PENDAHULUAN Bagi wanita rahim merupakan organ reproduksi yang sangat penting, apalagi pada wanita yang akan menikah dan yang sudah menikah sekalipun.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENDAHULUAN Bagi wanita rahim merupakan organ reproduksi yang sangat penting, apalagi pada wanita yang akan menikah dan yang sudah menikah sekalipun."

Transkripsi

1 KONSEP DIRI WANITA DEWASA MADYA YANG MENGALAMI HISTEREKTOMI (PENGANGKATAN RAHIM) MEILI FOTRI HASTUTI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS GUNADARMA ABSTRAK Salah satu organ reproduksi wanita yang paling penting pada wanita adalah rahim atau dalam bahasa medis disebut juga uterus. Rahim merupakan tempat awal bagi proses kehidupan, karena dari sinilah janin akan akan berkembang hingga saatnya siap dilahirkan. Bayangkan bila seorang perempuan tidak lagi memiliki rahim maka tidak akan sempurnalah hidup wanita walau sudah memiliki keturunan sekalipun. Dari masalah ini bukan hanya fisik yang merasakan efek samping tetapi juga psikis dari wanita yang mengalaminya. Salah satunya akan mempengaruhi konsep diri pada wanita yang mengalaminya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim) serta mengapa konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim) seperti itu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode kualitatif berbentuk studi kasus. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim). Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa subjek memiliki konsep diri yang negatif, Hal ini dapat dilihat dari sikap subjek dalam menanggapi kritikkan. Subjek akan merespon kasar bila ada orang yang mengkritik tentang pengangkatan rahim yang subjek alami. Subjek juga lebih senang menerima pujian dianggap sebagai cara untuk menaikkan harga dirinya, subjek juga merasa takut tidak disenangi dengan orang lain bila orang lain tahu atas apa yang subjek alami. Selain itu subjek bersikap pesimis dan cenderung minder terhadap kompetisi. Kata kunci : konsep diri, wanita dewasa madya, histerekomi

2 PENDAHULUAN Bagi wanita rahim merupakan organ reproduksi yang sangat penting, apalagi pada wanita yang akan menikah dan yang sudah menikah sekalipun. Namun faktanya, kemungkinan terjadinya penyakit rahim pada seorang wanita dimulai pada saat mereka memulai masa pubernya, atau saat pertama mendapatkan haid hingga masa berakhirnya haid (menopause). Sebelumnya, para ahli kandungan mengandalkan pemeriksaan kasat mata untuk mendiagnosa gejala penyakit rahim yang sudah parah, pada waktu itu usia penderita terdeteksi pada rentang tahun. Makin majunya alat pendeteksian, maka dapat dideteksi dari usia sekitar tahun. Laporan terbaru menyebutkan banyak kasus penyakit rahim ditemukan pada wanita berusia di bawah 20 tahun. Pada studi penelitian terhadap 140 pasien berusia antara tahun yang mengeluhkan deraan sakit panggul yang parah, ternyata diketahui 47 % dari mereka diketahui menderita penyakit rahim. Tidak menutup kemungkinan juga adanya pengangkatan rahim pada penyakit yang sudah akut pada rahim. Prosedur pengangkatan rahim ini dalam istilah medis disebut juga histerektomi. Setelah mengalami bedah ini, pasien tidak akan mengalami haid lagi, dan juga tidak bisa hamil. Namun, kehidupan seksual mereka akan tetap normal, dan sebagian dokter akan menyarankan untuk segera berhubungan seksual setelah sembuh dari luka operasinya (VitaHealt, 2007). Dari sanalah muncul perasaan yang dapat mempengaruhi konsep diri wanita yang mengalami pengangkatan rahim seperti perasaan bahwa ia telah mengecewakan suami dan keluarga, perasaan malu karena tidak sempurna sebagia wanita, perasaan khawatir jika suami ingin menikah lagi dan sebagainya, semua perasaan itu dapat mengarah pada ketidaksejahteraan psikologis. Oleh karena itu, setelah mejalani Histerektomi (pengangkatan rahim), seorang wanita membutuhkan suatu proses agar dapat mencapai kesejahteraan psikologis, salah satu kesejahteraan psikologis itu adalah konsep diri. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim), mengapa subjek yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim) memiliki konsep diri seperti itu, dan bagaimana proses perkembangan konsep diri subjek. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Diri Konsep diri seseorang merupakan gambaran dirinya sendiri dari sudut pandang sendiri, artinya setiap saat individu selalu melakukan persepsi-persepsi terhadap kejadiankejadian yang ada di lingkungannya. Dan kemudian menjadi penentu penting dari respon terhadap lingkungannya, dengan kata lain konsep diri menentukan bagaimana memandang dan merasakan dirinya sendiri, seperti yang dikemukakan oleh Rogers (Burns, 1993). Pendapat lain diungkapkan Brook (dalam Ritandiyono & Retnaningsih, 1996) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisik, sosial maupun psikologis yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksi dengan orang lain. Dimensi Konsep Diri Menurut Coulhoun (dalam Ritandiyono & Renaningsih, 1996) konsep diri memiliki tiga dimensi yaitu pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri dan evaluasi diri, sebagai berikut: a. Pengetahuan tentang Diri Sendiri Pengetahuan tentang diri sendiri adalah dimensi pertama dari konsep diri yaitu

3 tentang apa yang kita ketahui tentang diri kita seperti usia, jenis kelamin, kebangsaan, latar belakang etnis, profesi dan sebagainya. Faktor dasar ini akan menentukan seseorang dalam kelompok sosial tertentu dan setiap orang akan mengidentifikasikan diri dengan kelompok sosial lain yang dapat menambah julukan dirinya dan memberikan sejumlah informasi lain yang akan masuk dalam potret mental orang tersebut. Melalui perbandingan dengan orang lain, seseorang memberikan penilaian tentang kualitas dirinya. Kualitas diri ini tidak permanent tetapi bisa berubah, bila seseorang mengubah tingkah lakunya atau dapat mengubah kelompok pembandingan. b. Harapan terhadap Diri Sendiri Harapan kita diri sendiri merupakan diri ideal. Ketika seseorang berpikir tentang siapa dirinya, pada saat yang sama ia akan berfikir akan menjadi apa dirinya di masa yang akan datang. Prinsipnya, setiap orang memiliki harapan terhadap dirinya sendiri. Diri ideal sangat berbeda untuk setiap individu. Apapun harapan dan tujuan seseorang akan membangkitkan kekuatan yang mendorongnya menuju masa depan dan memandu kegiatannya dalam seumur hidupnya. c. Evaluasi Diri Setiap hari orang berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri. Evaluasi terhadap dirinya sendiri disebut harga diri, yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai dirinya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran tentang siapa dirinya dengan gambaran seseorang tentang seharusnya ia menjadi, maka akan menyebabkan harga diri yang rendah. Sebaliknya, bila seseorang berada dalam standard dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang menyukai siapa dirinya, apa yang dikerjakan dan tujuannya, maka ia akan memiliki harga diri yang tinggi. Evaluasi tentang diri sendiri merupakan komponen konsep diri yang sangat kuat. Karakteristik Konsep Diri Positif dan Negatif Adapun konsep diri dibagi menjadi dua, yaitu: konsep diri positif dan konsep diri negatif. Konsep Diri Positif Dasar dari konsep diri positif adalah adanya penerimaan diri. Hal ini disebabkan orang yang memiliki konsep diri positif mengenal dirinya yang dengan baik. Konsep diri positif bersifat stabil dan bervariasi yang meliputi informasi yang positif maupun yang negative tentang dirinya. Orang yang memiliki konsep diri yang positif dapat menerima dan memahami kenyataan yang bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Tentang penghargaan diri, orang yang memiliki konsep diri positif merancang tujuan-tujuan sesuai dengan kemampuannya dan realistis. Konsep diri yang positif mampu mengasimilasikan seluruh pengalaman individu, baik yang positif maupun negative, maka hal ini merupakan modal yang berharga dalam menghadapi kehidupannya dimasa depan. Orang yang berkonsep diri positif dapat menyongsong masa depannya dengan bebas. Baginya hidup merupakan suatu proses penemuan, yang dapat membuat dirinya tertarik, memberi kejutan dan imbalan yang menyenangkan. Menurut Burns (1993), seorang yang memiliki konsep diri positif berarti ia memiliki konsep diri yang sehat, mempunyai harga diri, orang yang berkompetisi, dirinya cukup memadai dan dirinya cukup mempunyai rasa percaya diri. Akibatnya dia mampu memodifikasi nilai-nilai lama dengan pengalaman yang akan datang, mampu menaggulangi masalah, menerima diri sendiri sebagai orang yang sama dengan orang lain. Dengan kata lain bahwa orang yang memiliki konsep diri positif akan menunjukan karakteristik bersikap konsisten, berperilaku didalam cara-cara

4 konsisten dan mengesampingkan pengalaman yang merugikan. Menurut Brook (dalam Muntholiah 2002), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah: 1) Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah; 2) Merasa setara dengan orang lain; 3) Menerima tanpa rasa malu; 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat; 5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Konsep Diri Negatif Menurut Coulhoun (1995), konsep diri negatif ada dua. Pertama adalah pandangan seseorang tentang dirinya benar-benar tidak teratur. Ia tidak memiliki kestabilan dan kekuatan diri. Ia benar-benar tidak tahu siapa dirinya, apa kekuasan dan kelemahannya atau apa yang dihargai dalam hidupnya. Yang kedua merupakan kebalikan dari yang pertama yaitu konsep diri terlalu stabil dan teratur dengan kata lain kaku. Individu menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari aturan aturan yang menurutnya merupakan cara hidup yang tepat. Dalam kaitannya dengan evaluasi diri, konsep diri negatif terhadap diri sendiri, apapun yang diketahui tentang dirinya dia tidak pernah merasa cukup baik. Apapun yang diperolehnya dia tampak tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Hal ini dapat menuntun seseorang kearah kelemahan emosional. Harapan seseorang yang memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya sangat sedikit. Mereka menganggap dirinya tidak akan dapat melakukan suatu hal yang berharga. Kegagalan ini akan merusak harga dirinya yang memang sudah rapuh, lebih lanjut lagi akan menyebabkan citra diri yang lebih negatif dan pada akhirnya bisa menyebabkan penghancuran. Menurut Burns (1993), orang yang menganggap dirinya berkonsep diri yang negatif akan berperasaan inferior, tidak memadai, penuh kegagalan, tidak berharga dan tidak merasa aman. Akibatnya ia sangat peka terhadap kritik, ia memiliki sifat hiper kritis, merasa takut gagal dan menumpahkan kesalahannya kepada orang lain, sering merespon sanjungan terhadap dirinya secara berlebihan dan memiliki sikap menyendiri, malu-malu dan tidak ada minat pada persaingan. Menurut Brook (dalam Muntholiah, 2002), ciri-ciri orang memiliki konsep diri negatif adalah: 1) Peka terhadap kritik, orang yang sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini koreksi seringkali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga diri. 2) Sangat responsive terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian. Individu tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian karena dianggap sebagai cara untuk menaikan harga dirinya. 3) Sikap hiperkritis, individu cenderung selalu mengeluh, mencela, meremehkan orang lain, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain. 4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, memandang orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, individu tidak akan pernah mempermasalahkan dirinya dan menganggap dirinya sebagai korban dari system sosial yang tidak beres.

5 5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya dalam bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Individu menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri Mead (dalam Ritandiyono & Renaningsih 1996), menyebutkan bahwa konsep diri merupakan produk sosial yang dibentuk melalui proses internalisasi dan organisasi pengalamanpengalaman psikologis. Pengalamanpengalaman psikologis ini merupakan hasil eksplorasi individu terhadap lingkungan fisik dan refleksi dari dirinya yang diterima dari orang-orang penting disekitarnya. Banyak faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang yaitu peran keluarga, peranan faktor sosial, faktor belajar. Wanita Dewasa Madya Wanita adalah sebutan yang digunakan untuk spesies manusia berjenis kelamin betina. Wanita adalah yang umum digunakan untuk menggambarkan perempuan dewasa. Perempuan yang sudah menikah juga biasa dipanggil dengan sebutan ibu. Untuk perempuan yang belum menikah atau berada antara umur 14 hingga 25 tahun disebut anak gadis. Perempuan yang memiliki organ reproduksi yang baik akan memiliki kemampuan untuk mengandung, melahirkan dan menyusui menurut Andalas (2005). Kartono (1989), mengatakan bahwa wanita dewasa adalah pribadi yang sudah mempunyai pembentukan diri dan relatif stabil sifatnya. Dengan adanya kestabilan ini dimungkinkan usaha untuk memilih relasi sosial, bidang studi, profesi atau pekerjaan yang sifatnya stabil. Menurut Mappiare (1983), wanita dewasa adalah individu yang telah siap bereproduksi dan diharapkan memiliki kesiapan kognitif, afektif, dan psikomotor serta dapat diharapkan memainkan perannya dalam masyarakat. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa wanita dewasa adalah pribadi yang sudah mempunyai pembentukan diri yang relatif stabil, memiliki kesiapan kognitif, afektif, psikomotor, serta siap untuk bereproduksi. Selanjutnya, dengan mempertimbangkan definisi wanita dewasa dan masa dewasa madya, penulis menyimpulkan bahwa wanita dewasa madya adalah individu yang menginjak usia tahun, yang sudah mempunyai pembentukan diri yang relatif stabil. METODE PENELITIAN Dalam penelitian tersebut penulis menggunakan pendekatan kualitatif bentuk studi kasus. Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program dan suatu situasi sosial. Sedangkan menurut Frey dkk (dalam Mulyana, 2004), pendekatan studi kasus menyediakan peluang untuk menerapkan prinsip umum terhadap situasi-situasi spesifik atau contohcontoh, yang disebut kasus. Contoh yang dikemukakan berdasarkan isu-isu penting yang sering diwujudkan dalam pertanyaan. Menurut Ragin (dalam Mulyana, 2004) metode berorientasi kasus bersifat holistik, dan menganggap kasus sebagai identitas menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian atau kumpulan skor mengenai variabel. Pedoman wawancara yang telah ditelusuri ditujukan kepada yang ahli dalam hal ini adalah dosen pembimbing penelitian untuk mendapatkan masukan mengenai isi pedoman wawancara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, setelah itu peneliti mencari calon subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek.

6 Tahap pelaksanaan penelitian sebelum proses pengumpulan data dilakukan, peneliti menghubungi calon subjek untuk menjelaskan maksud penelitian. Peneliti kemudidan membuat janji untuk penelitian berikutnya dengan subjek, dimana proses wawancara dan data lembar diri., melakukan proses pengumpulan data dengan melakukan wawancara dan observasi, dan menuliskan hasil observasi. Pada tahap penyelesaian penelitian ini keseluruhan hasil dari tahap pelaksanaan dibuat analisis psikologis, data yang didapat kemudian dibuat kesimpulan lalu dianalisis dengan teori-teori yang melatar belakangi yang sudah terlebih dahulu ada di bab tinjauan pustaka. Setelah itu maka dapat dibuat hasil penelitian secara keseluruhan, yang berisi gambaran hasil penelitian berupa analisis data hubungannya dengan teori yang ada, simpulan berupa poin-poin lalu memberi saran baik untu subjek demi kepentingan penelitian lebih lanjut. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode wawancara terbuka dan terstruktur. Hal ini akan memberikan kemudahan bagi peneliti untuk mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan hal yang akan diteliti dan juga dapat menghindari kecurigaan pada orang yang akan diwawancarai karena dalam penelitian ini subyek (interviewee) sudah diberitahu dahulu tentang maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini jenis observasi yang digunakan peneliti adalah observasi non partisipan dimana peneliti hanya mengamati tingkah laku subjek tanpa ikut aktif dalam kegiatan subjek, peneliti hanya sebagai pengamat karena peneliti tidak berperan serta ikut ambil bagian dalam kehidupan subjek. Dalam penelitian ini triangulasi yang digunakan peneliti adalah trianggulasi data dan metode. Triangulasi data melalui pembandingan hasil observasi dan wawancara yang diperoleh dari subjek dan significant other. Triangulasi metode dilakukan dengan cara menggunakan metode yaitu wawancara dan observasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bagian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai konsep diri pada wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengankatan rahim), bagaimana konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim), mengapa subjek yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim) memiliki konsep diri seperti itu, dan bagaimana proses perkembangan konsep diri subjek, berdasarkan data-data yang telah diperoleh peneliti dari hasil observasi dan wawancara dengan subjek dan significant other. Karakteristik Konsep Diri Wanita Yang Mengalami Histerektomi (Pengangkatan Rahim). Dibawah ini dijabarkan bahwa karakteristik dari konsep diri terbagi menjadi dua: yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. a. Konsep diri Positif Menurut Brook (dalam Muntholiah 2002), ciri-ciri orang yang memiliki konsep diri positif adalah : 1) Yakin akan kemampuannya mengatasi masalah.; 2) Merasa setara dengan orang lain. 3) Menerima tanpa rasa malu. 4) Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak dapat seluruhnya disetujui masyarakat. 5) Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan kepribadian yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya. Dari hasil wawancara dan observasi diketahui bahwa subjek tidak mempunyai keyakinan dan kepercayaan diri dalam mengatasi masalah serta pergaulan, selain itu subjek juga merasa

7 tidak setara dengan orang lain pasca pengangkatan rahim, tetapi subjek merasa mampu memperbaiki dirinya karena subjek sanggup mengungkap kepribadian yang tidak disenangi oleh orang lain yaitu menangis secara berlebihan bila menghadapi suatu masalah dan subjek berusaha mengubahnya pasca pengangkatan rahim. Burns (1993) juga menyatakan, seorang yang memiliki konsep diri positif berarti ia memiliki konsep diri yang sehat, mempunyai harga diri, orang yang berkompetisi, dirinya cukup memadai dan dirinya cukup mempunyai rasa percaya diri. Akibatnya dia mampu memodifikasi nilai-nilai lama dengan pengalaman yang akan datang, mampu menaggulangi masalah, menerima diri sendiri sebagai orang yang sama dengan orang lain. Dengan kata lain bahwa orang yang memiliki konsep diri positif akan menunjukan karakteristik bersikap konsisten, berperilaku didalam cara-cara konsisten dan mengesampingkan pengalaman yang merugikan. b. Konsep diri Negatif Menurut Brook (dalam Muntholiah, 2002), ciri-ciri orang memiliki konsep diri negatif adalah : 1) Peka terhadap kritik, orang yang sangat tidak tahan kritik yang diterimanya dan mudah marah atau naik pitam. Bagi orang ini koreksi seringkali dipersepsikan sebagai usaha untuk menjatuhkan harga diri. 2) Sangat responsive terhadap pujian walaupun ia mungkin berpura-pura menghindari pujian. Individu tidak dapat menyembunyikan antusiasmenya pada waktu menerima pujian karena dianggap sebagai cara untuk menaikan harga dirinya. 3) Sikap hiperkritis, individu cenderung selalu mengeluh, mencela, meremehkan orang lain, tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada orang lain. 4) Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, merasa tidak diperhatikan, memandang orang lain sebagai musuh, sehingga tidak dapat melahirkan kehangatan dan keakraban persahabatan, individu tidak akan pernah mempermasalahkan dirinya dan menganggap dirinya sebagai korban dari system sosial yang tidak beres. 5) Bersikap pesimis terhadap kompetisi seperti terungkap dalam keengganannya dalam bersaing dengan orang lain dalam membuat prestasi. Individu menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, diketahui bahwa subjek adalah orang yang tidak bisa menerima kritikkan dengan baik apalagi kritikkan tersebut menyangkut penyakit yang subjek alami subjek cenderung menanggapi dengan kasar bila kritikkan itu menyangkut penyakitnya tetapi lain halnya bila kritikkan itu diluar penyakitnya seperti pada saat diobservasi subjek menanggapi kritikkan dengan tenang dari teman sekantornya masalah data yang kurang. Subjek jugs merasa takut bila melihat orang dikomplek atau dikantornya bergerumun dan berbincang-bincang subjek memiliih menghindar dari kerumanan dengan alas an bila bergabung subjek takut menjadi bahan pembicaraan dengan apa yang subjek alami. Subjek juga tidak senang berkompetisi karena menganggap dirinya tidak mampu serta tidak layak bila mengikuti kompetisi. Kini subjek lebih senang mendapat pujian ketimbang kritikkan hal ini terlihat saat di observasi subjek merasa senang dan tersipu malu saat suami subjek memuji masakan subjek enak dan hal itu menurut subjek adalah penghargaan yang besar buat dirinya. Coulhoun (1995) juga

8 menyatakan, konsep diri negatif ada dua. Pertama adalah pandangan seseorang tentang dirinya benar-benar tidak teratur. Ia tidak memiliki kestabilan dan kekuatan diri. Ia benarbenar tidak tahu siapa dirinya, apa kekuasan dan kelemahannya atau apa yang dihargai dalam hidupnya. Yang kedua merupakan kebalikan dari yang pertama yaitu konsep diri terlalu stabil dan teratur dengan kata lain kaku. Individu menciptakan citra diri yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari aturan aturan yang menurutnya merupakan cara hidup yang tepat. Dalam kaitannya dengan evaluasi diri, konsep diri negatif terhadap diri sendiri, apapun yang diketahui tentang dirinya dia tidak pernah merasa cukup baik. Apapun yang diperolehnya dia tampak tidak berharga dibanding dengan apa yang diperoleh orang lain. Hal ini dapat menuntun seseorang kearah kelemahan emosional. Harapan seseorang yang memiliki konsep diri negatif terhadap dirinya sangat sedikit. Mereka menganggap dirinya tidak akan dapat melakukan suatu hal yang berharga. Kegagalan ini akan merusak harga dirinya yang memang sudah rapuh, lebih lanjut lagi akan menyebabkan citra diri yang lebih negatif dan pada akhirnya bisa menyebabkan penghancuran. Berdasarkan karakteristik dari konsep diri tersebut, dapat dinyatakan bahwa konsep diri yang dimiliki oleh subjek adalah negatif. Faktor-faktor Penyebab Terbentuknya Konsep Diri Wanita Yang Mengalami Histerektomi (Pengangkatan Rahim). Dibawah ini dijabarkan bahwa karakteristik dari konsep diri terbagi menjadi dua: yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. c. Konsep Diri Positif Citra fisik individu hanya dapat terbentuk melalui refleksi dari individu lain. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, subjek merasa kini keadaan fisiknya menurun pasca pengangkatan rahim dan subjek juga mengurangi semua kegiatan yang dilakukannya sebelum dioperasi. Sampai sekarang subjek masih menyimpan kesedihan dari masalah ini sampai-sampai subjek lebih memilih menghindar dari kontak sosial dan menonaktifkan semua kegiatan seperti senam mingguan dan acara-acara kantor. Perbedaan jenis kelamin akan menentukan peran masing-masing individu. Laki-laki harus berperan sebagai pihak yang kuat, sedangkan perempuan harus berperan sebagai pihak yang lemah. Dengan perbedaan jenis kelamin, perempuan biasanya bersikap negatif terhadap dirinya dan merasa kurang percaya diri dalam menunjukkan kemampuannya. Dari hasil penelitian diperolaeh hasil, bahwa pada dasarnya subjek adalah pribadi yang sensitif, cepat putus asa, serta mudah terpuruk. Subjek selalu memiliki pandangan yang buruk tentang pengangkatan rahim karena menurut pendapat subjek perempuan yang tidak lagi memiliki rahim dirinya tidak akan berharga, karena pandangan tersebut subjek menjadi tidak percaya diri dan minder bila ada kompetisi dalam kantor maupun dilingkungan subjek tinggal pasca pengangkatan rahim. d. Konsep Diri Negatif Significant Other secara perlahanlahan akan membentuk konsep diri individu. Sullivan (dalam Pudjijogyanti, 1998) menambahkan; jika individu diterima orang lain, dihormati dan disenangi keberadaanya, maka individu akan bersikap menghormati dan menerima keadaan dirinya, begitu pula sebaliknya. Subjek merasa kini keluarga besar subjek lebih perhatian kepada subjek, tak jarang kaka subjek selalu menelfon subjek untuk menanyakan kabar dari

9 subjek pasca pengangkatan rahim. Tetapi sebaliknya subjek merasa hubungan subjek dengan suaminya terutama dalam komunikasi berkurang subjek menyadari hal tersebut terjadi karena subjek kini lebih sensitif bila diajak komunikasi. Tetapi disisi lain subjek merasa cukup puas dengan perubahan-perubahan kecil yang membuatnya menjadi lebih kuat sampai saat ini karena menurut subjek suami dan anak-anaknya selalu mendukung bila subjek melakukan hal positif. Konsep diri terbentuk dari hasil interaksi individu dengan orang-orang di sekitarnya. Apa yang dipersepsikan seseorang tentang dirinya tidak terlepas dari struktur, peran dan status sosial yang disandang orang tersebut. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, subjek merasa tidak pernah setara dengan orang lain karena subjek merasa minder dengan apa yang dimiliki oleh orang lain. Selain itu subjek enggan mendekatkan diri atau beradaptasi dengan lingkungan baru karena dari hasil wawancara yang didapat subjek berpendapat dengan lingkungan lama saja subjek merasa malas apalagi dengan lingkungan baru yang nantinya hanya akan banyak membicarakan penyakit yang subjek alami. Bagaimana Proses Perkembangan Konsep Diri Subjek. Proses Konsep Diri Postif dan Negatif Dari hasil penelitian diperoleh bahwa, subjek menjadi orang yang tertutup dan berhati-hati dalam bertindak dan berbicara dikarenakan penyakit yang dialami subjek dan mengharuskan subjek kehilangan rahimnya dari situlah subjek menjadi tertutup dan terkesan sangat berhati-hati. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami pengangkatan rahim, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Bagaimana konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim)? Secara umum, subjek memiliki konsep diri yang negatif. Hal ini dapat dilihat dari sikap subjek dalam menanggapi kritikkan. Subjek akan merespon kasar bila ada orang yang mengkritik tentang pengangkatan rahim yang subjek alami. Subjek juga lebih senang menerima pujian dianggap sebagai cara untuk menaikkan harga dirinya, subjek juga merasa takut tidak disenangi dengan orang lain bila orang lain tahu atas apa yang subjek alami. Selain itu subjek bersikap pesimis dan cenderung minder terhadap kompetisi. 2. Mengapa wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim) memiliki konsep diri seperti itu? Mengapa Konsep diri subjek menjadi negatif? hal tersebut dilihat dari beberapa faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu: pertama faktor peranan citra fisik, subjek merasa kondisi fisiknya menurun dan membuat subjek menjadi sensitif karena subjek menjadi cepat lelah. Yang kedua faktor peranan jenis kelamin, pada dasarnya subjek adalah orang yang mudah putus asa, tidak percaya diri, minder, serta sensitif. Dari sinilah subjek berpendapat bila seorang wanita bila tidak memiliki rahim walau wanita tersebut sudah memiliki keturunan sekalipun perempuan tersebut menjadi tidak berharga lagi. Pendapat inilah yang membentuk peranan jenis kelamin di mata subjek menjadi lemah. Yang ketiga adalah faktor peranan Significant Other, sebenarnya subjek merasa senang dan cukup puas atas hubungannya dengan keluarga besarnya, karena semenjak

10 subjek melakukan pengangkatan rahim keluarga besar subjek menjadi lebih peduli dan lebih baik terutama dalam komunikasi. Subjek juga cukup puas dan bersyukur bahwa subjek memiliki suami dan anak-anak yang selalu mensupport segala tindakkan subjek bila tindakkan tersebut bersifat positif. Tetapi subjek terkadang merasa sedih karena hubungan komunikasi subjek dengan suami subjek berjalan kurang baik selama pasca pengangkatan rahim hal ini di akui subjek bahwa subjek masih sensitif bila diajak membicarakan masalah didalam keluarga. Yang ke empat faktor peranan kontak sosial, subjek lebih memilih menghindar dari kontak sosial karena subjek merasa minder dengan kondisinya dan subjek juga tidak bisa beradaptasi dengan baik bahwa cenderung enggan untuk melakukan kontak social dengan lingkungan baru. mengalami pengangkatan rahim tetap damping mereka dan agar mereka tidak merasa begitu terpuruk akan keadaannya dan tetap sabar dalam mendampingi mereka. 3. Untuk peneliti yang akan mengadakan penelitian dengan topik yang sama dianjurkan untuk menggali lebih dalam menganai aspek-aspek lain yang mendukung terbentuknya konsep diri seperti peranan keluarga untuk mendampingi subjek dalam mejalani kehidupannya kedepan. SARAN Dari hasil penelitian tentang konsep diri wanita dewasa madya yang mengalami histerektomi (pengangkatan rahim), maka saran yang diajukan oleh peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk subjek, dianjurkan untuk subjek agar bisa merubah pola fikir dan pandangan yang negatif terhadap pengangkatan rahim, serta lebih bisa berfikir positif akan masalah-masalah yang hadir dalam kehidupan subjek, dan tetap meyakini bahwa setiap cobaan yang diberikan oleh Tuhan pasti tidak akan melebihi kemampuan setiap umat-nya. 2. Untuk masyarakat terutama bagi wanita yang sudah berkeluarga maupun belum berkeluarga tetap sayanggi rahim anda untuk tetap hidup sehat, dan untuk masyarakat yang memiliki keluarga yang

11 DAFTAR PUSTAKA Andalas, M. (2009). Memahami Operasi Pengangkatan Rahim. Jakarta : Tabloid KONTRAS edisi April. Basuki, A.M.H. (2006). Pendekatan Kualitatif Untuk Ilmu-ilmu Kemanusiaan dan Budaya. Jakarta : Penerbit Gunadarma. Burns, R.B. (1993). Konsep Diri: Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Prilaku. Alih Bahasa : Eddy. Jakarta : Arcan. Calhoun, J.F. & Acocella, J.R. (1995). Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan. Penterjemah : Satmoko, R. S. Semarang: IKIP Semarang Press. Donelson, Frances E. (1999). Women s Experiences : A Psychological Perspective. California : Mayfield Publishing Company. Hurlock, E.B. (1993). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta : Erlangga. Indarti, Dr. Junita, Sp.OG. (2004). Panduan Kesehatan Wanita : Referensi Penting Yang Membuat Wanita Lebih Menghargai Kodratnya. Jakarta : Puspa Swara. Muntholiah. (2002). Konsep Diri Positif Penunjang Prestasi PAI (Pendidikan Agama Islam). Semarang : Gunung Jati. Narbuko, C & Achmadi, A. (2003). Metode penelitian. Jakarta : PT. Bumi aksara Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian prilaku manusia. Jakarta : lembaga pengembangan dan pendidikan psikologi (LPSP3) Universitas Indonesia. Rakhmat, J. (2003). Psikologi Komunikasi. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Ritandiyono & Retnaningsih. (1996). Aktualisasi Diri. Depok : Universitas Gunadarma. VitaHealth. (2007). Endometriosis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Konsep Diri Istilah konsep diri biasanya mengarah kepada sebuah pembentukan konsep pribadi dari diri seseorang. Secara umum konsep diri adalah pandangan dan sikap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA. Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma

GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA. Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma GAMBARAN KONSEP DIRI PADA PENGANGGURAN LULUSAN SARJANA Sabtiyo Retnaning Tyas Universitas Gunadarma Abstrak Sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter banyak perusahaan yang gulung tikar dan para pekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. Tinjauan Pustaka Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Diantaranya dilakukan oleh Oki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Erikson (Hurlock, 1980:208) berpendapat, identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Apakah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri memegang peranan yang sangat penting dalam meraih kesuksesan, karena dengan kepercayaan diri yang baik seseorang akan mampu mengaktualisasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas

Lebih terperinci

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN REMAJA PengertianKonsepDiri Konsep diri adalah gambaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdaya guna dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia akan mengalami perkembangan sepanjang hidupnya, mulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal, dewasa menengah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) : Maria Fatimah Assahhra NPM : ABSTRAK

KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) : Maria Fatimah Assahhra NPM : ABSTRAK KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS) Nama : Maria Fatimah Assahhra NPM : 10599139 Jurusan : Psikologi Pembimbing : Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi ABSTRAK Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari orang-orang yang bisa diandalkan, menghargai dan menyayangi kita yang berasal dari teman, anggota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22).

BAB I PENDAHULUAN. tergantung bagaimana cara mereka mengembangkan kepercayaan. dirinya (Havighurst dalam Monks, dkk., 2002, h.22). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu aspek psikis manusia yang sangat penting untuk dipupuk dan dikembangkan. Berhasil atau tidaknya individu dalam berinteraksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian setiap orang. Ketika menikah, tentunya orang berkeinginan untuk mempunyai sebuah keluarga yang

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Diri 1. Pengertian Konsep Diri Banyak pengertian yang diberikan oleh para ahli mengenai konsep diri. Fitts (dalam Agustiani, 2006), mengemukakan bahwa konsep diri merupakan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Penelitian yang bejudul Konsep Diri Pada Penderita Tumor Jinak

BAB V PENUTUP. Penelitian yang bejudul Konsep Diri Pada Penderita Tumor Jinak BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian yang bejudul Konsep Diri Pada Penderita Tumor Jinak Payudara Perempuan Dewasa Awal ini telah menjawab pertanyaan dari rumusan masalahnya. Dimana rumusan masalahnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu disadari atau tidak harus menjalani tuntutan perkembangan. Individu senantiasa akan menjalani empat tahapan perkembangan, yaitu masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang

BAB I PENDAHULUAN. selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia pada umumnya memiliki harapan dengan memiliki tubuh yang selalu sehat, dan dijauhkan dari berbagai penyakit, tetapi pada kenyataannya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang permasalahan Setiap manusia tidak dapat hidup sendiri, manusia pasti membutuhkan orang lain disekitarnya mulai dari hal yang sederhana maupun untuk hal-hal besar didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah ini merupakan masalah sensitif yang menyangkut masalah-masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak kejahatan atau perilaku kriminal selalu menjadi bahan yang menarik serta tidak habis-habisnya untuk dibahas dan diperbincangkan, masalah ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerimaan diri 1. Pengertian Penerimaan Diri Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu berhubungan dengan orang lain sebagai proses sosialisasi dan interaksi sosial dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi ini, kita sedang memasuki suatu abad baru yang banyak menimbulkan perubahan dan perkembangan, sekaligus menjadi tantangan. Tantangan akibat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang saling terkait, berkesinambungan, dan berlangsung secara bertahap. Tingkat perkembangan individu memicu adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan

BAB I PENDAHULUAN. termaksud juga di indonesia, namun masih menyimpan banyak persoalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hemofilia merupakan penyakit keturunan, dengan manifestasi berupa gangguan pembekuan darah, yang sudah sejak lama dikenal di belahan dunia ini termaksud juga di indonesia,

Lebih terperinci

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : Yustina Permanawati F 100 050 056 FAKULTAS

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA

PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA PERBEDAAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI MENOPAUSE ANTARA IBU BEKERJA DENGAN IBU TIDAK BEKERJA Dwi Nastiti Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo email: nastitidwi19@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun, namun biasanya tidak dapat disembuhkan melainkan hanya diberikan penanganan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR LAMPIRAN I KATA PENGANTAR Dengan hormat, Saya adalah mahasiswi Fakultas Psikologi. Saat ini saya sedang melakukan penelitian mengenai hubungan antara kemandirian dan prestasi akademik pada mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek? Pedoman Observasi 1. Kesan umum subyek secara fisik dan penampilan 2. Relasi sosial subyek dengan teman-temannya 3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview Pedoman Wawancara 1. Bagaimana hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dimana pada masa itu remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, sedang mencari jati diri, emosi labil serta butuh pengarahan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki rasa minder untuk berinteraksi dengan orang lain. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyandang tuna netra tidak bisa dipandang sebelah mata, individu tersebut memiliki kemampuan istimewa dibanding individu yang awas. Penyandang tuna netra lebih

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG Oleh R.Purwasih 1), Y. Susilowati 2), 1) Alumni Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id

LAMPIRAN. repository.unisba.ac.id LAMPIRAN LAMPIRAN Correlations DukunganSosial Resiliensi Correlation Coefficient 1,000,723 * Dukungan Sosial Sig. (2-tailed).,004 Spearman's rho Resiliensi Correlation Coefficient,723 * 1,000 Sig. (2-tailed),004.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia diciptakan pastilah memiliki sebuah keluarga, baik keluarga kecil maupun keluarga besar dan keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat yang mana

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kota metropolitan seperti Surabaya dengan segala rutinitasnya, mulai dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian menghimpit dan membuat perubahan

Lebih terperinci

KONSEP DIRI REMAJA YANG MELAKUKAN ABORSI

KONSEP DIRI REMAJA YANG MELAKUKAN ABORSI KONSEP DIRI REMAJA YANG MELAKUKAN ABORSI Oleh : Nia Malanda Abstrak Pada masa remaja, remaja mulai memperhatikan penampilan tubuhnya. Perubahan fisik yang terjadi begitu cepat pada masa remaja mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia banyak mengalami masalah-masalah kompleks dalam kehidupannya yang sebenarnya berasal dari diri sendiri, sehingga tanpa sadar manusia menciptakan mata

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Harga diri pada remaja di panti asuhan dalam penelitian Eka Marwati (2013). Tentang pelatihan berpikir optimis untuk meningkatkan harga diri pada remaja di panti asuhan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengalaman hidup sebagai homoseksual dengan pendekatan studi fenomenologi ini, menyimpulkan dan menyarankan beberapa hal. 6.1 Kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Difabel tuna daksa merupakan sebutan bagi mereka para penyandang cacat fisik. Ada beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada manusia hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa adanya orang lain disekitarnya. Kebutuhan akan keberadaan orang lain disekitar kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Sejak lahir sampai dewasa manusia tidak pernah lepas dari suatu ikatan yang bernama keluarga. Manusia lahir dalam suatu keluarga, dibesarkan dalam lingkup keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah usia seseorang yang sedang dalam masa transisi yang sudah tidak lagi menjadi anak-anak, dan tidak bisa juga dinilai dewasa, saat usia remaja ini anak ingin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan 0 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa, bukan hanya berkembang dalam sisi psikologis tetapi juga fisik. Bahkan perubahanperubahan fisik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI. jangka waktu yang singkat, konsep diri juga bukan merupakan pembawaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI. jangka waktu yang singkat, konsep diri juga bukan merupakan pembawaan 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG KONSEP DIRI REMAJA PUTRI YANG MEMILKI IBU TIRI A. Konsep diri 1. Pengertian Konsep Diri Konsep diri bukan merupakan hasil sekali jadi yang terbentuk dalam jangka waktu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia pasti mempunyai harapan-harapan dalam hidupnya dan terlebih pada pasangan suami istri yang normal, mereka mempunyai harapan agar kehidupan mereka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dari masa kanak-kanak menuju dewasa ditandai dengan adanya masa transisi yang dikenal dengan masa remaja. Remaja berasal dari kata latin adolensence,

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Melahirkan adalah sebuah karunia terbesar bagi wanita dan momen yang sangat membahagiakan, tapi ada beberapa kasus dapat menjadi momen yang menakutkan hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit yang dapat mempengaruhi setiap bagian dari tubuh (WHO, 2015). Menurut National

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi

BAB I PENDAHULUAN. masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan merupakan periode kehidupan yang paling banyak terjadi konflik pada diri seseorang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. masalah penilaian terhadap hasil usaha tersebut. 1. Pendidikan nasional Indonesia memiliki tujuan untuk mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk bertanggung jawab membimbing anak didik ke kedewasaan. Sebagai usaha yang mempunyai tujuan atau cita-cita tertentu sudah

Lebih terperinci

Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay COSURA Surabaya

Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay COSURA Surabaya JURNAL E- KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA Komunikasi Kelompok Yang Mempengaruhi Konsep Diri Dalam Komunitas Cosplay COSURA Surabaya Felicia Wonodihadrjo, Prodi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bentuk Penelitian Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dengan demikian penelitian ini menggambarkan fakta-fakta

Lebih terperinci

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagaian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menunjukkan bahwa permasalahan prestasi tersebut disebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan terbesar yang dihadapi siswa adalah masalah yang berkaitan dengan prestasi, baik akademis maupun non akademis. Hasil diskusi kelompok terarah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyatakan adanya benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. digunakan untuk menyatakan adanya benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian ini membahas tentang konsep diri perempuan yang telah divonis tumor jinak payudara. Seperti diketahui banyak orang, tumor payudara merupakan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap individu yang hidup di dunia ini pasti selalu berharap akan kehidupannya dapat dijalani dengan baik sesuai harapan-harapan di masa yang akan datang. Namun sering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya selain sebagai makhluk individu, manusia juga merupakan makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelegensi atau akademiknya saja, tapi juga ditentukan oleh kecerdasan emosionalnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia memiliki hak untuk dapat hidup sehat. Karena kesehatan sangat penting maka pemerintah Indonesia memberikan perhatian berupa subsidi dalam bidang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci