7a 55,1bc 10% 5,0a,54a 9,8a,08a 5,7a 44,1a 54,07a Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Tabel 7. Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas penyakit hawar daun padi (X. campestris pv.oryzae) Minggu Setelah Tanam (MST) Frekuensi %.. 1,0a 11,11a 1,0a 4,90a 8,1a 47,1a 5,79a 5,45a 9,90a 11,8a,94a 8,88a 47,49a 55,55b 4 8,70a 10,4a 1,70a,94a 9,81a 47,87a 55,5b Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

33 Tabel 8. Pengaruh konsentrasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas hawar pelepah daun padi (R. solani) trasi Minggu Setelah Tanam (MST) %.. 0% 10,b 17,40b 1,9b 4,b 47,41b 54,81b 55,9b,5% 0,8a,84a 8,88a 4,44a 14,a 4,81a 57,0b 5% 1,71a,4a 9,a 5,4a 14,a,a 57,8b 10% 0,a,45a 9,a 5,9a 14,19a,8a 51,5a Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5% Tabel 9. Pengaruh frekuensi aplikasi formulasi P. fluorescens terhadap intensitas hawar pelepah daun padi (R. solani) Frekuensi Minggu Setelah Tanam (MST) %.. 1,05a 5,7a 10,18a 15,7b,87a 8,51a 51,75a,a 7,8a 11,a 1,4a 1,57a 8,51a 5,4a 4,59a,0a 11,0a 15,55b,4a 9,81a 1,0a Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan pada taraf 5%

34 4 Intensitas penyakit hawar daun padi dan hawar pelepah daun padi meningkat secara tajam. Kondisi tersebut dapat terlihat pada keparahan penyakit perlakuan konsentrasi 0% (kontrol). Hal ini didukung oleh kondisi lingkungan yang sangat berasosiasi dengan perkembangan patogen, karena percobaan ini dilakukan pada musim hujan. Kondisi daerah pertanaman dengan curah hujan yang tinggi membentuk lingkungan dengan kelembaban tinggi, suhu sedang dan pencahayaan kurang. Hal tersebut tentunya sangat kondusif untuk pertumbuhan dan perkembangan patogen. Menurut Ekawati (00), isolat bakteri X. campestris pv oryzae yang diisolasi dari pertanaman padi di daerah Situ gede memiliki suhu optimum pertumbuhan adalah 5-0 oc. pada suhu 5 oc bakteri akan mati. Perubahan suhu dan kelembaban yang fluktuatif di daerah pertanaman juga mempengaruhi tanaman sehingga menjadi lebih rentan terhadap serangan patogen. Hasil analisis ragam pada Lampiran 1 hingga secara keseluruhan perlakuan konsentrasi memberikan nilai F hitung lebih kecil daripada F pada α = 0,05, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan formulasi agens antagonis P. fluorescens terbukti mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan intensitas serangan hawar daun padi (Tabel ) dan hawar pelepah daun padi (Tabel 8). Faktor perlakuan frekuensi aplikasi belum mampu memberikan pengaruh yang nyata antar frekuensi dalam menekan intensitas penyakit hawar daun padi (Tabel 7) serta hawar pelepah daun padi (Tabel 9). Hasil tersebut sesuai dengan hasil rekapitulasi pada Lampiran 1 hingga yang menunjukkan nilai F pada faktor perlakuan frekuensi aplikasi memiliki nilai yang lebih besar daripada F pada α = 0,05. Perlakuan konsentrasi,5%, konsentrasi 5% serta konsentrasi 10% memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan perkembangan intensitas penyakit hawar daun padi bila dibandingkan dengan kontrol (konsentrasi 0%) (Tabel ). Pengaruh nyata tersebut dimulai sejak munculnya gejala penyakit pada 5 MST hingga akhir pengamatan pada 11 MST. Penekanan intensitas penyakit terbaik ditunjukkan oleh konsentrasi 10% dengan kecilnya nilai intensitas penyakit bila dibandingkan dengan nilai intensitas penyakit pada konsentrasi,5% dan konsentrasi 5%. Perlakuan frekuensi aplikasi tidak memberikan pengaruh yang nyata antar perlakuan (Tabel 7). Tidak terdapatnya pengaruh tersebut

35 5 berlangsung secara total dari 5 MST hingga 11 MST. Hal tersebut menunjukkan bahwa perlakuan aplikasi formulasi agens antagonis P. fluorescens dengan frekuensi aplikasi empat minggu sekali telah cukup untuk menekan intensitas penyakit hawar daun padi. Adapun rekomendasi terbaik berdasarkan pengamatan selama percobaan dilakukan yaitu dengan frekuensi aplikasi dua minggu sekali pada konsentrasi formulasi 10%. Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui bahwa intensitas serangan penyakit hawar pelepah daun padi meningkat seiring dengan bertambahnya umur tanaman. Dapat diketahui pula dari Tabel 8 tersebut bahwa penggunaan formulasi agens antagonis P. fluorescens terbukti mampu memberikan pengaruh yang nyata terhadap penekanan intensitas penyakit dibandingkan dengan kontrol. Bukti keefektifan penggunaan agens antagonis ini yaitu terdapatnya pengaruh yang nyata pada tingkat intensitas penyakit dari 5 hingga 11 MST. Pada 11 MST, perlakuan konsentrasi,5% dan konsentrasi 5% tidak berpengaruh nyata bila dibandingkan dengan kontrol. Hal ini diduga kuat terkait dengan faktor teknis aplikasi, dimana pada umur tanaman 11 MST keadaan rumpun tanaman yang sangat lebat dan jarak antar rumpun yang sangat rapat mengakibatkan aplikasi formulasi bakteri tidak sampai mengenai pelapah daun bagian bawah sehingga patogen-patogen yang berada di bawah tidak dapat ditekan secara sempurna. Seperti halnya pada Tabel 7, pada pengamatan perlakuan frekuensi aplikasi terhadap penekanan hawar pelepah daun padi belum menunjukkan pengaruh yang nyata (Tabel 9), sehingga belum bisa didapatkan rekomendasi terbaik frekuensi aplikasi untuk menekan intensitas penyakit walaupun semua perlakuan berpengaruh efektif. Frekuensi aplikasi terbaik berdasarkan percobaan ini yaitu frekuensi aplikasi dua minggu sekali yang menunjukkan nilai paling kecil dari awal munculnya gejala hingga akhir pengamatan. Nilai paling kecil artinya dapat memberikan penekanan paling besar terhadap perkembangan intensitas penyakit hawar pelepah daun padi. Eysa (001) & Nurhayanto (00) melaporkan bahwa mekanisme bakteri P. fluorescens dalam mengendalikan penyakit dengan menstimulasi tanaman yaitu membentuk struktur pertahanan. Disamping menstimulasi perubahan struktur jaringan inang, bakteri P. fluorescens juga dilaporkan dapat menstimulasi tanaman

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor. Sejarah lahan sebelumnya digunakan untuk budidaya padi konvensional, dilanjutkan dua musim

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilakukan di lahan sawah Desa Situgede, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jenis tanah latosol. Lokasi sawah berada pada ketinggian tempat 230 meter

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3. 1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2009 sampai dengan Juli 2010. Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan analisis tanah dan tanaman

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Percobaan Percobaan dilakukan di Kebun Percobaan Babakan Sawah Baru, Darmaga Bogor pada bulan Januari 2009 hingga Mei 2009. Curah hujan rata-rata dari bulan Januari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor mulai bulan Februari

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Percobaan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB, Cikarawang, Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai dari bulan Oktober 2010 sampai dengan Februari 2011.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Alat dan Bahan 9 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Desa Situ Gede Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor. Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober 2009 Februari 2010. Analisis tanah dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di lahan sawah Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dan di Laboratorium Ekofisiologi Tanaman Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan

Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3. Nomor persilangan : BP3448E-4-2. Anakan produktif : 17 anakan Lampiran 1: Deskripsi padi varietas Inpari 3 Nomor persilangan : BP3448E-4-2 Asal persilangan : Digul/BPT164-C-68-7-2 Golongan : Cere Umur tanaman : 110 hari Bentuk tanaman : Sedang Tinggi tanaman : 95

Lebih terperinci

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi

Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae termasuk penyakit utama yang menyerang tanaman

Lebih terperinci

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI

MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI MENGIDENTIFIKASI DAN MENGENDALIKAN PENYAKIT BLAST ( POTONG LEHER ) PADA TANAMAN PADI Disusun Oleh : WASIS BUDI HARTONO PENYULUH PERTANIAN LAPANGAN BP3K SANANKULON Penyakit Blas Pyricularia oryzae Penyakit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 16 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Dramaga, Bogor mulai bulan Desember 2009 sampai Agustus 2010. Areal penelitian memiliki topografi datar dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional di masa yang akan datang dan mencukupi kebutuhan pangan Indonesia memerlukan peningkatan produksi padi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan penghasil beras yang tergolong dalam famili rumput berumpun yang berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat. Sampai saat ini

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Pertumbuhan Tanaman 4. 1. 1. Tinggi Tanaman Pengaruh tiap perlakuan terhadap tinggi tanaman menghasilkan perbedaan yang nyata sejak 2 MST. Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lahan penelitian yang digunakan merupakan lahan yang selalu digunakan untuk pertanaman tanaman padi. Lahan penelitian dibagi menjadi tiga ulangan berdasarkan ketersediaan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Laju Dekomposisi Jerami Padi pada Plot dengan Jarak Pematang 4 meter dan 8 meter Laju dekomposisi jerami padi pada plot dengan jarak pematang 4 m dan 8 m disajikan pada Tabel

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan April sampai Agustus 2010. Penelitian dilakukan di lahan percobaan NOSC (Nagrak Organic S.R.I. Center) Desa Cijujung,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pembiakan P. fluorescens pada Beberapa Formulasi Limbah Organik Populasi P. fluorescens pada beberapa limbah organik menunjukkan adanya peningkatan populasi. Pengaruh komposisi limbah

Lebih terperinci

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut

Ciparay Kabupaten Bandung. Ketinggian tempat ±600 m diatas permukaan laut. dengan jenis tanah Inceptisol (Lampiran 1) dan tipe curah hujan D 3 menurut III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di lahan sawah Sanggar Penelitian Latihan dan Pengembangan Pertanian (SPLPP) Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran Unit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera.

BAHAN DAN METODE. I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. 11 BAHAN DAN METODE I. Uji Daya Hasil Galur-galur Padi Gogo Hasil Kultur Antera. Waktu dan Tempat Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Babakan, Kecamatan Darmaga, Bogor Jawa Barat. Kebun terletak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil. Kondisi Umum 14 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Tanaman padi saat berumur 1-3 MST diserang oleh hama keong mas (Pomacea caanaliculata). Hama ini menyerang dengan memakan bagian batang dan daun tanaman yang

Lebih terperinci

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati

Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Pengendalian Penyakit pada Tanaman Jagung Oleh : Ratnawati Tanaman jagung disamping sebagai bahan baku industri pakan dan pangan pada daerah tertentu di Indonesia dapat juga sebagai makanan pokok. Karena

Lebih terperinci

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A

PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A PENGUJIAN KERAGAAN KARAKTER AGRONOMI GALUR-GALUR HARAPAN PADI SAWAH TIPE BARU (Oryza sativa L) Oleh Akhmad Yudi Wibowo A34403066 PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN DAN TEKNOLOGI BENIH FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyiapan tanaman uji BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2010 Maret 2011. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan

I. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan dengan percobaan rumah kaca pada bulan Februari-Juli 2016. Percobaan dilakukan di Rumah Kaca dan laboratorium Kimia

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Cikabayan, Institut Pertanian Bogor, pada bulan April 2009 sampai dengan Agustus 2009. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan Metode Penelitian Pembuatan Pupuk Hayati BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tumbuhan dan Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi Institut Pertanian Bogor, serta di kebun percobaan

Lebih terperinci

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988)

serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan, spesimenklinis (Joklik WK, Willett HP, Amos DB, Wilfert CM, 1988) anaerobic fakultatif. Meskipun demikian, Corynebacterium diphtheria tumbuh lebih bagus dalam keadaan aerobik. Pada Loeffler coagulated serum medium koloni Corynebacterium diphtheria tampak putih keabuabuan,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penyiapan Tanaman Uji Pemeliharaan dan Penyiapan Suspensi Bakteri Endofit dan PGPR 17 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor dan di Rumah Kaca, University Farm,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA

PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA PERKEMBANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN PADI (Oryza sativa L.) PADA BEBERAPA SISTEM BUDIDAYA ABRIANI FENSIONITA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ABSTRAK ABRIANI FENSIONITA. Perkembangan

Lebih terperinci

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan.

BLAS (BLAST) Blas pada tulang daun: luka pada tulang daun berwarna coklat kemerahan hingga coklat yang dapat merusak seluruh daun yang berdekatan. BLAS (BLAST) Patogen penyebab blas: Pyricularia grisea P. oyzae Cavara Magnaporthe grisea Magnaporthe oryzae Peyakit blas berkembang terbawa udara melalui konidia cendawan yang mungkin berasal dari inang.

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan tanaman pangan terpenting ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan

Lebih terperinci

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan

1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten Kuningan PERTUMBUHAN DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI SAWAH (Oryza sativa L) PADA TIGA JUMLAH BARIS CARA TANAM LEGOWO A. Harijanto Soeparman 1) dan Agus Nurdin 2) 1) Dosen Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon 2) Dinas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Percobaan ini dilakukan mulai bulan Oktober 2007 hingga Februari 2008. Selama berlangsungnya percobaan, curah hujan berkisar antara 236 mm sampai dengan 377 mm.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Stabilitas Galur Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter pengamatan. Perlakuan galur pada percobaan ini memberikan hasil berbeda nyata pada taraf

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium dan Lahan Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan dilaksanakan pada bulan Juli

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi,

III. TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Agrobioteknologi, Laboratorium Penelitian, lahan percobaan Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman ini berasal dari benua Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Pertumbuhan tanaman padi dibagi menjadi

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan

BAHAN DAN METODE. Tabel 1 Kombinasi perlakuan yang dilakukan di lapangan 13 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian ini dilaksanakan di Desa Ciburuy, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor serta di Laboratorium Bakteriologi, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Kandungan Hara Tanah Analisis kandungan hara tanah pada awal percobaan maupun setelah percobaan dilakukan untuk mengetahui ph tanah, kandungan C-Organik, N total, kandungan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat 18 BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di kebun percobaan Institut Pertanian Bogor, Sawah Baru Babakan Darmaga, selama 4 bulan, dari bulan Mei-September 2010. Bahan dan Alat Bahan-bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian

BAHAN DAN METODE Bahan Waktu dan Tempat Penelitian Rancangan Percobaan ProsedurPenelitian 11 BAHAN DAN METODE Bahan Bahan tanaman yang digunakan adalah benih jagung hibrida varietas BISI 816 produksi PT. BISI International Tbk (Lampiran 1) dan benih cabai merah hibrida varietas Wibawa F1 cap

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH

IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH IDENTIFIKASI DAN PENANGGULANGAN PENYAKIT PADA BUDIDAYA CABAI MERAH Nurbaiti Pendahuluan Produktifitas cabai di Aceh masih rendah 10.3 ton/ha (BPS, 2014) apabila dibandingkan dengan potensi produksi yang

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan IPB Cikarawang, Darmaga, Bogor. Penelitian dilakukan mulai dari bulan Oktober 2010 sampai Februari 2011. Analisis tanah dan hara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Padi Padi merupakan tanaman pertanian kuno yang sampai saat ini terus dibudidayakan. Padi termasuk dalam suku padi-padian (Poaceae) dan merupakan tanaman pangan yang dapat

Lebih terperinci

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

I. TATA CARA PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten I. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA

PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA PENGAMATAN PERCOBAAN BAHAN ORGANIK TERHADAP TANAMAN PADI DI RUMAH KACA HUSIN KADERI Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru Jl. Kebun Karet, Loktabat Banjarbaru RINGKASAN Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Keadaan Umum Penelitian Tanah yang digunakan pada penelitian ini bertekstur liat. Untuk mengurangi kelembaban tanah yang liat dan menjadikan tanah lebih remah, media tanam

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perbanyakan inokulum cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1. Perbanyakan inokulum

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Balai Benih Induk Hortikultura Pekanbaru yang dibawahi oleh Dinas Tanaman Pangan Provinsi Riau. Penelitian ini dimulai pada

Lebih terperinci

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang

Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi Sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal Persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-3-1//IR19661-131- 3-1///IR64

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di UPTD Pengembangan Teknologi Lahan Kering Desa Singabraja, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian mulai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi

BAB I PENDAHULUAN. Hama dan Penyakit pada Tanaman Pangan Page 1 Tanaman Padi BAB I PENDAHULUAN Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa indonesia tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap faktor yang mempengaruhi tingkat

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk

BAHAN DAN METODE. Y ijk = μ + U i + V j + ε ij + D k + (VD) jk + ε ijk 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai Februari-Agustus 2009 dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, Dramaga, Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan jenis tanah

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun

II. TINJAUAN PUSTAKA. vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Tanaman padi merupakan tanaman tropis, secara morfologi bentuk vegetasinya termasuk rumput-rumputan, berakar serabut, batang monokotil, daun berbentuk pita dan berbunga

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Desa Banyu Urip, Kecamatan Tanjung Lago, Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan, dari bulan Juni sampai bulan Oktober 2011. Alat dan Bahan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih

BAHAN DAN METODE. Penapisan ketahanan 300 galur padi secara hidroponik 750 ppm Fe. Galur terpilih. Galur terpilih BAHAN DAN METODE Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang penapisan galur-galur padi (Oryza sativa L.) populasi RIL F7 hasil persilangan varietas IR64 dan Hawara Bunar terhadap cekaman besi ini dilakukan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan dan Rumah Kaca University Farm, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/

Sumber : Nurman S.P. (http://marisejahterakanpetani.wordpress.com/ Lampiran 1. Deskripsi benih sertani - Potensi hasil sampai dengan 16 ton/ha - Rata-rata bulir per-malainya 300-400 buah, bahkan ada yang mencapai 700 buah - Umur panen padi adalah 105 hari sejak semai

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Padi Padi termasuk golongan tumbuhan Graminae dengan batang yang tersusun dari beberapa ruas. Ruas-ruas itu merupakan bubung atau ruang kosong. Panjang tiap ruas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai

III. MATERI DAN METODE. Laboratorium Agronomi. Waktu penelitian dilakaukan selama ± 4 bulan dimulai III. MATERI DAN METODE 1.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lahan Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Pekanbaru Riau Jl. H.R. Soebrantas No.155

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36,

BAHAN DAN METODE. Bahan yang digunakan adalah benih padi Varietas Ciherang, Urea, SP-36, 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan dilaksanakan di lahan sawah irigasi Desa Sinar Agung, Kecamatan Pulau Pagung, Kabupaten Tanggamus dari bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Karakteristik Lokasi Penelitian Luas areal tanam padi adalah seluas 6 m 2 yang terletak di Desa Langgeng. Secara administrasi pemerintahan Desa Langgeng Sari termasuk dalam

Lebih terperinci

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI

PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI PENGARUH APLIKASI STARTER SOLUTION PADA TIGA GENOTIPE CABAI (Capsicum annuum L.) TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SERTA KEJADIAN PENYAKIT PENTING CABAI Triyani Dumaria DEPARTEMEN PROTEKSI TANAMAN FAKULTAS

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu penelitian. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 sampai Mei 2016 di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE. Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 25 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Fauna Tanah 4.1.1. Populasi Total Fauna Tanah Secara umum populasi total fauna tanah yaitu mesofauna dan makrofauna tanah pada petak dengan jarak pematang sempit (4 m)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar 13 HASIL DAN PEMBAHASAN Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar Hasil Uji t antara Kontrol dengan Tingkat Kematangan Buah Uji t digunakan untuk membandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor

BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Bahan dan Alat Isolasi dan Uji Reaksi Hipersensitif Bakteri Penghasil Siderofor BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari Oktober 2010

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK

PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK AgroinovasI PENGEMBANGAN VARIETAS UNGGUL BARU PADI DI LAHAN RAWA LEBAK Lahan rawa lebak merupakan salahsatu sumberdaya yang potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan pertanian tanaman pangan di Provinsi

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau.

PELAKSANAAN PENELITIAN. dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. 21 PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan dengan 2 (dua) tahap, pertama pertumbuhan dan produksi kacang hijau, dan kedua produksi kecambah kacang hijau. Tahap I. Pengujian Karakter Pertumbuhan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate,

Lebih terperinci

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit

Potensi Hasil : 5-8,5 ton/ha Ketahanan : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan 3 Terhadap Hama. Ketahanan. Terhadap Penyakit LAMPIRAN 30 31 Lampiran 1. Deskripsi Padi Varietas Ciherang Nama Varietas : Ciherang Kelompok : Padi sawah Nomor Seleksi : S3383-1d-Pn-41 3-1 Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/IR19661-131-31//IR19661131-3-

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit 20 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitan Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family

II. TINJAUAN PUSTAKA. Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family 4 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Padi Padi (Oryza sativa L.) tergolong ke dalam Famili Poaceae, Sub- family Oryzoideae dan Genus Oryza. Organ tanaman padi terdiri atas organ vegetatif dan organ generatif.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci