EVALUASI PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUASIN. Suripto, S.Sos. 1

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EVALUASI PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUASIN. Suripto, S.Sos. 1"

Transkripsi

1 EVALUASI PENDIDIKAN DASAR TINGKAT KECAMATAN DI KABUPATEN BANYUASIN Suripto, S.Sos. 1 Abstract Banyuasin District Human Development Index (HDI) always increase from year to year. This can be seen with the increase in the provision of basic educational facilities Banyuasin District Government. How is the success rate of primary education by districts in Banyuasin? In this paper we will evaluate it by using The Analytical Hierarchy Process (AHP). With this method the results showed that Banyuasin III Sub District, Banyuasin I Sub District and Talang Kelapa Sub District is the best. Keywords: Education, Schools, AHP, District, Evaluation Abstrak Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuasin selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut dapat dilihat dengan meningkatnya penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dasar oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin. Bagaimana tingkat keberhasilan pendidikan dasar menurut kecamatan di Kabupaten Banyuasin? Dalam tulisan ini akan mengevaluasi hal tersebut dengan menggunakan The Analytical Hierarchy Process (AHP). Dengan metode tersebut hasilnya menunjukan bahwa Kecamatan Banyuasin III, Kecamatan Banyuasin I dan Kecamatan Talang Kelapa adalah yang terbaik. Kata Kunci : Pendidikan, Sekolah, AHP, Kecamatan, Evaluasi Pendahuluan Pendidikan merupakan faktor utama yang menentukan keberhasilan pembangunan. Dalam upaya menciptakan pemerataan pendidikan, pemerintah pusat telah mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada pemerintah daerah. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota Pasal 7 ayat 2 point ( a ) menyatakan bahwa Pendidikan merupakan urusan wajib pelayanan dasar yang diselenggarakan pemerintah daerah. Salah satu kewajiban pemerintah kabupaten / kota dalam bidang pendidikan adalah perencanaan program wajar dikdas 9 tahun. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Banyuasin mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal tersebut terlihat dari nilai IPM tahun 2004 sebesar 66,7 dan tahun 2007 sebesar 68,6. Peningkatan indeks tesebut tercermin pada 1 Peneliti Pertama pada Pusat Kajian Kinerja Kelembagaan Lembaga Administrasi Negara, Jl. Veteran No. 10 Jakarta Pusat. suripto3x@rocketmail.com atau rivto76@yahoo.co.id

2 pembangunan pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin yang juga mengalami peningkatan. Berdasarkan data statistik Banyuasin dalam Angka 2008 terlihat bahwa jumlah sekolah dasar (SD) dan Madrasyah Idtidaiyah (MI) pada tahun 2006 sebanyak 517 buah dan pada tahun 2008 menjadi 524 buah, jumlah murid tahun 2006 sebanyak orang dan tahun 2008 menjadi orang. Sedangkan, jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasyah Tsanawiyah tahun 2006 sebanyak 125 buah dan tahuan 2008 menjadi 148 buah, jumlah murid tahun 2006 sebanyak orang menjadi orang. Selanjuntya, Penyebaran jumlah sekolah, ruang kelas, guru dan murid Sekolah Dasar (SD) Negeri, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Swasta dan Madrasah Idtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama Negeri, dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) menurut kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru dan Murid Sekolah Dasar Negeri, Swasta dan Madrasah Idtidaiyah Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 Jumlah Sekolah Jumlah Ruang Kelas Jumlah Guru Jumlah Murid No. Kecamatan SDN SDS MI SDN SDS MI SDN SDS MI SDN SDS MI 1 Rantau Bayur Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Jumlah Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2008

3 Tabel 2. Jumlah Sekolah, Ruang Kelas, Guru dan Murid Sekolah Menengah Negeri, Swasta dan Madrasah Tsanawiyah Menurut Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2008 No. Kecamatan Jumlah Sekolah Jumlah Ruang Kelas Jumlah Guru Jumlah Murid SMPN SMPS MTs SMPN SMPS MTs SMPN SMPS MTs SMPN SMPS MTs 1 Rantau Bayur Betung Banyuasin III Pulau Rimau Tungkal Ilir Talang Kelapa Tanjung Lago Banyuasin I Rambutan Muara Padang Muara Sugihan Banyuasin II Makarti Jaya Air Salek Muara Telang Jumlah Sumber : Banyuasin Dalam Angka 2008 Berdasarkan Tabel 1 menunjukan bahwa 89 persen psekolah dasar merupakan SD Negeri. Hal ini menunjukan dominasi penyelenggara sekolah dasar adalah pemerintah daerah. Dilihat dari jumlah siswa yang sekolah di SD Negeri menunjukan sebanyak 81 persen. Sedangkan untuk sekolah menengah pertama sebanyak 36 persen adalah negeri dan 64 persen swasta. Sementara dari jumlah siswa sebanyak 54 persen di SMP Negeri dan 46 SMP Swasta. Kondisi tersebut menunjukan bahwa, Pemerintah Daerah memiliki peran yang lebih besar di bandingkan swakelola masyarakat. Dari Tabel 1 dan Tabel 2, Pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin menyebar marata pada seluruh kecamatan. Dimana, setiap kecamatan memiliki sarana

4 pendidikan SD/MI dan SMP/MTs. Hal ini menarik mengukur keberhasilan dengan mengevaluasi penyelenggaraan pendidikan dasarnya di kecamatan tersebut. Tulisan ini akan melihat keberhasilan setiap kecamatan dengan menggunakan indikator-indikator seperti pada tabel 1 dan tabel 2. Hasil dari evaluasi tulisan ini adalah menghasilkan rangking kecamatan dalam pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin. Metode Analisis Dalam mengevaluasi pendidikan dasar Kabupaten Banyuasin menggunakan metode analisis The Analytical Hierarchy Process (AHP). AHP merupakan teknik terstruktur berdasarkan matematika dan psikologi, yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty untuk menghadapi keputusan yang kompleks. AHP memberikan suatu kerangka komprehensif dan rasional untuk penataan masalah keputusan, untuk mewakili dan mengukur unsur-unsurnya, untuk menghubungkan elemen-elemen dengan tujuan secara keseluruhan, dan untuk mengevaluasi solusi alternatif. Keunggulan AHP antara lain menyusun model permasalahan dengan lebih sederhana, data yang digunakan dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif serta hasil keputusan lebih komprehensif. Sehingga, AHP dapat membantu para pengambil keputusan untuk menemukan satu pilihan alternative yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka. Prosedur untuk menggunakan AHP secara ringkas sebagai berikut : Menyusun model masalah sebagai hirarki keputusan yang berisi tujuan, alternatif solusi, dan kriteria untuk mengevaluasi alternatif. Menetapkan prioritas antara unsur-unsur hierarki dengan membuat serangkaian keputusan berdasarkan perbandingan berpasangan elemen. Sebagai contoh, ketika membandingkan antara Kecamatan Rantau Bayur dan Pulau Rimau yang lebih baik dalam memberikan pelayanan pendidikan dasar. Menyimpulkan penilaian ini untuk menghasilkan satu set prioritas keseluruhan hirarki. Memeriksa konsistensi penilaian. (nilai inkonsistensi 0,1) Hasil keputusan akhir berdasarkan hasil dari proses ini.

5 AHP yang digunakan dalam tulisan ini yakni Aplikasi Expert Choice 2 nd Edition. Langkah AHP Expert Choice yakni menentukan tujuan, memilih objek, memilih criteria dan memilih alternatit. Tujuan Evaluasi Pendidikan Dasar yakni terpilihnya kecamatan terbaik dalam pelayanan pendidikan dasar di Kabupaten Banyuasin. Objek yang diukur adalah Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Objek Sekolah Dasar yang meliputi Sekolah Dasar Negeri, Sekolah Dasar Swasta dan Madrasyah Idtidaiyah. Objek Sekolah Menengah Pertama meliputi Sekolah Menengah Pertama Negeri, Sekolah Menengah Pertama Swasta dan Madrasyah Tsanawiyah. Setiap objek memiliki sub criteria yakni jumlah sekoah, jumlah kelas, jumlah guru dan jumlah murid. Alternatif keputusan meliputi Kecamatan Rantau Bayur, Betung, Banyuasin III, Pulau Rimau, Tungkal Ilir, Talang Kelapa, Tanjung Lago, Banyuasin I, Rambutan, Muara Padang, Muara Sugihan, Banyuasin II, Makarti Jaya, Air Salek dan Muara Telang. Model Hirarki AHP dalam Evaluasi Pendidikan Dasar seperti gambar 1. Gambar 1 Hirarki AHP Evaluasi Pendidikan Dasar

6 Prioritas antara unsur-unsur di dalam hierarki dilakukan dengan membuat serangkaian keputusan berdasarkan perbandingan berpasangan elemen. Penilaian perbandingan tesebut dengan menggunakan skala dengan nilai 1 sampai dengan 9. Skala tersebut seperti pada Tabel 3. Tabel 3 Skala fundemental untuk kontribusi berpasangan Nilai Definisi Penjelasan 1 Sama Dua Unsur sama memberikan kontribusi kepada tujuan 3 Sedang Pengalaman dan penilaian sedikit demi satu elemen atas yang lain 5 Kuat Pengalaman dan penilaian sangat mendukung dua elemen di atas yang lain 7 Sangat Kuat Satu elemen lebih disukai sangat kuat atas yang lain, dominasi ditunjukkan dalam praktek 9 Tertinggi Bukti yang menguntungkan salah satu unsur di atas yang lain adalah urutan yang tertinggi afirmasi Intensitas 2,4,6, dan 8 dapat digunakan untuk mengekspresikan nilai-nilai menengah. Intensitas 1.1, 1.2, 1.3, ect. Dapat digunakan untuk elemen yang sangat dekat pada pentingnya Sumber : diterjemahkan dari Pembahasan Evaluasi yang dilakukan terbagi menjadi tiga tahap yakni pertama global yang meliputi seluruh kriteria pendidikan dasar (SD dan MI) dan pendidikan dasar menengah pertama (SMP dan MTS), kedua masing-masing kriteria secara terpisah, ketiga masingmasing sub kriteria. Evaluasi Pendidikan Dasar secara global Dalam Evaluasi ini yang digunakan menjadi criteria yakni Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Sekolah Dasar yang meliputi SD Negeri, SD Swasta dan MI. Sekolah Menengah Pertama meliputi SMP Negeri, SMP Swasta dan MTs. Penilaian Skala Prioritas antara Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama adalah Sama. Artinya dalam perhitungan AHP, Nilai keduanya adalah sama yakni 50 persen dengan tingkat inkonsistensi sebesar 0 (nol) persen. Hal yang menjadi pertimbangan adalah

7 kebijakan pemerintah yang menyatakan bahwa pendidikan dasar yang wajib diselenggarakan adalah 9 tahun. Nilai Kinerja Pendidikan tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 20.9 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 11.1 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 10.9 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10.2 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 6.2 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 5.8, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 5.5 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 5.1 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 4.5 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 4.0 persen, Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3.7 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 3.5 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3.3 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 3.1 persen dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 2.2 persen. seperti pada gambar 1. Grafik 1. Sensitivitas Kinerja Pendidikan Dasar Nilai kinerja tertinggi adalah Kecamatan Banyuasin III dengan nilai sebesar 20,9 persen. Nilai tersebut merupakan akumulasi nilai dari sub kriteria yang dimiliki Kecamatan Banyuasin III. Sub kriteria meliputi jumlah sekolah SD/MI sebanyak 70 buah dan SMP/MTs sebanyak 18 buah, jumlah kelas SD/MI sebanyak 418 buah dan SMP/MTs sebanyak 137 buah, jumlah guru SD/MI sebanyak 842 orang dan SMP/MTs sebanyak 430 orang dan jumlah murid SD/MI sebanyak orang dan SMP/MTs sebanyak orang.

8 Kecamatan dengan nilai kinerja kecil sampai sedang antara lain Kecamatan Banyuasin I, Talang Kelapa dan Betung dengan nilai sebesar > 10.0 < Nilai tersebut merupakan akumulasi nilai dari sub kriteria yang dimiliki Kecamatan tersebut. Sub kriteria meliputi jumlah sekolah SD/MI sebanyak buah dan SMP/MTs sebanyak 7-18 buah, jumlah kelas SD/MI sebanyak buah dan SMP/MTs sebanyak buah, jumlah guru SD/MI sebanyak orang dan SMP/MTs sebanyak orang dan jumlah murid SD/MI sebanyak orang dan SMP/MTs sebanyak orang. Kecamatan dengan nilai kinerja paling kecil yakni Kecamatan Pulau Rimau dengan nilai sebesar 2.2. Nilai tersebut merupakan akumulasi nilai dari sub kriteria yang dimiliki Kecamatan Pulau Rimau. Sub kriteria meliputi jumlah sekolah SD/MI sebanyak 20 buah dan SMP/MTs sebanyak 7 buah, jumlah kelas SD/MI sebanyak 98 buah dan SMP/MTs sebanyak 21 buah, jumlah guru SD/MI sebanyak 60 orang dan SMP/MTs sebanyak 68 orang dan jumlah murid SD/MI sebanyak orang dan SMP/MTs sebanyak 877 orang. Evaluasi Sekolah Dasar dan sederajat Prioritas sehubungan dengan tujuan evaluasi ini, Nilai sesitivitas setiap jenis sekolah dasar adalah SD Negeri sebesar 77,6 persen, SD Swasta sebesar 10,7 persen dan MI sebesar 11,7 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0,9 persen atau sangat konsisten. Nilai tersebut bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin memiliki peran yang lebih besar dibandingkan masyarakat dalam menyelenggakan pendidikan dasar. Nilai sensitifitas kinerja sekolah dasar dan sederajat tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 19,3 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 16,2 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 10,2 persen, Betung memiliki nilai sebesar 9,9 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 6,5 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 6,2 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 4,7 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 4,6 persen, Tanjung Lago dan Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3,8 persen, Muara

9 Padang memiliki nilai sebesar 3,7 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 3.3 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3.0 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 2,8 persen dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 2,1 persen. Seperti pada grafik 2. Grafik 2. Sensitivitas Kinerja Sekolah Dasar dan Sederajat Berdasarkan grafik 2 terdapat 3 jenis model dalam penyelenggaraan pendidikan dasar. Model dominasi pemerintah yakni yang banyak memiliki sekolah negeri seperti Banyuasin III. Model partisipasi masyarakat yakni kecamatan yang memiliki lebih banyak sekolah dasar swasta dan madrasyah idtidaiyah seperti Talang Kepala dan Muara Sugihan. Model equal yakni pemerintah dan masyarakat memiliki peran yang sama seperti Rambutan dan Tungkal ilir. Evaluasi Sekolah Dasar Negeri Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam kriteria sekolah dasar negeri adalah jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 10 persen, jumlah kelas, jumlah guru dan jumlah murid memiliki nilai masing-masing 30 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0 persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah dasar dan sederajat tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 23,9 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 15,8 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10,4 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 10,0 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 5,5 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 5,0 persen,

10 sedangkan Muara Sugihan, Pulau Rimau, Tanjung Lago, Banyuasin, Muara Padang, Rambutan, Makarti Jaya, Air Salek, dan Tungkal ilir memiliki nilai memiliki nilai sebesar < 5,0 persen, seperti pada grafik 3. Grafik 3. Sensitivitas Kinerja Sekolah Dasar Negeri Banyuasin III merupakan kecamatan yang memiliki nilai jumlah sekolah dan ruang kelas lebih besar dibandingkan dengan jumlah murid. Sedangkan Kecamatan Talang Kepala memiliki nilai jumlah murid yang lebih besar dibandingkan dengan jumlah sekolah dan kelas. Sedangkan Kecamatan lainnya memiliki nilai yang hampir seimbang antara jumlah sekolah, kelas, guru dan murid. Evaluasi Sekolah Dasar Swasta Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria Sekolah Dasar swasta memiliki kompoisi nilai yang sama yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 11,3 persen, jumlah kelas dan jumlah murid memiliki nilai 30,5 persen sedangkan jumlah guru memiliki nilai 27,7 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0, 8 persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah swasta tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 26,5 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 17,1 persen, Betung memiliki nilai sebesar 16,6

11 persen, dan Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 6,8 persen. Sedangkan Banyuasin III, Rantau Bayur, Muara Telang,sedangkan, Pulau Rimau, Tanjung Lago, Banyuasin, Muara Padang, Rambutan, Makarti Jaya, Air Salek, dan Tungkal ilir memiliki nilai 3.0 persen, Seperti pada grafik 4. Grafik 4. Sensitivitas Kinerja Sekolah Dasar Swasta Sekolah Dasar swasta tersebar di 4 kecamatan meliputi Talang Kelapa, Banyuasin I, Betung dan Muara Sugihan. Selainnya kecamatan tersebut tidak memiliki sekolah dasar swasta. Evaluasi Sekolah Madrasyah Itdidaiyah Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah Madrasyah Idtidaiyah memiliki kompoisi nilai yang sama yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 11,3 persen, jumlah kelas dan jumlah murid memiliki nilai 30,5 persen sedangkan jumlah guru memiliki nilai 27,7 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 0,8 persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah Madrasyah Idtidaiyah tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 22,1 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 17,6 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 10,2 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 8,1 persen,

12 Banyuasin II memiliki nilai sebesar 7,8 persen, dan Banyuasin I memiliki nilai sebesar 6,3 persen. Sedangkan Betung Banyuasin III, Rantau Bayur, sedangkan, Pulau Rimau, Banyuasin, Muara Padang, Rambutan, Makarti Jaya, Air Salek, dan Tungkal ilir memiliki nilai < 6.0 persen Seperti pada grafik 5. Grafik 5. Sensitivitas Kinerja Sekolah Madrasyah Idtidaiyah Grafik 4 menunjukan bahwa nilai sensitivitas jumlah murid relative sama dengan nilai jumlah sekolah. Grafik tersebut menunjukan bahwa jumlah sekolah sesuai dengan jumlah murid. Sebagai contoh Muara sugihan, muara telang dan Banyuasin III. Sedangkan model lainnya yakni nilai sensitivitas sekolah lebih besar dari nilai jumlah murid. Konsisi ini menunjukan bahwa sekolah tersebut masih belum optimal jumlah muridnya. Sebagai contohnya Tanjung lago dan Muara Padang. Evaluasi Sekolah Menengah Pertama dan sederajat Prioritas sehubungan dengan tujuan evaluasi ini, Nilai setiap jenis Sekolah Menengah Pertama adalah SMP Negeri sebesar 74,7 persen, SMP Swasta sebesar 11,9 persen dan MTs sebesar 13,4 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 1 (satu)

13 persen atau sangat konsisten. Nilai tersebut bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin memiliki peran yang lebih besar dibandingkan masyarakat dalam menyelenggakan pendidikan menengah pertama Nilai sensitifitas kinerja sekolah dasar dan sederajat tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 22,4 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 11,9 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10,5 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 6,3 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 6,2 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 5,9 persen, Rantau Bayur dan Rambutan memiliki nilai sebesar 5,5 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 5,4 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 4,2 persen, Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3,6 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3.5 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 3,4 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 3,3 persen dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 2,4 persen. Seperti pada grafik 6. Grafik 6. Sensitivitas Kinerja Sekolah Menengah Pertama dan Sederajat Banyuasin III merupakan kecamatan dengan nilai sensitivitas kinerja tertinggi, kondisi tersebut didukung sub kriteria dengan jumlah sekolah sebanyak 18 unit, jumlah ruang kelas sebanyak 137 unit, jumlah guru sebanyak 330 orang dan jumlah murid sebanyak orang. Sedangkan yang memiliki nilai terkecil yakni kecamatan Tungkal

14 Kilir dengan sub kriteria jumlah dengan jumlah sekolah sebanyak 7 unit, jumlah ruang kelas sebanyak 21 unit, jumlah guru sebanyak 68 orang dan jumlah murid sebanyak 877 orang. Evaluasi Sekolah Menengah Pertama Negeri Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah menengah pertama negeri memiliki kompoisi nilai yakni jumlah sekolah dan kelas memiliki nilai sebesar 17,8 persen, jumlah guru memiliki nilai 27,8 persen dan jumlah murid 40,0 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 4 persen atau konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah menengah pertama negeri tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 23,3 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 11,4 persen, Betung memiliki nilai sebesar 10,6 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 6, persen 5, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 6,3 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 6,2 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 5,8 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 5,0 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 4,8 persen, Talang Kelapa dan Banyuasin II memiliki nilai sebesar 3,9 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 3,8 persen, Air Salek memiliki nilai sebesar 3,5 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 3,3 persen, dan dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 1,7 persen. Seperti pada grafik 7. Grafik 7. Sensitivitas Kinerja Sekolah Menengah Pertama Negeri

15 Pendidikan dasar menengah pertama, Benyuasin merupakan kecamatan dengan nilai sensitivitas kinerja paling tinggi. Penilaian tersebut terlihat dari jumlah sekolah, kelas, guru dan murid yang paling banyak. Dengan melihat grafik tersebut terlihat bahwa komposisi antara kebutuhan sekolah, kelas dan guru sudah cukup relative optimal, kecuali kecamatan Rambutan. Dimana, nilai sensitivitas jumlah sekolah dan guru lebih besar dibandingan dengan jumlah kelas dan murid. Sehingga dengan demikian untuk meningkatkan optimalisasi perlu peningkatan jumlah kelas dan murid. Evaluasi Sekolah Menengah Pertama Swasta Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah menengah pertama swasta memiliki kompoisi nilai yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 6,8 persen, jumlah kelas 29,2 persen, jumlah guru memiliki nilai 20,6 persen dan jumlah murid 43,3 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 3 (tiga) persen atau konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah menengah pertama swasta tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin memiliki nilai sebesar 16,0 persen, Betung memiliki nilai sebesar 15,9 persen, Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 15,7 persen, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 14,2 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 7,5 persen, dan Tungkal ilir memiliki nilai sebesar 6,1 persen. Air Salek memiliki nilai sebesar 3,9 persen, Rambutan memiliki nilai sebesar 3,8 persen, Pulau Rimau memiliki nilai sebesar memiliki nilai sebesar 3,12 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 2,8, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 2,4 persen, Rantau Bayur memiliki nilai sebesar 2,3 persen, Muara Padang dan Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 2,2 persen, dan Banyuasin II memiliki nilai sebesar 1,9 persen, Seperti pada grafik 8.

16 Grafik 8 Sensitivitas Kinerja Sekolah Menengah Pertama Swasta Grafik 8 menunjukan bahwa, pola sekolah menengah pertama swasta masih kurang optimal dalam penyelenggaraan pendidikan. Hal tersebut dapat dilihat pada garis grafik kecamatan banyuasin I yang memiliki nilai sensitivitas kinerja jumlah sekolah, kelas dan guru tinggi namun nilai sensitivitas jumlah murid. Namun disisi lain, Kecamatan Tungkal Ilir, Betung dan Talang Kepala yang memiliki nilai sensitivitas kinerja jumlah sekolah, kelas, guru lebih kecil di bandingkan dengan nilai sensitifitas kinerja jumlah murid. Evaluasi Sekolah Madrasyah Tsanawiyah Prioritas hubungan sub kriteria dengan tujuan evaluasi dalam Kriteria sekolah madrasyah tsanawiyah memiliki kompoisi nilai yakni jumlah sekolah memiliki nilai sebesar 8,9 persen, jumlah kelas 17,8 persen, jumlah guru memiliki nilai 30,3 persen dan jumlah murid 43,0 persen dengan nilai inkonsistensi sebesar 2 (dua) persen atau sangat konsisten. Nilai sensitifitas kinerja sekolah madrasyah tsanawiyah tingkat kecamatan berdasarkan hasil analisis AHP menunjukan bahwa Banyuasin III memiliki nilai sebesar 24,6, Banyuasin I memiliki nilai sebesar 12,1 Pulau Rimau memiliki nilai sebesar 10,8,

17 Talang Kelapa memiliki nilai sebesar 10,1 persen, Muara Telang memiliki nilai sebesar 9,8 persen, Muara Sugihan memiliki nilai sebesar 6,3 persen, Muara Padang memiliki nilai sebesar 4,5 persen, Banyuasin II, Rantau Bayur, Betung memiliki nilai memiliki nilai sebesar 3,6 persen, Makarti Jaya memiliki nilai sebesar 2,7 persen, Tanjung Lago memiliki nilai sebesar 2,3 persen, Tungkal ilir dan Air Salek memiliki nilai memiliki nilai sebesar 2,2 persen, dan Rambutan memiliki nilai sebesar 1,6 persen, Seperti pada grafik 9. Grafik 9 Sensitivitas Kinerja Sekolah Madrasyah Tsanawiyah Banyuasin dan Muara Telang merupakan kecamatan dengan nilai yang optimal dalam penyelengaraan pendidikan madrasyah tsanawiayah. Kecamatan tersebut memiliki nilai sensitivitas kinerja jumlah sekolah, kelas, guru dan murid yang paling tinggi di bandingakan dengan kecamatan lainnya. Sedangkan kecamatan lainnya seperti Banyuasin I, Pulau rimau dan Talang Kepala merupakan kecamatan yang kurang optimal dalam penyelenggaraan pendidiknnya. Kondisi tersebut dilihat dari nilai sensitifitas kinerja jumlah murid lebih rendah dari jumlah sekolah, kelas dan guru. Bahkan Talang kelapa merupakan kecamatan yang paling tidak optimal dalam

18 menyelenggaraan dimana kecamatan tersebut memiliki nilai sensitivitas jumlah murid yang paling kecil. Kesimpulan dan Saran Pendidikan dasar Kabupaten Banyuasin mayoritas di selenggarkan oleh pemerintah. Sekolah Dasar sebesar 76,6 persen adalah sekolah negeri dan Sekolah Menengah Pertama sebesar 74,7 persen adalah sekolah negeri. Sedangkannya sisanya merupakan swadaya partisipasi masyarakat dalam pendidikan dasar. Hasil evaluasi menunjukan Banyasuasin III merupakan kecamatan dengan pendidikan dasar kinerja terbaik di lingkungan Kabupaten Banyuasin. Kecamatan Banyuasin III memiliki nilai sensitivitas kinerja pendidikan paling besar yakni sebesar 20,9 persen. Sedangkan, Kecamatan Tungkal Ilir adalah kecamatan dengan kinerja paling kecil. Nilai sensitivitas kinerja tersebut sebesar 2,2 persen. Selain itu, Hasil evaluasi menggambarkan tiga model dalam penyelenggaraan pendidikan dasar yakni pertama nilai sensitivitas jumlah sekolah, kelas dan guru lebih besar dari jumlah murid, kedua nilai sensitivitas jumlah sekolah, kelas dan guru sama dengan jumlah murid, ketiga nilai sensitivitas jumlah sekolah, kelas dan guru lebih kecil dari jumlah murid. Sehingga untuk mengoptimalkan model pertama dapat dilakukan dengan mengurangi guru atau meningkatkan jumlah murid. sedangkan model ketiga dapat dilakukan dengan menambah jumlah sekolah, guru dan kelas pembangunan sekolah dan kelas baru.

19 Daftar Pustaka Bapeda-BPS Kabupaten Banyuasin, Banyuasin Dalam Angka 2008, Pangkalan Balai, 2009 Dharma Tintri E. Sudarsono, Penerapan Analytical Hierarchy Process Untuk Pemilihan Metode Audit PDE oleh Auditor Internal, Proccedings Komputer dan Sistem Intelejen (KOMMIT 2004), ISSN Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN KECAMATAN DALAM KABUPATEN BANYUASIN DENGAN

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DIKDASMEN PROVINSI SUMATERA UTARA

OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DIKDASMEN PROVINSI SUMATERA UTARA OPTIMALISASI PEMBANGUNAN DIKDASMEN PROVINSI SUMATERA UTARA Suripto 1 Abstract Salah satu fokus utama pembangunan Provinsi Sumatera Utara yakni peningkatan kualitas sumber daya manusia. Strateginya antera

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN SEBAGAI DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG Bambang Hidayat Fuady Program Pascasarjana UNSRI BKU Transportasi Jln. Padang Selasa No. 524 Palembang-Sumatera Selatan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Kata Pengantar..

DAFTAR ISI. Kata Pengantar.. DAFTAR ISI Halaman Kata Pengantar.. Daftar Isi. Daftat Tabel. Daftar Gambar i-ii iii iv-vi vii-vii BAB I PENDAHULUAN 1 I.1. Latar Belakang. 1 I.2. Dasar Hukum...... 4 I.3. Tujuan..... 5 I.4. Manfaat......

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN BANYUASIN DI PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

MEMILIH METODE ASSESMENT DALAM MATAKULIAH PENERBITAN DAN PEMROGRAMAN WEB MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Abstract Migunani Program Studi Sistem Informasi STMIK PROVISI, Semarang miguns25@yahoo.com This paper discusses how to choose the method of assessment or evaluation of students in a course of study publication

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Vendor Dalam arti harfiahnya, vendor adalah penjual. Namun vendor memiliki artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam industri yang menghubungkan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN, DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG

KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN, DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG KARAKTERISTIK TRANSPORTASI KABUPATEN BANYUASIN, DAERAH PENYANGGA KOTA PALEMBANG Bambang Hidayat Fuady Mahasiswa Pascasarjana UNSRI BKU Transportasi Jl. Padang Selasa No.524 Palembang - Sumatera Selatan

Lebih terperinci

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan

Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Pengendalian Konversi Lahan Pertanian sebagai Upaya Sinergis Program Lumbung Pangan Nasional di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan Rizky Rangga Wijaksono 1 Ardy Maulidy Navastara 2 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data-data yang digunakan untuk penelitian ini merupakan gabungan antara data primer dan data sekunder. Data primer mencakup hasil penggalian pendapat atau

Lebih terperinci

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Mohamad Aulady 1) dan Yudha Pratama 2) 1,2) Program Studi Teknik Sipil FTSP ITATS Jl. Arief Rahman

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Tahun 2016 Dinas Koperasi, UKM & Perindag Kabupaten Banyuasin BAB I PENDAHULUAN

Laporan Kinerja Tahun 2016 Dinas Koperasi, UKM & Perindag Kabupaten Banyuasin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Banyuasin merupakan instansi penyelenggara kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuasin dalam meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah

Lebih terperinci

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK

Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Palembang ABSTRAK ANALISIS PENDAPATAN PADA USAHATANI PADI SAWAH LEBAK DENGAN SISTEM YARNEN DAN TUNAI DI KECAMATAN RAMBUTAN KABUPATEN BANYUASIN Sisvaberti Afriyatna Dosen Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

2 METODE PENELITIAN. Kerangka Pemikiran di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah Kota Surakarta meliputi: 1. Strategi Pemasaran (Relation Marketing) dilaksanakan dengan fokus terhadap pelayanan masyarakat pengguna, sosialisasi kepada masyarakat

Lebih terperinci

AHP (Analytical Hierarchy Process)

AHP (Analytical Hierarchy Process) AHP (Analytical Hierarchy Process) Pengertian Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl.Raya Selindung Baru Pangkalpinang

Lebih terperinci

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK

APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK APLIKASI ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA PEMILIHAN SOFTWARE MANAJEMEN PROYEK Siti Komsiyah Mathematics Department, School of Computer Science, Binus University Jl. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha

MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA. Muh. Rasyid Ridha MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PENILAIAN DESA DALAM PROGRAM DESA MAJU INHIL JAYA Muh. Rasyid Ridha Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitasi Islam Indragiri

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: C-52 JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 C-52 Pengendalian Perubahan Pemanfaatan Lahan Pertanian Tanaman Pangan di Kabupaten Banyuasin, Provinsi Sumatera Selatan (Untuk Mendukung Program

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan dan pemerintah di Provinsi Lampung yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung,

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) AN ANALYSIS OF THE TUITION FEE PAYMENT SYSTEM IN UKRIDA USING ANALYTICAL

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas Program Studi Sistem Informasi, Fakultas Teknik dan Ilmu

Lebih terperinci

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Komputer (S.Kom) Pada Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM Oleh : Yuniva Eka Nugroho 4209106015 Jurusan Teknik Sistem Perkapalan

Lebih terperinci

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS

SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS SKALA PRIORITAS PENANGANAN GEDUNG SEKOLAH DASAR / MADRASAH IBTIDAIYAH DI KABUPATEN KAPUAS Satriadi, R. Sutjipto Tantyonimpuno, Tri Joko Wahyu Adi Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil

Lebih terperinci

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal METODE AHP INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi sangat sedikit. Intro analytical

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, dengan batasan waktu data dari tahun 2000 sampai dengan 2009. Pertimbangan pemilihan lokasi kajian antar

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX Daniar Dwi Pratiwi 1, Erwin Budi Setiawan 2, Fhira Nhita 3 1,2,3 Prodi Ilmu Komputasi

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUASIN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUASIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN DESA DALAM KABUPATEN BANYUASIN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

JumlahrumahtanggausahapertaniandiKa bupatenbanyuasintahun 2013 sebanyak rumahtangga

JumlahrumahtanggausahapertaniandiKa bupatenbanyuasintahun 2013 sebanyak rumahtangga JumlahrumahtanggausahapertaniandiKa bupatenbanyuasintahun 2013 sebanyak117.143rumahtangga Jumlahperusahaanpertanianberbadanhu kum di KabupatenBanyuasinTahun 2013 sebanyak50perusahaan Jumlahperusahaantidakberbadanhukum

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Prosiding INSAHP5 Semarang,14 Mei 2007 ISBN :... Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Dalam Evaluasi Agen Pangkalan LPG 3 kg Evi Yuliawati Jurusan Teknik Industri Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya

Lebih terperinci

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP) Definisi AHP (Analytic Hierarchy Process) merupakan suatu model pengambil keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty yang menguraikan masalah multifaktor

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang tujuannya untuk menyajikan

Lebih terperinci

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi

Monitoring dan Evaluasi Kinerja Pegawai Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Pegawai Berprestasi 244 ISSN: 2354-5771 Monitoring dan Evaluasi Kinerja Dalam Pengambilan Keputusan Pemilihan Berprestasi Lili Tanti Sistem Informasi, STMIK Potensi Utama, Medan E-mail: lili@potensi-utama.ac.id Abstrak Proses

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2)

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN PER KECAMATAN (DAK2) KABUPATEN / KOTA : OGAN KOMERING ULU 16.01 OGAN KOMERING ULU 192.831 182.28 35.109 1 16.01.0 SOSOH BUAY RAYAP.332 6.820 14.152 2 16.01.08 PENGANDONAN 5.292 5.13 10.465 3 16.01.09 PENINJAUAN 25.186 23.13

Lebih terperinci

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP)

BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK. Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) BAB III TEORI HIERARKI ANALITIK 3.1 Pengertian Proses Hierarki Analitik Proses Hierarki Analitik (PHA) atau Analytical Hierarchy Process (AHP) pertama kali dikembangkan oleh Thomas Lorie Saaty dari Wharton

Lebih terperinci

DAFTAR PESERTA UJIAN ULANG 1 TAHAP 1 (PLPG TAHAP 1-3), TANGGAL 28 Oktober 2014 LOKASI : DE' PREMIUM HOTEL

DAFTAR PESERTA UJIAN ULANG 1 TAHAP 1 (PLPG TAHAP 1-3), TANGGAL 28 Oktober 2014 LOKASI : DE' PREMIUM HOTEL PANITIA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN RAYON 104 UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir 30662 DAFTAR PESERTA UJIAN ULANG 1 TAHAP 1 (PLPG TAHAP 1-3), TANGGAL 28

Lebih terperinci

Gambar 3.1./Figure 3.1. Nilai Sex Rasio Per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 Number of Sex Ratio by District in Banyuasin Regency, 20122

Gambar 3.1./Figure 3.1. Nilai Sex Rasio Per Kecamatan di Kabupaten Banyuasin Tahun 2012 Number of Sex Ratio by District in Banyuasin Regency, 20122 PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN BAB III PENDUDUK DAN KETENAGAKERJAAN CHAPTER I 3.1. Penduduk 3.1. Population Penduduk Kabupaten Banyuasinn tahun 2011 berjumlah 762.482 jiwa, sedangkan jumlah penduduk tahun

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN

GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN POTENSI KABUPATEN BANYUASIN BANYUASIN GAMBARAN UMUM KABUPATEN BANYUASIN Kec. Tungkal Ilir Kec. Betung Kec. Suak Tapeh Kec. Pulau Rimau Kec. Tanjung Lago Kec. Kec. Banhyuasin Sembawa

Lebih terperinci

Analytical hierarchy Process

Analytical hierarchy Process Analytical hierarchy Process Pengertian AHP Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. AHP menguraikan masalah multi faktor atau

Lebih terperinci

Lampiran I.16 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014

Lampiran I.16 PENETAPAN DAERAH PEMILIHAN DAN JUMLAH KURSI ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014 Lampiran I.6 : Keputusan Komisi Pemilihan Umum : 98/Kpts/KPU/TAHUN 0 : 9 MARET 0 ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI DALAM PEMILIHAN UMUM TAHUN 0 No DAERAH PEMILIHAN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA PESERTA SERTIFIKASI GURU RAYON 104 UNIVERSITAS SRIWIJAYA KUOTA TAHUN 2015

DAFTAR NAMA PESERTA SERTIFIKASI GURU RAYON 104 UNIVERSITAS SRIWIJAYA KUOTA TAHUN 2015 DAFTAR NAMA PESERTA SERTIFIKASI GURU RAYON 104 UNIVERSITAS SRIWIJAYA KUOTA TAHUN 2015 1 15110715610446 APRIDA SMA/MA Bahasa Indonesia SMA SANUDIN 2 15110715610249 SUKAWESI SMP/MTs Bahasa Indonesia SMPN

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHICAL PROCESS (AHP) UNTUK PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER Wiwik Suharso Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak di 135 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian merupakan studi kasus yang dilakukan pada suatu usaha kecil keripik pisang Kondang Jaya binaan koperasi BMT Al-Ikhlaas. yang terletak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan adalah sebuah sistem yang efektif dalam membantu mengambil suatu keputusan yang kompleks, sistem ini menggunakan aturan

Lebih terperinci

PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI CALON MAHASISWA BARU DI STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA, SEBUAH MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN

PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI CALON MAHASISWA BARU DI STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA, SEBUAH MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PROGRAM STUDI BAGI CALON MAHASISWA BARU DI STMIK EL RAHMA YOGYAKARTA, SEBUAH MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN Edy Prayitno Jurusan Komputerisasi Akuntansi STMIK El Rahma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa Rizal Afriansyah Program Pascasarjana Universitas Brawijaya Email : rizaldi_87@yahoo.co.id Abstrak - Transportasi mempunyai

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LBB PADA KAMPUNG INGGRIS PARE MENGGUNAKAN METODE AHP Mayang Anglingsari Putri 1, Indra Dharma Wijaya 2 Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Teknik Elektro, Politeknik

Lebih terperinci

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN Indriyati Program Studi Teknik Informatika Jurusan Matematika FSM Universitas Diponegoro Abstrak Dalam era globalisasi dunia pendidikan memegang peranan

Lebih terperinci

Strategi Pemanfaatan Kolam Bekas Tambang Timah Menggunakan Metode Analitical Hierarki Process (AHP)

Strategi Pemanfaatan Kolam Bekas Tambang Timah Menggunakan Metode Analitical Hierarki Process (AHP) 56 TEKNOMATIKA, Vol.06, No.02, September 2016 Strategi Pemanfaatan Kolam Bekas Tambang Timah Menggunakan Metode Analitical Hierarki Process (AHP) UTILIZATION STRATEGY OF POND EX TIN MINING USING ANALITICAL

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) JIMT Vol. 12 No. 2 Desember 2016 (Hal 160-171) ISSN : 2450 766X FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MAHASISWA DALAM PEMILIHAN TEMPAT KERJA MELALUI METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) E. Salim 1, S. Musdalifah

Lebih terperinci

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE Nunu Kustian Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Matematika dan IPA Email: kustiannunu@gmail.com ABSTRAK Kebutuhan

Lebih terperinci

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N 5 PRINGSEWU)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N 5 PRINGSEWU) SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N 5 PRINGSEWU) Jumirin, Sudewi STMIK Pringsewu Jl. Wisma Rini No.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) ini dilaksanakan di PT. Suka Jaya Makmur, Kalimantan Barat pada

Lebih terperinci

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi ABSTRAK Tulisan ini memaparkan tentang penerapan Analitycal

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET Elly Yanuarti STMIK Atma Luhur, Pangkalpinang, Bangka Belitung m4_4yie@ymail.com ABSTRACT Use of internet

Lebih terperinci

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PEMILIHAN OBJEK WISATA DI SUMATERA UTARA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Dahriani Hakim Tanjung Sistem Informasi, Teknik dan Ilmu Kompuer, Universitas Potensi Utama JL. KL. Yos Sudarso

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN DIREKTORAT PERENCANAAN TEKNIS PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN DIREKTORAT JENDERAL PEMBINAAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT DAN KAWASAN TRANSMIGRASI (P2MKT) DEPARTEMEN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN IRIGASI PERTANIAN TINGKAT KABUPATEN DI PROPINSI SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI

PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN IRIGASI PERTANIAN TINGKAT KABUPATEN DI PROPINSI SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI PENENTUAN PRIORITAS PEMBANGUNAN IRIGASI PERTANIAN TINGKAT KABUPATEN DI PROPINSI SUMATERA UTARA MENGGUNAKAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SKRIPSI SAUD HASIHOLAN SARAGIH 090823060 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS

Lebih terperinci

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN

MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN MEMORANDUM INDIKASI PROGRAM UTAMA TATA RUANG KABUPATEN BANYUASIN 2013-2018 KECAMATAN : BETUNG No 1 Penyusunan Dokumen Revisi Rencana Detail Tata Ruang Betung APBD Kab Bapedda&PM dan PU Cipta Karya Kab

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS Ardi Mardiana Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Majalengka e-mail: aim@ft.unma.ac.id

Lebih terperinci

Journal of Earth Energy Engineering ISSN: Jurusan Teknik Perminyakan - UIR

Journal of Earth Energy Engineering ISSN: Jurusan Teknik Perminyakan - UIR Pemilihan Pompa Electric Submersible Pump Menggunakan Metode Analytical Hierarchy Process (Studi Kasus Lapangan Zaryka) Selection of Electric Submersible Pump by Using Analytical Hierarchy Process Method

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE 34 EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE Faisal piliang 1,Sri marini 2 Faisal_piliang@yahoo.co.id,

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016

Kuliah 11. Metode Analytical Hierarchy Process. Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi. Sofian Effendi dan Marlan Hutahaean 30/05/2016 1 Kuliah 11 Metode Analytical Hierarchy Process Dielaborasi dari materi kuliah Sofian Effendi METODE AHP 2 Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan Analytical Network Process (ANP) dapat digunakan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG WAJIB BELAJAR 12 (DUA BELAS) TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS, Menimbang

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMA MA ARIF 05 PADANG RATU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Galuh Hardi Putra

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMA MA ARIF 05 PADANG RATU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Galuh Hardi Putra SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN JURUSAN DI SMA MA ARIF 05 PADANG RATU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Galuh Hardi Putra Jurusan Sistem Informasi STMIK Pringsewu Lampung Jl. Wisma

Lebih terperinci

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG

PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG PENENTUAN PRIORITAS PEMELIHARAAN BANGUNAN GEDUNG SEKOLAH DASAR NEGERI DI KABUPATEN TABALONG Haris Fakhrozi 1, Putu Artama Wiguna 2, Anak Agung Gde Kartika 3 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara 6 BAB 3: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini menjabarkan tentang tujuan dari perancangan sistem, kriteria dan pilihan kesimpulan dalam menentukan pemilihan pegawai terbaik. Selain itu juga tahapan

Lebih terperinci

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer

Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang; Jl.Jend. Sudirman Selindung Lama - Pangkalpinang Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo) SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA (STUDI KASUS : SMK Ma arif 1 Kalirejo) Jurusan Sistem Informasi STMIKPringsewu Lampung Jl. Wisma Rini No. 09 pringsewu Lampung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Terkait Menurut penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dita Monita seorang mahasiswa program studi teknik informatika dari STMIK Budi Darma Medan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia) ABSTRAK Sistem pengambilan keputusan adalah sistem yang membantu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia. Analisis keberadaan..., Marthin Hadi Juliansah, FE UI, 2010.

BAB 3 METODOLOGI. Universitas Indonesia. Analisis keberadaan..., Marthin Hadi Juliansah, FE UI, 2010. 26 BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Kualitatif Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Implementasi Implementasi program adalah implementasi dari analisa dan desain sistem yang telah dibuat sebelumnya. Sehingga diharapkan dengan adanya implementasi ini

Lebih terperinci

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ Mia Rusmiyanti Jurusan Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Bandung

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT ati Putra 1) Septi Arianto 2) STMIK IBBI l. Sei Deli No. 18 Medan, Telp. 061-4567111 Fax. 061-4527548 e-mail:

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA 22 SEBATIK STMIK WICIDA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA M. Irwan Ukkas 1), Amelia Yusnita 2), Eri Wandana 3) 1,2 Sistem

Lebih terperinci

Magister Komputer Universitas Budi Luhur

Magister Komputer Universitas Budi Luhur Magister Komputer Universitas Budi Luhur Strategi Pemilihan Perangkat Lunak Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dengan menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP) Study Kasus : PT. Ciliandra Perkasa

Lebih terperinci

DAFTAR PESERTA UJIAN ULANG I (PLPG TAHAP 1-7) STATUS LULUS UJIAN ULANG I

DAFTAR PESERTA UJIAN ULANG I (PLPG TAHAP 1-7) STATUS LULUS UJIAN ULANG I PANITIA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN RAYON 104 UNIVERSITAS SRIWIJAYA Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir 30662 Kabupaten Banyuasin 1 14110702011684 SUYANTI Guru Kelas PAUD/TK TKN

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP Fitriyani Jurusan Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Email : bilalzakwan12@yahoo.com ABSTRAK Sistem Pendukung Keputusan dirancang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karyawan merupakan sumber daya yang utama bagi perusahaan. Maju mundurnya suatu perusahaan sangat ditentukan oleh karyawan yang bekerja pada perusahaan. Setiap perusahaan

Lebih terperinci

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI bidang TEKNIK PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI SRI NURHAYATI, SRI SUPATMI Program Studi Teknik Komputer Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Komputer Indonesia Tujuan dari Perguruan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun

Lebih terperinci

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP)

Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Penentuan Pemilihan Bentuk Outline Tugas Akhir Dengan Menggunakan Model Analytical Hierarchy Process (AHP) Agung Baitul Hikmah 1, Herlan Sutisna 2 1 AMIK BSI Tasikmalaya e-mail: agung.abl@ac.id 2 Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam

BAB III METODOLOGI. benar atau salah. Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik dalam BAB III METODOLOGI Metodologi merupakan kumpulan prosedur atau metode yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian. Menurut Mulyana (2001, p114), Metodologi diukur berdasarkan kemanfaatannya dan tidak

Lebih terperinci

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Analisis Keputusan TIP FTP UB Pokok Bahasan Proses Analisis Bertingkat 2 Pendahuluan AHP merupakan sebuah metode untuk membuat urutan alternatif keputusan dan memilih

Lebih terperinci

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016

HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2016 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH PROVINSI DKI TAHUN 206 BAN SM ACEH HASIL ANALISIS DATA AKREDITASI TAHUN 206 HASIL PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA AKREDITASI SEKOLAH/MADRASAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, terdapat beberapa landasan teori untuk mendukung dalam penerapan aplikasi ini. Berikut akan dijelaskan tentang landasan teori yang bersangkutan.

Lebih terperinci

Pengambilan Keputusan Multi Kriteria. Riset Operasi TIP FTP UB

Pengambilan Keputusan Multi Kriteria. Riset Operasi TIP FTP UB Pengambilan Keputusan Multi Kriteria Riset Operasi TIP FTP UB Pokok Bahasan Program Tujuan (Goal Programming) Interpretasi Grafik dari Program Tujuan Solusi Komputer untuk Masalah Program Tujuan Proses

Lebih terperinci

Analytic Hierarchy Process

Analytic Hierarchy Process Analytic Hierarchy Process Entin Martiana INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA TERHADAP KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DI PT SANSAN SAUDARATEX JAYA Deni Andrianto 1), Eddie Krishna Putra 2), Fajri Rakhmat

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv

DAFTAR ISI. PERSETUJUAN SKRIPSI... ii. PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv DAFTAR ISI PERSETUJUAN SKRIPSI... ii PENGESAHANDEWAN PENGUJI... iii PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... v UCAPAN TERIMA KASIH...

Lebih terperinci

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST)

Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi (Ha) Max. Vegetatif (41-54 HST) Vegetatif 1 (16-30 HST) Vegetatif 2 (31-40 HST) Luas Sawah pada Fase Pertanaman Padi 1 Sumatera Selatan 178.423 31.968 30.373 48.437 35.571 58.619 50.807 24.344 67.668 248.151 537.808 2 Banyu Asin 58.327 11.485 7.424 12.266 9.755 15.582 18.133 7.698

Lebih terperinci