ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA"

Transkripsi

1 ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN DIAH ANANTA DEWI. Analisis Nilai Tambah, Efisiensi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia (dibimbing oleh WIDYASTUTIK). Indonesia telah menjalani proses industrialisasi sejak dicanangkannya Program Pembangunan Lima Tahun (PELITA) dan mulai menampakkan hasilnya pada tahun ketiga PELITA V yaitu tahun Hal tersebut ditandai dengan sektor industri pengolahan mempunyai kontribusi terbesar dalam pembentukan angka PDB. Sebagai gambaran, jika dibandingkan dengan kontribusi sektor pertanian dalam periode tahun 1998 sampai 2007, sektor industri pengolahan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 27,24 persen dan sektor pertanian hanya memberikan kontribusi rata-rata sebesar 15,55 persen. Salah satu industri pengolahan yang mempunyai prospek cukup baik untuk dikembangkan yaitu industri pengolahan pada skala kecil. Industri pengolahan pada skala kecil yang dimaksud adalah industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) yang mempunyai tenaga kerja 1 sampai dengan 19 orang. Menurut Kuncoro (2008) terdapat tiga alasan yang melandasi pentingnya pengembangan usaha kecil yaitu usaha kecil dapat menyerap banyak tenaga kerja, memegang peranan penting dalam ekspor non migas dan struktur ekonomi Indonesia yang berbentuk piramida telah mencuatkan isu konsentrasi dan konglomerasi. Akan tetapi dalam perkembangannya, IKKR mengalami beberapa permasalahan. Permasalahan tersebut menyangkut sistem produksi, efisiensi usaha, tenaga kerja, dan bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai tambah, efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi output industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) di Indonesia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan dalam proses analisis adalah data sekunder yang didapatkan dari Badan Pusat Statistik. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series dari tahun 1996 sampai dengan tahun Spesifikasi data yang digunakan adalah nilai output, biaya input, jumlah tenaga kerja, nilai bahan baku dan biaya lain selain bahan baku (bahan bakar, listrik, gas, air dan barang lainnya selain bahan baku/penolong) IKKR di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan nilai tambah bruto IKKR di Indonesia pada peride tahun mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hasil selanjutnya mengenai efisiensi produksi IKKR menunjukkan bahwa tingkat efisiensi produksi IKKR di Indonesia periode tahun rata-rata sebesar 62 persen. Faktor-faktor yang mempengaruhi output IKKR di Indonesia adalah tenaga kerja, bahan baku dan biaya lainnya selain bahan baku (bahan bakar, listrik, gas, air dan bahan lainnya selain bahan baku/penolong). Faktor produksi yang mempunyai kontribusi terbesar dalam mempengaruhi tingkat output IKKR di Indonesia adalah bahan baku. Hasil estimasi model telah diuji secara statistik

3 dan ekonometrik dan menghasilkan estimator yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). Nilai elastisitas faktor produksi tenaga kerja adalah 0,5737 yang menandakan bahwa jika jumlah tenaga kerja bertambah satu persen maka nilai output produksi IKKR akan meningkat sebesar 0,5737 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Nilai elastisitas faktor produksi bahan baku sebesar 0,8707 artinya jika bahan baku ditambahkan sebesar satu persen maka nilai output IKKR akan bertambah sebesar 0,8707 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Sedangkan nilai elastisitas faktor produksi biaya input selain bahan baku adalah 0,0727 yang berarti jika pengeluaran untuk biaya input selain bahan baku ditingkatkan sebesar satu persen maka akan meningkatkan output IKKR sebesar 0,0727 persen, dengan asumsi ceteris paribus. Penjumlahan nilai elastisitas masing-masing faktor produksi tersebut menunjukkan kondisi IKKR di Indonesia berada pada skala hasil yang meningkat (increasing return to scale). Kondisi increasing return to scale menandakan laju pertumbuhan output lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan inputnya. Berdasarkan hasil penelitian, hendaknya usaha IKKR lebih memperhatikan faktor produksi bahan baku mengingat bahan baku merupakan faktor produksi yang paling dominan dalam mempengaruhi tingkat output IKKR di Indonesia. Begitu juga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat memasukkan faktor produksi lainnya seperti bahan baku agar didapatkan fungsi produksi yang lebih baik.

4 ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN DEPARTEMEN ILMU EKONOMI Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh, Nama Mahasiswa : Diah Ananta Dewi Nomor Register Pokok : H Program Studi : Ilmu Ekonomi Judul Skripsi : Analisis Nilai Tambah, Efisiensi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing, Widyastutik, SE, MSi. NIP Mengetahui, Ketua Departemen Ilmu Ekonomi, Rina Oktaviani, Ph.D. NIP Tanggal Kelulusan:

6 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. Bogor, September 2008 Diah Ananta Dewi H

7 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Diah Ananta Dewi lahir pada tanggal 25 Maret 1980 di Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Penulis adalah putri pertama dari dua bersaudara dari pasangan Sukarto dan Mu ani. Penulis menikah dengan Bambang Pamungkas, S.ST. pada tanggal 14 September 2002 dan telah memiliki seorang putri bernama Fathimah Az Zahra yang lahir pada tanggal 26 Desember Riwayat pendidikan dimulai dari pendidikan TK PGRI II Kecamatan Panji, Kabupaten Situbondo kemudian dilanjutkan ke pendidikan SDN 1 Dawuan, Situbondo dan lulus pada tahun Kemudian penulis melanjutkan pendidikannya ke SMP Negeri 1 Situbondo dan lulus pada tahun Setelah lulus SMP, penulis melanjutkan pendidikannya ke SMU 1 Situbondo dan lulus pada tahun Setelah menyelesaikan bangku SMU, penulis melanjutkan ke jenjang sekolah tinggi di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) di Jakarta Timur. Penulis lulus dari STIS pada tahun 2002 dan mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST.). STIS adalah sekolah tinggi kedinasan dari Badan Pusat Statistik (BPS). Oleh karena itu setelah lulus, penulis langsung diangkat menjadi pegawai negeri sipil (PNS) BPS dan ditempatkan di BPS Kabupaten Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan. Penulis bekerja di BPS Kabupaten Selayar selama 5 tahun 5 bulan dan kemudian dipindahkan ke Direktorat Statistik Distribusi, Badan Pusat Statistik pada bulan Juni tahun Selanjutnya penulis diterima di Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur beasiswa kerja sama BPS dan IPB pada tahun 2008.

8 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-nya, penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Nilai Tambah, Efisiensi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Widyastutik, SE, MSi yang telah memberikan bimbingan baik secara teknis maupun teoritis pada waktu persiapan, penelitian maupun penyusunan skripsi sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Badan Pusat Statistik yang telah memberikan beasiswa dan menyediakan data pendukung untuk proses penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini. Begitu juga tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak lain yang telah membantu penulis selama proses penelitian serta kritik dan saran yang diberikan oleh pembahas pada Seminar Hasil Penelitian Skripsi. Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh keluarga atas doa, dukungan dan kesabaran yang telah diberikan dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan semua pihak yang memerlukannya. Bogor, September 2008 Diah Ananta Dewi H

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian... 8 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Definisi Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) Nilai Tambah dan Efisiensi Definisi Produksi Konsep Fungsi Produksi Fungsi Produksi Cobb Douglas Skala Hasil Usaha Konsep Elastisitas Tinjauan Penelitian Terdahulu Alur Kerangka Pemikiran Hipotesis III. METODE PENELITIAN Jenis dan Sumber Data yang Digunakan Metode Analisis Analisis Regresi Linier Berganda dari Fungsi Produksi Cobb Douglas Pengujian Hipotesis Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Koefisien Regresi Parsial (uji t)... 35

10 Uji Koefisien Regresi Secara Menyeluruh (F-test/uji F) Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Spesifikasi Data IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA Kontribusi IKKR terhadap Industri Pengolahan di Indonesia Perkembangan Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia V. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Estimasi Fungsi Produksi Cobb Douglas Analisis Uji Statistik Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji Koefisien Regresi Parsial (uji t) Uji Koefisien Regresi Secara Menyeluruh (F-test/uji F) Analisis Uji Ekonometrik Uji Multikolinieritas Uji Heteroskedastisitas Uji Autokorelasi Analisis Ekonomi Nilai Tambah Bruto IKKR di Indonesia Efisiensi Produksi di Indonesia Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output dan Elastisitas Produksi IKKR di Indonesia Skala Hasil Usaha IKKR di Indonesia VI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 71

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1.1. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Sektoral, Tahun (persen)... 2 Tabel 4.1. Jumlah Usaha Sektor Industri Pengolahan di Indonesia Tahun Tabel 4.2. Jumlah Tenaga Kerja Sektor Industri di Indonesia Tahun Tabel 4.3. Distribusi Persentase PBD Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Sektoral, Tahun (persen) Tabel 4.4. Jumlah Usaha dan Total Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia Tahun Tabel 4.5. Banyaknya Tenaga Kerja Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia Tahun Tabel 5.1. Hasil Estimasi Fungsi Produksi Cobb Douglas IKKR di Indonesia Periode Tahun Tabel 5.2. Efisiensi Produksi IKKR di Indonesia Tahun

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1 Daerah-daerah Produksi dan Elastisitas Produksi pada Jangka Pendek Gambar 2 Grafik Fungsi Produksi Linier Gambar 3 Grafik Fungsi Produksi Fix Proportions Gambar 4 Grafik Fungsi Produksi Cobb Douglas Gambar 5 Alur Kerangka Pemikiran Gambar 6 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 : β i 0 dan H 1 : β i > Gambar 7 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 : β i 0 dan H 1 : β i < Gambar 8 Daerah Penolakan dan Penerimaan H 0 : β i = 0 dan H 1 : β i Gambar 9 Perkembangan NTB IKKR di Indonesia Tahun (Juta Rupiah)... 62

13 DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1 Nilai Tambah Bruto (NTB) IKKR di Indonesia Tahun (Juta Rupiah) Lampiran 2 Data Nominal Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga di Indonesia Tahun Lampiran 3 Data Riil Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga di Indonesia Tahun Lampiran 4 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda Fungsi Produksi Cobb Douglas dengan Metode OLS Lampiran 5 Uji Normalitas Lampiran 6 Uji Multikolinieritas Lampiran 7 Uji Heteroskedastisitas Lampiran 8 Uji Autokorelasi... 85

14 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teori perubahan struktural (structural-change theory) sesuai dengan model pembangunan yang diajukan oleh Lewis menyebutkan bahwa suatu negara akan berkembang dengan pesat jika mentransformasikan struktur perekonomiannya dari pola perekonomian pertanian subsisten tradisional menjadi perekonomian yang lebih modern. Maksud dari perekonomian yang lebih modern adalah pola perekonomian yang lebih berorientasi ke kehidupan perkotaan, serta memiliki sektor industri manufaktur yang lebih bervariasi dan sektor jasa-jasa yang tangguh (Todaro dan Smith, 2006). Salah satu asumsi dari model perubahan struktural ini adalah sektor modern (industri) memiliki produktivitas yang lebih tinggi daripada sektor tradisional (pertanian subsisten). Akibat dari produktivitas yang lebih tinggi dari sektor industri adalah pendapatan yang diperoleh dari sektor industri lebih besar dibandingkan sektor pertanian. Negara Indonesia telah menjalani proses industrialisasi sejak dicanangkannya program Pembangunan Lima Tahun (PELITA). PELITA I dimulai pada tahun Proses industrialisasi tersebut mulai menampakkan hasilnya pada tahun ketiga PELITA V yaitu pada tahun Hal ini digambarkan dengan kontribusi sektor industri dalam pembentukan angka Produk Domestik Bruto (PDB) memiliki nilai terbesar. Pada tahun 1991 kontribusi sektor industri dalam PDB sebesar 20,96 persen telah melebihi kontribusi sektor pertanian (19,66 persen). Keadaan itu terus bertahan hingga sekarang.

15 2 Perbandingan kontribusi sektor industri terhadap delapan sektor lain pembentuk angka PDB dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1. Secara umum, dalam 10 tahun terakhir sektor industri memberikan kontribusi rata-rata sebesar 27,24 persen dan sektor pertanian hanya memberikan kontribusi rata-rata sebesar 15,55 persen. Berdasarkan Tabel 1.1. juga dapat disimpulkan bahwa sektor industri merupakan sektor dominan yang memberikan kontribusi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini menandakan jika output sektor industri mengalami penurunan maka secara tidak langsung akan menurunkan angka PDB. Tabel 1.1. Distribusi Persentase PDB Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Sektoral, Tahun (persen) Sektor Tahun * 2007** (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 18,06 19,61 17,23 15,63 15,46 15,19 14,34 13,13 12,97 13, ,73 10,00 13,86 10,81 8,83 8,32 8,94 11,14 10,97 11, ,48 25,99 24,90 30,07 28,72 28,25 28,07 27,41 27,54 27,01 4 1,11 1,22 1,31 0,64 0,84 0,95 1,03 0,96 0,91 0,88 5 5,55 6,15 6,05 5,30 6,07 6,22 6,59 7,03 7,52 7, ,67 15,99 15,74 15,90 17,14 16,64 16,05 15,56 15,02 14,93 7 5,18 5,02 4,93 4,59 5,38 5,91 6,20 6,51 6,94 6,70 8 6,98 6,48 6,36 8,02 8,48 8,64 8,47 8,31 8,06 7,71 9 8,23 9,54 9,63 9,04 9,09 9,87 10,32 9,96 10,07 10,09 Sumber : Badan Pusat Statistik, Catatan : * Angka Sementara ** Angka Sangat Sementara Keterangan kode sektor lapangan usaha: 1 = Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 2 = Pertambangan dan Penggalian 3 = Industri Pengolahan 4 = Listrik, Gas dan Air Bersih 5 = Konstruksi 6 = Perdagangan, Hotel dan Restoran 7 = Pengangkutan dan Komunikasi 8 = Keuangan, Pesewaan dan Jasa Perusahaan 9 = Jasa-jasa

16 3 Menurut Dumairy (2000) dalam Agustineu (2004) sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin kemajuan sektor-sektor lain dalam sebuah perekonomian pada sebuah negara. Hal tersebut disebabkan oleh hasil produksi sektor industri memiliki nilai tukar yang tinggi dan memberikan manfaat marjinal yang lebih tinggi kepada pemakainya. Kemajuan yang dialami oleh sektor industri bisa membawa efek multiplier. Efek multiplier yang dimaksud adalah pengaruh yang timbul dari adanya kemajuan teknologi dapat memudahkan pemasaran hasil-hasil pertanian yang dapat dijadikan sebagai bahan baku atau bahan penolong, meningkatkan output di sektor perdagangan karena adanya peningkatan pendapatan dari tenaga kerja sektor industri, serta hal-hal lain dalam perekonomian nasional. Pengelompokan industri di Indonesia dibagi menjadi empat macam berdasarkan pada banyaknya pekerja yang terlibat di dalamnya (Badan Pusat Statistik, 2007). Pengelompokan tersebut adalah industri besar, industri sedang, industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga. Berdasarkan fakta yang ada industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) memiliki jumlah perusahaan dan tenaga kerja lebih banyak dibandingkan industri besar dan industri sedang. Sebagai gambaran pada tahun 2006 jumlah perusahaan IKKR sebanyak atau 99,28 persen dari keseluruhan perusahaan yang bergerak sektor industri yang yang ada. Sedangkan penyerapan tenaga kerja sektor IKKR pada tahun 2006 sebesar 60,28 persen dari total tenaga kerja sektor industri (Badan Pusat Statistik, 2007).

17 4 Begitu juga menurut Siregar, et al. (2007) catatan sejarah krisis moneter yang pernah melanda Indonesia membuktikan bahwa salah satu faktor yang memberikan sumbangan positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah). Berdasarkan data dari Departemen Koperasi, jumlah UMKM selama tahun 1997 sampai dengan tahun 2007 sekitar 99,99 persen dari total usaha perekonomian nasional. Begitu juga dengan penyerapan tenaga kerja oleh UMKM pada periode tersebut rata-rata sebesar 98,13 persen dari total tenaga kerja. Hal tersebut menandakan bahwa UMKM tergolong usaha yang mampu bertahan dalam kondisi terburuk. Menurut Kuncoro1 1 (2008), terdapat tiga alasan yang melandasi pentingnya pengembangan IKKR. Pertama adalah IKKR dapat menyerap banyak tenaga kerja. Kedua adalah IKKR memegang peranan penting dalam ekspor nonmigas. Ketiga adalah struktur ekonomi Indonesia yang berbentuk piramida telah mencuatkan isu konsentrasi dan konglomerasi, serta telah dianggap dapat melestarikan dualisme perekonomian nasional. Keberadaan IKKR tidak dapat diabaikan terutama dalam penyerapan tenaga kerja di sektor industri manufaktur. Proses penyerapan tenaga kerja yang baik bisa mengurangi tingkat pengangguran terutama di wilayah pedesaan. Keberadaan IKKR sangat penting dalam proses pembangunan karena pada umumnya bisa menyerap tenaga kerja tanpa memerlukan syarat pendidikan formal tertentu, bersifat padat karya, menggunakan bahan baku domestik dan tidak memerlukan modal yang begitu besar. Namun demikian, dalam perkembangannya IKKR 1 Prof. Mudrajad Kuncoro: Pembiayaan Usaha Kecil : Economic Review, No bni.co.id/portals/0/document/usaha%20kecil-mudrajad.pdf. [Maret 2008]

18 5 menghadapi beberapa masalah. Oleh karena itu sangat relevan jika dilakukan penelitian yang berjudul Analisis Nilai Tambah, Efisiensi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Output Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) di Indonesia Perumusan Masalah Menurut Haniah (2005) pada umumnya usaha kecil di Indonesia mempuyai beberapa masalah internal, eksternal dan struktural. Masalah internal yang dihadapi adalah kurangnya kemampuan dalam mengantisipasi pasar dan rendahnya kualitas sumber daya manusia yang menyebabkan ketidakefisienan usaha, lemahnya keterampilan manajemen dan jiwa wirausaha. Masalah eksternalnya menyangkut bahan baku, iklim usaha yang kurang mendukung, prosedur birokrasi yang kurang transparan dan peraturan pemerintah yang kurang mendukung. Sedangkan masalah struktural yang dihadapi usaha kecil adalah kurang baiknya sistem produksi, teknologi, pemasaran dan modal yang dimiliki. Permasalahan lainnya adalah selama beberapa tahun terakhir selalu terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif dasar listrik (TDL) yang bisa mengakibatkan penurunan output jika tidak diimbangi dengan penambahan modal. Kenaikan BBM terjadi lebih dari sepuluh kali baik untuk harga eceran maupun untuk harga khusus industri selama periode Menurut Kuncoro (2008), IKKR pada umumnya memiliki karakteristik yang hampir seragam. Karakteristik IKKR yang cenderung membawa efek negatif bagi usaha kecil adalah:

19 6 1) Tidak adanya pembagian tugas yang jelas antara bidang administrasi dan operasi. Ketidakjelasan pembagian tugas dicerminkan oleh pengelola yang merangkap sebagai pemilik perusahaan, serta memanfaatkan tenaga kerja dari keluarga dan kerabat dekatnya. Hal tersebut membawa sifat tidak adanya profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan, sehingga jika terjadi permasalahan keluarga bisa menyebabkan perusahaan tersebut drop-out dari industri. 2) Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga-lembaga kredit formal. Rendahnya akses industri kecil terhadap lembaga kredit formal menyebabkan mereka cenderung menggantungkan pembiayaan usahanya dari modal sendiri atau sumber-sumber lain seperti keluarga, kerabat, pedagang perantara dan bahkan rentenir. 3) Sebagian besar belum mempunyai status badan hukum. 4) Tingkat drop-out IKKR tinggi. Begitu banyaknya permasalahan yang dihadapi oleh usaha kecil dalam hal ini termasuk juga IKKR tidak membuat jumlah outputnya berkurang dari tahun ke tahun. Rincian output IKKR dapat dilihat pada Lampiran 1. Pada periode tahun 1996 sampai dengan tahun 2006 tingkat output IKKR terus meningkat dari tahun ke tahun. Oleh karena itu dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1) Bagaimana nilai tambah dan efisiensi pada sektor IKKR di Indonesia?

20 7 2) Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi output produksi pada sektor IKKR di Indonesia? 3) Bagaimana elastisitas dari masing-masing faktor yang mempengaruhinya? 1.3. Tujuan Penelitian Bedasarkan latar belakang dan perumusan masalah, penelitian ini secara umum bertujuan untuk: 1) Menganalisis nilai tambah dan efisiensi pada sektor IKKR di Indonesia. 2) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output produksi pada sektor IKKR di Indonesia. 3) Menganalisis elastisitas dari masing-masing faktor yang mempengaruhinya Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang terkait. Pihak-pihak terkait yang dimaksud antara lain: 1) Instansi terkait dalam mengambil kebijakan-kebijakan perekonomian nasional terutama yang menyangkut IKKR. 2) Pengusaha IKKR dalam mengembangkan usahanya. 3) Investor yang ingin berinvestasi pada sektor IKKR. 4) Bagi penulis mampu menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama ini. 5) Bagi peneliti dan pemerhati yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai IKKR dan hal lain yang masih berhubungan dengan IKKR.

21 Ruang Lingkup Batasan Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah seluruh wilayah Indonesia. Sektor IKKR merupakan bagian dari sektor industri yang mempunyai tenaga kerja sebanyak satu sampai dengan sembilan belas orang. Penelitian kali ini tidak menganalisis semua faktor yang mempengaruhi output pada sektor IKKR, akan tetapi hanya menganalisis beberapa faktor dianggap dominan berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian yang pernah dilakukan dan juga berdasarkan ketersediaan data. Beberapa faktor yang mempengaruhi output sektor IKKR yang akan dibahas pada penelitian kali ini adalah tenaga kerja, bahan baku, bahan baku penolong dan biaya input selain bahan baku (bahan bakar, listrik, gas, air dan barang lainnya selain bahan baku/penolong). Alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi Cobb Douglas dengan bantuan perangkat lunak EViews 5.1 dan Microsoft Office Excel Data yang digunakan dalam analisis adalah data sekunder dari Sub Direktorat Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga, Direktorat Statistik Industri, Badan Pusat Statistik. Data yang digunakan adalah data hasil Survei Usaha Terintegrasi (SUSI) dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2005 dan hasil Sensus Ekonomi tahun 2006.

22 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Definisi Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga (IKKR) Industri manufaktur atau pengolahan adalah suatu usaha yang melakukan kegiatan mengubah bahan mentah menjadi barang jadi/setengah jadi atau mengubah barang yang kurang tinggi nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Proses pengolahan tersebut dilakukan secara mekanis, kimiawi, ataupun dengan tangan. Jasa industri yang menerima upah maklon juga termasuk dalam industri pengolahan (Badan Pusat Statistik, 2006). Skala usaha industri pengolahan dikelompokkan menjadi empat macam berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat tanpa memperhatikan mesin produksi yang digunakan ataupun modal yang ditanamkan (Badan Pusat Statistik, 2007). Keempat kelompok industri tersebut adalah: 1) Industri Besar Industri besar adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya berjumlah lebih dari 99 orang. 2) Industri Sedang atau Menengah Industri sedang atau menengah adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya berjumlah antara 20 sampai dengan 99 orang. 3) Industri Kecil Industri kecil adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya berjumlah antara 5 sampai dengan 19 orang.

23 10 4) Industri Kerajinan Rumah Tangga Industri kerajinan rumah tangga adalah perusahaan industri yang tenaga kerjanya berjumlah antara 1 sampai dengan 4 orang. Cakupan industri yang dibahas pada penelitian kali ini adalah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga yang mempunyai tenaga kerja berjumlah antara 1 sampai dengan 19 orang. Pada PDB sektoral, industri pengolahan dibagi menjadi 2 kelompok besar yaitu industri migas dan industri nonmigas (Badan Pusat Statistik, 2007). Industri migas terdiri dari industri pengilangan minyak dan gas bumi dan industri gas alam cair. Industri nonmigas terdiri dari: 1) Industri makanan, minuman dan tembakau; 2) Industri tekstil, barang kulit dan alas kaki; 3) Industri barang kayu dan hasil hutan lain; 4) Industri kertas dan barang cetakan; 5) Industri pupuk, kimia dan barang dari karet; 6) Industri semen dan barang galian bukan logam; 7) Industri logam dasar besi dan baja; 8) Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya; dan 9) Industri barang lainnya. Pada umumnya IKKR berusaha pada industri makanan, minuman dan tembakau (ISIC 2 31), industri tekstil (ISIC32), industri kayu, bambu, rotan, rumput dan sejenisnya termasuk perabotan rumah tangga (ISIC33), industri kertas (ISIC34), 2 ISIC (International Standard Industrial Classification) of all economic activities was developed by the UN as a standard way of classifying economic activities. The ISIC code groups togather enterprises if they produce the same type of goods or service or if they use similar processes.

24 11 industri kimia (ISIC35) dan industri barang galian bukan logam (ISIC36) (Kuncoro,2008) Nilai Tambah dan Efisiensi Nilai tambah yang dimaksud pada penelitian ini adalah nilai tambah bruto yang diperoleh melalui mengurangi nilai output produksi dengan biaya input produksi (Badan Pusat Statistik, 2002). Nilai Tambah Bruto (NTB) = Nilai Output Biaya Input... (2.1) Output adalah barang dan jasa yang dihasilkan dalam satu periode waktu tertentu. Nilai output industri pengolahan didapatkan dari penjumlahan nilai barang yang dihasilkan dari sektor industri pengolahan, penerimaan bunga atas pinjaman uang yang diberikan kepada pihak lain, penerimaan atas sewa tanah milik perusahaan yang digunakan oleh pihak lain, penerimaan subsidi dari pemerintah dan pendapatan lainnya yang diperoleh dari kegiatan lain yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan industri pengolahan (Badan Pusat Statistik, 2002). Sedangkan definisi input atau biaya antara adalah pengeluaran biaya untuk barang yang tidak tahan lama dan jasa yang digunakan secara langsung dalam proses produksi dan pada prinsipnya umur pemakaiannya kurang dari satu tahun. Pengeluaran yang tidak termasuk dalam biaya input adalah sewa tanah, bunga modal, penyusutan barang modal tetap dan pajak tak langsung netto (Badan Pusat Statistik, 2002). Perbandingan biaya input dengan nilai output disebut dengan efisiensi produksi. Semakin kecil nilai efisiensi produksi, proses produksi akan semakin efisien. Sebaliknya, semakin besar nilai efisiensi produksi, proses produksi

25 12 semakin tidak efisien. Efisiensi produksi dapat dirumuskan secara matematis sebagai berikut. E isiensi Biaya Input Nilai Output...(2.2) 2.3. Definisi Produksi Produksi adalah sebuah proses yang mengubah barang atau jasa (input) menjadi barang atau jasa dalam bentuk lain yang mempunyai nilai lebih tinggi (output). Menurut Rosyidi (2006) produksi adalah semua proses untuk menciptakan atau memperbesar nilai barang atau jasa. Pada kamus ekonomi (Sumadji, et al., 2006) pengertian produksi adalah suatu proses untuk menghasilkan produk atau pembuatan barang dalam jumlah besar-besaran, pada umumnya dengan menggunakan mesin, baik yang berupa produksi kembali produk lama ataupun produk lama yang coraknya telah diberi variasi. Faktor produksi adalah semua unsur yang menopang usaha menciptakan atau memperbesar nilai barang dan jasa (Rosyidi, 2006). Menurut Rosyidi (2006) faktor produksi dapat berupa tanah, tenaga kerja, modal dan keterampilan manajemen. Hubungan antara faktor input dengan output disebut dengan fungsi produksi Konsep Fungsi Produksi Seperti telah dijelaskan sebelumya, fungsi produksi adalah hubungan antara faktor input dan output. Menurut Nicholson (2002) fungsi produksi merupakan

26 13 hubungan matematis antara input dan output produksi. Hubungan tersebut dinyatakan seperti berikut. Q = f (X) = f (K,L,M, )... (2.3) Q : output produksi X : faktor-faktor produksi (input) K : jumlah modal yang digunakan dalam proses produksi L : jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam proses produksi M : jumlah bahan baku yang digunakan dalam proses produksi Bentuk notasi dari fungsi produksi seperti di atas artinya masih dimungkinkan adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi output produksi. Q TP Daerah I Daerah III Daerah II 0 X 1 X 2 X 3 PR X PM Sumber: Nicholson (1994) Gambar 1. Daerah-daerah Produksi dan Elastisitas Produksi pada Jangka Pendek

27 14 Fungsi produksi juga dapat digambarkan dalam bentuk grafik. Asumsi yang digunakan dalam grafik adalah ceteris paribus. Ceteris paribus artinya ketika satu variabel berubah maka variabel lainnya dianggap tetap. Gambar 1 menggambarkan daerah-daerah produksi dan elastisitas produksi dalam jangka pendek. Daerah-daerah produksi dan elastisitas produksi ditentukan oleh kurva TP (Total Produksi), kurva PM (Produk Marjinal) dan kurva PR (Produk Rata-rata). Kurva TP (Total Produksi) menggambarkan semua kemungkinan total produksi yang dihasilkan pada berbagai tingkat faktor produksi yang digunakan. Kurva PM (Produk Marjinal) menggambarkan semua kemungkinan produk marjinal. Produk marjinal adalah tambahan produk yang dihasilkan akibat penambahan satu unit dari salah satu faktor produksi dengan asumsi ceteris paribus. Secara matematis, PM dapat dirumuskan sebagai berikut. PM Tambahan Output Tambahan Input Q X..... (2.4) Kurva PM merupakan slope (kemiringan) dari kurva TP. Kurva PR (Produk Rata-rata) menggambarkan semua kemungkinan rata-rata produk yang dihasilkan per unit faktor produksi (input). PR dapat dirumuskan secara matematis seperti berikut. PR Total Output Total Input Q X (2.5) Perubahan jumlah output produksi yang disebabkan oleh perubahan penggunaan faktor produksi (input) dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi (, ). Elastisitas produksi dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut.

28 15,. PM. PR..... (2.6) Hubungan kurva TP dan PM adalah (lihat Gambar 1) : 1) Pada saat TP berada pada titik maksimum, maka nilai PM adalah nol. 2) Pada saat kurva TP mulai menurun setelah melalui titik maksimum, maka nilai PM negatif. 3) Pada saat kurva TP mengalami increasing rate, maka kurva PM mengalami decreasing rate. 4) Pada saat nilai PM positif, maka kurva TP tidak akan mengalami penurunan. Kesimpulan dari uraian di atas adalah penambahan input pada saat slope TP negatif (nilai PM < 0) tidak akan meningkatkan jumlah output. Hubungan kurva PM dan PR adalah (lihat Gambar 1) : 1) PR akan mencapai titik maksimal ketika nilai PR sama dengan nilai PM. Nilai PR sama dengan nilai PM artinya nilai elastisitas produksinya sama dengan satu (, = 1). 2) Ketika nilai PM lebih kecil daripada nilai PR, maka kurva PR akan memiliki slope negatif. Pada saat ini nilai elastisitas produksi kurang dari satu (, < 0 atau 0 <, < 1). 3) Ketika nilai PM lebih besar daripada nilai PR, maka kurva PR akan memiliki slope positif. Pada saat ini nilai elastisitas produksi lebih dari satu (, > 1). Pada Gambar 1 terdapat tiga daerah produksi berdasarkan nilai elastisitas produksinya (, ). Daerah I dan III adalah daerah yang tidak rasional bagi

29 16 perusahaan dalam proses produksi. Daerah II adalah daerah rasional bagi perusahaan untuk berproduksi. Daerah I (Irrational Region) adalah daerah yang tidak rasional bagi perusahaan untuk berhenti berproduksi karena belum dicapainya keuntungan maksimum. Perusahaan masih bisa meningkatkan output dengan menambahkan input lebih banyak lagi agar dicapai keuntungan maksimum (Nicholson, 1994). Pada daerah ini nilai PM lebih besar daripada nilai PR sehingga nilai, lebih besar dari satu (, > 1). Pada daerah II (Rational Region) terjadi the law of diminishing returns. Hal tersebut digambarkan oleh menurunnya kurva PM dan kurva PR (mempunyai slope negatif). The law of diminishing returns adalah penurunan jumlah pertambahan output akibat peningkatan jumlah input yang digunakan (Nilai Q yang semakin kecil). Daerah II merupakan daerah yang rasional bagi perusahaan karena telah menggunakan faktor produksi (input) secara optimal (Nicholson, 1994). Pada daerah ini nilai, berkisar antara nol sampai dengan satu (0 <, < 1). Daerah III (Irrational Region) juga merupakan daerah yang tidak rasional bagi perusahaan karena penambahan input justru menurunkan jumlah output yang dihasilkan (Nicholson, 1994). Hal tersebut disebabkan oleh nilai PM yang negatif pada daerah ini (, < 0). Salah satu karakteristik penting dari fungsi produksi adalah elastisitas substitusi (elasticity of distribution = ) (Nicholson, 2005). Nilai elastisitas substitusi menunjukkan seberapa mudah proses substitusi salah satu input

30 17 produksi terhadap input produksi yang lain. Elastistitas substitusi dirumuskan sebagai berikut. Asumsi yang digunakan pada persamaan berikut adalah terdapat dua faktor produksi (modal/k dan tenaga kerja/l) % %. ln ln ln ln (2.7) RTS (marginal rate of technical substitution) L (labor/tenaga kerja) terhadap K (capital/modal) menunjukkan seberapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menggantikan sejumlah modal untuk mendapatkan output yang sama (Nicholson, 2005). Fungsi produksi yang sederhana berdasarkan nilai elastisitas substitusi dapat dibedakan menjadi empat macam (Nicholson,2005). Pertama, pada saat nilai elastisitas substitusi tak terhingga ( = ) maka fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi linier.,,, (2.8) Jika fungsi produksi linier digambarkan dalam bentuk kurva isoquant, maka akan terlihat seperti Gambar 2. K per period Q1 Q2 L per period Sumber: Nicholson (2005) Gambar 2. Grafik Fungsi Produksi Linier

31 18 Kedua, pada saat nilai elastisitas substitusi sama dengan nol ( = 0) fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi fixed proportions. Rasio jumlah tenaga kerja dan modal adalah tetap. Bentuk matematis dari fungsi produksi ini adalah sebagi berikut. Asumsi dari persamaan berikut adalah terdapat dua faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K). min,, 0. (2.7)...(2.9) Tanda min maksudnya adalah nilai Q ditentukan oleh nilai minimal dari kedua faktor produksi. Jika fungsi produksi fixed proportions digambarkan dalam bentuk kurva isoquant, maka akan terlihat seperti Gambar 3. K per period Q1 Q2 Sumber: Nicolson (2005) Gambar 3. Grafik Fungsi Produksi Fix Proportions Ketiga, pada saat nilai elastisitas substitusi adalah satu ( = 1) fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Secara matematis fungsi produksi Cobb Douglas dirumuskan sebagai berikut. L per period. (2.10) Dimana: a : intersept β i : elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi

32 19 u : Residual/kesalahan (disturbance term) e : Logaritma natural (2,1782 ) Fungsi produksi tersebut dapat dilinierkan sehingga memudahkan dalam proses analisis regresi. Fungsi linier dari fungsi produksi Cobb Douglas adalah sebagai berikut. ln ln ln ln ln ln.ln (2.11) Jika fungsi produksi Cobb Douglas digambarkan dalam bentuk kurva isoquant, maka akan terlihat seperti Gambar 4. K per period Q1 Q2 Sumber: Nicholson (2005) Gambar 4. Grafik Fungsi Produksi Cobb Douglas Keempat, pada saat nilai elastisitas substitusi selain ketiga nilai sebelumnya, maka fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi produksi CES (Constant Elasticity of Substitution). Secara matematis fungsi produksi CES dirumuskan sebagai berikut. L per period,...(2.12)

33 20 Dengan nilai 1, 0, dan > 0. Pada saat > 1 perusahaan dalam kondisi increasing return to scale dan pada saat < 1 perusahaan dalam kondisi diminishing return Fungsi Produksi Cobb Douglas Terdapat berbagai macam bentuk fungsi produksi yang dapat digunakan. Fungsi produksi tersebut antara lain fungsi produksi linier, fungsi produksi kuadratik, fungsi produksi fixed proportion, fungsi produksi CES (Constant Elasticity of Substitution) atau elastisitas substitusi yang konstan dan fungsi produksi Cobb Douglas. Fungsi produksi kuadratik mempunyai kelemahan yaitu sifat fungsinya yang rumit dan parameter-parameter yang digunakan bukan merupakan elastisitas dari faktor-faktor produksi. Begitu pula dengan fungsi produksi CES mempunyai kelemahan yaitu jika digunakan akan sulit mempertahankan elastisitas produksi yang konstan. Penelitian ini menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas karena fungsi produksi ini memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan tersebut antara lain: 1) Mempunyai sifat sederhana dan tidak rumit karena bisa diubah ke dalam bentuk fungsi linier sehingga memudahkan dalam proses analisis. 2) Nilai koefisien regresi yang dihasilkan menunjukkan nilai elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksi sehingga fungsi produksi ini dapat secara langsung digunakan untuk mengetahui tingkat produksi optimum berdasarkan pemakaian faktor produksi. 3) Jumlah dari elastisitas tersebut bisa menunjukkan skala hasil usaha (return to scale).

34 21 4) Mengurangi terjadinya heteroskedastisitas. Fungsi produksi Cobb Douglas pertama kali dikenalkan oleh Cobb, C.W. dan Douglas, P.H. pada tahun Fungsi produksi ini melibatkan dua atau lebih variabel. Variabel-variabel tersebut dibedakan menjadi dua macam yaitu variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen (Y) adalah variabel yang dijelaskan oleh variabel independen. Variabel dependen (X) adalah variabel yang menjelaskan variabel dependen. Asumsi yang harus dipenuhi sebelum menggunakan fungsi produksi Cobb Douglas adalah (Nicholson, 1994): 1) Baik variabel independen maupun variabel dependen tidak boleh ada yang bernilai nol karena fungsi linier dari fungsi produksi ini menggunakan logaritma. 2) Setiap variabel independen adalah perfect competition. 3) Jika menggunakan lebih dari satu model, maka perbedaan model tersebut terletak pada intercept, bukan pada kemiringan (slope) dari model tersebut. 4) Perbedaan lokasi dan faktor-faktor lain seperti perbedaan iklim dalam fungsi produksi sudah dimasukkan ke dalam faktor galat atau kesalahan (u) Skala Hasil Usaha Perluasan produksi, dalam jangka panjang, dapat dilaksanakan dengan menambah semua faktor produksi secara bersama-sama. Terdapat tiga kemungkinan hukum perluasan produksi dengan asumsi teknologi yang digunakan dalam proses produksi tetap (Sudarsono,1984 dalam Megayani,2003). Hukum perluasan produksi tersebut adalah:

35 22 1) Increasing return to scale Increasing return to scale atau skala hasil usaha yang meningkat menunjukkan bahwa perluasan produksi yang dilakukan menghasilkan output produksi yang proporsinya lebih besar daripada penambahan faktor-faktor produksi. Misalnya terjadi penambahan semua faktor produksi secara bersama-sama sebesar k, maka penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari k. Pada saat ini masih terus bisa dilakukan perluasan produksi karena kondisi perusahaan masih dalam skala hasil usaha yang meningkat. Jumlah nilai elastisitas produksi pada saat increasing return to scale adalah lebih besar dari satu ( 1). Pada Gambar 1 kondisi increasing return to scale berada pada Daerah I. 2) Constant return to scale Increasing return to scale atau skala hasil usaha yang konstan menunjukkan bahwa perluasan produksi yang dilakukan menghasilkan output produksi yang proporsinya sama besar dengan penambahan faktor-faktor produksi. Misalnya terjadi penambahan semua faktor produksi secara bersama-sama sebesar k, maka penambahan output yang dihasilkan akan sama dengan k. Pada saat ini perluasan produksi yang dilakukan tidak akan meningkatkan pertambahan jumlah output. Jumlah nilai elastisitas produksi pada saat constant return to scale adalah sama dengan satu ( 1). Pada Gambar 1 kondisi constant return to scale berada pada saat kurva TP mencapai titik maksimum dan nilai PM sama dengan nol.

36 23 3) Decreasing return to scale Decreasing return to scale atau skala hasil usaha yang menurun menunjukkan bahwa perluasan produksi yang dilakukan menghasilkan output produksi yang proporsinya lebih kecil daripada penambahan faktor-faktor produksi. Misalnya terjadi penambahan semua faktor produksi secara bersama-sama sebesar k, maka penambahan output yang dihasilkan akan lebih kecil dari k. Pada saat ini sudah tidak mungkin dilakukan perluasan produksi karena kondisi perusahaan telah dalam skala hasil usaha yang menurun. Jumlah nilai elastisitas produksi pada saat decreasing return to scale adalah lebih kecil dari satu ( 1). Pada Gambar 1 kondisi decreasing return to scale berada pada Daerah II dan Daerah III Konsep Elastisitas Elastisitas adalah persentase perubahan suatu variabel yang disebabkan oleh perubahan variabel lainnya sebesar satu persen. Konsep elastisitas dapat dirumuskan sebagai berikut. Misal terdapat suatu variabel Y yang merupakan fungsi dari X (Y = f(x)), maka elastisitas Y terhadap X adalah:,....(2.13) Jika fungsi produksi Cobb Douglas dihubungkan dengan konsep elastisitas, maka dapat dibuktikan bahwa koefisien pangkatnya merupakan nilai elastisitas produksinya. Misal suatu fungsi produksi Cobb Douglas:

37 24...(2.14) Maka nilai elastisitas faktor produksi pertama adalah sebagai berikut.,..,.,...(2.15) Berdasarkan perhitungan di atas, dapat dibuktikan bahwa koefisien pangkat dari persamaan fungsi produksi Cobb Douglas adalah nilai elastisitas produksi dari masing-masing faktor produksinya Tinjauan Penelitian Terdahulu Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan topik penelitian ini. Kurniawan (2008) melakukan penelitian mengenai analisis faktorfaktor yang mempengaruhi output industri sepeda motor di Indonesia. Tujuan penelitian yang dilakukan Kurniawan (2008) adalah menganalisis pengaruh perubahan input terhadap output, menganalisis elastisitas dari masing-masing input dan skala hasil usaha, menganalisis nilai tambah dan efisiensi, dan menganalisis dampak kebijakan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 141 Tahun 2003 tentang Standar Uji Emisi Kendaraan Bermotor Tipe Baru dan yang sedang diproduksi terhadap output produksi pada industri sepeda motor di

38 25 Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least Square). Periode analisisnya adalah tahun 1980 sampai dengan tahun Hasil analisis utamanya adalah diketahuinya faktor produksi yang memberikan pengaruh positif atau bisa meningkatkan nilai output serta faktor produksi yang memberikan pengaruh negatif atau bisa mengurangi output industri sepeda motor di Indonesia. Faktor produksi yang memberikan pengaruh positif adalah bahan baku, modal dan tenaga kerja. Faktor produksi yang memberikan pengaruh negatif adalah energi (BBM, tenaga listrik, gas dan minyak pelumas). Pengaruh faktor produksi tersebut berada pada taraf nyata lima persen. Sanimah (2006) melakukan penelitian yang berjudul analisis faktor-faktor yang mempengaruhi output industri semen di Indonesia periode Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor produksi yang mempengaruhi tingkat output, menganalisis elastisitas dan skala hasil usaha dan menganalisis nilai tambah bruto dan efisiensi ekonomi dari industri semen di Indonesia periode tahun Metode analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah OLS (Ordinary Least Square). Hasilnya agak berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Kurniawan (2008) yaitu faktor produksi tenaga kerja, bahan baku dan energi memberikan pengaruh yang positif dan nyata terhadap peningkatan output industri semen di Indonesia. Pengaruh faktor produksi tersebut juga berada pada taraf nyata lima persen. Haniah (2005) melakukan penelitian tentang analisis efisiensi dan produktivitas usaha batik cap di Kabupaten Pekalongan. Tujuan umum penelitian

39 26 yang dilakukan Haniah (2005) adalah melihat efisiensi usaha batik cap di Kabupaten Pekalongan, mengetahui faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap kinerja usaha tersebut dan mendapatkan model produktivitas usaha kecil batik di Kecamatan Buaran, Kabupaten Pekalongan berdasarkan faktor-faktor dominan yang telah diperoleh. Penelitian tersebut menggunakan metode analisis deskriptif, analisis heterogenitas karakteristik, analisis regresi linier berganda dari fungsi produksi Cobb Douglas dan analisis SWOT. Data yang digunakan adalah data primer hasil wawancara langsung dan data sekunder dari instansi terkait. Hasil analisis utamanya adalah didapatkan tiga faktor dominan yang mempengaruhi produksi batik cap di Kabupaten Pekalongan. Faktor produksi dominan tersebut adalah modal (dengan memasukkan komponen biaya antara), tenaga kerja dan izin usaha. Ketiga faktor tersebut memberikan pengaruh positif terhadap produksi batik cap. Faktor modal memiliki peranan terbesar dalam memproduksi batik cap dan kemudian diikuti oleh faktor tenaga kerja. Penelitian yang dilakukan Agustineu (2004) menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output industri tekstil di Jawa Barat. Tujuan dari penelitian tersebut adalah menganalisis pengaruh perubahan faktor-faktor produksi (input) terhadap output, menganalisis elastisitas dari masing-masing input dan menganalisis nilai tambah dan efisiensi pada industri tekstil di Jawa Barat. Analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square) digunakan untuk memenuhi tujuan penelitian tersebut. Periode penelitian tersebut adalah dari tahun 1980 sampai dengan tahun Hasil terpenting dari analisis pada penelitian tersebut adalah faktor produksi modal, bahan baku dan bahan

40 27 bakar memberikan pengaruh positif terhadap output industri tekstil di Jawa Barat. Faktor produksi tenaga kerja memberikan pengaruh yang negatif akan tetapi tidak nyata terhadap output industri tekstil di Jawa Barat. Hal tersebut menandakan bahwa penambahan tenaga kerja tidak akan memberikan efisiensi dalam peningkatan output karena industri tekstil di Jawa Barat telah mengalami penambahan hasil yang semakin berkurang (The Law of Diminishing Return). Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu tersebut adalah pada penelitian ini dibahas industri secara keseluruhan tanpa memperhatikan jenis komoditi yang dihasilkan akan tetapi hanya berdasarkan skala usaha. Pada penelitian ini akan dianalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) di Indonesia dari tahun 1996 sampai dengan tahun Perangkat lunak yang digunakan dalam proses analisis ini adalah Eviews 5.1 dan Microsoft Office Excel Alur Kerangka Pemikiran Kemajuan pada industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) tidak lepas dari beberapa permasalahan. Berdasarkan permasalahan yang disebutkan oleh Kuncoro (2008) dan Haniah (2005) dapat disimpulkan bahwa permasalahanpermasalahan tersebut bisa menyebabkan kurang baiknya sistem produksi, ketidakefisienan usaha dan bahkan bisa menyebabkan perusahaan tersebut dropout dari industri. Penelitian ini akan menganalisis nilai tambah dan efisiensi IKKR di Indonesia sebagai indikator apakah sistem produksinya telah baik yang ditandai dengan peningkatan keuntungan keuntungan kotor yang didapatkan dan efisien

41 28 yang ditandai dengan tingginya tingkat efisiensi input terhadap output. Penelitian ini juga akan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi output IKKR di Indonesia untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang mempengaruhi output IKKR. Tujuan akhir dari menganalisis nilai tambah, efisiensi dan faktor-faktor yang mempengaruhi output IKKR di Indonesia adalah agar dapat dibuat kebijakan yang lebih tepat untuk meningkatkan kinerja IKKR di Indonesia pada masa yang akan datang. Berdasarkan uraian tersebut dapat dibuat sebuah alur kerangka pemikiran pada penelitian ini. Alur kerangka pemikiran tersebut dapat dilihat pada Gambar Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka pemikiran dapat dirumuskan beberapa hipotesis. Hipotesis tersebut antara lain: 1) Nilai tambah bruto (NTB) terus meningkat dari tahun ke tahun. 2) Faktor-faktor produksi IKKR telah dimanfaatkan secara efisien sehingga menghasilkan output produksi yang jauh lebih tinggi nilainya bagi setiap penambahan input yang sama. 3) Faktor produksi bahan baku, tenaga kerja, biaya input selain bahan baku berpengaruh positif terhadap nilai output IKKR. Pengaruh positif yang dimaksud adalah jika jumlah atau nilai faktor-faktor produksi ditambahkan maka akan meningkatkan nilai output dari IKKR. 4) Nilai elastisitas faktor produksi IKKR yang berupa bahan baku dan tenaga kerja mempunyai nilai positif dan nilai elastisitas biaya input selain bahan baku mempunyai nilai negatif.

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI KECIL DAN KERAJINAN RUMAH TANGGA (IKKR) DI INDONESIA OLEH DIAH ANANTA DEWI H14084022 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara

Lebih terperinci

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT) OLEH SRI MULYANI H14103087 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE KATA PENGANTAR Buku Indikator Ekonomi Kota Lubuklinggau ini dirancang khusus bagi para pelajar, mahasiswa, akademisi, birokrat, dan masyarakat luas yang memerlukan data dan informasi dibidang perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

Statistik KATA PENGANTAR

Statistik KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun KATA PENGANTAR Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (U MKM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w s. go.id PERKEMBANGAN INDEKS PRODUKSI INDUSTRI MANUFAKTUR BESAR DAN SEDANG 2011 2013 ISSN : 1978-9602 No. Publikasi : 05310.1306 Katalog BPS : 6102002 Ukuran Buku : 16 x 21 cm Jumlah

Lebih terperinci

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja

Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Dinamika Pengembangan Subsektor Industri Makanan dan Minuman Di Jawa Timur: Pengaruh Investasi Terhadap Penyerapan Jumlah Tenaga Kerja Oleh: Putri Amelia 2508.100.020 Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Ir. Budisantoso

Lebih terperinci

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 184.845.034 194.426.046 9.581.012 5,18 2 Usaha Menengah (UM)

Lebih terperinci

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik

M E T A D A T A INFORMASI DASAR. 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara. Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Bruto (PDB) 2 Penyelenggara Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, : Statistik Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan

TINJAUAN PUSTAKA. Herawati (2008) menyimpulkan bahwa bersama-bersama produksi modal, bahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian ini berisi tentang perkembangan oleokimia dan faktor apa saja yang memengaruhi produksi olekomian tersebut. Perkembangan ekspor oleokimia akan

Lebih terperinci

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN TABEL - VII.1 PERKEMBANGAN NILAI INVESTASI MENURUT SKALA USAHA SKALA USAHA 1 Usaha Kecil (UK) 17.968.449 19.510.919 1.542.470 8,58 2 Usaha Menengah (UM) 23.077.246 25.199.311 2.122.065 9,20 Usaha Kecil

Lebih terperinci

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H

ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H ANALISIS TOTAL FAKTOR PRODUKTIVITAS PADA INDUSTRI TANAMAN PANGAN DI INDONESIA PERIODE 1985 2004 OLEH: DIYAH KUSUMASTUTI H14101088 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA

ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA ANALISIS NILAI TAMBAH, EFISIENSI DAN FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MINYAK GORENG SAWIT DI INDONESIA OLEH M. FAJRI FIRMAWAN H14104120 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto (PDB) Produk Domestik Bruto (PDB) Gross Domestic Product (GDP) Jumlah nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unitunit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun.

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Provinsi DKI Jakarta dalam beberapa tahun terakhir sedang melakukan pembangunan fasilitas publik secara besar-besaran. Hal ini dilihat dari proyekproyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi yang disertai terjadinya perubahan struktur ekonomi. Menurut Todaro BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam proses pembangunan salah satu indikator keberhasilan pembangunan Negara berkembang ditunjukkan oleh terjadinya pertumbuhan ekonomi yang disertai terjadinya perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR MAKRO YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN PEMERINTAH DARI CUKAI HASIL TEMBAKAU OLEH SRI BAHADURI M E TAMBUNAN H14102011 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dikaitkan dengan proses industrialisasi. Industrialisasi di era globalisasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian di Indonesia tidak sekedar terfokus pada peran pemerintah, banyak sektor yang mempunyai peran dalam kemajuan perekonomian di Indonesia. Proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang mempunyai tujuan antara lain untuk menciptakan pembangunan ekonomi yang hasilnya secara merata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah Kota Malang. Pemilihan obyek penelitian di Kota Malang adalah dengan pertimbangan bahwa Kota Malang

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara

I. PENDAHULUAN. perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode. berikutnya. Dari satu periode ke periode lainnya kemampuan suatu negara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

Lebih terperinci

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan

PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan PENYUSUNAN KONTRIBUSI INDUSTRI PRIMER KEHUTANAN TERHADAP PRODUK DOMESTIK BRUTO TAHUN 2005-2007 Dalam Rangka Analisa Data Sektor Kehutanan Kerja Sama Departemen Kehutanan dan Badan Pusat Statistik Desember

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H

ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H ANALISIS PRODUKTIVITAS INDUSTRI BAN INDONESIA PERIODE 1984-2003 (Melalui Pendekatan Total Factor Productivity) OLEH STUTI ANINDITA H14102061 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA

Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Perkembangan Terakhir Sektor Industri Dan Inflasi KADIN INDONESIA Mudrajad Kuncoro Juli 2008 Peranan Masing- Masing Cabang Industri Terhadap PDB Sektor Industri Tahun 1995-2008* No. Cabang Industri Persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya

BAB I PENDAHULUAN. penghambat adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Melonjaknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan serangkaian usaha yang dilakukan suatu negara untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyatnya. Dalam pembangunan ekonomi Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan ekonomi, industrialisasi merupakan salah satu tahap perkembangan yang dianggap penting untuk dapat mempercepat kemajuan ekonomi suatu bangsa.

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI MOBIL DI INDONESIA OLEH ANINDITO AJIRESWARA H14050754 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 RINGKASAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori dan Fungsi Produksi Produksi sering diartikan sebagai penciptaan guna, yaitu kemampuan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Produksi dalam hal ini mencakup

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional

II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ACEH TAMIANG 2008 2011 NOMOR KATALOG : 9302008.1114 UKURAN BUKU JUMLAH HALAMAN : 21,00 X 28,50 CM : 78 HALAMAN + XIII NASKAH : - SUB BAGIAN TATA USAHA - SEKSI STATISTIK SOSIAL

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor industri mempunyai peranan penting dalam perekonomian Indonesia. Secara umum sektor ini memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan

Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2012-2014 BADAN PUSAT STATISTIK KATALOG BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN

Lebih terperinci

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia Perekonomian Indonesia tahun 2004 yang diciptakan UKM berdasarkan besaran Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti pertumbuhan pendapatan perkapita, akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN

ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN ANALISIS PENINGKATAN INVESTASI PEMERINTAH DI SEKTOR KONSTRUKSI TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT SISI PERMINTAAN OLEH HASNI H14102023 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

Keterangan * 2011 ** 2012 ***

Keterangan * 2011 ** 2012 *** Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam pembangunan jangka panjang, sektor industri merupakan tulang punggung perekonomian. Tumpuan harapan yang diletakkan pada sektor industri dimaksudkan

Lebih terperinci

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.

GROWTH (%) SHARE (%) JENIS PENGELUARAN 2011** 2012*** Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q.4 Q.1 Q.2 Q.3 Q. Keterangan 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 * 2011 ** 2012 *** Produk Domestik Bruto (%, yoy) 3.64 4.50 4.78 5.03 5.69 5.50 6.35 6.01 4.63 6.22 6.49 6.23 Produk Nasional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010

V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA. Oleh DEKY KURNIAWAN H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OUTPUT INDUSTRI SEPEDA MOTOR DI INDONESIA Oleh DEKY KURNIAWAN H14103122 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

Oleh : Suprapto *) Key words : International Standard of Industrial Classification (ISIC), increassing returns to scale. I.

Oleh : Suprapto *) Key words : International Standard of Industrial Classification (ISIC), increassing returns to scale. I. PENGARUH VARIABEL JUMLAH PERUSAHAAN, PEMBELIAN BARANG MODAL TETAP DAN JUMLAH TENAGA KERJA TERHADAP OUTPUT INDUSTRI MAKANAN, MINUMAN DAN TEMBAKAU DI INDONESIA Oleh : Suprapto *) Abstract The study analysed

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H

ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H ANALISIS PERBANDINGAN IKLIM INVESTASI: INDONESIA VERSUS BEBERAPA NEGARA LAIN OLEH: SUSI SANTI SIMAMORA H14102059 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H

ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H ANALISIS IDENTIFIKASI SEKTOR UNGGULAN DAN STRUKTUR EKONOMI PULAU SUMATERA OLEH DEWI SAVITRI H14084017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN DEWI

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H

ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H ANALISIS PERAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN TERHADAP PEREKONOMIAN PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH OKTAVIANITA BR BANGUN H 14104017 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Modul 5. Teori Perilaku Produsen

Modul 5. Teori Perilaku Produsen Modul 5. Teori Perilaku Produsen A. Deskripsi Modul Seorang produsen atau pengusaha dalam melakukan proses produksi untuk mencapai tujuannya harus menentukan dua macam keputusan: berapa output yang harus

Lebih terperinci

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat

Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Analisis penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian di Kabupaten Tanjung Jabung Barat Rezky Fatma Dewi Mahasiswa Prodi Ekonomi Pembangunan Fak. Ekonomi dan Bisnis Universitas Jambi Abstrak Penelitian

Lebih terperinci

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan. INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK

Katalog BPS : Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan.  INDUSTRI MIKRO DAN KECIL BADAN PUSAT STATISTIK Katalog BPS : 6104008 Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL 2014-2016 http://www.bps.go.id BADAN PUSAT STATISTIK Perkembangan Indeks Produksi Triwulanan INDUSTRI MIKRO DAN KECIL

Lebih terperinci

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR 4.1. Perkembangan Industri Kecil dan Menengah Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan yang signifikan. Data dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH

PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH J. Agroland 17 (1) : 63 69, Maret 2010 ISSN : 0854 641X PENGARUH INVESTASI SEKTOR PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN DI PROVINSI SULAWESI TENGAH The Effect of Investment of Agricultural

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori Produksi Produksi merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTENSITAS ENERGI INDUSTRI MENENGAH-BESAR INDONESIA OLEH HARRY GUSTARA PAMBUDI H14054200 DEPERTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR. Oleh DIYAH RATNA SARI H ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI TERHADAP DISTRIBUSI PENDAPATAN DI KABUPATEN BOGOR Oleh DIYAH RATNA SARI H14102075 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013***

(1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II * 2012** 2013*** 8 6 4 2 5.99 6.29 6.81 6.45 6.52 6.49 6.50 6.29 6.36 6.16 5.81 6.11 6.035.81 3.40 2.69 2.04 2.76 3.37 1.70 1.50 2.82 3.18 1.42 2.61 0-2 (1.42) (1.42) (1.45) I II III IV I II III IV I II III IV I II 2010

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Fungsi Produksi Produksi adalah kegiatan menghasilkan barang dan jasa, adapun sumberdaya yang digunakan untuk memproduksi barang

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada 9 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definsi Pendapatan regional adalah tingkat (besarnya) pendapatan masyarakat pada wilayah analisis. Tingkat pendapatan dapat diukur dari total pendapatan wilayah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Tahun 27 Perekonomian Indonesia pada Tahun 27 tumbuh 6,32%, mencapai pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir. Dari sisi produksi, semua sektor mengalami ekspansi

Lebih terperinci

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO)

BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) BOKS II : TELAAH KETERKAITAN EKONOMI PROPINSI DKI JAKARTA DAN BANTEN DENGAN PROPINSI LAIN PENDEKATAN INTERREGIONAL INPUT OUTPUT (IRIO) IRIO memiliki kemampuan untuk melakukan beberapa analisa. Kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( )

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH ( ) ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENCIPTAAN KESEMPATAN KERJA DI PROVINSI SUMATERA UTARA SEBELUM DAN PADA MASA OTONOMI DAERAH (1994-2007) Disusun Oleh : LISBETH ROTUA SIANTURI H14104020 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H

ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI. Oleh ARISA SANTRI H ANALISIS POTENSI SEKTOR PARIWISATA UNTUK MENINGKATKAN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN MASYARAKAT PROVINSI BALI Oleh ARISA SANTRI H14050903 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO

RINGKASAN ISVENTINA. DJONI HARTONO RINGKASAN ISVENTINA. H14102124. Analisis Dampak Peningkatan Ekspor Karet Alam Terhadap Perekonomian Indonesia: Suatu Pendekatan Analisis Input-Output. Di bawah bimbingan DJONI HARTONO. Indonesia merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di Indonesia, dimana menganalisis permintaan tenaga kerja perusahaan industri manufaktur tahun 2000-2016. Alasan memilih karena terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini

I. PENDAHULUAN. dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TOTAL ASET BANK SYARIAH DI INDONESIA OLEH LATTI INDIRANI H14101089 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Uraian dalam Bab ini menjelaskan hasil pengolahan data dan pembahasan terhadap 4 (empat) hal penting yang menjadi fokus dari penelitian ini, yaitu: (1) peranan sektor kehutanan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Produksi Produksi merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa inggris to produce yang artinya menghasilkan. Produksi adalah proses dimana input diubah menjadi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup teori produksi, konsep efisiensi,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan

I.PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Pembangunan di negara-negara berkembang lebih ditekankan pada pembangunan ekonomi, hal ini disebabkan karena terjadinya keterbelakangan ekonomi. Pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik

M E T A D A T A. INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik M E T A D A T A INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No.

Lebih terperinci

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan Sebagai negara yang menganut sisitem perekonomian terbuka maka sudah barang tentu pertumbuhan ekonominya

Lebih terperinci

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif.

gula (31) dan industri rokok (34) memiliki tren pangsa output maupun tren permintaan antara yang negatif. 5. RANGKUMAN HASIL Dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dirangkum beberapa poin penting sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu: 1. Deviasi hasil estimasi total output dengan data aktual

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI

VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI VI. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEINDUSTRIALISASI 6.1. Pengujian Asumsi-Asumsi Klasik Regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan satu variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT

ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT ANALISIS PERTUMBUHAN INVESTASI SEKTOR INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA : ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH MIMI MARYADI H14103117 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA

ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA ANALISIS PERKEMBANGAN INDUSTRI MIKRO DAN KECIL DI INDONESIA Oleh : Azwar Harahap Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Riau ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci