Elys Fauziyah Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Korespondensi : Jl. Raya Telang, Kamal-Bangkalan ABSTRAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Elys Fauziyah Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Korespondensi : Jl. Raya Telang, Kamal-Bangkalan ABSTRAK"

Transkripsi

1 MANAJEMEN RISIKO PADA USAHATANI PADI SEBAGAI SALAH SATU UPAYA DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI (STUDI KASUS DI DESA TELANG KECAMATAN KAMAL) Elys Fauziyah Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Korespondensi : Jl. Raya Telang, Kamal-Bangkalan ABSTRAK Secara umum petani yang melakukan usahatani padi memiliki dua tujuan yaitu menciptakan ketahanan pangan rumahtangganya dan mendapatkan keuntungan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut petani selalu dihadapkan pada risiko-risiko. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis : karakteristik petani dan risiko usahatani padi, mendiskripsikan persepsi petani padi terhadap risiko, dan mendiskripsikan strategi risiko yang dilakukan oleh petani padi. Penelitian dilakukan di Desa Telang Kecamatan kamal terhadap 3 orang petani sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat risiko produktivitas, biaya dan pendapatan usahatani padi termasuk dalam kategori rendah. Menurut persepsi sebagian besar petani, risiko merupakan konsekwensi yang membebani petani jika hendak berusahatani padi. Faktor utama yang menjadi penyebabnya adalah gangguan dari OPT (organisme pengganggu tanaman), mahalnya harga input, dan rendahnya harga output. Strategi pengelolaan risiko ex-ante dilakukan oleh petani dengan menggunakan varietas padi yang berbeda-beda, membeli benih yang tersertifikasi, menggunakan sistem tumpangsari. Strategi interactivenya dilakukan dengan menggunakan jarak tanam sesuai anjuran, menggabungkan penggunaan pupuk tunggal, majemuk, dan organik, pembasmian OPT dengan cara kimiawi dan PHT (Pengendalian Hama Terpadu), menggunakan tenaga kerja dari luar desa, mengatasi kekurangan modal dengan meminjam dari kerabat dan Gapoktan. Strategi ex-post dilakukan jika terjadi kegagalan usahatani padi, ini dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan keluarga dari pendapatan yang berasal dari pekerjaan sampingan, tetap berusahatani dengan mempelajari penyebab terjadinya kegagalan, dan mendapatkan modal dengan cara mengambil tabungan,dan meminjam dari Gapoktan. Kata Kunci : Ketahanan Pangan, Rumahtangga Petani, Risiko, Strategi Manajemen Risiko. PENDAHULUAN Undang-Undang No. 7 tahun 1996 tentang pangan mengartikan ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumahtangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Salah satu upaya pemerintah untuk mewujudkan ketahanan pangan dilaksanakan melalui Peraturan Pemerintah (PP) No. 68 Tahun 22 tentang ketahanan pangan, yang menyatakan bahwa penyediaan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan rumahtangga yang terus berkembang dari waktu ke waktu melalui: (a) pengembangan sistem produksi pangan yang bertumpu pada sumberdaya, kelembagaan dan budaya lokal, b) pengembangan efisiensi sistem usaha pangan, (c) pengembangan teknologi produksi pangan, (d) pengembangan sarana dan prasarana produksi pangan, dan (e) mempertahankan dan mengembangkan lahan produktif. Menurut BPS (21) jumlah petani di Indonesia mencapai 44 persen dari total angkatan kerja atau sekitar 46,7 juta jiwa. Lebih dari separuhnya merupakan petani gurem dan buruhtani dengan kepemilikan lahan dibawah, hektar atau mencapai 38 juta keluarga tani. Dengan demikian sebagian besar masyarakat Indonesia masih bertumpu pada sektor pertanian, sehingga keberadaan rumahtangga petani jumlahnya masih cukup dominan. Berdasarkan kondisi ini adalah sangat rasional jika upaya mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia dimulai dari ketahanan pangan rumahtangga petani. Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh petani seperti : produktivitas yang rendah, posisi tawar lemah, terbatasnya sarana dan prasarana yang ada, dan lain-lain menjadi kendala bagi mereka Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2 Oktober 211 1

2 untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangganya. Permasalahan-permasalahan tersebut merupakan risiko yang harus dihadapi oleh seorang petani dalam melakukan aktivitas usahataninya. Sehingga ketahanan pangan rumahtangga petani merupakan perwujudan dari seberapa besar kemampuan petani tersebut dalam memanajemen risiko usahataninya. Secara konseptual petani yang mampu mereduksi risiko produksi maupun risiko harga dengan cara memperbaiki produktivitasnya, penggunaan diversifikasi, penggunaan pola tanam yang tepat, penguatan kelembagaan petani, dan posisi tawar petani akan dapat memperkuat ketahanan pangan rumahtangganya. Sebaliknya ketidakmampuan petani dalam memanajemen risiko yang dihadapi akan mengakibatkan kerapuhan ketahanan pangan rumahtangga mereka. Salah satu jenis usahatani yang banyak dilakukan di provinsi Jawa Timur dan berkaitan erat dengan program ketahanan pangan adalah usahatani padi. Sebagian besar dari petani padi tersebut termasuk dalam kategori subsisten, karena kegiatan usahatani yang dilakukan bukan hanya untuk tujuan komersialisasi tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan pangan rumahtangganya. Di Desa Telang Kecamatan Kamal, usahatani padi merupakan usahatani yang dominan dilakukan oleh petani di daerah ini. Hal ini tercermin dari pola tanam yang dilakukan oleh para petani, dimana tanaman padi selalu ada dalam setiap pola tanam yang dilakukan. Pola tanam di Desa Telang dikategorikan dalam 3 bentuk yaitu : (a) pola tanam jenis I, pada pola tanam ini lahan yang dimiliki oleh petani ditanami padi sepanjang tahun, (b) pola tanam jenis II, bentuknya adalah padi-padi-kosong(bero), dan (c) pola tanam jenis III, dalam bentuk padi-padi-jagung/kacang hijau. Permasalahan mendasar pada usahatani padi adalah rendahnya produktivitas padi yang mampu dihasilkan oleh petani dalam setiap hektarnya. Menurut data BPP Kecamatan Kamal rata-rata produktivitas padi hanya sekitar 4 ton perhektar, padahal potensi maksimal yang dapat dihasilkan sebesar 6 ton perhektar. Salah satu penyebab rendahnya produktivitas usahatani padi adalah adanya risiko. Beberapa risiko yang sering dihadapi oleh petani padi di Desa ini antara lain serangan hama tikus, burung, wereng dan penyakit kresek yang menyebabkan daun tanaman padi menjadi kering, tingginya harga pupuk, dan terbatasnya modal yang dimiliki oleh petani. Bagi petani keberadaan risiko tersebut dapat menjadi kendala untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga, sehingga mereka dituntut untuk dapat memanajemen dan mereduksi risiko yang ada dalam kegiatan usahataninya. Berdasarakan kondisi di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui / menganalisis : (1) karakteristik petani dan risiko usahatani padi di Desa Telang, (2) mendiskripsikan persepsi petani padi di Desa Telang terhadap risiko, dan (3) mendiskripsikan strategi risiko yang dilakukan oleh petani padi di Desa Telang. METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara Purposive dengan pertimbangan bahwa Desa Telang merupakan salah satu Desa yang menjadi sentra usahatani padi di Kecamatan Kamal. Di samping itu hampir 9 persen petani di Desa ini menggunakan tanaman padi sebagai sebagai salah satu komoditas yang selalu dimasukkan dalam pola tanam selama satu tahun. Metode Penentuan Sampel Penentuan sampel dilakukan secara Random Sampling. Sedangkan jumlah sampel yang diambil sebanyak 3 responden. Metode Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data dilakukan dengan mewawancarai petani contoh dengan panduan kuesioner yang terstruktur. Data-data yang dikumpulkan terkait dengan tulisan ini mencakup karakteristik rumah tangga petani, penguasaan tanah, pola tanam, struktur input dan output usahatani, dan struktur pendapatan rumah tangga. Aspek yang terkait dengan perilaku petani dalam menghadapi risiko adalah persepsi petani terhadap risiko, persepsi petani terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap risiko usahatani, strategi petani dalam pengelolaan risiko, serta informasi lain yang terkait dengan kajian ini. Di samping itu, juga dilakukan wawancara dengan informan kunci, seperti kelembagaan kelompok tani, Penyuluh Pertanian Lapang (PPL), dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP).

3 Metode Analisis Data Analisis risiko produksi, biaya, dan pendapatan menggunakan koefisien variasi dengan rumus sebagai berikut : KV = Xr dilakukan secara kuantitatif dengan Dimana : KV X r = Koefisien variansi = Standar deviasi (simpangan baku) = Nilai rata-rata Kriteria yang dipakai adalah apabila nilai KV 1 maka usahatani yang dianalisis memiliki risiko kecil dan sebaliknya jika KV > 1 maka usahatani yang dianalisis memiliki risiko besar. Sedangkan Diskripsi mengenai, persepsi petani terhadap risiko dan manajemen risiko yang dilakukan oleh petani padi di Desa Telang dijelaskan secara kualitatif, dengan menggunakan tabulasi data. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani dan Risiko Usahatani Padi di Desa Telang Menurut Adiyoga dan Soetarso (1999) ada beberapa karakteristik rumah tangga petani yang penting kaitannya dengan analisis perilaku petani dalam menghadapi risiko dan strategi pengelolaannya diantaranya : (1) Struktur umur kepala keluarga rumah tangga, (2) anggota rumah tangga petani, (3) Pengalaman usahatani, (4) Struktur penguasaan lahan, () keikutsertaan dalam berbagai keorganisasian kelompok (kelompok tani, gapoktan, asosiasi komoditas, koperasi, kemitraan usaha, serta keorganisasian lainnya), dan (6) struktur pendapatan. Struktur umur petani akan mempengaruhi perilakunya dalam menghadapi risiko. Petani yang masih produktif (2- tahun) akan bersikap lebih reaktif dalam menghadapi risiko, dalam artian mereka akan berusaha untuk mereduksi risiko sedemikian rupa sehingga dampak negatif yang ditimbulkan oleh risiko dapat ditekan seminimal mungkin. Petani padi yang berada di Desa Telang rata-rata telah berumur 2 tahun, dan hanya 4 persen yang berada dalam kategori usia produktif. Sedangkan Beban anggota rumahtangga petani padi rata-rata sebesar orang. Secara teoritis semakin besar beban yang harus ditanggung oleh kepala rumahtangga maka semakin besar usaha yang akan dilakukan untuk mereduksi risiko yang dihadapi, karena kegagalan panen usahatani padi merupakan ancaman bagi pemenuhan kebutuhan pangan seluruh anggota rumahtangga. Pengalaman petani dalam berusahatani dicerminkan oleh tingkat usia petani. Rata-rata petani padi yang ada di Desa Telang telah memiliki pengalaman lebih dari 1 tahun. Pengalaman yang dimiliki oleh petani diharapkan dapat menjadi referensi bagi mereka untuk mengatasi risiko kegagalan dalam berusahatani. Disisi lain status hak penguasaan lahan 9 persen milik sendiri dengan luas ratarata sebesar.7 hektar. Keikutsertaan petani dalam kelompok tani diharapkan dapat menjadi sarana bagi petani untuk mengatasi risiko usahatani. Di wilayah BPP Kamal terdapat 33 kelompok tani. Walaupun jumlah kelompok tani cukup banyak, namun tidak semua petani masuk menjadi anggota kelompok tani dan tidak semua kelompok tani aktif dalam menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh BPP setiap satu bulan sekali. BPP wilayah kamal memiliki program pertemuan kelompok tani dengan berbagai macam agenda misalnya sosialisasi teknik produksi yang direkomendasikan, membentuk koperasi simpan pinjam yang diharapkan dapat membantu petani dalam mengatasi kesulitan permodalan pada saat usahatani dilakukan, dan lain-lain. Dari 3 sampel penelitian, petani yang tergabung dalam kelompok tani hanya sekitar persen, dan sebagian besar termasuk dalam kategori petani yang masih produktif. Petani yang telah berusia tahun ke atas tidak lagi bergabung dengan kelompok tani. Petani yang telah tergabung dalam kelompok tani diduga lebih mampu mengatasi risiko dalam kegiatan usahataninya karena dalam kelompok tani tersebut mereka dapat berbagi pengalaman mengatasi risiko dengan anggota kelompok tani yang lain, disamping itu anggota Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2 Oktober 211 3

4 kelompok tani juga dapat mengakses informasi tentang upaya mengatasi risiko yang disampaikan oleh petugas penyuluh. Struktur pendapatan yang dimiliki oleh petani akan mempengaruhi perilaku petani dalam memanajemen risiko yang dihadapi. Jika pendapatan yang dimiliki oleh petani cukup besar maka mereka dapat melakukan berbagai strategi untuk mereduksi risiko yang dihadapi dan sebaliknya keterbatasan pendapatan yang dimiliki oleh petani dapat menjadi penghambat bagi petani untuk menekan risiko usahatani (Saptana, 211). Petani padi di Desa Telang 8 persen memiliki pekerjaan sampingan sebagai petambak, dan rata-rata pendapatan petani dalam satu musim tanam sekitar Rp ,-. Menurut beberapa responden sebagian pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan sebagai petambak dipergunakan untuk membiayai usahatani padi seperti membeli pupuk dan obat-obatan. Ini merupakan salah upaya yang dilakukan oleh petani untuk mengantisipasi adanya risiko produksi. Perhitungan mengenai besaran risiko produksi, risiko pendapatan, dan risiko biaya usahatani padi di Desa Telang ditunjukkan dalam Tabel 1. Berdasarkan nilai KV maka dapat disimpulkan bahwa risiko produksi, biaya, dan pendapatan termasuk dalam kategori risiko yang kecil karena nilai KV lebih kecil dari 1. Namun demikian nilai KV pada risiko produksi lebih rendah dibandingkan dengan nilai KV pada risiko biaya dan pendapatan. Hal ini dapat disebabkan karena rendahnya standar deviasi produksi perhektar dan kegiatan produksi berkaitan dengan faktor internal yang bisa dikendalikan oleh petani. Ini menjadi indikator bahwa masing-masing petani sampel memiliki produktivitas perhektar yang tidak terlalu berbeda. Secara implisit kondisi ini menunjukkan bahwa petani sampel memiliki penguasaan teknologi budidaya padi yang hampir sama. Sedang risiko biaya dan pendapatan dipengaruhi oleh faktor eksternal (harga input dan harga output) yang tidak dapat dikendalikan oleh petani. Tabel 1. Besaran Risiko Produksi, Biaya, dan Pendapatan, pada Usahatani Padi di Desa Telang pada Tahun 211. No Risiko Nilai KV Kategori Risiko 1 Produksi.17 Rendah 2 Biaya.4 Rendah 3 Pendapatan.6 Rendah Sumber : Data mentah Diolah Persepsi Petani Padi di Desa Telang terhadap Risiko Usahatani Perbedaan pengertian antara risiko dan ketidakpastian belum pernah terdefinisi dengan jelas, bahkan dalam penggunaan praktisnya, kedua istilah tersebut cenderung dipakai untuk istilah yang sama (Heyer, 1972; Kennedy dan Fransisco, 1974). Henderson dan Quant (198), Silberberg (199) dan Varian (1992) menggunakan istilah ketidak pastian (uncertainty) terkait dengan peluang (probability). Namun dalam perkembangan selanjutnya semakin jelas perbedaan antara risiko dan ketidakpastian. Beberapa penulis (Debertin, 1986; Robinson dan Barry, 1987; dan Ellis, 1988) mendefinisikan risiko sebagai suatu kejadian di mana hasil dari kejadian dan peluang terjadinya bisa diketahui secara pasti. Selanjutnya dikemukakan bahwa peluang berarti frekuensi yang diharapkan terjadi dari sebuah kejadian (jumlah seluruh kemungkinannya adalah satu). Dengan demikian risiko merupakan suatu hal yang obyektif dengan asumsi informasi tersedia secara cukup. Ketidakpastian adalah suatu kejadian dimana hasil dan peluangnya tidak bisa ditentukan (Ellis, 1988). Selanjutnya dikemukakan bahwa ketidakpastian merupakan dikripsi karakter dan lingkungan ekonomi yang dihadapi oleh petani, dimana lingkungan tersebut mengandung beragam ketidakpastian yang direspon petani berdasarkan kepercayaan subyektif mereka. Tabel berikut mendiskripsikan persepsi risiko usahatani padi menurut petani padi di Desa Telang.

5 Tabel 2. Persepsi Petani terhadap Risiko Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 211 No Persepsi Petani Usahatani Padi Frekwensi (N) (%) 1. Risiko menurut persepsi petani a. Suatu ukuran penyebab terjadinya penyimpangan dari produksi padi yang diharapkan b. Semua hal yang cenderung menjurus kepada terjadinya kerugian usahatani padi c. Semua hal yang dapat membahayakan usahatani padi, tetapi dapat dicegah atau dikurangi dampaknya jika diwaspadai sejak awal d. Konsekuensi yang membebani petani jika hendak berusahatani padi, misalnya menyediakan modal, sarana produksi dsb. 2 8 Total 3 1, 2. Usahatani padi yang dikategorikan gagal menurut persepsi petani a. Produksi padi yang dihasilkan relatif rendah (< % dari produksi biasanya) b. Harga padi yang diterima relatif rendah (mendekati biaya pokok) c. Produksi dan harga padi keduanya relatif rendah 3 1 Total Tingkat risiko produktivitas usahatani padi menurut persepsi petani a. Tinggi (> % gagal panen) b. Sedang (2 %- % gagal panen) c. Rendah (< % gagal panen) Total Tingkat risiko harga padi menurut persepsi petani a. Tinggi (harga jatuh > % dari rata-rata) b. Sedang (harga jatuh 2 %- % dari rata-rata) c. Rendah (<2 % dari rata-rata) Total 3 1. Tingkat keuntungan usahatani a. Tinggi (rasio penerimaan terhadap biaya > 2) b. Sedang (rasio penerimaan terhadap biaya 1, - < 2) c. Rendah(rasio penerimaan terhadap biaya < 1,) 9 3 Total 3 1 Sumber : Data Mentah Diolah Berdasarkan informasi dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa 1 persen petani mengganggap bahwa risiko merupakan kejadian yang dapat mengakibatkan kerugian pada kegiatan usahatani, sedangkan 1 persen yang lain mempersepsikan bahwa risiko itu merugikan, dan dapat bersumber dari produksi harga input, dan harga output, sehingga harus diantisipasi sejak dini. Kelompok petani ini sudah mempertimbangkan strategi-strategi yang dapat dilakukan untuk mereduksi risiko usahatani. Sebagian besar petani (8 persen) menganggap bahwa risiko itu sebagai sebuah konsekwensi yang harus diterima ketika mereka melakukan kegiatan usahatani. Pemahaman akan adanya konsekwensi dari sebuah keputusan untuk berusahatani akan mendorong petani untuk membekali diri dengan berbagai rencana strategis yang dapat dijalankan untuk menghadapi risiko, baik sebelum, pada saat dan sesudah usahatani tersebut dilakukan. Hampir seluruh petani sampel di Desa Telang mempersepsikan kegagalan usahatani padi dicerminkan dari rendahnya produktivitas dan harga jual padi. Jadi meskipun usahatani padi masih Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2 Oktober

6 bersifat subsisten, petani tidak hanya mempertimbangkan peningkatan produktivitas untuk menciptakan ketahanan pangan rumahtangga tetapi mereka juga memiliki harapan agar harga beras yang mereka jual dapat memberikan keuntungan. Menurut 6 persen petani sampel, usahatani padi memiliki risiko produktivitas tidak terlalu tinggi, sedangkan 4 persen yang lain mempersepsikan usahatani padi memiliki risiko yang kecil. Hal ini dapat disebabkan karena petani padi tersebut telah memiliki pengalaman berusahatani yang cukup lama yaitu rata-rata lebih dari 1 tahun, sehingga mereka sangat memahami ritme dan teknologi usahatani padi yang dilakukan. Disamping itu sekitar persen petani sudah tergabung dalam kelompok tani, dan ini menjadi sarana informasi yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui strategistrategi yang dapat dilakukan untuk menghindari risiko produktivitas. Hampir 7 persen petani mempersepsikan bahwa risiko harga termasuk dalam kategori resiko sedang. Petani dalam berusahatani padi tidak semata-mata berorientasi pada pasar (harga output), karena sebagian dari hasil panen dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Disamping itu, petani padi di Desa Telang tidak memiliki kekuatan untuk menentukan harga beras yang dijual, sebagian besar dari mereka menjual beras kepada tengkulak dengan tingkat harga yang sudah ditentukan oleh tengkulak. Pada umumnya petani tidak langsung menjual beras pasca kegiatan panen dilakukan. Mereka akan menjual beras ketika membutuhkan uang tunai untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Kondisi ini diduga menjadi penyebab kenapa sebagian besar petani tidak mengkategorikan risiko harga beras sebagai risiko yang besar. Bila dilihat dari sisi keuntungan, 7 persen petani mempersepsikan keuntungan yang diperoleh termasuk kategorikan sedang yaitu setara dengan rasio penerimaan terhadap biaya sebesar 1. sampai 2. Sedangakan 3 persen lainnya mempersepsikan keuntungan yang diperoleh sangat kecil. Walaupun keuntungan yang diperoleh tidak besar, petani masih bertahan menanam padi, karena komoditas ini berkaitan dengan perwujudan ketahanan pangan rumahtangga. Gambaran mengenai urutan faktor-faktor yang menjadi penyebab risiko dari yang terbesar sampai yang terkecil disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Urutan Faktor-Faktor Penyebab Risiko Usahatani Padi Menurut Petani di Desa Telang Tahun 211. No Faktor-Faktor Penyebab Risiko Persepi Petani (%) 1 Perubahan iklim/cuaca 4 2 Serangan OPT 3 Harga saprodi tinggi 2 4 Harga jual padi jatuh 1 Ketersediaan Modal Usaha 6 6 Rendahnya penguasahaan teknologi 3 7 Rendahnya kemampuan manajerial 2 Sumber : Data Mentah Diolah Menurut persepsi petani, serangan OPT (organisme pengganggu tanaman) merupakan faktor utama penyebab risiko usahatani, sedangkan faktor kedua dan ketiga masing-masing adalah harga saprodi yang tinggi dan harga jual padi yang rendah. Semua faktor tersebut merupakan faktor eksternal yang sulit untuk dikendalikan oleh petani. Sedangkan faktor internal yang terdiri dari ketersediaan modal, rendahnya pengusaan teknologi dan kemampuan manajerial menurut persepsi petani bukan faktor utama penyebab risiko. Hal ini dapat disebabkan karena beberapa hal : (1) kelompok tani yang ada di Desa Telang telah memiliki koperasi simpan pinjam sehingga dapat membantu mengatasi permasalahan keterbatasaan modal, (2) petani yang tergabung dalam kelompok tani dapat mengakses perbaikan teknologi melalui kegiatan penyuluhan pertanian yang diselenggarakan setiap satu bulan sekali, dan (3) petani telah memiliki pengalaman berusahatani rata-rata lebih dari 1 tahun, dan ini dapat menjadi bekal yang cukup untuk memanajemen kegiatan usahataninya. Strategi Risiko yang Dilakukan oleh Petani Padi di Desa Telang Banyak upaya yang dapat dilakukan oleh petani atau pelaku agribisnis untuk mentransfer risiko dan mengurangi dampak terhadap kelangsungan usahanya. Sa id dan Intan (21) mengemukakan bahwa risiko produksi karena bencana alam, serangan hama dan penyakit tanaman, kebakaran, dan karena faktor-faktor lainnya yang akibatnya dapat diperhitungkan secara fisik dapat ditanggulangi dengan membeli polis asuransi produksi pertanian. Selanjutnya dikatakan risiko

7 kemungkinan menurunnya kualitas produksi dapat ditanggulangi dengan penerapan teknologi budidaya dan pasca panen yang tepat. Sementara itu, untuk risiko pasar dapat ditanggulangi dengan beberapa cara, yakni diversifikasi, integrasi vertikal, kontrak dimuka (foward contracting), pasar masa depan (future market), usaha perlindungan (hedging), dan opsi pertanian (agricultural option). Secara empiris tidak semua intrumen penanggulangan risiko tersebut eksis dan dilakukan oleh petani, seperti asuransi pertanian atau agribisnis, kontrak dimuka (foward contracting), pasar masa depan (future market), usaha perlindungan (hedging), dan opsi pertanian (agricultural option) tidak ditemukan pada usahatani cabai merah pada lahan kering dataran tinggi. Strategi pengelolaan risiko yang dilakukan oleh petani dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu : (1) strategi ex-ante yang merupakan strategi yang dilakukan oleh petani sebelum terjadi gunjangan, usaha ini dirancang untuk mempersiapkan usahatani agar tidak berada pada posisi yang terlalu rawan pada saat goncangan terjadi. (2) strategi interactive adalah strategi yang dilakukan petani pada saat terjadi guncangan, yang melibatkan realokasi sumberdaya agar dampak risiko terhadap produksi dapat diminimalkan, dan (3) strategi ex-post yaitu strategi yang dapat dilakukan oleh petani setelah terjadi gunjangan, yang diarahkan untuk meminimalkan dampak berikutnya. Strategi Pengelolaan Risiko Ex-ante Tabel 4 berikut mendiskripsikan bagaimana upaya yang dilakukan oleh petani padi di Desa Telang dalam mengelola risiko sebelum kegiatan usahatani tersebut dilakukan. Tujuan utama petani menanam padi adalah untuk menciptakan ketahanan pangan keluarga. Oleh karena itu setiap ada kesempatan yang memungkinkan untuk melakukan usahatani padi, maka petani akan memanfaatkannya. Hal ini tercermin dari pola tanam yang dilakukan petani dalam satu tahun. Sebagian besar petani (2 persen) menggunakan pola tanam padi-padi-padi. Ini dilakukan oleh petani yang terdapat pada wilayah yang : (1) ketersediaan air secara teknis mencukupi atau yang memiliki saluran irigasi cukup baik, (2) kondisi lahan cukup subur, dan (3) teknologi pengelolaan usahatani sangat mudah. Sedangkan untuk daerah yang tidak kurang mendapatkan pasokan air pada saat musim kemarau pola tanam yang digunakan adalah padi-padi-bero atau padi-padi-jagung/kacang hijau. Alasan lain petani menggunakan pola tanam ini adalah (1) pola tanam tersebut dipandang paling menguntungkan, dan (2) dapat menjaga kesuburan lahan. Strategi untuk mereduksi risiko ex-ante yang lain adalah sistem produksi padi yang digunakan adalah tumpang sari (dilakukan oleh persen petani). Lahan disekitar tanaman padi digunakan untuk budidaya kacang tanah, mentimun, cabai, terong, dan lain-lain. Selain itu persen petani menggunakan varietas yang berbeda pada hamparan yang berbeda. Untuk menghindari penggunaan benih yang tidak tersertifikasi sebagian besar petani membeli benih dari kios/toko saprodi dan hanya 7 persen petani yang menggunakan benih dari hasil sendiri. Ini biasa dilakukan oleh petani yang umurnya sudah 6 tahun ke atas. Tabel 4. Strategi Pengelolaan Risiko Ex-ante pada Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 211 No Uraian Usahatani Padi Frekwensi (N=3) (%) 1 Pola tanam dominan setahun a. padi-padi-padi b. padi-padi-bero c. padi-padi-kacang hijau/jagung 2 Alasan mengikuti pola tanam secara konsisten dalam tahun a. Pola tanam/rotasi tanaman tsb dipandang paling menguntungkan b. Sesuai dengan kondisi iklim setempat c. Sesuai dengan kondisi lahan (topografi, kesuburan) d. Kalau berbeda bisa tejadi serangan OPT e. Menjaga kesuburan lahan dan keberlanjutan Sistem produksi padi yang digunakan a. Monokultur Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2 Oktober 211 7

8 b. Tumpang sari atau tumpang gilir Alasan menggunakan sistem produksi monokultur a. Pengelolaan usahatani lebih mudah b. Performa pertumbuhan tanaman bagus c. Produktivitas perbatang lebih tinggi d. Kualitas hasil lebih baik e. Memberikan keuntungan yang lebih besar Alasan menggunakan sistem produksi tumpangsari atau tumpang gilir a. Secara keseluruhan lebih menguntungkan dibandingkan dengan sistem monokultur b. Penggunaan input produksi yang lebih efisien c. Performa pertumbuhan lebih baik d. Saling menutupi kerugian/mengurangi risiko e. Menjaga kesuburan lahan dan keberlanjutan usaha f. Memutus siklus OPT/mengusir OPT tertentu Jumlah atau varietas padi yang digunakan a. Selalu varietas tunggal pada semua lahan yang diusahakan b. Lebih dari satu varietas pada lahan/hamparan yang sama c. Lebih dari satu varietas pada lahan/hamparan yang berbeda 7 Sumber dari seluruh atau sebagian besar bibit/benih padi yang digunakan a. Hasil produksi sendiri b. Hasil produksi kelompok tani c. Membeli dari kios/toko saprodi d. Disediakan dari perusahaan mitra 8 Banyaknya lokasi/persil pertanaman padi dalam setahun a. Hanya ditanam disatu lokasi b. Ada di beberapa atau lebih dari satu lokasi c. Semua lokasi Sumber : Data Mentah Diolah Strategi Pengelolaan Risiko Interactive Strategi interaktif yang dilakukan oleh petani untuk mereduksi risiko lebih ditekankan pada penggunaan teknologi usahatani yang sesuai dengan rekomendasi diantaranya : (1) jarak tanam yang dipilih oleh petani sesuai dengan anjuran, (2) bila terjadi kerusakan segera dilakukan penyulaman, (3) 26 persen petani telah menggabungkan pemakaian pupuk tunggal, majemuk, dan pupuk organik, (4) 6 persen petani telah menggunakan gabungan pestisida kimia dan PHT untuk mengatasi OPT ini dilakukan untuk menghemat biaya dan dapat mematikan beberapa OPT, () jika terjadi kesulitan untuk mendapatkan tenaga kerja sebagain besar petani mengambil tenaga kerja dari luar desa, dan () kekurangan modal diatasi dengan meminjam dari Gapoktan, lembaga keuangan informal dan dari saudara/tetangga.

9 Tabel. Strategi Pengelolaan Risiko Interactive pada Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 211 No Uraian Usahatani Padi Frekwensi (N=3) (%) 1 Waktu penanaman padi a. Akhir MH dengan perkiraan ketersediaan air masih mencukupi b. Akhir MK agar kebutuhan air dapat terjamin c. Pertengahan MK pada saat air masih tersedia d. Pertengahan MH dengan pertimbangan bersifat non teknis 2 Bila sebagian tanaman di lapangan ternyata mati, maka : a. Dilakukan penyulaman b. Tidak dilakukan penyulaman 3 Jarak tanam yang digunakan a. Jarak tanam rapat b. Jarak tanam sedang / sesuai anjuran c. Jarak tanam renggang/jarang/lebar 4 Jenis pupuk yang digunakan pada pertanaman padi merah a. Pupuk tunggal saja b. Pupuk tunggal dan majemuk c. Pupuk tunggal dan pupuk organik d. Pupuk majemuk dan pupuk organik e. Pupuk tunggal, majemuk, dan pupuk organik Penggunaan pupuk pada Musim Kering dibanding Musim Hujan a. Tidak berbeda jenis maupun volumenya b. Tidak berbeda jenis, tetapi berbeda volumenya c. Berbeda jenis maupun volumenya 6 Kecenderungan petani dalam pengendalian OPT yang dilakukan a. Cenderung menggunakan pestisida kimiawi b. Cenderung menggunakan pestisida nabati/pht c. Cenderung menggunakan pestisida kimiawi dan nabati/pht 7 Metode pengendalian hama penyakit yang dilakukan a. Sebagai tindakan pencegahan (preventif) b. Sebagai tindakan pembasmian (kuratif) c. Sebagai tindakan prevenif dan sekaligus kuratif 8 Pengoplosan pestisida dalam pengendalian OPT a. Sebagai tindakan pencegahan b. Sebagai tindakan pembasmian c. Sebagai tindakan prefentif dan sekaligus kuratif 9 Alasan melakukan pengoplosan pestisida a. Sekaligus mencegah/mematikan beberapa jenis OPT Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2 Oktober

10 b. Menghemat biaya dengan mencampur pestisida mahal dan murah c. Hasil coba-coba menunjukkan efektivitas yang lebih tinggi dibanding pestisida tunggal d. Menghemat waktu dan tenaga 1 Tindakan yang dilakukan saat mengalami kelangkaan TK upahan a. Memanfaatkan TK keluarga semaksimal mungkin b. Memenfaatkan TK yang ada secara bergantian c. Mencari TK upahan dari luar desa/luar daerah d. Menggunakan TK ternak e. Menggunakan TK mekanik/mesin 11 Tindakan yang dilakukan jika mengalami kekurangan atau kesulitan permodalan a. Meminjam dari sumber kredit formal b. Meminjam dari kredit informal c. Meminjam dari kelompok tani/gapoktan/koperasi tani d. Meminjam dari perusahaan mitra e. Meminjam dari saudara/tetangga/kerabat Sumber : Data Mentah Diolah Strategi Pengelolaan Risiko Ex-post Pengelolaan strategi pasca kegiatan usahatani dilakukan diantaranya : (1) tidak menjadikan usahatani padi sebagai satu-satunya mata pencaharian artinya petani sebagian besar memiliki pekerjaan sampingan sebagai petambak, (2) jika usahatani mengalami kegagalan mereka memenuhi kebutuhan keluarga dengan cara menggunakan pendapatan yang diperoleh dari pekerjaan sampingan, mengambil tabungan, atau meminjam dari kerabat, (3) kegagalan usahatani tidak membuat mereka berhenti atau beralih pada komoditas lain, persen petani akan terus berusahatani padi dengan mempelajari penyebab kegagalan pada musim tanam sebelumnya. Tabel 6. Strategi Pengelolaan Risiko Ex-post pada Usahatani Padi di Desa Telang Tahun 211 No Uraian Usahatani Padi Frekwensi (N=3) (%) 1 Status usahatani padi dalam menghidupi keluarganya a. Sepenuhnya bergantung pada usahatani padi b. Sebagian besar bergantung pada usahatani padi c. Sebagian kecil bergantung pada usahatani padi d. Sama sekali tidak bergantung pada usahatani padi 2 Jika usahatani padi mengalami kegagalan, usaha untuk menutupi kegagalan dalam menghidupi keluarga a. Pendapatan dari usahatani lainnya b. Mengambil dari tabungan c. Meminjam dari petani lain/tetangga/kerabat d. Mencari pekerjaan tambahan e. Menjual sebagian aset yang dimiliki 3 Jika mengalami kerugian, tindakan apa atau sumber modal mana yang dipilih untuk pertanaman berikutnya

11 a. Luas pertanaman pada Musim Tanam berikutnya disesuaikan dengan modal yang tersedia b. Menambah modal dengan mengambil dari tabungan c. Menambah modal dengan meminjam uang d. Meminjam sarana produksi dari toko/kios saprotan e. Mengusahakan tanaman yang berisiko kecil 4 Tindakan yang dilakukan jika pertanaman padi dianggap gagal a. Tidak menanam padi lagi karena takut kegagalan tersebut terulang b. Hanya akan menanam pada waktu atau musim tanam yang aman c. Hanya akan menanam pada waktu atau musim yang diperkirakan harga baik d. Tetap akan menanam padi lagi dan mencari penyebab kegagalan Sumber : Data Mentah Diolah KESIMPULAN DAN SARAN 1. Secara umum petani yang melakukan usahatani padi memiliki dua tujuan yaitu menciptakan ketahanan pangan rumahtangganya dan mendapatkan keuntungan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut petani selalu dihadapkan pada risiko-risiko. Berdasarkan hasil analisis didapat simpulan bahwa risiko produksi, biaya, dan pendapatan pada usahatani padi di Desa Telang termasuk dalam kategori usahatani yang risikonya rendah. 2. Menurut persepsi sebagian besar petani, risiko merupakan konsekwensi yang membebani petani jika hendak berusahatani padi. Penyebab utamanya adalah gangguan dari OPT, mahalnya harga input, dan rendahnya harga output. Disamping itu sebagian besar petani juga mempersepsikan bahwa tingkat risiko produktivitas termasuk dalam kategori rendah, sedangkan risiko biaya dan pendapatan digolongkan dalam kategori sedang. 3. Strategi pengeloaan risiko yang dilakukan oleh petani padi di Desa Telang dimaksudkan untuk mereduksi risiko, dan dikategorikan dalam 3 bentuk yaitu : (a) strategi ex-ante, (2) strategi interactive, dan (3) strategi ex-post. DAFTAR PUSTAKA AdiyogaW. dan TA Soetarso Strategi Petani dalam Pengelolaan Risiko pada Usahatani Cabai. Jurnal Hortikultura (Jounal of Horticulture). 8(4): Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jakarta. Ameriana M. 28. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. Jurnal Hortikultura. Volume 18 No.1, 28. Hal :9-16. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Bond G. And B Wonder Risk Attitudes among Australian Farmers. Australian J. Agric. Econ. 24 (1) : Debertin DL Agricultural Production Economics. Macmillan Publishing Company. United State of America. Ellis F Peasant Economics : Farm Household and Agricultural Development. Cambridge University Press. Cambridge. Fariyanti A, Kuntjoro, S Hartoyo, dan A Daryanto. 27. Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo 2 Oktober

12 Henderson JM. and RE. Quandt Microeconomics Theory. A Mathematical Approach. Third Edition. McGraw Hill International Book Company, Tokyo. Heyer J An Analysis of Peasant Farm Production under Condition of Uncertainty. J. Agri. Econ. 23 (2) : Joly RW Risk management in agricultural production. American J. Agric. Econ. (76) : Kennedy JOS. And EM Fransisco On The Formulation of Risk Constraint for Linier Programming. J. Agric. Econ. 2 (2) : Malton PJ Farmer risk management strategies : The case of the west African semi-arid tropics. In Holden, D., Hazell, P., & Pritchard, A. (Eds). Risk in Agriculrure : Proceeding of the Tenth Agriculture Sector Symposium. The World Bank, Washington, D.C. Patrick GR, PH. Wilson, PJ. Barry, WG. Bogges and DL. Young Risk Perception and Management Response: Producer-Generated Hypotheses for Risk Modelling. Southern Journal Agricultural Economics, 17 : Robinson LJ. and PJ Barry The Competitive Firm s Response to Risk. Macmillan Publisher, London. Sonka ST. And GF. Patrick Risk management and decision making in agricultural firms. In P. J. Barry (Ed), Risk management in agricultural. Iowa State University Press, Ames, Iowa. Sa id EG. Dan AH Intan. 21. Pengelolaan Agribisnis. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta. Sumaryanto. 29. Eksistensi Pertanian Skala Kecil dalam Era Persaingan Global. Seminar Nasional: Peningkatan Dayasaing Agribisnis Berorientasi Kesejahteraan Petani. Bogor, 14 Oktober 29. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Volume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN:

Volume 5, No. 2, Oktober 2012 ISSN: Volume 5, No. 2, Oktober 212 ISSN: 216-9495 PERILAKU PETANI BAWANG MERAH DALAM MEREDUKSI RISIKO SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS USAHATANI (STUDI KASUS DI KECAMATAN BATUMARMAR KABUPATEN PAMEKASAN)

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI

MANAJEMEN RISIKO USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MANAJEMEN RISIKO USAHATANI JAGUNG (Zea mays L.) SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PETANI Isna Windani Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENGEMBANGAN CABAI MERAH DAN STRATEGI MANAJEMEN RISIKO Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah

VII. ANALISIS PENGEMBANGAN CABAI MERAH DAN STRATEGI MANAJEMEN RISIKO Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah VII. ANALISIS PENGEMBANGAN CABAI MERAH DAN STRATEGI MANAJEMEN RISIKO 7.1. Analisis Kebijakan Pengembangan Cabai Merah Analisis kebijakan ialah proses atau kegiatan mensintesa informasi, termasuk hasil-hasil

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko Istilah risiko (risk) dan ketidakpastian (uncertainty) sering digunakan secara bersamaan atau bahwa risiko sama dengan ketidakpastian.

Lebih terperinci

DEKOMPOSISI TERMAL PADA BRIKET BIOMASSA KULIT TANDUK KOPI BERBAHAN PEREKAT TEPUNG KANJI

DEKOMPOSISI TERMAL PADA BRIKET BIOMASSA KULIT TANDUK KOPI BERBAHAN PEREKAT TEPUNG KANJI 32 DEKOMPOSISI TERMAL PADA BRIKET BIOMASSA KULIT TANDUK KOPI BERBAHAN PEREKAT TEPUNG KANJI Nurhapsa, Arham Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Peternakan dan Perikanan Program Studi Akuntansi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program

BAB I PENDAHULUAN. Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program kebijakan revitalisasi pertanian menitikberatkan pada program pengembangan agribisnis. Program ini bertujuan untuk memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga

I. PENDAHULUAN. rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendapatan rumahtangga petani adalah pendapatan yang diterima oleh rumahtangga yang mengusahakan komoditas pertanian. Pendapatan rumahtangga petani dapat berasal dari

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN. keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1. Kesimpulan 1. Tingkat produktivitas yang dicapai petani cabai merah besar dan cabai merah keriting di lokasi peneltian sudah cukup tinggi, yaitu di atas rata-rata produktivitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dalam pembangunan pertanian, beras merupakan komoditas yang memegang posisi strategis. Beras dapat disebut komoditas politik karena menguasai hajat hidup rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH

BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH 67 BAB 4 EVALUASI KEEFEKTIFAN PROGRAM DALAM MENINGKATKAN PRODUKSI PADI SAWAH Bab ini akan membahas keefektifan Program Aksi Masyarakat Agribisnis Tanaman Pangan (Proksi Mantap) dalam mencapai sasaran-sasaran

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan

Lebih terperinci

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN Penilaian risiko produksi pada caisin dianalisis melalui penggunaan input atau faktor-faktor produksi terhadap produktivitas caisin. Analisis risiko produksi menggunakan

Lebih terperinci

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas Abstract This research aimed to determine the risk of production and income in a group of farmers who use local seeds and farmers

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata

I. PENDAHULUAN. yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia dikenal sebagai negara agraris dan memiliki iklim tropis yang cocok untuk kegiatan pertanian. Disamping itu pertanian merupakan mata pencaharian utama

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN V. GAMBARAN UMUM LOKASI DAN RESPONDEN 5.1. Gambaran Umum Desa Purwasari Desa Purwasari merupakan salah satu Desa pengembangan ubi jalar di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Usahatani ubi jalar menjadi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani

Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani LAMPIRAN 69 69 Lampiran 1. Kuesioner penelitian bagi petani/kelompok tani Dengan hormat, Perkenalkan saya Andiyono, Mahasiswa Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Profesional Industri Kecil Menengah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Agribisnis Cabai Merah Cabai merah (Capsicum annuum) merupakan tanaman hortikultura sayursayuran buah semusim untuk rempah-rempah, yang di perlukan oleh seluruh lapisan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah sedang berupaya menjaga ketahanan pangan Indonesia dengan cara meningkatkan produksi tanaman pangan agar kebutuhan pangan Indonesia tercukupi. Ketidak tersediaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju peningkatan produktivitas tanaman padi di Indonesia akhir-akhir ini cenderung melandai, ditandai salah satunya dengan menurunnya produksi padi sekitar 0.06 persen

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertanian, kehutanan, perkebunan, peternakan, dan perikanan yang artinya masyarakat banyak yang bermata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang artinya bahwa pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya

Lebih terperinci

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN

VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 73 VI. KERAGAAN USAHATANI KENTANG DAN TOMAT DI DAERAH PENELITIAN 6.1. Karakteristik Lembaga Perkreditan Keberhasilan usahatani kentang dan tomat di lokasi penelitian dan harapan petani bagi peningkatan

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data

III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu 2. Pengumpulan data III. METODE KERJA 1. Lokasi dan Waktu Kajian dilakukan terhadap usahatani beberapa petani sawah irigasi di desa Citarik kecamatan Tirta Mulya Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi terutama didasarkan pada

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko Sutawi (2008) mengemukakan bahwa kemitraan merupakan salah satu upaya untuk menekan risiko yang dihadapi petani. Dengan cara mengalihkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Padi adalah salah satu bahan makanan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Padi Perekonomian padi dan beras merupakan pendukung pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Kasryno dan Pasandaran (2004), beras serta tanaman pangan umumnya berperan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep dan Definisi Risiko Menurut Frank Knight, risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kejadian yang dapat diketahui oleh pelaku bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan beras di Indonesia pada masa yang akan datang akan meningkat. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi dengan besarnya konsumsi beras

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan pertanian di Indonesia adalah pengembangan hortikultura untuk meningkatkan pendapatan petani kecil. Petani kecil yang dimaksud dalam pengembangan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH

1. PENDAHULUAN 2. STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH Lampiran 1.b. BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 71/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, DAN JERUK TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN TOTAL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang petani dan usahatani, terutama dari aspek budidaya sudah cukup banyak dilakukan di Indonesia. Namun, kajian dan penelitian dalam hal pemilihan

Lebih terperinci

RISK ANALYSIS OF THE TOMATOES FARMING IN LEDOKOMBO SUBDISTRICT JEMBER REGENCY

RISK ANALYSIS OF THE TOMATOES FARMING IN LEDOKOMBO SUBDISTRICT JEMBER REGENCY Volume 01, No 02- September 2017 ISSN: 2581-1339 (Print), ISSN: Dalam Proses (Online) ANALISIS RISIKO PADA USAHATANI TOMAT DI KECAMATAN LEDOKOMBO KABUPATEN JEMBER RISK ANALYSIS OF THE TOMATOES FARMING

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian adalah sektor penting dalam perekonomian Indonesia. Beberapa peran penting sektor pertanian yaitu menyerap tenaga kerja, sumber pendapatan bagi masyarakat,

Lebih terperinci

ANALISIS RISIKO BERBAGAI LUAS PENGUSAHAAN LAHAN PADA USAHATANI PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

ANALISIS RISIKO BERBAGAI LUAS PENGUSAHAAN LAHAN PADA USAHATANI PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL Analisis Risiko Berbagai Luas Pengusahaan Lahan pada Usahatani Padi Organik dan Konvensional (Tinjung Mary Prihtanti) ANALISIS RISIKO BERBAGAI LUAS PENGUSAHAAN LAHAN PADA USAHATANI PADI ORGANIK DAN KONVENSIONAL

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014 No. 76/12/33 Th. VIII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, BAWANG MERAH, JERUK, DAN PISANG JAWA TENGAH TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya

VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN. 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun dataran tinggi, rendahnya VII. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN 7.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab terdahulu, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Baik pada daerah dataran rendah maupun

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Program Pembiayaan Pertanian Dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sektor pertanian telah dilaksanakan banyak program pembiayaan pertanian.

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 98 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dikemukakan hasil temuan studi yang menjadi dasar untuk menyimpulkan keefektifan Proksi Mantap mencapai tujuan dan sasarannya. Selanjutnya dikemukakan

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan pada sektor pertanian. Di Indonesia sektor pertanian memiliki peranan besar dalam menunjang

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Pembiayaan dalam dunia usaha sangat dibutuhkan dalam mendukung keberlangsungan suatu usaha yang dijalankan. Dari suatu usaha yang memerlukan pembiayaan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan komoditas pertanian serta sebagian besar penduduknya adalah petani. Sektor pertanian sangat tepat untuk dijadikan sebagai

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM POLICY BRIEF DINAMIKA SOSIAL EKONOMI PERDESAAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM 2007-2015 Pendahuluan 1. Target utama Kementerian Pertanian adalah mencapai swasembada

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BPS. 2012 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura yang dibutuhkan dan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Menurut Direktorat Jenderal Hortikultura (2008) 1 komoditi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian tanaman pangan masih menjadi usaha sebagian besar petani. Di Indonesia sendiri, masih banyak petani tanaman pangan yang menanam tanaman pangan untuk dikonsumsi

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar merupakan ancaman nyata dan bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan merupakan salah satu cara untuk mencapai keadaan tersebut,

Lebih terperinci

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) 74 Pengembangan Inovasi Pertanian 1(1), 2008: 74-81 Erizal Jamal et al. ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1) Erizal Jamal, Hendiarto, dan Ening Ariningsih Pusat Analisis Sosial Ekonomi

Lebih terperinci

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU

VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU VI. PENGARUH PERILAKU PETANI DALAM MENGHADAPI RISIKO PRODUKSI TERHADAP ALOKASI INPUT USAHATANI TEMBAKAU Penelitian ini membagi responden berdasarkan agroekosistem (pegunungan, sawah dan tegalan) dan sistem

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya adalah komoditas padi, karena komoditas padi sebagai sumber penyediaan kebutuhan pangan pokok berupa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian memegang peran strategis dalam upaya peningkatan perekonomian di Bali. Sektor ini menyumbang sebesar 14,64% dari total Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif karena dalam penelitian ini berupa angka-angka dan analisis. Dalam pembahasannyan

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertandatangan di bawah ini : Nama : Ir. Bambang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial dalam memberikan kontribusi yang besar terhadap pembangunan ekonomi dan memegang peranan penting

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Kombinasi Produk Optimum Penentuan kombinasi produksi dilakukan untuk memperoleh lebih dari satu output dengan menggunakan satu input. Hal ini

Lebih terperinci

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL Sistem Pertanian dengan menggunakan metode SRI di desa Jambenenggang dimulai sekitar tahun 2007. Kegiatan ini diawali dengan adanya

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Pondok Menteng Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman

DAFTAR LAMPIRAN. No Lampiran Halaman DAFTAR LAMPIRAN No Lampiran Halaman 1 Foto-Foto Penelitian... 81 xvi 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan visi dan misi Provinsi Bali tahun 2009, prioritas pembangunan Provinsi Bali sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan strategis karena merupakan sebagai tumpuan hidup sebagian besar penduduk Indonesia, dimana hampir setengah dari

Lebih terperinci

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG 7.1 Keragaan Usahatani Padi Varietas Ciherang Usahatani padi varietas ciherang yang dilakukan oleh petani di gapoktan Tani Bersama menurut hasil

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014

STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 No. 71/12/72/Th. XVII, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN CABAI MERAH, CABAI RAWIT, DAN BAWANG MERAH TAHUN 2014 TOTAL BIAYA PRODUKSI USAHA TANAMAN CABAI MERAH PER SATU HEKTAR UNTUK SEKALI MUSIM

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari penelusuran teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Adapun

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark

BAB 1. PENDAHULUAN. Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kapupaten Brebes merupakan sentra produksi bawang merah terbesar di Indonesia. Bawang merah bagi Kabupaten Brebes merupakan trademark mengingat posisinya sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor dengan penyerapan tenaga kerja paling banyak di Indonesia dibandingkan dengan sektor lainnya. Badan Pusat Statistik (2009) melaporkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Petani Responden 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani Berdasarkan dari penelitian yang dilakukan, diperoleh hasil komposisi umur kepala keluarga

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian

Gambar 2. Rangkaian Kejadian Risiko-Ketidakpastian III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Konsep Risiko Suatu bisnis yang dilakukan oleh para pelaku usaha pasti dihadapkan pada risiko dalam usahanya. Selain risiko, pebisnis dalam melakukan aktivitas bisnisnya dihadapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan

I. PENDAHULUAN Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) merupakan daerah agraris dan salah satu sentra produksi beras di Sulawesi Selatan (Sul-Sel). Potensi komoditas padi tersebut tergolong

Lebih terperinci