BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, siapa pun dia, dari mana asalnya, berapapun umurnya, dan dalam keadaan sehat ataupun sakit. Oleh karena itu, makanan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Pada dasarnya makanan dipengaruhi oleh ketersediaan bahan mentah dari alam sekitar, sehingga setiap daerah memiliki ciri khas makanannya masingmasing. Misalnya, makanan di daerah pegunungan dengan di daerah pesisir pantai. Daerah pegunungan memiliki ketersediaan bahan makanan berupa variasi jenis tumbuhan yang dominan, sebaliknya di daerah pantai ketersediaan bahan makanan lebih dominan dengan variasi ikan. Sebenarnya ciri khas atau warna pada makanan juga dipengaruhi oleh cara masyarakat mengolah bahan tersebut. Semisal, singkong (manihot utillisima) di daerah Jawa yang diolah menjadi tiwul sedangkan di daerah Maluku Tenggara singkong dijadikan enbal untuk dijadikan makanan pokok seperti halnya nasi yang ada di Jawa. Dengan demikian, jika bahan baku yang sama itu berada diolah pada masyarakat yang berbeda maka akan menghasilkan makanan yang berbeda pula. Ketersediaan bahan dan cara pengolahan makanan yang dilakukan oleh setiap masyarakat, maka muncul 1 Timbul Haryono, Sejarah Makanan dan Gaya Hidup Nusantara dari Zaman Jawa Kuno hingga Abad 21, Seminar Arus balik memori Rempah dan Bahari Nusantara, Kolonial dan Poskolonial, tanggal 19 Oktober 2013, Yogyakarta. 1

2 2 makanan-makanan yang identik dengan daerah asal. Seperti, kota Yogyakarta yang terkenal dengan gudeg dan Palembang yang terkenal dengan pempeknya. Makanan menurut fungsinya dapat digolongkan menjadi makanan pokok, makanan sambilan, makanan jajanan, makanan untuk peristiwa khusus, dan makanan untuk berbagai keperluan upacara (Moertjipto dkk, 1993:39). Makanan pokok merupakan makanan yang dimakan sehari-hari untuk mencukupi keperluan tubuh agar manusia bisa tetap hidup dan sehat. Sedangkan, makanan sambilan dan jajanan merupakan makanan yang berfungsi sebagai selingan makanan pokok. Makanan pokok dan makanan jajanan serta makanan sambilan memiliki fungsi dan peran sebagai unsur penyajian pada peristiwa khusus dan keperluan upacara. Makanan sambilan dan makanan jajanan tidak jauh berbeda sehingga dapat dijadikan satu golongan yakni camilan. Camilan berasal dari bahasa Jawa yaitu amik-amikan 2. Camilan terbagi dalam dua kategori yaitu camilan modern dan camilan tradisional 3. Camilan modern merupakan makanan yang diproduksi secara masal dalam industri atau pabrikan, sedangkan camilan tradisional diproduksi terbatas dan produksinya terbatas. Menurut hasil pengamatan peneliti, pada umumnya camilan tradisional berwujud kudapan, kue kering, gorengan, dan jajan pasar. Selain itu, bahan dasar camilan tradisional mulai divariasikan bahkan diganti dengan bahan modern, 2 I. Poerwadarminta, Baoesastra Jawa, (Batavia: J.B. Wolters Uitgevers maatschappij n.v Groningen, 1939) halaman 9. 3 Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ketiga (Jakarta: Gramedia Pustaka Cipta,2000) halaman Tradisional: sikap dan cara berpikir serta bertindak yang selalu dipegang teguh pada norma dan adat kebiasaan yang ada turun-temurun.

3 3 seperti ilat kucing dan kuping gajah. Namun, pada penamaanya tidak berubah atau tetap dengan nama aslinya Pencarian bahan baku pada camilan tradisional lebih mudah dan sederhana, jika dibandingkan dengan camilan modern. Namun, proses pembuatan camilan tradisional ini tidak secepat camilan modern dan ketahanannya pun tidak seawet camilan modern. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki keanekaragaman jenis camilan tradisionalnya. Seperti yang sering dijumpai di pusat oleh-oleh maupun pasar yaitu kipo, cenil, marnѐng, klepon, geplak dan sebagainya. Namun, Ada juga camilan tradisional yang unik dan mulai jarang dijumpai yaitu, konthol kejepit, turuk bintul, hawuk-hawuk, jembut jaran, thoplѐk peli, mata kebo, mata maling, prawan kenѐs, dan randha royal. Dimungkinkan beberapa camilan ini sudah mulai hilang, disebabkan masyarakat yang mulai tabu dengan nama-nama camilan tersebut. Jika diperhatikan, nama-nama camilan tradisional tersebut penamaannya mengambil dari bagian tubuh manusia dan hewan serta sifat pada manusia. Jika dilihat dari bahan bakunya, beberapa camilan yang telah disebutkan di atas memiliki bahan baku yang berbeda-beda. Konthol kejepit merupakan jajanan pasar yang berbahan dasar tepung beras. Sedangkan, thoplѐk peli yang berbahan dasar dari singkong dan randha royal berbahan dasar tape singkong. Berbeda dengan hawuk-hawuk dan turuk bintul yang memiliki bahan baku beras ketan. Lain pula dengan jembut jaran berbahan baku gula, serta mata maling yang berbahan baku melinjo, lalu prawan kenѐs berbahan dasar pisang. Dimungkinkan tidak terdapat hubungan antara bahan baku dengan penamaan camilan tradisional

4 4 tersebut. Menurut peneliti, pemberian nama pada beberapa camilan tradisional diatas memiliki alasan tertentu. Mungkin dari rasanya (indra perasa) mirip dengan yang diacu, atau mungkin dapat menumbuhkan rasa ( mood) orang yang memakannya. Menamai makanan dengan mengambil sifat pada manusia dan bagian tubuh manusia maupun hewan mungkin cara untuk menarik para konsumen. Sehingga, menarik sekali jika dilakukan penelitian tentang nama camilan tradisional berkorelasi dengan sifat dan bagian tubuh (selanjutnya disingkat CBST). Selain menarik untuk diteliti, juga untuk melesatarikan makanan Indonesia sesuai dengan program pemerintah Aku cinta makanan Indonesia (Marsono dkk, 1:1998). Penelitian ini akan menganalisis nama CBST dengan pendekatan morfosemantis. Analisis makna dengan pendekatan semantis merupakan sistem dan penyelidikan tentang makna dan arti dalam suatu bahasa (Kridalaksana, 2008:216). Sehingga semua aspek kebahasaan nama CBST dapat menjadi obyek penelitian berkelanjutan yang sangat menarik. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah di dalam penelitian ini sebagai berikut Bagaimana bentuk nama-nama CBST ditinjau secara morfologi? Bagaimana makna nama-nama CBST ditinjau secara semantis?

5 5 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yaitu ruang lingkup data dan ruang lingkup pembahasan Ruang Lingkup Data Pengambilan data sebagai bahan penelitian ini dibatasi pada nama-nama camilan tradisional yang memiliki korelasi dengan sifat manusia dan bagian tubuh pada hewan maupun manusia. Menurut peneliti camilan tradisional dari segi bahan baku digolongkan menjadi dua: bahan baku tradisional dan modern. Bahan baku tradisional berupa hasil alam yang diolah secara sederhana, sedangkan bahan baku modern berupa bahan baku tradisional yang diolah dengan mesin hingga menjadi bahan baku siap digunakan kapan saja. CBST ini adalah beberapa kumpulan camilan tradisional yang namanamanya mengambil dari sifat dan bagian tubuh dalam bahasa Jawa. Lingkup pengambilan sampel data yakni di pasar tradisional DIY (meliputi: Sleman, Yogyakarta Kota, Gunung Kidul, Kulon Progo dan Bantul) Ruang Lingkup Pembahasan Ruang lingkup penelitian ini dibatasi dalam bidang morfologi dan semantis. Pembahasan mengenai morfologi akan dibahas mengenai bentuk morfem dan gabungan antara morfem satu dengan morfem lain yang membentuk kata. Pembahasan bentuk morfem yaitu tentang bentuk monomorfemis dan polimorfemis. Namun demikian, pembahasan kedua ini didasarkan data yang ada.

6 6 Selanjutnya, pembahasan bidang semantis meliputi atas analisis komponen makna untuk menjabarkan makna dan unsur-unsur yang terkandung pada setiap CBST. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah 1. Mendiskripsikan bentuk nama-nama CBST ditinjau secara morfologi 2. Mengungkap makna nama-nama CBST dengan analisis semantis 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menerapkan teori dibidang linguistik, khususnya dengan pendekatan morfo-semantis. Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini yakni mendokumentasikan CBST, sehingga masyarakat memahami kembali dan memberi tambahan informasi secara kebahasaan. 1.6 Tinjauan Pustaka Beberapa penelitian yang terkait mengenai makanan tradisional telah di teliti enam kali. Namun, penelitian yang sudah ada membahas tentang (1) aspek sejarah, budaya dan pengembangan makanan tradisional dalam serat centhini, dan (2 dan 3) makanan tradisional sebagai unsur dalam upacara tradisional, serta (4) kajian makanan kecil berbahasa Jawa dengan pendekatan etnolinguistik. Beberapa buku maupun laporan hasil penelitian tentang makanan tradisional sebagai berikut:

7 7 1. Laporan penelitian berjudul Makanan Tradisional dalam Serat Centini (tahun 1998) yang ditulis oleh Marsono, dkk. Di dalam laporan penelitian tersebut disajikan aspek sejarah, budaya, dan pengembangan makanan tradisional Jawa khususnya bersumber pada sumber-sumber tertulis, salah satu sumber tertulis yang digunakan adalah Serat Centhini, sebuah naskah sastra terlengkap pada abad ke- 18. Selain itu di dalam laporan penelitiannya menggunakan beberapa naskah Sastra Jawa Kuna sebagai perbandingan. Secara garis besar, makanan dan minuman yang terdapat dalam naskah-naskah tersebut dikelompokan menjadi lima, yakni makanan pokok, laukpauk, minuman, sambal, dan camilan. 2. Laporan penelitian berjudul Makanan Tradisional dalam Upacara Jawa (tahun 1998) yang ditulis oleh tim PKMT (Pusat Kajian Makanan Tradisional) Universitas Gadjah Mada. Laporan Penelitian tersebut secara garis besar berisi tentang upacara tradisional yang melibatkan penyajian makanan tradisional sebagai media untuk berkomunikasi dengan Tuhan, penghuni alam gaib, dan sesama manusia. 3. Buku berjudul Sajen dan Ritual Orang Jawa oleh Wahyana Giri MC (tahun 2010). Di dalam bukunya disajikan pengenalan ubo rampe sajen berupa makanan dan jajanan tradisional. Selain itu, upacara tradisi dan ngalab berkah juga dijelaskan.

8 8 4. Skripsi yang berjudul Nama Makanan Kecil Dalam Bahasa Jawa oleh Kiswari (2012), kajian etnolinguistik. Penelitian tersebut berisi makanan kecil yang fokus pada kajian etnolinguistik dengan bantuan analisis morfo-semantis. Di dalam penelitian ini sudah mencangkup inventarisasi serta penjelasan makna dan klasifikasi berdasarkan bahan baku. Secara semantis penelitian ini menggunakan analisis komponen makna dan mempunyai hubungan dengan bahan utama, cara memasak, tampilan fisik, rasa, dan fungsi khusus. Skripsi ini menggunakan obyek makanan kecil berbahasa Jawa yang fokus dengan bahan bakunya. Berbeda dengan penelitian tentang Nama-Nama Camilan Tradisional yang Berkorelasi dengan Sifat dan Tubuh (CBST). Walaupun obyek penelitiannya juga makananan, namun penelitian CBST lebih fokus pada nama-nama yang berhubungan dengan sifat dan bagian tubuh. Adapun para peneliti yang menggunakan analisis morfo-semantis, antara lain : 5. Skripsi berjudul Analisis Semantis Tari Rakyat oleh Sukasbi (2000), berisi tentang unsur-unsur semantik yang menjadi komponen estetik tari rakyat serta makna yang terkandung dalam tari rakyat. Penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan dijelaskan komponen semantik tari tayub yang berupa penari, pakaian penari, gerak tari, instrumen dan pakaian penabuh gamelan, tempat dan waktu pentas, tema cerita, fungsi, dan sifat.

9 9 6. Skripsi berjudul Analisis Morfo-Semantis Istilah-Istilah Dalam Prosesi Dalam Upacara Buka Luwur Kanjeng Sunan Kudus Di Kabupaten Kudus oleh Rachmah (2012), berisi diskripsi tentang Upacara buka luwur Kanjeng Sunan Kudus. Selain itu, menyebutkan dan dijelaskan istilah-istilah dalam prosesi upacara tersebut. Analisis morfologi dan semantik digunakan untuk membedah istilah-istilah upacara tersebut. 7. Skripsi berjudul Nama-Nama Peralatan Rumah Tangga Berupa Wadah Berbahan Baku Bambu di Yogyakarta dengan analisis morfo-semantis, oleh Dharbiningsih (2009). Berisi tentang macammacam produk bambu yang dibuat menjadi salah satu jenis peralatan rumah tangga yakni berupa wadah. Wadah bambu yang dimaksud seperti bѐsѐk, ancak, irig tampah, irig kalo, cѐlѐngan, dan sebagainya. Analisis yang digunakan yakni morfologi dan semantis untuk mengetahui bentuk monomorfemis atau polimorfemis dan komponen-komponen yang terdapat pada wadah bambu tersebut. Beberapa hasil penelitian nomor 5, 6, dan 7 akan dijadikan rujukan. Penelitian berupa analisis morfo-semantis mengenai camilan tradisional yang berhubungan dengan sifat dan bagian tubuh, sepengetahuan penulis belum pernah dilakukan.

10 Landasan Teori Bahasa terdiri atas dua bagian yaitu, bentuk dan makna. Bentuk merupakan bagian bahasa yang dapat diserap oleh panca indra, yaitu dengan melihat dan mendengar. Bentuk terdiri atas unsur segmental 4 dan unsur suprasegmental 5. Unsur segmental dapat berwujud fonem, morfem, kata, frasa, klausa, kalimat, dan wacana. Unsur suprasegmental berwujud intonasi yang menyertai bentuk tersebut. Sebaliknya, makna adalah isi yang terkandung di dalam bentuk-bentuk tersebut yang dapat menimbulkan reaksi tertentu dalam pikiran pendengar atau pembaca (Wijana, 1991:1). Penelitian ini menggunakan kerangka teori morfologi dan semantis. Kerangka teori ini dapat diklasifikasikan menjadi dua: Morfologi Morfologi adalah ilmu yang mempelajari seluk-beluk bentuk kata dan peristiwa gramatikal (Ram lan, 2009:21). Kridalaksana mengatakan bahwa morfologi merupakan bidang linguistik yang mempelajari morfem dan kombinasikombinasinya atau bagian dari struktur bahasa yang mencangkup kata dan bagianbagian kata yaitu morfem (Kridalaksana, 2008:159). Menganalisis nama-nama CBST secara morfologi berarti mengklasifikasikan bentuk tataran morfem sampai pada kata. Morfem merupakan 4 I Dewa Putu Wijana dan M. Rohmadi, Semantik: Teori dan Analisis. (Surakarta:Yuma Pustaka, 2008) Halaman 10.Unsur segmental merupakan unsur-unsur kebahasaan yang dapat dipisahpisahkan atau disegmentasikan. 5 Ibid. Unsur suprasegmental merupakan unsur-unsur kebahasaan yang tidak dapat dibagi-bagi atau dipisah-pisahkan.

11 11 satuan bahasa terkecil yang maknanya secara relatif stabil dan yang tidak dapat dibagi atas bagian bermakna yang lebih kecil (Krida laksana, 2008:158). Morfem terdiri atas morfem bebas dan morfem terikat (Verhaar, 2008:97). Morfem bebas adalah satuan terkecil yang dapat berdiri sendiri, sedangkan morfem terikat merupakan satuan terkecil yang tidak dapat berdiri sendiri dan hanya dapat meleburkan diri pada morfem lain. Kata bermorfem satu disebut monomorfemis, kata bermorfem lebih dari satu disebut polimorfemis. Kata adalah satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk bebas (Kridalaksana, 2008:110). Kata juga bisa berbentuk monomorfemis maupun polimorfemis melalui proses perubahan bentuk yakni afiksasi. Afiks merupakan satuan gramatik terikan yang melekat pada morfem dasar dan membentuk kata yang baru. Tataran tertinggi pada morfologi yaitu kata. Salah satu bentuk kata yaitu kata majemuk. Menurut Poejosoedarmo (1979:153) kata majemuk merupakan gabungan dua buah kata atau lebih, yang mempunyai arti baru yang sama sekali berbeda dengan arti komponennnya, sedang prilaku sintaksisnya serupa seperti perilaku sintaksis sebuah kata. Selain kata majemuk sebagai salahsatu bentuk polimorfem, reduplikasi juga termasuk dalam bentuk polimorfem. Reduplikasi atau kata ulang merupakan proses morfemis yang mengulangi bentuk dasar atau sebagian dari bentuk dasar tersebut. Menurut Verhaar (2008:15 2), dalam Bahasa Jawa reduplikasi dibagi menjadi lima macam, yaitu dwilingga, dwilingga salin swara, dwipurwa, dwiwasana, trilingga

12 12 Dwilingga adalah pengulangan morfem asal, misalnya mlaku-mlaku jalan-jalan. Dwilingga salin swara merupakan pengulangan morfem asal dengan perubahan vocal dan fonem lainnya, misalnya bola-bali bolak-balik. Dwipurwa yakni pengulangan silabe pertama, misalnya tetombo berobat, bebojo berumah tangga. Dwiwasana merupakan proses pengualangan yang dibentuk dengan mengulangi suku akhir pada kata dasar, misalnya plenting bisulan menjadi plentingting banyak bisul. Trilingga yakni pengulangan morfem asal sampai dua kali, misalnya dag-deg-dog kerusuhan (Verhaar, 2008:152). Contoh analisis nama-nama CBST secara morfologis sebagai berikut: Mata maling merupakan salah satu nama camilan tradisional yang berbahan baku kulit melinjo. Mata maling terdiri atas dua komponen kata yaitu mata dan maling. Kata mata terdiri atas satu morfem, yaitu {mata} dan tergolong dalam jenis morfem bebas yang dapat berdiri sendiri sebagai kata. Kata mata memiliki arti indra pengelihatan. Sedangkan, kata maling terdiri atas satu morfem yaitu {maling} dan tergolong dalam jenis morfem bebas yang dapat berdiri sendiri sebagai kata. Kata maling memiliki arti pencuri. Kedua kata tersebut bergabung menjadi satu dan diidentifikasikan sebagai kata majemuk, karena memiliki makna yang berbeda dari komponen katanya, yaitu bermakna camilan tradisional berbahan baku kulit melinjo. Kata mata terdiri atas dua suku kata yaitu ma-ta, dengan susunan suku kata berupa KV-KV dan terdiri atas empat fonem, yaitu / m-a-t-a /. Kata maling terdiri atas dua suku kata yaitu ma-ling, dengan susunan suku kata berupa KV- KVK dan terdiri atas lima fonem, yaitu /m-a-l-i-ŋ/. Bunyi konkrit dari mata

13 13 maling adalah [m-ͻ-t-ͻ-m-a-l-i-ŋ]. Uraian di atas dapat dibuat skema pembentukan kata majemuk sebagai berikut: {Mata} mata +{Maling} pencuri Mata Maling camilan berbahan baku kulit melinjo Semantis Semantis merupakan sistem dan penyelidikan tentang makna dan arti dalam suatu bahasa (Kridalaksana, 2008:216). Semantis dibagi menjadi semantik gramatikal dan semantik leksikal. Penelitian ini menggunakan semantik leksikal untuk menyelidiki unsur-unsur kosakata suatu bahasa pada umumnya atau makna yang sesuai dengan referennya (Kridalaksana, 2008:217). Makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indra atau yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Penelitian ini akan menggunakan analisis komponen dalam semantik. Pengertian analisis komponen akan lebih mudah jika dijelaskan dengan contoh. Seperti yang dicontohkan oleh Lyon (1968:462) yang mengelompokan kata secara horizontal dan vertikal. Jika dilihat secara horizontal merupakan kelompok manusia, ayam, babi dan lain-lain. Jika dikelompokan secara vertikal maka dikategorikan sebagai maskulin, feminis, dan neutral. Hubungan tersebut, menerangkan sesuatu yang sama pada kelompok-kelompok kata yang berbeda, maka itu yang disebut komponen makna. Menurut Kridalaksana (2008:14) analisis komponen adalah metode untuk memecah sebuah unsur atas bagian-bagian yang lebih kecil. Usaha untuk menguraikan komponen-komponen makna yang dimiliki oleh sebuah kata, dan membandingkannya dengan komponen-komponen makna yang dimilikinya

14 14 disebut analisis komponensial (Wijana dan Rohmadi, 2008: 88-89). Contoh analisis secara semantis tentang nama-nama CBST sebagai berikut: Mata maling terdapat korelasi dengan bagian tubuh yakni indra pengelihatan manusia. Mata maling merupakan salah satu nama camilan tradisional yang berbahan baku kulit melinjo. Mata maling dapat dianalisis secara semantis sebagai berikut. Mata merupakan alat pengelihatan pada makhluk hidup. Mata memiliki ciri-ciri bentuk bulat. Maling sering dikaitkan dengan istilah durjana, yang merupakan salah satu tindakan mengambil barang milik orang lain tanpa meminta izin. Menurut peneliti, mata maling dijadikan nama camilan tradisional yang berbahan kulit melinjo, memiliki bentuk dan ukuran yang serupa dengan mata manusia, sehingga menimbulkan sensasi tersendiri. Selain itu, melinjo sering menjadi sasaran pencuri di pasar maupun di kebun dan warna merah pada mata maling memiliki arti keangkaraan dan kejahatan, sehingga dinamai mata maling. Mata maling memiliki ciri-ciri sebagai berbentuk lonjong dan berwarna merah. Bahan bakunya yaitu kulit melinjo. Adapun pengolahanya dengan cara digoreng (proses pembuatan lihat bab II halaman 26). Uraian di atas dapat dibuat tabel sebagai berikut: Tabel 1 Contoh Analisis Komponen Makna Mata Maling Pokok Diferensiasi Mata Maling Bahan baku Melinjo merah Gula

15 15 Cabai Bentuk Lonjong Warna Pengolahan Rujukan Merah tua Digoreng alat pengelihatan 1.8 Metode Penelitian Metode penelitian terdiri dari dua bagian, yaitu metode pengumpulan data dan metode analisis data Metode Pengumpulan Data Studi pustaka merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini dan secara akumulasi membutuhan waktu yang lama pula. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder bermacam sumber tertulis seperti laporan hasil penelitian dan buku tentang makanan tradisional serta buku tentang sesaji. Peneliti melakukan pengamatan lapangan setelah studi pustaka selesai. Pengamatan dilakukan sebagai langkah awal dalam mengambil data lapangan. Peneliti mendatangi lokasi penelitian dan mulai mengamati aktivitas di pasar tradisional khususnya penjual camilan tradisional. Peneliti mendiskripsikan beberapa jenis camilan, nama-nama camilan tradisional dan melakukan wawancara langsung dengan penjual camilan tradisional untuk mendapatkan informasi dari penjual. Peneliti melakukan wawancara beberapa informan (lihat

16 16 lampiran daftar informan). Wawancara meliputi cara pembuatan, asal-usul penamaanya dan fungsi camilan tersebut. Teknik wawancara yang digunakan narasumber dengan teknik cakap semuka. Data lisan diperoleh dari informan dengan metode cakap semuka. Teknik cakap semuka yaitu kegiatan yang dilakukan dengan percakapan langsung atau tatap muka (Sudaryanto, 1993: ). Kriteria informan yaitu (1) Pedagang makanan tradisional di daerah Yogyakarta, (2) Orang yang menggeluti dibidang makanan tradisional, (3) Berusia di atas 25 tahun, karena pada generasi tersebut diperkirakan masih mengenal makanan tradisional yang sekarang mulai jarang dijumpai. Data lisan merupakan data primer sehingga sangat penting dalam melakukan penelitian Metode Analisis Data Setelah data mengenai CBST terkumpul, maka akan dianalisis secara morfologi nama-namanya, untuk mengetahui klasifikasi kata yang monomorfemis dan polimorfemis. Langkah selanjutnya, analisis semantis digunakan untuk mengetahui makna dan komponen-komponen yang terkandung dalam nama-nama CBST. Metode padan referensial digunakan dalam penelitian ini, karena data yang menjadi obyek penelitian mengacu pada referen di luar bahasa, yakni benda berupa camilan. 1.9 Sistematika Penyajian Sistemantika penyajian hasil penelitian ini sebagai berikut: Bab I merupakan pendahuluan. Pada bab ini diuraikan latar belakang masalah, ruang lingkup penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

17 17 tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II identifikasi makanan tradisional. Pada bab ini diuraikan mengenai letak geografis lokasi penelitian (DIY) dan identifikasi CBST. Bab III berisi tentang analisis bentuk morfologis nama-nama CBST. Bab IV analisis komponen makna. Bab V merupakan penutup, yaitu akan menguraikan kesimpulan dari bab II sampai bab IV.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan kebudayaan tersebut terlihat ketika masyarakat pada masa itu mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cara hidup manusia yang berkembang merupakan salah satu bukti adanya peradaban dan kebudayaan pada kehidupan masyarakatnya. Adanya peradaban dan kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan berasal dari kata main. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata main berarti melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenangsenang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat dan ada juga yang berupa seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat dan ada juga yang berupa seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta beraneka ragam. Para wisatawan tertarik datang ke provinsi ini untuk menyaksikan secara langsung bagaimana kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia. Wujud alat komunikasi ini bisa menggunakan alat ucap manusia, atau bisa juga menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di dalam komunikasi manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penamaan, menurut Kridalaksana (2008:160), merupakan proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek, konsep, proses, dan sebagainya. Proses ini biasanya

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keanekaragaman budaya di Indonesia adalah sesuatu yang tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam masyarakatnya yang majemuk, tentunya masyarakat Indonesia juga memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta atau DIY adalah kota kecil yang terletak di bagian selatan pulau Jawa, DIY merupakan provinsi yang berdasarkan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di. peran yang sangat penting dalam proses pembelajaran. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia pada dasarnya sangat membutuhkan bahasa dalam bermasyarakat. Bahasa sudah diajarkan sejak dulu baik di keluarga maupun di lingkungan formal. Bahasa

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil dari penelitian berjudul Interferensi Morfologis Bahasa Indonesia Dalam Penggunaan Bahasa Jawa Pada Upacara Pernikahan Adat Jawa dapat ditarik kesimpulan bahwa

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Tinjauan Studi Terdahulu Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan aspek pandangan yaitu pada tahun 2000 oleh Chatarina dari Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang. Cabang-cabang itu diantaranya adalah fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, pragmatik,

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 3 BAB 2 DATA DAN ANALISA 2.1. Sumber Data Data dan informasi untuk mendukung proyek Tugas Akhir ini diperoleh dari berbagai sumber, antara lain: 1. Data dari literatur buku seperti buku buku resep jajanan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Interferensi terjadi pada masyarakat tutur yang memiliki dua bahasa atau lebih yang disebut masyarakat bilingual (dwibahasawan). Interferensi merupakan perubahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat komunikasi. Manusia dapat menggunakan media yang lain untuk berkomunikasi. Namun, tampaknya bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dapat didefinisikan sebagai alat bantu antara anggota atau kelompok masyarakat untuk bekerja sama dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana, 1983: 17), dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan, manusia dikodratkan sebagai makhluk sosial karena manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya membutuhkan bantuan

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan oleh manusia dalam kehidupan seharihari. Ketika berbahasa ada bentuk nyata dari pikiran yang ingin disampaikan kepada mitra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jika kita membaca berbagai macam karya sastra Jawa, maka di antaranya ada karya sastra berbentuk puisi yang dikenal sebagai těmbang macapat atau disebut juga těmbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sembilan kabupaten dan satu kota madya. Bengkulu memiliki banyak suku dan

BAB I PENDAHULUAN. sembilan kabupaten dan satu kota madya. Bengkulu memiliki banyak suku dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bengkulu merupakan salah satu provinsi pemekaran dari SUMBAGSEL (Sumatra bagian selatan) 1. Provinsi Bengkulu terletak di barat provinsi Sumatra Selatan, utara provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, maupun perasaan. Bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka

BAB I PENDAHULUAN. yang banyak ini, Indonesia mempunyai potensi kekayaan yang sangat beraneka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya dengan kemajemukan dilihat dari berbagai aspek segi dan dimensi. Dari kemajemukan yang banyak ini, Indonesia mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd.

Cakrawala, ISSN , Volume 3, November KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd. Cakrawala, ISSN 1858-449, Volume 3, November 2008 KEDUDUKAN BAHASA JAWA DAN BAHASA ARAB DALAM EJAAN BAHASA INDONESIA Oleh : Drs. Bowo Hermaji, M.Pd. Abstrak Bahasa Jawa dan bahasa Arab sangat terlihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG

2015 FENOMENA PENGGUNAAN NAMA-NAMA UNIK PADA MAKANAN DI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini diuraikan latar belakang masalah, masalah penelitian yang meliputi pengidentifikasian masalahah, pembatasan masalah, dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa nama-nama peralatan rumah

BAB V KESIMPULAN. Dari penelitian ini diperoleh data bahwa nama-nama peralatan rumah 86 BAB V KESIMPULAN A. Simpulan Dari penelitian ini diperoleh data bahwa nama-nama peralatan rumah tangga tradisional di Pasar Gedhe Klaten terdiri dari 44 jenis yaitu peralatan rumah tangga tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjemahan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Di dalam beberapa karya pustaka kuno (naskah kuno) baik langsung

BAB I PENDAHULUAN. terjemahan dengan bahasa yang mudah dipahami oleh masyarakat umum. Di dalam beberapa karya pustaka kuno (naskah kuno) baik langsung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan tradisional merupakan warisan nenek moyang yang perlu dilestarikan keberadaanya. Hal ini sejalan dengan program pemerintah tentang pelestarian makanan tradisional.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya

BAB 1 PENDAHULUAN. diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batik adalah budaya Indonesia yang menjadi salah satu ciri khas dan jati diri bangsa. Wujud budaya yang terdiri atas ide, benda, dan aktivitas khususnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara populer orang sering menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa; atau ilmu yang menjadikan bahasa sebagai objek kajiannya; atau lebih tepat lagi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, dikaruniai akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. Manusia tidak bisa hidup

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah bersih desa Masyarakat di Dusun Mangurejo menyebutnya dengan dhekahan dhusun. Dalam tradisi dhekahan dhusun seluruh dusun Mangurejo ikut terlibat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peralatan rumah tangga tradisional merupakan salah satu warisan nenek

BAB I PENDAHULUAN. Peralatan rumah tangga tradisional merupakan salah satu warisan nenek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peralatan rumah tangga tradisional merupakan salah satu warisan nenek moyang. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju masyarakat kurang paham dengan peniggalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen

Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Tradisi Menguras Sumur Di Pemandian Air Panas Krakal Kecamatan Alian Kabupaten Kebumen Oleh: Tri Raharjo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa trie.joejoe@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KIAT BISNIS MAKANAN TRADISIONAL

KIAT BISNIS MAKANAN TRADISIONAL PENDAHULUAN KIAT BISNIS MAKANAN TRADISIONAL Sebagaimana diketahui bahwa makanan bagi kesehatan tidak hanya penting untuk pemenuhan gizi dan untuk mempertahankan kesehatan secara optimal, akan tetapi makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dipilih umat manusia dalam berkomunikasi dibanding berbahasa non lisan. Hal ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah suatu hal yang amat lazim diperankan di dalam setiap aspek kehidupan manusia. Tak dapat dipungkiri, kegiatan berbahasa lisan hingga kini masih dipilih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 2008: 24). Bahasa merupakan kemampuan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. (Kridalaksana, 2008: 24). Bahasa merupakan kemampuan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang dipergunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri (Kridalaksana,

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud, gagasan atau suatu ide yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal tersebut BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses, atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, terdiri dari berbagai suku, bahasa, agama, dan adat istiadat. Berbagai suku bangsa tersebut mewarisi kebudayaan yang telah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal.

BAB V PENUTUP. bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. dalam bidang fonologi (vokal dan konsonan) dan leksikal. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan seperti berikut ini. 1. Variasi kedaerahan bahasa Jawa yang

Lebih terperinci

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak

Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak. Abstrak Analisis Morfologi Kelas Kata Terbuka Pada Editorial Media Cetak Rina Ismayasari 1*, I Wayan Pastika 2, AA Putu Putra 3 123 Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau

BAB II KAJIAN TEORI. Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Semantik Semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut.

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian. Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan sebagai berikut. BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang kajian morfosemantik istilah-istilah pertukangan kayu di Desa Lebak Kecamatan Pakis Aji Kabupaten Jepara dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Wolio yang selanjutnya disingkat BW adalah salah satu bahasa daerah yang ada di wilayah Sulawesi Tenggara, tepatnya di Pulau Buton. Pada masa Kerajaan Kesultanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diberikan anugerah yang luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Esa berupa ilmu tauhid dalam dirinya. Hal ini dapat diurai melalui proses pendalaman dan penjabaran

Lebih terperinci

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA

PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA -Konferensi Nasional Bahasa dan Sastra III- PERILAKU SINTAKSIS FRASA ADJEKTIVA SEBAGAI PENGUAT JATI DIRI BAHASA INDONESIA Munirah Pascasarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Unismuh Makassar munirah.

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran masa lalu (Soemardjan, 1990).

BAB I PENDAHULUAN. Kesultanan Surakarta dan Mangkunegaran masa lalu (Soemardjan, 1990). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) terletak di Jawa Tengah, wilayahnya meliputi 3.100 km 2 termasuk 105 km 2 daerah enclave yang masuk dalam wilayah Kesultanan Surakarta

Lebih terperinci

REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK

REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK REDUPLIKASI NOMINA DALAM BAHASA INDONESIA: KAJIAN SINTAKSIS DAN SEMANTIK NOUN REDUPLICATION IN INDONESIAN: THE STUDY OF SYNTAX AND SEMANTICS Wati Kurniawati Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Jalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Untuk dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu penelitian, maka dibutuhkan sebuah metode penelitian. Metode ini dijadikan pijakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia

BAB I PENDAHULUAN. peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia hampir tidak dapat terlepas dari peristiwa berkomunikasi. Di dalam berkomunikasi dan berinteraksi, manusia memerlukan sarana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an.

BAB I PENDAHULUAN. bahasa lisan, misalnya bahasa dalam khotbah, bahasa dalam pidato, dan bahasa. dalam karangan siswa, bahasa terjemahan Al Qur an. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia diberikan akal dan pikiran yang sempurna oleh Allah, sehingga mampu melahirkan ide-ide yang kreatif. Salah satu kelebihan manusia di antaranya, yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Yunani etymos arti kata dan logos ilmu. Etimologi adalah cabang ilmu

BAB II KAJIAN TEORI. Yunani etymos arti kata dan logos ilmu. Etimologi adalah cabang ilmu 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Etimologi Menurut Alvaro Rano Wijaya (2009) kata etimologi berasal dari bahasa Yunani etymos arti kata dan logos ilmu. Etimologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sangat erat hubungannya dengan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat indera yaitu mulut. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dijabarkan pada bab sebelumnya, diambil kesimpulan sebagai berikut. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Setiap bahasa di dunia memiliki sistem kebahasaan yang berbeda. Perbedaan sistem bahasa itulah yang menyebabkan setiap bahasa memiliki ciri khas dan keunikan, baik

Lebih terperinci

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588). BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

Please purchase PDFcamp Printer on to remove this watermark.

Please purchase PDFcamp Printer on  to remove this watermark. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kata budaya terdiri dari dua kata yaitu budi dan daya. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata budaya berasal dari bahasa Sansekerta buddhayah, ialah bentuk jamak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Potensi sumber daya manusia merupakan aset nasional sekaligus sebagai modal dasar pembangunan bangsa. Potensi ini hanya dapat digali dan dikembangkan serta dipupuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesalahan berbahasa ini tidak hanya terjadi pada orang-orang awam yang belum mengecap ilmu pengetahuan di sekolah atau perguruan tinggi tertentu, tetapi sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar

JURNAL. Javanese Language Interferance in Language Essay of Fifth Grader in MI Yaa Bunayya Dandong Srengat Blitar JURNAL INTERFERENSI BAHASA JAWA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS V MI YAA BUNAYYA DANDONG SRENGAT KABUPATEN BLITAR TAHUN AJARAN 2015-2016 Javanese Language Interferance in Language Essay of

Lebih terperinci