BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia. Wujud alat komunikasi ini bisa menggunakan alat ucap manusia, atau bisa juga menggunakan bentuk lain. Wujud alat komunikasi dalam bentuk lain bisa menggunakan lambang-lambang atau simbol-simbol baik berupa kata atau bahasa tulis, bunyi lonceng, warna atau gerak tubuh manusia (Herusatoto, 1984:21). Oleh sebab itu, gerak tubuh manusia dapat dikategorikan sebagai bahasa. Bahasa memiliki hubungan yang erat dengan dunia seni tari. Hubungan erat tersebut terbukti karena wujud kebudayaan menyangkut seni tari dan bahasa (Koentjaraningrat, 1983:48). Seni tari merupakan gerak-gerik dari seluruh bagian tubuh manusia yang disusun selaras dengan iringan gamelan serta irama musik, serta memiliki makna tertentu (Pangeran Suryodiningrat dalam Dewan Ahli Yayasan Siswa Among Beksa Ngayogyakarta Hadiningrat, 1981:16). Salah satu seni tari yang memiliki makna tertentu adalah Tari Lawèt. Tari Lawèt merupakan tarian khas dari Kabupaten Kebumen yang menggambarkan perilaku burung lawèt. Hasil sarang burung lawèt merupakan potensi unggulan karena dijadikan sebagai salah satu penopang pembangunan di Kabupaten Kebumen, sehingga burung lawèt juga dijadikan sebagai lambang Kabupaten Kebumen dan juga dijadikan sebagai tugu 1

2 2 kebanggaan di Kabupaten Kebumen (Sardjoko, 1996:2). Oleh karena itu, Tari Lawèt diciptakan karena terinspirasi dari burung lawèt. Tari Lawèt merupakan salah satu jenis kesenian yang masih bertahan di Kabupaten Kebumen. Sebagai tarian khas Kabupaten Kebumen, Tari Lawèt memiliki beberapa keunikan, salah satunya menggunakan bahasa Jawa sebagai bentuk dari nama-nama ragam gerak dan sub-sub variasi gerakan tariannya, tetapi ada satu nama ragam gerak tarinya yang menggunakan bahasa Indonesia. Keunikan lain yang terdapat pada Tari Lawèt adalah gerakannya diambil dari beberapa gaya daerah, antara lain Gaya Banyumas, Gaya Surakarta, dan Gaya Bali (Sardjoko, 1996:3). Tari Lawèt dibangun dari beberapa ragam gerak tari. Menurut Sudarsono (tt:17), pengertian ragam gerak tari dibatasi sebagai suatu kesatuan gerak tubuh manusia yang disusun, diolah dari beberapa macam motif gerak, sehingga membentuk suatu kesatuan gerak yang ritmis dan dinamis, serta memiliki makna tertentu. Ragam gerak Tari Lawèt disusun dari beberapa sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt. Setiap ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt memiliki nama tertentu. Contohnya: (1) Angklingan melompat dengan satu kaki (Poerwadarminta, 1939:16) (2) Ngrayung menjari (Poerwadarminta, 1939:517) Nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt berbentuk kata yang mengalami proses pembentukan kata. Proses pembentukan kata berakibat pada perubahan makna kata. Selain itu, kata tersebut juga memiliki hubungan di luar bahasa. Kata yang memiliki hubungan di luar bahasa disebut referen. Oleh karena itu, proses pembentukan kata, perubahan makna kata, dan

3 3 referen kata pada nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt merupakan hal yang penting, sehingga menjadi perhatian khusus penulis untuk meneliti lebih jauh. Penelitian mengenai proses pembentukan kata, perubahan makna kata, dan referen kata pada nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan tari masih jarang dilakukan, terutama pada nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Penelitian mengenai nama-nama ragam gerak tari hingga saat ini belum ada yang membahas secara lebih mendalam. Sebagian besar hanya membahas pada namanama ragam gerak tarinya saja, tetapi tidak sampai ke sub-sub variasi gerakan tarinya. Nama-nama ragam gerak Tari Lawèt dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt terdiri dari sebelas nama-nama ragam gerak tari dan dua puluh delapan subsub variasi gerakan tari. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditarik suatu rumusan masalah sebagai berukut. a. Apa yang dimaksud Tari Lawèt dan apa sajakah nama-nama ragam gerak dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt? b. Bagaimanakah analisis morfologis dan semantis nama-nama ragam gerak Tari Lawèt?

4 4 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu ruang lingkup data dan ruang lingkup pembahasan Ruang Lingkup Data Penelitian ini dikhususkan pada nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt. Berdasarkan jenis pengacuannya, nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt termasuk ke dalam kata nama. Kata nama adalah kata yang referennya unik (Wijana, 2010:77). Nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt memiliki referen yang unik karena referennya berdasarkan pada gerakan-gerakan Tari Lawèt. Berdasarkan pada hal tersebut, penelitian ini menggunakan data sebelas namanama ragam gerak tari dan dua puluh delapan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt. Data tersebut tertera pada lampiran Ruang Lingkup Pembahasan Penelitian ini menggunakan analisis morfologis dan semantis. Analisis morfologis dan semantis membahas proses pembentukan kata dan makna pada sebelas nama-nama ragam gerak dan dua puluh delapan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt yang referennya berupa gerakan Tari Lawèt. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini ada dua, yaitu: a. Mendeskripsikan Tari Lawèt.

5 5 b. Menjelaskan nama-nama ragam gerak Tari Lawèt dalam analisis morfologi dan semantik. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan analisis proses pembentukan kata pada nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan tari. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai salah satu sumber referensi para peneliti bidang morfologi-semantik khususnya mengenai pembentukan kata. Selain itu dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai Tari Lawèt. 1.6 Tinjauan Pustaka Penelitian mengenai proses pembentukan kata pada nama-nama ragam gerak tari khususnya Tari Lawèt belum pernah dilakukan. Buku yang memuat tentang Tari Lawèt, pernah ditulis oleh Sardjoko (1996) dalam bukunya yang berjudul Sekilas Tentang Tari Lawèt Mulok Sekolah Dasar (1996). Sardjoko (1996) menjelaskan proses terjadinya Tari Lawèt dari penyusunan pertama hingga penyusunan keempat, gending iringan Tari Lawèt, pementasan Tari Lawèt, busana Tari Lawèt, cara memakai busana Tari Lawèt, serta ringkasan gerak Tari Lawèt. Dalam bukunya juga dijelaskan uraian gerak Tari Lawèt dan titilaras lancaran lawèt anéba pélog barang. Buku ini juga dilengkapi lampiran jenis dan namanama pakaian Tari Lawèt beserta gambar-gambar kegiatan pentas Tari Lawèt,

6 6 penemuan sarang burung lawèt, dan upacara tradisional pengunduhan sarang burung lawèt. Buku yang ditulis oleh Sardjoko (1996) menjadi bahan acuan yang inspiratif bagi penulis untuk mencoba mendeskripsikan Tari Lawèt. Penelitian terkait tentang nama-nama ragam gerak tari pernah dilakukan oleh Nikendari (1997) dalam skripsinya berjudul Nama-nama Ragam Gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta (Tinjauan Morfo-Semantis). Dalam penelitiannya Nikendari (1997) membahas nama-nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta yang dianalisis dengan menggunakan teori morfologi dan semantis. Proses pembentukan nama-nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta bersifat terikat dan bermakna gramatikal. Pada analisis morfologis, nama-nama ragam gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta dibagi menjadi tiga, yaitu afiksasi atau pengimbuhan, perulangan, dan pemajemukan atau komposisi. Dalam skripsinya, Nikendari juga membahas nama-nama ragam gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta yang dianalisis secara semantis karena bahasa dalam nama-nama ragam gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta merupakan bahasa konotatif. Berdasarkan kesamaan sifat dan perilaku yang sesuai dengan penyebutannya, terjadinya penyebutan nama-nama ragam gerak Tari Putri Gaya Yogyakarta dibagi dalam tiga klasifikasi, yaitu dengan makna denotatif sesuai, dengan makna metaforis, dan dengan maksud khusus. Penelitian ini menggunakan objek kajian berupa nama ragam gerak tari putri gaya Yogyakarta, sedangkan penulis menggunakan objek kajian yang berbeda, yakni nama-nama ragam gerak Tari Lawèt. Penelitian lain terkait tentang nama-nama ragam gerak tari juga pernah dilakukan oleh Sapariah (2004) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Morfo-

7 7 Semantis Nama Ragam Gerak Tari Suloh Bindae. Dalam penelitiannya, Sapariah membahas nama ragam gerak Tari Suloh Bindae yang dianalisis dengan menggunakan teori morfologi dan semantis. Proses pembentukan nama ragam gerak Tari Suloh Bindae dibagi menjadi dua, yaitu monomorfemis dan polimorfemis. Dalam skripsinya, Sapariah juga membahas nama ragam gerak Tari Suloh Bindae yang dianalisis secara semantis pada tujuh gerakan pokoknya karena mengandung makna dan sekaligus merupakan rangkaian cerita. Penelitian ini menggunakan objek kajian berupa nama ragam gerak Tari Suloh Bindae, sedangkan penulis menggunakan objek kajian yang berbeda, yakni nama-nama ragam gerak Tari Lawèt. Penelitian lain yang terkait dengan teori morfologi semantik adalah penelitian yang dilakukan oleh Prahita (2013) dalam skripsinya berjudul Leksikon Pemberitaan dalam Redaksi Berita Yogyawarta dan Berita Yogya TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam penelitiannya, Prahita membahas bentuk-bentuk leksikon, pembentukan leksikon dalam tataran morfologi semantik, dan fungsi leksikon bidang pemberitaan dalam redaksi berita Yogyawarta dan berita Yogya TVRI Stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta yang dianalisis dengan menggunakan teori morfologi dan semantik. Bentuk-bentuk leksikon bidang pemberitaan dibagi menjadi dua bentuk, yaitu berdasarkan bentuk morfologis dan berdasarkan bentuk fonologis. Di dalam analisis morfologis, pembentukan leksikon bidang pemberitaan diperoleh dari kata serapan dan pinjaman yang mengalami tujuh proses morfologis, yaitu afiksasi, morfofonemik, compounding, konstruksi sintaksis, abreviasi, derivasi dan infleksi, dan konversi.

8 8 Berdasarkan proses morfologisnya, akan didapatkan aspek makna yang berupa makna gramatikal, makna leksikal, makna paduan leksem, makna idiomatikal, dan makna khusus. Makna-makna tersebut mengalami perubahan makna yang berupa perubahan makna akibat perubahan leksem atau kata, perubahan makna akibat perubahan bentuk, perubahan makna total, serta perluasan makna. Skripsi ini juga membahas fungsi leksikon bidang pemberitaan yang berupa kehematan dan kemudahan, memenuhi kebutuhan register tertentu, membedakan konsep register, kepraktisan, dan memenuhi unsur prestise tertentu. Penelitian ini menggunakan obyek kajian berupa leksikon pemberitaan dalam redaksi berita yogyawarta dan berita yogya TVRI stasiun Daerah Istimewa Yogyakarta, sedangkan penulis menggunakan objek kajian yang berbeda, yakni nama-nama ragam gerak Tari Lawèt. Skripsi yang ditulis oleh Prahita (2013) ini menjadi bahan acuan dalam analisis data bagi penulis. Empat penelitian terdahulu di atas yang masing-masing ditulis oleh Nikendari, Sapariah, Syafar, dan Prahita memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan tersebut terlihat pada objek kajiannya. Meskipun sama-sama menggunakan teori yang sama, yaitu teori morfologi dan semantik, tetapi objek penelitiannya berbeda. 1.7 Kerangka Teori Untuk mengkaji nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt, diperlukan dua teori untuk membahasnya. Kedua teori tersebut adalah teori morfologi dan semantik.

9 Pengertian Morfologi dan Semantik Menurut Poedjosoedarmo, dkk (1979:2), morfologi adalah cabang kajian linguistik (ilmu bahasa) yang mempelajari tentang seluk beluk kata dan tata kalimat pada umumnya. Dengan demikian, pada dasarnya kajian morfologi menyangkut kata dengan segala aturan pembentukan dan perubahannya. Teori linguistik struktural dengan analisis bentuk kata dengan proses morfologi akan dapat menjelaskan proses pembentukan nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt yang berupa kata dalam bahasa Jawa. Menurut Verhaar (2012:385), semantik adalah cabang linguistik yang meneliti arti atau makna. Makna atau arti akan hadir di dalam tata bahasa yang berupa proses morfologi dan sintaksis, sehingga dapat disimpulkan bahwa bentuk kebahasaan yakni morfologi berkaitan dengan pembentukan makna. Semantik digunakan untuk mengetahui makna dari nama-nama ragam gerak tari dan subsub variasi gerakan Tari Lawèt setelah adanya proses morfologi yang berupa pembentukan kata Analisis Morfologi-Semantik Analisis morfologi-semantik didasarkan pada unsur pembentuk kata-kata bahasa Jawa berupa morfem. Bahasa Jawa memiliki morfem yang dapat berdiri sendiri dan memiliki makna sendiri dan juga morfem yang dapat memunculkan makna baru karena adanya proses pengimbuhan (afiksasi). Selain itu terdapat juga proses pengulangan (reduplikasi), pemajemukan atau akronimisasi, pengubahan bunyi, produktivitas, frekuensi, dan perubahan morfemik. Selain itu, kata juga memiliki kemampuan untuk mengacu pada hal-hal di luar bahasa. Hal-hal di luar

10 10 bahasa dinamakan referen. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa di dalam tataran morfologi-semantik ada keterkaitan antara proses pembentukan kata dengan makna yang dihasilkan. Selain itu, ada juga keterkaitan antara makna dengan acuan yang ada di luar bahasa. Analisis morfologi-semantik diperlukan untuk menjabarkan proses pembentukan kata dan makna yang dihasilkan pada nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt, serta memperlihatkan referen gerakan Tari Lawèt. Analisis morfologi membahas data yang dianalisis atas morfemmorfemnya, serta proses pembentukan kata yang merupakan proses morfologis. Menurut Poedjosoedarmo (1979:6), proses morfologi membicarakan tentang pembentukan kata-kata bahasa Jawa. Bahasa Jawa terdiri dari morfem bebas dan morfem terikat. Contoh morfem bebas diantaranya ngulèt mengulur anggota badan (bangun tidur), dhidhis duduk sambil menelusuri rambut (bulu, celana) dicari kutunya, èrèk berjalan mendekat atau giring kawin, dan lain-lain. Selain morfem bebas, ada juga morfem terikat, contohnya awalan N-, akhiran an, maupun sisipan um-. Kata-kata bahasa Jawa yang berbentuk morfem bebas, dapat dibentuk karena mengalami pengimbuhan (afiksasi). Selain itu juga karena mengalami pengulangan (reduplikasi), pengubahan bunyi baik berupa perubahan bunyi vokal (vowel change) maupun perubahan bunyi konsonan (consonant change), pemajemukan (compounding), dan penyingkatan secara akronim. Proses pembentukan kata tersebut akan dijelaskan secara singkat. a. Afiksasi

11 11 Proses afiksasi dibentuk dengan mengimbuhkan awalan, sisipan, akhiran, maupun gabungan imbuhan-imbuhan pada kata dasarnya. Afiksasi menghasilkan kata kerja. Imbuhan dalam bahasa Jawa berupa awalan N-, awalan a-, akhiran an, sisipan um-, dan lain-lain. b. Pengulangan Proses pengulangan dalam bahasa Jawa dibagi menjadi beberapa macam, diantaranya pengulangan utuh (dwilingga), pengulangan utuh disertai bunyi (dwilingga salin suara), pengulangan awal (dwipurwa), dan pengulangan akhir (dwiwasana). c. Pemajemukan dan akronimisasi Kata majemuk dalam bahasa bahasa Jawa dapat terdiri dari dua buah kata, tiga buah kata, atau bisa juga berbentuk akronim (camboran tugel), yakni pemajemukan dari potongan kata-kata komponennya. d. Pengubahan bunyi Kata baru bahasa Jawa dibentuk dari kata lama yang melalui perubahan bunyi vokal maupun bunyi konsonannya. Kata baru bisa juga terbentuk melalui perubahan kedua bunyi vokal dan konsonannya. Perubahan ini terjadi pada fonemnya. Contoh kata yang terbentuk dari proses ini adalah kata dalam leksikon krama. e. Perubahan morfofonemik Perubahan morfofonemik membahas tentang berbagai morfem dan alomorfalomorfnya yang disertai dengan syarat-syarat pendistribusiannya. Syarat penentu distribusi alomorf-alomorf dalam bahasa Jawa, tidak hanya terbatas pada syarat

12 12 fonologis dan morfologis, tetapi juga dengan syarat lain, diantaranya persyaratan dialek, unda-usuk, dan ragam bahasa. Setelah morfologi, akan dilakukan pembahasan mengenai aspek-aspek makna dari morfem-morfem yang dianalisis. Dalam penelitian ini digunakan semantik leksikal yang menyangkut makna leksikal (Verhaar, 2012:388). Bidang yang meneliti semantik leksikal dinamai leksikologi. Makna leksikal dalam deskripsi linguistik lazimnya ditandai dengan tanda petik tunggal. Misalnya kata ngulèt memiliki makna mengulur anggota badan (bangun tidur). Semantik leksikal secara leksikologis mencakup banyak segi, antara lain a) makna dan referensi, b) denotasi dan konotasi, c) analisis ekstensional dan analisis intensional, d) analisis komponensial, e) makna dan pemkaiannya, dan f) kesinoniman, keantoniman, kehomoniman, dan kehiponiman. Penelitian ini menggunakan semantik leksikal yang mencakup bagian a), yaitu mengenai makna dan referensi. Menurut Verhaar (2012:389) makna leksikal lazim disebut sebagai sifat kata sebagai unsur leksikal. Misalnya kata angklingan memiliki makna melompat dengan satu kaki, akan tetapi selain dari makna tersebut, kata angklingan juga memiliki sifat yang namanya referensi. Referensi adalah kemampuan kata untuk mengacu pada hal-hal tertentu. Hal yang diacu tersebut dinamakan sebagai referen. Referen dari kata angklingan berupa gambar dari gerakan angklingan. Jelaslah bahwa referensi memiliki kaitan yang erat dengan makna, sehingga referensi merupakan salah satu sifat makna leksikal. Istilah referensi membawa dua arti yang agak berbeda. Referensi yang tadi dibicarakan adalah referensi

13 13 ekstralingual, karena referen itu adalah sesuatu yang ada di luar bahasa. Referensi ekstralingual disebut juga ektoforis (Verhaar, 2012:390). 1.8 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan subjek nama-nama ragam gerak dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan alasan bahwa penelitian menggunakan nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan tari masih jarang dilakukan. Objek penelitian ini adalah sebelas nama-nama ragam gerak tari dan dua puluh delapan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt. Metode penelitian bahasa yang digunakan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yaitu metode pengumpulan data, metode analisis data, dan metode penyajian data Metode Pengumpulan Data Tahap awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengumpulan data. Proses pengumpulan data diperoleh langsung di tiga sanggar tari, yaitu Sanggar Tari Kinanthi di Desa Karangsari, Sanggar Tari Sri Dewi di Desa Panjer, dan Sanggar Tari Srikandi Laras di Desa Bumirejo karena ketiga sanggar merupakan sanggar tari yang masih mengajarkan Tari Lawèt hingga saat ini. Ketiga sanggar tersebut berlokasi di Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. Populasi data yang diteliti dalam penelitian ini adalah nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt selama satu bulan. Kemudian diambil sampel penelitian yang dipandang cukup mewakili keseluruhannya. Sampel diambil

14 14 karena dalam ragam gerak Tari Lawèt, nama-nama ragam gerak maupun nama sub-sub variasi gerakan tari yang sama digunakan pada saat latihan menari. Oleh karena itu, berdasarkan frekuensi tersebut, diambil sampel penelitian berupa nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan tari dalam satu bulan, yakni pertengahan bulan Maret hingga pertengahan bulan April Proses observasi dilakukan kurang lebih empat minggu pada pertengahan bulan Maret hingga pertengahan bulan April Proses observasi pertama dilakukan di Sanggar Tari Kinanthi di Desa Karangsari guna mendapatkan data nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt pada saat latihan menari. Pada minggu kedua, proses observasi dilakukan di Sanggar Tari Sri Dewi di Desa Panjer guna mengamati nama-nama ragam gerak tari dan subsub variasi gerakan Tari Lawèt yang digunakan pada saat latihan menari. Minggu ketiga dilanjutkan dengan pengamatan nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt yang digunakan pada saat latihan menari di Sanggar Tari Srikandi Laras di Desa Bumirejo. Pengumpulan data pada minggu keempat adalah studi pustaka. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap. Adapun teknik dan tahapan yang digunakan sebagai perwujudan langsung metode simak yang digunakan. Teknik tersebut terdiri dari teknik dasar dan teknik lanjutan. Teknik dasar penelitian ini adalah teknik sadap, sedangkan teknik lanjutannya adalah teknik Simak Libat Cakap (SLC). Sudaryanto (1988:3) mengemukakan bahwa teknik SLC melibatkan peneliti langsung dalam dialog. Pada prakteknya, penyimakan diwujudkan dengan

15 15 menyadap langsung penggunaan nama-nama ragam gerak tari dan sub-sub variasi gerakan Tari Lawèt yang digunakan oleh pelatih tari dan murid tari. Selanjutnya, untuk mendapatkan data lanjutan digunakan teknik rekam dan teknik catat. Alat yang digunakan seperti alat rekam dan alat tulis. Observasi lebih lanjut dilakukan dengan pengamatan pada buku tentang Tari Lawèt, studi pustaka, dan wawancara mendalam guna mendapatkan data terkait dengan Tari Lawèt di ketiga sanggar tari. Wawancara mendalam diwujudkan dengan metode cakap dengan teknik cakap semuka (CS) sebagai tekniknya. Teknik CS merupakan kegiatan percakapan langsung, tatap muka atau bersemuka atau lisan percakapan dikendalikan oleh peneliti dan diarahkan sesuai dengan kepentingannya, yakni memperoleh data selengkap-lengkapnya sesuai dengan data yang dikehendaki atau diharapkan (Sudaryanto, 1988:7). Wawancara mendalam dilakukan dengan informan atau orang yang dipandang mengetahui tentang Tari Lawèt. Informan yang dipilih dengan kriteria seperti a) penduduk asli Kebumen, b) mengetahui, memahami, dan menguasai seluk-beluk Tari Lawèt, dan c) berpengalaman, yakni sudah lama mengenal Tari Lawèt. Daftar informan lihat lampiran 6. Hasil dari wawancara diharapkan dapat memenuhi data yang diperlukan oleh penulis. Pada saat wawancara mendalam, penulis menggunakan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, namun tidak semata-mata tergantung pada daftar pertanyaan tersebut. Daftar pertanyaan wawancara lihat lampiran 1. Setelah data terkumpul, data-data yang berupa data lingual ditranskripsikan kemudian dicatat dalam kartu data. Demikian halnya dengan

16 16 data-data yang berupa data tertulis. Setelah semuanya dicatat dalam kartu data, semua data tersebut kemudian diklasifikasikan Metode Analisis Data Setelah data yang dikumpulkan diklasifikasikan, langkah selanjutnya adalah analisis data. Data dianalisis dengan analisis morfologi dan semantik. Terkait dengan data yang diperoleh, hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses analisis data adalah proses morfemis pembentukan kata yang merupakan materi penelitian. Proses-proses yang perlu diperhatikan adalah afiksasi dan pemajemukan. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan adalah aspek makna yang terbentuk dalam kata-kata tersebut. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih dan metode padan. Menurut Sudaryanto (1993:15), metode agih adalah metode yang alat penentunya berupa bagian dari bahasa yang diteliti. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik bagi unsur langsung sebagai teknik dasar, dan teknik perluas sebagai teknik lanjutannya. Menurut Sudaryanto (1993:31), teknik bagi unsur langsung merupakan teknik yang digunakan pada awal kerja analisis dengan membagi satuan lingual data menjadi beberapa satuan data atau unsur. Setelah dilakukan teknik bagi unsur langsung, data kemudian dianalisis berdasarkan teknik perluas, yakni dilaksanakan dengan memperluas satuan satuan lingual yang bersangkutan ke kanan atau ke kiri, dan perluasan itu menggunakan unsur tertentu diantara unsur-unsur lingual yang ada untuk kepentingan analisis. Unsur tertentu itu berada di luar satuan lingual yang bersangkutan, yakni referen atau acuan. Mengingat objek penelitian yang berupa

17 17 data di luar kebahasaan, penelitian ini juga menggunakan metode padan dengan teknik pilah unsur penentu sebagai teknik dasarnya dan teknik hubung banding memperbedakan (HBB). Menurut Sudaryanto (1993:21), teknik pilah unsur penentu adalah teknik yang menggunakan daya pilah referensial, daya pilah fonetis artikulatoris, daya pilah translasional, daya pilah ortografis, daya pilah pragmatis, dan lain-lain. Penelitian ini lebih mengkhususkan pada penggunaan daya pilah referensial sebagai penentunya. Daya pilah ini ditujukan pada pembeda referen di luar bahasa yang diteliti. Daya pilah ini digunakan untuk mengetahui perbedaan referen gerakan tarinya. Digunakan juga teknik hubung banding memperbedakan (HBB), yakni merupakan teknik yang membandingkan unsur data yang telah ditentukan berupa referen gerakan tariannya (Sudaryanto, 1993:27) Metode Penyajian Hasil Analisis Data Setelah penarikan kesimpulan dilakukan, tahap terakhir penelitian ini adalah tahap penyajian data. Penyajian data berupa penyajian yang bersifat formal. Penyajian data yang bersifat formal adalah penyajian data dengan menggunakan kaidah. Dalam ilmu bahasa, kaidah dapat diartikan sebagai pernyataan umum tentang keteraturan atau pola bahasa (Kridalaksana, 2008:101). Teknik penulisan penelitian ini menggunakan buku Pedoman Penulisan Skripsi yang disusun oleh Tim Penyusun Program Sarjana Jurusan Sastra Nusantara Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta pada tahun 2012.

18 Sistematika Penulisan Laporan penelitian yang akan disajikan dalam tulisan ini terdiri dari empat bab. Bab pertama pendahuluan memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitia, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab dua, memaparkan Tari Lawèt di Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen membicarakan pengantar, gambaran umum Kabupaten Kebumen, jenis-jenis kesenian di Kabupaten Kebumen, dan Tari Lawèt di Kecamatan Kebumen Kabupaten Kebumen. Bab tiga, analisis morfologis dan semantis nama-nama ragam gerak Tari Lawèt di Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen membahas pengantar, analisis morfologis nama-nama ragam gerak Tari Lawèt, dan analisis semantis nama-nama ragam gerak Tari Lawèt. Bab empat, penutup berisi kesimpulan bab dua dan bab tiga, kemudian saran. Hasil akhir juga dilengkapi dengan daftar pustaka, lampiran daftar narasumber, dan lampiran peta.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi atau alat penghubung antar manusia, yang dapat menggunakan bentuk lain yakni dengan menggunakan simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat dan ada juga yang berupa seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang

BAB I PENDAHULUAN. upacara adat dan ada juga yang berupa seni pertunjukan. Seni pertunjukan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta beraneka ragam. Para wisatawan tertarik datang ke provinsi ini untuk menyaksikan secara langsung bagaimana kebudayaan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi antara satu dengan yang lainnya, yang kemudian disebut dengan komunikasi. Bahasa merupakan alat komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan tanggapannya terhadap alam sekitar atau peristiwa-peristiwa yang dialami secara individual atau secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang efektif. Bahasa dan proses berbahasa adalah hal yang tidak bisa terlepas dari kehidupan manusia. Dengan berbahasa, seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca.

BAB I PENDAHULUAN. alam pikiran sehingga terwujud suatu aktivitas. dalam pikiran pendengar atau pembaca. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari oleh para penuturnya. Bahasa merupakan sesuatu yang sangat penting dalam proses berpikir maupun dalam kegiatan

Lebih terperinci

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257

KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 KATA BESAR: BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Disusun Oleh: SHAFIRA RAMADHANI - 13010113140096 FAKULTAS ILMU BUDAYA, UNIVERSITAS DIPONEGORO, SEMARANG,50257 1. INTISARI Semiotika merupakan teori tentang sistem

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu kegiatan yang rutin dilakukan oleh pihak sekolah untuk menyambut kedatangan siswa baru. Kegiatan ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominalisasi sebagai salah satu fenomena kebahasaan, mesti mendapatkan perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai peran yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa adalah sebuah sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer yang digunakan oleh masyarakat umum dengan tujuan berkomunikasi. Dalam ilmu bahasa dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa konsep seperti pemerolehan bahasa, morfologi, afiksasi dan prefiks, penggunaan konsep ini

Lebih terperinci

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak

KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA. Kumairoh. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya. Universitas Dipnegoro. Abstrak KATA MENANGIS : BENTUK, PERILAKU, DAN MAKNA Kumairoh Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Dipnegoro Abstrak Bahasa Indonesia merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh masyarakat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat komunikasi antaranggota masyarakat yang berupa sistem lambang bunyi yang bermakna dan dihasilkan oleh alat ucap manusia (Keraf, 2004:1), sedangkan

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam. Bahasa Karo, merupakan salah satu bahasa daerah di Indonesia yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa-bahasa daerah di Indonesia mempunyai pengaruh dalam pembentukan dan pengembangan bahasa Indonesia. Sebelum mengenal bahasa Indonesia sebagian besar bangsa Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat komunikasi secara tidak langsung yakni dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai alat komunikasi, bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan. Selain digunakan sebagai alat komunikasi secara langsung, bahasa juga dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Morfologi Morfologi merupakan suatu cabang linguistik yang mempelajari tentang susunan kata atau pembentukan kata. Menurut Ralibi (dalam Mulyana, 2007: 5), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang struktur kata dan cara pembentukan kata (Harimurti Kridalaksana, 2007:59). Pembentukan kata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998:

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel (1998: BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif karena data penelitian berupa kata-kata (Subroto, 2007:5). Hal ini sejalan dengan pendapat Frankel

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI Kita kembali dulu melihat arus ujaran yang diberikan pada bab fonologi yang lalu { kedua orang itu meninggalkan ruang siding meskipun belum selesai}. Secara bertahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita

BAB I PENDAHULUAN. terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Koran Singgalang merupakan salah satu media cetak lokal yang terkemuka. Setiap media cetak mempunyai kolom-kolom khusus, seperti berita utama, berita khusus, berita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Masing-masing pulau tersebut dihuni oleh beragam suku dengan bahasa yang beragam pula, bahkan tidak sedikit satu pulau didiami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya untuk media cetak, media sosial maupun media yang lainnya. Bahasa kini dirancang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dalam arti, bahasa mempunyai kedudukan yang penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia dalam berkomunikasi. Bahasa mempunyai hubungan yang erat dalam komunikasi antar manusia, yakni dalam berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perbuatan untuk bersenang-senang baik menggunakan alat tertentu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan berasal dari kata main. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata main berarti melakukan sesuatu untuk menyenangkan hati atau melakukan perbuatan untuk bersenangsenang

Lebih terperinci

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd.

KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. KEKELIRUAN REDUPLIKASI BAHASA INDONESIA oleh Suci Sundusiah, S.Pd. 1. Pendahuluan Menurut proses morfologisnya, kata dihasilkan melalui proses afiksasi, reduplikasi, pemajemukan, dan perubahan zero. (Ramlan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai bahasa yang dituturkannya. Namun, seiring dengan berjalannya waktu kesepakatan itu pun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas

BAB I PENDAHULUAN. Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Surat kabar atau dapat disebut koran merupakan lembaran-lembaran kertas yang bertuliskan berita-berita dan sebagainya (Sugono ed., 2015:872). Beritaberita dalam surat

Lebih terperinci

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1 ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH Diajukan Oleh: AGUS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Posisi Indonesia terletak pada posisi silang jalur lalu-lintas dunia. Hal tersebut menjadikan Indonesia mempunyai kekayaan kebudayaan yang sangat beraneka ragam. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun kelompok. Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bahasa Indonesia dan bahasa daerah merupakan unsur budaya Indonesia yang hidup. Bahasa-bahasa tersebut mendapat tempat tersendiri di dalam khasanah kebudayaan Indonesia

Lebih terperinci

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI Nama : TITIS AIZAH NIM : 1402408143 LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI I. MORFEM Morfem adalah bentuk terkecil berulang dan mempunyai makna yang sama. Bahasawan tradisional tidak mengenal

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak 9 BAB II KAJIAN TEORI Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak bahasa. Chaer (2003: 65) menyatakan bahwa akibat dari kontak bahasa dapat tampak dalam kasus seperti interferensi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk individu sekaligus makhluk sosial. Untuk memenuhi hasratnya sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan alat berupa bahasa. Bahasa merupakan alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Barat merupakan daerah yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahasa Minangkabau dalam berkomunikasi dan bersosialisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan lambang bunyi yang mempunyai arti dan fungsi sebagai alat komunikasi. Bahasa dan kehidupan manusia merupakan dua hal yang sangat sulit untuk

Lebih terperinci

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS

ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS ABREVIASI DALAM MENU MAKANAN DAN MINUMAN DI KOTA SEMARANG: SUATU KAJIAN MORFOLOGIS Nuraeni, Shinta Yunita Tri. 2017. Abreviasi dalam Menu Makanan dan Minuman di Kota Semarang: Suatu Kajian Morfologis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia sebagai makhluk sosial, karena dengan bahasa kita bisa berkomunikasi satu dengan yang lain. Keraf (2001:1) mengatakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi manusia dalam berinteraksi di lingkungan sekitar. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan kita. Hal ini harus benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial perlu untuk berinteraksi untuk bisa hidup berdampingan dan saling membantu. Bahasa merupakan alat yang digunakan manusia untuk berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan sarana berkomunikasi yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Peranan bahasa sangat membantu manusia dalam menyampaikan gagasan, ide, bahkan pendapatnya

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari obyek, proses atau apa pun yang ada di luar bahasa, dan yang dipergunakan akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam berbahasa, kita sebagai pengguna bahasa tidak terlepas dari kajian fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam berbahasa adalah sesuatu

Lebih terperinci

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH

ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH 47-51 ANALISIS MAKNA DALAM RAGAM DIALEK LOKAL ACEH BESAR DALAM BAHASA ACEH Asriani, Harunnun Rasyid dan Erfinawati Universitas Serambi Mekkah Email : asrianiusm82@gmail.com Diterima 14 Oktober 2017/Disetujui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat tutur bahasa Minangkabau dalam berinteraksi cenderung menggunakan ragam lisan. Dalam ragam lisan terdapat kekhususan atau kekhasan suatu bahasa. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sesuai dengan perkembangan zaman, cara berpikir manusia serta cara menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini, bahasa juga terlibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari sering menemukan banyak tanda, baik itu tanda diluar rumah, dalam rumah, maupun dilingkungan sekitar. Namun manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Idiom salah satu istilah dalam bidang kebahasaan yang digunakan untuk berkomunikasi oleh manusia, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Idiom bertujuan untuk memperhalus

Lebih terperinci

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK)

BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) BAHASA JAWA DI KABUPATEN PURBALINGGA (KAJIAN GEOGRAFI DIALEK) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan Sastra Daerah Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Pustaka 1. Pengertian Semantik Kata semantik atau semasiologi diturunkan dari kata Yunani semainein: bermakna atau berarti.

Lebih terperinci

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015

KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 KATA ULANG BAHASA INDONESIA PADA MAJALAH PAPIRUS EDISI JANUARI 2015 Artikel Publikasi ini diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa

BAB I PENDAHULUAN. Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konjungsi adalah kata yang berfungsi untuk menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa (Ramlan, 2008:39). Tanpa kehadiran konjungsi, adakalanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya, beberapa bahasa di dunia, dalam penggunaannya pasti mempunyai kata dasar dan kata yang terbentuk melalui suatu proses. Kata dasar tersebut

Lebih terperinci

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A

DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A DESKRIPSI PENGGUNAAN METODE CERAMAH UNTUK PEMBELAJARAN MORFOLOGI DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENGGUNAAN MORFEM PADA TEKS PIDATO SISWA KELAS VIII A MTsN POPONGAN KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan manusia sangat erat hubungannya dengan berkomunikasi. Komunikasi dilakukan melalui bahasa atau tuturan yang diucapkan oleh alat indera yaitu mulut. Tanpa adanya

Lebih terperinci

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA

ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA ANALISIS PENGGUNAAN KATA ULANG BAHASA INDONESIA DALAM NOVEL SEPATU DAHLAN KARYA KHRISNA PABICHARA DAN KAITANNYA DENGAN PEMBELAJARAN BAHASA DI SMA NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dan berinteraksi antar sesama manusia. Chaer (2003:53) mengatakan bahwa bahasa adalah satu-satunya milik manusia yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa (Verhaar, 2010:3).

BAB I PENDAHULUAN. manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa (Verhaar, 2010:3). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sifat khas makhluk manusia, seperti dalam ucapan manusia memiliki bahasa, binatang tidak memiliki bahasa (Verhaar, 2010:3). Bahasa membedakan manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian 61 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Deskriptif yaitu penelitian yang mendeskripsikan apa saja yang saat ini berlaku, khususnya dalam bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4)

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyampaikan ide-ide ataupun gagasannya kepada orang lain. Samsuri (1987:4) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia, terutama sebagai alat untuk berkomunikasi dengan sesama manusia. Dengan bahasa, seseorang dapat menyampaikan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan

PENDAHULUAN. Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, komunikasi merupakan hal yang sangat penting dikarenakan komunikasi dapat menyampaikan pesan antar umat manusia. Salah satu alat komunikasi adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekunder yang akan mendukung penelitian, juga diperlukan untuk mengetahui sampai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Pengkajian teori tidak akan terlepas dari kajian pustaka atau studi pustaka karena teori secara nyata dapat dipeoleh melalui studi atau kajian kepustakaan.

Lebih terperinci

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN

RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN 0 RELASI MAKNA KLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK PADA TERJEMAHAN SURAT LUQMAN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE

PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE PEMBENTUKAN KATA PADA LIRIK LAGU EBIET G. ADE Ni Made Suryaningsih Wiryananda email: nanananda41ymail.com Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana Abstracts This study

Lebih terperinci

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK Nama : Wara Rahma Puri NIM : 1402408195 BAB 5 TATARAN LINGUISTIK 5. TATARAN LINGUISTIK (2): MORFOLOGI Morfem adalah satuan gramatikal terkecil yang mempunyai makna. 5.1 MORFEM Tata bahasa tradisional tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. gagasan, isi pikiran, maksud, realitas, dan sebagainya. Sarana paling utama. utama adalah sebagai sarana komunikasi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia, karena dengan bahasalah manusia berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Di dalam komunikasi manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Pemerolehan Bahasa Melayu Jambi pada Sasha Anak Usia Tiga Tahun; Suatu Kajian Psikolinguistik menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya,

BAB II LANDASAN TEORI. Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Agar dapat membedakan penelitian Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca Edisi Maret sampai April 2012 dengan penelitian sebelumnya, maka penliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 1982:17). Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud, gagasan atau suatu ide yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan oleh penduduk suku Jawa di antaranya Jawa Tengah, Jawa Timur, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan sebagian wilayah Indonesia lainnya.

Lebih terperinci

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 GEYER NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S- I Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk menyampaikan pendapat, ide, gagasan, maupun perasaan. Bahasa sebagai satu-satunya alat komunikasi terbaik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan

BAB I PENDAHULUAN. dapat disesuaikan, dan diungkapkan kembali kepada orang lain sebagai bahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat terlepas dari bahasa karena bahasa adalah alat yang dipakainya untuk membentuk pikiran, perasaan, keinginan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua

BAB I PENDAHULUAN. Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Makanan merupakan salah satu karya budaya masyarakat 1. Semua manusia memerlukan makanan untuk bertahan hidup, siapa pun dia, dari mana asalnya, berapapun umurnya,

Lebih terperinci

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan objek dari linguistik, karena linguistik merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Bahasa adalah suatu sistem simbol bunyi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh para anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (Kridalaksana, 2008:24).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan berbahasa meliputi mendengar, berbicara, membaca, menulis. Keempat kegiatan tersebut merupakan kegiatan yang diterapkan dalam melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa digunakan sebagai alat komunikasi dalam berinteraksi sesama manusia. Dengan bahasa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam linguistik bahasa Jepang (Nihon go-gaku) dapat dikaji mengenai beberapa hal, seperti kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada bagaimana bahasa

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21).

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu (lih. Sumarsono, 2010:21). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam dialek. Istilah dialek merupakan sebuah bahasa yang digunakan oleh sekelompok masyarakat yang tinggal pada daerah tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk mengekspresikan perasaan atau emosi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol 1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa menurut Dardjowidjojo (2003: 16) adalah suatu sistem simbol lisan yang arbitrer, dipakai oleh anggota suatu masyarakat bahasa untuk berkomunikasi dan berinteraksi

Lebih terperinci

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU Oleh: Ida Satriyani Kasran Ramsi ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah apa sajakah afiks infleksi dalam bahasa Kulisusu, dalam hal ini meliputi pembagian afiks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara yang harus dilaksanakan; teknik adalah cara melaksanakan metode (Sudaryanto, 2015:9). Metode yang tepat akan mengarahkan penelitian pada tujuan yang diinginkan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan,

BAB I PENDAHULUAN. melalui berita-berita yang terdapat di berbagai media. Penyampaian berita (pesan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan sarana untuk menyampaikan informasi. Jelas tidaknya informasi yang disampaikan kepada masyarakat, sangat ditentukan oleh benar tidaknya bahasa yang

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA A. Deskripsi Mata Kuliah Dalam perkuliahan dibahas pengertian morfologi dan hubungannya dengan cabang ilmu bahasa lain, istilah-istilah teknis dalam morfologi,

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah

ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA. Naskah Publikasi Ilmiah ANALISIS MORFOLOGI PADA KARANGAN SISWA KELAS VIII D SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA Naskah Publikasi Ilmiah Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah belum pernah dilakukan sebelumnya. Oleh

Lebih terperinci

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Arkhais, Vol. 07 No. 1 Januari -Juni 2016 PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA Wahyu Dwi Putra Krisanjaya Lilianan Muliastuti Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola pembentukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III pada penelitian ini akan dibahas mengenai metode yang berhubungan dengan penelitian yang meliputi pendekatan dan jenis penelitian, sumber data dan data penelitian, prosedur

Lebih terperinci