GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA. Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma
|
|
- Fanny Salim
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma Abstrak Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Banyak tenaga kerja terdidik dan tidak terdidik belum mendapat kerja. Menurut statistik tahunan Indonesia, prosentasi peningkatan pengangguran berpendidikan sarjana paling tinggi. Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari kerja atau orang yang full timer dalam mencari kerja. Menurut Rice (1990) situasi menganggur pada individu menyebabkan hilangnya harga diri. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri (Feldman 1989). Identitas diri dan harga diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi konsep diri individu. Konsep diri merupakan konsepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Subyek dalam penelitian ini adalah Sarjana S1 yang telah lulus sekurangnya 9 bulan dengan usia minimal 23 tahun dan termasuk dalam pengangguran terbuka. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan tipe wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang berdasarkan observasi non partisipan dan tak berstruktur. Kesimpulan dari hasil penelitian bahwa subyek lulusan sarjana yang menganggur ada yang memiliki kecenderungan konsep diri positif dan ada yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif. Hal itu dipengaruhi oleh peran faktor keluarga, peran faktor sosial dan peran faktor belajar. Kata Kunci : Konsep Diri, Pengangguran dan Lulusan Sarjana Pendahuluan Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanakkanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas diri dan kemudian ke masa dewasa. Saat individu mencapai masa dewasa, ia diharapkan sudah mandiri, mendapat pekerjaan dan penghasilan sendiri. Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja yang di PHK. Sementara masih banyak tenaga kerja yang terdidik maupun yang tidak terdidik belum mendapat pekerjaan. Menurut statistik tahunan Indonesia ( -terdidik), peningkatan prosentase tingkat pengangguran berpendidikan sarjana adalah paling tinggi. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa gelar sarjana tidak menjamin individu untuk cepat mendapat pekerjaan yang diinginkan dengan penghasilan yang didambakan. Saat individu meraih gelar kesarjanaan, individu sedang berada pada tahap kehidupan dewasa awal. Tahap ini merupakan tahap dimana individu dapat memilih cara hidup
2 sendiri dan mencari gaya hidup di luar keluarga. Saat usia dewasa awal, individu diharapkan sudah memiliki pilihan pekerjaan tertentu. Namun adanya tekanan dari lingkungan dan kompleksitas lingkungan pekerjaan membuat pemilihan dan pemerolehan pekerjaan menjadi sulit. Sulitnya memperoleh pekerjaan membuat individu sarjana menjadi pengangguran, sehingga tidak dapat memenuhi tugas perkembangan dalam tahap kehidupannya yaitu memiliki pekerjaan dan menaiki jenjang karir dalam suatu pekerjaan. Dalam studi ketenagakerjaan (BPS 1999), pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan atau orang yang full timer dalam mencari pekerjaan. Bekerja memiliki pengaruh yang besar pada identitas diri dan persepsi diri serta harga diri individu (Feldman 1989). Tidak adanya pekerjaan membuat individu kehilangan identitas diri. Pekerjaan memberikan kepada individu suatu seting sosial tertentu dan juga identitas didalam lingkungan sosial yang lebih luas. Karena merasa tidak yakin dengan identitasnya di masyarakat, individu yang menganggur cenderung untuk menghindari aktifitas sosial. Hal ini dilakukan bukan karena situasi finansial yang tidak mendukung tetapi juga karena adanya perasaan ketidakmampuan yang subyektif. Perasaan ketidakmampuan yang subyektif ini berupa perasaan bahwa ia bukan sepenuhnya anggota masyarakat dimana tempat terjadinya kehidupan sosial sehari-hari (Jahoda dalam Glyptis 1989). Individu yang menganggur tidak hanya merasa berbeda dan tidak berguna. Seringkali mereka merasa menyimpang dan malu karena menganggur. Banyak penelitian telah menemukan bahwa pengangguran berhubungan dengan perasaan tidak mampu dan hilangnya kepercayaan terhadap diri sendiri (Bahke dkk dalam Glyptis 1989). Menurut Rice (1990), adanya pengangguran memberi andil dalam meningkatnya kejahatan, penggunaan obat terlarang, gangguan dalam masyarakat dan kurangnya pendapatan untuk keluarga miskin. Selain itu, konsekuensi dari situasi mengganggu tersebut adalah hilangnya harga diri. Identitas diri dan harga diri yang dimiliki individu akan mempengaruhi konsep diri individu. Menurut Atkinson (dalam Muntholiah 2002), konsep diri adalah gabungan pikiran, perasaan dan sikap seseorang terhadap diri mereka sendiri. Individu yang memiliki konsep diri yang kuat, maka memiliki harga diri yang tinggi dimana individu berada dalam standar dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan apa tujuannya (Coulhoun 1995). Menurut Mead (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri individu yaitu : peran keluarga, peranan faktor sosial dan faktor belajar. Menurut Rosenberg (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), perkembangan konsep diri tidak terlepas dari pengaruh status sosial, agama dan ras. Konsep diri juga produk dari belajar. Menurut Hilgar dan Bower (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996), belajar disini diartikan sebagai perubahan psikologis yang bersifat relatif permanen yang terjadi sebagai konskuensi dari pengalaman. Seorang penganggur akan memunculkan reaksi yang berbeda-beda terhadap kondisinya, seiring dengan lamanya masa menganggur yang telah
3 dialami. Keadaan menganggur bagi lulusan sarjana bisa menyebabkan efek negatif. Menurut Powel (1984) hal ini disebabkan individu yang menganggur tidak dapat memenuhi : pertama self preservation yaitu bekerja untuk adanya penghargaan dan terakhir competence yaitu kemampuan individu untuk mewujudkan sesuatu. Selain itu individu yang menganggur lebih dari 6 bulan akan memiliki perasaan tidak berdaya dan putus asa. Tidak bekerja membuat individu kehilangan identitas diri dan harga diri sehingga membuat konsep diri yang negatif Tinjauan Pustaka Konsep diri merupakan gabungan beberapa pikiran, perasaan, dan sikap terhadap pengetahuan, keyakinan dan gambaran yang dimiliki individu tentang karakteristik dirinya sendiri baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui interaksinya dengan orang lain. Menurut Coulhoun (1995), konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri (mengacu pada apa yang kita ketahui tentang diri kita berhubungan dengan hal-hal yang bersifat dasar), harapan terhadap diri sendiri (diri ideal), dan evaluasi diri (harga diri / self esteem). Konsep diri ada dua macam yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Menurut Brook (dalam Muntholiah 2002), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah peka terhadap kritik, sangat responsif terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian, sikap hiperkritis, cenderung merasa tidak disenangi orang lain, dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sementara ciri orang yang memiliki konsep diri negatif adalah yakin akan memenuhi kebutuhan sehari-harinya, kedua social bonding yang berkaitan dengan hubungan individu dengan lingkungan dan masyarakat, ketiga appreciation yaitu kebutuhan akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Menurut Hurlock (dalam Tasli 1997), komponen konsep diri terdiri dari: komponen perceptual, yaitu gambaran yang dimiliki individu mengenai penampilan fisiknya serta kesan yang dibentuknya terhadap orang lain. Komponen konseptual, yaitu konsep yang dimiliki individu mengenai karakteristik dirinya, kemampuan yang dimiliki dan pengalaman serta gambaran masa depannya yang didalamnya termasuk kualitas penyesuaian diri dan kemandirian. Komponen sikap, yaitu perasaan yang dimiliki individu mengenai dirinya sendiri, sikap terhadap statusnya, masa depannya, harga dirinya, kepuasannya, keyakinan dirinya, nilainilai, aspirasi dan keterikatan dirinya. Sementara banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu peran keluarga (peran orang tua, kondisi keluarga, perilaku anggota keluarga dan tuntutan keluarga), peranan faktor sosial (interaksi dengan orang disekitar, status sosial, agama dan ras) dan faktor belajar (terjadi setiap hari dan umumnya tidak disadari oleh individu). Pengangguran adalah angkatan kerja yang tidak bekerja tetapi sedang
4 mencari pekerjaan atau yang bekerja dengan jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal atau yang bekerja memenuhi jam kerja normal, namun ia bekerja pada jabatan atau posisi yang sebetulnya membutuhkan kualifikasi atau kapasitas dibawah yang ia miliki atau yang bekerja yang memenuhi jam kerja normal dengan kapasitas kerja normal, namun menghasilkan output yang rendah yang disebabkan oleh faktor faktor organisasi, teknis dan ketidakcukupan lain pada tempat atau perusahaan dimana ia bekerja. Menurut hasil penelitian Powell (dalam Dianasari 1996), ada empat tahap yang dialami seseorang sebagai reaksi dari keadaan menganggur yaitu : Periode relaksasi dan pelepasan emosi (3-4 minggu), periode konsentrasi pada usaha (sampai 3 bulan), periode bimbang dan ragu (3-6 bulan) dan periode tidak enak badan (malaise) dan sinisme (setelah 6 bulan menganggur) Sedangkan menurut Powell (dalam Dianasari 1996), ada 4 kebutuhan dasar yang dapat dipenuhi dengan bekerja. Kebutuhan dasar tersebut adalah : Self Preservation (setiap manusia harus dapat memenuhi kebutuhannya sendiri), Social Bonding (bekerja menghubungkan individu dengan lingkungan dan masyarakat), Appreciation (pekerjaan yang dimiliki membuat kebutuhan akan adanya penghargaan dapat terpenuhi), dan Competence (setiap individu memiliki keinginan untuk mampu melakukan sesuatu). Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran konsep diri pada pengangguran lulusan sarjana dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan konsep diri tersebut terjadi? Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, data yang muncul dalam penelitian kualitatif berwujud kata-kata dan bukan rangkaian angka (Miles dan Huberman, 1992). Fokus penelitian ini adalah gambaran konsep diri pada pengangguran lulusan sarjana dan faktor-faktor apakah yang menyebabkan konsep diri terjadi pada individu. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah Sarjana S1 yang berusia minimal 23 tahun, yang telah lulus sekurangnya 9 bulan dan termasuk dalam para pengangguran terbuka Penelitian ini menggunakan metodemetode pengumpulan data yaitu wawancara dengan pedoman umum dan observasi yang berdasarkan observasi non partisipan dan tak berstruktur. Yaitu dimana pengamat berada diluar subjek yang diteliti dan tidak ikut dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan dan dalam melaksanakan observasinya melakukan pengamatan secara bebas. Kredibilitas seringdigunakan dalam penelitian kualitatif yang digunakan untuk mengganti konsep validitas. Kredibilitas studi kualitatif terletak pada keberhasilan mencapai maksud untuk mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial ataupola interaksi yang kompleks (poerwandari 1998). Keabsahan penelitian menggunakan keabsahan internal yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya dan keabsahan konstruk berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang terukur benarbenar merupakan variabel yang ingin di ukur dengan menggunakan trianggulasi data. Menurut Poerwandari (1998),
5 analisis data dimulai dengan mengorganisasikan data. Selanjutnya coding yaitu Pertama, peneliti menyusun transkrip verbatim (kata demi kata) atau catatan lapangannya sedemikian rupa sehingga ada kolom kosong yang cukup besar di sebelah kanan dan kiri transkrip. Hal ini akan memudahkan membubuhkan kode-kode atau catatancatatan tertentu diatas transkrip tersebut. Kedua, peneliti secara urut dan kontinyu melakukan penomoran pada baris-baris transkrip atau catatan lapangan tersebut. Ketiga, peneliti memberikan nama untuk masing-masing berkas dengan kodekode tertentu. Kode yang dipilih haruslah kode yang mudah diingat dan dianggap paling tepat mewakili berkas tersebut. Setiap berkas dibubuhkan tanggal. Setelah langkah-langkah tersebut, peneliti membaca transkrip berulang-ulang untuk mendapat pemahaman tentang kasus atau masalah. Kemudian peneliti dapat menyusun master berisikan daftar tema-tema dan kategori-kategori yang telah disusun sehingga menampilkan pola hubungan antar kategori. Hasil penelitian 1. Dimensi Konsep Diri a. Pengetahuan tentang Diri Sendiri Adanya perasaan bangga pada subjek karena telah lulus dari perguruan tinggi dengan jurusan yang telah diambilnya, memiliki banyak keahlian yang sering dibutuhkan dalam suatu perusahaan. subjek merasa menjadi tumpuan dan harapan bagi keluarganya dan merasa dipercaya sebagai pengganti peran ayahnya. b. Harapan terhadap Diri Sendiri Subjekmengharapkan untuk mendapatkan pekerjaan, dapat membantu keuangan keluarganya dan dapat menjadi orang yang sukses dan berguna. c. Evaluasi Diri Ada subjek yang merasa gambaran tentang dirinya dengan seharusnya menjadi sangat berbeda. Hal ini dikarenakan kebanggaan yang mereka miliki seharusnya bisa mencapai harapan yang mereka inginkan, yaitu memiliki keahlian yang biasanya sangat diperlukan dalam suatu perusahaan. Akan tetapi hal itu tidak sesuai dengan kenyataan, mereka tidak mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Tetapi ada juga subjek yang merasa walaupun belum memperoleh pekerjaan, tetapi baginya ia mampu menjadi orang yang berguna. Sehingga subjek berada dalam standar dan harapan yang telah ditentukannya. 2. Konsep Diri Positif a. Yakin akan Kemampuannya Mengatasi Masalah Subjek memiliki keyakinan bahwa setiap masalah dapat diatasi dan pasti ada jalan pemecahannya, walaupun pernyataan setiap subjek mengenai keyakinannya mengatasi masalah berbeda. b. Merasa Setara Dengan Orang Lain Ada subjek yang merasa tidak setara dengan orang lain. Subjek menganggap orang lain lebih pandai, lebih beruntung, merasa minder dan tertinggal dari orang lain. Ada juga subjek yang merasa setara dengan orang lain. Baginya orang lain adalah relasi untuk teman baru, lingkungan baru dan kekuatan bagi dirinya yang bisa saling memanfaatkan.
6 c. Menerima Tanpa Rasa Malu Subjek mengakui merasa malu jika mengalami kegagalan dan malu jika melakukan kesalahan. Tetapi ada perbedaan pernyataan dari setiap subjek. Ada subjek yang merasa malu ketika telah melakukan kesalah tetapi ia mau mengakui kesalahannya tersebut. Tetapi ada juga subjek yang selain merasa malu telah melakukan kesalahan, mereka juga merasa malu untuk mengakui kesalahannya. Biasanya mereka hanya berusaha untuk tidak mengulangi kesalahannya tersebut. d. Menyadari Bahwa Setiap Orang Mempunyai Berbagai Perasaan, Keinginan dan Perilaku yang Tidak Dapat Seluruhnya Disetujui Masyarakat Subjek menyadari bahwa setiap orang memiliki berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui oleh masyarakat. subjek sadar masyarakat berhak menentukan yang terbaik dan mereka mau menerima semua keputusan yang telah ditetapkan oleh orang lain tanpa memaksakan kehendak. e. Mampu Memperbaiki Dirinya Karena Ia Sanggup Mengungkapkan Kepribadian yang Tidak Disenanginya dan Berusaha Mengubahnya. Subjek mampu mengungkapkan kepribadian yang tidak mereka senangi, tetapi tidak semua subjek mampu untuk merubah dan memperbaiki dirinya. Konsep Diri Negatif a. Peka Terhadap Kritik Ada subjek yang cenderung mau menerima kritik yang ditujukan kepadanya. Dimana subjek berusaha mendengarkan, menampung dan menganalisa kritik yang diterimanya. Baginya kritik dapat dijadikan sebagai bahan untuk pengembangan diri, kritik adalah pendapat dari orang lain yang tidak sependapat dengan dirinya. Sementara ada subjek yang cenderung menyeleksi kritik yang diberikan kepadanya. Jika yang memberikan kritik dari orang yang dikenalnya, ia mau menerima. Akan tetapi jika kritik dari orang yang tidak dikenalnya, ia menganggap kritik tersebut adalah kritikan yang sembarangan. b. Sangat Responsif Terhadap Pujian Ada subjek yang merasa senang ketika mendapatkan pujian, bagi mereka mendapat pujian berarti mereka telah memperoleh penghargaan dan perhatian dari orang lain. Tetapi ada juga subjek yang merasa biasa saja ketika mendapatkan pujian. Baginya pujian merupakan senjata makan tuan, dimana orang yang diberikan pujian akan merasa besar kepala dan akhirnya apa yang dikerjakan tidak maksimal karena merasa sudah membuat orang lain bangga. c. Sikap Hiperkritis Terhadap Orang Lain Ada subjek yang cenderung bersikap hiperkritis, dimana ia tidak sanggup mengungkapkan kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Baginya sesuatu bisa dikatakan kelebihan tergantung orang lain yang menanggapinya. Selain itu ia cenderung suka mengeluh, akan tetapi bukan seorang yang suka mencela atau meremehkan orang lain. Tetapi
7 ada juga subjek yang memandang kelebihan orang lain sesuatu yang patut dipuji dan dihargai. Mereka menganggap kelebihan orang lain dapat di contoh dan mereka bisa belajar tentang kelebihan tersebut. d. Cenderung Merasa Tidak Disenangi dan Tidak Diperhatikan Orang Lain Ada subjek yang cenderung merasa tidak diperhatikan oleh teman-temannya, tetapi mereka tidak menganggap musuh temantemannya tersebut. Tetapi ada juga subjek yang merasa dapat bergaul dalam segala umur dan menganggap setiap orang dapat dijadikan teman. Kalaupun ada percekcokan itu karena mereka sedang tidak sejalan dengan dirinya. e. Bersikap Pesimis Terhadap Kompetisi Ada subjek yang kurang antusias terhadap kompetisi, baginya kemampuan yang dimilikinya belum pantas untuk dikompetisikan dan kompetisi diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki kemampuan yang bagus. Jika tidak memiliki kemampuan yang bagus, tidak patut untuk dikompetisikan dan ia merasa kemampuan yang dimilikinya tidak perlu dikompetisikan karena malu jika harus dinilai oleh orang lain. Tetapi ada juga subjek yang menganggap kompetisi dalam berprestasi sangatlah penting, karena dengan kompetisi dapat mengembangkan diri dan dapat mengetahui kemampuan dalam diri. 3. Reaksi Terhadap Keadaan Menganggur Reaksi subjek ketika mereka lulus adalah merasa senang. Setelah menganggur selama tiga bulan, reaksi subjek yaitu ada yang merasa jenuh tetapi tetap aktif dan giat mencari kerja. Sementara ada juga yang merasa biasa saja, karena hal itu masih dianggap normal. Ketika menganggur selama enam bulan, reaksi subjek adalah merasa kecewa, cemas dan putus asa. Keadaan seperti itu dikarenakan usahanya untuk mendapatkan pekerjaan tidak berhasil. 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri a. Peran Keluarga Subjek diharapkan dapat menjadi tumpuan bagi keluarganya dan mereka merasa belum mampu memenuhi tuntutan tersebut karena belum mendapatkan pekerjaan. Ada subjek yang merasa kurang diperhatikan oleh keluarga, mendapat teguran dari keluarga karena sebagai pengangguran. Tetapi ada juga subjek yang merasakan adanya toleransi dalam keluarga dan mempunyai seorang ibu yang penuh perhatian. b. Peranan Faktor Sosial Ada subjek yang merasa kurang diperhatikan oleh teman-temannya, tetapi ada subjek yang merasa dapat bergaul dalam segala umur dan menganggap setiap orang dapat dijadikan teman. Selain itu, ada subjek yang termasuk dalam status sosial rendah dimana ia berperan sebagai pengangguran dalam lingkungannya. Tetapi ada subjek yang termasuk dalam status sosial tinggi dan memiliki
8 pendidikan agama yang cukup karena ia lulusan dari pondok pesantren. c. Peranan Faktor Belajar Setiap subjek belajar dari pengalaman dalam hal melamar pekerjaan. Subjek berulangkali melamar pekerjaan dan selalu mengalami kegagalan. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat ditarik simpulan bahwa subjek lulusan sarjana yang menganggur, ada yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif dan ada juga yang memiliki kecenderungan konsep diri positif. Konsep diri yang negatif dan konsep diri yang positif pada subjek tersebut disebabkan oleh beberapa faktor yaitu : peran faktor keluarga, peran faktor sosial dan peran faktor belajar. Pada subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif, faktor keluarga meliputi : adanya tuntutan orangtua terhadap subjek, dimana subjek merasa belum bisa memenuhi tuntutan orangtua dan adanya persaingan antara saudara untuk merebut perhatian orangtua. Sedangkan yang berhubungan dengan peran faktor sosial yaitu : kurangnya penerimaan diri individu dalam kelompok. Untuk peran faktor belajar, subjek merasa selalu gagal setiap melamar pekerjaan. Selain itu subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif merasa tidak setara dengan orang lain, menerima dengan rasa malu, kurang mampu memperbaiki dirinya, sangat responsif terhadap pujian, cenderung merasa tidak disenangi dan bersikap pesimis terhadap kompetisi. Sementara subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri positif, pada faktor keluarga dipengaruhi oleh adanya perasaan dihormati, diterima dan disenangi keluarga, sikap ibu yang penuh pengertian dan adanya toleransi dalam keluarga. Sedangkan dari faktor sosial, subjek berasal dari faktor sosial menengah keatas dan barasal dari lingkungan yang religius. Selain itu subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri positif merasa yakin akan kemampuannya mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menyadari setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat, mampu memperbaiki diri, tidak terlalu responsif terhadap pujian, tidak hiperkritis terhadap orang lain, merasa disenangi orang lain dan bersikap optimis terhadap kompetisi. Tetapi pada subjek baik yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif maupun yang memiliki kecenderungan konsep diri positif terdapat kesamaan yaitu menerima dengan rasa malu terhadap sesuatu yang dialaminya. Saran Berikut ini adalah saran-saran yang dapat diterapkan bagi para pengangguran lulusan sarjana, bagi para orangtua dan bagi para peneliti selanjutnya, antara lain: 1. Kepada para subjek yang memiliki kecenderungan konsep diri negatif, diharapkan dapat memperbaiki beberapa hal mengenai konsep diri negatif yang mereka miliki menjadi konsep diri yang positif, seperti mencoba mengubah perasaan tidak setara dengan orang lain, berusaha menghilangkan perasaan malu, mencoba memperbaiki diri, tidak terlalu responsif terhadap pujian, mencoba menghilangkan perasaan tidak disenangi orang lain dan bersikap pesimis terhadap kompetisi.
9 Sementara untuk subjek yang memilki kecenderungan konsep diri positif, disarankan dapat menyusun strategi apa yang dapat dilakukannya untuk mendapat pekerjaan. 2. Kepada para orangtua, disarankan untuk tidak terlalu banyak menuntut atau berharap banyak terhadap anaknya, agar anak tidak terlalu terbebani oleh tuntutan orangtua. Dengan cara menanamkan sikap toleransi, menghormati, menerima dan menyenangi, juga sikap penuh perhatian terhadap anak, sehingga anak merasa percaya diri. 3.Untuk peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian terhadap pengangguran lulusan sarjana yang mampu memiliki konsep diri positif, untuk melihat tindakan dan langkah apa saja yang dilakukannya sehingga mampu memiliki konsep diri positif, agar memperoleh gambaran bagi lulusan sarjana lain yang memiliki permasalahan yang sama. Penerjemah : Rohidi Tj. R. Jakarta : Universitas Indonesia. Muntholiah Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI (Pendidikan Agama Islam). Semarang : Gunung Jati. Poerwandari, E.K Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi. Depok : LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Ritandiyono & Retnaningsih Aktualisasi Diri. Depok : Universitas Gunadarma. Rice, P. F The Adolescent : Development, Relationships and Culture. 6 th Edition. Boston : Allyn And Bacon. Tasli Konsep Diri Mahasiswa, Sikap Mahasiswa Terhadap Mata Kuliah dan Hubungan Dengan Prestasi Belajar Mata Kuliah Tersebut. Tesis. Depok : Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. n -Terdidik. Daftar Pustaka BAPPENAS dengan Lembaga Penelitian Penyusunan peta Pengangguran Menurut Kabupaten/Kotamadya di Indonesia. Jakarta : Badan Pusat Statistik. Coulhoun, J. F. & Acocella, J. R Psikologi Tentang Penyesuaian dan Hubungan Kemanusiaan. Alih Bahasa : Satmoko, R. S. Semarang : IKIP Semarang. Felman, R Adjustment : Applying Psychology in The Complex Word. New York : Mac Graw-Hill. Glyptis, S Leisure and Umemployment. Philadhelpia : Open University Press. Miles, M.M. & Huberman A.M Analisis Data Kualitatif.
10 This document was created with Win2PDF available at The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR GRADUATE
ILLUSTRATION OF SELF CONCEPT FOR UNEMPLOYED BACHELOR GRADUATE Sabtiyo Retnaning Tyas, Ni Made Taganing, SPsi, MPsi, Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2005 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak yang sepenuhnya tergantung pada orangtua, ke masa remaja yang ditandai oleh pencarian identitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana untuk mentrasformasi kehidupan kearah yang lebih baik. Pendidikan dijadikan standar stratifikasi sosial seseorang. Orang yang berpendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. sesuai jika didekati dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan untuk
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna kematian orangtua bagi remaja. Kematian merupakan fenomena yang pasti terjadi pada setiap individu dan
Lebih terperinciASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010
ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN REMAJA PengertianKonsepDiri Konsep diri adalah gambaran
Lebih terperinciKONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) : Maria Fatimah Assahhra NPM : ABSTRAK
KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) Nama : Maria Fatimah Assahhra NPM : 10599139 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai
31 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Untuk dapat memberikan gambaran serta bentuk regulasi emosi pada pecandu game online, maka penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif. Bogdan dan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erikson (Hurlock, 1980:208) berpendapat, identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah
Lebih terperinciPENDAHULUAN Bagi wanita rahim merupakan organ reproduksi yang sangat penting, apalagi pada wanita yang akan menikah dan yang sudah menikah sekalipun.
KONSEP DIRI WANITA DEWASA MADYA YANG MENGALAMI HISTEREKTOMI (PENGANGKATAN RAHIM) MEILI FOTRI HASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Salah satu organ reproduksi wanita yang paling penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciBAB II. Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciPiaget (dalam Hurlock, 2000) mengemukakan bahwa masa remaja merupakan masa mencari identitas diri. Oleh karena itu, remaja berusaha mengenali dirinya
PERANAN INTENSITAS MENULIS DI BUKU HARIAN TERHADAP KONSEP DIRI POSITIF PADA REMAJA Erny Novitasari ABSTRAKSI Universitas Gunadarma Masa remaja merupakan masa mencari identitas diri, dimana remaja berusaha
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. individu, khususnya individu yang telah menyandang gelar Strata Satu atau
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki pekerjaan dan penghasilan sendiri adalah keinginan setiap individu yang telah memasuki masa dewasa. Hal ini juga menjadi salah satu tuntutan pada tugas
Lebih terperinciBLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam
BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL Definisi Kematangan Vokasional Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang berupa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Hal ini dikarenakan penelitian ini menggunakan data kualitatif dan dideskripsikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dll., secara holistik dan
35 BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Pendekatan yg di gunakan pada penelitian ini adalah metode kualitatif dimana metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut
Lebih terperinciPENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK
PENGEMBANGAN INSTRUMEN EKSPLORASI KARIR PESERTA DIDIK A. DEFINISI KARIR SUPER Donald Super memandang pilihan sebagai bentuk dari bentuk perkembangan. Teori Super pada dasarnya menganggap bahwa kerja merupakan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA. Skripsi
HUBUNGAN ANTARA SELF BODY IMAGE DENGAN PEMBENTUKAN IDENTITAS DIRI REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 RUSTAM ROSIDI F100 040 101 Diajukan oleh: FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari hidup manusia dalam menghadapi berbagai masalah untuk pemenuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia terlibat dengan banyak hal, dari yang sepele sampai yang kompleks. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari hidup manusia dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
3. METODE PENELITIAN Penelitian mengenai gambaran kemandirian anak tunggal dewasa muda menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode ini dipilih untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut Moleong
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian metode kualitatif dengan studi kasus. Peneliti kualitatif Human Instrumen, berfungsi sebagai fokus penelitian, memilih
Lebih terperinci3. METODE PENELITIAN
33 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang berperan dalam bertahannya remaja perempuan dalam relasi pacaran yang berkekerasan. Dalam Gannon, dkk., (2004)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia, khususnya dalam bidang lapangan kerja membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan berkembang pesat. Tuntutan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan
15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu. mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan diharapkan mampu mewujudkan cita-cita bangsa. Pendidikan bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Fenomena gagal Ujian Nasional merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di dunia pendidikan kita. Fenomena yang terjadi dalam seting nyata ini
Lebih terperinciTESIS. Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Penyusunan Tesis
PERSEPSI GURU TENTANG IKLIM ORGANISASI SEKOLAH, MOTIVASI BERPRESTASI DAN KREATIVITAS TERHADAP PRESTASI KERJA GURU DI SMP NEGERI KECAMATAN PRINGAPUS KABUPATEN SEMARANG TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki
Lebih terperinciMembangun Konsep Diri Positif Pada Anak
Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Sri Redjeki FIP IKIP Veteran Semarang Email : basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Setiap manusia sebagai organisme memiliki dorongan untuk berkembang sampai mencapai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada dewasa ini menuntut masyarakat Indonesia untuk senantiasa maju dan berkembang sesuai dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus ( case studies).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis
Lebih terperinciMateri kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu
Materi kuliah e-learning HUBUNGAN ORANG TUA DENGAN ANAK REMAJA oleh : Dr. Triana Noor Edwina DS, M.Si Dosen Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Selamat membaca, mempelajari dan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian kualitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif atau kualitataif dilakukan dengan mempertimbangkan pendekatan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan kualitatif. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2009), pemilihan pendekatan kuantitatif
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. komunitas, atau bahkan suatu bangsa (Poerwandari 2011). tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif disini berupa studi kasus. Dimana studi kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya jaman, semakin bertambah juga tuntutan-tuntutan dalam hidup. Tuntutan-tuntuan itu tidak hanya pada satu aspek atau bidang kehidupan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
40 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Metode kuantitatif menurut Sugiyono disebut sebagai metode positivistik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian
41 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Kualitatif Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 2006), metode penelitian kualitatif merupakan prosedur penelitian yang akan menghasilkan data deskriptif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Sebuah penelitian diperlukan suatu metode atau pendekatan untuk melakukan penelitian terhadap fenomena yang ada di lapangan dan prosedur pelaksanaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian tentang data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk katakata dan gambar,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mengeksplorasi secara lebih dalam penerimaan (acceptance) remaja yang memiliki ibu tiri. Proses penelitian ini
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kebahagiaan 1. Pengertian Spot (2004) menjelaskan kebahagiaan adalah penghayatan dari perasaan emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang diinginkan,
Lebih terperinciLAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA PENELITIAN PENYESUAIAN SOSIAL A-2 SKALA PENELITIAN PENERIMAAN DIRI
LAMPIRAN A SKALA PENELITIAN A-1 SKALA PENELITIAN PENYESUAIAN SOSIAL A-2 SKALA PENELITIAN PENERIMAAN DIRI 66 67 LAMPIRAN A-1 A-1 SKALA PENELITIAN PENYESUAIAN SOSIAL 68 Kepada yang terhormat Saudara Ditempat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,
Lebih terperinciPENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK
PENGGUNAAN KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI PADA SISWA KELAS XI SMK Emilia Roza (Eroza82@yahoo.com) 1 Muswardi Rosra 2 Ranni Rahmayanthi Z 3 ABSTRACT The objective of this research was
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Penelitian
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara
7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi
Lebih terperinciValiditas Item Self-Esteem
Lampiran I : Hasil Uji Validitas Validitas Item No. Item Nilai Validitas Keterangan 1 0.844 Item diterima 2 0.866 Item diterima 3 0.440 Item diterima 4 0.674 Item diterima 6 0.521 Item diterima 7 0.575
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Frekuensi Merokok 1. Definisi frekuensi Frekuensi berasal dari bahasa Inggris frequency berarti kekerapan, keseimbangan, keseringan, atau jarangkerap. Smet (1994) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lainnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Oleh sebab itu manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang tidak mungkin dapat hidup sendiri. Di sepanjang rentang kehidupan, setiap manusia membutuhkan manusia lainnya untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kualitatif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin
Lebih terperinciPERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL. Dwi Rezka Kemala. Ira Puspitawati, SPsi, Msi
PERBEDAAN TINGKAT KESEPIAN BERDASARKAN STATUS PADA WANITA DEWASA AWAL Dwi Rezka Kemala Ira Puspitawati, SPsi, Msi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma Abstraksi Penelitian ini bertujuan untuk menguji
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, pendidikan merupakan hal yang penting bagi kehidupan. Banyak yang belum sadar akan hal ini, terutama mereka yang tinggal di daerah terpencil. Ketidaksadaran
Lebih terperinciLampiran 1. Hasil Validitas dan Reliabilitas
Lampiran 1 Hasil Validitas dan Reliabilitas VALIDITAS KONSEP DIRI NO Item VALIDITAS KETERANGAN 1. 0.410 Diterima 2. 0.416 Diterima 3. 0.680 Diterima 4. 0.421 Diterima 5. 0.174 Ditolak 6. 0.474 Diterima
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2009), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Normative Social Influence 2.1.1 Definisi Normative Social Influence Pada awalnya, Solomon Asch (1952, dalam Hogg & Vaughan, 2005) meyakini bahwa konformitas merefleksikan sebuah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Moleong (2007) mengemukakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang diselenggarakan di dalamnya.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies).
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif deskriptif, dengan tipe penelitian studi kasus (case studies). Menurut
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciInterpersonal Skills Communications
Modul ke: Interpersonal Skills Communications Fakultas FIKOM Wulansari Budiastuti, S.T., M.Si. Program Studi MARKOM & PERIKLANAN www.mercubuana.ac.id Karakter dan Konsep Diri Komunikasi intrapersonal dapat
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1980). bukan pula orang dewasa yang telah matang.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja berasal dari kata Latin adolensence (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses. pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan.
BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah suatu masa dimana individu dalam proses pertumbuhannya terutama fisik telah mencapai kematangan. Periode ini menunjukkan bahwa dalam suatu
Lebih terperinciInterpersonal Communication Skill
Modul ke: 08 Dra. Fakultas FIKOM Interpersonal Communication Skill Pemahaman Karakter & Potensi Diri Tri Diah Cahyowati, M.Si Program Studi Marcomm & Advertising Mengenal Diri Menurut William D.Brooks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait
BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab 2 akan dibahas landasan teori dan variabel-variabel yang terkait dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah Ujian Nasional, stres, stressor, coping stres dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masyarakat Indonesia menganggap pendidikan menjadi sesuatu yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan, terutama dalam hal mencapai
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. psikologis remaja yang mengalami hamil di luar nikah. Menurut Creswell
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Rancangan Penelitian Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini dengan tujuan untuk menggali dan mendapatkan gambaran yang luas serta mendalam yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap hari, di seluruh dunia, jutaan orang harus bekerja atau sekolah. Beberapa diantaranya mungkin merasa sangat bersemangat dengan pekerjaannya dan selalu
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa
10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan adanya perkembangan dunia yang semakin maju dan persaingan yang terjadi semakin ketat, individu dituntut untuk memiliki tingkat pendidikan yang memadai
Lebih terperincidiri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap manusia adalah unik, dan peserta didik yang memasuki masa remaja harus dapat menyadari hal tersebut. Melalui layanan bimbingan konseling disekolah
Lebih terperinciDASAR-DASAR ANALISIS dan INTERPRETASI
DASAR-DASAR ANALISIS dan INTERPRETASI Sebagai salah satu metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, analisis data dalam observasi juga diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dalam rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan sistem informasi pada saat ini menempati
BAB I PENDAHULUAN 1.1 latar Belakang Perkembangan teknologi dan sistem informasi pada saat ini menempati peranan utama dan sangat dibutuhkan oleh suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini diwujudkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dewasa ini pada akhirnya menuntut semakin besarnya kebutuhan akan tenaga kerja profesional di bidangnya. Hal ini dapat dilihat dari berbagai
Lebih terperinci