EFEK ANDROGENIK DAN ANABOLIK EKSTRAK AKAR Pimpinella alpina MOLK (PURWOCENG) PADA ANAK AYAM JANTAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFEK ANDROGENIK DAN ANABOLIK EKSTRAK AKAR Pimpinella alpina MOLK (PURWOCENG) PADA ANAK AYAM JANTAN"

Transkripsi

1 EFEK ANDROGENIK DAN ANABOLIK EKSTRAK AKAR Pimpinella alpina MOLK (PURWOCENG) PADA ANAK AYAM JANTAN [Androgenic and Anabolic Effect of Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) Root on Male Chicken] SRI USMIATI dan S. YULIANI Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Jl. Tentara Pelajar No. 12 Cimanggu, Bogor ABSTRACT Pimpinella alpina Molk is one of the Indonesian herb which is probably has androgenic and anabolic effect since it is used by the people as aphrodiciaca. Purwoceng especially root part is used in traditional herb which has function like Korean Ginseng or pasak bumi from Kalimantan. Purwoceng is representing endemic crop of Indonesia, so that the research hasn t been done yet. It is a big challenge to explore purwoceng as aphrodiciaca. It means that purwoceng has potency to be come as good as synthetic aphrodiciaca and also natural drug like pasak bumi, ginseng or sanrego which commonly have been used for the patient of Erection Disfunction (ED). Referring to the increasing usage of purwoceng plant by people as aphrodiciaca, this research was done to study androgenic and anabolic effect of purwoceng plant as aphrodiciaca. Tis research was done baed on Completely Random Design (CRD) by 5 treatments of concentration of purwoceng root extract 0, 10, 20, 30 and 40% using olive solvent on 3 day male chick, in 6 replications. Control of treatment consisted of control without active compound and control of standard propionate testosterone as comparator by concentration of 0,0 mg, 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg, 0,4 mg, 0,6 mg, 0,8 mg and 1,6 mg in corn oil solvent. Parameters perceived by: (i) main parameters which covered pial size (length plus high of pial) and of body weight gain (body weight from machine moment minus initial body weight); and (ii) secondary parameters, consisted of weight of pial, testis, fabricius bursa and spleen. Result indicated that giving root purwoceng extract to male chick had androgenic effect on extract concentration 30% with highest average gain of pial size equal to cm and highest body weight gain equal to gram. Giving purwoceng root extract up to 40% was insufficient to give anabolic effect. Purwoceng can be used as aphrodiciaca with its androgenic effect which was lower compared to standard testosterone. Key Words: Androgenic, Anabolic, Purwoceng, Male Chick ABSTRAK Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) adalah salah satu tumbuhan obat asli Indonesia yang diduga mempunyai efek androgenik dan anabolik sehubungan dengan pemakaiannya oleh masyarakat sebagai obat afrodisiaka. Tanaman purwoceng terutama bagian akar digunakan dalam ramuan obat tradisional berfungsi seperti Ginseng dari Korea atau Pasak Bumi dari Kalimantan. Tanaman purwoceng di luar negeri belum dikenal karena merupakan tanaman endemik Indonesia oleh sebab itu penelitian terhadap tanaman ini belum banyak dilakukan. Peluang pemanfaatan purwoceng sebagai obat afrodisiaka sangat besar. Hal ini berarti bahwa purwoceng mempunyai potensi yang dapat disetarakan dengan obat kuat sintetis lainnya maupun obat kuat dari bahan alam seperti pasak bumi, ginseng ataupun sanrego yang sudah biasa digunakan untuk penderita Disfungsi Ereksi (DE). Sehubungan dengan meningkatnya penggunaan tanaman purwoceng oleh masyarakat karena adanya efek androgenik dan anabolik maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk untuk mendeteksi efek androgenik dan anabolik tanaman purwoceng sebagai obat afrodisiaka. Penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 perlakuan konsentrasi ekstrak akar purwoceng 0, 10, 20, 30 dan 40% dengan menggunakan pengencer minyak zaitun terhadap anak ayam jantan umur 3 hari, masing-masing dengan 6 ulangan. Kontrol terdiri atas kontrol tanpa bahan aktif dan kontrol testosteron propionat standar sebagai pembanding dengan konsentrasi 0,0 mg, 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg, 0,4 mg, 0,6 mg, 0,8 mg dan 1,6 mg dalam pelarut minyak jagung. Parameter yang diamati adalah: (i) parameter utama yang meliputi ukuran jengger (ukuran panjang ditambah tinggi) dan pertambahan bobot badan (selisih 744

2 bobot saat penimbangan dengan bobot awal); dan (ii) parameter pendukung, terdiri atas bobot jengger, testis, limpa dan bursa fabrisius. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian ekstrak akar purwoceng pada anak ayam jantan mempunyai efek androgenik pada pemberian dengan konsentrasi 30% dengan pertambahan ratarata ukuran jengger terbesar sebesar 0,385 cm dan pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 53,15 gram. Ekstrak akar purwoceng yang diberikan sampai dengan konsentrasi 40% tidak cukup memberikan efek anabolik yang berarti. Ekstrak purwoceng dapat digunakan sebagai obat afrodisiaka dengan efek androgenik yang lebih rendah dibanding testosteron standar. Kata Kunci: Androgenik, Anabolik, Purwoceng, Anak Ayam Jantan PENDAHULUAN Purwoceng (Pimpinella alpina Molk) merupakan salah satu tumbuhan obat asli Indonesia yang diduga mempunyai efek androgenik digunakan oleh masyarakat sebagai obat afrodisiaka (menimbulkan dorongan seksual). Penduduk sekitar dataran tinggi Dieng sejak dulu telah menggunakan tumbuhan obat ini sebagai salah satu bagian ramuan obat tradisional untuk mengobati macam-macam penyakit dan gangguan kesehatan, sedangkan ekstrak akarnya sebagai diuretika, tonika dalam bentuk seduhan dan terutama untuk afrodisiaka (HEYNE, 1987). Tanaman purwoceng dapat dijumpai di dataran tinggi sekitar m dpl yang terkena sinar matahari seperti dataran tinggi Dieng (Jawa Tengah), serta Gunung Galunggung dan Pangrango (Jawa Barat). Sampai saat ini dataran tinggi Dieng dikenal sebagai daerah pengembangan purwoceng. Pelestarian dan pengembangan purwoceng dalam skala besar untuk memenuhi kebutuhan industri jamu di luar habitatnya sangat sukar karena tanaman ini hanya tumbuh baik di daerah asalnya. Penanaman di luar daerah asalnya memerlukan pemeliharaan khusus dan waktu yang lama agar dapat beradaptasi dan tumbuh dengan baik. Tanaman purwoceng merupakan tanaman endemik Indonesia. Hal ini sangat menguntungkan untuk mengembangkan purwoceng sebagai obat afrodisiaka yang tidak kalah dengan ginseng dari Korea. Gangguan seksual terutama pada kaum pria sudah ada sejak jaman dahulu. Secara medis gangguan ini dikenal dengan sebutan disfungsi ereksi (DE). Jumlah penderitanya disinyalir makin meningkat tiap tahun. Menurut sebuah studi yang baru diterbitkan dalam jurnal kesehatan British Journal of Urology, tahun 2004 jumlah penderita DE di seluruh dunia diperkirakan mencapai 152 juta, jumlah tersebut akan bertambah menjadi 322 juta orang pada tahun Untuk mengatasi gangguan tersebut biasanya digunakan obatobatan afrodisiaka yang erat hubungannya dengan efek/aktivitas androgenik. Aktivitas androgenik adalah aktivitas yang timbul akibat kerja hormon androgen dalam tubuh yang ditunjukkan oleh munculnya sifat kejantanan (efek maskulinisasi), Secara normal androgen utama yang beredar dalam tubuh adalah testoteron, yaitu senyawa hormon steroid yang mengandung 19 atom karbon dengan inti siklopentanoperhidropenantren yang dihasilkan oleh sel-sel Leydig dalam testis pada kondisi normal (KALTENBACH and DUNN, 1980). Aktivitas androgenik testosteron adalah mempengaruhi inisiasi dan pemeliharaan spermatogenesis dalam tubuliseminiferus testis Hormon testosteron penting untuk mengontrol sifat - sifat seks sekunder dan aktivitas kelenjar reproduksi asesori (PINEDA, 1989). Testosteron tidak disimpan dalam tubuh tetapi segera dipecah menjadi androgen yang relatif inaktif dan diekskresikan melalui urin dan feses (TURNER and BAGNARA, 1983). Testosteron memiliki derajat androgenisitas yang tinggi pada pengujian unggas dan mamalia. Pada ayam, kerja androgen dideteksi dari perkembangan sifat seks sekunder yaitu alatalat tambahan pada kepala ayam seperti jengger, pial, dan cuping telinga. Ekspresi lainnya adalah diferensiasi dimorfik bulu dan suara khas ayam jantan (TURNER dan BAGNARA, 1983). Aktivitas androgenik dapat mempengaruhi perkembangan bursa fabrisius unggas yaitu adanya peningkatan kuantitas testosteron dalam tubuh sehingga terjadi penghambatan dan regresi bursa fabrisius. Fungsi organ ini sebagai sistem pertahanan tubuh diganti oleh limpa saat ayam jantan dewasa (GLICK, 1980). 745

3 Oleh karena itu, ukuran limpa pada ayam jantan akan meningkat. Aksi metabolik androgen adalah peningkatan aktivitas anabolisme protein, sehingga peningkatan kuantitas androgen pada tingkat tertentu menyebabkan pertambahan berat badan. Pada jumlah yang sangat tinggi dapat menurunkan berat badan karena berkurangnya pengambilan makanan dan bertambahnya lemak tubuh akibat aktivitas katabolisme lemak meningkat (TURNER and BAGNARA, 1983). Beberapa penelitian aktivitas farmakologis akar purwoceng telah dilakukan dengan menguji ekstrak akar purwoceng pada beberapa hewan uji. Menurut CARAPEBOKA dan LUBIS (1975), ekstrak akar purwoceng mempertinggi aktivitas motorik, mempertinggi tonus otot-otot lurik, menstimulasi susunan syaraf pusat dengan titik tangkap kerja pada medula oblongata, serta meningkatkan tingkah laku seksual tikus jantan (CAROPEBOKA et al., 1979). Lebih lanjut dikatakan bahwa ekstrak akar purwoceng mempunyai aktivitas androgenik pada tikus. TAUFIQQURRACHMAN (1999) melaporkan bahwa tikus yang diberi ekstrak purwoceng dengan dosis 2 ml (50 mg) dapat meningkatkan kadar LH dan testosteron. Tikus jantan umur 90 hari dengan berat badan rata-rata 200 g diberi ekstrak purwoceng sebanyak 25 mg, hasilnya menunjukkan bahwa pemberian ekstrak dapat meningkatkan spermatogenesis dalam testis dan motilitas sperma. Penelitian fitokimia untuk mengetahui kandungan bahan aktif tanaman purwoceng dilakukan oleh CAROPEBOKA dan LUBIS tahun 1975, akar purwoceng diketahui mengandung turunan senyawa kumarin, sterol, saponin dan alkaloid. SIDIK (1975) melaporkan bahwa akar purwoceng mengandung bergapten, isobergapten dan sphondin yang termasuk kelompok furanokumarin. Menurut HERNANI dan YULIANI (1991), tumbuhan yang mempunyai khasiat sebagai afrodisiak umumnya mengandung senyawa-senyawa turunan saponin, alkaloid, steroid dan senyawa-senyawa lain yang berkhasiat sebagai penguat tubuh dan memperlancar peredaran darah. Hasil identifikasi secara kualitatif, akar purwoceng mengandung senyawa turunan kumarin seperti bergapten, xanthotoksin, marmesin, 6,8 dimetoksi umbelliferon dan psoralen. SUZERY et al. (2004) melakukan isolasi senyawa aktif dari tanaman purwoceng dan ditemukan adanya stigmasterol yaitu senyawa golongan steroida saponin yang mempunyai gugus OH terikat pada atom karbon ke - 3 dari inti siklopentanoperhidrofenantren, sehingga mampu mengadakan ikatan dengan oligosakarida. Saponin steroid larut dalam air akibat ikatan glikosida yang terbentuk. Menurut DEWICK (1997), senyawa ini diduga sebagai salah satu pemicu timbulnya perilaku seksual setelah menggunakan ekstrak purwoceng. Senyawa saponin steroid tersusun dari suatu aglikon steroid yang terikat pada suatu oligosakarida. Senyawa ini biasa digunakan sebagai bahan dasar industri pada produk hormon seks dan aktivitas anabolik (DEWICK, 1997). Pencarian senyawa saponin dalam tumbuhan didorong oleh kebutuhan akan sumber sapogenin yang akan diubah menjadi sterol hewan yang penting. Dahulu sterol hanya dianggap sebagai senyawa satwa (hormon kelamin, asam empedu) namun setelah banyak dilakukan penelitian senyawa tersebut juga banyak dijumpai dalam jaringan tumbuhan yang dikenal dengan nama fitosterol. Fitosterol terdapat pada tumbuhan tingkat tinggi dan dibedakan menjadi sitosterol, stigmasterol dan kampesterol dalam bentuk glikosida dan bebas. Sehubungan dengan meningkatnya jumlah penggunaan tanaman purwoceng oleh masyarakat, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mendeteksi efek androgenik dan anabolik tanaman purwoceng sebagai obat afrodisiaka. Bahan dan alat MATERI DAN METODE Penelitian ini menggunakan ekstrak akar purwoceng murni kira-kira 30 gram dilarutkan dalam 30 ml pelarut alkohol absolut. Cara pembuatan ekstrak disajikan pada diagram alir Gambar 1. Konsentrasi ekstrak adalah 0, 10, 20, 30 dan 40% dengan menggunakan pengencer minyak zaitun. Testosteron propionat standar digunakan sebagai 746

4 Akar purwoceng dicuci Dikeringkan sampai kadar air 10% Digiling sampai menjadi serbuk Dilarutkan menggunakan alkohol absolut konsentrasi bahan 10% Ekstraksi, maserasi dengan pengocokan Alkohol diuapkan sampai terbentuk ekstrak murni 100% Encerkan menggunakan minyak zaitun Menghasilkan ekstrak 10%, 20%, 30% dan 40% Gambar 1. Diagram alir pembuatan ekstrak akar purwoceng pembanding dengan konsentrasi 0,0 mg, 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg, 0,4 mg, 0,6 mg, 0,8 mg dan 1,6 mg dalam pelarut minyak jagung. Hewan percobaan yang digunakan adalah 84 ekor anak ayam jantan jenis White Leghorn umur 3 hari dibagi ke dalam 14 kelompok masing-masing 6 ekor di dalam kandang kawat ukuran 50 cm x 50 cm x 30 cm. Kandang dilengkapi oleh penerang atau penghangat berupa lampu 10 Watt serta diberi pakan dan minum ad libitum. Keempat belas kelompok terdiri atas: (i) kontrol; (ii) pemberian ekstrak purwoceng; dan (iii) pemberian testosteron. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah timbangan analitik (merk Mettler AE 160), pengering (merk Heraeus), pengocok 747

5 Tabel 2. Perlakuan penyuntikan pada bagian otot dada anak ayam jantan Kelompok anak ayam jantan Kontrol Perlakuan Ekstrak purwoceng dalam minyak zaitun (%) Kontrol standar testosteron propionat dalam minyak jagung (mg) I Tidak diberi apa-apa II 0,2 ml minyak zaitun 0 III 0,2 ml minyak jagung 0 IV 10 V 20 VI 30 VII 40 VIII 0,1 IX 0,2 X 0,3 XI 0,4 XII 0,6 XIII 0,8 XIV 1,6 Setiap kali penyuntikan 0,2 ml (merk Kottermann 4010), rotavapor (merk Buchi), penggiling (merk Hammermill), jangka sorong, disposable syrinx 1 ml, gelas ukur, batang pengaduk, dan alat-alat gelas lainnya. Penelitian dilakukan menggunakan metode DORFMAN (1962) dengan modifikasi pada jumlah hari penyuntikan. Penelitian dibagi menjadi 3 tahap kegiatan. 1. Penyuntikan ekstrak akar purwoceng dan testosteron propionat Penyuntikan dibagi dalam dua tahap. Pada tahap I dilakukan selama 5 hari berturut - turut, sebelumnya dilakukan pengukuran awal bobot badan dan ukuran jengger yaitu panjang ditambah tinggi, kemudian diistirahatkan 1 hari. Pada hari ke-7 dilakukan pengukuran kembali berat badan dan ukuran jengger. Penyuntikan tahap II dilakukan mulai hari ke-7 hingga hari ke-14. Pada hari ke-15 dilakukan pengukuran bobot badan dan ukuran jengger, kemudian anak-anak ayam tersebut disembelih, dibedah dan diambil testis, bursa fabrisius, limpa dan jenggernya, kemudian masing-masing ditimbang. Secara rinci perlakuan yang diberikan disajikan pada Tabel Rancangan percobaan Penelitian terdiri atas penggunaan ekstrak purwoceng dalam pengencer minyak zaitun masing-masing konsentrasi 0, 10, 20, 30 dan 40%. Kontrol dalam penelitian adalah: (a) kontrol tanpa bahan aktif, terdiri atas tanpa penyuntikan, penyuntikan 0,2 ml minyak zaitun dan penyuntikan 0,2 ml minyak jagung; dan (b) kontrol standar yaitu penyuntikan menggunakan testosteron propionat dalam pengencer minyak jagung masing-masing konsentrasi 0,0 mg, 0,1 mg, 0,2 mg, 0,3 mg, 0,4 mg, 0,6 mg, 0,8 mg dan 1,6 mg. Percobaan didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 ulangan. 3. Parameter yang diamati Parameter pengamatan adalah (i) parameter utama yang meliputi pertambahan bobot badan (selisih bobot saat penimbangan dengan bobot awal) dan ukuran jengger (ukuran panjang ditambah tinggi); dan (ii) parameter pendukung yang 748

6 terdiri atas penimbangan bobot dari bursa fabrisius, limpa, testis dan jengger. Pengukuran parameter pendukung dilakukan untuk melihat efek samping dari perlakuan (ekstrak akar purwoceng maupun testosteron standar) disamping kondisi normal unggas yang bersangkutan tanpa diberi perlakuan. Selain kedua parameter tersebut juga dilakukan pengamatan terhadap perubahanperubahan dari tingkah laku, konsistensi otot dan suara. Data hasil pengukuran parameter utama dianalisis dengan sidik ragam, adanya perbedaan diuji dengan uji Duncan. Hasil terbaik akibat perlakuan selanjutnya dibandingkan dengan kontrol standar. HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter utama Pengaruh ekstrak akar purwoceng terhadap ukuran jengger Salah satu karakter maskulinisasi oleh aktivitas androgen yang menonjol dan paling mudah diamati adalah pertumbuhan jengger ayam jantan (BURKE, 1977). Reseptor Dihidrotestosteron sitoplasmik banyak dijumpai pada alat-alat tambahan bagian kepala ayam jantan sehingga dapat dipakai untuk mengidentifikasi dan menguji adanya hormon jantan (TANAKA, 1980). Pemberian androgen eksogen secara umum menimbulkan efek androgenik dan anabolik (WILMANA, 1980). Hasil pengukuran jengger anak ayam jantan setelah diberi ekstrak akar purwoceng dalam minyak zaitun disajikan pada Tabel 3, sedangkan hasil pemberian kontrol standar ditampilkan pada Tabel 4. Tabel 3 menunjukkan bahwa perlakuan sangat nyata mempengaruhi pertambahan ukuran jengger (P < 1%). Anak ayam jantan yang disuntik ekstrak akar purwoceng 30% menunjukkan rata-rata pertambahan ukuran jengger yang tertinggi (0,385 cm). Rataan pertambahan ukuran jengger anak ayam tertinggi pada pemberian testosteron propinat 0,8 mg (Tabel 4), dan menurun pada pemberian yang tinggi (1,6 mg). Pertambahan ukuran jengger anak ayam jantan yang diberi ekstrak purwoceng 30% tidak sama dengan yang diberi testosteron murni dengan konsentrasi terendah (0,1 mg). Tampak bahwa ekstrak akar purwoceng terdeteksi mempunyai efek androgenik. Tumbuhan tersebut mengandung senyawa sterol yang memiliki kerja serupa dengan testosteron. Menurut HARBORNE (1987), komponen sterol mempunyai rangka dasar sistem cincin siklopentanoperhidrofenantren yang sama dengan inti hormon testosteron. Namun efek androgenik senyawa sterol dari purwoceng tidak sebesar testosteron standar, karena senyawa sterol masih terkait dengan komponen lain, sedangkan testosteron standar merupakan hormon steroid murni. Selain itu, purwoceng mengandung zat yang merupakan komponen biosintesis testosteron. Testosteron dihasilkan dari sintesis kolesterol. Menurut HARBORNE, (1987), saponin dan sterol purwoceng tergolong triterpenoid turunan dari skualena, salah satu komponen penting biosintesis testosteron. Skualena dalam tubuh hewan merupakan komponen biosintesis kolesterol. Namun, karena saponin dan sterol purwoceng merupakan turunan skualena maka efek androgenik tidak sebesar testosteron standar. Tabel 3. Rataan pertambahan ukuran jengger anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak zaitun setelah 12 kali penyuntikan Pemberian ekstrak akar Rataan purwoceng dalam pertambahan pengencer minyak zaitun (%) ukuran jengger (cm) Kontrol 0,162 0% (0,2 ml minyak zaitun) 0,182 a 10% 0,243 ab 20% 0,340 ab 30% 0,385 b 40% 0,353 ab Huruf superskrip yang berbeda dalam kolom yang sama menunjukkan berbeda nyata (P < 0,01) 749

7 Tabel 4. Rataan pertambahan ukuran jengger anak ayam jantan dengan pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung setelah 12 kali penyuntikan Pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung (mg) Rataan pertambahan ukuran jengger (cm) Kontrol 0,162 0,0 (0,2 ml minyak jagung) 0,182 0,1 1,221 0,2 1,375 0,3 1,387 0,4 1,558 0,6 2,388 0,8 2,502 1,6 2,226 Pertambahan bobot badan anak ayam jantan yang diberi ekstrak akar purwoceng disajikan pada Tabel 5, sedangkan pertambahan bobot badan anak ayam jantan dengan penyuntikan testosteron disajikan pada Tabel 6. Tabel 5. Rataan pertambahan bobot badan anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak zaitun setelah 12 kali penyuntikan ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak Rataan pertambahan bobot badan (g) zaitun (%) Kontrol 45,97 0% (0,2 ml minyak zaitun) 41,31 a 10% 46,19 a 20% 40,75 a 30% 53,15 a 40% 46,62 a Huruf superskrip yang sama dalam kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pengaruh ekstrak akar purwoceng terhadap pertambahan bobot badan Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan tidak mempengaruhi pertambahan bobot badan. Pemberian ekstrak purwoceng 30% menghasilkan pertambahan bobot badan anak ayam jantan tertinggi yaitu 53,15 gram (Tabel 5), sedangkan pertambahan bobot badan yang disuntik testosteron tertinggi (61,88 g) pada konsentrasi 0,6 mg. Berdasarkan Tabel 6, pertambahan bobot badan meningkat sejalan dengan penambahan konsentrasi testosteron namun kemudian mulai menurun kembali pada pemberian testosteron konsentrasi 0,8 mg, sedangkan pada pemberian ekstrak akar purwoceng memiliki pola yang tidak teratur namun secara statistik tidak berbeda nyata untuk setiap konsentrasi. Tabel 6. Rataan pertambahan bobot badan anak ayam jantan dengan pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung setelah 12 kali penyuntikan testosteron propionat pengencer minyak jagung (mg) Rataan pertambahan bobot badan (g) Kontrol 45,97 0,0 (0,2 ml minyak jagung) 43,57 0,1 39,35 0,2 44,12 0,3 50,27 0,4 50,24 0,6 61,88 0,8 60,72 1,6 59,62 Efek anabolik ekstrak akar purwoceng tampak pada peningkatan bobot badan anak ayam jantan. Namun jika dilihat dari nilai pertambahan bobot badan yang kecil tampak bahwa efek androgenik ekstrak akar purwoceng adalah kecil dibandingkan dengan pemberian testosteron. Hal ini kemungkinan karena pengaruh pertambahan bobot badan hasil peningkatan kebutuhan energi oleh tubuh untuk memecah atau memetabolisme ekstrak akar purwoceng yang disuntikkan. Oleh karena itu, diperlukan suplai sumber energi tambahan yang dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi. 750

8 Parameter pendukung Pengaruh pemberian ekstrak akar purwoceng terhadap bobot bursa fabrisius Bursa fabrisius adalah organ khas pada organ unggas yang perkembangannya dipengaruhi oleh androgen. Testosteron atau senyawa yang kerjanya menyerupai testosteron dapat menghambat perkembangan bursa fabrisius dengan mempengaruhi sel-sel stroma sehingga menyebabkan regresi (GLICK, 1980). Bobot bursa fabrisius anak ayam jantan yang diberi ekstrak akar purwoceng disajikan pada Tabel 7, sedangkan bobot bursa fabrisius yang diberi kontrol standar disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 7, ukuran bursa fabrisius anak ayam jantan adalah kecil sampai dengan pemberian ekstrak purwoceng konsentrasi 20%, selanjutnya pada konsentrasi lebih tinggi ukuran bursa fabrisius relatif sama dengan kontrol. Tabel 7. Rataan bobot bursa fabrisius anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak zaitun setelah 12 kali penyuntikan ekstrak akar purwoceng Rataan bobot bursa dalam pengencer minyak fabrisius (g) zaitun (%) Kontrol 0,426 0% (0,2 ml minyak zaitun) 0,420 10% 0,341 20% 0,287 30% 0,418 40% 0,415 Tabel 8 menunjukkan bahwa ukuran bursa fabrisius anak ayam jantan yang diberi ekstrak purwoceng konsentrasi 20% setara dengan pemberian testosteron konsentrasi antara 0,4 0,8 mg (ukuran bursa fabrisius 0,275 0,282 g). Umumnya, ukuran bursa fabrisius yang mengalami regresi akibat pemberian testosteron standar pengaruhnya masih lebih besar dibandingkan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng. Pada unggas, regresi/pengecilan ukuran bursa fabrisius terjadi secara normal seiring bertambahnya umur hewan sehubungan beralihnya fungsi bursa fabrisius sebagai organ untuk pertahanan tubuh oleh organ limpa. Regresi bursa fabrisius dipengaruhi oleh hormon testosteron indigenous yang bekerja menghambat perkembangan dan merusak sel-sel epitel secara irreversible (searah) (GLICK, 1980). Berdasarkan Tabel 7, pemberian ekstrak akar purwoceng memiliki efek androgenik walaupun relatif rendah. Tabel 8. Rataan bobot bursa fabrisius anak ayam jantan dengan pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung setelah 12 kali penyuntikan testosteron propionat Rataan bobot bursa pengencer minyak jagung fabrisius (g) (mg) Kontrol 0,426 0,0 (0,2 ml minyak jagung) 0,470 0,1 0,341 0,2 0,324 0,3 0,215 0,4 0,275 0,6 0,298 0,8 0,282 1,6 0,387 Pengaruh pemberian ekstrak akar purwoceng terhadap bobot limpa Limpa merupakan organ limfoid yang berfungsi membentuk limfosit pada hewan dewasa. Pada saat unggas dewasa, limpa akan menggantikan fungsi bursa fabrisius dalam proses pembentukan sistem pertahanan tubuh. Regresi perkembangan bursa fabrisius idealnya akan diikuti oleh pembesaran ukuran limpa. Bobot limpa anak ayam jantan setelah diberi ekstrak akar purwoceng disajikan pada Tabel 9, sedangkan bobot limpa dengan pemberian kontrol standar ditampilkan pada Tabel 10. Tabel 9 menunjukkan bahwa pengaruh pemberian ekstrak akar purwoceng terhadap bobot limpa anak ayam jantan terjadi sampai dengan konsentrasi ekstrak purwoceng 30%, dan bobot limpa lebih ringan pada pemberian konsentrasi 40% dibandingkan konsentrasi 30%. Tabel 10 menunjukkan bahwa bobot limpa anak ayam jantan semakin berat pada pemberian testosteron sampai konsentrasi 0,8 751

9 mg dan pada pemberian testosteron konsentrasi 1,6 mg bobot limpa lebih ringan setara dengan pemberian konsentrasi 0,6 mg. Dengan demikian pemberian testosteron lebih dari 0,8 mg tidak efektif. Pemberian testosteron yang tinggi (1,6 mg) tampaknya memiliki pengaruh negative feedback (efek balik negatif) terhadap bobot limpa. Tabel 9. Rataan bobot limpa anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak zaitun setelah 12 kali penyuntikan ekstrak akar purwoceng Rataan bobot limpa dalam pengencer minyak (g) zaitun (%) Kontrol 0,081 0% (0,2 ml minyak zaitun) 0,099 10% 0,100 20% 0,106 30% 0,126 40% 0,117 Tabel 10. Rataan bobot limpa anak ayam jantan dengan pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung setelah 12 kali penyuntikan testosteron propionat Rataan bobot pengencer minyak jagung limpa (g) (mg) Kontrol 0,081 0,0 (0,2 ml minyak jagung) 0,134 0,1 0,012 0,2 0,051 0,3 0,064 0,4 0,065 0,6 0,072 0,8 0,080 1,6 0,076 Berdasarkan hasil tersebut, tampaknya bobot limpa anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng lebih berat dibandingkan dengan pemberian standar testosteron. Bobot limpa yang semakin berat kemungkinan bukan karena efek androgenik ekstrak akar purwoceng. Dengan mengacu pada regresi bobot bursa fabrisius yang sangat kecil pada pemberian ekstrak akar purwoceng tampaknya bobot limpa yang makin berat adalah akibat reaksi penolakan tubuh terhadap masuknya benda atau zat asing ke dalam tubuh, dalam hal ini ekstrak akar purwoceng. Seperti diketahui, organ limpa berfungsi menjaga keseimbangan sistem pertahanan tubuh. Pengaruh pemberian ekstrak akar purwoceng terhadap bobot testis Aktivitas androgenik testosteron atau zat yang kerjanya mirip testosteron adalah mempengaruhi inisiasi dan pemeliharaan spermatogenesis dalam tubuli seminiferus testis (TURNER dan BAGNARA, 1983). Aktivitas spermatogenesis dimanifestasikan oleh meningkatnya bobot testis. Tabel 11 menunjukkan bobot testis anak ayam jantan yang diberi perlakuan ekstrak akar purwoceng, sedangkan Tabel 12 menunjukkan bobot testis akibat pemberian testosteron. Tabel 11. Rataan bobot testis anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak zaitun setelah 12 kali penyuntikan ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak Rataan bobot testis (g) zaitun (%) Kontrol 0,016 0% (0,2 ml minyak zaitun) 0,027 10% 0,031 20% 0,024 30% 0,037 40% 0,039 Berdasarkan Tabel 11, bobot testis anak ayam jantan semakin berat sampai dengan pemberian ekstrak akar purwoceng konsentrasi 40%. Bila dibandingkan dengan hasil pada Tabel 12, tampak bahwa bobot testis akibat pemberian testosteron pada konsentrasi 0,8 mg jauh lebih berat. Bobot testis yang semakin berat akibat pemberian ekstrak akar purwoceng menunjukkan adanya efek androgenik purwoceng. Bobot testis yang semakin meningkat menunjukkan adanya peningkatan aktivitas spermatogenesis dalam testis. 752

10 Tabel 12. Rataan bobot testis anak ayam jantan dengan pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung setelah 12 kali penyuntikan testosteron propionat Rataan bobot testis pengencer minyak jagung (g) (mg) Kontrol 0,016 0,0 (0,2 ml minyak jagung) 0,038 0,1 0,016 0,2 0,025 0,3 0,024 0,4 0,023 0,6 0,027 0,8 0,066 1,6 0,076 Pengaruh pemberian ekstrak akar purwoceng terhadap bobot jengger Testosteron dalam jaringan tubuh akan diubah menjadi Dihidrotestosteron yang lebih aktif yang selanjutnya masuk ke dalam sitoplasma sel dan terikat pada reseptor protein khusus. Reseptor Dihidrotestosteron sitoplasmik pada anak ayam jantan banyak dijumpai pada alat-alat tambahan kepala TANAKA, 1980). Pemberian testosteron atau zat yang kerjanya mirip testosteron pada unggas jantan akan meningkatkan aktivitas Dihidrotestosteron dalam mensintesis protein sehingga menyebabkan bobot alat-alat tambahan pada bagian kepala, antara lain jengger semakin meningkat. Bobot jengger anak ayam jantan yang diberi ekstrak akar purwoceng ditampilkan pada Tabel 13, sedangkan akibat pemberian testosteron standar disajikan pada Tabel 14. Berdasarkan hasil pada Tabel 13 tampak bahwa bobot jengger anak ayam jantan yang diberi ekstrak akar purwoceng semakin berat sampai dengan pemberian konsentrasi 40%. Namun demikian walaupun bobot jengger semakin berat bila dibandingkan bobot jengger pada pemberian testosteron pada konsentrasi yang paling rendah (0,1 mg) ternyata bobot jengger masih jauh lebih ringan. Tabel 13. Rataan bobot jengger anak ayam jantan dengan pemberian ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak zaitun setelah 12 kali penyuntikan ekstrak akar purwoceng dalam pengencer minyak Rataan bobot jengger (g) zaitun (%) Kontrol 0,022 0% (0,2 ml minyak zaitun) 0,022 10% 0,026 20% 0,026 30% 0,029 40% 0,042 Tabel 14. Rataan bobot jengger anak ayam jantan dengan pemberian testosteron propionat pengencer minyak jagung setelah 12 kali penyuntikan testosteron propionat pengencer minyak jagung (mg) Rataan bobot jengger (g) Kontrol 0,022 0,0 (0,2 ml minyak jagung) 0,028 0,1 0,210 0,2 0,328 0,3 0,322 0,4 0,332 0,6 0,449 0,8 0,518 1,6 0,443 Perubahan performans anak ayam jantan Hasil pengamatan terhadap perubahan otot dada anak ayam jantan terjadi pada pemberian ekstrak akar purwoceng 30% dan 40%, sedangkan pemberian testosteron dapat mempengaruhi perubahan otot dada pada pemberian mulai dari konsentrasi 0,2 mg. Bila dibandingkan dengan hasil perubahan otot dada, maka perubahan karena pemberian ekstrak akar purwoceng masih sangat rendah. 753

11 Perubahan suara tampak teridentifikasi muncul pada kelompok anak ayam jantan yang diberi testosteron, sedangkan yang diberi ekstrak akar purwoceng tidak ada perubahan. Demikian pula pada tingkah laku. Anak-anak ayam jantan yang diberi testosteron jauh lebih agresif dibandingkan anak ayam jantan yang diberi ekstrak akar purwoceng. Perilaku lebih agresif mulai tampak sejak pemberian testosteron mulai pada konsentrasi 0,2 mg. Ekspresi kerja androgen dapat diamati pada alat-alat tambahan di bagian kepala dan pada organ-organ tempat pengikatan Dihidrotestosteron, antara lain kulit dan otot dada (TURNER dan BAGNARA, 1983). Pemberian androgen eksogen akan meningkatkan pengikatan Dihidrotestosteron sehingga terjadi perubahan struktur bulu pada kulit (diferensiasi dimorfik bulu), pembesaran otot dada dan sebagainya. Pembesaran otot dada memberikan konsekuensi pada konsistensinya. Otot dada menjadi lebih padat dan keras. Pengaruh kerja androgen juga tampak pada perubahan perilaku seksual menjadi lebih agresif. Perubahan suara pada ayam merupakan efek kerja androgen yaitu suara khas yang disebut berkokok. KESIMPULAN Pemberian ekstrak akar purwoceng pada anak ayam jantan mempunyai efek androgenik pada pemberian dengan konsentrasi 30% dengan pertambahan rata-rata ukuran jengger terbesar sebesar 0,385 cm dan pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 53,15 gram. Ekstrak akar purwoceng yang diberikan sampai dengan konsentrasi 40% tidak cukup memberikan efek anabolik yang berarti. Ekstrak purwoceng dapat digunakan sebagai obat afrodisiaka dengan efek androgenik yang lebih rendah dibanding testosteron standar. DAFTAR PUSTAKA BURKE, W.H Avian reproduction. In. SWENSON, M.J Ed. Duke s Physiology of Domestic Animals. Cornell University Press Ltd., London. pp CAROPEBOKA, A.M dan I. LUBIS Pemerikasaan pendahuluan kendungan kimia akar Pimpinella alpina (Purwoceng). Pros. Simposium Penelitian Tanaman Obat I. Bogor. hlm CAROPEBOKA, A.M, ISKANDAR dan P. PARIDJO Pengaruh Ekstrak Akar Pimpinella alpina Koord. Terhadap Reproduksi Hewan. Departemen Fitafarm. Fakultas Kedokteran Hewan, Bogor. DEWICK, P.M Medicinal natural products a biosynthetic approach. New York: John Wiley and Sons. DORFMAN, R.I Method in Hormone Research. Vol II. Academic Press, New York. pp GLICK, B The Thymus and Bursa of Fabricius: Endocrine Organs? In: Epple, Ed. Avian Endocrinology. Academic Press, New York. pp HARBORNE, J.B Tumbuhan Berguna Indonesia. Yayasan Sarana Wahana Jaya. Jakarta. HERNANI dan S. YULIANI Obat-obat afrodisiaka yang bersumber dari bahan alam. Dalam: ZUHUD, E.A.M. (Ed.). Pelestarian Pemanfaatan Tumbuhan Obat dari Hutan Tropis Indonesia. Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan., Fakultas Kehutanan IPB dan IWF. Bogor. hlm HEYNE, K Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Vol. 3. JOHNSON, L., THOMSON JR. D.L. and D.D. VARNER Role of Sertoli cell number and function on regulation of spermatogenesis. Animal Reprod. Sci. 105: KALTENBACH, C.C and T.G DUNN Endocrinology of Reproduction. In: Reproduction in Farm Animals. HAFEZ, E.S.E (Ed.). Lea & Febiger. Philadelphia. USA. LIU, H., C. ZHANG, X. TANG, W. ZENG, and Y. MI Stimulating effects of androgen on proliferation of cultured ovarian germ cells through androgenic and estrogenic actions in embryonic chickens. Domestic Animal Endrocrinol. 28: PINEDA, M.H Male Reproduction. In: Veterinary Endocrinology and Reproduction. MCDONALD, L.E. (Ed.) Lea & Febiger. Philadelphia. USA. pp

12 PRASTOWO, H Pengembangan Bahan Obat Tradisional. Duta Rimba. 5(29): 4 8. RIFAI, M. A Tumbuhan Obat Langka Indonesia. Flori Bunda 10(15). SIDIK, SASONGKO, E. KURNIA, dan URSULA Usaha isolasi turunan Kumarin dari akar Purwoceng (pimpinella alpina Molk.) asal dataran tinggi Dieng. hlm Dalam: Pros. Simposium Penelitian Tanaman Obat I. Bag. Farmakologi-Dept.Fisiologi dan Farmakologi, Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 8 9 Desember 1975 Bogor. SUZERY, M., B. CAHYONO, NGADIWIYANA, dan H. NURHASNAWATI Senyawa stigmasterol dari Pimpinella alpina Molk. (Purwoceng). Suplemen 39 (1): TANAKA, K Hormone Reseptor Interactions II: Steroid Hormones. In: Reproduction in Farm Animals. EPPLE, A. (Ed). Reproduction in Farm Animals. Academic Press, New York. pp TURNER, C.D and J.T BAGNARA Endokrinologi Umum. Terjemahan: HARSOJO. Airlangga University Press, Yogyakarta. WILMANA, P.F Androgen dan anti androgen. Dalam: Farmakologi dan Terapi. GAN, S., et al. Ed.. hlm Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. ZUHUD, E.A.M. dan HARYANTO Pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat di Indonesia. hlm Dalam: Pelestarian pemanfaatan tumbuhan obat dari hutan tropis Indonesia. ZUHUD, E.A.M. dan HARYANTO (Ed.). Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor dan IWF. Bogor. 755

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Bobot Tubuh Ikan Lele Hasil penimbangan rata-rata bobot tubuh ikan lele yang diberi perlakuan ekstrak purwoceng (Pimpinella alpina molk.) pada pakan sebanyak 0;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki fase kehidupan sejak lahir di dunia yang akan dilalui oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga sebelum kematiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan (rehabilitatif) serta peningkatan kesehatan (promotif). Berbagai cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia. Dalam rangka memenuhi kebutuhan sehat tersebut, masyarakat berusaha melakukan upaya kesehatan yang meliputi pencegahan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia dikenal sangat tinggi baik untuk flora

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman hayati di Indonesia dikenal sangat tinggi baik untuk flora BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati di Indonesia dikenal sangat tinggi baik untuk flora maupun fauna. Beragam jenis tumbuhan atau tanaman telah lama diketahui dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infertilitas didefinisikan sebagai kegagalan terjadinya pembuahan selama 12 bulan hubungan seksual yang aktif (Nieschlag et al, 2010). Infertilitas ditemukan pada 15%

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juni 2010 sampai dengan bulan Desember 2010 di kandang percobaan Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5 Rata- rata bobot ovarium dan uterus tikus putih BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol purwoceng terhadap tikus putih betina pada usia kebuntingan 1-13 hari terhadap rata-rata bobot ovarium dan bobot uterus tikus putih dapat dilihat

Lebih terperinci

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH KADARWATI D24102015 Skripsi ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Elizabeth, 2016; Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.

ABSTRAK. Elizabeth, 2016; Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL PURWOCENG (Pimpinella alpina) DAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA DAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS WISTAR JANTAN Elizabeth, 2016; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan seksual sangat memengaruhi kualitas hidup seseorang dalam kaitannya untuk memperoleh keturunan. Bila kehidupan seksual terganggu, kualitas hidup juga terganggu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan rumah tangga, hubungan seksual merupakan unsur penting yang dapat meningkatkan hubungan dan kualitas hidup. Pada laki-laki, fungsi seksual normal terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder IV, yang disebut Hypoactive Sexual Desire Disorder (HSDD) adalah (1) Berkurangnya fantasi seksual atau

Lebih terperinci

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS

PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS PENGARUH DOSIS EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DALAM AIR MINUM TERHADAP BERAT BADAN AYAM BURAS EFFECT OF EM-4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4) DOSAGE ADDED IN DRINKING WATER ON BODY WEIGHT OF LOCAL CHICKEN

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Diameter Tubulus Seminiferus Hasil pengukuran diameter tubulus seminiferus pada gonad ikan lele jantan setelah dipelihara selama 30 hari disajikan pada Gambar

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN JUDUL... ii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv

DAFTAR ISI. HALAMAN SAMPUL DEPAN... i. HALAMAN JUDUL... ii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii. HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... i HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iv HALAMAN PERNYATAAN... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... viii DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh Analisis terhadap kandungan kolesterol daging, hati dan telur dilakukan saat puyuh berumur 14 minggu, diperlihatkan pada Tabel 5 dan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL Dalam penelitian ini sampel diambil dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM untuk mendapatkan perawatan hewan percobaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk di Indonesia semakin meningkat, menyebabkan kebutuhan akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani berkualitas yang

Lebih terperinci

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang

6) Analisis Serapan N pada Anak Ayam 7) Analisis Kadar Lemak pada Bubuk Teripang Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan dimasukkan ke dalam labu penyuling dan diencerkan dengan 300 ml air. Selanjutnya ditambah beberapa butir batu didih dan larutan dijadikan basa dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super 31 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super Data nilai rataan bobot bagian edible Ayam Kampung Super yang diberi perlakuan tepung pasak bumi dicantumkan

Lebih terperinci

Rahayu Sri Pamungkas dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): , Juli 2013

Rahayu Sri Pamungkas dkk/jurnal Ilmiah Peternakan 1(2): , Juli 2013 KAJIAN BOBOT TETAS, BOBOT BADAN UMUR 4 DAN 8 MINGGU SERTA KORELASINYA PADA BERBAGAI ITIK LOKAL (Anas plathyrynchos ) DAN ITIK MANILA (Cairina moscata) JANTAN [STUDIES HATCHING WEIGHT, BODY WEIGHT AGE 4

Lebih terperinci

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher) The Effect of Continued Substitution of Tofu on Basal Feed (BR-2) on The

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon yang biasanya memiliki tinggi mencapai 10 m sampai 20 m. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil

Lebih terperinci

Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia

Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia Status Penelitian Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) di Indonesia Ireng Darwati 1 dan Ika Roostika 2 1 Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor 2 Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumberdaya

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Dari penelitian maskulinisasi ikan nila dengan perendaman dalam ekstrak purwoceng diperoleh data utama berupa data persentase ikan nila jantan, kelangsungan hidup, dan pertumbuhan.

Lebih terperinci

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN. PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN Wa Ode Rosmiati 1, Natsir Sandiah 2, dan Rahim Aka 2 1 Mahasiswa Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K)

Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Hj. Sri Utami, Dra., M.Kes., PA(K) ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL PURWOCENG (Pimpinella alpina) TERHADAP BERAT BADAN, PANJANG BADAN, DAN PANJANG KALSIFIKASI TULANG FEMUR JANIN TIKUS WISTAR Ayunda Prameswari, 2016, Pembimbing I : Heddy

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan

PENGANTAR. Latar Belakang. Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan PENGANTAR Latar Belakang Itik lokal di Indonesia merupakan plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan ditingkatkan produktivitasnya untuk meningkatkan pendapatan peternak. Produktivitas itik lokal sangat

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i

METODE PENELITIAN. : Nilai pengamatan perlakuan ke-i, ulangan ke-j : Rata-rata umum : Pengaruh perlakuan ke-i. τ i 13 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lab. KESDA provinsi DKI Jakarta (analisis kandungan senyawa aktif, Pimpinella alpina), Lab. Percobaan Babakan FPIK (pemeliharaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable

BAB I PENDAHULUAN. Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk. dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker merupakan salah satu penyakit yang termasuk dalam kelompok penyakit tidak menular (Non-communicable diseases atau NCD). NCD merupakan penyebab

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Zat Makanan Berdasarkan analisis statistik, konsumsi bahan kering nyata dipengaruhi oleh jenis ransum, tetapi tidak dipengaruhi oleh jenis domba dan interaksi antara kedua

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fungsi seksual merupakan hal serius bagi kebanyakan pria. Beberapa masalah fungsi seksual yang dialami pria, antara lain libido yang rendah, disfungsi ereksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia. mencapai 18 % dari total kanker (World Health BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan Kanker paru memiliki prevalensi tertinggi di dunia mencapai 18 % dari total kanker (World Health Organization, 2008). Pada tahun 2010, insiden kanker

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli Indonesia. Tumbuhan tersebut merupakan tumbuhan asli Indonesia yang hidup secara endemic di daerah

Lebih terperinci

... karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (al-insyirah : 5) dengan penuh rasa kasih. kupersembahkan kepada ibu, bapak

... karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (al-insyirah : 5) dengan penuh rasa kasih. kupersembahkan kepada ibu, bapak .... karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (al-insyirah : 5) dengan penuh rasa kasih kupersembahkan kepada ibu, bapak kakak-kakak dan adik-adik yang telah begitu tulus berdoa untukku

Lebih terperinci

Bab IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan Penelitian ini didesain sedemikian rupa sehingga diharapkan mampu merepresentasikan aktivitas hipoglikemik yang dimiliki buah tin (Ficus carica L.) melalui penurunan kadar glukosa

Lebih terperinci

PENGARUH EKSTRAK ETANOL HERBA PURWOCENG

PENGARUH EKSTRAK ETANOL HERBA PURWOCENG ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL HERBA PURWOCENG (Pimpinella alpina ) TERHADAP PERILAKU SEKSUAL MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN Cindy Caroline, 2011; Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes ; Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SELAMA MASA PREPUBERTALTERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Antonius Budi Santoso, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D.

HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD. Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. HUBUNGAN HIPOTALAMUS-HIPOFISE- GONAD Oleh: Ir. Diah Tri Widayati, MP, Ph.D Ir. Kustono, M.Sc., Ph.D. Mekanisme umpan balik pelepasan hormon reproduksi pada hewan betina Rangsangan luar Cahaya, stress,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk. KDS.) merupakan tanaman obat asli Indonesia yang keberadaannya telah langka dan berdasarkan tingkat

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR

ABSTRAK. EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR Theresia Vania S S, 2015, Pembimbing I : Lusiana Darsono, dr.,

Lebih terperinci

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU. Jurnal Agribisnis Peternakan, Vo.1, No.1, April 2005 Performans Ayam Broiler yang Diberi Berbagai Tingkat Protein Hewani Dalam Ransum (Performance of Broiler Applied by Various Levels of Animal Protein

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008. B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan

Lebih terperinci

HORMON REPRODUKSI JANTAN

HORMON REPRODUKSI JANTAN HORMON REPRODUKSI JANTAN TIU : 1 Memahami hormon reproduksi ternak jantan TIK : 1 Mengenal beberapa hormon yang terlibat langsung dalam proses reproduksi, mekanisme umpan baliknya dan efek kerjanya dalam

Lebih terperinci

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si ABSTRAK PEMBERIAN VITAMIN C, E, SERTA KOMBINASINYA MENINGKATKAN DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS MENCIT (Mus musculus) GALUR Swiss Webster YANG DIBERI PAJANAN Allethrin Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa

Lebih terperinci

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower. Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 77-81 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower Dede Risnajati Jurusan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Nutrisi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan. Pemeliharaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA

ABSTRAK. EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA ABSTRAK EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA Muhammad Ahmad Syammakh, 2011, Pembimbing I : Rosnaeni, Dra.,Apt. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS

ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS ABSTRAK EFEK DOSIS EKSTRAK ETANOL KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L.) TERHADAP JUMLAH SEL SERTOLI DAN LEYDIG TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR Penyusun NRP Pembimbing I Pembimbing II : Alvian Andriyanto

Lebih terperinci

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD Pinky R. P 1), E. Sudjarwo 2), and Achmanu 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, University of Brawijaya

Lebih terperinci

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes

ABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes ABSTRAK PENGARUH BUBUR KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Maria Vita Widiyaningsih (2017):

Lebih terperinci

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley

EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley EFEK EKSTRAK ETANOL 70% HERBA KEMANGI (Ocimum americanum L.) SEBAGAI PENURUN KADAR ASAM URAT PADA TIKUS JANTAN Galur Sprague Dawley Yesi Restina 1, E. Mulyati Effendi 2 dan Ike Yulia W. 3 1,2&3 Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR

EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR EFEKTIVITAS PEMBERIAN TEPUNG KENCUR (Kaempferia galanga Linn) PADA RANSUM AYAM BROILER RENDAH ENERGI DAN PROTEIN TERHADAP PERFORMAN AYAM BROILER, KADAR KOLESTROL, PERSENTASE HATI DAN BURSA FABRISIUS SKRIPSI

Lebih terperinci

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI

PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI PENGARUH JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN UKURAN BAHAN STEK TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN NAGA SKRIPSI Oleh: RISNINTA FAURURI NIM. 031510101082 JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia 17 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia Metode ekstraksi yang digunakan adalah maserasi dengan pelarut etil asetat. Etil asetat merupakan pelarut semi polar yang volatil (mudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai Endocrine Disrupts Chemical (EDC) atau dalam bahasa awamnya disebut

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan sebagai Endocrine Disrupts Chemical (EDC) atau dalam bahasa awamnya disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini, perhatian tentang pengaruh senyawa lingkungan atau bahan polutan kimia terhadap kesehatan semakin meningkat. Senyawa tersebut bisa dikatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Alkohol jika dikonsumsi mempunyai efek toksik pada tubuh baik secara langsung maupun tidak langsung (Panjaitan, 2003). Penelitian yang dilakukan (Foa et al., 2006)

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR Oleh : Nilawati Widjaya Dosen Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Bandung Raya ABSTRACT This study

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislipidemia adalah sebuah gangguan metabolisme lipoprotein yang ditunjunkkan dengan adanya peningkatan kolesterol total, low-density lipoprotein (LDL) kolesterol,

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik

PEMBAHASAN. Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Borax Terhadap Performa Fisik Bobot Badan Tikus Ekstrak rumput kebar yang diberikan pada tikus dapat meningkatkan bobot badan. Pertambahan bobot badan tikus normal yang diberi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Persentase Ikan Jantan Salah satu faktor yang dapat digunakan dalam mengukur keberhasilan proses maskulinisasi ikan nila yaitu persentase ikan jantan. Persentase jantan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimental laboratorium, dengan rancangan percobaan post-test only control group design. Pengambilan hewan uji sebagai sampel

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila ( Oreochromis niloticus

TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila ( Oreochromis niloticus 5 TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila berasal dari benua Afrika dan telah masuk untuk dibuidayakan ke negara-negara sub-tropis dan tropis sejak tahun 1960-an (Phillay dan Kutty,

Lebih terperinci

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH

PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PERFORMA AYAM BROILER YANG DIBERI RANSUM BERBASIS JAGUNG DAN BUNGKIL KEDELAI DENGAN SUPLEMENTASI DL-METIONIN SKRIPSI HANI AH PROGRAM STUDI ILMU NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pemeriksaan Tumbuhan 5.1.1. Determinasi Tumbuhan Determinasi tumbuhan dilakukan untuk mengetahui kebenaran identitas dari tumbuhan biji bunga matahari (Helianthus annusl.).

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta

Lebih terperinci

PERFORMANS ORGAN REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG PROTEIN SEL TUNGGAL SKRIPSI RESI PRAMONO

PERFORMANS ORGAN REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG PROTEIN SEL TUNGGAL SKRIPSI RESI PRAMONO PERFORMANS ORGAN REPRODUKSI MENCIT (Mus musculus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG PROTEIN SEL TUNGGAL SKRIPSI RESI PRAMONO PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN

HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN HASIL PENELITIAN UJI EFIKASI OBAT HERBAL UNTUK MENINGKATKAN KADAR HEMOGLOBIN, JUMLAH TROMBOSIT DAN ERITROSIT DALAM HEWAN UJI TIKUS PUTIH JANTAN PUSAT STUDI OBAT BAHAN ALAM DEPARTEMEN FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar. Tabel 4. Rataan Kandungan Protein Kasar pada tiap Perlakuan 29 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kandungan Protein Kasar Rataan kandungan protein kasar asal daun singkong pada suhu pelarutan yang berbeda disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Rataan

Lebih terperinci

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Effectiveness of Various Probiotics Product on the Growth and Production of Quail (Coturnix

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem

BAB I PENDAHULUAN. kadar hormon seseorang. Aging proses pada pria disebabkan oleh menurunnya sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Siklus kehidupan khususnya manusia pasti akan mengalami penuaan baik pada wanita maupun pria. Semakin bertambahnya usia, berbanding terbalik dengan kadar hormon seseorang.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil determinasi tumbuhan dilampirkan pada Lampiran 1) yang diperoleh dari perkebunan

Lebih terperinci

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina

Siklus kelamin poliestrus (birahi) g jantan dan betina Lama bunting Kawin sesudah beranak Umur sapih Umur dewasa kelamin Umur dikawinkan Siklus kelamin poliestrus (birahi) Lama estrus Saat perkawinan Berat lahir Berat dewasa Jumlah anak perkelahiran Kecepatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Dilanny Puspita Sari, 2014; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra. Apt, M.S, AFK Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr. M.

ABSTRAK. Dilanny Puspita Sari, 2014; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra. Apt, M.S, AFK Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr. M. ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn.) TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT GALUR Swiss-Webster YANG DIPAJANKAN RADIASI ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER Dilanny Puspita

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008. B. BAHAN DAN ALAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kardiovaskular akibat aterosklerosis dan trombosis merupakan penyebab utama kematian di dunia. Aterosklerosis dapat menyebabkan penyakit jantung koroner. Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di Negara berkembang khususnya Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat secara tajam. Beberapa usaha telah di lakukan untuk menekan

Lebih terperinci

RINGKASAN. (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang. Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus).

RINGKASAN. (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang. Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). RINGKASAN Dodik Prasetyo. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Pegagan (Centella asiatica [L.] Urban) Terhadap Jumlah Sel Cerebrum Yang Mengalami Apoptosis Pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Di bawah bimbingan

Lebih terperinci

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna

Pengetahuan tentang overweight dan obesitas, baik yang menyangkut penyebab, maupun akibatnya perlu diketahui orang banyak khususnya bagi remaja, guna BAB 1 PENDAHULUAN Kesehatan sangat penting bagi manusia dan harus dijaga. Apabila kesehatannya tidak diperhatikan, maka menimbulkan masalah yang merugikan. Salah satu masalah kesehatan yang sering dialami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Jantung Koroner (PJK) sampai saat ini masih menjadi suatu masalah, baik di negara maju maupun negara berkembang dan merupakan penyebab kematian nomor satu

Lebih terperinci

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang

badan berlebih (overweight dan obesitas) beserta komplikasinya. Selain itu, pengetahuan tentang pola makan juga harus mendapatkan perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN Masalah kegemukan (obesitas) dan penurunan berat badan sangat menarik untuk diteliti. Apalagi obesitas merupakan masalah yang serius bagi para pria dan wanita, oleh karena tidak hanya

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN MANGGIS

PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN MANGGIS PENGARUH PEMBERIAN INFUS DAUN MANGGIS (Garcinia mangostana L) TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH MENCIT JANTAN Oleh : Mohamad Adam Mustapa, S.Si.,M.Sc Nip : 197704222006041003 Abstrak Telah dilakukan penelitian

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA KELINCI

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA KELINCI UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL PARE (Momordica charantia L.) SEBAGAI PENUMBUH RAMBUT PADA KELINCI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Farmasi (A.Md) Oleh

Lebih terperinci

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF

PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF PENGARUH PERBEDAAN KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PERTUMBUHAN KELINCI LEPAS SAPIH PERANAKAN NEW ZEALAND WHITE SKRIPSI BADRI YUSUF PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kinerja Induk Parameter yang diukur untuk melihat pengaruh pemberian fitoestrogen ekstrak tempe terhadap kinerja induk adalah lama kebuntingan, dan tingkat produksi anak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus communis (sukun) yang diperoleh dari Garut, Jawa Barat serta

Lebih terperinci

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC

Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Sains Peternakan Vol. 9 (2), September 2011: 72-76 ISSN 1693-8828 Pengaruh Pemberian Susu Skim dengan Pengencer Tris Kuning Telur terhadap Daya Tahan Hidup Spermatozoa Sapi pada Suhu Penyimpanan 5ºC Nilawati

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Luka sering terjadi pada mukosa mulut dapat disebabkan oleh trauma maupun infeksi. Proses penyembuhan luka terbagi menjadi empat fase, yaitu fase hemostasis, inflamasi, proliferasi dan remodeling.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beberapa negara berkembang seperti Indonesia memiliki kepadatan penduduk yang cukup besar sehingga aktivitas maupun pola hidup menjadi sangat beraneka ragam. Salah satu

Lebih terperinci

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN

PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN PENGARUH LINGKAR SCROTUM DAN VOLUME TESTIS TERHADAP VOLUME SEMEN DAN KONSENTRASI SPERMA PEJANTAN SIMMENTAL, LIMOUSINE DAN BRAHMAN (The Effects of Scrotal Diameter and Testical Volume in Semen Volume and

Lebih terperinci