Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR"

Transkripsi

1 LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN RENNY YUSNIATI. LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008). Di bawah Bimbingan RATRI VIRIANITA. Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses belajar. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis, sedangkan faktor eksternal terbagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan pemahaman tentang lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk memendeskripsikan motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa TPB, menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik mahasiswa TPB.

3 Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: pertama, diduga ada hubungan antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar; kedua, diduga ada hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa; dan ketiga, diduga ada hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akdemik mahasiswa. Penelitian ini dilakukan di Institut Pertanian Bogor (IPB), Darmaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan formalnya di Institut Pertanian Bogor pada Tingkat Persiapan Bersama. Pemilihan responden dilakukan dengan metode pengambilan Sampel Random Gugus Bertahap. Responden dalam penelitian ini berjumlah 200 orang, yang dipilih secara acak dari kelompok kelas A dan kelompok kelas B. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode survei, dengan menggunakan instrumen pengumpulan data seperti kuesioner dan wawancara. Hipotesis penelitian ini diuji secara statistik dengan menggunakan Uji Chi-Square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, tidak ada hubungan yang nyata antara lingkungan sosial dengan motivasi belajar mahasiswa, namun jika dilihat dari hubungan mahasiswa dengan dosen, ternyata berhubungan dengan motivasi belajar mahasiswa. Hal ini terjadi karena, mahasiswa yang berhubungan positif dengan dosennya, dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa. Dilihat dari hubungan mahasiswa dengan teman, ternyata berhubungan dengan motif ingin tahu dan motif relevansi yang mereka miliki. Dilihat dari hubungan mahasiswa dengan komunitasnya di asrama, ternyata berhubungan dengan motif ingin tahu yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Hal ini terjadi karena, semakin mahasiswa

4 berhubungan positif dengan komunitasnya di asrama, maka dapat membangkitkan motif ingin tahunya. Lingkungan sosial juga tidak berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa. Motivasi belajar berhubungan dengan prestasi akademik mahasiswa, karena salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik, dan dapat disimpulkan bahwa, semakin banyak mahasiswa yang mempunyai motivasi belajar, maka semakin banyak mahasiswa yang Indeks Prestasinya 2,75. Saran yang disampaikan, antara lain: (1) Untuk Direktorat pendidikan Tingkat Persiapan Bersama (TPB) agar lebih memperhatikan lingkungan fisik mahasiswa, khususnya perlu memperbaiki keadaan ruang belajar agar mahasiswa merasa nyaman dengan ruang belajar yang ditempatinya; (2) Selain ada dosen bimbingan konseling, alangkah lebih baik jika diadakan juga dosen pembimbing akademik bagi mahasiswa TPB; (3) Dosen memberikan materi perkulihan yang dapat membangkitkan motivasi belajar mahasiswa; (4) Setiap mata kuliah melakukan aktivitas-aktivitas belajar, berupa visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, drawing activities, motor activities, mental activities, dan emotional activities; dan (5) Untuk penelitian selanjutnya, dapat melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, dari segi asal daerah, jalur masuk IPB dan keadaan ekonomi mahasiswa TPB.

5 LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: Renny Yusniati (A ) SKRIPSI Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pertanian Pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

6 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa Skripsi yang ditulis oleh: Nama NRP Judul : Renny Yusniati : A : Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Dapat diterima sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Ratri Virianita, S. Sos, MSi. NIP Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP Tanggal Kelulusan:

7 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (KASUS MAHASISWA TINGKAT PERSIAPAN BERSAMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR TAHUN AJARAN 2007/2008) INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN DAN JUGA BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA DAN SAYA BERSEDIA MEMPERTANGGUNG JAWABKAN PERNYATAN INI. Bogor, Agustus 2008 Renny Yusniati A

8 RIWAYAT HIDUP PENULIS Penulis bernama Renny Yusniati merupakan anak kedua dari tiga bersaudara, yang dilahirkan di Bogor pada tanggal 5 Februari 1986 dari orangtua bernama Bapak Yusuf Iskandar dan Ibu Ratna Jamilah. Pendidikan formal penulis dimulai di Taman Kanak-Kanak (TK) Al-Abrol Bogor pada tahun 1991, kemudian dilanjutkan di SD Al-Ghazaly Bogor pada tahun Lulus Sekolah Dasar pada tahun 1998, penulis melanjutkan ke SLTPN 4 Bogor dan pada tahun 2001 masuk ke SMUN 10 Bogor. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada tahun 2004 melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru). Saat ini, berada di Fakultas Pertanian, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

9 UCAPAN TERIMA KASIH Selama masa penyelesaian skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari dorongan dan dukungan baik moril maupun materiil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis panjatkan puji syukur kepada Allah SWT, atas segala nikmat, karunia, dan hidayah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sekaligus ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ratri Virianita, S. Sos, MSi. atas saran dan masukan untuk kelancaran proses penulisan skripsi. 2. Mama, Papa, Kakakku Riska dan Iman, Adikku Indra atas curahan kasih sayang, semangat dan dukungannya yang tak pernah henti dan tak akan pernah terhenti. 3. Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS. selaku dosen pembimbing akademik atas perhatian dan masukan yang berharga. 4. Martua Sihaloho, SP, MSi. selaku dosen penguji utama atas masukan dan kritikannya. 5. Ir. Murdianto, MSi. selaku dosen penguji wakil Departemen. 6. Dr. Ir. Ibnul Qayim selaku Direktur Tingkat persiapan Bersama, besarta Bapak Asep yang telah membantu dalam mendapatkan data tentang gambaran umum TPB. 7. Mahasiswa TPB yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk menjadi responden dalam penelitian ini.

10 8. Fritamia Saraswati selaku teman seperjuanganku dari mulai Studi Pustaka (SP) hingga skripsi, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. 9. Blocnooters (Adisty, Fitri dan Vanessa) atas semangat dan dukungannya. 10. Teman-teman KPM 41, khususnya Nceq, Refi, Intan, Tina, Sushane, Ubi, Mira, Oline, Yundha, Tutut atas semangat dan dukungannya selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi. 11. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, untuk segala perhatian, dorongan semangat, dukungan materiil dan moril berupa masukan maupun kritik.

11 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan Skripsi yang berjudul Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008), ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pertanian pada Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Kegiatan skripsi ini berupa penelitian yang menelaah aspek mengenai prestasi akademik mahasiswa TPB yang dilihat berdasarkan lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa. Melalui skripsi ini, memungkinkan penulis mengetahui dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan prestasi akademik. Demikianlah skripsi ini disusun dengan suatu tema tulisan yang dipandang cukup relevan untuk ditelaah lebih lanjut saat ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pihak-pihak yang berkepentingan. Bogor, Agustus 2008 Penulis

12 DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN... ii DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xix DAFTAR LAMPIRAN... xx BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Penelitian... 7 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Mahasiswa Motivasi Belajar Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Lingkungan Sosial Aktivitas Belajar Prestasi Akademik Mahasiswa Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengambilan Sampel Metode Pengumpulan Data Metode Pengolahan dan Analisis Data... 47

13 BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN Gambaran Umum Lokasi Gambaran Umum Responden Karakteristik Responden Usia Responden Jenis Kelamin Responden Indeks Prestasi Responden Lingkungan Non-Sosial Responden Kenyamanan Ruang Belajar Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar BAB V LINGKUNGAN SOSIAL MAHASISWA Gambaran Lingkungan Sosial Mahasiswa Lingkungan Sosial Menurut Karakteristik Mahasiswa Lingkungan Sosial Menurut Usia Mahasiswa Lingkungan Sosial Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa BAB VI MOTIVASI BELAJAR MAHASISWA Gambaran Motivasi Belajar Mahasiswa Motivasi Belajar Menurut Karakteristik Mahasiswa Motivasi Belajar Menurut Usia Mahasiswa Motivasi Belajar Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Non-Sosial Motivasi Belajar Menurut Kenyamanan Ruang Belajar Motivasi Belajar Menurut Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Sosial Motivasi Belajar Menurut Hubungan Dosen Motivasi Belajar Menurut Hubungan Teman... 75

14 6.4.3 Motivasi Belajar Menurut Hubungan Keluarga Motivasi Belajar Menurut Hubungan Komunitas di Asrama BAB VII AKTIVITAS BELAJAR MAHASISWA Gambaran Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB Aktivitas Belajar Berdasarkan Karakteristik Mahasiswa Aktivitas Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa Aktivitas Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Non-Sosial Aktivitas Belajar Berdasarkan Kenyamanan Ruang Belajar Aktivitas Belajar Berdasarkan Kelengkapan Alat dan Bahan Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa Aktivitas Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa BAB VIII PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA Gambaran Prestasi Akademik Mahasiswa TPB Prestasi Akademik Menurut Karakteristik Mahasiswa Prestasi Akademik Menurut Usia Mahasiswa Prestasi Akademik Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa Prestasi Akademik Menurut Lingkungan Non-Sosial Prestasi Akademik Menurut Kenyamanan Ruang Belajar Prestasi Akademik Menurut Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar Prestasi Akademik Menurut Lingkungan Sosial Mahasiswa Prestasi Akademik Menurut Motivasi Belajar Mahasiswa Prestasi Akademik Menurut Aktivitas Belajar Mahasiswa

15 BAB IX KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

16 DAFTAR TABEL Tabel Halaman Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2005/ Tabel 2. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2006/ Tabel 3. Jumlah Responden Berdasarkan Kelas, Tabel 4. Jumlah Responden Berdasarkan Mayor, Tabel 5. Matriks Analisis Data Tabel 6. Matriks Pengujian Hipotesis dan Analisis Data Tabel 7. Jumlah Mahasiswa TPB Berdasarkan Jenis Kelamin, Tabel 8. Daftar Mata Kuliah TPB Tahun Tabel 9. Usia Responden, Tabel 10. Jenis Kelamin Responden, Tabel 11. Indeks Prestasi Responden, Tabel 12. Kenyamanan Ruang Belajar Mahasiswa TPB, Tabel 13. Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar, Tabel 14. Frekuensi Mahasiswa TPB Berinteraksi dengan Lingkungan Sosial, Tabel 15. Penghubung Mahasiswa TPB Berinteraksi dengan Lingkungan Sosial, Tabel 16. Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB, Tabel 17. Lingkungan Sosial Menurut Usia Mahasiswa, Tabel 18. Lingkungan Sosial Menurut Jenis Kelamin Mahasiswa, Tabel 19. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB,

17 Tabel 20. Motivasi Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, Tabel 21. Motivasi Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB, Tabel 22. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan Ruang Belajar, Tabel 23. Motivasi Belajar Mahasiswa TPB Berdasarkan Kelengkapan Alat dan Bahan dalam Proses Belajar Mengajar, Tabel 24. Motivasi Belajar Menurut Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB, Tabel 25. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan Dosen, Tabel 26. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan Teman, Tabel 27. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan Keluarga, Tabel 28. Motivasi Belajar Menurut Hubungan Mahasiswa TPB dengan Komunitas di Asrama, Tabel 29. Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB Pada Saat Semester Satu, Tabel 30. Aktivitas Belajar Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, Tabel 31. Aktivitas Belajar Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB, Tabel 32. Aktivitas Belajar Berdasarkan Kenyamanan Ruang Belajar, Tabel 33. Aktivitas Belajar Berdasarkan Kelengkapan Alat dan Bahan, Tabel 34. Aktivitas Belajar Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB, Tabel 35. Aktivitas Belajar Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa TPB, Tabel 36. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB, Tabel 37. Indeks Prestasi Berdasarkan Usia Mahasiswa TPB, Tabel 38. Indeks Prestasi Berdasarkan Jenis Kelamin Mahasiswa TPB,

18 Tabel 39. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kenyamanan Ruang Belajar, Tabel 40. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Kelengkapan Alat dan Bahan, Tabel 41. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Lingkungan Sosial, Tabel 42. Hasil Uji Chi-Square Indeks Prestasi Berdasarkan Lingkungan Sosial Mahasiswa TPB, Tabel 43. Indeks Prestasi Mahasiswa TPB Berdasarkan Motivasi Belajar, Tabel 44. Hasil Uji Chi-Square Indeks Prestasi Berdasarkan Motivasi Belajar Mahasiswa TPB, Tabel 45. Indeks Prestasi Berdasarkan Aktivitas Belajar Mahasiswa TPB,

19 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Lingkungan Sosial dan Motivasi Belajar dalam Pencapaian Prestasi Akademik Mahasiswa Gambar 2. Frekuensi Interaksi Mahasiswa TPB dengan Lingkungan Sosial,

20 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman Lampiran 1. Matriks Alokasi Waktu Penelitian Lampiran 2. Output SPSS Lampiran 3. Kuesioner Penelitian

21 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimana pun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan terbelakang. Sampai satu dasawarsa terakhir pengujung abad ke-20, dunia pendidikan di Indonesia belum sepenuhnya dapat memenuhi harapan masyarakat. Menurut Syafaruddin (2002), fenomena ini ditandai dari rendahnya mutu lulusan, penyelesaian masalah pendidikan yang tidak tuntas, bahkan lebih berorientasi proyek. Contohnya pada tahun 2004 diberlakukan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum ini dianggap sebagai sebuah proyek (Chan dan Tuti, 2006). Akibatnya, seringkali hasil pendidikan mengecewakan masyarakat. Bahkan Sumberdaya Manusia (SDM) yang disiapkan melalui pendidikan sebagai generasi penerus belum sepenuhnya memuaskan. Menurut Yulianti (2007), kerjasama antara dunia pendidikan dan dunia usaha perlu terus dikembangkan dalam rangka pendidikan dan pelatihan untuk pemenuhan kebutuhan tenaga kerja yang cakap dan terampil. Pendidikan seharusnya relevan dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan. Menurut Syah (2006), pendidikan didefinisikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses belajar agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia

22 2 serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan terbagi menjadi pendidikan formal, informal, dan nonformal. Pendidikan formal ditempuh melalui pendidikan di sekolah seperti SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat dan Perguruan Tinggi. Pendidikan informal biasanya diperoleh di lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan nonformal dapat diperoleh melalui kursus, pelatihan dan seminar. Pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing, di samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik. Pendidikan juga merupakan suatu upaya untuk meningkatkan kualitas SDM, baik fisik, mental maupun spiritual. Untuk menciptakan SDM yang berkualitas, kuncinya adalah pendidikan yang berkualitas. Kualitas pendidikan perlu disesuaikan dengan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), serta tuntutan perkembangan pembangunan. Prestasi belajar dapat digunakan sebagai indikator mutu pendidikan. Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu tingkat kecerdasan atau inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian Dewi (1999) diketahui bahwa inteligensi memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar, selain itu motivasi berprestasi juga memberikan sumbangan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Menurut Dewi (1999), motivasi belajar merupakan salah satu faktor penting dalam pelaksanaan proses belajar. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi belajar antara lain faktor internal dan

23 3 faktor eksternal (Suryabrata, 2005). Faktor internal antara lain usia, jenis kelamin, dan faktor psikologis. Sedangkan faktor eksternal terbagi menjadi dua yaitu faktor lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial. Faktor lingkungan sosial yang dimaksud disini meliputi kondisi, keadaan dan interaksi manusia (Zastrow dan Ashman, 1987). Manusia merupakan makhluk sosial, bagaimanapun juga tidak dapat terlepas dari individu yang lain. Secara kodrati manusia akan selalu hidup bersama. Hidup bersama antar manusia akan berlangsung dalam berbagai bentuk komunikasi dan situasi, dalam kehidupan semacam ini terjadi interaksi. Kegiatan hidup manusia akan selalu dibarengi dengan proses interaksi atau komunikasi. Menurut Sardiman (2004), dari berbagai bentuk interaksi, khususnya mengenai interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif adalah interaksi yang berlangsung dalam suatu ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran, dengan kata lain disebut interaksi belajar mengajar. Interaksi belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang melaksanakan tugas mengajar di satu pihak, dengan warga belajar yang sedang melaksanakan kegiatan belajar di pihak lain. Interaksi antara pengajar dan warga belajar, diharapkan merupakan proses motivasi, karena hasil belajar akan menjadi optimal jika ada motivasi. Menurut Sardiman (2006), salah satu fungsi motivasi adalah sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena ada motivasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik, dengan kata lain, dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi

24 4 yang baik. Intensitas motivasi seorang mahasiswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya. Beberapa penelitian tentang prestasi belajar mahasiswa menunjukkan motivasi sebagai faktor yang banyak berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar mahasiswa. Sebagai contoh, studi yang dilakukan oleh Walberg dkk (1983) dikutip Suciati dan Prasetya (2006), menyimpulkan bahwa motivasi mempunyai kontribusi antara 11 sampai 20 persen terhadap prestasi belajar. Studi yang dilakukan Suciati dan Prasetya (2006) menyimpulkan bahwa kontribusi motivasi sebesar 36 persen, sedangkan McClelland dikutip Suciati dan Prasetya (2006), menunjukkan bahwa motivasi berprestasi (achievement motivation) mempunyai kontribusi sampai 64 persen terhadap prestasi belajar. Menurut Ginting (2003), salah satu hal yang berhubungan dengan motivasi belajar di Perguruan Tinggi yaitu prestasi (achievement). Prestasi yang baik harus dicapai dengan belajar yang giat. Rasa ingin berhasil dalam studi di Perguruan Tinggi merupakan motivasi untuk belajar (Ginting, 2003). Pada penelitian-penelitian sebelumnya, hanya melihat hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar saja, tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar, seperti lingkungan sosial, untuk itu, peneliti tertarik menyoroti hubungan lingkungan sosial dan motivasi belajar kaitannya dengan pencapaian prestasi akademik mahasiswa, karena lingkungan sosial dan motivasi belajar dianggap penting dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa. Penelitian ini dilakukan karena relevan dengan realitas sosial yang peneliti temui. Oleh karena itu, peneliti mengambil kasus terhadap Mahasiswa Tingkat

25 5 Persiapan Bersama (TPB) tahun ajaran 2007/2008. Berdasarkan data Direktorat Pendidikan TPB-IPB, Indeks prestasi mahasiswa TPB secara umum mengalami peningkatan. Namun ironisnya, pada tahun 2006 justru semakin meningkat pula persentase mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50. Pada tahun 2005, mahasiswa yang memiliki Indeks Prestasi 1,50 persentasenya sebesar 1,27 persen, sedangkan pada tahun 2006 persentasenya meningkat menjadi 2,57 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2 yang menampilkan sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB tahun akademik 2005/2006 dan 2006/2007. Tabel 1. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2005/2006 Program Studi TPB - IPB INDEKS PRESTASI (%) Jalur TOTAL Masuk 2.00 IP 2.76 IP <IP<2.00 IP 3.51 MHS <2.76 IP TOTAL 1,27 0,73 37,48 50,40 10, USMI 0,56 0,31 31,72 53,78 13, SPMB 1,48 0,99 44,28 48,03 5, BUD 9,17 3,33 58,33 25,00 4, Data Diolah Dari Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama tahun 2005/2006. Tabel 2. Sebaran Indeks Prestasi Mahasiswa TPB-IPB Tahun Akademik 2006/2007 Program Studi TPB - IPB INDEKS PRESTASI (%) Jalur TOTAL Masuk 2.00 IP 2.76 IP <IP<2.00 IP 3.51 MHS <2.76 IP TOTAL 2,57 0,76 39,10 < ,22 10, USMI 1,42 0,66 35,99 51,09 12, SPMB 2,60 0,74 41,26 49,87 7, BUD 19,51 2,44 42,28 36,46 9,38 96 PIN 0,00 0,00 0,00 100,00 0,00 1 Data Diolah Dari Direktorat Pendidikan Tingkat Persiapan Bersama tahun 2006/2007. Rendahnya Indeks Prestasi akademik mahasiswa TPB disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: mahasiswa memiliki beberapa masalah, seperti masalah keluarga, masalah dengan dosen, masalah dengan asisten dosen atau

26 6 dengan teman, mahasiswa belum bisa beradaptasi lingkungan sosialnya, dan kurang motivasi dalam belajar. 1 Untuk itu peneliti mencoba mengkaji hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa. 1.2 Perumusan Masalah Prestasi belajar masih menjadi tolok ukur kompetensi mahasiswa di bidang ilmunya. Banyak institusi kerja yang menggunakan Indeks Prestasi akademik mahasiswa untuk penerimaan karyawan, dalam kondisi seperti ini, seharusnya mahasiswa berusaha mengejar prestasi. Namun, kenyataannya masih banyak mahasiswa yang memiliki prestasi belajar rendah. Mengingat kaitan yang cukup kuat antara lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa, maka yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini, sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran lingkungan sosial, motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB? 2. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa TPB? 3. Apakah terdapat hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa TPB? 4. Apakah terdapat hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik mahasiswa TPB? 1 Data diperoleh dari arsip konselor mahasiswa TPB-IPB.

27 7 1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas diperoleh tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan lingkungan sosial, motivasi belajar, aktivitas belajar dan prestasi akademik mahasiswa TPB. 2. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dan motivasi belajar mahasiswa TPB. 3. Menganalisis hubungan antara lingkungan sosial dengan prestasi akademik mahasiswa TPB. 4. Menganalisis hubungan antara motivasi belajar dengan prestasi akademik mahasiswa TPB. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat khususnya bagi: 1. Peneliti, merupakan sarana untuk menerapkan ilmu yang telah diperoleh dengan melihat fenomena praktis yang terjadi dan mengkaitkannya dengan teori yang telah diperoleh. 2. Kalangan akademisi, penelitian ini menjadi bahan kajian lebih lanjut baik dari segi teoritis maupun segi praktis mengenai lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa. 3. Instansi yang terkait, dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam melakukan suatu tindakan yang berkaitan dengan lingkungan sosial dan motivasi belajar dalam pencapaian prestasi akademik mahasiswa.

28 8 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka Mahasiswa Perubahan status dari siswa menjadi mahasiswa menuntut perubahan sikap mental (attitude) dan perilaku seseorang. Menurut Ginting (2003), secara harfiah, maha berarti besar, mahasiswa berarti siswa besar. Mahasiswa merupakan suatu predikat yang diberikan kepada seseorang yang telah lulus dari jenjang pendidikan Sekolah Menengah Umum (SMU) dan melanjutkan pendidikan ke tahap selanjutnya yaitu Perguruan Tinggi. Sebagaimana yang dikatakan Morgan (1981) dikutip Novianty (2002), menyatakan bahwa, selama menjadi mahasiswa, mereka mengalami suatu periode kemahasiswaan yang berarti periode yang dimulai sejak seseorang lulus SMU dan mulai memasuki jenjang Perguruan Tinggi hingga lulus dari Perguruan Tinggi. Mahasiswa adalah setiap individu yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran-pelajaran di Perguruan Tinggi (Fakultas Pertanian, 1980 dikutip Hilaliyah, 2004). Mahasiswa berada dalam masa percobaan, yaitu masa mengakhiri kehidupan remaja dan mengawali pra dewasa, dimana kebutuhan utama individu adalah melepaskan diri dari orang tua dan keluarga asal, serta memegang peranan penting yang lebih bertanggungjawab, serta lebih mandiri secara emosional dan finansial (Novianty, 2002). Pendapat lain mengatakan bahwa, mahasiswa termasuk dalam tahap perkembangan dewasa dini atau ada yang menyebutnya masa dewasa muda, pada rentan umur tahun. Masa dewasa ini merupakan periode penyesuaian

29 9 terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru (Hurlock, 1980 dikutip Desiyani, 2003). Periode ini merupakan suatu tahapan kehidupan yang unik. Pada tahap ini mahasiswa belum dapat dikatakan dewasa, namun juga bukan remaja lagi. Seorang mahasiswa mulai menghadapi harapan-harapan baik dari orang dewasa maupun dari kelompok sosialnya, dan juga harus mulai mempersiapkan diri dalam hal pemilihan karir yang akan mempengaruhi gaya hidup dan interaksi sosialnya. Berdasarkan definisi diatas, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah sebutan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaranpelajaran di Perguruan Tinggi. Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan mahasiswa adalah orang yang sedang menjalankan studi di Perguruan Tinggi Institut Pertanian Bogor, tahun ajaran 2007/2008 yaitu mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama (TPB) Motivasi Belajar Motivasi berasal dari kata bahasa Latin movere yang berarti menggerakkan. Menurut Cropley (1985) dikutip Suciati dan Prasetya (2006), motivasi merupakan tujuan yang ingin dicapai melalui perilaku tertentu. Motivasi merupakan suatu dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu agar tujuannya dapat tercapai, sebagaimana Sardiman (2006) menuturkan bahwa, motivasi berpangkal dari kata motif, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan.

30 10 Motivasi selalu berkaitan dengan soal kebutuhan. Menurut Morgan ditulis kembali oleh Sardiman (2006), manusia hidup dengan memiliki berbagai kebutuhan, yaitu: kebutuhan untuk berbuat suatu aktivitas, kebutuhan untuk menyenangkan orang lain, kebutuhan untuk mencapai hasil, kebutuhan untuk mengatasi kesulitan. Menurut Carlita (2006), dengan adanya motivasi, manusia secara sadar atau tidak sadar, mengarahkan perilakunya untuk mencapai tujuan tertentu. Meskipun motivasi secara umum terkait dengan upaya ke arah sasaran apa saja, namun dalam penelitian ini, sasaran akan dipersempit pada tujuan kegiatan belajar. Menurut jenisnya, motivasi dibedakan atas dua bentuk (Winkel, 1991 dikutip Dewi, 1999): 1. Motivasi intrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal, seperti minat dan rasa ingin tahu. Siswa yang termotivasi secara intrinsik memperoleh kepuasan dari kegiatan yang dilakukannya. Partisipasi dalam suatu tugas merupakan reward tersendiri baginya. Siswa dengan motivasi intrinsik yang tinggi tidak membutuhkan reward dari luar sendiri. 2. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi alasan tertentu. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti reward, pujian, dan penghindaran diri dari hukuman. Siswa yang termotivasi secara ekstrinsik melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam tugas tersebut akan mendatangkan hasil yang diharapkan. Walaupun demikian, motivasi ektrinsik bukanlah bentuk motivasi yang berasal dari luar siswa, sebab motivasi selalu berpangkal pada suatu kebutuhan yang dihayati

31 11 oleh individu itu sendiri, walaupun orang lain mungkin memegang peranan penting dalam menimbulkan motivasi tersebut. Pintrich dan Schunk (1996) dikutip Dewi (1999), menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan, motivasi intrinsik yang dimiliki siswa lebih membantu dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Hal ini disebabkan karena siswa yang termotivasi secara intrinsik biasanya selalu berusaha untuk meningkatkan belajar mereka. Mereka memperhatikan informasi-informasi baru, mengorganisasikan pengetahuan, dan menghubungkannya dengan pengetahuan yang telah mereka ketahui, lalu mengaplikasikan keahlian dan pengetahuan tersebut ke dalam konteks yang berbeda. Walaupun demikian, bukan berarti motivasi ekstrinsik tidak penting. Kedua bentuk motivasi ini sangat berperan dalam proses belajar siswa. Siswa cenderung termotivasi secara intrinsik dan ekstrinsik. Siswa mengharapkan kepuasan dari apa yang telah dilakukan, namun mereka juga membutuhkan pengakuan atau reward dari luar atas prestasi yang telah mereka hasilkan (Cole dan Chan, 1987 dikutip Dewi, 1999). Motivasi memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar, seperti yang diungkapkan Bloom (1985), Motivation is an essential condition of learning. Hasil belajar akan menjadi optimal, jika ada motivasi. Motivasi menentukan intensitas usaha belajar bagi para peserta didik. Menurut Auliyawati (2005) motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Seorang siswa yang mempunyai intelegensi yang cukup tinggi, bisa gagal karena kurang adanya motivasi dalam belajarnya. Pengertian belajar menurut Baharuddin dan Esa (2007), merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya

32 12 melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman. Belajar dapat membawa perubahan bagi si pelaku, baik perubahan pengetahuan, sikap, maupun keterampilan. Menurut Hilgrad dan Bower dikutip Baharuddin dan Esa (2007), belajar memiliki pengertian memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan atau menemukan informasi. Pendapat lain mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksinya dengan lingkungan (Hamalik, 2005). Pengertian ini menekankan adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Di dalam interaksi inilah terjadi serangkaian pengalaman belajar, dan melalui pengalaman-pengalaman itulah diharapakan adanya perubahan perilaku dari individu yang bersangkutan. Dengan demikian, belajar memiliki arti dasar adanya aktivitas atau kegiatan dan penguasaan tentang sesuatu (Fudyartanto, 2002 dikutip Baharuddin dan Esa, 2007). Berdasarkan pengertian tentang motivasi dan belajar, maka motivasi belajar dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri mahasiswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subyek belajar itu dapat tercapai. Menurut Ginting (2003), orang yang bermotivasi adalah orang yang mempunyai kecenderungan dalam dirinya untuk berupaya mencapai tujuan guna memuaskan kebutuhannya. Dia mempunyai kebutuhan untuk berprestasi, jadi motivasi belajar seseorang menentukan besarnya upaya belajar yang dilakukan. Mahasiswa yang memiliki motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar (Sardiman, 2006).

33 13 Prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran menurut Keller (1983) dikutip Suciati (2006), disebut sebagai model ARCS, yaitu Attention (perhatian); Relevance (relevansi); Confidence (percaya diri); dan Satisfaction (kepuasan). 1. Perhatian Perhatian mahasiswa muncul didorong rasa ingin tahu. Oleh sebab itu rasa ingin tahu ini perlu mendapat rangsangan, sehingga mahasiswa akan memberikan perhatian. 2. Relevansi Relevansi menunjukkan adanya hubungan materi perkuliahan dengan kebutuhan dan kondisi mahasiswa. Motivasi mahasiswa akan terpelihara apabila mereka menganggap apa yang dipelajari memenuhi kebutuhan pribadi atau bermanfaat dan sesuai dengan nilai yang dipegang. Kebutuhan pribadi (basic needs) dikelompokkan ke dalam tiga kategori yaitu: 1) nilai motif pribadi (personal motive value), menurut McClelland mencakup tiga hal, yaitu: (a) kebutuhan untuk berprestasi (needs for achievement), (b) kebutuhan untuk memiliki kuasa (needs for power), dan (c) kebutuhan untuk berafiliasi (needs fo affiliation). 2) nilai yang bersifat instrumental, keberhasilan dalam mengerjakan suatu tugas dianggap sebagai langkah untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut. 3) nilai kultural, tujuan yang ingin dicapai konsisten atau sesuai dengan nilai yang dipegang.

34 14 3. Percaya diri Merasa diri kompeten atau mampu, merupakan potensi untuk dapat berinterkasi secara positif dengan lingkungan. Bandura (1977) dikutip Suciati (2006) mengembangkan konsep self-efficacy, konsep tersebut berhubungan dengan keyakinan pribadi bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. 4. Kepuasan Keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan akan menghasilkan kepuasan, dan mahasiswa akan termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa. Kepuasan karena mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar mahasiswa. Untuk meningkatkan dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain sebagainya. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat dikatakan bahwa prinsip seperti perhatian, relevansi dan percaya diri adalah prinsip pembelajaran untuk membangkitkan motivasi intrinsik mahasiswa, karena motivasi intrinsik merupakan motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi aktivitas itu sendiri. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor internal. Perhatian dikatakan dapat membangkitkan motivasi intrinsik sebab perhatian muncul karena adanya dorongan rasa ingin tahu dalam diri seseorang. Dorongan inilah yang dikatakan sebagai motif. Motif ingin tahu yaitu dorongan yang ada dalam diri mahasiswa yang disebabkan karena adanya rasa ingin tahu yang besar dari mahasiswa tentang suatu hal mengenai pelajaran yang tidak ia ketahui sebelumnya, sehingga

35 15 mahasiswa tersebut berkeinginan untuk memperhatikan pelajaran agar rasa ingin tahu mahasiswa tersebut dapat terpenuhi. Relevansi juga dapat membangkitkan motivasi intrinsik, karena seseorang akan termotivasi untuk belajar karena adanya relevansi antara materi perkuliahan dengan kebutuhan atau keadaan mahasiswa saat ini. Adanya relevansi inilah yang menyebabkan mahasiswa termotivasi untuk belajar, yang disebut juga sebagai motif relevansi. Motif relevansi adalah dorongan mahasiswa untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara mendapatkan relevansi antara materi pelajaran dengan apa yang dibutuhkannya atau keadaannya saat ini, sehingga dapat memotivasi mahasiswa untuk belajar. Rasa percaya diri yang dimiliki mahasiswa juga dapat membangkitkan motivasi intrinsik yang ada dalam diri mahasiswa, karena rasa percaya diri tumbuh dalam diri seseorang karena merasa diri kompeten atau mampu melakukan sesuatu, disebut juga motif percaya diri. Motif percaya diri yaitu dorongan dalam diri mahasiswa untuk memiliki keyakinan dalam dirinya karena merasa mampu melakukan suatu tugas yang menjadi syarat keberhasilan. Kepuasan bisa membangkitkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi untuk melakukan suatu aktivitas demi alasan tertentu. Motivasi ini berakar pada faktor-faktor eksternal, seperti reward, pujian, dan penghindaran diri dari hukuman. Mahasiswa yang termotivasi secara ekstrinsik melakukan suatu tugas karena ia yakin partisipasinya dalam tugas tersebut akan mendatangkan hasil yang diharapkan yang akan berujung pada kepuasan. Kepuasan untuk mencapai tujuan dipengaruhi oleh konsekuensi yang diterima, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar mahasiswa. Untuk meningkatkan

36 16 dan memelihara motivasi mahasiswa, dosen dapat menggunakan pemberian penguatan (reinforcement) berupa pujian, pemberian kesempatan, dan lain sebagainya. Motif kepuasan, yaitu dorongan yang dimiliki oleh mahasiswa untuk memperoleh kepuasan atas hasil belajarnya Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar Motivasi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hutagalung (2005) menyatakan bahwa, faktor fisiologi (umur, jenis kelamin), faktor psikologis (aspirasi, sikap mental, pendidikan), faktor sosiologis (lingkungan sosial budaya, latar belakang keluarga) turut menentukan motivasi seseorang. Menurut Hutagalung (2005), menggolongkan dua faktor yang berpengaruh terhadap motivasi seseorang yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang bersumber dari luar diri individu (eksternal). Termasuk ke dalam faktor internal ialah kemampuan atau keterampilan, tingkat pendidikan, sikap dan sistem nilai yang dianut, pengalaman masa lampau, aspirasi atau harapan masa depan, latar belakang sosial budaya, maupun persepsi individu terhadap pekerjaannya. Faktor eksternal meliputi tuntutan kepentingan keluarga, kehidupan kelompok, lingkungan kerja, maupun kebijaksanaan yang berkaitan dengan pekerjaannya. Sependapat dengan yang dikemukakan oleh Hutagalung (2005), Suryabrata (2005) mengungkapkan bahwa, faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar antara lain faktor internal pelajar dan faktor eksternal pelajar. Faktor internal pelajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri pelajar, misalnya

37 17 usia dan jenis kelamin, sedangkan faktor eksternal pelajar yaitu faktor yang berasal dari luar pelajar, seperti lingkungan sosial dan lingkungan non-sosial pelajar. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal: a. Faktor internal atau faktor yang berasal dari dalam diri mahasiswa Faktor internal dalam penelitian ini dibatasi pada karakteristik mahasiswa. Menurut Bukit (2006) karakteristik mahasiswa terdiri dari data demografis seperti usia dan jenis kelamin. Karakteristik mahasiswa yaitu ciri khas pribadi yang dimiliki mahasiswa, meliputi: i) Usia Menurut Yulianti (2007), bahwa usia berpengaruh nyata terhadap Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) mahasiswa S2. IPK mahasiswa yang berusia muda lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang usianya lebih tua. Untuk mendapatkan IPK yang tinggi dibutuhkan usaha yang keras, salah satunya belajar dengan giat. Dimana dalam proses belajar tersebut harus ada motivasi dari si mahasiswa tersebut. ii) Jenis kelamin Jenis kelamin adalah identitas biologis, yang terdiri dari perempuan dan laki-laki. Secara umum diasumsikan bahwa perempuan memiliki motif berprestasi lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga motivasi belajar perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Menurut Maritza (2002), hal ini disebabkan oleh pola pengasuhan dari orang tua kepada anak laki-laki

38 18 dan anak perempuan. Maritza (2002), menjelaskan bahwa, anak laki-laki didorong orang tua mereka untuk menampilkan keunggulan dan mereka juga diberikan kebebasan lebih awal dibandingkan anak perempuan. Sebaliknya, anak perempuan cenderung lebih banyak dibantu dan diberikan perlindungan secara berlebihan oleh orang tua. Pola asuh seperti ini tentunya akan menghambat motif berprestasi mereka, sehingga prestasi anak laki-laki lebih tinggi dibanding anak perempuan. b. Faktor eksternal atau faktor yang berasal dari luar diri mahasiswa Faktor eksternal terbagi menjadi dua, yaitu: i) Faktor lingkungan sosial Lingkungan sosial yang dimaksud di sini adalah hubungan antar manusia, yaitu mahasiswa dengan dosen, mahasiswa dengan teman, mahasiswa dengan keluarga, mahsiswa dengan komunitasnya. Lingkungan sosial terdiri dari (Syah, 2006): (a) Lingkungan sosial kampus, seperti dosen, staf, dan teman-teman dapat mempengaruhi proses belajar seorang mahasiswa. (b) Lingkungan sosial komunitas. Kondisi lingkungan tempat tinggal mahasiswa akan mempengaruhi belajar mahasiswa. (c) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. ii) Faktor lingkungan non-sosial Menurut Baharuddin dan Esa (2007), faktor-faktor lingkungan non-sosial meliputi:

39 19 a) Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut juga merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. b) Faktor instrumental, yaitu perangkat belajar seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, dan lapangan olahraga, selain itu, yang termasuk dalam faktor instrumental yaitu kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, silabus, dan lain sebagainya. c) Faktor materi pelajaran yang diajarkan kepada siswa hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Lingkungan non-sosial yang dimaksud dalam penelitian ini dibatasi pada faktor instrumental, yang digolongkan ke dalam dua kategori, yaitu kenyamanan ruang belajar dan alat serta bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Lingkungan non-sosial dalam penelitian ini, dilihat dari sudut pandang mahasiswa TPB. Pandangan adalah penilaian seseorang mengenai sesuatu obyek tertentu berdasarkan perasaannya sendiri (Chandra, 2004). Pandangan yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu penilaian mahasiswa TPB terhadap kenyamanan ruang belajar dan kelengkapan alat serta bahan yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

40 Lingkungan Sosial Lingkungan sosial merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi belajar seseorang. Menurut Zastrow dan Ashman (1987), faktor lingkungan sosial yaitu kondisi, keadaan dan interaksi manusia yang berhubungan dengan manusia. Dimensi lingkungan sosial menurut Zastrow dan Ashman (1987), yaitu: a. Transactions, yaitu interaksi seseorang dengan orang lain dalam lingkungannya. Interaksi bersifat aktif dan dinamis. b. Energy, yaitu kekuatan alami yang dimiliki seseorang untuk terlibat aktif dengan lingkungannya. c. Interface, merupakan poin penting dimana interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Dengan kata lain interface ini merupakan penghubung dari suatu interaksi, seperti bahan pembicaraan yang menyebabkan seorang individu berinteraksi dengan individu lain. d. Adaptation, menunjukkan pada kemampuan untuk menyesuaikan diri untuk menyatu dengan kondisi lingkungan. e. Coping, adalah bentuk manusia menyesuaian diri dan implikasinya suatu perjuangan untuk mengatasi masalah. Bentuk penyesuaian ini ada yang bersifat positif namun ada juga yang bersifat negatif. f. Interdependence, menunjukkan hubungan kesalingtergantungan atau kepercayaan dari setiap orang kepada orang lain. Pandapat lain mengenai lingkungan sosial, Moos (1974) dikutip Orford (1991), mengistilahkan lingkungan sosial sebagai iklim sosial. Dilihat dari

41 21 tipenya, lingkungan terbagi menjadi beberapa tipe, salah satunya yaitu educational university student living groups, dilihat dari: a. Dimensi hubungan, yang mana dalam dimensi ini melibatkan dukungan emosi. b. Dimensi perkembangan individu, seperti kebebasan, orientasi tradisi sosial, persaingan akademik, prestasi, dan intelektualitas. c. Dimensi sistem pemeliharaan dan sistem pergantian, seperti memerintah dan organisasi, pengaruh pelajar, dan inovasi. Menurut Ginting (2003), yang dimaksud lingkungan sosial disini termasuk lingkungan pergaulan di kampus, rekan sepemondokan, dan masyarakat di sekitarnya serta keluarga. Kampus adalah lingkungan sosial, di samping lingkungan pendidikan. Kehidupan sosial yang sehat di kampus perlu dibina dan dikembangkan. Keberhasilan dalam menjalin hubungan sosial sangat penting bagi semua manusia, yang merupakan makhluk sosial. Kondisi itu sangat menunjang keberhasilan secara keseluruhan (Ginting, 2003). Syah (2006) membagi lingkungan sosial mahasiswa menjadi tiga, yaitu lingkungan sosial kampus, lingkungan sosial komunitas di mana mahasiswa tinggal, dan lingkungan sosial keluarga. Menurut Syah (2006), lingkungan sosial yang lebih mempengaruhi kegiatan belajar mahasiswa yaitu keluarga. Proses belajar mengajar erat sekali kaitannya dengan lingkungan atau suasana dimana proses itu berlangsung. Meskipun prestasi belajar juga dipengaruhi oleh banyak aspek, seperti gaya belajar, fasilitas yang tersedia,

42 22 pengaruh iklim kelas masih sangat penting. 2 Hal ini beralasan karena ketika para peserta didik belajar di ruang kelas, lingkungan kelas, baik itu lingkungan fisik maupun lingkungan non-fisik kemungkinan mendukung mereka atau bahkan malah mengganggu mereka. Iklim yang kondusif antara lain dapat mendukung (1) interaksi yang bermanfaat diantara peserta didik, (2) memperjelas pengalaman-pengalaman guru dan peserta didik, (3) menumbuhkan semangat yang memungkinkan kegiatankegiatan di kelas berlangsung dengan baik, dan (4) mendukung saling pengertian antara guru dan peserta didik (Wati, 2007). Moos (1974) dikutip Wati (2007) mengatakan bahwa iklim sosial juga mempunyai pengaruh yang penting terhadap kepuasan peserta didik. Menurut Walberg (1979) dikutip Wati (2007), bahwa prestasi belajar peserta didik ditentukan oleh banyak faktor seperti usia, kemampuan dan motivasi, jumlah dan mutu pengajaran, lingkungan alamiah di rumah dan kelas. Menurut Sudrajat (2008), lingkungan sosial disebut sebagai iklim sekolah telah terbukti memberikan pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam kehidupan sekolah. Djiwandono (2006) mengungkapkan bahwa, seorang guru dapat merangsang keingintahuan siswa sehingga memberikan kesempatan kepada siswa supaya menjadi tahu adalah satu hal yang penting untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997) dikutip Sudrajat (2008) mengungkapkan bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan motivasi belajar siswa. 2 Ristya wati

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Oleh: RENNY YUSNIATI A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR DALAM PENCAPAIAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RENNY YUSNIATI A 14204055

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SDM dan Pendidikan 2.2. Karakteristik Mahasiswa

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SDM dan Pendidikan 2.2. Karakteristik Mahasiswa 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. SDM dan Pendidikan Tinggi rendahnya kualitas SDM ditandai dengan adanya unsur kreativitas dan produktivitas yang direalisasikan dengan hasil kerja atau kinerja yang baik secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI REMAJA PUTRI TERHADAP CITRA PEREMPUAN CANTIK DALAM IKLAN KOSMETIK DI TELEVISI DENGAN PENGGUNAAN PRODUK KOSMETIK OLEH REMAJA PUTRI (Kasus: SMUN 1 Bogor, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI

ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI ANALISIS DAN STRATEGI MENINGKATKAN KEPUASAN MAHASISWA IPB TERHADAP PENYELENGGARAAN AKADEMIK AMALIA KHAIRATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor)

MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) MOTIF IBU RUMAH TANGGA PEMBACA MAJALAH WANITA (Kasus: Ibu Rumah Tangga Perumahan Taman Yasmin Sektor II, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor) Oleh: Intan Kusumawardani A14204040 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

PRIMANA DEWI ALFIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PRIMANA DEWI ALFIAN A PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR ANALISIS PERMASALAHAN STRUKTURAL MASYARAKAT PETANI DAN PERAN PEMERINTAH DALAM PEMBANGUNAN PERTANIAN (Studi Kasus: Kelurahan Katulampa, Kecamatan Bogor Timur, Kota Bogor, Jawa Barat) Oleh: SUKMA PRIMANA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR STRATEGI KAMPANYE POLITIK CALON INCUMBENT DAN PENDATANG BARU DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH (Studi Kasus: Tim Kampanye Pasangan Danny Setiawan-Iwan Sulanjana dan Ahmad Heryawan-Dede Yusuf di Kota Bogor,

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

Oleh : DWI ERNAWATI A

Oleh : DWI ERNAWATI A ANALISIS SISTEM PELAKSANAAN PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN POTENSI MOTIVASI KERJA PEGAWAI DI DINAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH Oleh : DWI ERNAWATI A 14102523 PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui. pasal 4 tentang sistem pendidikan nasional bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor)

PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) PERSEPSI PEKERJA INDUSTRI SKALA KECIL TENTANG PENDIDIKAN (Kasus : RW 09, Desa Pagelaran, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor) Oleh : WAHYUNI RAHMIATI SIREGAR A14204045 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A ANALISIS STRATEGI PEMASARAN DEPO PEMASARAN IKAN (DPI) AIR TAWAR SINDANGWANGI Kabupaten Majalengka, Jawa Barat Oleh : WIDYA ANJUNG PERTIWI A14104038 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H

ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H ANALISIS PERANAN DAN DAMPAK INVESTASI INFRASTRUKTUR TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA: ANALISIS INPUT-OUTPUT OLEH CHANDRA DARMA PERMANA H14050184 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada tahun-tahun terakhir terjadi perubahan yang semakin pesat dalam berbagai sektor kehidupan. Perubahan tersebut terjadi sebagai dampak dari kemajuan di

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI. Oleh YORI AKMAL A ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA INDUSTRI KECIL KERUPUK SANJAI DI KOTA BUKITTINGGI Oleh YORI AKMAL A14302024 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) FAKTOR DAN DAMPAK KETIMPANGAN PENDIDIKAN PEREMPUAN DALAM KEHIDUPAN PEREMPUAN (Kasus: Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh: Fitri Gayatri A14204020 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG DAN MASALAH 1. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha berkesinambungan yang dilakukan untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia (SDM). Pemerintah membuktikan bahwa

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 KONDISI DAN DAMPAK PUTTING OUT SYSTEM TERHADAP RUMAHTANGGA PEKERJA PEREMPUAN (Kasus:Usaha Kecil Menengah Industri Tas, Desa Bojongrangkas, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) OLEH : CUT AYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan pendidikan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat manusia. Pendidikan akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan alat yang menentukan untuk mencapai kemajuan dalam segala bidang penghidupan, dalam memilih dan membina hidup yang baik, yang sesuai dengan martabat

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA

PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA PENGARUH PENGGUNAAN PONSEL PADA REMAJA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL REMAJA (Kasus SMUN 68, Salemba Jakarta Pusat, DKI Jakarta) Oleh : INA ASTARI UTAMININGSIH A 14202036 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan serta membentuk watak peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS X SMA NEGERI I GODEAN, SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Oleh : SULASTRI NPM. 122551400032

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kehidupan suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa depannya

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR. Titik Hidayati A ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP RESTORAN ETNIK KHAS TIMUR TENGAH RESTORAN ALI BABA, KOTA BOGOR Titik Hidayati A14102584 PROGRAM STUDI SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Isni Agustiawati,2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan keharusan bagi manusia serta mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik sebagai makhluk individu

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A

PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK. Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A PEMBENTUKAN IDENTITAS SLANKERS MELALUI PEMAKNAAN TERHADAP SIMBOL-SIMBOL BUDAYA MUSIK SLANK Oleh: ADISTY DWI ANGGRAINI A 14204011 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal, yang masih dalam naungan serta pengawasan pemerintah. Tujuan dan fungsi lembaga pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013 HUBUNGAN MOTIVASI DAN MINAT BELAJAR TERHADAP NILAI EVALUASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER III AKADEMI KEPERAWATAN PRIMA JAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013 HUBUNGAN LINGKUNGAN KAMPUS DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi menghadapkan kita pada tuntutan akan pentingnya suatu kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi pendidikan yang dimiliki.

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA

PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA PENGARUH PENDAYAGUNAAN ZAKAT TERHADAP KEBERDAYAAN DAN PENGENTASAN KEMISKINAN RUMAH TANGGA (Kasus: Program Urban Masyarakat Mandiri, Kelurahan Bidaracina, Kecamatan Jatinegara, Jakarta Timur) Oleh: DEVIALINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan mengembangkan sumber daya manusia. Oleh karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemberdayaan sumber daya pendidikan merupakan suatu usaha yang terencana dan terorganisir dalam membantu siswa untuk mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Arus informasi mengalir cepat seolah tanpa hambatan, jarak dan ruang yang membatasi antar negara terasa hilang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas merupakan modal utama dalam pembangunan bangsa Indonesia untuk dapat bertahan di era globalisasi. Peningkatan kualitas sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Motivasi Bekerja. Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Motivasi Bekerja 1. Pengertian Motivasi Kata motivasi ( motivation) berasal dari bahasa latin movere, kata dasar adalah motif ( motive) yang berarti dorongan, sebab atau alasan

Lebih terperinci

CITRA PELAYANAN JASA KAPAL PENUMPANG PT PELNI OFFICE, JAKARTA

CITRA PELAYANAN JASA KAPAL PENUMPANG PT PELNI OFFICE, JAKARTA CITRA PELAYANAN JASA KAPAL PENUMPANG PT PELNI OFFICE, JAKARTA Oleh : MIRA NUR MUTIA A14204044 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 RINGKASAN

Lebih terperinci

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR

2016 HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 mengenai sistem pendidikan nasional, bab II pasal 3, menyatakan pendidikan memiliki fungsi dan tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dijadikan sebagai perhatian utama disetiap negara, tidak terkecuali Indonesia. Upaya meningkatkan mutu pendidikan membutuhkan proses belajar mengajar

Lebih terperinci

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor)

ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) ANALISIS INTERNALISASI BIAYA PENGOLAHAN LIMBAH (Studi Kasus Sentra Industri Tempe di Desa Citeureup, Kecamatan Citeureup, Kabupaten Bogor) Oleh : Natalia A14304070 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti, Jumiyanto Widodo. Pendidikan Administrasi Perkantoran. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DAN TINGKAT PENGHASILAN ORANG TUA TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 Sutamat Amin, Patni Ninghardjanti,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan perkembangan era globalisasi sekarang ini diperlukan upaya yang signifikan khususnya bagi generasi penerus sebab akan membawa dampak kemajuan diberbagai

Lebih terperinci

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK

PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK PENGARUH KARAKTERISTIK PETANI TERHADAP TINGKAT PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI DALAM USAHA SAYURAN ORGANIK (Kasus: Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor) Oleh: MENDEZ FARDIAZ A14202050

Lebih terperinci

KONSEP DIRI ANAK JALANAN

KONSEP DIRI ANAK JALANAN KONSEP DIRI ANAK JALANAN (Kasus: Anak Jalanan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat) YUNDA PRAMUCHTIA A14204050 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan unsur terpenting dalam kehidupan manusia karena melalui pendidikan manusia dapat mencapai masa depan yang baik. Adapun pendidikan bukanlah

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam hidup, karena pendidikan mempunyai peranan penting guna kelangsungan hidup manusia. Dengan

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN

ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN ANALISIS EFEKTIVITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA SEBAGAI PROGRAM PEMBERDAYAAN RAKYAT MISKIN PERKOTAAN (Studi Kasus di Kecamatan Pesanggrahan, Jakarta Selatan) Oleh: MUTIARA PERTIWI A14304025 PROGRAM STUDI EKONOMI

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN AKADEMIK

HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN AKADEMIK HUBUNGAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA SEMESTER I PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN STIKES MUHAMMADIYAH LAMONGAN TAHUN AKADEMIK 2013/2014 Dadang Kusbiantoro.......ABSTRAK....... Motivasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi dan membanjirnya informasi.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi dan membanjirnya informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang begitu cepat menyebabkan dunia pendidikan menghadapi tantangan yang amat berat, terutama dalam upaya menyiapkan sumberdaya manusia yang berkualitas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM BONUS TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN SERVIS DAN BAGIAN SALES AND MARKETING (STUDI KASUS PT. SETIAJAYA MOBILINDO BOGOR)

ANALISIS HUBUNGAN SISTEM BONUS TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN SERVIS DAN BAGIAN SALES AND MARKETING (STUDI KASUS PT. SETIAJAYA MOBILINDO BOGOR) ANALISIS HUBUNGAN SISTEM BONUS TERHADAP KINERJA KARYAWAN BAGIAN SERVIS DAN BAGIAN SALES AND MARKETING (STUDI KASUS PT. SETIAJAYA MOBILINDO BOGOR) Oleh BHASKARA KUSEN H24101135 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A

ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT. Oleh. Nia Kurniawati Hidayat A ANALISIS HUBUNGAN KOMPONEN INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA DENGAN KEMISKINAN DI PROPINSI JAWA BARAT Oleh Nia Kurniawati Hidayat A14304086 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara yang sedang berkembang, Indonesia sangat memerlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk mendukung perkembangan dan pembangunan negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat (long life education). Pendidikan sangat penting bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia, dengan demikian

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai)

ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) ANALISIS KINERJA DAN TINGKAT KEPUASAN NASABAH TERHADAP BAURAN PEMASARAN BNI GIRO (Kasus BNI Kantor Layanan Bumi Serpong Damai) Oleh : DARMA SAUT PARULIAN SITUMORANG A 14105660 PROGRAM SARJANA EKSTENSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam masa globalisasi, suatu negara dianggap maju apabila memiliki kualitas pendidikan yang baik. Pendidikan menjadi pilar pembangunan bagi suatu negara untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015

HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 HUBUNGAN MOTIVASI MENJADI PERAWAT DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA AKPER YPIB MAJALENGKA TAHUN 2015 Oleh: Deis Isyana Nur Putri ABSTRAK Motivasi dapat membuat seseorang berbuat demi mencapai tujuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa untuk mendapatkan ilmu dari berbagai macam bidang serta membentuk karakter dan kepribadian.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan di Negara Indonesia dilakukan secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan SDM yang terdidik. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA DAN PENILAIAN MASYARAKAT TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT TELOGOREJO SEMARANG KAMILA HAQQ DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan berlangsung melalui tahaptahap berkesinambungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang

BAB I PENDAHULUAN. antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna di antara sekianbanyak ciptaan-nya, makhluk ciptaan yang menarik, yang dapat mengidentifikasikan apa yang dilakukannya,

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR.

KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR. KEEFEKTIFAN PROGRAM SIARAN RADIO PERTANIAN CIAWI: KASUS IKLAN PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU DI KECAMATAN CIAWI, BOGOR Oleh LUTFI ARIYANI A14204059 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA RUMAH SUTERA ALAM KECAMATAN PASIR EURIH, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANDY AKHDIAR A14104101 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang 1 I. PENDAHULUAN Bagian pertama ini akan membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah. Adapun hal lain yang dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah,

Lebih terperinci

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT

ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT ANALISIS TANGGUNG JAWAB SOSIAL PERUSAHAAN (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/CSR) SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN MASYARAKAT (Studi Kasus Pengembangan Perekonomian Lokal Melalui Program Kemitraan PT ANTAM Tbk

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan, karena 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang penting dalam pembangunan, karena pendidikan merupakan sarana utama dalam pembentukan generasi penerus bangsa. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa di Indonesia sebagian besar masih berusia remaja yaitu sekitar usia 18-22 tahun. Menurut Hall (dalam Sarlito, 2001) rentang usia tersebut merupakan fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia diupayakan untuk tanggap terhadap perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 dalam Hari (2003:30) menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh tingkat keberhasilan pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

SIKAP RASIONAL PETANI DAN KONFLIK PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI PERDESAAN. Sri Maharani

SIKAP RASIONAL PETANI DAN KONFLIK PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI PERDESAAN. Sri Maharani SIKAP RASIONAL PETANI DAN KONFLIK PEMANFAATAN LAHAN PERTANIAN DI PERDESAAN (Studi Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : Sri Maharani A14204015 PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A.

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian prasyarat Guna mencapai derajat Sarjana S- 1. Pendidikan Kewarganegaraan ROSY HANDAYANI A. PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA TENTANG PROFESIONALITAS GURU DAN MOTIVASI UNTUK MENJADI GURU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN YANG PROFESIONAL TERHADAP KEDISIPLINAN BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN FKIP

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A

FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR. Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA BUNGA POTONG KRISAN PADA LOKA FARM CILEMBER BOGOR Oleh: JEFFRI KURNIAWAN A 14105563 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang amat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu serta secara lebih luas bagi pembangunan suatu bangsa dan negara.

Lebih terperinci

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY KAMPUNG SIAGA INDOSAT (Studi Kasus: RW 04, Kelurahan Manggarai, Kecamatan Tebet, Jakarta Selatan) Oleh : YOHANA DESI FEBRIANA A14204047

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan Negara.

Lebih terperinci

Oleh MELLY SILVIANI H

Oleh MELLY SILVIANI H ANALISIS EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ATASAN DAN BAWAHAN PADA KANTOR POS BOGOR Oleh MELLY SILVIANI H24104063 s DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 ANALISIS EFEKTIVITAS

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H

ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H ANALISIS PENGARUH KEBIJAKAN MONETER TERHADAP VOLATILITAS RETURN DI PASAR SAHAM BURSA EFEK INDONESIA OLEH : MARIO DWI PUTRA H14050206 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati

Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006. Oleh : Rini Rahmawati Pengaruh kepramukaan dan bimbingan orang tua terhadap kepribadian siswa kelas I SMK Negeri 3 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh : Rini Rahmawati NIM K 7402135 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia saat ini berkembang cukup maju dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan terus menerus di Negara Indonesia secara menyeluruh baik fisik maupun mental spiritual membutuhkan Sumber Daya Manusia terdidik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan manusia dapat belajar demi kelangsungan hidupnya. Bagoe (2014, h.1) mengemukakan

Lebih terperinci