TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa. di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007).

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINJAUAN PUSTAKA. termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa. di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007)."

Transkripsi

1 TINJAUAN PUSTAKA Tebu Tebu (Saccharum officinarum Linn) adalah tanaman untuk bahan baku gula. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera (Wikipedia, 2007). Bentuk fisik tanaman tebu dicirikan oleh terdapatnya bulu-bulu dan duri sekitar pelepah dan helai daun. Banyaknya bulu dan duri beragam tergantung varietas. Jika disentuh akan menyebabkan rasa gatal. Kondisi ini kadang menjadi salah satu penyebab kurang berminatnya petani berbudidaya tebu jika masih ada alternatif tanaman lain. Tinggi tanaman bervariasi tergantung daya dukung lingkungan dan varietas, antara 2,5-4 meter dengan diameter batang antara 2-4 cm (Dinas Perkebunan, 2004). Daur kehidupan tanaman tebu melalui 5 fase, yaitu : 1. Perkecambahan Dimulai dengan pembentukan taji pendek dan akar stek pada umur 1 minggu dan diakhiri pada fase kecambah pada umur 5 minggu. 2. Pertunasan Dimulai dari umur 5 minggu sampai 3,5 bulan. 3. Pemanjangan Batang Dimulai dari umur 3,5 bulan sampai 9 bulan.

2 4. Kemasakan Merupakan fase yang terjadi setelah pertumbuhan vegetatif menurun dan sebelum batang tebu mati. Pada fase ini gula di dalam batang tebu mulai terbentuk hingga titik optimal hingga berangsur-angsur menurun. Fase ini disebut juga fase penimbunan rendemen gula. 5. Kematian (KPPBUMN, 2007). Tujuh varietas tebu unggul harapan yang diperkenalkan dinas perkebunan dapat dipakai sebagai alternatif pendamping mengungguli varietas lama yang masih dipertahankan yaitu PS , PS , PS , PS , PS , PS dan PS (Dinas Perkebunan, 2004). Teknik Budidaya Tebu Pembukaan Areal dan Menyusun Pola Field Lay Out Pembukaan Areal Jenis lahan yang dapat dikembangkan untuk budidaya tebu adalah : Lahan konversi Lahan rotasi pola Timur/Barat (T/B) Lahan rotasi pola Utara/Selatan (U/S). rotasi adalah : Cara pembuatan lahan budidaya tebu baik lahan konversi maupun lahan Daerah Penanaman (DP)

3 Luas berkisar antara Ha tergantung kondisi lapangan. Batas antara DP yang satu dengan yang lain adalah jalan (jalan primer, sekunder maupun tersier) atau sungai. Penomoran DP ini diberi angka romawi, contoh : DP.I, DP.II dan seterusnya. Blok Tiap DP mempunyai beberapa blok, tiap blok berkisar 5-8 Ha. Penomoran blok diberikan dengan dua digit angka biasa, contoh : blok 01, blok 02 dan seterusnya. Setiap blok hendaklah dicatat : a. Luas bruto b. Luas netto c. Jumlah juringan (alur tanaman) d. Panjang parit, sungai menurut jenisnya e. Dan yang lain-lain yang dianggap perlu. Saluran drainase Jenis-jenis saluran drainase yaitu : a. Parit kanal, yaitu parit yang berfungsi untuk mengalirkan air ke parit alam. b. Parit T/B lebar 100 cm, yaitu parit yang berfungsi untuk mengalirkan air dari parit U/S ke parit kanal. c. Parit U/S, yaitu parit yang berfungsi untuk mengalirkan air dari parit jaluran ke parit T/B lebar 100 cm. d. Parit jaluran, yaitu parit yang dibuat sejajar dengan juringan atau sering juga disebut parit T/B lebar 60 cm. Parit ini dibuat setiap m

4 (1 petak), yang berfungsi untuk mengalirkan air dari juringan ke parit U/S. Jaringan jalan Jaringan jalan dalam kebun tebu pada umumnya terdiri dari 3 macam, yaitu : a. Jalan Utama Jalan ini terutama untuk pengangkutan tebu dari kebun ke pabrik. Beban yang harus ditahan cukup berat (lebih dari 15 ton) sehingga perlu diperkeras dengan dasar yang kuat. Lebar jalan bervariasi antara 10 sampai 12 meter. b. Jalan Sekunder Jalan ini terutama untuk lalu lintas traktor dan alat pertanian. Selain itu juga untuk pengangkutan tebu dari kebun ke jalan utama. Beban yang harus ditahan juga cukup berat sehingga pelu diperkeras, serta dengan dasar yang kuat sesuai dengan ketentuan baku. Lebarnya dapat bervariasi antara 6 sampai 8 meter. c. Jalan Tersier Jalan ini tidak perlu diperkeras dan dapat digunakan sebagai headland tempat pemutaran traktor. Lebarnya bervariasi antara 4 sampai 6 meter. Tetapi jalan ini tetap dipelihara dengan membabat rumputan yang ada (PTPN II, 2008). Menyusun Pola Field Lay Out Pembuatan lay out di kebun tebu dilakukan untuk ukuran blok 400 m x 200 m, dimana dibuat jalan kontrol dengan lebar 2 m yang berada ditengah-tengah blok. Pembuatan jalan kontrol ini diharapkan memperlancar

5 pengoperasian mekanisasi (baik pengolahan maupun pemeliharaan) dan mempermudah pelaksanaan tebangan dan angkutan. Persiapan Lahan Sebelum penanaman tebu lahan konversi dan lahan rotasi pola T/B terlebih dahulu diolah tanahnya untuk menjamin perkecambahan yang tinggi : Untuk areal baru terlebih dahulu dilakukan pembabatan rumput kemudian rerumputan dibakar, ini dilakukan ± 2 bulan sebulan tanam. Untuk areal konversi, sesudah selesai tebangan tebu ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plane cane), biasanya hanya sampai ratoon III, segera dilakukan pembakaran lahan (klaras), baru dilakukan pengolahan tanah. Untuk areal rotasi eks tembakau, selesai panen (kutip daun terakhir), dibersihkan lahan lalu dilakukan pengolahan tanah. Pengolahan tanah hendaknya dilakukan dengan pembajakan, penggemburan dan pembuatan juringan. Dengan demikian perkecambahan tebu berjalan normal. Pembajakan (plowing) Adalah upaya pembongkaran tanah yang bertujuan untuk memperdalam batas olah tanah, membalikkan tanah agar sirkulasi udara lebih baik serta untuk menghancurkan sisa-sisa tumbuhan yang sebelumnya sudah ada (Dinas Perkebunan, 2004). Biasanya hasil pembajakan berupa tanah bongkahan yang masih cukup besar. Dilakukan dengan implement Davis Flow yang ditarik dengan traktor Crowler-D5 dengan kedalaman

6 30-40 cm. Pembajakan untuk tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban. Penggemburan (harrowing) Adalah upaya memperhalus hasil olahan tanah dari kondisi tanah besar menjadi lebih kecil. Tujuannya untuk membuat kondisi tanah berpori lebih banyak dan lebih remah sehingga permukaan tanah mudah dibentuk sesuai dengan yang diinginkan (Dinas Perkebunan, 2004). Dilakukan dengan menggunakan implement Rome Master dengan alat tarik Crowler-D5. Penggemburan untuk tanah ringan boleh ditarik dengan traktor roda ban. Pembuatan juringan (furrowing) Sesudah tanah dibajak dan digembur maka pekerjaan pembuatan alur tanaman dapat dimulai. Alat yang digunakan adalah furrower dengan kedalaman juringan cm yang ditarik dengan traktor rantai atau traktor ban. Pada satu kali jalan dibuat 2 sampai 3 alur. Jarak antar juringan adalah 135 cm (PTPN II, 2008). Selain menggunakan furrower, pembuatan juringan juga dapat dilakukan secara manual. Tebalnya kasuran/bantalan tergantung pada keadaan tanah. Bila musim hujan atau tanahnya basah, maka tebalnya ± 10 cm sedangkan bila musim kemarau, maka tebal kasuran ± cm dari permukaan tanah aslinya (Sutardjo, 1994).

7 Pembibitan Bibit merupakan salah satu faktor penting dalam penyelenggaraan tebu giling. Bibit yang bermutu baik dan sehat akan menghasilkan tanaman yang baik dan sehat pula. Penurunan produksi tebu antara lain disebabkan pemakaian bibit yang kurang baik. Bibit bisa didapatkan dari : Bibit pucuk Bibit ini berasal dari pucuk batang tebu giling. Untuk keperluan ini, dipilih tebu yang baik dan sehat serta yang tidak banyak bercampur dengan jenis-jenis tebu lain. Daun kering yang membungkus bibit tidak diklentek/dilepas, karena dapat melindungi mata dari kerusakan. Bibit kebun Bibit ini merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Lokasi kebun pembibitan diusahakan dekat dengan areal tebu giling. Bibit mentah/bibit krecekan Bibit ini berasal dari tanaman yang berumur 0-7 bulan. Bibit ini dipotong tanpa mengklentek daun pembungkusnya agar mata-mata tunas tidak rusak. Bibit seblangan Bibit ini diambil dari tanaman yang telah tumbuh untuk mencukupi penyulaman. Bibit yang diambil jika tanaman sudah berumur hari atau yang telah bermata tunas dua.

8 Bibit siwilan Jika tanaman sudah tidak tumbuh atau pucuknya mati, maka keluarlah tunas-tunas yang disebut siwilan. Siwilan ini bisanya digunakan untuk penyulaman (Sutardjo, 1994). Jenjang bibit kebun atau kebun pembibitan adalah sebagai berikut : Kebun Bibit Pokok Utama (KBPU) KBPU adalah kebun bibit yang diselenggarakan oleh P3GI (Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia) Pasuruan. Kemurniannya berada dibawah pengawasan Pemulian Tanaman. KBPU ditanam pada bulan Juli-Agustus. Kebun Bibit Pokok (KBP) KBP merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun nenek. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBPU. Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan. KBP ditanam pada bulan Januari-Februari. Kebun Bibit Nenek (KBN) KBN merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit induk. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBP. Kebun ini dikelola oleh Riset Pengembangan. KBN ditanam pada bulan Juli-Agustus. Kebun Bibit Induk (KBI) KBI merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun bibit datar. Kebun ini menggunakan bahan tanam

9 yang berasal dari KBN. Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling. KBI ditanam pada bulan Januari-Februari. Kebun Bibit Datar (KBD) KBD merupakan kebun pembibitan yang diselenggarakan sebagai penyediaan bahan tanam bagi kebun tebu giling. Kebun ini menggunakan bahan tanam yang berasal dari KBI. Kebun ini dikelola oleh Asisten Afdeling. KBD ditanam pada bulan Juli-Oktober. Tahun ke Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des X-3 KBPU X-2 KBP KBN X-1 KBI KBD X TG (PTPN II, 2008). Gambar 1. Pola pembibitan tebu PTPN II Sumatera Utara Penanaman Sebelum dilakukan penanaman hendaknya dipersiapkan bibit dan pupuk dasar. Masa penanaman Februari s/d Juli, yang setiap bulannya dibagi menjadi dua bagian yaitu A dan B. Bagian A penanaman mulai tanggal 1-15 dan bagian B penanaman mulai tanggal setiap bulannya. Contoh : penanaman dilakukan pada tanggal 1 Februari maka dinyatakan dengan masa tanam 2A. Bibit bagal stek 2-3 mata yang telah diseleksi di KBD disebar dan diletakkan didasar juringan dengan overlapping 100% (double stek) atau single stek tergantung varietas.

10 Kemudian ditutup dengan tanah kasuran setebal 3-5 cm pada musim hujan dan 6-10 cm pada musim kemarau. Sebelum peletakan bibit bagal pada dasar juringan dilakukan terlebih dahulu penaburan pupuk dasar yang terdiri dari pupuk Halei (400Kg/Ha) dan pupuk Urea (100Kg/Ha). Pupuk diberikan secara sekaligus (PTPN II, 2008). Perawatan 1. Tanaman Plant Cane (PC) pola T/B Herbisida Pra Emergence Diberikan pada saat gulma sudah berkecambah tetapi tebunya belum tumbuh maksimal atau umur tebu berkisar 1-5 hari. Bahan yang digunakan adalah {Ronindo 3 Kg/Ha + Larutan 2.4 DA (D. Amine) 1,5 L/Ha} ditambah 200 Liter air. Penyisipan Penyisipan dilakukan pada tanaman berumur hari setelah tanam. Penyisipan dilakukan jika juringan kosong > 30 cm. Apabila penyisipan pertama gagal, diulangi lagi pada saat tanaman berumur hari. Penyiangan 1 kali, 2 kali Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun, supaya jangan mengadakan persaingan dengan tanaman tebu dan merintangi tumbuhnya. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul koret (Adisewojo, 1991).

11 Interrow Interrow adalah pengolahan tanah dengan menggunakan implement disc dengan kedalaman juringan cm, yang bertujuan untuk menggemburkan tanah di sekitar perakaran tanaman. Interrow dilakukan segera setelah penyiangan selesai dikerjakan. Herbisida Post Emergence Bahan yang digunakan adalah Larutan Kombat 3 L/Ha ditambah 200 Liter air. Klentek (pelepasan daun kering) Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diklentek adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek dilakukan pada saat tanaman berumur ± 6 bulan, apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat tanaman berumur ± 8 bulan. 2. Tanaman Ratoon Pola T/B Klaras Pembakaran lahan (klaras) dilakukan segera setelah kegiatan panen diselesaikan. Kepras Kepras adalah penebangan sisa tanaman rata dengan permukaan tanah, yang bertujuan untuk merawat tunggul tebu bekas tebangan agar tunas baru dapat tumbuh sehat, seragam/homogen dan dalam jumlah kerapatan populasi sesuai yang diharapkan (minimum 15 tunas per meter juring).

12 Pengeprasan dilakukan dengan menggunakan parang babat yang tajam. Cara pengeprasan adalah sisa batang tebu yang masih tertinggal di atas permukaan tanah dipotong sedikit rata pada permukaan tanah. Sub Soiling Sub soiling adalah pengolahan tanah dengan menggunakan implement ripper dengan kedalaman juringan ± 20 cm, yang bertujuan untuk memperbaiki aerasi tanah dan memotong akar-akar tua. Dilaksanakan segera setelah pengeprasan. Sub soiling dilakukan menggunakan implement ripper yang ditarik dengan traktor roda ban, kedalaman ± 20 cm. Semua juring harus di ripper. Penyisipan dengan Bagal Penyisipan ini bertujuan untuk menyisip juringan yang kosong/rusak akibat pekerjaan tebangan. Penyisipan menggunakan bibit bagal bermata 2-3 mata. Bibit diletakkan pada juringan kosong yang telah dilubangi, kemudian ditutup. Penyisipan dilakukan pada saat tanaman berumur 5-14 hari. Apabila penyisipan gagal, diulangi lagi pada saat tanaman berumur hari. Maksimal sisipan 5 % sampai 10 % apabila lebih harus dibuat berita acara permintaan sisip berat. Pemupukan Pada tanaman ratoon, pekerjaan pemupukan dilaksanakan hari setelah pengeprasan. Dosis pupuknya adalah 400Kg/Ha Halei dan 100Kg/Ha Urea. Pupuk diberikan secara sekaligus. Pemupukan dilakukan secara manual yaitu dengan menabur pupuk pada tanaman,

13 kemudian ditutup dengan interrow cultivating untuk konversi dan rotasi pola T/B. Interrow Interrow adalah pengolahan tanah dengan menggunakan implement disc dengan kedalaman juringan cm, yang bertujuan untuk menutup pupuk, dimaksudkan agar pupuk tidak terbawa air ketika hujan. Interrow dilaksanakan segera setelah pemupukan. Herbisida Early Emergence Bahan yang digunakan adalah { Larutan Basta 2 L/Ha + Larutan 2.4 DA (D. Amine) 1 L/Ha} ditambah 200 liter air. Penyiangan Penyiangan adalah membuang rumput-rumput yang tumbuh di kebun, supaya jangan mengadakan pesaingan dengan tanaman tebu dan merintangi tumbuhnya. Penyiangan dilakukan secara manual yaitu dengan menggunakan cangkul Koret (Adisewojo, 1991). Herbisida Post Emergence Bahan yang digunakan adalah Larutan Kombat 3 L/Ha ditambah 200 Liter air. Klentek (pelepasan daun kering) Klentek bertujuan untuk memperbaiki sirkulasi udara dan kebersihan kebun, memperbanyak sinar matahari yang masuk mengenai batang tebu dan meningkatkan kualitas tebangan. Daun yang diklentek adalah daun kering yang kelopak daunnya sudah membuka 50%. Klentek dilakukan

14 (PTPN II, 2008). pada saat tanaman berumur ± 6 bulan, apabila diperlukan klentek bisa dilakukan lagi pada saat tanaman berumur ± 8 bulan Hama dan Penyakit Hama Hama merupakan binatang pengganggu tanaman. Gangguan dilakukan dengan cara menghisap atau memakan bagian tanaman. Beberapa hama penting yang sering menyerang tanaman tebu antara lain : 1. Penggerek Pucuk (Tryporina nivella) Hama ini berupa ulat yang menyerang pucuk tanaman sehingga mematikan titik tumbuh. 2. Penggerek Batang (Phragmatoecia castaneae) Hama ini berupa ulat yang merusak ruas-ruas batang tebu sehingga pada serangan yang parah dapat merobohkan tanaman. 3. Kutu Bulu Putih (Ceratovacuna laniagara) Pada daun-daun yang mulai nampak ada kutu bulu putih segera dipangkas, kemudian dimasukkan ke dalam kantong plastik untuk dimusnahkan atau dibakar. 4. Uret Hama ini menyerang akar dan pangkal tanaman tebu. Tanaman yang terserang menampakkan gejala kelayuan daun.

15 5. Tikus Hama ini menyerang tanaman berumur kurang dari satu bulan. Tanaman yang terserang akan mati. (Muljana, 1983). Penyakit 1. Penyakit Pokkahbung (Gibbrela moniliformis) Penyakit ini disebabkan oleh sejenis jamur dan terutama timbul di musim hujan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada daun muda terlihat memutih (chlorosis). Pokkahbung adalah salah satu jenis penyakit yang sangat berbahaya bagi tanaman tebu, terutama di daerah beriklim basah (Sutardjo, 1994). 2. Penyakit Blendok (Xanthomonas albilincans) Penyakit ini menyerang tanaman tebu berumur 1,5-2 bulan. Tanda-tanda penyakit ini adalah pada penampang membujur dari batang-batang kelihatan perubahan warna dari kuning sampai merah tua, titik tumbuh dan tunas-tunas juga berwarna merah. Gejala penyakit ini akan lenyap bila hujan turun. 3. Penyakit Mosaik Penyebab penyakit ini adalah virus mosaik. Tanda-tanda penyakit ini yaitu pada daun terdapat gambaran mosaik berupa garis-garis dan noda-noda berwarna hijau muda sampai kuning. 4. Penyakit Luka Api (Smut) Penyebab penyakit ini adalah Ustilago scitaminea syd. Gejala penyakit ini adalah timbul cambuk hitam pada pucuk tebu.

16 5. Penyakit Pembuluh Penyebab penyakit ini adalah bakteri Clavibacter xylisubsp xyli. Tanaman yang terserang menampakkan gejala pertumbuhan yang kurang sempurna terutama tanaman keprasan tampak kerdil (Dinas Perkebunan, 1994). Panen Tebang Muat Angkut (TMA) adalah tiga kegiatan yang tidak dapat dipisah dalam rangka memungut hasil batang tebu layak giling untuk dibawa ke pabrik. Kegiatan TMA dapat mempengaruhi kualitas kadar gula jika tidak ditangani dengan baik. Di lapangan kegiatan TMA masih jauh dari yang diharapkan. Walaupun telah memperoleh pengalaman, namun untuk mendapatkan tenaga tebang yang terampil sangat sulit untuk diharapkan. Umumnya tenaga tebang lebih banyak dilakukan oleh tenaga perempuan dari pada pria (Dinas Perkebunan, 2004). Tebang Tebangan baik untuk PC (tanaman yang berasal dari bibit baru) maupun Ratoon (tanaman yang tumbuh setelah penebangan plant cane) dilakukan dalam bentuk tebu segar (green cane). Waktu penebangan dan giling adalah Januari-Juli. Untuk menentukan waktu tebangan maka faktor yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut : Umur bulan dan dapat dilihat dari masa tanamnya Gejala-gejala visual antara lain daun-daun tanaman tebu secara keseluruhan telah menguning

17 Pada musim kemarau usahakan tebang pada kebun yang jauh dari pabrik dan pada musim hujan kebun-kebun yang dekat dengan pabrik. Cara penebangan yang dapat dilakukan terbagi menjadi 2, yaitu : 1. Mekanis Penebangan dilakukan dengan menggunakan cane harvester, alat ini hanya digunakan pada waktu mendesak. 2. Manual Penebangan ini dilakukan dengan menggunakan parang tebang. Alat tebu umumnya dibawa oleh penebang atau bisa juga dipinjam dari pabrik gula atau kebun bersangkutan kemudian setelah selesai tebang harus dikembalikan. Cara tebangan adalah pandas, artinya tepat pada permukaan tanah. (PTPN II, 2008). Muat Cara muat ke dalam truk dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu : 1. Mekanis Dengan menggunakan mesin cangkram (grab loader) 2. Manual Dengan menggunakan tenaga manusia (panggul), dimuat dalam bentuk bundle cane (ikatan), setiap ikatan terdiri dari batang tebu. (PTPTN II, 2008).

18 Angkut Alat pengangkutan adalah truk umum dengan kapasitas ton (PTPN II, 2008). Pendekatan Sistem Pendekatan sistem adalah suatu cara untuk menangani suatu masalah. Pendekatan sistem (system approach) merupakan cara untuk menangani suatu masalah berdasarkan berpikir kesisteman. Pendekatan sistem terhadap suatu masalah adalah untuk menangani suatu masalah dengan mempertimbangkan semua aspek yang terkait dengan masalah itu dan mengkonsentrasikan perhatiannya kepada interaksi antara aspek-aspek yang terkait dari permasalahan tersebut. Jadi pendekatan sistem adalah suatu pendekatan pemecahan masalah yang dilakukan secara menyeluruh (sistemik) (Tunas, 2007). Melalui berpikir kesisteman dan pendekatan sistem ini kita akan dapat melihat permasalahan dengan prespektif yang lebih menyeluruh, yang mencakup struktur, pola dan proses serta keterkaitan antara komponen-komponen atau kejadian-kejadian yang ada padanya, jadi tidak hanya kepada kejadian yang tunggal yang langsung dihadapi. Berdasarkan prespektif yang luas ini kita akan dapat mengidentifikasi seluruh rangkaian sebab-akibat yang ada dalam permasalahan tersebut dan menentukan dimana sebaiknya kita harus memulai tindakan pemecahannya (Tunas, 2007). Beberapa alasan mengapa kita membutuhkan pendekatan sistem dalam menyelesaikan suatu permasalahan yaitu : 1. Suatu masalah timbul oleh karena lebih dari suatu sebab (situasi)

19 2. Karena ada berbagai alternatif pemecahan yang potensial yang perlu dipertimbangkan. 3. Setiap pemecahan disamping mendukung tercapainya tujuan yang diinginkan, juga mempunyai dampak sampingan yang juga harus dipertimbangkan. 4. Hasil pemecahan suatu masalah harus dievaluasi baik terhadap pencapaian tujuan yang diinginkan maupun dampak sampingan yang akan diakibatkannya. 5. Pemecahan suatu masalah bersifat sementara atau tidak langsung karena akan timbul lagi permasalahan baru (Eriyatno, 2003). Metodologi Sistem Metodologi sistem pada prinsipnya melalui enam tahap analisis sebelum tahap sintesa (rekayasa), meliputi : (1) analisa kebutuhan, (2) identifikasi sistem, (3) formulasi masalah, (4) pembentukan alternatif sistem, (5) determinasi dari realisasi fisik, sosial dan politik, (6) penentukan kelayakan ekonomi dan finansial. Langkah 1-6 dilakukan dalam satu kesatuan kerja yang dikenal dengan analisa sistem (Eriyatno, 2003). Analisis Kebutuhan Pendekatan sistem adalah cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan dilakukannya identifikasi terhadap adanya sejumlah kebutuhan-kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap efektif. Jika kita mengasumsikan sebuah sistem, maka akan terdapat para pelaku sistem atau

20 stakeholder. Whitten, dkk (2004) mendefenisikan stakeholder sebagai orang yang mempunyai ketertarikan terhadap sistem yang ada ataupun sistem yang ditawarkan. Stakeholder bisa termasuk pekerja teknis dan non teknis, bisa juga pekerja dalam dan luar. Analisa kebutuhan merupakan permulaan pengkajian dari suatu sistem. Analisis kebutuhan harus dilakukan secara hati-hati terutama dalam menentukan kebutuhan-kebutuhan dari semua orang dan institusi yang dapat dihubungkan dengan sistem yang telah ditentukan. Analisa ini dapat meliputi hasil suatu survei, pendapat seorang ahli, diskusi, observasi lapangan dan sebagainya (Eriyatno, 2003). Formulasi Masalah Tujuan dari analisis permasalahan adalah untuk mempelajari dan memahami bidang masalah dengan cukup baik untuk secara menyeluruh menganalisis masalah, kesempatan dan batasannya. Para pemecah masalah telah belajar untuk benar-benar memahami sebuah permasalahan sebelum mengajukan solusi apapun yang mungkin. Dalam praktik, suatu akibat mungkin adalah sebuah gejala dari masalah yang berbeda, yang lebih mendalam dan mendasar. Masalah tersebut juga harus dianalisis untuk mencari penyebab dan akibatnya, dan seterusnya sampai penyebab dan akibat tersebut tidak menghasilkan gejala-gejala masalah-masalah lain (Whitten dkk, 2004). Maksud dari tahap ini untuk mempelajari dan memahami sistem yang ada dan mengidentifikasi masalah-masalah dan peluang secara lebih spesifik sebagai lanjutan dari kegiatan tahap studi awal. Pada tahap ini ditentukan pokok-pokok

21 permasalahan dan peluang yang ditemukan atau dirasakan oleh pihak menajemen pemakai, tujuan dan pentingnya usaha pengembangan, penentuan ruang lingkup analisis atau rencana pengembangan serta pemahaman lebih lanjut mengenai sistem sekarang (Simatupang, 1994). Identifikasi Sistem Identifikasi sistem merupakan suatu mata rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang harus dipecahkan untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Yang penting dalam identifikasi sistem adalah melanjutkan interpretasi diagram lingkar ke dalam konsep kotak gelap (blackbox) (Eriyatno, 2003). INPUT LINGKUNGAN Input tidak terkendali Output yang dikehendaki SISTEM Input terkendali Output yang tidak dikehendaki Manajemen Pengendali Gambar 2. Diagram kotak gelap (Eriyatno, 2003)

22 Tabel 1. Uraian komponen sistem NO KOMPONEN SISTEM URAIAN A Input Sistem A.1 Input Lingkungan 1. Mempengaruhi sistem, akan tetapi tidak dipengaruhi sistem 2. Tergantung pada jenis sistem yang ditelaah A.2 Input yang endogen (yang terkendali dan tidak terkendali) 1. Merupakan peubah yang sangat perlu bagi sistem untuk merencanakan fungsinya yang dikehendaki 2. Sebagai peubah untuk mengubah kinerja sistem dan pengoperasiannya A.2.1 Input yang terkendali 1. Dapat bervariasi selama pengoperasian sistem untuk mencapai kinerja yang dikehendaki atau untuk menghasilkan output yang dikehendaki 2. Perannya sangat penting dalam mengubah kinerja sistem selama pengoperasian 3. Dapat meliputi aspek: manusia, bahan, energi, modal dan informasi A.2.2 Input yang tidak terkendali 1. Tidak cukup penting peranannya dalam mengubah kinerja sistem 2. Tetapi diperlukan agar sistem dapat berfungsi 3. Bukan merupakan input lingkungan (eksogenous) karena disiapkan perancang B Output Sistem B.1 Output yang dikehendaki 1. Merupakan respon sistem terhadap kebutuhan yang telah ditetapkan (dalam analisis kebutuhan) 2. Merupakan peubah yang harus dihasilkan oleh sistem untuk memuaskan kebutuhan yang telah diidentifikasi B.2 Output yang tidak dikehendaki 1. Merupakan hasil sampingan yang tidak dapat dihindarkan dari sistem 2. Selalu diidentifikasi dalam tahap identifikasi sistem, terutama semua pengaruh negatif yang potensial dapat dihasilkan oleh sistem yang diuji 3. Sering merupakan kebalikan dari keluaran yang dikehendaki C Parameter Rancangan Sistem 1. Digunakan untuk menetapkan struktur sistem 2. Merupakan peubah keputusan penting bagi kemampuan sistem menghasilkan keluaran secara efisien dalam memenuhi kepuasan bagi kebutuhan yang ditetapkan 3. Dalam beberapa kasus perlu merubah peubah ini selama pengoperasian sistem untuk membuat kemampuan sistem bekerja lebih baik dalam keadaan lingkungan berubah-ubah 4. Tiap sistem mempunyai parameter rancangan tersendiri yang dapat diidentifikasi D Manajemen Pengendali Merupakan faktor pengendalian (kontrol) pengoperasian sistem dalam menghasilkan keluaran yang dikehendaki

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Khusus 6.1.1. Pengelolaan Kebun Bibit Datar di PG. Krebet Baru Pengelolaan kebun bibit berjenjang dilakukan mulai KBP (Kebun Bibit Pokok), KBN (Kebun Bibit Nenek), KBI

Lebih terperinci

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb

4 Akar Akar tebu terbagi menjadi dua bagian, yaitu akar tunas dan akar stek. Akar tunas adalah akar yang menggantikan fungsi akar bibit. Akar ini tumb 3 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tebu dan Morfologi Tebu Tebu adalah salah satu jenis tanaman monokotil yang termasuk dalam famili Poaceae, yang masuk dalam kelompok Andropogoneae, dan masuk dalam genus Saccharum.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani dan Morfologi Tanaman Tebu (Saccharum officinarum) termasuk dalam kelas Monokotiledon, ordo Glumaccae, famili Graminae, genus Saccharum. Beberapa spesies tebu yang lain

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU Sumber: www.agrindonesia.wordpress.com BUDIDAYA TANAMAN TEBU 1. PEMBUKAAN KEBUN Sebaiknya pembukaan dan penanaman dimulai dari petak yang paling jauh dari jalan utama atau lori pabrik. Ukuran got standar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Saccharum officinarum TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Tanaman Tebu Dalam taksonomi tumbuhan, tebu tergolong dalam Kerajaan Plantae, Divisi Magnoliophyta, Kelas Monocotyledoneae, Ordo Glumaceae, Famili Graminae, Genus

Lebih terperinci

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT

TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT TANAMAN TEBU A. PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBUKAAN KEBUN TEBU GILING / TEBU RAKYAT Pelaksanaan pembukaan kebun tebu tebangan memerlukan kultur teknis yang baik, pedoman dibawah ini hendaknya digunakan oleh

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU

BUDIDAYA TANAMAN TEBU BUDIDAYA TANAMAN TEBU PENDAHULUAN Saat ini pemerintah sedang menggalakkan penanaman tebu untuk mengatasi rendahnya produksi gula di Indonesia. Usaha pemerintah sangatlah wajar dan tidak berlebihan mengingat

Lebih terperinci

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA

VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA VARIETAS UNGGUL BARU (PSDK 923) UNTUK MENDUKUNG SWASEMBADA GULA Oleh : Afanti Septia, SP (PBT Ahli Pertama) Eko Purdyaningsih, SP (PBT Ahli Muda) PENDAHULUAN Dalam mencapai target swasembada gula, pemerintah

Lebih terperinci

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian

Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian LAMPIRAN Lampiran 1. Kualitas Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Karakter Bibit Kualitas Bibit Bibit yang Digunakan dalam Penelitian Varietas Bibit PSJT 94-33 atau PS 941 Asal Bibit Kebun Tebu Giling

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Tanaman tebu dalam dunia tumbuh-tumbuhan memiliki sistematika sebagai berikut : Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Glumaceae Famili : Graminae

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat

Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah. Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat Teknik Budidaya Kubis Dataran Rendah Oleh : Juwariyah BP3K garum 1. Syarat Tumbuh Untuk membudidayakan tanaman kubis diperlukan suatu tinjauan syarat tumbuh yang sesuai tanaman ini. Syarat tumbuh tanaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum )

BUDIDAYA TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum ) BUDIDAYA TANAMAN TEBU ( Saccharum officinarum ) Oleh : Ika Wijaya Sulistyawan, Amd SYARAT PERTUMBUHAN 1. Iklim a. Hujan yang merata diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan kebutuhan ini berkurang

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN

REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN REKAYA DAN UJI KINERJA ALAT ROGES TEBU BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Saat ini terjadi ketidak seimbangan antara produksi dan konsumsi gula. Kebutuhan konsumsi gula dalam negeri terjadi peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis

II. TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kutu Perisai (Aulacaspis tegalensis) 2.1.1 Morfologi dan Biologi Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Kutu Perisai Aulacaspis tegalensis Zehntner termasuk dalam Ordo Hemiptera,

Lebih terperinci

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional

4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional 83 4. ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Situasional Produktivitas gula yang cenderung terus mengalami penurunan disebabkan efisiensi industri gula secara keseluruhan, mulai dari pertanaman tebu hingga pabrik

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij

BAHAN DAN METODE. = Respon pengamatan µ = Rataan umum α i = Pengaruh perlakuan asal bibit ke-i (i = 1,2) β j δ ij BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, IPB Darmaga Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2009 sampai dengan Desember 2009. Bahan dan

Lebih terperinci

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan

Benih tebu SNI 7312:2008. Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di website dan tidak untuk dikomersialkan Standar Nasional Indonesia Benih tebu ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Persyaratan mutu bibit... 3 4

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Tebu atau Saccharum officinarum termasuk keluarga rumput-rumputan. Mulai dari pangkal sampai ujung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman tebu untuk keperluan industri gula dibudidayakan melalui tanaman pertama atau plant cane crop (PC) dan tanaman keprasan atau ratoon crop (R). Tanaman keprasan merupakan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon

TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon TINJAUAN PUSTAKA Budidaya Tanaman Tebu Ratoon Saat ini proses budidaya tebu terdapat dua cara dalam penanaman. Pertama dengan cara Plant Cane dan kedua dengan Ratoon Cane. Plant Cane adalah tanaman tebu

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian III. TATA CARA PENELITIN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini telah dilakukan di areal perkebunan kelapa sawit rakyat di Kecamatan Kualuh Hilir Kabupaten Labuhanbatu Utara, Provinsi Sumatera Utara.

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Aspek Teknis 6.1.1. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah merupakan proses awal budidaya tanaman tebu. Hal ini menjadi sangat penting mengingat tercapainya produksi yang tinggi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 17 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Dukuhwaluh Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas mulai Februari sampai Maret 2017. 3.2 Bahan dan Peralatan

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS

PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS PEMBENIHAN TEBU BUD CHIPS (Perekeyasa : Edi Purlani - Diwang HP - Heri Istiana dan Subiyakto). Balittas Penggunaan benih unggul tebu dengan Pembenihan bud chips terus digalakkan pada tingkat penangkar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan Cikabayan-University Farm IPB, Darmaga Bogor. Areal penelitian bertopografi datar dengan elevasi 250 m dpl dan curah

Lebih terperinci

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m

44 masing 15 %. Untuk petani tebu mandiri pupuk dapat diakses dengan sistem kredit dengan Koperasi Tebu Rakyat Indonesia (KPTRI). PG. Madukismo juga m 43 HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Teknis Pengolahan tanah Proses awal dalam budidaya tebu adalah pengolahan tanah. Kegiatan ini sangat penting karena tercapainya produksi yang tinggi salah satu faktornya adalah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Alat dan Bahan BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Kebun Gempol, PG Sindang Laut, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Kebun berupa lahan sawah beririgasi dengan jenis tanah vertisol. Lahan percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten 30 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di lahan pertanaman tebu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Gulma, Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung

Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung Mengenal Budidaya Tebu dan Pabrik Gula di Lampung Biodata Nama : Ir. H. M. Afif Manaf Pendidikan : Jurusan Sosek FP Universitas Brawijaya, Malang Riwayat Pekerjaan : -PT. GMP, PT. PSMI, dan PT BMM Pengalaman

Lebih terperinci

BUDIDAYA KELAPA SAWIT

BUDIDAYA KELAPA SAWIT KARYA ILMIAH BUDIDAYA KELAPA SAWIT Disusun oleh: LEGIMIN 11.11.5014 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMUNIKASI AMIKOM YOGYAKARTA 2012 ABSTRAK Kelapa sawit merupakan komoditas yang penting karena

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 55/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 891 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan produksi dan mutu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 864 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 864 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 56/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 864 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG - 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 87 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PENINGKATAN RENDEMEN DAN HABLUR

Lebih terperinci

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING

UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING UPAYA MERAIH LABA DENGAN CARA MENEKAN KEHILANGAN TEBU DAN MENINGKATKAN RENDEMEN SELAMA TEBANG GILING P. Sunaryo Staf Pengajar Fakultas Pertanian Unswagati Cirebon ABSTRAK Lubang-lubang kebocoran tebu dan

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di dua tempat, yaitu pembibitan di Kebun Percobaan Leuwikopo Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, dan penanaman dilakukan di

Lebih terperinci

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA

PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA PEMELIHARAAN TANAMAN I. PEMELIHARAAN TANAMAN MUDA Pemeliharaan pada tanaman muda Kegiatan-kegiatan : Penyiangan Pendangiran Pemupukan Pemberian mulsa Singling dan Wiwil Prunning Pemberantasan hama dan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

TINJAUAN LITERATUR. Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian

TINJAUAN LITERATUR. Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian TINJAUAN LITERATUR Sejarah Tebu Pada awalnya gula tebu dikenal oleh orang-orang Polinesia, kemudian menyebar ke India. Pada tahun 510 SM, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia menemukan batang

Lebih terperinci

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA Dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi bawang merah, peran benih sebagai input produksi merupakan tumpuan utama

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Tinjauan Agronomis Bawang prei termasuk tanaman setahun atau semusim yang berbentuk rumput. Sistem perakarannya

Lebih terperinci

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober Januari 2014 di BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013- Januari 2014 di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dikebun percobaan Politeknik Negeri Lampung, Bandar lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai

Lebih terperinci

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN

SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN SISTEM AGRIBISNIS BIBIT TEBU ASAL KULTUR JARINGAN BPTP SULAWESI SELATAN LATAR BELAKANG Penyediaan bibit yang berkualitas merupakan penentu keberhasilan dalam pengembangan pertanian di masa mendatang. Pengadaan

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS.

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS. EVALUASI KEBIJAKAN BONGKAR RATOON DAN KERAGAAN PABRIK GULA DI JAWA TIMUR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-2 PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN AGRIBISNIS Diajukan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 951 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 951 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 52/Kpts/SR.120/1/2004 TENTANG PELEPASAN TEBU VARIETAS PS 951 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan produksi dan mutu

Lebih terperinci

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Arzal Bili 1, Syafriandi 1, Mustaqimah 2 Program Studi Teknik pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Pengaruh Kedalaman Keprasan Tebu dengan Menggunakan Mesin Kepras Traktor Roda Dua Terhadap Kualitas Keprasan dan Pertumbuhan Tunas Effect of Stubble Cane Cutting Depth by Using Cutting Machine Two Wheel

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58 V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Tebu di Kecamatan Dawe Kabupaten Kudus 1. Teknik Budidaya Tanaman Tebu a. Pengolahan Tanah Pengolahan tanah pada budidaya tanaman tebu dapat dilakukan

Lebih terperinci

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TEBU. (Saccharum officinarum L). TEBU (Saccharum officinarum L). Pada awal abad ke-20 Indonesia dikenal sebagai negara pengekspor gula nomor dua terbesar di dunia setelah Kuba, namun pada awal abad ke-21 berubah menjadi negara pengimpor

Lebih terperinci

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198)

DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA (NAMA ASAL PA 198) Lampiran 1. Deskripsi Varietas Kidang Kencana Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 334/Kpts/SR.120/3/2008 Tanggal : 28 Maret 2008 Tentang Pelepasan Tebu Varietas PA 198 DESKRIPSI TEBU VARIETAS KIDANG KENCANA

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto,

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan waktu penelitian. Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan sawah di Dusun Tegalrejo, Taman Tirto, Kasihan, Bantul dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Green House Fak. Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta di Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul,

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus:

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ordo: Polypetales, Famili: Leguminosea (Papilionaceae), Genus: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kedelai Suprapto (1999) mennyatakan tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Spermatophyta, Kelas: Dicotyledone, Ordo:

Lebih terperinci

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat

Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Agroteknologi Tanaman Rempah dan Obat Syarat Tumbuh Tanaman Jahe 1. Iklim Curah hujan relatif tinggi, 2.500-4.000 mm/tahun. Memerlukan sinar matahari 2,5-7 bulan. (Penanaman di tempat yang terbuka shg

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Tebu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Tebu Tebu (Saccharum officinarum) merupakan tumbuhan monokotil dari famili rumputrumputan (Gramineae) yang merupakan tanaman untuk bahan baku gula. Batang tanaman tebu memiliki

Lebih terperinci

Peluang Usaha Budidaya Cabai?

Peluang Usaha Budidaya Cabai? Sambal Aseli Pedasnya Peluang Usaha Budidaya Cabai? Tanaman cabai dapat tumbuh di wilayah Indonesia dari dataran rendah sampai dataran tinggi. Peluang pasar besar dan luas dengan rata-rata konsumsi cabai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung mulai bulan Juli September 2012. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan

I. PENDAHULUAN. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) adalah satu anggota famili rumputrumputan (Poaceae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun masih dapat

Lebih terperinci

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR

III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR 16 III. TATA LAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Tugas Akhir Kegiatan Tugas Akhir dilaksanakan di Banaran RT 4 RW 10, Kelurahan Wonoboyo, Kecamatan Wonogiri, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. B. Waktu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Kota Bandar Lampung pada bulan Mei hingga Juni 2012. 3.2

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House

III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni Juli 2016 di Green House III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai 3 Juni 2016-15 Juli 2016 di Green House Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. B. Bahan dan Alat

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum PENYIAPAN LAHAN Oleh : Juwariyah BP3K Garum Indikator Keberhasilan : Setelah selesai berlatih peserta diharapkan mampu : a. Menjelaskan kembali tentang pembersihan lahan tanaman bawang merah dengan baik

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila),

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Universitas Lampung (Unila), Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Gulma Universitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan

Lebih terperinci

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU

PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU PRODUKSI BENIH SUMBER UBIKAYU 1. Pemilihan Lokasi Tanah gembur, rata dan subur. Bukan endemik hama atau penyakit. Aman dari gangguan ternak dan pencurian. Bukan merupakan lahan bekas pertanaman ubi kayu.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian disusun dalam Rancangan Petak Terbagi (Split-Plot Design) yang terdiri dari 10 petak utama dan 4 anak petak, dengan 3 kali ulangan. Petak utama

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 12 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan persawahan Desa Joho, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo dari bulan Mei hingga November 2012. B. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Hepuhulawa, Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo. Penelitian dilaksanakan selama 3 bulan, terhitung sejak bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas

TINJAUAN PUSTAKA. Batang padi berbentuk bulat, berongga, dan beruas-ruas. Antar ruas TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Daun padi tumbuh pada buku-buku dengan susunan berseling. Pada tiap buku tumbuh satu daun yang terdiri dari pelepah daun, helai daun dan telinga daun (uricle) dan lidah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai

III. BAHAN DAN METODE. laut, dengan topografi datar. Penelitian dilakukan mulai bulan Mei 2015 sampai 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian III. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No. 1 Medan Estate, Kecamatan Percut

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung Gedung Meneng, Kecamatan raja basa, Bandar Lampung

Lebih terperinci