BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2. LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI dan KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori Manajemen Menurut James A.F. Stoner manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Griffin (2004, p7), manajemen adalah suatu rangkaian aktivitas (termasuk perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian) yang diarahkan pada sumber-sumber daya organisasi (manusia, finansial, fisik, dan informasi) dengan maksud untuk mencapai tujuan organiasasi secara efektif dan efisien. Efisien berarti menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya, sehingga produk atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun dengan biaya yang relatif rendah, sedangkan efektif berarti membuat keputusan yang tepat dan mengimplementasikannya dengan sukses. Jadi perusahaan yang menghasilkan produk yang tidak diinginkan oleh konsumen adalah perusahaan yang tidak efektif, jadi secara umum organisasi yang berhasil adalah yang efisien dan efektif Proses Manajemen Proses manajemen melibatkan 4 aktivitas dasar, yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan, pengorganiasisan, kepemimpinan, dan pengendalian. Walau terdapat logika mendasar untuk mendeskripsikan keempat aktivitas tersebut secara berurutan seperti yang ditunjukkan oleh garis panah tebal pada 6

2 7 gambar 2.2, kebanyakan dari manajer terlibat dalam lebih dari satu aktivitas pada waktu yang bersamaan dan sering kali berganti aktivitas secara tidak terduga seperti yang ditunjukkan oleh garis panah yang terputus-putus pada gambar 2.2. Gambar 2.1 Proses Manajemen Sumber : Griffin, 2004 p9 Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai 4 aktivitas dasar dari proses manajemen : 1. Perencanaan dan pengambilan keputusan : menentukan arah tindakan Perencanaan (planning) berarti menetapkan tujuan organisasi dan bagaimana cara terbaik untuk mencapainya. Pengambilan keputusan (decision making), yang merupakan bagian dari proses perencanaan adalah pemilihan suatu tindakan dari serangkaian alternatif. Perencanaan dan pengambilan keputusan membantu mempertahankan efektivitas manajerial karena menjadi petunjuk untuk aktivitas di masa depan. Artinya, tujuan dan rencana organisasi dengan

3 8 jelas membantu manajer untuk mengetahui bagaimana mengalokasikan waktu dan sumber daya mereka. 2. Pengorganisasian : mengkoordinasikan aktivitas dan sumber daya Fungsi manajemen berikutnya adalah mengorganisasikan orang-orang dan sumber daya lainnya yang diperlukan untuk melaksanakan rencana. Secara khusus, pengorganisasian mencakup penetuan bagaimana cara mengelompokkan berbagai aktivitas dan sumber daya. 3. Kepemimpinan : memotivasi dan mengelola orang Fungsi manajerial yang ketiga adalah kepemimpinan. Beberapa orang menganggap kepemimpinan sebagai aktivitas yang paling penting dan paling menatang dari semua aktivitas manajerial. Kepemimpinan (leading) adalah serangkaian proses yang dilakukan agar anggota dari suatu organisasi bekerja bersama demi kepentingan organisasi tersebut. 4. Pengendalian : memonitor dan mengevaluasi aktivitas Tahap terakhir dari proses manajemen adalah pengendalian (controlling), atau pemantauan kemauan organisasi dalam mencapai tujuanya. Ketika organisasi bergerak menuju tujuannya, manajer harus memonitor kemajuan untuk memastikan bahwa organisasi tersebut berkinerja sedemikian rupa sehingga akan mencapai tujuannya pada waktu yang telah ditentukan. Pengendalian membantu memastikan efektivitas dan efisiensi yang diperlukan demi keberhasilan manajemen. Implikasinya bagi manajer adalah manajer harus sepenuhya memahami setiap fungsi dasar tersebut, manajer yang efektif terlatih dalam melaksanaakan setiap fungsi dan harus mampu bergerak maju mundur di antara berbagai fungsi sesuai dengan keadaan, dan harus sering melaksanakan beberapa fungsi dan aktivitas secara bersamaan. Manajer tidak boleh hanya efektif dalam salah satu

4 9 fungsi atau hanya melaksanakan sebagian fungsi karena semuanya penting. (Griffin, 2004, p11-12) Tiga Fungsi Organisasi Dalam proses membuat barang dan jasa, semua organisasi pasti melakukan tiga fungsi. Fungsi-fungsi ini sangat penting dan tidiak hanya untuk proses produksi, tetapi juga untuk kelangsungan hidup organisasi (Render,2006 p5). Tiga fungsi tersebut adalah : 1. Pemasaran, fungsi ini berperan dalam mengadakan permintaan dari konsumen, atau setidaknya mendapatkan pesanan untuk membuat barang atau jasa, jika fungsi ini tidak berjalan maka tidak akan terjadi penjualan. 2. Produksi/operasi, fungsi ini merupakan proses yang menghasilkan produk atau jasa. 3. Keuangan/akuntansi, dalam fungsi ini kegiatan yang dilakukan adalah seperti memantau apakah perusahaan berjalan dengan baik, membayar tagihantagihannya, dan mampu mengumpulkan uang Manajemen Operasi Manajemen operasi penting untuk dipelajari, karena alasan-alasan berikut. Alasan yang pertama adalah karena manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama bagi setiap organisasi, selalu ada fungsi operasi dalam semua bidang usaha dan memiliki hubungan yang erat dengan fungsi-fungsi bisnis lainnya, misalnya bagian pemasaran menyediakan informasi mengenai keinginan konsumen, bagian keuangan menyediakan informasi tentang budget perusahaan, dan manajemen operasi harus mengkomunikasikan kebutuhaan dan kemampuannya kepada fungsi bisnis lainnya.

5 10 Semua organisasi pasti akan melakukan kegiatan menjual dan memproduksi, sehingga penting untuk mengetahui bagaimana proses mengorganisasikan sumberdaya perusahan agar menjadi produktif. Alasan yang kedua adalah, agar mengetahui bagaimana proses pembuatan produk atau jasa. Yang ketiga, adalah karena manajemen operasi merupakan bagian yang menghabiskan persentase pendapatan yang besar. Manajemen operasi mampu memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan dan memperbagiki layanan kepada masayarakat. Manajemen operasi bertanggungjawab atas keputusan strategi dan taktikal dan keputusan ini secara langsung berdampak ke fungsi bisnis lain, dan perlu hati-hati dalam menghubungkannya, yaitu harus sesuai dengan arah strategik perusahaan. Seorang manajer operasi menerapkan proses manajemen yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pengaturan karyawan, pengarahan, dan pengendalian ke dalam pengambilan keputusan pada fungsi manajemen operasi. Terdapat sepuluh keputusan penting dalam manajemen operasi yang masing-masing membutuhkan proses manajemen yang baik. Berikut adalah keseputuh keputusan penting dalam manajemen operasi : Desain produk dan jasa Manajemen mutu Desain proses dan kapasitas Strategi lokasi Strategi tata letak Sumberdaya manusia dan sistem kerja Manajemen rantai pasokan Persediaan, perencanaan kebutuhan bahan Penjadwalan jangka pendek dan menengah Pemeliharaan

6 11 Manajemen operasi terus berkembang dengan adalanya sumbangan dari ilmuilmu lain, termasuk teknik industri dan management science. Ilmu ini, sering dengan statistik, juga manajemen dan ilmu ekonomi telah berkontribusi pada peningkatan produktifitas. Begitu pula dalam ilmu-ilmu pasti seperti biologi, kimia, fisika, juga memberikan kontribusi terhadap kemajuan manajemen operasi. Kontribusi terpenting bagi manajemen operasi adalah berasal dari ilmu informatika, yang diartikan sebagai proses sistematis yang dilakukan pada data untuk mendapatkan informasi. Ilmu informatika, internet, e-commerce memberikan sumbangsih dalam peningkatan produktivitas dan menyajikan barang atau jasa yang lebih bervariasi pada masyarakat Definisi Manajemen Operasi Menurut Reid (2007, p2) manajemen operasi adalah fungsi bisnis yang bertanggung jawab atas perencanaan, pengorganisasian, dan pengontrolan sumberdaya yang dibutuhkan untuk memproduksi barang dan jasa. Dan juga merupakan sebuah fungsi manajemen yang mana di dalamnya termasuk mengatur sumberdaya manusia, peralatan, teknologi, informasi, dan sumberdaya lainnya. Manajemen operasi merupakan fungsi pusat untuk setiap perusahaan, baik perusahaan besar atau kecil, perusahaan profit atau non-profit, perusahaan barang ataupun jasa, karena itu setiap perusahaan memiliki sebuah fungsi manajemen operasi, tanpa operasi maka tidak ada barang atau jasa yang dihasilkan. Sedangkan pendapat dari Heizer dan Render (2006, p6) manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan menghasilkan barang dan jasa terjadi di semua jenis organisasi baik manufaktur maupun organisasi yang menghasilkan produk non-fisik. Dalam perusahaan manufaktur, dapat terlihat jelas aktifitas proses produksi dalam menghasilkan

7 12 barang. Namun dalam organisasi yang tidak memproduksi barang secara fisik, fungsi produksi tidak terlihat dengan jelas, contohnya adalah proses yang terjadi di bank, rumah sakit, penerbangan dan organisasi jasa lainnya. Terlepas dari produk akhir berupa barang atau jasa, aktifitas produksi yang berlangsung dalam organisasi disebut sebagai operasi atau manajemen operasi. Jika menurut Prasetya dan Lukiastusi, (2009) manajemen operasi adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi output. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa berlangsung di semua organisasi, baik perusahaan manufaktur mapun jasa. Menurut Fogarty (1989) manajemen operasi adalah suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka menjacapi tujuan. Unsur-unsur pokok yang terkandung dalam definisi tersebut, yaitu : 1. Kontinu, berarti manajemen produksi dan operasi bukan suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Keputusan manajemen bukan merupakan tindakan sesaat, melainkan tindakan yang berkelanjutan (kontinu). 2. Efektif, berarti segala pekerjaan harus dilakukan secara tepat dan sebaikbaiknya, serta mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan. 3. Fungsi manajemen, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi memerlukan pengetahuan yang luas, mencakup planning, organizing, actuating dan controlling. Dalam pelaksanaannya, berbagai sumber daya diintegrasikan untuk menghasilkan barang dan jasa 4. Efisien, berarti manajer produksi dan operasi dituntuk untuk mempunyai kemampuan kerja secara efisien agar dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya dan memperkecil limbah.

8 13 5. Tujuan, berarti kegiatan manajemen produksi dan operasi harus mempunyai tujuan untuk menghasilkan suatu produk sesuai yang direncanakan. Sedangkan menurut Schroeder (2003) memberikan penekanan terhadap definisi kegitatan produksi dan operasi pada 3 hal, yaitu : 1. Pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa 2. Adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa. 3. Adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen operasi. Secara umum, kegiatan operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungn dengan penciptaan, atau pembuatan barang, jasa atau kombinasinya melalui proses transformasi dari masukan sumber daya produk menjadi keluaran yang diinginkan. Umpan balik dari konsumen dan informasi mengenai performa produk dan jasa tersebut digunakan untuk melakukan penyesuaian yang berkelanjutan terhadap input, proses transformasi dan output, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Proses Transformasi Input Menjadi Output Sumber : Reid (2007, p3)

9 Kegiatan Operasi dalam Sektor Jasa Organisasi dapat dibedakan menjadi dua kategori besar yaitu organisasi manufaktur dan jasa, masing-masing memiliki tantangan unik pada fungsi operasinya. Terdapat dua perbedaan utama antara kategori ini. Pertama, organisasi manufaktur memproduksi barang berwujud yang dapat disimpan sebelum dibutuhkan. Sedangkan, organisasi jasa tidak dapat memproduksi sebelum dibutuhkan, karena sifat jasa adalah tidak dapat disimpan. Kedua, dalam organisai manufaktur kebanyakan konsumen tidak memiliki kontak langsung dengan kegiatan operasi, kontak konsumen terjadi lewat distributor dan pedagang eceran, sedangkan pada organisasi jasa konsumen harus ada ketika jasa tesebut diproduksi. Namun banyak produk terbentuk dari kombinasi antara barang dan jasa. Organisasi manufaktur juga menyediakan jasa sebagai bagian dari penawaran mereka terhadap konsumen, atau juga mengkonsumsi jasa ketika proses distribusi barang. Begitu pula pada organisasi jasa, misalnya seperti jasa salon yang juga menjual produk-produk perawatan rambut untuk melengkapi pelayanan terhadap konsumen. Hal ini membuat definisi jasa menjadi lebih kompleks. Perbedaan antara barang dan jasa ditunjukan pada gambar 2.3, yang mana berfokus pada dimensi wujud produk dan tingkat atas kontak dengan konsumen.

10 15 Gambar 2.3 Karakteristik Organisasi Manufaktur dan Jasa Sumber : Reid (2007, p6) Terkadang dalam organisasi jasa murni sekalipun memiliki tingkat kontak dengan konsumen yang rendah pada proses operasinya. Ini bisa dikatakan sebagai back room atau behind the scene. Untuk perusahaan seperti ini, sangat sulit untuk menyatakan apakah organisasi tersebut tergolong jasa atau manufaktur, sehingga untuk perusahaan yang memiliki kontak dengan konsumen yang rendah, capital intensive sekaligus menyediakan jasa seperti kantor pos, bisnis pemesanan katalog lewat surat dinamakan sebagai quasi-manufacturing organization Perencanaan Kapasitas Menurut Chase dan Jacobs (2005, p430) pengertian dari kapasitas adalah kemampuan untuk menampung, menerima, menyimpan atau mengakomodasi. Dalam pandangan bisnis secara umum, kapasitas sering dilihat sebagai jumlah output yang dapat dicapai sebuah sistem selama periode waktu tertentu. Dalam industri jasa, kapasitas dapat diartikan sebagai jumlah konsumen yang dapat ditangani selama jam

11 16 kerja, dan dalam industri manufaktur, kapasitas diartikan sebagai jumlah yang dapat diproduksi oleh mesin dalam suatu ukuran waktu. Menurut Buffa (1999, p121) definisi atas kapasitas tidak ada yang pasti, karena kapasitas harus dihubungkan dengan sejauh mana suatu peralatan digunakan, karena dapat dikatakan sebuah kapasitas suatu kegiatan operasi dapat berubah karena adanya pengubahan batas kapasitas dengan melakukan lembur atau subkontrak. Jadi, di sini ditekankan bahwa dengan mengubah kebijakan mengenai pemanfaatan peralatan dan fasilitas dapat pula mengubah kapasitas tanpa menambah jumlah peralatan, sumber kapasitas seperti ini dapat memberikan manajer keluwesan dalam menyusun perencanaan kapasitas. Strategi untuk perencanaan kapasitas dipisahkan berdasarkan tiga dimensi waktu, seperti yang terlihat pada gambar berikut : Gambar 2.4 Dimensi Waktu Strategi Perencanaan Kapasitas Sumber: Brown 2001, p184 Berikut adalah penjelasan mengenai perencanaan kapasitas secara umum yang dipandang dalam 3 horizon waktu menurut Render, yaitu : - Jangka panjang (long-term), untuk perencanaan lebih dari 1 tahun. Dimana sumber daya produktif (seperti gedung, peralatan atau fasilitas) membutuhkan waktu yang lama untuk diperoleh atau dibuang,

12 17 perencanaan kapasitas jangka panjang membutuhkan partisipasi dari manajemen puncak, karena keputusan yang diambil berkenaan dengan fungsi penambahan fasilitas dan peralatan yang memiliki lead time panjang. - Jangka menengah (medium-term), perencanaan bulanan atau kwartalan untuk 3 hingga 18 bulan ke depan. Di sini, kapasitas dapat divariasikan dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, yaitu dengan menggunakan alternatif seperti penambahan jumlah karyawan atau jumlah shift, atau dapat dilakukan subkontrak dan dapat juga menggunakan persediaan. Hal ini merupakan tugas dari perencanaan agregat, seperti yang terlihat pada gambar Jangka pendek (short-term), perencanaan kurang dari 1 bulan. Ini terikat dengan proses penjadwalan tugas dan karyawan secara harian atau mingguan atau pengalokasian mesin, dan membutuhkan penyesuaian untuk mengeliminasi perbedaan antara output aktual dengan yang direncanakan. Gambar 2.5 Jenis Perencanaan Menurut Horizon Waktu Sumber: Render (2004, p373)

13 Tujuan Perencanaan Kapasitas Keputusan yang diambil oleh seorang manajemen operasi dalam merencanakan kapastis akan memberikan beberapa pengaruh yang berbeda terhadap performa. Menurut Pycraft (2000, p379) pengaruh-pengaruh tersebut antara lain adalah biaya, pendapatan, modal kerja, kualitas dan kecepatan dalam merespon kebutuhan konsumen, penjelasan akan masing-masing aspek adalah sebagai berikut : - Aspek biaya dipengaruhi oleh keseimbangan antara kapasitas dan permintaan (atau tingkat output). Tingkat kapasitas yang melebihi permintaan berarti terjadi under-utilization atas kapasitas, atau tingkat utilitas kapasitasnya rendah, dan hal tersebut akan menghasilkan biaya per unit yang tinggi - pendapatan juga terkena pengaruh atas keseimbangan kapasitas dengan permintaan, tapi berkebalikan dari aspek biaya yang telah disebutkan sebelumnya. Jika tingkat kapasitas sama atau lebih tinggi dari permintaan maka dapat diyakini bahwa semua permitaan terpenuhi dan tidak ada pendapatan yang hilang - Modal kerja akan dipengaruhi bila ada sebuah keputusan operasi untuk membangun sebuah persediaan atas barang jadi. Hal ini berarti permintaan akan terpenuhi tetapi perusahaan harus mengeluarkan biaya persediaan sampai produk jadi tersebut terjual - Kualitas atas produk atau jasa juga akan dipengaruhi oleh keputusan perencanaan kapasitas. Terutama pada perencanaan kapasitas yang melibatkan perubahan besar pada tingkat kapasitas, seperti contohnya adalah perekrutan tenaga kerja baru untuk sementara waktu, staf atau tenaga kerja yang baru dapat meningkatkan tingkat kesalahan dalam proses operasi.

14 19 - Kecepatan merespon kebutuhan konsumen juga terkena dampaknya. Seperti melaksanakan kebijakan persediaan akan menghasilkan kepuasan bagi konsumen, karena konsumen dapat dengan cepat menikmati produk yang berasal dari persediaan, tanpa harus menunggu produksi barang tersebut Dari penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan perencanaan kapasitas harus mempertimbangkan pengaruhnya pada keempat aspek tersebut Perencanaan Kapasitas Jasa Mengukur kapasitas pada perusahaan jasa jauh lebih sulit dari pada perusahaan manufaktur, kualitas atas jasa juga sulit diukur karena nilainya sangat tergantung pada persepsi konsumen. Menurut Greasley (2008, p67) terdapat 3 strategi utama dalam perencanaan kapasitas yaitu : - level capacity - chase capacity - demand management Kedua strategi utama yaitu level capacity dan chase capacity adalah menekankan pada penyesuaian kapasitas terhadap permintaan, jadi variabel yang diubah-ubah adalah kapasitas, sedangkan pada strategi demand management variabel yang diubah adalah permintaan, jadi perusahaan melakukan penyesuaian permintaan terhadap kapasitas yang dimiliki salah satu caranya adalah dengan menerapkan marketing mix. Greasley (2008, p68) berpendapat bahwa pada industri jasa tidak memungkinkan untuk melakukan strategi level capacity, karena pada strategi tersebut kapasitas dibuat tetap, tidak berubah dan penambahan kapasitasnya dilakukan dengan melakukan kebijakan penumpukan persediaan. Pendapat tersebut juga didukung oleh Chase (2006, p441) yang menyatakan bahwa

15 20 kapasitas jasa cenderung dipengaruhi oleh waktu, lokasi dan permintaan yang berubah-ubah. Tidak seperti barang, jasa tidak dapat disimpan untuk digunakan kemudian. Kapasitas harus tersedia ketika jasa ingin diproduksi. Selain itu, lokasi kapasitas jasa harus dekat dengan konsumen. Pada manufaktur, setelah proses produksi dilakukan, barang baru didistribusikan ke konsumen, sedangkan jasa, harus didistribusikan dahulu baru dapat diproduksi. Jadi artinya proses produksi jasa dan konsumsinya dilakukan secara bersamaan, maka dari itu jasa harus berada ketika konsumen membutuhkan. Karena alasan itulah, maka Brown (2001, p189) menyatakan bahwa secara umum strategi kapasitas dibagi menjadi 2 bagian yaitu dilihat dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran, seperti yang terlihat pada gambar berikut : Gamber 2.6 Strategi Kapasitas Jasa Sumber: Brown 2001, p189

16 21 Dalam strategi sisi permintaan perusahaan berusaha untuk mengubahubah tingkat permintaan untuk disesuaikan dengan kapasitas yang dimiliki agar tidak terjadi kelebihan permintaan atas kapasitas. Pilihan strateginya antar lain: dengan menawarkan jasa pelengkap, dengan melakukan sistem pemesanan (reservations), promosi, potongan harga, dan yield management. Sedangkan pada sisi pernawaran, strategi yang biasa digunakan adalah : - sharing capacity, yaitu berbagi sumber daya yang sulit diperoleh antar operasi yang berbeda, seperti berbagi kursi pada sebuah kantin. - Meningkatkan partisipasi konsumen, yaitu dengan mendorong konsumen untuk menjadi bagian dari sebuah layanan jasa, seperti sistem selfservice pada meja salad di sebuah restoran. Dan konsumen pun merasakan manfaat dari proses tersebut, karena lebih kostumisasi dan layanan yang lebih cepat. - Cross-trainning employees, dengan melakukan pelatihan bagi karyawan untuk beberapa operasi yang berbeda agar mereka dapat ditempatkan dimana saja sesuai dengan permintaan yang berubah-ubah. - Menggunakan pekerja part-time untuk memenuhi permintaan ketika periode puncak. - Membuat kapasitas yang dapat disesuaikan, memvariasikan kapasitas untuk jasa yang berbeda atau segmen konsumen yang berbeda, seperti mengubah alokasi kursi untuk kelas bisnis dan kelas ekonomi pada pesawat terbang Perencanaan Agregat Perencanaan agregat dibutuhkan oleh para manajer operasional untuk menentukan jalan terbaik untuk meningkatkan kapasitas dan memenuhi permintaan yang diperoleh dari peramalan dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga

17 22 kerja, tingkat persediaan, perkerjaan lembur, tingkat subkontrak dan variabel lain yang dapat dikendalikan dengan tujuan untuk meminimalkan total biaya produksi (Render 2004, p114). Jadi konsep dari perencanaan agregat menurut Brown (2000, p171) adalah untuk memilih strategi yang dapat menyerap fluktuasi permintaan secara ekonomis. Menurut Render (2004, p114) input dari perencanaan agregat terdiri dari 4 hal utama, yaitu sumber daya, peramalan permintaan, kebijakan perusahaan, dan biaya. Berikut akan dijelaskan masing-masing dari 4 hal tersebut. Sumber daya. Terdiri dari sumber daya manusia dan fasilitas yang dimiliki perusahaan. Peramalan permintaan yang diperoleh dari data historis permintaan masa lalu, yang digunakan untuk memprediksi jumlah permintaan di masa depan. Kebijakan perusahaan, di dalamnya misalnya adalah subkontrak dengan perusahaan lain. Kebijakan mengenai tingkat persediaan, pemesanan kembali dan melakukan lembur. Biaya. Yang termasuk dalam biaya adalah penyimpanan persediaan, biaya pemesanan, biaya yang muncul bila melakukan subkontrak, dan biaya lembur serta biaya bila terdapat perubahan persediaan. Sedangkan output atau hasil yang diinginkan dari perencanaan agregat adalah : Meminimalkan besarnya biaya total yang harus dikeluarkan atas perencanaan yang dibuat Proyeksi atas tingkat persediaan. Dan termasuk didalamnya adalah : persediaan, output, pekerja, subkontrak, pemesanan kembali. Memaksimalkan tingkat pelayanan konsumen Meminimalisir perubahan pada tingkat angkatan kerja dan tingkat produksi Memaksimalkan penggunaan atas unit-unit produksi dan perlengkapan produksi

18 Definisi Perencanaan Agregat Berikut adalah pengertian perencanaan agregat menurut beberapa ahli, yaitu : Berdasarkan Nasution (2006, p66) perencanaan agregat merupakan suatu perencanaan produksi untuk menentukan berapa unit volume produk yang harus diproduksi setiap periode bulanannya dengan menggunakan kapasitas maksimum yang tersedia. Kata agregat menyatakan perencanaan dibuat pada tingkat kasar untuk memenuhi total semua produk yang dihasilkan, bukan per individu produk. Sebagai contoh untuk pabrik cat, perencanaan agregat dinyatakan dalam berapa liter cat yang akan diproduksi meskipun permintaan terdiri dari warna, kualitas dan ukuran kaleng yang berbeda. Bedasarkan Schroeder (2003, p243) perencanaan agregat berkenaan dengan penyesuaian tingkat penawaran dan tingkat permintaan atas output selama jangka waktu mengengah yaitu sampai dengan 12 bulan ke depan. Kata agregat mengimplikasikan bahwa perencanaan dilakukan dengan satu ukuran menyeluruh atas output. Tujuan dari perencanaan agregat adalah untuk membuat tingkat output secara keseluruhan untuk kebutuhan permintaan di masa depan yang berfluktuasi. Perencanaan agregat dihubungkan dengan keputusan bisnis lainnya seperti keuangan, pemasaran, dan manajemen SDM. Menurut Render (2004, p114) perencanaan agregat atau penjadwalan agregat adalah sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah (3 hingga 18 bulan ke depan) Bedasarkan pengertian dari perencanaan agregat adalah aktivitas operasional yang memiliki rencana agregat untuk proses produksi, untuk waktu 3 sampai 18 bulan ke depan, dan untuk memunculkan ide terhadap manajemen seperti berapa kuantitas sumberdaya material atau

19 24 lainnya yang harus diproduksi dan kapan harus diproduksi, agar supaya total biaya operasi organisasi tetap berada pada tingkat minimum pada periode tersebut. Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa perencanaan agregat adalah perencanaan kegiatan operasional untuk memberikan tingkat output yang harus dihasilkan sebuah fasilitas selama 3 hingga 18 bulan, agar sesuai dengan tingkat permintaan yang tidak pasti di masa depan dengan memaksimalkan penggunaan fasilitas yang tersedia namun dengan tetap mempertimbangkan minimalisasi total biaya operasi. Rencana ini harus konsisten dengan strategi jangka panjang manajemen puncak dan bekerja dengan sumber daya yang dialokasikan oleh keputusan strategis sebelumnya Fungsi Perencanaan Agregat Mengapa perencanaan agregat itu perlu dilakukan? Terdapat 4 poin alasan pentingnya dilakukan perencanaan agregat, yakni : Untuk memaksimalkan penggunaan fasilitas dan meminimalkan resiko kelebihan penggunaan atas fasilitas dan fasilitas yang menganggur. Memastikan ketersediaan kapasitas yang cukup untuk memuaskan permintaan yang diharapkan. Merencanakan perubahan pada kapasitas produksi yang sistematik untuk mencapai puncak dan lembah pada kurva permintaan pelanggan. Memperoleh keluaran yang paling optimum dari sumber daya yang tersedia. Menurut Nasution (2003, p255) fungsi dari perencanaan agregat adalah menyesuaikan kemampuan produksi dalam menghadapi permintaan pasar yang tidak pasti dengan mengoptimumkan penggunaan tenaga kerja dan peralatan produksi yang tersedia sehingga total biaya produksi dapat ditekan seminim mungkin. Dan hal perdapat tersebut juga didukung oleh Chase (2005, p516) yang

20 25 menyatakan bahwa fungsi dari perencanaan agregat adalah menentukan kombinasi yang optimal dari tingkat produksi, jumlah tenaga kerja, dan tingkat persediaan. Perencanaan agregat yang tergolong perencanaan jangka menengah dengan periode 3 sampai 18 bulan memegang peranan penting dalam perencanaan operasi secara keseluruhan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fungsi dari perencanaan agregat adalah untuk menentukan perencanaan operasi jangka menengah yang mengoptimumkan kombinasi penggunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan pasar yang tidak menentu dengan tetap mempertimbangkan efisiensi biaya. Dengan adanya perencanaan agregat dapat mendukung rencana jangka panjang berupa perencanaan strategi kapasitas di masa mendatang ataupun mendukung rencana jangka pendek operasional harian ataupun mingguan untuk perencanaan bahan baku ataupun penjadwalan produksi Sifat Perencanaan Agregat Kebanyakan manajer ingin merencanakan dan mengendalikan operasinya pada tingkat yang seluas mungkin melalui suatu perencanaan agregat yang mengatasi detil masing-masing produk dan jadwal terinci peralatan dan tenaga kerja. Kenyataan ini merupakan contoh yang baik mengenai bagaimana perilaku manajerial sesungguhnya menggunakan konsep sistem dengan mulai dari keseluruhan. Manajemen memilih untuk menangani keputusan relevan yang mendasar dalam merencanakan penggunaan sumberdayanya. Ini dicapai dengan cara meninjau proyeksi jumlah tenaga kerja dan dengan menentukan laju kegiatan yang dapat diubah-ubah dengan jumlah tenaga kerja yang tersedia dengan cara mengubah jam kerja. Sekali keputusan dasar ini dibuat untuk jangka perencanaan di depan, maka jadwal induk dan jadwal terinci dapat disusun pada tingkat di bawahnya dalam kendala rencana induk tersebut. Akhirnya, perubahan saat-saat

21 26 terakhir pada tingkat pelaksanaan pekerjaan harus dilakukan dengan menyadari akibatnya terhadap biaya perubahan tingkat produksi dan terhadap biaya persediaan. Pertama-tama yang diperlukan untuk perencanaan agregat adalah penyusunan satuan menyeluruh yang logis untuk mengukur output. Kedua, manajemen harus dapat meramalkan untuk suatu jangka perencanaan yang wajar dalam bentuk agregat ini. Akhirnya, manajemen harus dapat memisahkan dan mengukur biaya-biaya yang relevan. Biaya-biaya ini dapat disusun kembali dalam suatu model yang memungkinkan dibuatnya keputusan yang mendekati optimal untuk urut-urutan periode perencanaan dalam jangkauan waktu perencanaan. Sifat berurutannya keputusan keputusan tersebut harus selalu diperhatikan. Suatu keputusan mengenai jumlah tenaga kerja dan laju kegiatan yang dibuat untuk satu periode yang akan datang tak dapat dinilai benar atau salah, baik atau buruk. Keputusan-keputusan juga akan dibuat untuk dua perode beriktunya berdasarkan keputusan yang baru saja dibuat, informasi baru mengenai kemajuan penjualan yang sebenarnya terjadi, dan ramalan untuk sisa jangkauan waktu perencanaan. Hasilnya adalah semua keputusan itu benar atau salah hanya dalam arti urutan keputusan tersebut dalam periode waktu yang diperluas. (Buffa 1999, p255) Pilihan Perencanaan ( Planning Options ) Permasalahan perencanaan agregat dapat diselesaikan dengan mempertimbangkan berbagai keputusan pilihan yang tersedia. Pilihan perencanaan ini menurut Render (2004, p118) dapat dibagi menjadi 2 yaitu dengan memodifikasi permintaan dan pilihan kedua adalah memodifikasi kapasitas, berikut penjelasan dari masing-masing pilihan :

22 27 Pilihan Kapasitas ( Capacity Option ) Pilihan kapasitas merupakan pilihan yang tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap fluktuasi dalam permintaan dengan engubah kapasitas yang tersedia. Pilihan kapasitas terdiri dari 5 pilihan, yaitu : 1. Mengubah tingkat persediaan. Dengan cara meningkatkan persediaan selama periode permintaan rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Konsekuensinya muncul biaya yang berkaitan dengan penyimpanan. 2. Meragamkan jumlah tenaga kerja dengan cara merekrut (hire) atau memberhentikan (layoff). Dimana jumlah karyawan disesuaikan dengan tingkat produksi yang diinginkan. Konsekuensinya adalah moral pekerja dan produktivitas yang terpengaruh, serta munculnya biaya pelatihan dan perekrutan. 3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong. Yang dimaksud dengan lembur menurut keputusan menteri tenaga kerja No.102 tahun 2004 adalah waktu kerja yang melebihi waktu kerja reguler, 7 jam sehari dan 40 jam 1 minggu untuk 6 hari kerja dalam 1 minggu, atau 8 jam sehari, dan 40 jam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu, atau waktu kerja pada hari istirahat minggunan dan atau pada hari libur resmi yang ditetapkan Pemerintah. Dalam pilihan ini jumlah tenaga kerja dijaga tetap konstan, namun waktu kerja yang diragamkan dengan mengurangi jam kerja ketika permintaan rendah, dan melakukan lembur ketika permintaan tinggi. Konsekuensinya muncul upah lembur yang lebih tinggi daripada upah reguler. 4. Subkontrak. Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Pengertian dari subkontrak dalam bidang manufaktur adalah melakukan realokasi

23 28 kebutuhan produksi antar perusahan agar memperlancar proses produksi. Pilihan ini memiliki beberapa kekurangan seperti : harga yang mahal ataupun kualitas dari pemasok subkontrak yang tidak sesuai. 5. Penggunaan karyawan paruh waktu. Umumnya di sektor jasa dan untuk memenuhi kebutuhan tenga kerja yang tidak terampil. Pilihan Permintaan ( Demand Option ) Pilihan permintaan merupakan pilihan yang berusaha untuk mengurangi perubahan pola permintaan selama periode perencanaan. Pilihan permintaan terdiri dari 3 pilihan, yakni : 1. Mempengaruhi permintaan. Kegiatan promosi, iklan, dan diskon digunakan ketika permintaan sedang rendah. Bagaimanapun iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi. 2. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi. Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima perusahaan tetapi tidak mampu ( secara sengaja atau kebetulan ) untuk dipenuhi pada saat itu. Pilihan ini digunakan ketika pelanggan berkenan menunggu tanpa kehilangan kehendak atas pesanannya. Namun konsekuensinya adalah bisa berakibat kehilangan penjualan. 3. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang berbeda). Perusahaan mengembangkan produk yang merupakan perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang membuat pemanas dan pendingin ruangan, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini mungkin akan menghadapi produk atau jasa di luar area keahlian atau di luar target pasar mereka.

24 Strategi Perencanaan Agregat Menurut Render (2004, p121) perencanaan agregat dapat dilakukan dengan melakukan pilihan atas 2 strategi, yaitu strategi Chase dan strategi penjadwalan bertingkat ( Level scheduling strategy). Namun menurut Chase terdapat satu strategi lagi yaitu stable workforce-variable work hours. Selain itu, strategi perencanaan agregat juga dapat dibagi menjadi 2 bagian berdasarkan jumlah variabel yang dapat dikontrol (controllable variable) yang diikutsertakan pada alternatif strategi. Chase Strategy Menyesuaikan tingkat produksi dengan jumlah pesanan yang ada, dengan cara merekrut atau melepas tenaga kerja sesuai kebutuhan produksi. Strategi ini bergantung pada kemudahan perekrutan dan pelatihan tenaga kerja. Namun strategi iini memiliki dampak pada aspek motivasi dan psikis karyawan akibat ancaman pengurangan tenaga kerja sewaktu-waktu. Kelebihan dan kekurangan Strategi Chase berdasarkan adalah sebagai berikut : Kelebihan strategi Chase : - investasi pada persediaan rendah - tingkat penggunaan tenaga kerja yang tinggi (high labor utilization) Kekurangan strategi Chase - terdapat biaya untuk memperbaiki tingkat keluaran dan/atau tingkat angkatan kerja Level Scheduling Strategy Mempertahankan tingkat produksi pada volume yang konstan. Kelebihan jumlah yang diproduksi akan disimpan untuk mengantisipasi kekurangan jumlah produksi di periode lainnya. Dampak utama strategi ini adalah munculnya biaya penyimpanan barang jadi, ataupun munculnya resiko

25 30 persediaan barang menjadi rusak. Kelebihan dan kekurangan strategi level berdasarkan adalah sebagai berikut: Kelebihan: - Tingkat keluaran dan angkatan kerja yang stabil Kekurangan: - biaya persediaan yang tinggi - meningkatkan overtime dan idle time - utilisasi sumber daya bervariasi dari waktu ke waktu Stable workforce-variable work hours Strategy Strategi ini mempertahankan jumlah tenaga kerja, namun mengubah-ubah jam kerja untuk disesuaikan dengan tingkat produksi. Penyesuaian tingkat produksi dilakukan dengan penyesuaian jam kerja seperti lembur atau overtime sehingga diperoleh kapasitas tambahan sementara. Dampak utama strategi ini ada pada munculnya biaya lembur untuk produksi. Pure Strategy Perusahaan dikatakan menggunakan strategi ini bila yang yang dimodifikasi adalah satu variabel. Variabel di sini adalah variabel-variabel dalam perencanaan produksi yang bisa dikontrol dan ditentukan sesuai dengan target produksi yang ditetapkan oleh manajemen. Ada beberapa variabel yang dapat diubah, yang disebut dengan controllable (decision) variable. Controllable (decision) variable : Tingkat persediaan Production rate Tenaga kerja Kapasitas Subkontrak

26 31 Mixed Strategy Strategi ini melibatkan pengubahan lebih dari 1 variabel yang dapat dikontrol (controllable decision variable). Beberapa kombinasi dari pengubahan controllable decision variable dapat menghasilkan suatu strategi perencanaan agregat yang terbaik. Strategi ini digunakan apabila pure strategy tidak dapat dilakukan atau tidak feasible Perencanaan Agregat di Sektor Jasa Perencanaan agregat pada jasa berbeda dengan manufaktur, karena alasan berikut : a. Jasa tidak dapat disimpan b. Permintaan jasa sulit untuk diprediksi, karena umunya dihadapkan pada variasi permintaan yang sangat ekstrim pada kurun waktu yang pendek. c. Kapasitas juga sulit untuk diprediksi dan kapasitas jasa disediakan sesuai dan tepat dengan waktu dan tempat d. Operasi jasa padat karya, sehingga tenaga kerja merupakan sumber daya yang paling menghambat pada sektor jasa e. Lokasi operasi jasa mengikuti lokasi pemakai jasa. Pada sektor jasa, produk (jasa) yang ditawarkan tidak dapat disimpan sebagai inventory, jadi kapasitas yang tidak terpakai akan terbuang, misalnya kamar hotel yang kosong, atau kursi pesawat terbang yang kosong tidak dapat disimpan untuk dijual kemudian. Kapasitas jasa sendiri sulit untuk diukur, karena jasa pada umumnya memiliki kebutuhan proses yang bersifat variabel tergantung pada permintaan, hal ini yang membuat jasa sulit untuk membuat ukuran kapasitas yang sesuai. Menurut Eddy Herjanto pada bukunya (p199, 2006) menyatakan bahwa perencanaan agregat di perusahaan jasa lebih terbatas karena tidak memungkinkan

27 32 dilakukan pengaturan persediaan sebagai sumber kapasitas untuk memenuhi permintaan musiman seperti pada perusahaan manufaktur. Dalam perusahaan jasa, strategi yang dilakukan lebih sering ke arah pengendalian permintaan atau pengendalian tenaga kerja. Pengendalian permintaan dilakukan dengan promosi, kerja sama/subkontrak, atau pengaturan harga (pricing), sedangkan pengendalian tenaga kerja dilakukan dalam bentuk pengaturan jumlah karyawan atau jumlah jam kerja. Render (2004, p 132) menyatakan bahwa pengendalian biaya tenaga kerja di perusahaan jasa merupakan sesuatu yang penting. Pengendalian biayanya meluputi: 1. Pengendalian yang ketat atas jam kerja di perusahaan jasa dapat dipastikan menghasilkan tanggapan cepat terhadap respon pelanggan. 2. Beberapa bentuk sumber tenaga kerja yang siap panggil dapat direkrut atau diberhentikan untuk memenuhi permintaan yang tidak terduga. 3. Fleksibilitas keterampilan pekerja individu yang memungkinkan alokasi ulang tenaga kerja yang tersedia. 4. Fleksibilitas tingkat output atau jam kerja karyawan untuk memenuhi permintaan yang meningkat Metode Peramalan Dekomposisi Metode dekomposisi merupakan salah satu pendekatan peramalan yang tertua. Model ini mulai dikenal dan dipergunakan pada permulaan abad ke-20 oleh para ahli ekonomi dalam mencoba mengidentifikasikan dan mengendalikan siklus ekonomi dan usaha. Dasar dari model ini disusun pada sekitar tahun 1920-an, ketika konsep ratio atau tren diperkenalkan, dan sejak itu pendekatan ini mulai dipergunakan secara luas oleh para ahli ekonomi dan pengusaha.

28 33 Dalam sebuah deret data terdapat pola yang mendasarinya, yang dimana pola tersebut dapat dipecah (didekomposisi) menjadi sub-pola yang menunjukkan tiap-tiap komponen deret berkala secara terpisah. Pemisahan seperti itu seringkali membantu meningkatkan ketepatan peramalan dan membantu pemahaman atas perilaku deret data secara lebih baik (Makridakis, 2000, p150). Prinsip dasar metode dekomposisi adalah memisahkan (mendekomposisi) data deret waktu menjadi beberapa pola dan mengidentifkasi masing-masing komponen dari deret waktu tersebut secara terpisah. Komponen-komponen tersebut adalah faktor tren, siklus, dan musiman. Faktor tren menggambarkan perilaku data dalam jangka panjang, dan dapat meningkat, menurun, atau tidak berubah. Faktor siklus menggambarkan baik turunnya ekonomi atau industri tertentu dan sering terdapat pada deret data seperti Produk Bruto Nasional (GDP), indeks produksi industri, permintaan untuk perumahan, penjualan barang industri seperti mobil, harga saham, tingkat obligasi, penawaran uang, dan tingkat bunga. Faktor musiman berkaitan dengan fluktuasi periodik dengan panjang konstan yang disebabkan oleh hal-hal seperti temperatur, curah hujan, bulan pada suatu tahun, saat liburan, dan kebijakan perusahaan. Perbedaan antara musiman dan siklus adalah bahwa musiman itu berulang dengan sendirinya pada interval yang tetap seperti tahun, bulan, atau minggu, sedangkan faktor siklus mempunyai jangka waktu yang lebih panjang dan lamanya berbeda atau acak dari satu siklus ke siklus berikutnya. Dalam model dekomposisi terdapat asumsi bahwa data itu merupakan gabungan dari komponen-komponen berikut : Data = pola + error = f (tren, siklus, musim) + error

29 34 Dalam hal ini terlihat adanya unsur tambahan dari pola, yaitu unsur eror atau randomness, yang diasumsikan sebagai perbedaan dari kombinasi hasil dari ketiga komponen (tren, siklus dan musiman) dari deret data dengan data yang sebenarnya (actual). Terdapat beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisi suatu deret berkala, yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar dalam pemisahan tersebut bersifat empiris dan tetap yang mula-mula memisahkan musiman, lalu tren, dan akhirnya siklus. Residu yang ada dianggap unsur acak yang walaupun tidak dapat ditaksir tetapi dapat diidentifikasi, menurut Assauri (1990) komponen error diasumsikan sebagai perbedaan dari kombinasi komponen tren, siklus dan musiman dengn data yang sebenarnya. Penulisan matematis umum dari pendekatan dekomposisi adalah : Bentuk tradisional dari model dekomposisi yang klasik dapat dinyatakan sebagai berikut Xt = f ( Tt, It, Ct, Et ) Dimana : Xt = nilai deret waktu (actual data) pada periode t Tt = komponen tren pada periode t It = komponen musiman (atau Indeks musiman) pada periode t Ct = komponen siklus pada periode t Et = komponen error pada periode t Asumsi di atas mengandung pengertian bahwa terdapat empat komonen yang mempengaruhi suatu deret waktu, yaitu tren, siklus dan musiman, sedangkan komponen kesalahan (error) tidak dapat diprediksi karena tidak memiliki pola yang sistematis dan mempunyai gerakan yang tidak beraturan (Awat, 1990).

30 35 Menurut Hildebrand (1991) metode dekomposisi dapat berasumsi pada model aditif atau multiplikatif, dalam bentuk perkalian, formulanya dinyatakan sebagai berikut: Xt = (Tt. It. Ct ) + Et (2.1) Model perkalian ini merupakan suatu model yang sering digunakan dan dalam model ini komponen faktor musim dan siklus dinyatakan dalam bentuk indeks. Unsur atau komponen acak merupakan sisa pelengkap, yang mungkin pula dipergunakan dalam perkalian seperti pada bentuk di atas. Di samping model perkalian, terdapat pula model pertambahan (aditif) dinyatakan sebagai berikut : Xt = (Tt + It + Ct) + Et (2.2) Dalam model ini, komponen baik tren maupun musim dan siklus dinyatakan dalam nilai absolut. Seperti halnya dengan model perkalian (multiplikatif), unsur atau komponen acak merupakan sisa pelengkap, yang mungkin dipergunakan dalam penjumlahan. Model penjumlahan atau pertambahan (aditif), ternyata lebih sulit apabila dibandingkan dengan model perkalian di dalam cara pengerjaannya, disebabkan karena masing-masing faktor atau komponen berdiri sendiri, sehinga tren tidak mempunyai pengaruh atas faktor musim. Oleh karena itu pada umumnya model ini tidak banyak dipergunakan, kecuali untuk waktu yang sangat pendek, sehingga hampir seluruh pemakai analisa dekomposisi menggunakan model perkalian.

31 Kegunaan Analisa Dekomposisi Analisa dekomposisi dilakukan bukan untuk mengidentifikasikan masingmasing komponen dari pola dasar yang ada, tetapi untuk memecahkan atau mendekomposisikan pola tersebut kedalam subpola, yang mengidentifikasikan masing-masing komponen dari deret waktu (time series) secara terpisah. Dengan memecah atau mendekomposisikan pola tersebut, maka akan meningkatkan ketepatan dalam peramalan dan dapat membantu memahami pola deret data dengan lebih baik.(makridakis, 2000, p209) Keuntungan dari menggunakan analisa dekomposisi dapat dilihat, yaitu : Pertama, dengan analisa dekomposisi ini memungkinkan peramal menentukan tren jangka panjang dari variabel yang dipertimbangkan, sebagai contoh, jika suatu perusahan meneliti kemungkinan perluasan pabrik dan peralatanperalatannya, perusahan tersebut tentunya ingin mengetahui kelebihan penjualan potensial, katakanlah untuk 20 tahun yang akan datang. Proyeksi dengan faktor tren memberikan perkiraan atau estimasi yang diinginkan tersebut. Kedua, dengan analisa ini dapat diperoleh data, di mana peramal dan manajemen dapat membuat rancangan jangka pendek, sebagai contoh, suatu perusahaan dapat menjual unit setahun, tetapi mungkin pada musim puncak, penjualan pada bulan tertentu dapat mencapai 3000 unit per bulan. Ketiga, dapat menentukan pengaruh musiman, manajemen atau perencanaan dapat memperkirakan lebih tepat besarnya persediaan dan jumlah tenaga penjualan yang dibutuhkan. Suatu penafsiran faktor siklus dapat membantu dalam penyusunan rencana jangka menengah, misalnya rekrutmen personalia dapat dipercepat atau diperlambat, sehingga dapat dicapai tingkat pemanfaatan tenaga kerja yang lebih efisien. Metode dekomposisi yang klasik dapat dipergunakan dalam banyak hal baik dalam dunia ekonomi maupun dunia usaha. Metode ini tidak hanya dipergunakan

32 37 dalam tingkat ekonomi mikro, tetapi juga dalam tingkat ekonomi makro, seperti angkat-angka tingkat pengangguran (unemployment rate) dan ekspor Proses Dekomposisi suatu Deret Waktu (Time Series) Berikut akan diuraikan proses dekomposisi menurut Makridakis dan Wheelwright yang terdiri dari beberapa langkah, yaitu : 1. Untuk deret data yang sebenarnya, Xt dihitung rata-rata bergerak (moving average) yang mempunyai panjang masa N, yang sama dengan panjang atau lamanya musiman. Maksud dari rata-rata bergerak ini adalah untuk menghilangkan faktor musiman dan faktor acak (randomness) dalam data. Perataan sepanjang periode selam pola musim (yaitu 12 bulan, 4 triwulan atau 7 hari) akan menghilangkan musiman. Sedangkan kesalahan acak tidak mempunyai pola yang sistematis, sehingga dengan perata-rataan akan mengurangi terdapatnya acakan pada deret data. 2. memisahkan hasil rata-rata bergerak dengan N periode pada butir satu di atas, dari deret data asalnya, untuk dapat diperoleh faktor tren dan siklus 3. memisahkan faktor atau komponen musim dengan merata-ratakannya untuk setiap periode untuk dapat membuat panjang yang tepat dari musiman. 4. mengidentifikasikan bentuk yang tepat dari tren dan menghitung nilai-nilai pada periode Tt. 5. memisahkan hasil yang diperoleh pada butir atau tahap kedua dari yang keempat (nilai kombinasi tren dan siklus) untuk dapat memperoleh faktor siklus 6. memisahkan faktor musiman, tren dan siklus dari deret data asli untuk memperoleh faktor acakan yang tersisa ( Et ).

33 Kerangka Pemikiran Berikut gambar kerangka pemikiran : Biaya Sumber daya dan fasilitas perusahaan Kebijakan perusahaan Ramalan Permintaan Perencanaan Agregat Alternatif Pure strategy Alternatif Mixed strategy Rekomendasi Gambar 2.7 Kerangka Pemikiran

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Menurut James A.F. Stoner manajemen adalah suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan sumua

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Manajemen Operasi Kegiatan operasi merupakan kegiatan menciptakan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada konsumen, beikut adalah beberapa pengertian Manajemen

Lebih terperinci

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Manajemen Operasi. Modul Final Semester MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Manajemen Operasi Modul Final Semester Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ekonomi dan Bisnis Manajemen 09 MK, ST, MBA Abstract Mampu mengidentifikasi masalah dan memberikan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT. LG Electronics adalah sebagai berikut : 1. Peramalan

Lebih terperinci

Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) YULIATI,SE,MM

Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) YULIATI,SE,MM Perencanaan Agregat (Aggregate Planning) YULIATI,SE,MM AGGREGATE PLANNING Agregat berarti penjadwalan dilakukan secara keseluruhan dari semua produk yang menggunakan sumber daya. Perencanaan agregat (aggregate

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT Veneer Products Indonesia adalah sebagai berikut : 1.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Untuk membantu penelitian ini maka diperlukan acuan atau perbandingan dalam perencanaan agregat maka diperlukan penelitian terdahulu. Dapat dijelaskan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2009:7) manajemen adalah aktivitas kerja yang melibatkan koordinasi dan pengawasan terhadap pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Penetapan Kriteria Optimasi Kriteria optimasi yang digunakan dalam menganalisis perencanaan agregat yang tepat pada PT Winkarya Bersaudara adalah sebagai berikut : 1. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Operasi Menurut Robbins dan Coulter (2005:8), manajemen adalah proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010

MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010 MANAJEMEN OPERASIONAL LANJUTAN 2008 NANI SUTARNI 2010. 1 BAB 3 PERENCANAAN KAPASITAS DAN AGREGAT A. Pengertian Perencanaan Agregat dan Kapasitas Kapasitas (capacity) adalah hasil produksi (throughtphut),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Menurut Kusuma (2004:13), peramalan (forecasting) adalah perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama beberapa periode mendatang.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasional Didalam melakukan proses produksi diperlukan sekali manajemen yang baik, hal ini bertujuan untuk melakukan ataupun pengawasan proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi merupakan suatu kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan atau pembuatan barang, jasa, atau kombinasinya, melalui transformasi dari masukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetap bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. beli masyarakat. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi, dan

BAB I PENDAHULUAN. tetap bertahan menghadapi persaingan yang semakin ketat. beli masyarakat. Sehingga harga yang ditawarkan menjadi tinggi, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian dunia saat ini sedang mengalami penurunan, termasuk negara Indonesia. Hal ini karena terjadinya krisis global yang menerpa di semua

Lebih terperinci

ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA

ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA ANALYSIS OF THE AGGREGATE PLANNING TO MINIMIZE THE PRODUCTION COST AT PT.ANELA Hasbi Nuradli 1501176076 Abstract The rapid growth of seafood industry has lead to fierce competition. PT. Anela is one of

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen berasal dari bahasa kata to manage yang artinya mengatur atau mengelola. Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Dewanti (2008:230), manajemen yakni proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Serangkaian kegiatan yang menciptakan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan mengubah input menjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar telah digunakan

Lebih terperinci

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi

Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Pengelolaan permintaan dan perencanaan produksi Perlunya mengelola permintaan Permintaan thdp barang atau jasa adalah awal dari semua kegiatan SC Pada hampir semua situasi riil, besar dan waktu permintaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Operasi Manajemen operasi penting untuk dipelajari, karena alasan-alasan berikut. Alasan yang pertama adalah karena manajemen operasi merupakan salah satu dari tiga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Menurut Stevenson dan Chuong (2014:4), dijelaskan bahwa manajemen operasi merupakan manajemen dari bagian operasi yang bertanggung jawab untuk menghasilkan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia sekarang ini sedang menghadapi persaingan di pasar bebas. Di dalam pasar bebas ini sudah tidak ada lagi batas-batas atau juga ketentuanketentuan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management

BAB II LANDASAN TEORI. II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen. Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management 13 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Arti dan Tujuan Akuntansi Manajemen Definisi normatif Akuntansi Manajemen menurut Management Accounting Practices (MAP) Comittee adalah: proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan meramalkan atau memprediksi apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang dengan waktu tenggang (lead time) yang relative lama,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 SEJARAH SINGKAT PT. GMF AEROASIA Dimulai pada tahun 1949, GMF AeroAsia berasal dari Divisi Teknik Garuda Indonesia Airlines di Kemayoran dan Bandara Halim Perdana Kusuma di Jakarta,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin

BAB II LANDASAN TEORI. penerimaan dengan pengeluaran, tetapi dengan semakin BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian dan Jenis-Jenis Anggaran 1. Pengertian Anggaran Pengertian anggaran terus berkembang dari masa ke masa. Dulu anggaran hanya merupakan suatu alat untuk menyeimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan usaha pada sektor manufaktur saat ini telah menunjukkan kemajuan cepat dan pesat dengan adanya pertumbuhan industri. Persaingan yang ketat antar

Lebih terperinci

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT

Perencanaan Agregat. Dosen : Somadi, SE., MM., MT Perencanaan Agregat Dosen : Somadi, SE., MM., MT Definisi dan Fungsi Perencanaan agregat atau penjadwalan agregat adalah sebuah pendekatan untuk menentukan kuantitas dan waktu pada jangka menengah (biasanya

Lebih terperinci

PRODUCTION SCHEDULING

PRODUCTION SCHEDULING PRODUCTION SCHEDULING AGGREGATE SCHEDULING Penjadwalan agregat menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat, seringkali 3 sampai 18 bulan ke depan. Manajer operasi

Lebih terperinci

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM

PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM PENJADWALAN JANGKA PENDEK YULIATI, SE, MM 1 PENJADWALAN (SCHEDULING) Melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien agar tujuan tercapai. Oleh karena itu pemahaman mengenai konsep penjadwalan sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya dunia bisnis dari waktu ke waktu mengakibatkan persaingan yang makin ketat di antara perusahaan-perusahaan yang ada di pasar. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan

BAB II LANDASAN TEORI. secara efektif dan efisien. Dalam rangka ini dikembangkan pemikiran-pemikiran dan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi dan Operasi Pada dewasa ini terdapat persaingan yang semakin ketat dalam dunia usaha dan semakin maju cara-cara yang dikembangkan untuk mencapai tujuan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012 : 36) manajemen mengacu pada proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012 : 36) manajemen mengacu pada proses BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Stephen P. Robbins dan Mary Coulter (2012 : 36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Industri otomotif di Indonesia telah menjadi salah satu industri yang sangat potensial. Pemerintah menargetkan pada tahun 2014 industri otomotif akan tumbuh

Lebih terperinci

PERAMALAN (FORECASTING)

PERAMALAN (FORECASTING) PERAMALAN (FORECASTING) Apakah Peramalan itu? Peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa depan. Dapat dilakukan dengan melibatkan pengambilan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIVITAS

MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIVITAS MANAJEMEN OPERASI DAN PRODUKTIVITAS EKA MUSTAVIDA RATNASARI 14310098 EVA DAMAYANTI A.C.S 14310180 BULANDARI FITRI SUSANTI 14310563 MUHAMAD LUKMAN 14310108 TOMY AGUS S 14310167 BUDI SUHERMANTO 14310164

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta

BAB I PENDAHULUAN. mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa. sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya dana serta 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manajemen operasi adalah kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasikan penggunaan sumber daya sumber daya yang berupa sumber daya manusia, sumber daya alam,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR METODE PENGAWASAN BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT CABANG BUKITTINGGI

TUGAS AKHIR METODE PENGAWASAN BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT CABANG BUKITTINGGI TUGAS AKHIR METODE PENGAWASAN BAGIAN SUMBER DAYA MANUSIA PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH SUMATERA BARAT CABANG BUKITTINGGI Bidang Studi Kesekretariatan Dan Manajemen Perkantoran Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perencanaan Sumber Daya Manusia Siagian (2008) menyatakan perencanaan pada dasarnya merupakan pengambilan keputusan sekarang tentang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa depan.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Harga Harga yang terjadi di pasar merupakan nilai yang harus dibayarkan konsumen untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkannya.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Line Balancing Line Balancing adalah suatu analisis yang mencoba melakukan suatu perhitungan keseimbangan hasil produksi dengan membagi beban antar proses secara berimbang

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Anggaran Penganggaran perusahaan (Business Budgeting) merupakan suatu proses perencanaan dan pengendalian kegiatan operasional perusahaan yang dinyatakan dalam suatu kegiatan dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 32 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Perencanaan Produksi Perencanaan produksi diperlukan karena didalam setiap unit produksi ada manusia, mesin, dan material yang dimanfaatkan sebaik baiknya,

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan keputusan yang tepat dan akurat terhadap konsep biaya yang ada. Ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Rekayasa Ulang Proses Bisnis Hammer dan Champy (1995, hal 27-30) mengatakan bahwa Rekayasa Ulang adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Permintaan III KERANGKA PEMIKIRAN Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengantisipasi permintaan-permintaan bisnis dan lingkungan pada organisasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perencanaan Sumber Daya Manusia Hani Handoko (2001:53) mengemukakan bahwa perencanaan sumberdaya manusia merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi permintaan-permintaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang menghasilkan dodol di Kabupaten Garut akan membawa dampak persaingan pada industri dodol di Kabupaten Garut, baik

Lebih terperinci

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS)

SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) SI403 Riset Operasi Suryo Widiantoro, MMSI, M.Com(IS) Mahasiswa mampu menjelaskan perancangan dan pengelolaan proses dalam organisasi 1. Perencanaan kapasitas dalam organisasi 2. Perencanaan kapasitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pada era globalisasi ini, setiap perusahaan menghadapi situasi serta permasalahan yang sama, yaitu persaingan dalam industrinya sehingga perusahaan harus

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #5

Pembahasan Materi #5 1 EMA402 Manajemen Rantai Pasokan Pembahasan 2 Latar Belakang Kunci Sukses SCM Manajemen Logistik Fungsi dan Kegunaan Pengendalian Logistik Konvensional dan Logistik Mengelola Jaringan SC Strategi Proses

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN. a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Deskripsi Teori 1. Audit Manajemen a. Pengertian dan Ruang Lingkup Audit Manajemen Audit manajemen (management audit) adalah pengevaluasian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini diuraikan teori-teori yang digunakan untuk membahas permasalahan yang ada. Teori-teori yang digunakan adalah Riset Operasi, Konsep Dasar Perencanaan Kapasitas, dan Pemrograman

Lebih terperinci

AUDIT MANAJEMEN-CB SOAL-SOAL UAS

AUDIT MANAJEMEN-CB SOAL-SOAL UAS AUDIT MANAJEMEN-CB SOAL-SOAL UAS JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2016 KELOMPOK 1 1. Apa pengertian dari Audit Manajemen? Audit manajemen adalah pengevaluasian terhadap

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pentingnya Persediaan Bagi Perusahaan Suatu perusahaan akan selalu mempunyai persediaan, baik persediaan berupa persediaan bahan baku, persediaan barang setengah jadi ataupun persediaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat

BAB 2 LANDASAN TEORI. diperkirakan akan terjadi pada masa yang akan datang. Ramalan tersebut dapat BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Peramalan Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan ramalan adalah suatu situasi atau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasi Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen menjelaskan suatu proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan seluruh kegiatan kerja agar dapat selesai secara efektif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Persediaan Menurut Jacob, Chase, Aquilo (2009: 547) persediaan merupakan stok dari beberapa item atau bahan baku yang digunakan oleh perusahaan untuk produksi. Sedangkan

Lebih terperinci

Rahasia besar kesuksesan adalah menjalani hidup sebagai seseorang yang tidak pernah merasa kehabisan. Topik 6 Sistem Rantai Pasok (TIA 304) 2 SKS 1

Rahasia besar kesuksesan adalah menjalani hidup sebagai seseorang yang tidak pernah merasa kehabisan. Topik 6 Sistem Rantai Pasok (TIA 304) 2 SKS 1 Rahasia besar kesuksesan adalah menjalani hidup sebagai seseorang yang tidak pernah merasa kehabisan Topik 6 Sistem Rantai Pasok (TIA 304) 2 SKS 1 Pengelolaan Permintaan dan Pasokan Sistem Rantai Pasok

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan

Lebih terperinci

BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN 9 BAB II PENGAMBILAN KEPUTUSAN II.1 Definisi Biaya Menurut Mulyadi (1999 : 8) dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang di ukur dalam satuan uang, yang terjadi atau yang kemungkinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dewasa ini semakin menuju pasar global, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian dewasa ini semakin menuju pasar global, hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian dewasa ini semakin menuju pasar global, hal ini mendorong perusahaan untuk semakin mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN PRODUKSI OLEH WAHYU PURWANTO LABORATORIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTAN IAN 1i4 ERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2003 PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini kondisi perekonomian yang semakin buruk dan persaingan bisnis yang semakin ketat menyebabkan perusahaan harus bisa mengambil langkah untuk menghadapi semua

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Beberapa ahli telah mengemukakan definisi tentang peramalan yang kelihatannya berbeda meskipun pada intinya sama. Peramalan menurut Sumayang

Lebih terperinci

Perencanaan Kapasitas

Perencanaan Kapasitas Perencanaan Kapasitas Pemahaman mengenai capacity planning Kapasitas merupakan hasil produksi atau volume pemrosesan, atau jumlah unit yang dapat ditangani, disimpan, atau diproduksi oleh sebuah fasilitas

Lebih terperinci

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA

VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA VII PERENCANAAN PENGADAAN PERSEDIAAN TUNA Perencanaan pengadaan persediaan tuna tahun 2010 didasarkan kepada proyeksi permintaan hasil ramalan metode peramalan time series terbaik yaitu dekomposisi aditif.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Permasalahan yang terjadi di CARLogistik termasuk kategori kompleks. Berdasarkan hasil analisis dan observasi data yang peneliti lakukan, diperoleh kesimpulan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biaya simpan, serta mampu mengirimkan produk pada waktu yang disepakati.

BAB I PENDAHULUAN. biaya simpan, serta mampu mengirimkan produk pada waktu yang disepakati. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan bisnis dan industri sejalan dengan semakin ketatnya persaingan antar perusahaan dalam menarik dan memuaskan konsumen untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman industri semakin maju dan berkembang serta diiringi dengan tingkat persaingan yang semakin ketat saat berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 menurut

Lebih terperinci

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI

BAB X PERENCANAAN PRODUKSI Perencanaan Agregat 123 BAB X PERENCANAAN PRODUKSI 1.1. Pendahuluan Perencaaan produksi adalah pernyataan rencana produksi ke dalam bentuk agregat. Perencanaan produksi ini merupakan alat komunikasi antara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manajemen operasi merupakan posisi penting dalam suatu organisasi khususnya dalam memproduksi suatu barang. Banyak ilmu yang harus dipelajari dalam manajemen operasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan 1 PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Manajemen inventory merupakan suatu faktor yang penting dalam upaya untuk mencukupi ketersediaan stok suatu barang pada distribusi dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan

BAB III PEMBAHASAN. ekonomi, dan pihak lainnya yang telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan dan BAB III PEMBAHASAN A. Pengertian Biaya dan Klasifikasi Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam menjalankan suatu perusahaan, pengambilan keputusan yang tepat dan akurat memerlukan pemahaman tentang konsep biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi, persaingan yang terjadi dalam perusahaan semakin ketat. Akibatnya perusahaan mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan, dimana salah satu tujuan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA

PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA Modul ke: AKUNTANSI BIAYA Tenaga Kerja PENGENDALIAN & AKUNTANSI BIAYA Fakultas EKONOMI VENY, SE.MM Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Modul 1. Produktifitas dan biaya tenaga kerja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka 1 Kajian Teori a. Manajemen Operasi Manajemen operasional Merupakan salah satu fungsi utama dari sebuah organisasi dan secara utuh berhubungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Manajemen Manajemen adalah suatu proses yang terdiri dari serangkaian kegiatan seperti perencanaan, pengendalian/pengawasan, yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen. Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses 19 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian dan Fungsi Akuntansi Manajemen Pengertian akuntansi manajemen menurut Horngren (2000) adalah proses identifikasi, pengukuran,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengertian Peramalan (Forecasting) Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa mendatang. Peramalan penjualan adalah peramalan

Lebih terperinci