BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang"

Transkripsi

1 I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk yang semakin pesat di wilayah perkotaan berdampak pada bertambahnya fungsi-fungsi yang harus diemban oleh kota tersebut. Hal ini terjadi seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan kegiatan sosial ekonomi penduduknya. Perkembangan kegiatan sosial ekonomi penduduk yang terjadi menimbulkan keinginan untuk selalu berusaha memenuhi dan menambah kebutuhan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, tetapi tidak menutup kemungkinan menimbulkan dampak negatif pada aspek lain. Dalam pemenuhan kebutuhan manusia melakukan perjalanan antara tata guna lahan yang satu dengan tata guna lahan tata guna lahan yang lain dengan menggunakan system jaringan transportasi. Hal ini akan menyebabkan timbulnya pergerakan (Tamin, 1994). Oleh Karen itu, setiap tata guna lahan akan menimbulkan bangkitan pergerakan. Berdasarkan Sijabat (2007), perkembangan dan perubahan jenis guna lahan memberikan dampak yang besar terhadap penurunan kinerja sebuah ruas jalan. Perubahan-perubahan fungsi dan luas jenis guna lahan menjadi sebab munculnya gangguan samping yang ditimbulkan dari kegiatannya. Selain itu, kegiatan dari suatu guna lahan tersebut juga menambah permintaan terhadap pergerakan sehingga memunculkn volume lalu lintas yang lebih besar. Dari pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa penggunaan lahan memiliki pengaruh terhadap sistem jaringan transportasi. Beroperasinya suatu pusat perbelanjaan, atau dapat dikatakan adanya pembangunan baru, memberikan pengaruh terhadap aspekaspek keruangan yang ada baik secara spasial maupun komposisi sosial, ekonomi dan demografi (Heikkila, 1999). Jaringan transportasi, yang memberikan peranan penting terkait dengan keberadaan pusat perbelanjaan, juga terpengaruh oleh beroperasinya suatu pusat perbelanjaan. Jaringan transportasi jika dipandang sebagai suatu sistem maka setiap perubahan pada satu komponen dapat menyebabkan perubahan pada komponen lainnya. 1

2 Perencanaan kota mengatur lokasi aktivitas suatu tata guna lahan agar dapat sekaligus mengatur aksesibilitas kota tersebut karena setiap tata guna lahan memiliki dampak pada bangkitan dan tarikan lalu lintas serta sebaran pergerakannya (Tamin, 1997). Menurut Parliana (2008), pasca pembangunan jalan, apabila tidak diatur dengan satu perangkat aturan yang jelas, maa akan mengakibatkan pembangunan pada jalan menjadi tidak terkendali. Masyarakat akan membangun di sepanjang jalan secara spontan tanpa mengacu pada suatu peraturan tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa perencanaan penggunaan lahan yang tept dan terarah akan meminimalisir dampak yang akan ditimbulkan akibat bangkitan dan tarikan yang ditimbulkan dari tata guna lahan tersebut terhadap kinerja jalan. Dalam hal ini kawasan ketintang merupakan salah satu kawasan yang sebagian besar fungsi lahannya merupakan perumahan selain itu juga terdapat fasilitas pendidikan, perkantoran, dan perdagangan. Fasilitas pendidikan yang berada di kawasan ketintang antara lain adalah fasilitas pendidikan tingkat SD, fasiitas pendidikan tingkat SLTP, fasilitas pendidikan tingkat SMA, dan perguruan tinggi (UNESA). untuk perkantoran yang terdapat pada kawasan ketintang ialah Kantor Telkom, PJB/PLN, dan fasilitas perdagangannya adalah royal plaza, fasilitas-fasilitas tersebut memiliki tingkat pelayanan yang dapat melayani kawasan ketintang dan luar ketintang. Terdapatnya banyak warung/rumah makan, pakir luar royal, usaha foto copy, bengkel motor, salon kecantikan, mini market, warnet, dan lain-lainnya. Dengan adanya fasilitas-fasilitas pada kawasan ketintang dapat menimbulkan bangkitan yang mengasilkan kegiatan setiap harinya baik pagi, siang, sore maupun malam hari. Beberapa kegiatan yang dihasilkan dengan adanya bangkitan pada kawasan ketintang adalah sirkulasi pergerakan lalu lintas yang membebani koridor jalan ketintang yang merupakan jalan utama pada kawasan ketintang dimana dari sirkulasi pergerakan yang dihasilkan dari berbagai macam kegiatannya terpusat pada koridor jalan ketintang. Sirkulasi pergerakan yang ada di koridor Ketintang merupakan pergerakan internal internal, internal eksternal dan eksternal eksternal. Pergerakan internal internal disebabkan karena adanya permukiman (bangkitan) menuju fasilitas-fasilitas pendukung 2

3 permukiman seperti fasilitas perdagangan dan jasa (kantor, atm, PKL, warung makan, bengkel, salon, Royal plasa, dll) dan pendidikan (SD, SMP, SMA, UNESA dll), pergerakan internal - eksternal disebabkan karena pada daerah kawasan Ketintang mayoritas merupakan daerah permukiman sehingga pergerakan menuju fasilitas-fasilitas yang ada di luar kawasan Ketintang melalui koridor jalan ketintang, sedangkan pergerakan eksternal eksternal disebabkan karena jalan Ketintang, jalan Jetis Besar, Dan Jalan Karah merupakan jalan alternatif yang menghubungkan jalan arteri dan kolektor seperti jalan Ahmad Yani dan jalan Raya Gunungsari, yang hanya melintas guna mempercepat tujuan pergerakan dimana sirkulasi tersebut juga di karenakan oleh adanya bangkitan dan tarikan yang berada diluar kawasan. Ditambah lagi dengan sirkulasi pergerakan yang di hasilkan oleh kegiatan yang ada pada kawasan tersebut yaitu, pergerakan eksternal - internal dan internal internal yang ada di kawasan Ketintang terutama pada saat peak-hour (masuk/pulang kerja dan sekolah) dimana terdapat fasilitas pendidikan, perkantoran, perdagangan dan jasa ditambah lagi pergerakan dari permukiman menuju fasilitas - fasilitas yang ada pada koridor Ketintang tersebut atau sebaliknya, hal ini menjadikan koridor Ketintang padat akan pergerakan arus lalu lintas oleh kendaraan yang melintas atau pun berinteraksi pada kegiatan yang terdapat pada koridor ketintang (sumber:survey primer) Adanya kendaraan roda dua yang parkir di sisi jalan (on street) pada kegitan perdagangan jasa yang tidak memiliki lahan parkir yang menyebabkan penyempitan jalan. Bahkan berjubelnya PKL di pinggir jalan turut andil yang menyebabkan jalanan menjadi semakin sempit (sumber:putrasurabaya@gmail.com), mengingat geometrik jalan hanya dua lajur dan dua arah yang memiliki kapasitas jalan yang dapat ditampung 1494,08smp sedangkan hasil perhitungan volume mencapai 1578,5smp, hal ini menimbulkan dampak berupa penurunan kinerja jalan dengan nilai intensitas pelayanan jalan mencapai 1,056smp (sumber: hasil perhitungan penulis sementara). Penurunan kinerja jalan tersebut berupa bertambahnya waktu perjalanan, menurunnya kecepatan perjalanan, dan kemacetan. Kondisi ini dapat dilihat secara kasar dari kecepatan rata-rata kendaraan yang melalui jalan ini yang sangat rendah sehingga arus lalu-lintas macet terutama pada jam-jam puncak dan sore hari. Tidak 3

4 terdapatnya jalan yang dapat membantu mengurangi beban volume kendaraan pada jalan ketintang menjadikan pengaturan arah atau pun rekayasa pergerakan sulit dilakukan. Terkait dengan situasi ini, maka perlu dilakukan penelitian mengenai seberapa besar pengaruh kegiatan-kegiatan di koridor ketintang terhadap kinerja jaringan Jalan pada koridor jalan ketintang sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam merencanakan pengembangan kawasan Jalan ketintang. I.2 Rumusan Masalah Kawasan ketintang merupakan salah satu yang mengalami perubahan berbagai kegiatan seperti pertokoan, warung makan, bengkel, salon, dsb. Munculnya kegiatan-kegiatan di sepanjang jalan utama pada kawasan ketintang menimbulkan sejumlah bangkitan yang mengakibatkan bertambahnya volume lalu lintas di kawasan ketintang. Peningkatan volume lalu lintas tersebut menyebabkan beban lalu lintas bertambah sehingga mengakibatkan penurunan tingkat pelayanan jalan. Berdasarkan rumusan permasalahan diatas maka pertanyaan penelitian adalah seberapa besarkah pengaruh yang ditimbulkan oleh kegiatan terhadap kinerja jalan pada koridor jalan ketintang? I.3 Tujuan dan Sasaran Tujuan penelitian ini adalah menentukan jenis kegiatan berdasarkan kinerja jalan yang sesuai dengan kapasitas koridor ketintang. Tujuan penelitian dapat dicapai melalui sasaran-sasaran sebagai berikut: 1. Menghitung bangkitan dan tarikan pergerakan yang ditimbulkan akibat kegiatan-kegiatan di koridor ketintang dan pengaruhnya terhadap kinerja jaringan Jalan pada koridor jalan ketintang 2. Mengukur besaran tarikan pergerakan dari perubahan jenis kegiatan 3. Menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan kemampuan kapasitas koridor ketintang ketintang. 4

5 I.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang ingin dicapai dari studi ini ada 2 yaitu: 1. Manfaat teoritis Dapat mengetahui hubungan antara transportasi dengan penggunaan lahan yang merupakan satu sistem yang saling mempengaruhi. 2. Manfaat praktis a. Dapat dijadikan pertimbangan dalam penataan penggunaan lahan terutama pengembangan kawasan pada jalan utama di kawasan penelitian. b. Memberi masukan kepada Dinas perhubungan terkait dengan hasil penelitian sebagai acuan kebijakan sebelumnya. c. Memberikan rekomendasi yang sesuai dengan hasil yang dicapai terkait dengan sistem transportasi yang perlu di adakan dengan mempertimbangkan pada land use yang di tetapkan. I.5 Ruang Lingkup lingkup penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu ruang lingkup wilayah penelitian, ruang lingkup pembahasan dan ruamg lingkup substansi. Ruang lingkup wilayah adalah pembatasan wilayah penelitian secara geografis, sedangkan ruang lingkup pembahasan merupakan pembatasan materi yang akan dibahas dalam penelitian ini. 5

6 I.5.1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai ruang lingkup adalah kawasan Ketintang yang di batasi oleh : Sebelah utara : Kelurahan Wonokromo Sebelah Selatan : Kelurahan Jambangan Sebelah Timur : Jalan Raya Jendral A. Yani Sebelah Barat : Kelurahan Karah 6

7 Gambar 1.1 Peta Orientasi 7

8 halaman ini sengaja di kosongkan 8

9 Gambar 1.2 Peta wilayah studi 9

10 halaman ini sengaja di kosongkan 10

11 I.5.2 Ruang Lingkup Pembahasan Pembahasan penelitian ini masuk dalam lingkup perencanaan wilayah dan kota yang mengacu pada aspek transportasi dan tata guna lahan. Aspek transportasi ini bersubyek pada pergerakan oleh kendaraan yang masuk maupun melintasi koridor Ketintang. Lingkup materi penelitian antara lain : Karakteristik penggunaan lahan koridor Ketintang Menghitung jumlah luas lantai bangunan tiap jenis kegiatan di koridor Ketintang. Menghitung Bangkitan dan tarikan pergerakan akibat kegiatan-kegiatan di koridor Ketintang. Menghitung Tingkat pelayanan jalan Kapasitas jalan yang dipengaruhi oleh kondisi geometri, kondisi lalu lintas, dan kondisi lingkungan(dinyatakan dalam jumlah penduduk kota). Semakin tinggi volume lalu lintas pada suatu ruas jalan tertentu, tingkat pelayanannya akan semakin menurun. Rekomendasi arahan perubahan jenis kegiatan. I.5.3 Ruang Lingkup Substansi Ruang lingkup substansi dalam penelitian ini adalah transportasi secara umum. Berbagai jenis kegiatan di koridor Ketintang yang menggunakan ruang serta dampaknya terhadap kinerja jalan. Dalam penelitian ini asumsi yang digunakan adalah: Tidak ada pelebaran jalan Ketintang Penambahan atau perubahan jaringan jalan secara drastis(realisasi pengembangan jalan A.yani dan rencana jembatan bypass) Adanya gangguan rel kereta api tidak di perhitungkan karena dalam penelitian tidak membahas tentang antrian dan durasi saat lewatnya kereta pun tidak menentu. 11

12 Penggunaan lahan dan Transportasi Ketidak seimbangan volume lalu lintas dengan kapasitas jalan (terdapatnya perlambatan) Bangkitan dan Tarikan pergerakan Faktor yang mempengaruhi bangkitan Identifikasi kondisi eksisting kinerja jaringan jalan di koridor ketintang Identifikasi jenis kegiatan Analisa perhitungan nilai vcr dan los eksisting Analisa perhitungan bangkitan tiap jenis kegiatan pada koridor ketintang Sesuai dengan standart Tidak sesuai dengan standart Pengaruh bangkitan /tarikan yang ada pada koridor ketintang Jenis kegiatan Menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan kinerja jalan Simulasi perubahan jenis kegiatan Gambar 1.2 kerangka berpikir 12

KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN JALAN PROF DR. SATRIO, DKI JAKARTA

KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN JALAN PROF DR. SATRIO, DKI JAKARTA Barry Setyanto Koloway Kinerja Ruas Jalan Perkotaan Jalan Prof.Dr.Satrio, DKI Jakarta Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, Vol. 20 No. 3, Desember 2009, hlm 215-230 KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN JALAN PROF

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses berkembangnya suatu kota baik dalam aspek keruangan, manusia dan aktifitasnya, tidak terlepas dari fenomena urbanisasi dan industrialisasi. Fenomena seperti

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S - 1) Dikerjakan Oleh :

TUGAS AKHIR. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S - 1) Dikerjakan Oleh : 1 PEMETAAN PENGARUH TATA GUNA LAHAN TERHADAP KEPADATAN VOLUME KENDARAAN PADA RUAS JALAN KENJERAN JALAN KEDUNG COWEK SEBAGAI AKSES MENUJU JEMBATAN SURAMADU DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

Lebih terperinci

MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR MEKANISME SUBSIDI ANGKUTAN UMUM PADA TRAYEK UTAMA SEBAGAI AKIBAT KENAIKAN HARGA BBM DI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh : Arief Munandar L2D 005 346 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kota Jakarta sebagai ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan kota megapolitan yang memiliki peran sebagai pusat pemerintahan, perdagangan, bisnis, industri,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN

ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN ANALISIS KINERJA JALAN KOTA METRO BERDASARKAN NILAI DERAJAT KEJENUHAN JALAN Oleh: Agus Surandono Dosen Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro e-mail : agussurandono@yahoo.co.id ABSTRAK Suatu perencanaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 Tentang: JALAN TOL Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,

Lebih terperinci

PP 8/1990, JALAN TOL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1990 (8/1990)

PP 8/1990, JALAN TOL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 8 TAHUN 1990 (8/1990) PP 8/1990, JALAN TOL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 8 TAHUN 1990 (8/1990) Tanggal: 24 MARET 1990 (JAKARTA) Sumber: LN 1990/12; TLN NO. 3405 Tentang: JALAN

Lebih terperinci

Samsirina (1), Syahyudesrina (2), Mohamad Jehansyah Siregar (3) Abstrak

Samsirina (1), Syahyudesrina (2), Mohamad Jehansyah Siregar (3) Abstrak Ikatan Peneliti Lingkungan Binaan Indonesia Persepsi Pemilik Rumah terhadap Kehadiran Jalan Layang dan terhadap Perubahan Permukiman yang terjadi Kasus Studi: Jalan Layang Pasupati Bandung, Jawa Barat

Lebih terperinci

Studi Penyusunan Profil Tranportasi Perkotaan

Studi Penyusunan Profil Tranportasi Perkotaan ini merupakan laporan final dari Studi Penyusunan Profil Tranportasi Perkotaan. Dimana dalam ini menjelaskan proses pekerjaan yang telah mulai tahap awal sampai lahan pengujian aplikasi. ini terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan merupakan fasilitas transportasi yang paling sering digunakan oleh sebagian besar masyarakat, sehingga mempengaruhi aktifitas sehari-hari masyarakat. Jalan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PEMETAAAN ANGKUTAN UMUM (MIKROLET ) DI KOTA MAKASSAR ( STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM TRAYEK A,C, G, J, S ) (136T)

ANALISIS KINERJA DAN PEMETAAAN ANGKUTAN UMUM (MIKROLET ) DI KOTA MAKASSAR ( STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM TRAYEK A,C, G, J, S ) (136T) ANALISIS KINERJA DAN PEMETAAAN ANGKUTAN UMUM (MIKROLET ) DI KOTA MAKASSAR ( STUDI KASUS : ANGKUTAN UMUM TRAYEK A,C, G, J, S ) (136T) Syafruddin Rauf 1, Ahmad Faisal Aboe 1, 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2004 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana transportasi merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana

Lebih terperinci

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN ASPAL KELAS II DI KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN ASPAL KELAS II DI KABUPATEN SEMARANG PENGARUH JUMLAH KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN ASPAL KELAS II DI KABUPATEN SEMARANG TUGAS AKHIR Ditujukan Kepada : Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN BERBELANJA DI MINI MARKET SARINAH SWALAYAN NGALIAN SEMARANG SKRIPSI

PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN BERBELANJA DI MINI MARKET SARINAH SWALAYAN NGALIAN SEMARANG SKRIPSI PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN BERBELANJA DI MINI MARKET SARINAH SWALAYAN NGALIAN SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Universitas Negeri Semarang Oleh SITI ZULIANI

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR Oleh : M. HELWIN SETIAWAN L2D 099 434 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

Lebih terperinci

Peran Kampung Luar Batang, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dalam Menunjang Konservasi Kota Tua. Harfa Iskandaria (3209201002)

Peran Kampung Luar Batang, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dalam Menunjang Konservasi Kota Tua. Harfa Iskandaria (3209201002) Peran Kampung Luar Batang, Kecamatan Penjaringan Jakarta Utara dalam Menunjang Konservasi Kota Tua Harfa Iskandaria (3209201002) Latar Belakang Penelitian Kotapraja Kota Saat ini kondisi Kota menjadi sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor

BAB I PENDAHULUAN. Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalan raya Cibarusah Cikarang, Kabupaten Bekasi merupakan jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Kecamatan di Bekasi sering diberitakan kerusakan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Dalam Bab ini diuraikan secara mendetail mengenai gambaran umum kondisi Kabupaten Banyuwangi. Secarasistematis bahasan diurutkan berdasarkan sub bab aspek geografi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tanah sebagai salah satu sumber daya yang akan mendorong manusia dalam kehidupannya untuk berperilaku secara unik terhadap tanah atau bidang tanah tersebut. Tanah

Lebih terperinci

Executive Summary BAB I PENDAHULUAN

Executive Summary BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tempat tinggal atau hunian merupakan kebutuhan yang mendasar bagi setiap warga kota. Dalam upaya pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal tersebut, diperlukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian dewasa ini. Sejalan dengan perekonomian di

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian dewasa ini. Sejalan dengan perekonomian di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peranan pemasaran sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan perekonomian dewasa ini. Sejalan dengan perekonomian di negara Indonesia ini menyebabkan munculnya

Lebih terperinci

PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DESA SIRNAJAYA KEC.TAROGONG KALERKABUPATEN GARUT, PROPINSI JAWA BARAT TAHUN

PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DESA SIRNAJAYA KEC.TAROGONG KALERKABUPATEN GARUT, PROPINSI JAWA BARAT TAHUN PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLP-BK) DESA SIRNAJAYA KEC.TAROGONG KALERKABUPATEN GARUT, PROPINSI JAWA BARAT TAHUN 2013-2018 Halaman Pengesahan (RTPLP) Program Penataan Lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP S A L I N A N PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 08 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANALISIS MENGENAI DAMPAK LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB.

Kelompok Keahlian Perencanaan dan Perancangan Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK), ITB. Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan ITB Dampak Perubahan Guna Lahan Akibat Pembangunan Kampus di Wilayah Pinggiran Kota (Studi Kasus: Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia di

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KONDISI TERMAL RUANG RUMAH SUSUN PERUMNAS PALEMBANG

IDENTIFIKASI KONDISI TERMAL RUANG RUMAH SUSUN PERUMNAS PALEMBANG PENELITIAN DOSEN DAN MAHASISWA IDENTIFIKASI KONDISI TERMAL RUANG RUMAH SUSUN PERUMNAS PALEMBANG Oleh : KETUA : LIVIAN TEDDY, ST, MT ANGGOTA : WIENTY TRIYULY, ST, MT IWAN MURAMAN IBNU, ST, MT Ir. H. SETYO

Lebih terperinci