ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H"

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 2 RINGKASAN ANINDITO AJIRESWARA. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Mobil di Indonesia (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Liberalisasi perdagangan telah menghilangkan hampir seluruh batas antar negara. Arus modal yang demikian cepat, serta beroperasinya perusahaanperusahaan Multi National Companies (MNC) dengan produksi serta jaringan distribusi yang menyebar di seluruh dunia menjadi gambaran kondisi sektor industri dunia, tidak terkecuali Indonesia. Diantara sekian banyak industri berskala internasional tersebut, salah satunya adalah industri mobil, yang merupakan sektor yang cukup berkembang di Indonesia. Berkembangnya sektor mobil di Indonesia tidak lepas dari potensi yang dimiliki Indonesia dalam sektor tersebut, baik dari sisi produksi dengan banyaknya sumberdaya yang potensial, maupun dari segi konsumsi, karena memiliki pasar potensial yang senantiasa terus berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output industri mobil di Indonesia. Selain itu, penelitian ini juga akan menganalisis bagaimana elastisitas masing-masing faktor produksi serta nilai skala hasil usaha industri mobil di Indonesia, kemudian melihat nilai tambah serta efisiensi industri mobil untuk mengetahui perkembangan kinerja industri mobil di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa nilai output dan biaya input industri mobil Indonesia beserta tiga faktor produksi yakni bahan baku, modal, serta energi. Data tersebut merupakan data time series dari periode 1985 hingga 2005 yang berasal dari Badan Pusat Statistik. Data tersebut kemudian dianalisis menggunakan fungsi Cobb-Douglas yang diregresikan secara linear berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Hasil penelitian ini menunjukkan faktor produksi bahan baku memiliki pengaruh positif signifikan, yang berarti bahwa peningkatan input bahan baku akan meningkatkan nilai output, ceteris paribus. Faktor produksi bahan baku merupakan faktor produksi dengan nilai input yang terbesar. Faktor produksi modal memiliki pengaruh positif namun tidak nyata, yang berarti bahwa peningkatan input modal akan meningkatkan nilai output, ceteris paribus. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi perusahaan jika ingin mendapat hasil optimal dari peningkatan nilai input modal. Faktor produksi energi memiliki pengaruh positif signifikan, yang berarti jika nilai input energi ditingkatkan, maka output akan mengalami peningkatan, ceteris paribus. Peran input energi yang besar dikarenakan industri mobil banyak menggunakan mesin dalam proses produksinya. Kondisi ini menuntut pasokan energi dalam jumlah besar agar proses produksi dapat berjalan. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa krisis ekonomi tahun 1997 tidak berpengaruh nyata terhadap industri mobil, yang ditandai dengan cepat pulihnya industri ini pasca krisis,

3 sedangkan deregulasi tanggal 24 Juni 1999 bepengaruh nyata terhadap industri mobil, yang dapat dilihat dari meningkatnya efisiensi industri mobil sejak diberlakukannya deregulasi ini. Nilai elastisitas dari ketiga faktor produksi yang dipergunakan memiliki nilai antara 0 sampai 1. Hal ini berarti bahwa penggunaan ketiga faktor produksi telah optimal. Nilai skala hasil usaha yang terlihat dari penjumlahan seluruh koefisien faktor produksi menunjukkan nilai yang lebih besar dari satu, yang berarti bahwa industri mobil memiliki skala hasil usaha yang meningkat (increasing returns to scale). Kondisi ini umum terjadi pada kondisi industri dengan ukuran perusahaan besar dimana spesialisasi dalam proses produksi sangat kompleks seperti pada industri mobil. Selama kurun waktu 1985 hingga 2005, industri mobil Indonesia menunjukkan efisiensi yang cukup baik dengan tren yang konstan. Hal ini menandakan bahwa industri mobil di Indonesia telah menerapkan metode produksi yang tepat. Pada tahun 1998, sempat terjadi penurunan nilai efisiensi sebagai akibat dari krisis ekonomi yang terjadi pada tahun sebelumnya. Pasca krisis, tepatnya mulai tahun 1999, efisiensi industri mobil mengalami peningkatan. Kondisi ini sejalan dengan diberlakukannya deregulasi tanggal 24 Juni 1999 yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi industri mobil. Nilai tambah industri mobil memiliki tren yang cukup stabil pada tahun-tahun sebelum krisis namun mengalami peningkatan yang besar pada tahun-tahun pasca krisis. Hal ini dikarenakan semakin efisiennya proses produksi sehingga mampu menghasilkan output dalam nilai yang lebih besar dibandingkan nilai inputnya. Pada tahun 1997, terjadi penurunan nilai tambah yang disebabkan meningkatnya biaya input akibat kondisi ekonomi yang menurun, sedangkan penurunan tahun 2003 disebabkan oleh menurunnya pertumbuhan industri komponen kendaraan, sehingga berdampak pada jumlah output yang dihasilkan oleh industri mobil Indonesia. Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa industri mobil Indonesia memiliki pertumbuhan yang positif, terutama setelah terjadinya krisis ekonomi Akan tetapi masih terdapat beberapa kendala yang harus diatasi agar industri mobil dapat berproduksi dengan lebih optimal. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan dapat terus mendorong produktivitas industri mobil dengan cara menjamin ketersediaan dan kelancaran distribusi pasokan listrik (energi) kepada pelaku industri serta terus mendorong pertumbuhan industri komponen pendukung (bahan baku) agar proses produksi tidak terhambat. 3

4 4 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA Oleh ANINDITO AJIRESWARA H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

5 5 Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Mobil di Indonesia Nama : Anindito Ajireswara NIM : H Menyetujui, Dosen Pembimbing Widyastutik, M.Si NIP Mengetahui, Ketua Departemen Rina Oktaviani, Ph.D NIP Tanggal Lulus :

6 6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA NYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, Agustus 2009 Anindito Ajireswara H

7 7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Anindito Ajireswara lahir di kota Bogor pada tanggal 18 Juni Penulis merupakan anak tunggal dari pasangan ayah Asep Saefuddin dan ibu Ratna Widiyastuti. Penulis menamatkan sekolah dasar pada SDN Papandayan 1 Bogor pada tahun 1999 dan kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri 5 Bogor. Setelah lulus pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan ke SMA Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama, pada tahun 2006 penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.

8 8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Judul skripsi ini adalah Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Mobil di Indonesia. Industri mobil merupakan industri yang saat ini sedang berkembang pesat, karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik ini. Disamping itu, skripsi ini juga merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Kedua orang tua atas kasih sayang, doa serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis. 2. Widyastutik, M.Si yang telah banyak membantu dalam membimbing penulis baik secara teknis maupun teoritis dalam proses pembuatan skripsi ini sehingga dapat diselesaikan. 3. Tanti Novianti, M.Si selaku penguji Utama atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini. 4. Fifi Diana Thamrin, M.Si selaku penguji Komisi Pendidikan atas saran dan kritiknya demi perbaikan skripsi ini. 5. Pak Ari Nugraha dan Pak Saman yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di BPS. 6. Eci atas kebersamaan, bantuan, serta dorongan motivasi yang sangat besar bagi penulis BB serta 5171 BD yang telah menjadi pengantar setia serta teman yang baik bagi penulis (good-bye ). 8. Indra, Diki, Icha, teman-teman satu bimbingan, teman-teman IE 42, serta teman-teman A15 kebersamaan selama di IPB serta orang-orang lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

9 9 Penulis mohon maaf apabila ada kesalahan pada kata-kata yang penulis gunakan. Semoga karya ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak lain yang membutuhkan. Bogor, Agustus 2009 Anindito Ajireswara H

10 10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Pengertian Industri Fungsi Produksi Fungsi Produksi Cobb-Douglas Konsep Elastisitas Skala Hasil Usaha (Returns to Scale) Efisiensi dan Nilai Tambah Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Mengenai Output Penelitian Terdahulu Mengenai Industri Mobil Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data Analisis Data Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas Analisis Elastisitas dan Skala Hasil Usaha... 33

11 Analisis Efisiensi Analisis Nilai Tambah Pengujian Hipotesis Kriteria Uji Ekonomi Kriteria Uji Statistik Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji F-statistik Uji t-statistik Kriteria Uji Ekonometrika Uji Multikolinearitas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Uji Normalitas Error Term IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI MOBIL INDONESIA Sejarah Industri Mobil Indonesia Perkembangan Kebijakan Industri Mobil Indonesia Profil Beberapa Perusahaan Mobil Indonesia V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Model Fungsi Produksi Cobb-Douglas Analisis Uji Statistik Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji F-statistik Uji t-statistik Analisis Uji Ekonometrika Uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas Error Term Analisis Ekonomi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Mobil Indonesia... 56

12 Elastisitas dan Skala Hasil Usaha Elastisitas Industri Mobil Indonesia Skala Hasil Usaha Industri Mobil Indonesia Efisiensi dan Nilai Tambah Industri Mobil Indonesia Efisiensi Industri Mobil Indonesia Nilai Tambah Industri Mobil Indonesia VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 73

13 13 DAFTAR TABEL Nomor Halaman 1.1. Produksi Mobil Thailand, Malaysia, dan Indonesia Rincian Data Variabel Penelitian Penjualan dan Pangsa Pasar Berdasarkan Perusahaan Tahun Penjualan dan Persentase Berdasarkan Kelas Tahun Hasil Estimasi Fungsi Produksi Cobb-Douglas Industri Mobil di Indonesia Periode Nilai Elastisitas Model Cobb-Douglas... 61

14 14 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman 1.1. Perkembangan Harga Minyak Dunia Grafik Fungsi Produksi Jangka Pendek Alur Kerangka Pemikiran Nilai Efisiensi Produksi Industri Mobil Indonesia Periode Nilai Perkembangan Nilai Tambah Bruto Industri Mobil Indonesia Periode

15 15 DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Variabel Data Penelitian Tabel Efisiensi, NTB, dan Output/TK Hasil Estimasi Variabel Data Correlation Matrix uji Multikolinearitas Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas Uji Normalitas Error Term (Uji Jarque-Bera)... 76

16 16 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan sektor industri di Indonesia, menurut Thee (1988) dan McCawley (1979) dalam Tumbuan (2006), disebabkan oleh sedikitnya tujuh faktor, yakni pertama, membaiknya iklim perekonomian akibat kebijakankebijakan stabilisasi, rekonstruksi, dan rehabilitasi yang dilakukan pasca rezim orde lama; kedua, semakin dikuranginya kontrol ketat pemerintahan terhadap perekonomian dan memberikan kesempatan pada kekuatan pasar, khususnya liberalisasi perdagangan internasional; ketiga, semakin berkurangnya perlakuan khusus terhadap BUMN sehingga memberikan fairness bagi investor swasta baik nasional maupun asing; keempat, dikeluarkannya UU mengenai investasi yakni UU PMA tahun 1967 dan UU PMDN tahun 1968; kelima, terjadinya excess demand yang besar terhadap aneka barang jadi akibat kekurangan pada era orde lama; keenam, melimpahnya devisa pasca tahun 1968 akibat boom minyak, ekspor mineral non-minyak, dan kayu gelondongan serta capital inflow baik akibat PMA maupun bantuan luar negeri; dan ketujuh, pemberlakuan kebijakan substitusi impor yang menjamin tersedianya pasar domestik. Guna meningkatkan produktivitas industri yang berkelanjutan, perlu diupayakan pemanfaatan secara maksimal dari seluruh potensi sumber daya dan peluang dari dalam maupun luar negeri. Dalam pertumbuhan dan perkembanganya dewasa ini, liberalisasi perdagangan dunia telah menghilangkan hampir seluruh batas antar negara. Arus modal yang demikian cepat serta

17 17 beroperasinya perusahaan-perusahaan Multi National Companies (MNC) dengan produksi serta jaringan distribusi yang menyebar di seluruh dunia menjadi gambaran kondisi sektor industri dunia saat ini, tidak terkecuali di Indonesia. Diantara sekian banyak industri berskala internasional tersebut, salah satunya adalah industri mobil, yang merupakan sektor yang cukup berkembang di Indonesia. Berkembangnya sektor industri mobil di Indonesia tersebut tidak lepas dari potensi yang dimiliki Indonesia dalam sektor tersebut, baik dari sisi produksi dengan banyaknya sumberdaya yang potensial, maupun dari segi konsumsi, karena memiliki pasar potensial yang senantiasa terus berkembang. Pada tahun 2005 tercatat bahwa Indonesia memproduksi unit kendaraan atau peringkat ketiga di bawah Thailand dan Malaysia. Walaupun mengalami penurunan pada tahun 2006, Indonesia tetap tergabung dalam tiga besar penghasil industri mobil di Asia Tenggara. Tabel 1.1 Produksi Mobil Thailand, Malaysia, dan Indonesia Negara Jumlah Produksi (unit) Perubahan (%) Thailand ,5 Malaysia ,8 Indonesia Sumber: Direktorat Industri Alat Transport, (diolah) Sebagai sektor yang senantiasa berkembang dan menjadi kebutuhan bagi masyarakat Indonesia seiring dengan semakin meningkatnya kemampuan perekonomian bangsa, sektor industri mobil terus berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Peranan sektor industri mobil terhadap perekonomian Indonesia baik sektor riil maupun fiskal cukup besar. Persentase sektor industri mobil

18 18 terhadap pertumbuhan PDB Indonesia pada kuartal kedua tahun 2007 yang mencapai 2,41 persen (Direktorat Industri Alat Transport, 2007). Semakin terbukanya arus modal antar negara, yang merupakan akibat dari globalisasi juga mempermudah sektor industri mobil dalam berkembang. Tercatat pada tahun 2007, total dana investasi industri mobil di Indonesia baik PMA maupun PMDN mencapai Rp. 4,154 trilyun 1. Perkembangan sektor industri otomotif, khususnya industri mobil, juga berdampak pada sektor riil perekonomian Indonesia. Sektor industri mobil berperan dalam meningkatkan sektor-sektor industri lainnya seperti industri komponen mobil. Dalam Atikah (2007), disebutkan bahwa nilai rata-rata integrasi vertikal antara industri mobil dengan industri komponen pendukungnya selama kurun waktu adalah sebesar 0,74. Krisis keuangan global yang melanda dunia sejak pertengahan tahun 2008 merupakan sebuah fenomena yang oleh sebagian ekonom digambarkan sebagai krisis terburuk sejak depresi besar pada tahun 1930an dan merupakan jilid kedua dari krisis ekonomi yang terjadi tahun Melesunya perekonomian dunia, yang ditandai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga finansial internasional serta perusahaan-perusahaan MNC turut menyerang sektor industri mobil, tak terkecuali di Indonesia. Krisis ini diperkirakan akan menekan pertumbuhan sektor industri mobil. Selain krisis finansial global, industri mobil juga turut terhambat oleh naiknya harga minyak mentah dunia. 1 Depperin Optimis Industri Mobil Tumbuh 11,50 Persen. [2 Maret 2009].

19 19 Harga (US$) harga dalam US$ Tahun Sumber: Bespoke Investment Group 2, 2008 (diolah) Gambar 1.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia ( ) Pada Gambar 1.1, dapat dilihat peningkatan harga minyak yang sangat drastis dari tahun 2002 sampai tahun 2008, mulai dari kisaran US$20 US$30 pada tahun 2002 mencapai kisaran diatas US$100 pada tahun Harga minyak dunia yang sempat mencapai angka US$ 146 per barel menyebabkan harga BBM dalam negeri baik bersubsidi maupun non-subsidi mengalami kenaikan. Bagi sektor industri mobil peristiwa ini berpengaruh baik dari sisi produksi maupun konsumsi. Kenaikan harga bahan bakar ini, dari sisi produksi, berdampak pada biaya operasional produksi, sedangkan dari sisi konsumen, kenaikan harga BBM turut menjadi pertimbangan bagi calon konsumen untuk membeli mobil. Oleh karena itu, guna mengetahui lebih lanjut mengenai industri mobil Indonesia dan bagaimana keberlanjutan proses produksinya, relevan untuk dilakukan penelitian 2 Oil Price Chart Since [21 Mei 2009].

20 20 dengan judul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Mobil di Indonesia Perumusan Masalah Indonesia merupakan salah satu dari tiga besar kekuatan industri mobil di Asia Tenggara (lihat Tabel 1) serta merupakan salah satu pasar paling potensial industri mobil baik secara regional maupun global. Berbagai potensi serta peluang yang dimiliki oleh industri mobil Indonesia menjadikannya sebagai salah satu sektor yang potensial untuk semakin berkembang dan menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia dari sektor industri. Kenaikan harga minyak yang terjadi pada kurun waktu menimbulkan kekhawatiran bagi pelaku industri mobil dunia, tidak terkecuali yang berada di Indonesia. Pergerakan harga minyak dari kisaran US$20 per barel pada tahun 2002 menjadi kisaran US$ 140 pada tahun 2008 memiliki dampak ganda pada sektor industri mobil. Kenaikan harga minyak ini, pada sisi produksi, berdampak pada naiknya biaya input faktor-faktor produksi yang dipergunakan seperti bahan baku serta energi sedangkan pada sisi konsumsi, kenaikan ini berdampak pada preferensi konsumen untuk membeli mobil. Krisis perekonomian yang terjadi pada tahun 1997 juga merupakan masalah bagi sektor industri mobil di Indonesia. Akibat krisis ini, ekonomi riil serta pasar industri mobil menjadi tertekan, terutama pada negara berkembang yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang terkontraksi. Bagi perusahaan mobil, kondisi ini menyebabkan meningkatnya biaya input produksi, terutama untuk

21 21 faktor produksi yang masih diimpor. Ketidakstabilan kondisi ekonomi pada era krisis ini juga berdampak pada investasi sektor industri mobil. Restrukturisasi manajemen akibat perubahan komposisi kepemilikan saham pada perusahaanperusahaan pelaku pasar merupakan suatu hal yang terjadi pada era Permasalahan sektor industri mobil di Indonesia dapat dipetakan melalui dua jalur 3. Pertama, hampir semua produsen mobil dunia bermain di Indonesia karena Indonesia dinilai memiliki pasar yang besar. Permasalahannya adalah, kondisi produsen mobil saat ini sedang mengalami penurunan sehingga terdapat kemungkinan terjadinya penurunan produksi. Kedua, perlambatan ekonomi dunia turut menurunkan pertumbuhan ekonomi nasional sehingga menyebabkan daya beli penduduk ikut menurun. Kondisi ini berimplikasi pada turunnya permintaan terhadap barang dan jasa, termasuk permintaan terhadap sektor industri mobil. Pasca terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, pemerintah mengeluarkan deregulasi tanggal 24 Juni tahun Kebijakan ini diberlakukan untuk menggantikan kebijakan-kebijakan protektif terdahulu yang dianggap terlalu memanjakan industri mobil Indonesia. Melalui kebijakan ini, pemerintah kembali mengizinkan impor kendaraan dalam bentuk utuh, yang bertujuan untuk lebih meningkatkan efisiensi industri mobil dalam negeri yang selama ini relatif tidak memiliki saingan. Akan tetapi, pemberlakuan kebijakan ini juga menimbulkan kekhawatiran dari pelaku pasar. Izin impor kendaraan dalam bentuk utuh dikhawatirkan dapat menurunkan penjualan mobil produksi dalam negeri. 3 http: //ahmaderani.com/ Krisis Sistemik Industri Mobil. [13 Pebruari 2009]

22 22 Berdasarkan beberapa permasalahan yang timbul terkait dengan keberadaan industri mobil di Indonesia maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah: a. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi output industri mobil di Indonesia? b. Bagaimana elastisitas, skala hasil usaha, efisiensi, serta nilai tambah industri mobil Indonesia? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan pada subbab sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah: a. Menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi output industri mobil di Indonesia, b. Menganalisis elastisitas, skala hasil usaha, efisiensi, serta nilai tambah industri mobil di Indonesia Manfaat Penelitian Dengan disusunnya penelitian ini, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai: a. Bagi penulis, merupakan sebuah sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh selama berada di perguruan tinggi b. Sebagai bahan kepustakaan bagi mahasiswa-mahasiswa yang akan datang baik untuk memperkaya wawasan maupun untuk dipergunakan sebagai referensi dalam penulisan karya tulis

23 23 c. Sebagai masukkan dan bahan pertimbangan bagi pelaku industri maupun pengambil keputusan yang bergerak dalam bidang industri mobil Ruang Lingkup Guna lebih menspesifikasi pembahasan dalam penelitian ini, serta sebagai sebuah pembeda dengan penelitian-penelitian lainnya, maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Industri mobil yang dimaksud yakni kendaraan bermotor (motor vehicle) dengan jumlah roda 4 atau lebih (ISIC 34100) yang dikhususkan bagi kendaraan penumpang (passanger car), dan tidak termasuk kendaraan jenis trailer dan semi-trailer. b. Tidak adanya merek produksi 100 persen lokal, maka merek-merek internasional yang diproduksi dan dijual di Indonesia dapat dikatakan sebagai industri mobil Indonesia.

24 24 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Dalam menganalisis output suatu industri beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya, terlebih dahulu perlu didefinisikan secara lebih mendalam pengertian dari industri dan output itu sendiri serta bagaimana faktor-faktor tersebut berkaitan dengan industri tersebut sehingga pada akhirnya mampu mempengaruhi output industri tersebut Pengertian Industri Industri adalah kumpulan dari perusahaan-perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau mempunyai sifat saling mengganti yang erat (Hasibuan, 1993). Sedangkan menurut Dumairy (1995) industri mempunyai dua arti. Pertama, sebagai himpunan perusahaan sejenis, dan kedua, sebagai suatu sektor ekonomi yang didalamnya terdapat kegiatan produktif yang mengolah bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi Fungsi Produksi Dalam menjalankan operasionalnya, kegiatan utama sebuah perusahaan bertujuan untuk mengubah masukan (input) menjadi keluaran (output). Dalam mencapai tujuannya ini, perusahaan memiliki pilihan-pilihan masukan yang dapat dipergunakan dalam proses produksinya itu, seperti berapa komposisi sebuah masukan tertentu yang ideal guna mencapai output yang semaksimal mungkin namun dengan biaya dan kinerja yang seefisien dan seefektif mungkin. Namun, mencapai tujuan ini juga disertai dengan kerumitan yang timbul dalam

25 25 pelaksanaannya. Guna lebih menyederhanakan permasalahan tersebut, dikembangkanlah suatu model produksi abstrak yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi dapat didefinisikan sebagai suatu daftar (schedule) yang memperlihatkan besarnya jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh sejumlah masukan (input) tertentu pada suatu tingkat teknologi tertentu (Syahruddin, 1989) sedangkan menurut Nicholson (1995), fungsi produksi memperlihatkan jumlah maksimum sebuah barang yang dapat diproduksi dengan menggunakan kombinasi alternatif sejumlah input tertentu. Secara matematis, hubungan tersebut dapat ditulis sebagai berikut: Y = f( X 1,X 2,X 3,.,X n ) (2.1) Dimana: Y X n f = Output yang dihasilkan dalam suatu periode tertentu = Input yang digunakan dalam memproduksi Y = Bentuk hubungan yang mentransformasikan input-input kedalam output Dalam fungsi produksi, input yang digunakan dalam proses produksi disebut faktor produksi. Menurut Soekartawi (1993), faktor produksi adalah segala sesuatu yang digunakan dalam menghasilkan suatu produk atau output. Faktor produksi umumnya digolongkan menjadi tanah, tenaga kerja, dan modal. Fungsi produksi dapat dinyatakan dalam bentuk grafik yang menggambarkan kenaikan dan penurunan tingkat output yang dikenal dengan hukum kenaikan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Return). Hukum ini menyatakan bahwa jika input produksi ditambah secara terus menerus, dengan asumsi bahwa hanya terdapat satu faktor produksi yang berubah, sedangkan faktor produksi lain

26 26 dianggap tetap (ceteris paribus), maka tambahan jumlah output produksi akan semakin berkurang (Nicholson, 1995). Y 45 II III PT I PR Sumber: Soekartawi, 1993 X 1 X 2 X 3 PM X Gambar 2.1 Grafik Fungsi Produksi Jangka Pendek Produk marjinal (PM) dari suatu input adalah bertambah atau berkurangnya suatu output sebesar satu satuan unit yang diakibatkan oleh penambahan suatu input sebesar satu satuan unit (Soekartawi, 1993) dimana input-input lain dianggap konstan. Secara matematis, produk marjinal ditulis sebagai berikut: Produk Marjinal = = = f (X) (2.2)

27 27 Nicholson (1995) menyatakan bahwa ketika jumlah input yang digunakan masih sedikit, maka produk marjinal akan memiliki nilai yang sangat tinggi dengan asumsi bahwa input lain dinggap konstan, sehingga produk marjinal dari setiap unit terakhir memiliki nilai yang tidak selalu sama. Selain itu secara sederhana, kurva produk marjinal merupakan kemiringan (slope) dari produk total (PT). Produk total (PT) menggambarkan hubungan antara input dan output total. Jumlah output akan meningkat hingga batas maksimum ketika terjadi peningkatan salah satu faktor produksi dengan asumsi bahwa faktor produksi lainnya dianggap konstan. Jika jumlah output telah mencapai batas maksimum, maka akan terjadi penurunan jumlah output yang dihasilkan. Kurva produk total berguna untuk mengetahui kurva PM dan produk rata-rata (PR). Kedua kurva ini bisa diketahui dengan cara menurunkan kurva PT. PR adalah rata-rata output yang dihasilkan dengan menggunakan keseluruhan jumlah input dalam proses produksi. Secara matematis, PR merupakan hasil pembagian antara jumlah output total dengan jumlah input total yang dirumuskan sebagai berikut: PR = = (2.3) Secara matematis, PM dan PR memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Dengan demikian, dalam Soekartawi (1993), hubungan antara PM dan PR adalah sebagai berikut: 1. Bila PM lebih besar daripada PR, maka slope kurva PR masih dalam keadaan menanjak (slope positif).

28 28 2. Bila PM lebih kecil daripada PR, maka slope kurva PR dalam keadaan menurun (slope negatif). 3. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam posisi titik maksimum. Adapun hubungan antara PM dengan PT dalam suatu fungsi produksi adalah sebagai berikut: 1. Bila slope PT dalam keadaan menanjak (slope positif), maka PM memiliki nilai positif. 2. Bila PT mencapai titik maksimum, maka PM bernilai nol. 3. Bila PT dalam keadaan menurun (slope negatif), maka PM memiliki nilai negatif. 4. Bila PT bergerak naik pada tahapan increasing rate, maka PM bertambah pada decreasing rate. Dalam suatu proses produksi, jumlah output yang dihasilkan tidak selalu tetap, namun berubah-ubah. Perubahan tersebut dapat disebabkan oleh faktor produksi yang dipergunakan yang dinyatakan dengan elastisitas produksi (ε p ). Elastisitas produksi adalah presentase perubahan jumlah output sebagai akibat dari presentase perubahan jumlah input (Soekartawi, 1993) yang dirumuskan sebagai berikut: ε p = = (2.5) Dalam Soekartawi (1993), dinyatakan bahwa besarnya nilai ε p bergantung pada besar kecilnya PM dari suatu input. Berdasarkan tingkat elastisitasnya, suatu fungsi produksi dapat dibagi ke dalam tiga daerah.

29 29 1. Daerah I ε p > 1 dimana produsen masih mampu memperoleh jumlah produksi yang lebih menguntungkan manakala jumlah input ditambahkan. Daerah ini ditandai dengan PT yang terus naik pada tahapan increasing rate, PR yang terus naik, serta nilai PM yang naik sampai mencapai titik maksimumnya. Daerah ini disebut juga daerah irasional (irrational region) karena keuntungan masih bisa ditingkatkan dengan cara menambahkan faktor produksi, sehingga pada daerah ini keuntungan maksimum belum tercapai. 2. Daerah II 0 < ε p < 1 dimana tambahan sejumlah input tidak diimbangi tambahan sejumlah output secara proporsional. Pada daerah ini, PM dan PR mengalami penurunan sedangkan PT tetap mengalami peningkatan pada tahapan decreasing rate karena setiap tambahan faktor produksi akan diikuti oleh peningkatan jumlah output yang semakin lama semakin berkurang. Hal ini menandakan bahwa penggunaan faktor produksi telah optimal sehingga disebut juga daerah rasional (rational region). 3. Daerah III ε p < 0 dimana baik PT, PR, dan PM menurun, bahkan bernilai negatif untuk PM sehingga tambahan faktor produksi pada daerah ini akan menyebabkan penurunan jumlah output yang dihasilkan. Daerah ini termasuk daerah irasional (irrational region).

30 30 4. Titik perbatasan Terdapat dua titik perbatasan yaitu titik yang membatasi daerah I dengan daerah II (titik X 2 ) dan titik yang membatasi daerah II dengan daerah III (titik X 3 ). Pada titik X 2, PM memiliki nilai yang sama dengan PR dimana nilai ε p = 1 sedangkan pada titik X 3 PM bernilai 0 dimana ε p = Fungsi Produksi Cobb-Douglas Guna menganalisis hubungan kausalitas antara faktor-faktor input dengan outputnya, salah satu alternatif model yang dapat dipergunakan adalah model Cobb-Douglas. Secara umum, menurut Soekartawi (1993), terdapat tiga alasan pokok mengapa fungsi produksi Cobb-Douglas lazim digunakan untuk menganalisis suatu proses produksi. Ketiga alasan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Fungsi Cobb-Douglas memiliki penyelesaian yang lebih mudah ketimbang fungsi produksi lainnya (misalnya fungsi kuadratik). Hal ini dikarenakan fungsi produksi Cobb-Douglas mudah untuk diubah kedalam bentuk linear. 2. Hasil pendugaan garis melalui fungsi produksi Cobb-Douglas menghasilkan koefisien regresi yang juga menunjukkan besaran elastisitas dari variabel faktor produksi yang bersangkutan. 3. Besaran koefisien regresi tersebut juga menunjukkan tingkat hasil berbanding skala (returns to scale) dimana penjumlahan dari seluruh koefisen regresi variabel faktor produksi pada fungsi produksi tersebut memperlihatkan bagaimana jenis returns to scale dari fungsi produksi tersebut.

31 31 Selain ketiga alasan tersebut, fungsi produksi Cobb-Douglas juga mampu mengurangi terjadinya heteroskedastisitas dan memudahkan pembandingan penelitian yang satu dengan yang lainnya yang menggunakan alat analisis yang sama (Wahyuni, 2007 dalam Kurniawan, 2008). Fungsi Cobb-Douglas, yang dinamakan sesuai C.W. Cobb dan P.H. Douglas, merupakan suatu fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel yang terdiri dari variabel dependen, yakni variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau yang dijelaskan (Y), dan variabel independen yaitu variabel yang mempengaruhi vaiabel lain atau variabel yang menjelaskan (X) (Soekartawi, 1993). Fungsi tersebut, secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut: Y = ax b1 1 X b2 2 X bn n u (2.6) Untuk memudahkan pendugaan, fungsi produksi Cobb-Douglas dapat diubah kedalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan fungsi tersebut sebagai berikut: Ln Y = a + b 1 LnX 1 + b 2 LnX 2 + b n LnX n + u (2.7) dimana: Y X 1,..,n a b 1,..,n u e = Variabel dependen = Variabel independen = Intersep = Koefisien regresi penduga = Residual = 2, (logaritma natural)

32 32 Dengan bentuk persamaan di atas, proses pendugaan dapat dilakukan dengan lebih mudah dengan menggunakan regresi linear berganda serta nilai koefisien regresi penduga (b i ) dapat digunakan untuk menunjukkan nilai elastisitas X terhadap Y. Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi Cobb-Douglas, yaitu (Soekartawi,1993): 1. Tidak adanya pengamatan bernilai nol. Hal ini disebabkan karena logaritma dari bilangan nol adalah suatu bilangan infinite (tidak diketahui nilainya). 2. Perlunya asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi dalam setiap pengamatan. Hal ini berarti bahwa bila diperlukan analisis yang menggunakan lebih dari satu model, maka perbedaan model model tersebut terletak pada intersep dan bukan pada kemiringan garis (slope). 3. Perbedaan lokasi pada fungsi produksi seperti iklim sudah tercakup pada faktor kesalahan (galat) u. 4. Tiap variabel X berada dalam kondisi perfect competition. Fungsi produksi Cobb-Douglas juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan-kelemahan tersebut sebagaimana disebutkan dalam Sanimah (2006) adalah: 1. Elastisitas produksi yang diasumsikan umumnya selalu konstan. 2. Sering timbul multikolinearitas. 3. Nilai dugaan elastisitas produksi yang dihasilkan berbias jika variabelvariabel faktor produksi yang digunakan kurang lengkap.

33 33 4. Tidak dapat digunakan untuk menduga tingkat produksi pada taraf penggunaan faktor produksi sama dengan nol Konsep Elastisitas Konsep elastisitas merupakan suatu konsep untuk mengetahui efek yang ditimbulkan oleh perubahan suatu variabel terhadap variabel lainnya dengan kondisi dimana kedua variabel tersebut tidak dapat diukur dalam ukuran yang sama. Jika dimisalkan terdapat dua variabel yakni: Y = f(k ) (2.8) maka, elastisitas variabel Y terhadap K dapat diketahui dengan rumus: ε Y.K = / / = (2.9) Secara teori, elastisitas adalah ukuran persentase perubahan suatu variabel yang diakibatkan oleh perubahan variabel lainnya sebesar satu persen sedangkan dalam prakteknya elastisitas pada dasarnya adalah ukuran seberapa jauh reaksi yang dilakukan oleh pembeli dan penjual dalam suatu pasar terhadap perubahan kondisi-kondisi di pasar. Pada fungsi produksi Cobb-Douglas, nilai koefisien regresi penduga dari model tersebut dapat digunakan untuk mengetahui nilai elastisitasnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan menurunkan rumus dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas terhadap salah satu faktor produksinya, sebagai contoh X 1. Y = ax b1 1 X b2 2 X b3 3 e u (2.10) Maka :

34 34 ε X1 = = ab 1 X b1-1 1 X b2 b3 2 X 3 = Dimana: = b 1 (2.11) ε X1 = Elastisitas bahan baku = Perubahan output Y terhadap bahan baku (X 1) Y X 1 X 2,X 3 = Nilai output yang dihasilkan oleh industri = Bahan baku yang digunakan dalam proses produksi = Faktor produksi lainnya yang dipergunakan dalam proses produksi (misalnya energi dan permodalan) Skala Hasil Usaha (Returns to Scale) Skala hasil usaha (returns to scale) menunjukkan kondisi yang terjadi pada output jika terjadi peningkatan seluruh faktor produksi dalam skala yang sama. Konsep skala hasil usaha merupakan konsep yang terjadi dalam jangka panjang (long run) dimana semua faktor produksi dianggap variabel. Terdapat tiga kriteria pengembalian hasil yakni constant returns to scale (CRTS), increasing returns to scale (IRTS), dan decreasing returns to scale (DRTS). Suatu fungsi produksi dikatakan sebagai Constant Returns to Scale apabila jika faktor produksi ditingkatkan sebesar m kali lipat, maka hasil output juga akan meningkat dalam proporsi yang sama yakni sebesar m kali lipat juga. Suatu fungsi

35 35 produksi dikatakan Increasing Returns to Scale adalah apabila rasio peningkatan output suatu produksi melebihi penambahan input yang diberikan. Sebagai ilustrasi, jika faktor produksi ditingkatkan sebesar m kali lipat, maka pada fungsi produksi IRTS, output akan meningkat sebanyak 2m, atau dua kali jumlah penambahan input. Yang terakhir, yaitu fungsi produksi Decreasing Returns to Scale (DRTS) yakni jika hasil output meningkat dalam skala yang lebih kecil dibandingkan skala penambahan jumlah inputnya. Sebagai ilustrasi, peningkatan faktor produksi sebesar m kali lipat menyebabkan output meningkat sebesar 0,5m kali lipat. Skala usaha cenderung berbanding lurus dengan nilai efisiensi. Sebagai contoh, skala hasil usaha yang meningkat cenderung terjadi pada industri berskala ekonomi besar dengan efisiensi tinggi dan spesialisasi yang kompleks pada proses produksinya (Frank, 1997). Pada fungsi produksi Cobb-Douglas, nilai skala hasil usaha suatu industri dapat diketahui dari penjumlahan koefisien regresi dari seluruh variabel bebasnya. Nilai dari penjumlahan variabel bebas tersebut kemudian dapat diartikan sebagai berikut: a. Jika (b 1 + b b n = 1), maka fungsi Cobb-Douglas memperlihatkan hasil berbanding skala yang konstan. b. Jika (b 1 + b b n > 1), maka fungsi Cobb-Douglas memperlihatkan hasil berbanding skala yang meningkat. c. Jika (b 1 + b b n < 1), maka fungsi Cobb-Douglas memperlihatkan hasil berbanding skala yang menurun.

36 Efisiensi dan Nilai Tambah Nilai efisiensi adalah perbandingan antara biaya input terhadap nilai output yang dihasilkan (BPS, 2000). Secara matematis, nilai efisiensi diperoleh dengan rumus sebagai berikut: Efisensi (η) = (2.12) Pentingnya nilai efisiensi ini adalah agar suatu perusahaan dapat mengetahui seberapa efisien penggunaan faktor produksi dalam menghasilkan sejumlah output tertentu. Suatu metode produksi dikatakan efisien apabila telah mengkombinasikan tingkat penggunaan input dan biaya secara optimal (Nicholson, 1995) serta mampu menghasilkan output dalam jumlah yang sama dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan metode lain (Lipsey, 1975). Suatu industri dikatakan efisien apabila memiliki nilai rasio input/output yang rendah. Nilai tambah, dalam hal ini nilai tambah bruto (NTB) adalah nilai tambah atas dasar harga yang berlaku sebelum dikurangi pajak yang dapat dilihat dari selisih antara nilai output dengan biaya input (Kurniawan, 2008). NTB = Nilai Output Biaya Input (2.13) Nilai output merupakan hasil penjumlahan dari nilai barang yang dihasilkan, jasa yang diberikan pada pihak lain, keuntungan dari barang yang dijual kembali, selisih nilai stock barang setengah jadi, serta penerimaan dari jasa non industri sedangkan biaya input merupakan hasil penjumlahan dari nilai bahan baku yang dipergunakan oleh industri besar dan sedang baik impor maupun produksi sendiri,

37 37 nilai energi yang dipergunakan, serta nilai modal dalam bentuk sewa gedung dan alat-alat yang dipergunakan dalam proses produksi (BPS, 2000) Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian Terdahulu Mengenai Output Kurniawan (2008), dengan penelitian berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Sepeda Motor Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari BPS dan AISI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh input terhadap output, elastisitas dari masing-masing input dan skala usaha, nilai tambah dan efisiensi industri, serta dampak dari pemberlakuan KepMen Lingkungan Hidup nomor 141/2003 tentang standar emisi kendaraan bermotor. Penelitian ini menggunakan metode OLS dengan hasil bahwa faktor produksi bahan baku, modal, dan tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap meningkatnya nilai output, sedangkan energi berdampak negatif. Nilai tambah cendering meningkat selama tahun 1980 hingga 2005 dan pemberlakuan KepMen LH no 141/2003 membuat produsen menjadi lebih produktif dan efisien. Fitriani (2005) dengan penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Ban di Indonesia Periode Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari BPS dan APBI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output industri ban dan mengetahui nilai elastisitas, skala usaha, efisiensi, dan nilai tambah industri ban di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode OLS

38 38 dengan hasil bahwa faktor produksi bahan baku, bahan bakar, dan tenaga kerja berpengaruh positif, sedangkan faktor produksi modal berpengaruh negatif. Faktor produksi bahan baku memiliki nilai elastisitas terbesar sedangkan faktor produksi modal memiliki nilai elastistas terkecil. Industri ban Indonesia merupakan industri yang increasing returns to scale dengan nilai skala usaha sebesar 1, Penelitian Terdahulu Mengenai Industri Mobil Atikah (2008), dengan penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Integrasi Vertikal Industri Mobil di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari BPS, Gaikindo, CSIS, dan Departemen Perindustrian RI. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat integrasi vertikal industri mobil serta faktor-faktor yang mempengaruhinya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM), penelitian memperoleh hasil yang menyatakan bahwa terdapat nilai rata rata integrasi vertikal sebesar 0,74 antara industri mobil dengan industri pendukung lainnya seperti industri komponen dan suku cadang. Sutriyono (2007), dengan penelitian berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi Industri Mobil di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari BPS dan Gaikindo. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi industri mobil di Indonesia dan pengaruh krisis ekonomi tahun 1997 terhadap industri mobil di Indonesia. Dengan menggunakan OLS PCM, penelitian ini memperoleh hasil bahwa effisiensi-x berpengaruh positif signifikan, tingkat pertumbuhan produksi

39 39 berpengaruh positif signifikan, produktifitas perusahaan dalam menghasilkan output berpengaruh positif signifikan, dan dummy krisis berpengaruh negatif Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu Penelitian berjudul Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Mobil di Indonesia mempunyai beberapa perbedaan dengan penelitianpenelitian terdahulu yaitu pertama, ruang lingkup penelitian ini adalah output dari industri mobil di Indonesia. Kedua, variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan baku, modal, dan energi yang digunakan dalam proses produksi industri mobil serta memasukan pengaruh krisis ekonomi tahun 1997 dan penerapan deregulasi tanggal 24 juni 1999 dalam bentuk variabel dummy. Ketiga, penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode OLS yang hasil regresinya selain dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh input terhadap output, juga dapat mengetahui elastisitas produksi dan skala usaha dari industri mobil Indonesia. Keempat, penelitian ini menggunakan data sekunder time series dari tahun Kerangka Pemikiran Industri mobil merupakan salah satu industri yang sedang berkembang saat ini. Indonesia merupakan negara penghasil mobil ketiga terbesar di ASEAN, dibawah Thailand dan Malaysia (Direktorat Industri Alat Transport, 2009) dimana sektor ini memiliki kontribusi yang cukup besar terhadap PDB Indonesia serta

40 40 berperan dalam meningkatkan investasi di dalam negeri. Sektor industri mobil juga berperan dalam mendorong pengembangan industri lain yang terkait, seperti industri bahan baku komponen kendaraan. Sebagaimana industri-industri lainnya, industri mobil juga memiliki berbagai permasalahan yang mempengaruhi jumlah output yang dihasilkannya. Secara garis besar, permasalahan yang dihadapi industri ini dapat dibagi dua, yakni permasalahan yang berasal dari dalam negeri, dan permasalahan yang berasal dari luar negeri. Permasalahan yang berasal dari dalam negeri berupa permasalahan yang terkait langsung dengan proses produksi, seperti kondisi industri bahan baku kendaraan yang terkadang tidak sesuai dengan permintaan industri mobil, serta kondisi infrastruktur pendukung seperti kelancaran distribusi tenaga listrik (energi). Selain itu, permasalahan dari dalam negeri juga dapat berupa kebijakan-kebijakan pemerintah yang dianggap kurang mendukung perkembangan industri mobil. Permasalah yang berasal dari luar negeri berupa guncangan-guncangan terhadap perekonomian yang umumnya terjadi dalam bentuk krisis perekonomian. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1997 merupakan salah satu contoh krisis yang memberikan dampak yang negatif terhadap perkembangan industri mobil di Indonesia. Selain krisis, guncangan juga dapat berupa fluktuasi harga minyak yang berimplikasi pada berfluktuasinya biaya-biaya input produksi serta biaya produksi itu sendiri. Setelah mengetahui permasalahan-permasalahan tersebut, penelitian ini akan menganalisis bagaimana faktor-faktor tersebut berpengaruh terhadap output

41 41 industri mobil dengan menggunakan fungsi produksi Cobb-Douglas yang dianalisis menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Penggunaan metode ini dipilih karena selain dapat melihat pengaruh faktor-faktor di atas terhadap output industri mobil, model yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk menganalisis elastisitas serta returns to scale atau skala hasil usaha dari industri mobil di Indonesia. Selain menggunakan metode OLS, penelitian ini juga akan menganalisis efisiensi serta nilai tambah industri mobil Indonesia secara terpisah.

42 42 Industri mobil Indonesia Perumusan Masalah: Pergerakan harga minyak mentah yang semakin meningkat pada kurun waktu Krisis perekonomian tahun 1997 mengakibatkan meningkatnya biaya input produksi Pemberlakuan deregulasi tahun 1999 dikhawatirkan menurunkan produksi mobil produksi dalam negeri Input industri mobil Indonesia: Bahan baku Permodalan Energi Analisis Regresi Linear Berganda dengan menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Skala Hasil Usaha dan Elastisitas Produksi Dummy krisis ekonomi 1997 Dummy deregulasi 24 Juni 1999 keterangan: : dianalisis Output Industri Mobil Indonesia Nilai Tambah dan Efisiensi Produksi Gambar 2.2 Alur Kerangka Pemikiran

43 Hipotesis Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian serta kerangka pemikiran, maka rumusan jawaban sementara mengenai permasalahan dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor produksi bahan baku, faktor produksi modal, serta faktor produksi energi berpengaruh positif terhadap output yang dihasilkan oleh industri mobil. Hal ini berarti bahwa jika terjadi kenaikan dalam penggunaan ketiga faktor produksi tersebut, maka nilai output industri mobil juga akan mengalami peningkatan. 2. Variabel dummy krisis ekonomi tahun 1997 memiliki pengaruh negatif terhadap output industri mobil Indonesia. 3. Variabel dummy kebijakan deregulasi 24 Juni 1999 memiliki pengaruh positif terhadap output industri mobil Indonesia. 4. Dugaan nilai elastisitas untuk faktor produksi bahan baku, modal, dan energi adalah positif. Skala hasil usaha industri mobil Indonesia diduga bersifat increasing returns to scale dimana penambahan faktor produksi akan meningkatkan nilai output dalam rasio yang lebih besar dibandingkan nilai penambahan faktor produksinya. Selain itu, dugaan terhadap efisiensi produksi adalah industri ini mampu berproduksi secara efisien dan memiliki nilai tambah (NTB) yang secara rata-rata semakin meningkat dari tahun ke tahun.

44 44 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series selama kurun waktu Adapun data dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Rincian Data Variabel Penelitian No Nama Variabel Sumber Keterangan 1 Output (Y) BPS Variabel Dependen 2 Bahan Baku (X 1 ) BPS Variabel Independen 3 Permodalan (X 2 ) BPS Variabel Independen 4 Energi (X 3 ) BPS Variabel Independen 5 Krisis Ekonomi 1997 (Dk) - Variabel Dummy 6 Deregulasi Juni 1999 (D R ) - Variabel Dummy Spesifikasi secara lebih rinci dari data yang dipergunakan tersebut adalah sebagai berikut: a. Variabel dependen 1. Output (Y) Merupakan total output yang dihasilkan oleh industri mobil di Indonesia selama periode dalam satuan ribu rupiah. b. Variabel independen 1. Bahan Baku (X 1 ) Merupakan total nilai bahan baku yang dipergunakan dalam proses produksi oleh industri mobil Indonesia selama periode dalam satuan ribu rupiah.

45 45 2. Modal (X 2 ) Merupakan total permodalan yang digunakan pada proses produksi industri mobil Indonesia selama periode dalam satuan ribu rupiah. 3. Energi (X 3 ) Merupakan total jumlah energi yang dipergunakan industri mobil Indonesia selama periode dalam satuan ribu rupiah. 4. Dummy Krisis Ekonomi (D k ) Pengaruh krisis moneter tahun 1997 terhadap industri mobil di Indonesia. 5. Dummy Deregulasi Juni 1999 (D R ) Pengaruh deregulasi kebijakan tanggal 24 Juni 1999 terhadap industri mobil di Indonesia. Data yang diperoleh merupakan data nominal yang kemudian diubah kedalam bentuk riil dengan rumus sebagai berikut: Nilai riil = 100 (3.1) Penggunaan Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) sebagai deflator dimaksudkan agar semua agregat dinilai atas dasar harga konstan suatu tahun. Penelitian ini menggunakan IHPB dengan tahun dasar 1993 (1993 = 100) dan harga dianggap tetap sehingga adanya perkembangan terhadap agregat dari tahun ke tahun disebabkan oleh perkembangan riil, bukan fluktuasi kenaikan harga. Selain data utama di atas, penelitian ini juga menggunakan data-data tambahan yang berasal dari instansi-instansi, penelitian terdahulu, buku-buku,

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT INTEGRASI VERTIKAL INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH FITRI ATIKAH H14104051 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI MINUMAN RINGAN DI INDONESIA OLEH SUNENGCIH H14052889 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 RINGKASAN SUNENGCIH.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H

KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H KETERKAITAN ANTARA IKLIM INVESTASI BERDASARKAN PERSEPSI PELAKU USAHA DAN REALISASI INVESTASI: KASUS PROVINSI JAWA BARAT OLEH ARDANI JANUAR H14051312 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode ) OLEH M. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PERMINTAAN TEPUNG TERIGU DI INDONESIA (Periode 1982-2003) OLEH M. FAHREZA H14101011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 23 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Dasar Perdagangan Internasional Teori perdagangan internasional adalah teori yang menganalisis dasardasar terjadinya perdagangan internasional

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Produksi Produksi merupakan serangkaian proses dalam penggunaan berbagai input yang ada guna menghasilkan output tertentu. Produksi

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap.

LANDASAN TEORI. Dimana : TR = Total penerimaan, TC = Total biaya, NT = Biaya tetap, dan NTT = Biaya tidak tetap. 7 II. LANDASAN TEORI 1. Konsep Pendapatan Pendapatan tunai adalah selisih antara penerimaan tunai dan pengeluaran tunai. Pendapatan tunai merupakan ukuran kemampuan usaha dalam menghasilkan uang tunai.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Fungsi Produksi Fungsi produksi adalah hubungan di antara faktor-faktor produksi terhadap jumlah output yang dihasilkan. Kegiatan produksi bertujuan

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H

ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H ANALISIS KINERJA DAN PENYERAPAN TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL MOCHI DI KOTA SUKABUMI OLEH CENITA MELIANI H14103045 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LABA P.T. ASURANSI TAKAFUL KELUARGA OLEH DIAN ASTRIA H14050603 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN DIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA i ANALISIS PENGARUH PUPUK BERSUBSIDI TERHADAP KINERJA INDUSTRI PUPUK DI INDONESIA OLEH DESI PUSPO RINI H14102080 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ii

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi seyogyanya dapat memperlihatkan perkembangan yang meningkat dari tahun ke tahun karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi diperlukan guna mempercepat perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INVESTASI DI PROVINSI DKI JAKARTA OLEH ADHITYA KUSUMANINGRUM H14103094 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia selalu berusaha untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. Pembangunan ekonomi dilaksanakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEBEL DAN KERAJINAN ROTAN INDONESIA KE JEPANG OLEH IKA VIRNARISTANTI H14084011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE (PendekatanTotal Factor Productivity) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI FARMASI INDONESIA PERIODE 1983 2005 (PendekatanTotal Factor Productivity) OLEH ATERIS BILADA H14104021 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR MEUBEL KAYU INDONESIA KE AMERIKA SERIKAT OLEH ERIKA H14104023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H

ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) OLEH NITTA WAHYUNI H ANALISIS PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI KOTA TANGERANG PADA MASA OTONOMI DAERAH (2001-2005) OLEH NITTA WAHYUNI H14102083 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar hidup suatu bangsa dalam jangka panjang tergantung pada kemampuan bangsa dalam menggapai tingkat produktivitas yang tinggi dan berkesinambungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Teori Permintaan Dan Kurva Permintaan Teori permintaan pada dasarnya merupakan perangkat analisis untuk melihat besaran jumlah barang atau jasa yang diminta

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H

ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA INDUSTRI AIR MINUM DALAM KEMASAN (AMDK) DI INDONESIA OLEH SARIFAH H01400104 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil

BAB I PENDAHULUAN. karena dalam waktu jangka pendek biasanya sulit untuk menambah hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi ini tidak ada satu negara pun yang tidak melakukan hubungan dengan luar negeri, karena perdagangan luar negeri merupakan salah satu aspek terpenting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

OLEH MAYA ROSMAYATI H

OLEH MAYA ROSMAYATI H PENGARUH KENAIKAN HARGA BAHAN BAKAR MINYAK TERHADAP PENDAPATAN USAHA KECIL DAN MENENGAH (Kasus : UKM Kerupuk di Kecamatan Cikoneng, Kabupaten Ciamis, Jabar) OLEH MAYA ROSMAYATI H 14104057 DEPARTEMEN ILMU

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Produksi Penelitian ini akan mengukur bagaimana dampak penggunaan faktorfaktor produksi terhadap risiko produksi yang ditunjukkan dengan adanya variasi hasil produksi.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI VOLUME IMPOR KEDELAI INDONESIA OLEH POPY ANGGASARI H14104040 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. nasional dan pada akhirnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) merupakan salah satu ukuran penting dalam menilai keberhasilan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi pada hakekatnya adalah langkah awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dinamika penanaman modal memengaruhi tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi dan mencerminkan

Lebih terperinci

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI MINYAK GORENG DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA OLEH: NURLAELA WIJAYANTI H14101038 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi. Karena penduduk bertambah terus menerus

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER

ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER ANALISIS PERBANDINGAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REALISASI INVESTASI NASIONAL DI SEKTOR PRIMER, SEKUNDER DAN TERSIER OLEH RIRI HAERINA PURNAMASARI H14051446 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

PENGARUH PENGHAPUSAN SUBSIDI PEMERINTAH TERHADAP KELAYAKAN USAHA JASA ANGKUTAN TRANS PAKUAN KOTA BOGOR. Oleh : IRMA AGUSTINA H

PENGARUH PENGHAPUSAN SUBSIDI PEMERINTAH TERHADAP KELAYAKAN USAHA JASA ANGKUTAN TRANS PAKUAN KOTA BOGOR. Oleh : IRMA AGUSTINA H PENGARUH PENGHAPUSAN SUBSIDI PEMERINTAH TERHADAP KELAYAKAN USAHA JASA ANGKUTAN TRANS PAKUAN KOTA BOGOR Oleh : IRMA AGUSTINA H14104081 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA)

ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) ANALISIS PERKEMBANGAN PASAR TENAGA KERJA INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DKI JAKARTA) DITA FIDIANI H14104050 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PENANAMAN MODAL ASING DAN PELUANG INVESTASI (Studi Kasus : Kota Cimahi, Jawa Barat) OLEH : LESTY PHYTALOKA H14050165 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. atau bahkan tercapainya full employment adalah kondisi ideal perekonomian yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi, tingkat inflasi yang terkendali, nilai tukar dan tingkat suku bunga yang stabil serta tingkat pengangguran yang rendah atau bahkan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN Oleh HARIYANTO H FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HARGA DOMESTIK MINYAK SAWIT (CPO) DI INDONESIA TAHUN 1980-2007 Oleh HARIYANTO H14084006 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN. ekonomi internasional (ekspor dan impor) yang meliputi perdagangan dan III. KERANGKA PEMIKIRAN Ekonomi Internasional pada umumnya diartikan sebagai bagian dari ilmu ekonomi yang mempelajari dan menganalisis transaksi dan permasalahan ekonomi internasional (ekspor dan impor)

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI TEPUNG TERIGU DI INDONESIA PERIODE OLEH ELSA TASLIAH H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI TEPUNG TERIGU DI INDONESIA PERIODE OLEH ELSA TASLIAH H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI TEPUNG TERIGU DI INDONESIA PERIODE 1986-2003 OLEH ELSA TASLIAH H14102019 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu pada karet remah (crumb 13 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Karet Remah (crumb rubber) Karet remah (crumb rubber) adalah karet alam yang dibuat secara khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. Penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H

ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H ANALISIS PENGARUH NERACA PERDAGANGAN DAN CAPITAL INFLOW TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI INDONESIA OLEH PRIMA ANDRIANI H14104090 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H

PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H PENGARUH KETERKAITAN ANTAR SEKTOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH OLEH DYAH HAPSARI AMALINA S. H 14104053 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN INDUSTRI KECAP DI INDONESIA OLEH RINA MARYANI H14103070 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007 RINGKASAN RINA MARYANI. Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya dukungnya dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengembangan sumberdaya alam (SDA) dan energi sebagai pokok kemakmuran rakyat dilakukan secara terencana, rasional, optimal, bertanggung jawab dan sesuai kemampuan daya

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang

BAB I. PENDAHULUAN. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan negara Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi yang signifikan tentu mempengaruhi pertumbuhan sektor bisnis lainnya. Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. dalam negeri sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Investasi merupakan modal penting bagi negara-negara berkembang, karena memiliki peranan yang besar dalam proses pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi yang

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H

ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H ANALISIS EKONOMI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR PDAM DKI JAKARTA SETELAH ADANYA KONSESI OLEH RETNO TRIASTUTI H14102035 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 ANALISIS

Lebih terperinci