Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak"

Transkripsi

1 Membangun Konsep Diri Positif Pada Anak Sri Redjeki FIP IKIP Veteran Semarang basiroh_1428@yahoo.co.id ABSTRAK Setiap manusia sebagai organisme memiliki dorongan untuk berkembang sampai mencapai tujuan yang diinginkan. Proses perkembangan tersebut dapat membantu terbentuknya konsep diri pada individu yang bersangkutan. Sering individu mempunyai perasaan bahwa ia tidak memiliki kemampuan, padahal segala keberhasilan dapat bergantung kepada cara pandang individu terhadap kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang sulit untuk diselesaikan. Sebaliknya pandangan positif terhadap kualitas kemampuan yang untuk diselesaikan. Oleh karena itu sangat penting pembentukan dan pengembangan konsep diri positif pada anak. Kata kunci : konsep diri positif PENDAHULUAN Sejak kecil, anak-anak mulai membentuk gambaran diri mereka. Gambaran ini biasanya dianggap sebagai konsep diri (self concept) anak-anak, Gambaran yang dimiliki anak-anak atas dirinya merupakan konsep diri yaitu bagaimana mereka melihat dirinya. Anak-anak mulai mengembangkan pandangan terhadap dirinya dalam konteks keluarga dan komunitas yang lebih luas. Konsep diri didasarkan pada cara anak-anak diperlakukan oleh orang-orang penting dalam kehidupan mereka seperti orang tua, saudara, dan teman sebaya. Melalui respon orang-orang penting di sekitarnya anak akan mengembangkan sikapnya. Anak-anak mulai mengembangkan pandangan terhadap dirinya dalam konteks keluarga dan komunitas yang lebih luas. Hal ini merupakan cara normal dimana anak-anak mengembangkan konsep dirinya dan belajar mengenai hal-hal yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima, berkaitan dengan perilaku personal dan sosial. Cara anak-anak memandang diri mereka berkaitan erat dengan ide dan keyakinan yang mereka punya mengenai diri mereka. Bagaimana anak-anak melihat diri dan keyakinan, pikiran dan sikap mereka akan merefleksikan konsep diri anak-anak. Perluasan atas sikap anak-anak yang dapat menghargai dirinya merupakan sebuah indikasi dari konsep diri mereka. Anak-anak mengembangkan konsep dirinya dan belajar mengenai halhal yang dapat diterima dan yang tidak diterima, berkait dengan perilaku personal dan sosial. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 37

2 Sebagian anak-anak melihat diri mereka memiliki sifat positif, mereka pintar secara akademik, pandai berolahraga dan berbicara, dengan demikian mereka memiliki konsep diri yang positif. Namun sebagian mereka tidak menghargai sifat ini sehingga mereka memiliki penghargaan diri (self esteem) yang rendah. Dalam hal demikian mereka melihat diri mereka sebagai anak yang tidak berhasil dan tidak berharga ketika prestasinya tidak sesuai aspirasi mereka, cemas dan ada ketakutan kegagalan. Hal sebaliknya juga dapat terjadi sebagian anak-anak yang melihat dirinya sebagai anak-anak yang tidak pintar, tidak pandai berolahraga, tidak pandai berkomunikasi (konsep diri negatif), namun sebagian mereka menyukai diri mereka dan memiliki pengharaan diri yang tinggi. Mereka dapat realistis menerima keadaannya dan prestasi yang diraihnya. Penghargaan dan penilaian yang anak-anak tempatkan pada konsep diri, yaitu tingkat penghargaan dirinya, akan berdampak besar pada fungsi adaptif mereka. Sikap, pikiran, perasaan emosional, keyakinan, perilaku, motivasi, partisipasi dalam kejadian, serta aktivitas dan harapan di masa depan akan sangat dipengaruhi oleh tingkat penghargaan diri. Kemampuan anak-anak memasuki dan mempertahankan hubungan yang bermakna tergantung pada konsep diri yang mereka miliki. PEMBAHASAN A. Pengertian Konsep Diri Menurut William D. Brooks (dalam Rakhmat, 2005) konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Sedangkan Centi (dalam Sofan Amri, dkk, 2011) mengemukakan konsep diri (self concept) tidak lain adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana kita menginginkan diri sendiri menjadi manusia sebagaimana kita harapkan. Konsep diri didefinisikan secara umum sebagai keyakinan, pandangan atau penilaian seseorang, perasaan dan pemikiran seseorang terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter, maupun sikap yang dimiliki individu (Rini, 2002). Konsep diri dapat menjadi penentu sikap individu dalam bertingkah laku, artinya apabila individu cenderung berpikir akan berhasil, maka hal ini Sebaliknya jika individu berpikir akan gagal, maka hal ini sama saja individu mempersiapkan kegagalan bagi dirinya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah cara pandang secara menyeluruh tentang dirinya, yang meliputi kemampuan yang dimiliki, perasaan yang dialami, kondisi fisik dirinya serta lingkungan terdekatnya. Konsep diri merupakan pandangan seseorang terhadap dirinya sendiri, yang terbentuk melalui pengalaman hidup dan hasil interaksinya dengan lingkungan. Konsep MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 38

3 diri didasarkan atas keyakinan anak mengenai pendapat orang yang penting dalam kehidupan mereka, yaitu orang tua, guru, dan teman sebaya, tentang diri mereka. Jadi konsep diri merupakan bayangan cermin. Bila anak yakin bahwa orang-orang yang penting baginya menyenangi mereka, maka mereka akan berpikir secara positif tentang diri mereka. Sebaliknya jika orang-orang yang penting baginya tidak menyenanginya, maka anak akan berpikir secara negatif tentang diri mereka. Konsep diri merupakan gabungan dari keyakinan yang dimiliki orang tentang diri mereka sendiri-karakteristik fisik, psikologis, sosial dan emosional, aspirasi dan prestasi. Semua konsep diri mencakup citra fisik dan psikologis.diri. Citra fisik diri biasanya terbentuk pertama-tama dan berkaitan dengan penampilan fisik anak, daya tariknya dan kesesuaian atau ketidaksesuaian dengan jenis kelaminnya. Citra psikologis didasarkan atas pikiran, perasaan dan emosi; yang terdiri atas kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi penyesuaian pada kehidupan seperti keberanian, kejujuran, kepercayaan diri serta berbagai jenis aspirasi. Pola perkembangan konsep diri pada anak, yang paling dasar yaitu konsep diri primer yang terbentuk pertama-tama atas dasar pengalaman dengan beberapa anggota keluarga di rumah (Hurlock, 1978). Dengan meningkatnya pergaulan dengan orang di luar rumah, anak memperoleh konsep yang lain tentang diri mereka, ini membentuk konsep diri sekunder. Hal ini berhu ungan dengan bagaimana anak melihat dirinya melalui mata orang lain. Pada umumnya konsep diri primer lebih bagus daripada konsep diri sekunder. Bila terjadi ketidaksesuaian anak harus menutup kesenjangan antara keduanya agar bahagia. Oleh karena itu anak harus berusaha untuk meninjau konsep dirinya sehingga lebih mendekati realistis. B. Isi Konsep diri Sewaktu lingkungan anak yang sedang tumbuh kembang meluas, isi dari konsep dirinya juga meluas seperti teman-teman, dan nilai-nilai. Burns ( mendiskripsikan isi konsep diri adalah : 1. Karakteristik fisik; yaitu ciri yang membedakan individu satu dengan individu yang lain, yang mencakup penampilan secara umum, ukuran tubuh dan berat badan, dan detai-detail dari kepala dan tungkai lengan. Karakteristik fisik dapat menyebabkan adanya pandangan yang berbeda tiap individu satu dengan individu yang lain tentang dirinya sendiri. Hal ini kadang dijadikan masalah, karena individu itu sendiri merasa memiliki kekurangan dibandingkan dengan temannya yang memiliki kelebihan, seperti kurang tinggi, terlalu gemuk, dan tidak cantik. Perasaan ini dapat berkembang menjadi konsep diri yang negative apabila masyarakat memperhatikan MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 39

4 dan menjunjung individu yang mempunyai kelebihan dibandingkan dengan individu yang tidak mempunyai kelebihan. 2. Penampilan; antara individu satu dengan yang lain tentunya berbeda dalam hal penampilan. Hal ini dapat menggambarkan kepribadian seseorang. Penampilan ini mencakup cara berpakaian, model rambut dan make up. Keadaan seperti ini akan mempengaruhi kepercayaan diri individu. 3. Kondisi fisik dan kesehatan; artinya kondisi fisik dan kesehatan seseorang akan mempengaruhi kehidupannya. Seseorang yang kondisi fisik dan kesehatannya tidak baik akan mengakibatkan seseorang tersebut merasa tidak aman atau kurang percaya diri, yang dapat menimbulkan penilaian terhadap dirinya sendiri menjadi negatif. Sebaliknya seseorang yang memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang baik akan lebih percaya diri bila dibandingkan dengan yang memiliki kondisi fisik dan kesehatan yang tidak baik atau lemah. 4. Rumah dan hubungan keluarga; adalah lingkungan pertama yang dikenal atau ditempati individu saat lahir dan mengenal dunia luar. Di dalam rumah, hubungan keluarga akan tercipta suasana dan kondisi yang menyenangkan atau tidak, ini dapat dijadikan suatu informasi, pengalaman, yang dijadikan pegangan hidup seseorang untuk berinteraksi. Oleh karena itu rumah dan hubungan keluarga yang terjalin dengan baik akan membuat seseorang senang dan bahagia. Tetapi seseorang yang tinggal di rumah dengan hubungan keluarga yang tidak terjalin dengan baik, misalnya sering bertengkar, bercerai, akan menyebabkan seseorang memiliki pandangan negatif tentang keluarganya. 5. Hobi dan permainan; keduanya sangat berhubungan, karena dari percobaan setiap permainan akan muncul pengembangan hobi. Dengan penguasaan permainan akan mengembangkan kemampuan dan percaya diri terhadap hobi dan permainannya. 6. Sekolah dan pekerjaan sekolah; sekolah merupakan tempat belajar individu dalam tahap pencarian ilmu. Dalam sekolah ada tugas-tugas yang diberikan kepada individu, individu yang selesai mengerjakan tugasnya sebelum batas waktu pengumpulan, disinilah terlihat bagaimana kemampuan dan sikap individu terhadap sekolah apakah ia merasa mampu dan berprestasi di dalam mengerjakan tugastugas sekolah. Seseorang yang selalu mendapat nilai tidak bagus akan mempengaruhi cara belajarnya dan pandangan terhadap dirinya bahwa ia cenderung gagal atau bodoh. 7. Kecerdasan; dari kecerdasan inilah yang membedakan individu satu dengan yang lain, sehingga pandangan terhadap dirinya sendiri juga berbeda. Misalnya anak yang MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 40

5 memiliki kecerdasan yang tinggi/baik akan dipuji oleh guru, orang tua, dan temannya yang kemudian individu tersebut akan percaya diri saat mengerjakan tugas atau mengikuti tes. 8. Bakat dan minat; pada tiap individu memiliki bakat dan minat yang berbeda-beda walaupun kembar siam sekalipun. Seseorang yang memiliki bakat dan minat yang terlatih atau disalurkan, maka individu mempunyai keinginan untuk maju sehingga timbul perasaan percaya diri bahwa dirinya punya kelebihan, berbeda dengan individu yang bakat dan minatnya tidak jelas dapat menyebabkan putus asa dan tidak percaya diri. 9. Ciri kepribadian, hal ini berkaitan dengan temperamen, karakter dan tendensi emosional dan lain sebagainya. Ciri kepribadian ini akan mempengaruhi individu dalam bertindak atau dalam berfikir. 10. Sikap dan hubungan sosial; individu yang ekstrovert cenderung senang dengan keadaan ramai, mudah mencari teman, mudah memulai pembicaraan, hal ini akan menambah wawasan, informasi, pengalaman dan pengetahuan. Sedangkan seseorang yang introvert cenderung menutup diri, berusaha menjauh dari temantemannya dan berpikir dirinya banyak kekurangan. 11. Religius; manusia tidak dapat terlepas hubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, tanpa karunia dan bantuannya manusia tidak dapat hidup. Hal tersebut akan mempengaruhi cara berpikir dan bertindak, serta mengarah pada pengembangan konsep diri positif. C. Peran Konsep Diri Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku individu. Semakin besar kesesuaian antara konsep diri dengan realitas semakin berkurang ketidakmampuan seseorang dan semakin berkurang perasaan tidak puasnya. Konsep diri berperan dalam mempertahankan keselarasan batin, karena apabila timbul perasaan tidak seimbang maka akan timbul suasana psikologis yang tidak menyenangkan. Untuk menghilangkan ketidakselarasan tersebut ia akan mengubah perilakunya sampai ia merasakan adanya keseimbangan sehingga situasi menjadi menyenangkan (Rogers, D. Konsep Diri Negatif Rakhmat (2005) mengemukakan bahwa seseorang dalam menilai dirinya ada yang secara positif ocial yang ocial. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri ocial adalah : MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 41

6 1. Peka terhadap kritik (tidak tahan terhadap kritikan yang ditujukan kepadanya), mudah marah, kritik/koreksi dianggap sebagai usaha menjatuhkan dirinya. Dalam berkomunikasi cenderung menghindari dialog terbuka., 2. Responsif terhadap pujian, antusias waktu menerima pujian, segala sesuatu yang menjunjung harga dirinya menjadi pusat perhatian. 3. Cenderung bersikap hiperkritis, sulit mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. Sering mengeluh, mencela dan meremehkan orang lain. 4. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain, tidak diperhatikan, merasa rendah diri, tidak dapat memberikan kehangatan dan keakraban. 5. Bersikap pesimis, enggan bersaing dengan orang lain untuk meraih prestasi. Rini (2002) mengemukakan bahwa anak yang memiliki konsep diri ocial memandang dirinya lemah, tidak berdaya dan tidak dapat berbuat apa-apa, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, pesimis, mudah menyerah sebelum berperang dan menyalahkan diri sendiri apabila mengalami kegagalan. Beberapa anak yang memiliki konsep diri ocial, tentu hal ini tidak menguntungkan, akibatnya mereka mengalami kesulitan dalam menerima dirinya dan sering penolakan diri ini mengakibatkan penyesuaian pribadi dan ocial yang buruk. Sayang banyak orang tua, guru, dan mereka yang bertanggung jawab membimbing dan mengendalikan perilaku anak tidak menyadari bahwa anak sedang mengembangkan konsep diri ocial, yang tidak menguntung kan. Dasar-dasar konsep diri ocial biasanya terjadi di rumah. Konsep diri mencerminkan apa yang menurut anak adalah pendapat orang yang berarti dalam hidupnya tentang dirinya. Oleh karena itu hubungan keluarga yang buruk ikut memperburuk konsep diri anak. Baik jika hubungan keluarga ini melibatkan orang tua, saudara kandung maupun sanak saudara yang lain, pengaruh hubungan memburuk pada konsep diri anak menjadikan konsep diri yang tidak menguntungkan. Bila lingkungan ocial anak meluas dan mereka semakin banyak bergaul dengan orang di luar rumah, sikap orang yang sangat berarti baginya anggota kelompok teman sebaya dan guru mulai mempunyai pengaruh pada konsep diri mereka. Seandainya mereka menemukan bahwa mereka ditolak atau diabaikan kelompok teman sebaya karena berbeda agama, ras minoritas, atau cacat fisik sehingga tidak dapat ikut serta dalam permainan teman sebaya atau alasan lainnya, mereka mulai mengembangkan perasaan inferioritas atau bahkan merasa menjadi korban, tentu hal ini mempengaruhi pengembangan konsep dirinya. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 42

7 Seberapa jauh sikap dan perlakuan guru akan mempengaruhi konsep diri anak, konsep diri akan sangat bergantung pada sikap anak di sekolah. Artinya jika perilaku anak memenuhi standar sekolah, jika mereka melaksanakan tugas-tugas sekolah mereka dengan baik menjadi warga sekolah yang baik, sebaliknya jika perilaku anak tidak memenuhi standar sekolah yang baik, missal mengacau, akan terbentuk bayangan cermin diri sebagai anak yang menyusahkan atau yang lain. Bayangan cermin anak tentang dirinya di rumah kadang-kadang lebih menguntungkan daripada bayangan lingkungan di luar rumah, dan di lain waktu hal sebaliknya yang terjadi. Bila hal ini terjadi, kelompok yang mempunyai pengaruh lebih besar pada konsep diri anak merupakan kelompok yang lebih berarti bagi mereka. Bila anak masih kecil, kelompok keluarga biasanya lebih berarti dari kelompok di luar rumah. Dengan berlalunya masa kanak-kanak hal sebliknya yang akan berlaku, kelompok di luar rumah akan lebih berarti daripada kelompok di dalam rumah. Apabila anak memiliki pendapat yang buruk tentang dirinya, anak akan menolak dirinya. Mereka kemudian berperilaku dengan cara yang dianggap orang lain tidak ocial atau tidak matang. Sebagai contoh jika mereka merasa tidak dicintai dan tidak diinginkan oleh orang tua, mereka merasa benci, melawan, bersikap ocial dan agresif terhadap saudara kandung yang dianggap sebagai penyebab penolakan orang tua. Atau mereka menarik diri dan menjadi bergantung pada orang tua secara berlebihan dengan harapan memperoleh kembali cinta dan kasih sayang orang tua yang mereka rasakan sewaktu mereka masih kecil. Memburuknya hubungan dengan saudara kandung sering mengarah ke perilaku tidak ocial seperti mengejek, mengadu, dan bersikap agresif. Apapun bentuk perilaku yang ditimbulkan konsep diri yang tidak menguntungkan perilaku ini mempengaruhi sikap anggota keluarga terhadapnya secara merugikan, sehingga terbentuklah konsep diri ocial yang merugikan. Pola perilaku tidak ocial dan tidak matang hasil konsep diri ocial yang berkembang dari hubungan keluarga meluas sampai ke luar rumah dan mempengaruhi hubungan anak dengan orang lain. Anak yang mengembangkan sikap agresif terhadap orang lain mendorong orang lain untuk bersikap ocial tic, sedangkan anak yang menarik diri, tidak diperhatikan dan terabaikan. Perilaku anak yang merugikan memperkuat pendapat ocial orang lain terhadapnya. Hal ini akan berdampak pada perkembangan konsep diri anak yang tidak menguntungkan. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 43

8 E. Konsep Diri Positif Setiap anak mempunyai konsep diri, orang tua perlu memberikan bimbingan sehingga konsep diri ini dapat terbangun baik dan positif. Ada beberapa karakteristik yang menandai konsep diri yang positif (Rakhmad, 2005) yaitu : 1. Memiliki keyakinan mampu mengatasi masalah, memiliki kepercayaan diri. 2. Merasa setara dengan orang lain, selalu rendah hati, tidak sombong, dan dapat menghormati orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu, tidak rendah diri dan tidak meremehkan orang lain. 4. Peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai orang lain meskipun kadang tidak disetujui masyarakat. 5. Mampu memperbaiki dan mengubah aspek-aspek kepribadian yang tidak disukai. 6. Mampu introspeksi untuk menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya. Rini (2002) menyatakan individu yang memiliki konsep diri positif akan bersikap optimis, percaya diri, bersikap positif terhadap segala sesuatu termasuk terhadap kegagalan. Kegagalan bukan dipandang sebagai akhir segalanya tetapi sebagai pelajaran berharga untuk melangkah ke depan, mampu menghargai diri sendiri, menanggapi segala sesuatunya secara positif, dapat memahami dan menerima sejumlah fakta tentang dirinya. Disamping hal-hal yang telah dikemukakan diatas, anak yang memiliki konsep diri positif juga menunjukkan sikap selalu gembira, bebas dari rasa takut yang berlebihan, mudah mengendalikan kemarahan, tampil menyenangkan sehingga lebih disukai dalam pergaulan, suka menolong, dan menyukai persahabatan. Dasar pembentukan konsep diri positif adalah penerimaan diri, kualitas ini lebih mengarah pada kerendahan hati, kedermawanan daripada keangkuhan dan keegoisan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam membangun konsep diri positif pada anak, yaitu: 1. Orang tua memberikan kasih sayang dan perhatian yang cukup pada anak, hal ini akan membuat anak memiliki konsep diri bahwa saya memang anak yang pantas untuk dikasihi. 2. Orang tua perlu menjalin komunikasi yang baik pada anak, memberikan nasehat, arahan, sehingga hidupnya terisi tidak kosong. 3. Orang tua perlu menghargai anak-anaknya, anak perlu pujian dan pengakuan atas apa yang telah mereka lakukan. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 44

9 4. Orang tua menciptakan suasana keluarga yang harmonis, hal ini mendukung terbangunnya konsep diri positif pada anak. Beberapa hal yang dapat mempengaruhi konsep diri yang menguntungkan pada anak antara lain adalah: nama, sukses/keberhasilan, penerimaan ocial, ocial status, pengaruh sekolah, pengaruh keluarga, penerimaan diri, dan tingkat penyesuaian yang baik (Hurlock, 1978) seperti diuraikan berikut: 1. Nama yang digunakan untuk memanggil mereka mewarnai penilaian pertama orang lain terhadapnya. Bila nama ini menumbuhkan asosiasi yang menyenangkan dalam pikiran orang lain, memberikan reaksi positif terhadap namanya, mereka akan memperlakukan penyandang nama tersebut dengan baik dan ini akan mempunyai pengaruh yang menguntungkan pada konsep diri anak. 2. Keberhasilan/sukses, cara anak bereaksi terhadap apa yang dianggapnya sukses/ berhasil akan mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosialnya. Hal ini tentu mempunyai pengaruh positif terhadap konsep dirinya. 3. Penerimaan ocial, ocial setiap anak berusaha untuk mengembangkan sifat-sifat yang disetujui secara ocial, hal ini akan mempengaruhi konsep diri secara menguntungkan, berdampak positif pada penyesuaian pribadi dan ocial anak. Anak kecil ingin mendapat persetujuan orang tuanya, mereka berusaha mengembangkan sifat yang menyenangkan orang tuanya. Anak juga akan mengembangkan sikap yang dikagumi teman sebaya agar dapat dierima di kalangan kelompoknya. 4. Lambang status, yaitu ocial status yang dia miliki dan keluarganya. Anak dari kalangan keluarga mampu (berharta) lebih mencerminkan ocial status yang tinggi daripada anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Hal ini dapat merupakan ocial yang menguntungkan konsep diri pada anak untuk berkembang kearah yang positif. 5. Pengaruh sekolah, sekolah memberikan pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak dalam pengembangan sifat-sifat dan pembentukan konsep diri. Guru memberikan pengaruh langsung maupun tidak langsung pada kepribadian anak. Pengaruh mereka nomor dua setelah pengaruh orang tua. Guru yang baik akan membantu siswa untuk mengembangkan konsep diri yang menguntungkan dan realistis. Semakin tinggi prestasi anak di sekolah, semakin besar pengaruh kriteria prestasi ini pada konsep diri anak. 6. Pengaruh keluarga, ocial penentu perkembangan kepribadian pada anak adalah keluarga. Sejumlah alasan anara lain bahwa keluarga merupakan lingkungan ocial MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 45

10 yang pertama yang memberikan kontribusi pengembangan diri anak. Konsep diri anak terbentuk melalui pendidikan anak dalam keluarga. 7. Tingkat penyesuaian, hal ini mengacu pada seberapa jauh kepribadian seorang individu berfungsi secara efisien dalam masyarakat. Anak yang berpenyesuaian baik akan mendorong terbentuknya konsep diri yang menguntungkan. 8. Penerimaan diri, bila anak menerima dirinya sebagaimana adanya, cukup menyukai dirinya, hal ini akan menunjang penerimaan ocial. Penerimaan diri yang baik akan membantu mengembangkan konsep diri yang memuaskan pada anak. PENUTUP Konsep diri terbentuk berdasarkan pengalaman, kebiasaan dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungan. Dengan kata lain konsep diri terbentuk sebagai produk sosial. Konsep diri anak terbentuk pada awal masa kanak-kanak di dalam hubungannya dengan keluarga, yaitu orang tua, saudara kandung, sanak saudara lainnya yang merupakan dunia sosial bagi anak-anak. Pada akhir masa kanak-kanak, anak mulai membentuk konsep diri yang ideal. Pada awalnya konsep diri ideal ini mengikuti pola dari orang tua, guru dan orang lain disekitarnya, berikutnya meluas ke tokoh-tokoh ideal. Keluarga mempunyai peranan penting dan paling dini dalam pembentukan konsep diri anak. Konsep diri dipengaruhi oleh faktor diri individu dan lingkungan, seperti orang tua, saudara, sekolah, teman sebaya, masyarakat, dan pengalaman. DAFTAR PUSTAKA Burns ( F.J. Monks, A.M.P. Knoers, Siti Rahayu Haditono, 2004, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Gajahmada University Press. Hurlock, Elizabeth B. 1978, Child Development, Perkembangan Anak, Alih Bahasa: Meitasari Tjandrasa, Jakarta: Erlangga. Jawharie.blogspot.com. Membangun konsep diri positif pada Anak-anak, diakses tanggal 20 juni Kartini Kartono, 1995, Psikologi Anak, Bandung: Mandar Maju. Kathryn Geldard, dan David Geldard, 2011, Counselling Children, Konseling Anak-anak, Edisi Ketiga, Penerjemah: Rahmat Fajar, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rakhmat, Jalaludin, 2005, Psikologi Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Rini, 2002, Konsep Diri, Tentang konsep diri, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 46

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Tentang Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Pengertian mandiri berarti mampu bertindak sesuai keadaan tanpa meminta atau tergantung pada orang lain. Mandiri adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok Pengertian layanan bimbingan kelompok BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Layanan Bimbingan Kelompok 2.1.1 Pengertian layanan bimbingan kelompok Menurut Romlah (2001), bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi

BAB II LANDASAN TEORI. yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh dari interaksi BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep diri Konsep diri merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya, yang terbentuk melalui pengalaman-pengalaman yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang berlangsung sejak usia 10 atau 11 tahun, atau bahkan lebih awal yang disebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang.

I. PENDAHULUAN. luput dari pengamatan dan dibiarkan terus berkembang. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Fenomena remaja yang terjadi di Indonesia khususnya belakangan ini terjadi penurunan atau degredasi moral. Dalam segala aspek moral, mulai

Lebih terperinci

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010

ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 ASSALAMUALAIKUM WR.WB PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2010 KONSEP DIRI DAN KEMANDIRIAN REMAJA PengertianKonsepDiri Konsep diri adalah gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memiliki buah hati tentunya merupakan dambaan bagi setiap orang yang telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah terbesar nan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID MAGELANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID MAGELANG SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 KOTA MUNGKID MAGELANG SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri. NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri. Pilihan jawaban sebanyak empat buah, yaitu: SS : Bila pernyataan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupannya, individu sebagai makhluk sosial selalu berhubungan dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri. Ia selalu berinteraksi dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. 1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian anak, baik di luar dan di dalam sekolah yang berlangsung seumur hidup. Proses

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan oleh :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memiliki tujuan sama dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk membantu individu dalam mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan itu juga telah dipelajari secara mendalam. terjadi pada manusia, dan pada fase-fase perkembangan itu fase yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menghadapi zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, banyak yang harus dipersiapkan oleh bangsa. Tidak hanya dengan memperhatikan kuantitas individunya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi. Terjadi pada usia kurang lebih lima belas tahun sampai dengan dua puluh dua tahun. Pada masa tersebut, remaja akan mengalami beberapa

Lebih terperinci

BAGAIMANA MENGENAL DIRI ANDA

BAGAIMANA MENGENAL DIRI ANDA BAGAIMANA MENGENAL DIRI ANDA DENGAN LEBIH BAIK ERIK HADI SAPUTRA 1 BELAJAR MENGENALI DIRI ANDA MEMERLUKAN SATU SIFAT YANG SANGAT PENTING : KEJUJURAN 2 CITRA DIRI 1. CITRA TUBUH SOSOK YANG NYATA. KONKRET

Lebih terperinci

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK

MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK MOTIVASI BERPRESTASI ABSTRACK Materi pembelajaran 'Motivasi Berprestasi' bertujuan untuk membekali mahasiswa/i akan pengertian, pemahaman terhadap motivasi berprestasi sebagai aspek pendorong untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Oleh : Nina Prasetyowati F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa, dan dalam masa transisi itu remaja menjajaki alternatif dan mencoba berbagai pilihan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari dan menjalani kehidupan. Era ini memiliki banyak tuntutantuntutan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era global yang terus berkembang menuntut manusia untuk lebih dapat beradaptasi serta bersaing antara individu satu dengan yang lain. Dengan adanya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah individu yang unik dan terus mengalami perkembangan di sepanjang kehidupannya sejalan dengan pertambahan usianya. Manusia merupakan individu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kepercayaan Diri 2.1.1 Pengertian Kepercayaan Diri Percaya diri merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Orang yang percaya diri yakin

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sosial-emosional. Masa remaja dimulai kira-kira usia 10 sampai 13 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja (adolescence) sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN

EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN i EFEKTIFITAS PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KONSEP DIRI POSITIF PADA SISWA KELAS VIIIG SMP NEGERI 14 MADIUN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Disusun Oleh : PIPIT DIAN SIDHARTO

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri,

BAB 1 PENDAHULUAN. menganggap dirinya sanggup, berarti, berhasil, dan berguna bagi dirinya sendiri, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Harga diri adalah penilaian seseorang mengenai gambaran dirinya sendiri yang berkaitan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan perilakunya secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan pertama dan terpenting bagi perkembangan penyesuaian diri individu. Keluarga juga merupakan lingkungan sosial yang sangat dekat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Hakikat manusia adalah sebagai makhluk sosial, oleh karena itu setiap manusia tidak lepas dari kontak sosialnya dengan masyarakat, dalam pergaulannya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II. Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini peneliti akan membahas tentang tinjauan pustaka, dimana dalam bab ini peneliti akan menjelaskan lebih dalam mengenai body image dan harga diri sesuai dengan teori-teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa dewasa yang meliputi berbagai macam perubahan yaitu perubahan biologis, kognitif, sosial dan emosional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa 62 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Sosiometri Setelah data yang berasal dari sosiometri yang diberikan kepada siswa kelas VIII-3, VIII-7, VIII-8, VIII-10, maka diperoleh data mengenai siswa

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara

BAB II LANDASAN TEORI. A. Interaksi Sosial. Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara 7 BAB II LANDASAN TEORI 1. Pengertian Interaksi Sosial A. Interaksi Sosial Walgito (2007) mengemukakan interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu lain, individu satu dapat mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyesuaian Sosial 2.1.1 Pengertian penyesuaian sosial Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi. Agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan. Orang yang lahir dalam keadaan cacat dihadapkan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap orang ingin lahir dalam keadaan normal, namun pada kenyataannya ada orang yang dilahirkan dengan keadaan cacat. Bagi orang yang lahir dalam keadaan cacat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya perkembangan pada ilmu pengetahuan dan teknologi. Perkembangan yang terjadi tersebut menuntut

Lebih terperinci

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG

BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG BAB 1V KONSEP DIRI REMAJA DELINQUEN DI DESA LOBANG KECAMATAN LIMPUNG KABUPATEN BATANG A. Analisis Konsep Diri Remaja Delinquen di Desa Lobang Kecamatan Limpung Kabupaten Batang Masa remaja merupakan masa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN

HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI. Cut Venny Luciana TK ANNISA MEDAN HUBUNGAN PERANAN ORANG TUA TERHADAP MINAT BELAJAR ANAK USIA DINI Cut Venny Luciana lucianavenny@yahoo.co.id TK ANNISA MEDAN ABSTRAK Pendidikan adalah usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial setiap manusia mempunyai dorongan untuk berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai dorongan untuk bersosialisasi.

Lebih terperinci

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kemandirian 2.1.1. Pengertian Kemandirian Menurut Masrun, dkk (1986), kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana pernyataan yang diungkap oleh Spencer (1993) bahwa self. dalam hidup manusia membutuhkan kepercayaan diri, namun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepercayaan diri merupakan salah satu unsur kepribadian yang memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Banyak ahli mengakui bahwa kepercayaan diri merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antara individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fahmi Dewi Anggraeni, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) berada dalam tahap remaja awal dengan kisaran usia antara 12-15 tahun dan sedang berada dalam masa pubertas. Santrock (2006:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri.

BAB I PENDAHULUAN. individu tentang dirinya sendiri inilah yang disebut konsep diri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari- hari dan dalam hubungannya dengan diri sendiri dan dengan orang lain, setiap individu perlu memahami siapa dirinya dan bagaimana ia

Lebih terperinci

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam

BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL. Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam BLUE PRINT SKALA KEMATANGAN VOKASIONAL Definisi Kematangan Vokasional Kematangan vokasional merupakan kesiapan dan kemampuan individu dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan vokasional yang berupa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu BAB II LANDASAN TEORI A. Sibling Rivalry 1. Pengertian Sibling Rivalry Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu keluarga yang sama, teristimewa untuk memperoleh afeksi atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena hubungannya dengan perguruan tinggi yang diharapkan dapat menjadi caloncalon intelektual. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui

BAB II URAIAN TEORITIS. adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Pengertian Komunikasi Manusia tercipta sebagai mahkluk social yang tidak dapat hidup tanpa adanya bantuan dari orang lain, bantuan tersebut didapatkan melalui sebuah komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya maupun mengenai diri mereka sendiri. dirinya sendiri dan pada late childhood semakin berkembang pesat. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak belajar tentang banyak hal, sejak lahir ke dunia ini. Anak belajar untuk mendapatkan perhatian, memuaskan keinginannya, maupun mendapatkan respon yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sosial anak telah dimulai sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa remaja. Hubungan sosial anak pertamatama masih sangat

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Remaja dalam Aspek Psikososial Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Memahami Masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak. atribut yang paling berharga pada diri seseorang dalam kehidupan 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kepercayaan Diri 1. Pengertian Kepercayaan Diri Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang penting pada seseorang, tanpa adanya kepercayaan diri akan banyak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Minat Belajar 1. Pengertian Minat Belajar Slameto (2003) berpendapat bahwa minat adalah suatu kecenderungan untuk mempelajari sesuatu dengan perasaan senang. Apabila individu membuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak selalu membawa kebaikan bagi kehidupan manusia, kehidupan yang semakin kompleks dengan tingkat stressor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late Childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir kanak-kanak ditandai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan

BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan BAB II LANDASAN TEORI A. HARGA DIRI Menurut Coopersmith harga diri merupakan evaluasi yang dibuat oleh individu dan berkembang menjadi kebiasaan kemudian dipertahankan oleh individu dalam memandang dirinya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya

BAB II LANDASAN TEORI. mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk didalamnya BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perilaku Konsumtif 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumtif Menurut Swastha dan Handoko (1987) perilaku konsumen merupakan kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG Rheza Yustar Afif Fakultas Psikologi, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Soeadarto, SH, Kampus Undip Tembalang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Harga Diri. Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam Hsu,2013) harga diri BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harga Diri 1. Pengertian Harga Diri Menurut Coopersmith (1967 ; dalam Sert, 2003; dalam Challenger, 2005; dalam Harris, 2009; dalam Gaspard, 2010; dalam Getachew, 2011; dalam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa

TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil Belajar. Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Seluruh pengetahuan, keterampilan, kecakapan dan perilaku siswa terbentuk dan berkembang seiring dengan proses pembelajaran. Penguasaan pengetahuan dan keterampilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemandirian Anak TK 2.1.1 Pengertian Menurut Padiyana (2007) kemandirian adalah suatu sikap yang memungkinkan seseorang untuk berbuat bebas, melakukan sesuatu atas dorongan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi anak usia sekolah tidak hanya dalam rangka pengembangan individu, namun juga untuk kemajuan pembangunan bangsa dan negara, karena anak-anak

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI Titing Rohayati 1 ABSTRAK Kemampuan berperilaku sosial perlu dididik sejak anak masih kecil. Terhambatnya perkembangan sosial anak sejak kecil akan menimbulkan

Lebih terperinci

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel Thesis Diajukan kepada Program Studi Magister Sains Psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan

BAB II LANDASAN TEORI. tersebut mempelajari keadaan sekelilingnya. Perubahan fisik, kognitif dan peranan BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN REMAJA 1. Definisi Kemandirian Remaja Kemandirian remaja adalah usaha remaja untuk dapat menjelaskan dan melakukan sesuatu yang sesuai dengan keinginannya sendiri setelah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Ayah 1. Definisi Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun informal (Supartini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. adalah masa remaja. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami perkembangan ke arah yang lebih sempurna. Salah satu tahap perkembangan dalam kehidupan manusia adalah masa remaja. Masa remaja merupakan

Lebih terperinci

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi

PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH. Skripsi PERAN DUKUNGAN SOSIAL IBU PADA PENCAPAIAN PRESTASI PENYANDANG CACAT TUBUH Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh : YUNINGSIH F

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Body Image 1. Pengertian Body image adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri. Interaksi dengan lingkungan senantiasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhannya. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan digunakan sebagai indikator kemajuan suatu bangsa yang sangat penting dalam mendukung pembangunan, dan merupakan fondasi kompetensi suatu bangsa.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sosial, para siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) yang pada umumnya tahap perkembangannya berada dalam kategori remaja pertengahan 15-18 tahun (Monks,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari pelaporan penelitian yang membahas tentang latar belakang penelitian yang dilakukan, adapun yang menjadi fokus garapan dalam penelitian ini adalah masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN TINGKAH LAKU SOSIAL SISWA

HUBUNGAN KONSEP DIRI SISWA DENGAN TINGKAH LAKU SOSIAL SISWA p-issn 2476-9886 e-issn 2477-0302 Jurnal EDUCATIO Volume 2 Nomor 2, 2016, Hlm 25-29 Akses Online : http://jurnal.iicet.org Dipublikasikan oleh : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy

Lebih terperinci

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP

TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP Dra. Aas Saomah, M.Si JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SMP A. Pengertian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai 1 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Karyawan PT. INALUM 1. Pengertian Karyawan Karyawan adalah sumber daya yang sangat penting dan sangat menentukan suksesnya perusahaan. Karyawan juga selalu disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock (1978) mengemukakan konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan koloni terkecil di dalam masyarakat dan dari keluargalah akan tercipta pribadi-pribadi tertentu yang akan membaur dalam satu masyarakat. Lingkungan

Lebih terperinci